Anda di halaman 1dari 46

1

A. Implementasi Pecking Order Theory (POT) dan Trade Of Theory (TOT)

dan Pengaruhnya Terhadap Nilai Perusahaan Yang Terdaftar DI Jakarta

Islamic Index (JII)

B. Latar Belakang

Persaingan dalam dunia bisnis dan ekonomi semakin pesat yang

menyebabkan suatu perusahaan berusaha meningkatkan nilai

perusahaan.cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai

perusahaan salah satunya dapat dilakukan melalui peningkatan

kemakmuran kepemilikan atau sumber modal dari pemegang saham.

Keberadaan pemegang saham dan peran manajeman sangatlah penting

dalam menentukan besar keuntungan yang akan diperoleh. Dalam

menjalankan kegiatan usaha, perusahaan memerlukan modal baik yang

berasal dari internal, maupun eksternal. Struktur modal merupakan

pertimbangan antara penggunaan modal sendiri dengan modal asing,

dimana struktur modal sangat penting bagi pengambilan keputusan bagi

manajer keuangan dalam memilih jenis sumber dana. Kebijakan struktur

modal merupakan kombinasi antara internal funding dan atau external

funding. Internal funding adalah modal yang berasal dari dalam

perusahaan sendiri berupa laba ditahan. Sedangkan external funding

adalah dana yang diperoleh dari luar perusahaan dengan melakukan

pinjaman (hutang).
1

Struktur modal merupakan cerminan dari kebijaksanaan perusahaan

dalam menentukan jenis sekuritas yang dikeluarkan. Kebiajakan struktur

modal secara umum dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor fundamental

dan faktor dari luar perusahaan. Faktor-faktor dari luar perusahaan

(ekternal) tidak dapat dikendalikan untuk menentukan struktur modal yang

optimal. Sturktur modal yang optimal adalah struktur modal yang

mengoptimalkan keseimbangan antara resiko dan tingkat pengambilan

sehingga memaksimumkan harga saham.

Teori stuktur modal dikembangkan pertama kali oleh (David

Duran, 1952) ia menyatakan nilai perusahaan dapat dinilai dengan tiga

pendekatan, pendekatan pertama adalah pendekatan laba bersih (net profit)

, kedua pendekatan laba operasi bersih (net operating income) ,dan ketiga

pendekatan tradisional. Perkembangkan teori ini berlanjut dikembangkan

oleh (modigliani & miller, 1963) yang menyatakan bahwa struktur modal

atau keputusan pendanaan tidaklah relevan terhadap nilai perusahaan.

Teori yang dikembangkan selanjutnya adalah pecking order theory

yang dikemukakan oleh Stewart C Myers yang menyatakan bahwa

perusahaan memiliki urutan dalam melakukan pendanaan,keputusan

pendaaan merupakan urutan berdasarkan tinggi rendahnya biaya modal

yang harus dikeluarkan perusahaan dan biaya ekuitas merupakan biaya

modal tertinggi. Sebagian besar investasi agregat dibiayai dengan asur kas

internal yang mencakup depresiasi laba ditahan, dan hanya sekitar 20%

investasi yang dibiayai dari sumber eksternal. (myers, 1984). Dana


1

internal merupakan dana yang lebih diminati karena dana internal

memungkinkan perusahaan tidak perlu lagi mempromosikan diri dari

pemodal luar. Pendanaan internal yang cenderung disukai oleh perusahaan

yaitu dana yang berasal dari aliran kas,laba ditahan dan depresiasi

(ghazouani, 2013). Peking order theory mendasar pada asimetri informasi.

Para manajer mempunyai informasi superior. Para manajer diyakini

mempunyai informasi awal yang lebih baik. Oleh karena itu pasar

mempelajari prilaku manajer. Asumsi asimetrik informasi menyiratkan

bahwa para manajer mengembangkan dan menemukan kesempatan baru

investasi yang menarik dengan net present value (NVP) positiv, namun

mereka tidak dapat menyampaikan informasi tersebut dengan baik kepada

pemegang saham luar karena pernyataan manajer tidak dipercaya oleh

investor. Paking ordher theory menjelaskan mengapa perusahaan yang

sangat menguntungkan pada umumnya mempunyai hutang yang lebih

sedikit.

Trade off theory mengidikasi bahwa terdapat suatu tingkat leverage

yang opimal dalam mencari hubungan struktur modal dan nilai

perusahaan. Dalam suatu keadaan, perusahaan akan berusaha

mengoptimalkan leverage sampai ingkat tertetu. Trade off theory

mengasumsikan bahwa perusahaan akan menggunakan hutang sampai

tinggat tertentu untuk memaksimalkan nilai perusahaan dengan

memanfaatkan pajak akibat penggunaan hutang. Kebijakan struktur modal

melibatkan pertimbangan antara resiko dan tingkat pengembalian dan


1

perusahaan yang memutuskan menggunakan hutang berarti memperbesar

resiko yang ditanggung pemegang saham dan juga memperbesar tinggkat

pengembalian.

Pecking order theory (POT) menyatakan bahwa perusahaan lebih

mengutamakan pendanaan ekuitas internal (laba ditahan) dari pada

penggunaan ekuitas eksternal (menerbitkan saham baru). Karena teori ini

beranggapan jika memilih internal equity akan lebih menguntungkan dari

pada menerbitkan saham baru yang akan mengurangi harga saham lama

dan membuat harga saham turun sehingga hal ini ditafsirkan menjadi kabar

buruk oleh para pemodal yang dapat memugkinkan menurunkan citra

perusahaan. Sedangkan berbanding terbalik dengan trade of theory (TOT)

yang menyatakan bahwa penggunaan hutang akan meningkatkan nilai

perusahaan. Dimana teori ini merupakan keseimbangan antara keuntungan

pengunaan dana dari utang dengan tingkat bunga yang tinggi dan biaya

kebangkrutan. Teori ini porsi hutang dapat ditambah jika manfaat yang

dihasilkan lebih besar.

