TEMA : PAMALI
JUDUL : ABALA’
YUSRI FEBRIANTI
SENI TARI
1
PERSONAL FRONT
Karya tari Abala’ merupakan salah satu karya inspiratif yang berangkat dari
sebuah fenomena Pattulaq bala’ salah satu kegiatan masyarakat di wilayah sebaran
kebudayaan Mandar jaman dahulu yang dilakukan pada saat ditimpah musibah.
Kata Pattulaq bala memiliki arti pattulaq atau tulaq (penolak/tolak) dan bala
atau abala (musibah) yaitu menolak musibah. Pada mulanya karya tari ini bercerita
tentang aktivitas manusia yang tanpa sadar mencemarkan lingkungan sebagai contoh
dalam hal ini adalah membuang sampah atau limbah rumah tangga tanpa memikirkan
penyebabnya.
Tujuan kami ingin mengangkat koreografi lingkungan yang berjudul tari Abala’,
agar manusia sadar bahwa di dunia ini kita tidak hidup sendiri tetapi terdapat makhluk
hidup lainnya yang terlihat oleh mata manusia maupun yang tidak, Jika tidak
dikendalikan dengan baik, segala hasil kegiatan manusia akan semakin mencemari
lingkungan. Sehingga seiring berjalannya waktu, ekosistem dan keanekaragaman hayati
menjadi tidak seimbang karena rumah yang menjadi pijakannya sudah tidak sehat lagi.
Untuk itu, masyarakat perlu mengetahui macam pencemaran lingkungan yang sering
3
terjadi agar selanjutnya bisa lebih bijak dalam melakukan hal apapun yang mempunyai
dampak pada lingkungan.
Kebudayaan secara universal adalah merupakan bahan utama atau kayu bakar yang
biasanya diletakkan di dalam tungku sejarah peradaban manusia. Sebab kebudayaan
secara materil telah melahirkan dan meninggalkan sejumlah jejak dan catatan yang
menjadi penanda terhadap sebuah peristiwa dan menjadi pelajaran bagi peradaban
manusia sesudahnya.
Demikianlah sebuah deskripsi yang dapat mewakili dalam menyusuri kembali jejak
kebudayaan : sebuah cerita tentang masyarakat yang sering membuang limbah rumah
tangga atau dalam sebutan masyarakat lokal suku mandar yaitu aluppas (ampas
kelapa) yang berada dan yang menjadi penanda bermulanya alur kisah tari Abala’ yang
sudah turun temurun filosofinya.
Bagi mereka yang hanya ingin menatap jauh kedepan, tanpa ingin mengerti masa
lalunya mungkin tidak akan tertarik dan memberi apresiasi terhadap kisah ini. Namun
bagi mereka yang percaya bahwa segala sesuatu yang lahir tentu memiliki materi
historinya sendiri sendiri, maka akan setia dalam memandang dan mengapresiasi setiap
detail yang dihadirkan di dalam kisah ini tanpa harus mengesampingkan daya
5
krititismenya yang tajam sehingga secara subjektif saya ingin mengatakan bahwa
keberuntungan saya karna masih sempat menyaksikan langsung dan bahkan merasakan
dampak filosofi ini, dengan begitu saya akan dapat mendeskripsikan secara sederhana
mulai dari apa penyebab sampai hal hal yang dilakukan sampai kini dari kejadian itu.
Dalam membuat karya tari melalui tema yang dipilih koreografer adalah Abala’
yaitu ingin memperlihatkan bagaimana orang orang yang tanpa sadar membuang
sampah sembarangan dan menjadi kebiasaan mereka merusak lingkungan tanpa
memikirkan penyebab dan akibat yang akan terjadi nantinya akan dilakukan dengan
penggambaran situasinya akan membentuk dalam sebuah tari kreasi baru.
Tari kreasi berbasic traditional adalah bentuk gerak tari baru yang dirangkai dari
perpaduan gerak tari traditional adalah bentuk gerak tari baru yang dirangkai dari
perpaduan gerak tari traditional kerakyatan dengan traditional klasik dan gerak ini
berasal dari satu daerah ataupun bisa juga berbagai daerah di Indonesia.
Tentu dalam setiap karya termasuk karya tari mempunyai pesan moral yang dapat
disampaikan kepada penonton yakni Untuk mewujudkan lingkungan yang bersih dan
nyaman tentu menjadi kewajiban setiap orang. Namun, kadang masih ada segelintir
orang yang kurang menyadari betapa pentingnya menjaga kebersihan. Maka dari itu
mari saling menyadarkan satu sama lain sebab akibat yang dapat merusak kehidupan
makhluk hidup.