Pecking order theory (POT) lebih memiliki resiko kebangkrutan

yang minim karena perusahaan tidak memiliki hutang dan equitas yang

besar sehingga keuntungan yang diperoleh tidak banyak potong atau

dikurangi untuk pelunasan dan pembagiannya lebih menguntungkan

pemegang saham. Sedangkan trade of theory (TOT) menguntungkan dari

segi pengurangan pajak atas pinjaman yang dilakukan perusahaan dimana


1

pemerintah memberi kelonggaran bunga atas pinjaman yang dapat

dikurangi dalam menghitung pendapatan kena pajak.

Leverage merupakan `pilihan kebijakan yang dipilih oleh

perusahaan dalam menentukan tingkat dan jenis hutang dan penerbitan

jumlah saham yang dapat meningkatkan pengembalian pemegang saham

dibandingkan resiko. Dalam menentukan kebijakan leverage, perusahaan

harus memperhatikan unsur-unsur yang membentuknya. Leverage pada

umumnya dihitung berdasarkan perbandingan antara hutang dan asset atau

perbandingan antara hutang dan modal yang dalam manajeman keuangan

disebut dengan rasio solvabilitas.

Jakarta Islamic Indeks (JII) merupakan salah satu indeks saham

yang menghitung rata-rata saham yang memenuhi kriteria syariah. JII

anyak diminati investor karena menggambarkan rata-raa Islamic yang

terdaftar diBEI, untuk itu investor akan mencari informasi sehingga dapat

mengetahui fator apa saja yang bisa mempengaruhi nilai perusahaan.

Tabel 1.
Data PVB perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) periode
2017-2018

NO NAMA PERUSAHAAN 2017 2018

1 Adaro Energy Tbk 1.70 0.98

2 AKR Corpindo Tbk 2.97 1.50

3 Astra Internasional Tbk 2.39 1.84

4 Bumi Serpong Damai Tbk 1.39 0.75


1

5 Indofood CBP Sukses Makmur 5.41 4.99


Tbk

6 Vale Indonesia Tbk 1.14 1.38

7 Indofood Sukses Makmur Tbk 1.58 1.10

8 Perusahaan Gas Negara Tbk 3.80 1.17

9 PP (Persero) 2.19 0.64

10 Semen Indonesia (Persero) 1.78 1.92

11 Summaricon Agung Tbk 2.34 1.12

12 Telekomunikasi Indoesia 3.80 3.67


(persero)

13 United Trator Tbk 1.86 2.38

14 Unilever Indonesia Tbk 62.93 71.59

15 Wijaya Karya (persero) Tbk 1.69 0.82

Grafik PVB Perusahaan yang Terdaftar di JII periode 2017-2018

80

70

60

50

40 PVB 2017
PVB 2018

30

20

10

0
ADRO AKRA ASII BSDE ICBP INCO INDF PGAS PTPP SMGR SMRA TLKM UNTR UNVR WIKA
1

Tabel 2
Data DER perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) periode
2017-2018

No Nama Perusahaan 2017 2018

1 Adaro Energy Tbk 0.72 0.63

2 AKR Corpindo Tbk 0.96 0.95

3 Astra Internasional Tbk 0.57 0.91

4 Bumi Serpong Damai Tbk 0.87 0.73

5 Indofood CBP Sukses Makmur 0.56 0.69


Tbk

6 Vale Indonesia Tbk 0.21 0.17

7 Indofood Sukses Makmur Tbk 0.87 0.98

8 Perusahaan Gas Negara Tbk 0.70 0.99

9 PP (Persero) 1.89 1.99

10 Semen Indonesia (Persero) 0.45 0.61

11 Summaricon Agung Tbk 1.55 1.74

12 Telekomunikasi Indoesia 0.70 1.05


(persero)

13 United Trator Tbk 0.50 0.72

14 Unilever Indonesia Tbk 2.56 3.10

15 Wijaya Karya (persero) Tbk 1.49 2.61

Grafik DER Perusahaan yang Terdaftar di JII Periode 2017-2018


1

3.5

2.5

2
DER 2017
DER 2018
1.5

0.5

0
ADRO AKRA ASII BSDE ICBP INCO INDF PGAS PTPP SMGR SMRA TLKM UNTR UNVR WIKA

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan,

rumusan masalah yang akan diteliti lebih lanjut dalam penelitian, adalah:

1. Apakah Debt to Equity (DER), Debt to Asset Ratio (DAR),

berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan kategori Jakarta

Islamic Index (JII) tahun 2017-2018 di Indonesia ?

2. Apakah pecking order theory diimplementasikan pada perusahaan

kategori Jakarta Islamic Index (JII) di Indonesia?

D. Tujuan dan Manfaat Peneltian

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas,maka tujuan dari penelitian ini

adalah:
1

1. Untuk mengetahui pengaruh antara Debt to Equity (DER), Debt to

Asset Ratio (DAR) terhadap nilai perusahaan.

2. Untuk mengetahui perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index

telah mengimplementasikan pecking order theory

Manfaat Penelitian

1. Bagi Perusahan

Dapat menentukan strukur modal yang optimal sehingga mampu

meningkatkan nilai perusahaan

2. Bagi investor

Memberikan gambaran kepada dalam kebijakan distruktur modal

perusahaan sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaaan yang dapat

sekaligus menaikan kekayaan investor.

3. Bagi Penulis

Agar penulis lebih mengerti dan memahami bagaimana struktur modal

yang baik. Serta menjadi jembatan pengaplikasian ilmu.

E. Telaah Pustaka

1. Nilai Perusaahaan

Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terdahap

perusahaan, yang sering dikaitkan dengan harga saham. Harga saham yang

tinggi membuat nilai perusahaan meningkat. Tujuan utama perusahaan

menurut theory of the firm adalah untuk memaksimumkan kekayaan atau


1

nilai perusahaan (value of the firm) (solvatore, 2005). Memaksimalkan

nilai perusahaan sangat penting artinya bagi suatu perusahaan, karna

dengan memaksimalkan nilai perusahaan bearti juga memaksimalkan

kemakmuran pemegang saham yang merupakan tujuan utama perusahaan.

Nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh

calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual. Manajer keuangan harus

memperhatikan dampak prubahan kombinasi modal, hal ini penting karena

berpengaruh pada perepsi investor terhadap tingkat resiko dalam

menginvestasikan dananya. Jika utang perusahaan terlalu besar, maka

harus dicegah penambahan hutang oleh perusahaan tersebut. Pada titik

tertentu peningkatan hutang akan menurunkan nilai perusahaan karena

manfaat yang diperoleh dari penggunaan hutang lebih kecil dari pada

biaya yang ditimbulkannya (Keown, 2004). Nilai perusahaan adalah sama

dengan nilai pasar saham ditambah dengan nilai pasar hutang. Apabila

besarnya nilai hutang konstan, maka setiap peningkatan nilai saham akan

meningkatkan nilai perusahaan.

Berikut ini beberapa definisi dan pengertian nilai perusahaan dari beberapa

sumber buku:

1. Menurut (Agus, 2010), nilai Perusahaan adalah nilai jual sebuah

perusahaan sebagai suatu bisnis yang sedang beroperasi. Adanya

kelebihan nilai jual diatas nilai likuidasi adalah nilai dari

organisasi manajemen yang menjalankan perusahaan itu.


1

2. Menurut (Harmono, 2009), nilai Perusahaan adalah kinerja

perusahaan yang dicerminkan oleh harga saham yang dibentuk

oleh permintaan dan penawaran pasar modal yang merefleksikan

penilaian masyarakat terhadap kinerja perusahaan.

3. Menurut (abdul muid & noerirawan, 2012), nilai Perusahaan

merupakan kondisi yang telah dicapai oleh suatu perusahaan

sebagai gambaran dari kepercayaan masyarakat terhadap

perusahaan setelah melalui suatu proses kegiatan selama beberapa

tahun, yaitu sejak perusahaan tersebut didirikan sampai dengan

saat ini.

4. Menurut (brigham & Michael C, 2014), nilai perusahaan

merupakan nilai sekarang (present value) dari free cash flow di

masa mendatang pada tingkat diskonto sesuai rata-rata tertimbang

biaya modal. Free cash flow merupakan cash flow yang tersedia

bagi investor (kreditur dan pemilik) setelah memperhitungkan

seluruh pengeluaran untuk operasional perusahaan dan

pengeluaran untuk investasi serta aset lancar bersih.

5. Menurut (Gitman, 2006), nilai perusahaan adalah nilai aktual per

lembar saham yang akan diterima apabila aset perusahaan dijual

sesuai harga saham.

Faktor- faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan:

a. Kepemilikan manjerial
1

Struktur kepemilikan manajerial dapat dijelaskan melalui dua sudut

pandang, yaitu pendekatan keagenan dan pendekatan asimestri

informasi. Meningkatkan kepemilikan manejerial digunakan sebagai

salah satu cara untuk mengatasi masalah yang ada diperusahaan.

Semakin besar kepemilikan manajerial dalam perusahaan maka

manajeman akan lebih giat untuk meningkatkan kinerjanya karena

manajeman memiliki tanggung jawab untuk memenuhi keinginan dari

pemegang saham yang tidak lain adalah dirinya sendiri.

b. Kepemilikan institusional

Merupakan kepemilikan saham perusahaan yang rata-rata dimiliki

oleh institusi atau lembaga (perusahaan asuransi, bank, perusahaan

investasi, asset manajeman dan kepemilikan institusi lain).

Kepemilikan institusional merupakan pemgang saham terbesar

sehingga merupakan sarana untuk memoditor manajeman.

Kepemilikan isntitusional memiliki peran yang penting dalam

meminimalisasi konflik keagenan yang terjadi antara manajer dan

pemegang saham. Keberadaan kepemilikan institusional dianggap

mampu menjadi mekanisme pengawasan yang efektif dalam setiap

keputusan yang diambil oleh manajer.

c. Kebijakan deviden

Adalah keputusan mengenai berapa banyak laba saat ini yang akan

dibagikan sebagai dividen dari hasil investasi yang ditanamkan

didalam perusahaan . Apabila perusahaan memilih untuk membagikan


1

laba sebagai dividen, maka tidak ada dana yang dialokasikan untuk

laba ditahan. Sebaiknya jika perusahaan memilih untuk menahan laba

yang diperoleh, maka kemampuan pembentukan dana internal akan

semakin besar.

d. Keputusan investasi

Didefinisikan sebagai kombinasi antara aktiva yang dimiliki

(assets implace) dengan pilihan investasi dimasa yang akan datang

dengan net present value positif. Pengeluaran modal perusahaan sangat

penting untuk meningkatkan nilai perusahaan karena memberikan

sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan dimasa depan. dan

mendukung pendapat (lihan & Bandi, 2010) bahwa nilai perusahaan

semata-mata ditentukan oleh keputusan keuangan.

e. Kebijakan hutang

peningkatan hutang diartkan oleh pihak luar tentang kemampuan

perusahaan untuk membayar kewajiban dimasa yang akan datang hal

tersebut akan direspon positif oleh pasar. Terdapat dua pandangan

mengenai keputusan pendanaan. Pandangan pertama dikenal dengan

pandangan tradisional yang menyatakn bahwa struktur modal

mempengaruhi nilai perusahaan. Pandangan tradisional diwakili oleh

dua teori yaitu trade of theory dan pecking order theory. Pandangan

kedua yang menyatakan bahwa struktur modal tidak memperngaruhi

nilai perusahaan (Lihan Rini P W dan Bandi Anas W, 2010)

f. Ukuran perusahaan
1

Salah satu tolak ukur yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan

adalah ukuran perusahaan tersebut. Perusahaan yang memiliki total

aktiva besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai

tahap kedewasaan dimana dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah

positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu

yang relative lama, selain itu juga mencerminkan bahwa perusahaan

relative lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding

perusahaan dengan total asset yang kecil (Sri Sofia Ningsih dan

Pancawati H, 2011). Aktiva merupakan tolak ukur besaran atau skala

suatu perusahaan. Biasanya perushaan besar memiliki aktiva yang

nilainya besar. Secara teoritis perusahaan yang lebih besar memiliki

kepastian (certainty) yang lebih besar dari pada perusahaan kecil

sehingga akan mengurangi tingkat ketidakpastian.

g. Pertumbuhan perusahaan

Sales growth ratio atau rasio pertumbuhan penjualan yang

mengukur seberapa baik perusahaan mempertahankan posisi

ekonominya, baik dalam industrinya maupun dalam kegiatan ekonomi

secara keseluruhan (Sri Sofyaningsih dan Pancawali H, 2011).