C. . Ide garapan
a. Rangsang tari
Pada langkah rangsangan tari yang dibentuk oleh rangsangan
awal ditangkap oleh pancaindera. Melalui rangsangan inilah , praktik ide
dan gagasan mengembangkan gerak dapat dilakukan dan akan
mewujudkan proses kreatif gerak yang cenderung orisinal dari karya tari
yang dibuat secara sederhana. Adapun rangsang dapat diartikan sebagai
sesuatu yang dapat membangkitkan pikiran, semangat, dan mendorong
terjadinya suatu kegiatan.
Seorang penata tari melalui gambaran visual tersebut dapat
mengambil gagasan konsep yang ada di balik hasil penglihatannya dan
dengan segera mampu bereksplorasi menciptakan gerak tarian yang
diinginkan.
b. Tema
7
Oleh sebab itu kami sangat menyadari, bahwa Pattulaq bala
adalah kisah nyata yang dibentuk dalam karya. Sementara kami sendiri
tak ubahnya sebagai seorang pengembara sunyi, yang jatuh cinta dan
memunguti berbagai ceceran dan kebudayaan yang mungkin terabaikan
oleh orang, lalu kami menjunjung dan mengangkatnya tinggi tinggi,
sebagai konsekuensi logis dari keberpihakan kami selama ini terhadap
berbagai kearifan local nusantara, yang kami yakini justru telah mampu
melanggengkan dan membangun peradaban manusia yang dinikmati oleh
manusia yang berada diperadaban masa kini
The last, kami tentu berharap bahwa saatnya nanti karya ini akan akan
memberi manfaat yang seluas luasnya, dan semoga di baca atau di tonton
oleh orang yang mampu mengambil nilai didalamnya dan
mempertanggungjawabkannya.
c. Judul tari
Abala’ adalah kata Bahasa mandar dari bencana terinspirasi dari
kata pattulaq bala’ merupakan salah satu kegiatan masyarakat di wilayah
sebaran kebudayaan Mandar jaman dahulu yang dilakukan pada saat
ditimpah musibah. Kata pattulaq bala memiliki arti pattulaq atau tulaq
(penolak/tolak) dan bala atau abala (musibah) yaitu menolak musibah.
Pada mulanya karya tari ini bercerita tentang aktivitas manusia
yang tanpa sadar mencemarkan lingkungan sebagai contoh dalam hal ini
adalah membuang sampah atau limbah rumah tangga tanpa memikirkan
penyebabnya.
Daerah mandar, khususnya di masyarakat sangat kental dan
percaya akan animisme dan dinamisme mereka yang menganut animisme
dengan mempercayai kekuatan Dan hal hal yang berhubungan dengan
goib karena dipercayai sebagai roh-roh nenek moyang. Seperti ketika
salah satu dari mereka membuang sampah atau limbah rumah tangga
ketika sore hari maka kampung itu akan mendapatkan musibah atau
abala dari alam.
d. Tipe tari
Pada karya tari Abala’ kami menggunakan tipe tari dramatic
karena kami akan mengembangkan sebuah objek yang sederhana,
dengan penggambaran karakter dari obyek tersebut.
e. Mode penyajian
Mode penyajian pada karya tari Abala’ yaitu disajikan secara
simbolis, pada karya ini tidak menyajikan objek secara nyata karena
kenyataan dianggap tidak mampu untuk menyampaikan isi tari.
Dengan demikian, yang ditampakkan dalam koreografi ini adalah
esensi yang lebih menawarkan suatu kedalam makna.
f. Konsep garapan
a) Gerak tari
Konsep gerakaan pada tarian ini bersumber dari gerak maknawi
dan simbolik
b) Penari
1) Gender/ Jenis Kelamin dalam tari Abala’ terdapat 5 penari
perempuan. Setiap penari akan menggambarkan masing-masing
peran yang ada dalam tarian ini.
9
2) Untuk penggolongan usia dalam karya ini tergolong usia remaja.
c) Iringan
f) Properti
Sapu, untuk menggambarkan aktivitas kehidupan sehari hari.
Tappiang, untuk menggambarkan aktivitas kehidupan sehari
hari.
Ampas kelapa atau sampah, untuk menggambarkan akibat
pencemaran lingkungan.
g) Motif gerak
Karya tari Abala’ dalam motif gerakannya memiliki berbagai
macam, tetapi agar lebih jelas tersampaikan ke penonton koreografer
lebih banyak memakai motif gerak wantah Yaitu gerak yang biasa
kita lakukan dalam kehidupan sehari – hari berupa gerak spontan,
gerak – gerak meknis (gerak yang muncul akibat kebiasaan) maupun
gerak – gerak khusus yang timbul karena suatu pengalaman yang
sifatnya khas dan baru.
11