Pertumbuhan penjualan menunjukan kemampuan perusahaan untuk

dapat bertahan dalam kondisi persaingan. Pertumbuhan penjualan yang

lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan biaya akan mengakibatkan

kenaikan laba perusahaan. Jumlah laba yang diperoleh secara teratur

serta kecenderungan atau trend keuntungan yang meningkat


1

merupakan suatu faktor yang sangat menentukan perusahaan untuk

tetap survive.

Jenis-jenis Nilai Perusahaan :

Terdapat lima jenis nilai perusahaan berdasarkan metode perhitungan yang

digunakan, yaitu (Christiawan & Tarigan, 2007):

1) Nilai Nominal. Nilai nominal adalah nilai yang tercantum secara

formal dalam anggaran dasar perseroan, disebutkan secara eksplisit

dalam neraca perusahaan, dan juga ditulis secara jelas dalam surat

saham kolektif.

2) Nilai Pasar. Nilai pasar sering disebut kurs adalah harga yang

terjadi dari proses tawar menawar di pasar saham. Nilai ini hanya

bisa ditentukan jika saham perusahaan dijual di pasar saham.

3) Nilai Intrinsik. Nilai intrinsik merupakan konsep yang paling

abstrak, karena mengacu kepada perkiraan nilai riil suatu

perusahaan. Nilai perusahaan dalam konsep nilai intrinsik ini

bukan sekedar harga dari sekumpulan aset, melainkan nilai

perusahaan sebagai entitas bisnis yang memiliki kemampuan

menghasilkan keuntungan di kemudian hari.

4) Nilai Buku. Nilai buku adalah nilai perusahaan yang dihitung

dengan dasar konsep akuntansi. Secara sederhana dihitung dengan

membagi selisih antar total aset dan total utang dengan jumlah

saham yang beredar.


1

5) Nilai Likuidasi. Nilai likuidasi adalah nilai jual seluruh aset

perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban yang harus

dipenuhi. Nilai likuidasi dapat dihitung dengan cara yang sama

dengan menghitung nilai buku, yaitu berdasarkan neraca performa

yang disiapkan ketika suatu perusahaan akan dilikuidasi.

Pengukuran Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan dapat diukur dengan menggunakan harga saham

menggunakan rasio yang disebut rasio penilaian. Menurut (Sudana, 2011),

rasio Penilaian adalah suatu rasio yang terkait dengan penilaian kinerja

saham perusahaan yang telah diperdagangkan di pasar modal (go public).

Rasio penilaian memberikan informasi seberapa besar masyarakat

menghargai perusahaan, sehingga masyarakat tertarik untuk membeli

saham dengan harga yang lebih tinggi dibanding nilai bukunya. Berikut ini

beberapa metode yang digunakan untuk mengukur nilai perusahaan:

a) Price Earning Ratio (PER)

Price earning ratio (PER) menunjukkan berapa banyak jumlah

uang yang rela dikeluarkan oleh para investor untuk membayar

setiap dolar laba yang dilaporkan (Brigham dan Houston,

2006:110).
1

Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar perbandingan

antara harga saham perusahaan dengan keuntungan yang diperoleh

oleh para pemegang saham.

Kegunaan price earning ratio adalah untuk melihat bagaimana

pasar menghargai kinerja perusahaan yang dicerminkan oleh

earning per share nya. Price earning ratio menunjukkan hubungan

antara pasar saham biasa dengan earning per share.

Price earning ratio (PER) berfungsi untuk mengukur perubahan

kemampuan laba yang diharapkan di masa yang akan datang.

Semakin besar PER, maka semakin besar pula kemungkinan

perusahaan untuk tumbuh sehingga dapat meningkatkan nilai

perusahaan.

b) Price to Book Value (PBV)

Price to Book Value (PBV) adalah rasio yang menunjukkan apakah

harga saham yang diperdagangkan overvalued (di atas) atau

undervalued (di bawah) nilai buku saham tersebut (Fakhruddin &

Hardianto, 2001).

Price to Book Value (PBV) menggambarkan seberapa besar pasar

menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Makin tinggi rasio

ini, berarti pasar percaya akan prospek perusahaan tersebut. PBV

juga menunjukkan seberapa jauh suatu perusahaan mampu

menciptakan nilai perusahaan yang relatif terhadap jumlah modal


1

yang diinvestasikan. Untuk perusahaan-perusahaan yang berjalan

dengan baik, umumnya rasio ini mencapai diatas satu, yang

menunjukkan bahwa nilai pasar saham lebih besar dari nilai

bukunya. Semakin besar rasio PBV semakin tinggi perusahaan

dinilai oleh para pemodal relatif dibandingkan dengan dana yang

telah ditanamkan di perusahaan

c) Tobin’s Q

Alternatif lain yang digunakan dalam mengukur nilai perusahaan

adalah dengan menggunakan metode Tobin’s Q yang

dikembangkan oleh James Tobin. Tobin’s Q dihitung dengan

membandingkan rasio nilai pasar saham perusahaan dengan nilai

buku ekuitas perusahaan (Weston & Copeland, 2001)

Rasio Q lebih unggul daripada rasio nilai pasar terhadap nilai buku

karena rasio ini fokus pada berapa nilai perusahaan saat ini secara

relatif terhadap berapa biaya yang dibutuhkan untuk menggantinya

saat ini.

EMV diperoleh dari hasil perkalian harga saham penutupan pada

akhir tahun (closing price) dengan jumlah saham yang beredar

pada akhir tahun sedangkan EBV diperoleh dari selisih total asset

perusahaan dengan total kewajibannya.

2. Stuktur Modal

a) Pengertian struktur modal


1

Stuktur modal adalah bauran (proporsi) pendanaan permanen

jangka panjang perusahaan yang diwakili oleh utang, saham

preferen, dan saham biasa (Horne & Wachowicz, 2010). Menurut

(Agnes, 2008). struktur modal adalah pendanaan permanen yang

yang terdiri dari utang jangka panjang, saham preferen, dan modal

pemegang saham. Nilai buku dari modal pemegang saham terdiri

dari saham biasa, modal disetor atau surplus, modal dan akumulasi

ditahan. Struktur modal merupakan bagian dari struktur keuangan.

Menurut (Ahmad & Herni, 2010). Struktur modal adalah proposi

dalam menentukan pemenuhan kebutuhan belanja perusahaan

dimana dana yang diperoleh menggunakan kombinasi atau paduan

sumber yang berasl dari dana jangka panjang yang terdiri dari dua

sumber utama yaitu yang berasal dari dalam dan luar perusahaan.

Faktor yang mempengaruhi struktur kebijakan struktur modal:

1) resiko bisnis, atau resikoo yang inthereen dengan operasi

perusahaan jika perusahaan tidak mempergunakan utang.

Resiko bisnis juga diartikan sebagai ketidak pastian perkiraan

pendapatan perusahaan dimasa depan. Semakin tinggi risiko

bisnis, semakin rendah rasio hutang optimalnya.

2) Posisi perpajakan perusahaan. Salah satu alasan utama

menggunakan hutang adalah bunganya yang dapat menjadi

pengurangan pajak, yang akan mengurangi biaya utang efektif.


1

3) Fleksibilitas keuangan, atau kemampuan untuk memperoleh

modal dengan persyaratan yang wajar dalam kondisi yang

buruk yang merupakan hal vital bagi keberhasilan jangka

panjang perusahaan.

4) Koservatisme atau keagresifan manajeman. Beberapa manajer

lebih agresif dari yang lainnya, sehingga beberapa perusahaan

cenderung menggunakan utang sebagai usaha untuk mendrong

keuntungan (Ambarwati, 2010 : 2-4).

b) Teori Struktur Modal

a) Pecking Order Teory

1) Teory ini dikemukan oleh (Myers & Majluf, 2017)

(1984) yang menjelaskan:

2) Perusahaan menyukai internal financing (pendanaan dari

hasil operasi perusahan). Myers dan Majluf (1984) dalam

Chen (2001) menjelaskan pilihan pendanaaan perusahaan

dalam peking otfer theory “the pecking order hypothesis

claims that a firm’s financing choice simply follows the

order off internal financing, det financing and equity.

3) Perusahaan mencoba menyesuaikan rasio pembagian

dividen dengan menghindari perubahan pembayaran

dividen secara drastis.

4) Kebijakan dividen yang stabil, dengan fluktuasi

prfitabilitas, dan investasi yang tidak isa diduga akan


1

mengakibatkan kebutuhan dana hasil operasi melebihin

kebutuhan dana untuk investasi dan meningkatkan capital

expenditur perusahaan uang mengharuskan perusahaan

mengurangi kas atau menjual sekuritasnya.

5) Apabila pendanan dari luar (external financing)

diutuhkan, perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang

lebih aman dahulu yaitu obligasi, sekuritas berkarakter

opsi (obligasi konversi) dan jika masih belum cukup,

saham baru akan diterbitkan.

Penjelasan theory pecking order Myers dan Mjluf (1984) diatas

diikuti dengan adanya informasi yang asimetri, dimana manajeman

mempunyai informasi yang lebih banyak dari pada investor. (Husnan,

2000) menjelaskan didalam theory pecking order perusahaan-

perusahaan yang profitable umumnya meminjam dalam jumlah yang

sedikit. Hal ini bukan karena perusahaan tersebut mempunyai target det

ratio yang rendah, tetapi karena mereka memerlukan external finacing

yang sedikit. Theori pecking order sering juga disebut teori urutan

pemangsa yang merupakan alternatif dari theori trade off. Perusahaan

lebih menyukai pendanaaan internal karena dengan menerbitkan

sekuritas untuk mendapatkan sumber dana, dan akan masuk akal jika

perusahaan meghindarinya. Jika suatu perusahaan memiliki keuntungan

yang sangat tinggi memungkinkan untuk tidak menggunakan bantuan


1

pembiayaan dari luar, sehinngga hanya memiliki sdikit hutang atau

bahkan tidak sama sekali

Implikasi penting theory pecking order:

a) Tidak ada struktur pemodalan. Menurut teory pecking order,

tidak terdapat rasio hutang-ekuitas opimal atau target rasio.

Struktur modal perusahaan lebih ditentukan oleh kebutuhannya

akan pembiayaan eksternal, yang akan menentukan jumlah

hutang yang akan dimiliki oleh suatu perusahaan.

b) Perusahaan profitable akan menggunakan sedikit hutang.

Karena perusahaan yang menguntungkan memiliki cash flow

internal yang lebih besar, mereka akan membutuhkan lebih

sedikit pembiayaan ekternal dengan demikian akan memiliki

lebih sedikit hutang.

c) Perusahaan akan menginginkan kelonggaran keuangan. Untuk

menghindari penjualan ekuitas baru perusahaan akan berusaha

mengumpulkan uang tunai yang diperoleh dari sumber-sumber

internal. Persediaan uang tunai semacam ini akan memberikan

manajeman kemampuan untuk membiayai proyek-proyek

seperti apa adanya dan bergerak dengan cepat jika dibutuhkan.

b. Theory trade off

Menurut (Brigham & Gapensi, 1993) dalam rafikastari (2006)

theori trade off memberi tiga pernyataan penggunaan utang dapat


1

digunakan untuk menentukan secara pasti struktur modal yang

optimal setiap perusahaan,yaitu:

1. Perusahaan dengan resiko lebih tinggi, dapat diukur dengan

variabilitas return atas aktiva perusahaan, harus meminjam

lebih seikit dari pada perusahaan dengan resiko rendah.

Semakin tinggi variabilitas, semakin tinggi kemungkinan

tekanan finansial, dengan demikian perusahaan dengan

resiko bisnis yang lebih rendah dapat meminjam lebih

banyak sebelum biaya tekanan finansial menyerap habis

keuntungan pajak dari hutang.

2. Perusahaan yang operasinya menggunakan aktiva

berwujud, aktiva yang memiliki pasar misalnya real estate

dapat meminjam lebih banyak dari pada perusahaan yang

nilainya terutama berasal dari aktiva tak berwujud,

misalnya paten dan goodill. Aktia spesifik, aktiva tidak

berwujud, dan peluang pertumbuhan akan kehilangan

nilainya jika tekanan finansial terjadi dibanding dengan

aktiva berwujud standar.

3. Perusahaan yang memiliki tarif pajak yang tinggi, yang

kemungkinan berlanjut pada masa yang akan datang dapat

meminjam lebih banyak dari pada perusahaan dengan tarif

pajak dan atau prospek pajak yang lebih rendah. Tarif

paajak yang tinggi menyebakan keuntungan yang lebih


1

besar dari pada pendanaan dengan utang, sehingga

perusahaan dengan tarif pajak yang lebih tinggi dapat

meminjam lebih banyak, hal lain dianggap sama, sebelum

keuntungan pajak diserap oleh biaya tekanan finansial dan

biaya keagenan.

Tingkat leverage yang optimal didapat dengan menyeimbangkan

keuntungan penggunaan hutang (tax shield benefit of leverage) dengan

biaya financial distress dan agency problem. Model trade off memasukkan

pertimbangan financial distress dan agency cost kedalam model MM

dengan pajak. Semakin besar penggunaan hutang, semakin besar pula

keuntungan dari penggunaan hutang (leverage gain), yang menyebabkan

biaya financial distres dan agency cost juga meningkat, bahkan lebih

besar. Penggunaan hutang dapat meningkatkan nilai perusahaan, tetapi

hanya sampai titik tertentu. Setelah titik tersebut, penggunaan hutang akan

menurunkan nilai perusahaan karena kenaikan keuntungan dari

penggunaan hutang tidak sebanding dengan kanaikan biaya financial

distress dan agency problem.

Dalam theori trade off perusahaan digambarkan akan

menyeimbangkan nilai penghematan pajak terhadap biaya-biaya

kebangkrutan. Perusahaan akan mengganti hutang tehadap ekuitas atau

ekuitas terhadap hutang, sampai nilai perusahaan menjadi maksimal

(Myers, 1984). Theori trade off disebut juga teori status struktur moodal.

Karena perusahaan tidak akan mengalami perubahan dalam hal aset dan
1

operasioal serta hanya mempertimbangkan kemungkinan perubahan para

rasio hutang-ekuitas.

Kekuragan theori trade off adalah bagi perusahaaan besar yang

memiliki sistem keuangan yang maju dan memiliki keuntungan yang besar

biasanya hanya kecil dalam menggunakan hutang, berlawan dengan theori

trade off dimana perusahaan seharusnya menggunakan hutang yang besar

karena memiliki sedikit resiko kebangkrutan dan adanya penghematan

pajak yang besar dari penggunaan hutang tersebut (Ross, 2010).

c) Debt to Equity Ratio

Debt to Equity Ratio (DER) adalah rasio keuangan utama dan

digunakan untuk menilai posisi keuangan suatu perusahaan. Rasio

ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk melunasi

kewajibannya. Rasio debt to equity ini merupakan rasio penting

untuk diperhatikan pada saat memeriksa kesehatan keuangan

perusahaan. Jika rasionya meningkat, berarti perusahaan dibiayai

oleh kreditor (pemberi hutang) dan bukan dari sumber

keuangannya sendiri yang mungkin merupakan trend yang cukup

berbahaya. Pemberi pinjaman dan investor biasanya memilih debt

to ratio yang rendah karena kepentingan mereka lebih terlindung

jika terjadi penurunan bisnis pada perusahaanyang bersangkutan.

Rasio DER digunakan untuk mengukur perimbangan antara

kewajiban yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri (Ircham,

2014) Karena DER mencerminkan besarnya proposi antara total


1

debt (total utang) dan total shareholder’s equity (total modal

sendiri), maka semakin tinggi rasio DER berarti modal sendiri

yang digunakan semakin sedikit di banding dengan utangnya,.

Semakin besar perusahaaan menggunakan utang untuk membiayai

kegiatanya, maka perusahaan harus menanggung beban bunga

yang semakin besar pula. Oleh karena itu, perusahan harus

berusaha agar DER bernilai rendah atau berada dibawah standar

industri yaitu 80% atau 0.80 (Kaungang, 2013). Kreditur jangka

panjang lebih menyukai rasio DER yang kecil karena menunjukkan

resiko kerditur yang kecil. Berdasarkan penelitian (Sujoko & Ugy,

2007), DER berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai

perusahaan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian (Kusumajaya,

2011), dimana DER berpengaruh positif terhadap nilai perusahan

Hutang
DER=
Ekuitas

Debit DER menurut (Agnes Sawir, 2003) adalah rasio yang

menggambarkan perbandingan utang dan ekuitas dalam pendanaan

perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan

tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibanya.Tujuan memaksimumkan

nilai perusahaan dapat ditempuh dengan memaksimumkan nilai sekarang

semua keutungan pemegang saham yang diharapkan akan diperoleh

dimasa datang. Kemakmuran pemegang saham akan meningkat apabila

harga saham yang dimilikinya meningkat.


1

d) Debt to asset rasio

Menurut (Kasmir, 2008) adalah rasio hutang yang digunakan

untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total

aktiva. Semakin tinggi rasio ini bearti semakin besar jumlah modal

pinjaman yang digunakan untuk investasi pada aktiva guna

menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.

DAR adalah rasio hutang terhadap aset yang dalam hakikatnya

digunakan untuk mengukur persentase besarnya dana atau modal

yang disediakan oleh kreditur. Kegunaan rasio ini secara spesifik

adalah untuk mengukur seberapa besar investasi aktiva dibiayai

dengan total utang (Ircham et all, 2014). Semakin tinggi rasio ini,

berarti semakin besar jumlah modal pinjaman digunakan untuk

investaasi pada aktiva. Semakin rendah rasio ini, menunjukkan

bahwa semakin baik keadaan keuangan suatu perusahaan. Standar

indusri untuk rasio ini menurut (Kaunang, 2013) adalah sebesar

35% atau 0,35. Berdasarkan penelitian ( Kusuajaya, 2011), DAR

berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Adapun rumus

menghitung debt to asset ratio (DAR) menurut Kasmir (2008 :

156) adalah sebagai berikut :

Total debit
DAR=
Total asset

Debit to total Asset Ratio (DAR) digunakan untuk mengukur

seberapa besar jumlah aktiva perusahaan dibiayai dengan total hutang.


1

Semakin tinggi rasio ini berarti semakin besar jumlah modal pinjaman

yang digunakan untuk investasi pada aktiva guna menghasilkan

keuntungan bagi perusahaan (AR, 2006). Rasio ini merupakan persentase

dana yang diberikan kreditor bagi perusahaan. DAR adalah variabel yang

mendefinisikan seberapa banyak proposi dari aktiva yang sumber

pendanaannya dari pinjaman atau kredit.

Pengaruh antar variable :

a. Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap nilai perusahaan

Semakin tinggi rasio Debt to Equity Ratio maka mengakibatkan

semakin tinggi jumlah modal pinjaman yang digunakan dalam

pengoperasian suatu perusahaan. Dimana sebuah perusahaan yang

memiliki DER tinggi adalah perusahaan yang lebih banyak dibiayai

oleh kreditor bukan dari modal sendiri, hal ini lah yang mempengaruhi

pandangan investor atas kinerja suatu perusahaan yang otomatis juga

mempengaruhi nilai perusahaan. Karena nilai DER sangat diperhatikan

para investor dalam meniliai kinerja suatu perusahaan. Jika DER kecil

investor memiliki kepercayaan bahwa perusahaan tersebut mampu

mendapatkan income yang mampu menutupkan semua biaya

oprasional perusahaan tanpa perlu meminjam uang untuk

melaksanakan oprasionalnya, hal inilah yang menambah nilai

perusahaan. Meningkatkan nama baik perusahaan sehingga mampu

menarik daya beli pembeli saham serta dengan sengaja atau tidak
1

sengaja meningkatkan harga saham dengan nama perusahaan yang

sudah bagus dimata investor.

b. Pengaruh Debt to Asset Ratio terhadap nilai perusahaan

Semakin tinggi rasio Debt to Asset ratio maka mengakibatkan semakin

tinggi pula jumlah modal pinjaman yang digunakan pada aktiva.

Sebaliknya semakin rendah rasio Debt to Asset Ratio ini maka semakin

rendah pula modal yang diperoleh dari pinjaman, yang berarti bahwa

semakin baik pula kadaaan keuangan perusahaan. Hal ini menurut

penelitian terdahulu memiliki pengaruh yang positif terhadap nilai

perusahaan. Dalam hal ini DAR mempengaruhi nilai perusahaan

karena dar memiliki daya tarik minat investor dalam mementukan

pilihan investasi. investor tidak akan berminat atau kecil kemungkinan

untuk menanamkan modal pada perusahaan yang memiliki hutang atau

resiko hutang yang besar karna akan berpengaruh negative terhadap

income yang diterima, maka dari itu, besar kecilnya nilai rasio DAR

sangat mempengaruhi nilai perusahaan. Jika nilai rasio DAR besar

akan mngurangi nilai perusahaan, sebaliknya jika rasio DAR kecil

akan menambah nilai perusahaan.


1

F. Penelitian Terdahulu

Tabel 3.

Penelitian terdahulu

Variabel
No. Nama Peneliti Alat analisis Hasil penelitian
peneliti
Dependen : Analisis of Hasil penelitian
nilai data using menunjukkan
perusahaan simple bahwa struktur
Variabel : liniear modal tidak
struktur modal regression berpengaruh
analysis. signifikan nilai
Julia Putri Analysis of perusahaan.
1.
(2016) data using ukuran perusahaa.
multiple
linier
regression
analysis
with spss
19.
2. Sonny Dependen : Regresi Variable
Prasetyo Nilai linier kepemilikan
Wibowo perusahaan bergamda manajerial tidak
(2014) Dependen : mempengaruhi
Variabel : Nilai nilai perusahaan,
kepemilikan perusahaan variable
manajerial, instutitional tidak
kepemilikan Variable : mempengaruhi
institusional, Pecking nilai perusahaan,
kebijakan order theory kebijakan dividen
dividen, tidak
kebujakan mempengaruhi
hutang, nilai perusahaan,
kebiajakan kebijakan
investasi, investasi terbukti
kekurangan mempengaruhi
1

perusahaa, nilai perusahaan,


pertumbuhan kebijakan hutang
perusahaan. tidak
mempengaruhi
nilai perusahaan,
ukuran
perusahaan
terbukti
mempengaruhi
nilai perusahaan,
pertumbuhan
perusahaan tidak
terbukti
mempengaruhi
nilai perusahaan.
Dependen : Uji statistic perusahaan yang
Nilai parametric diteliti pada tahun
perusahaan 2002 dan 2003
tidak mempunyai
Variabel : hubungan
Struktur modal (korelasi) antara
besarnya nilai
rasio DER dan
ROA. Sedangkan
pada tahun 2004
mempunyai
Synthia A. hubungan
3. Sari (korelasi) antara
(2006) besarnya nilai
rasio DER dan
ROA dan adanya
hubungan yang
negatif
membuktikan
bahwa berlakunya
pecking order
theory pada
perusahaan go-
public di
Indonesia.
4. Risa Rolita Dependen : Regresi DAR dan DER
(2014) perusahaan koofisisien memberikan
dengan pengaruh yang
Variabel : signifikan signifikaan
Struktur modal, level 5% terhadap
keputusan
1

investasi
Dependen : Analisis ukuran
Nilai regresi perusahaan dan
perusahaan linier pertumbuhan
berganda perusahaan secara
Variabel : positif signifikan
Struktur modal mempengaruhi
struktur modal
perusahaan yang
AA Sg Mira
terdaftar di indeks
Dewi
saham
5. Setiawati dan
KOMPAS100.
Wayan Putra
Variabel
(2015)
profitabilitas
secara negatif
signifikan
mempengaruhi
struktur modal
perusahaan di
indeks
KOMPAS100.
Dependen : Analisis pendanaan
Nilai regresi berpengaruh
perusahaan dengan positif dan
pendekatan sifnifikan
Variabel : fixed effect terhadap
Pecking order model penerbitan utang.
theory Namun,
Perusahaan hanya
mengambil
keputusan
Devita
pendanaan
Febriana dan
6. melalui utang
Arief Yulianto
sebesar 45.5%.
(2017)
Simpulan dari
penelitian ini
adalah
perusahaan
Manufaktur
menerapkan
pecking order
theory dalam
kebijakan struktur
modal mereka
(Sumber : data olahan)
1

G. Kerangka Penelitian

Dari penelitian terdahulu dapat disimpulkan struktur modal dapat

mempengaruhi nilai perusahaan. Dapat dilihat dari bagan berikut ini

Bagan penelitian

DER

NILAI
PERUSAHAAN

DAR

H. Hipotesis

Berdasarkan kerangka diatas, hiptesis nilai perusahaan adalah:

H1 : diduga struktur modal berpengaruh signifikan terhadap nilai

perusahaan.

H2 : diduga perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII)

mengimplementasikan pecking order theory

I. Metode Penelitian

1. Lokasi dan objek penelitian lokasi, penelitian ini diambil dari BEI

yang diambil dari website remi yaitu www.idx.co.id dan objek


1

penelitiannya pada perusahaan manufaktur yang terdatar di Jakarta

Islamic Index periode th 2017-2018

2. Operasional variable

Variable penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi

tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Variable terdiri

atas 2 macam yaitu variable independen atau variable bebas (X) atau

variable dependen (Y). variable dalam penelitian ini adalah :

1) Variable X : Struktur Modal (Debt to Asset Ratio , Debt to

Equity Ratio)

2) Variable Y : Nilai Perusahaan

Tabel 4

Operasional variable

Variable Definisi Indiaktor Skala


Perimbangan
antara modal
asing dengan hutang
DER=
modal sendiri. ekuitas
Dimana modal
asing adalah
hutang jangka
panjang
Struktur maupun hutang Rasio
modal jangka pendek. Totaldebit
DER=
Sedangkan Asset
modal sendiri
terbagi atas
laba ditahan &
penyertaan
kepemilikan
modal
Nilai PVB Rasio
1

perusahaan
merpakan
Nilai persepsi
perusahaan investor
terhadap
tingkat harga saham perlembar
¿ × 100 %
keberhasilan nilai buku lembar saham
perusahaan
yang sering
dikaitkan
dengan harga
saham.
Sumber : data yang telah diolah

3. Metode penentuan sampel

a. Populasi

Populasi pada peneltian ini adalah perusahaan yang terdaftar di

Jakarta Islamic Index (JII) tahun 2017-2018 sebanyak 15

perusahaan.

b. Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15

perusahaandengan kriteria pengambilan metode purposive

sampling dengan kriteria:

1. Perusahaan yang telah lama mendaftarkan obligasi di BEI

2. Perusahaan tersebut lebih terkenal dibanding perusahaan lain

3. Perusahaan yang memiliki hutang yang cukup besar.


1

Tabel 5

Daftar perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index

(JII)

NO KODE
NAMA PERUSAHAAN
. PERUSAHAAN

1 ADRO Perusahaan Adaro Energy Tbk

2 AKRA) AKR Corporindo Tbk

3 ASII Astra Internasional Tbk

4 BSDE Bumi Serpong Damai Tbk

5 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk

6 INCO Vale Indonesia

Indofood Sukses Makmur (INDF)


7 INDF

8 PGAS Perusahaan Gas Negara

9 PTPP PP (Persero)

10 SMGR Semen Indonesia Persero

11 SMRA Summarecon Agung Tbk

12 TLKM Telekomunikasi Indonesia Persero

13 UNTR United Tractors Tbk

14 UNVR Unilever Indonesia

15 WIKA Wijaya Karya Persero Tbk


1

4. Metode pengumpulan data

Metode yang digunakan dalam penggunaan pengolahan data ini adalah

dengan regresi linier berganda dengan menggunakan aplikasi E-Views.

1. Persamaan Regresi Berganda

5. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data penelitian ini dilakukan dengan cara regresi

berganda dengan menggunakan metode OLS (Ordinary LeastSquare),

Untuk itu kriteria syarat yang harus dipenuhi adalah BLUE (Best

Linear Unbiased Estimator). Data diolah dengan menggunakan

software E-Views.

1) Persamaan Regresi Berganda

Y̌ = a+ β 1× 1+ β 2 ×2+ ϵ

keterangan :

γ : Nilai perusahaan

a : Konstanta

β 1 : Koefisien Inflasi

β 2 : Koefisien Tingkat Suku bunga

×1 : DER

×2 : DAR

2) Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas : Uji Normalitas bertujuan menguji apakah

dalam model regresi, variabel penganggu atau residual

mempunyai distribusi normal atau apakah terdapat perbedaan


1

antara data dengan rata-rata data keseluruhan. Uji normalitas

dalam software e-views menggunakan aplikasi Jarque Beta.

Hipotesis dalam uji normalitas,yaitu :

Ho : Data Normal

Ha : Data tidak normal

Ketentuan yang dipenuhi dalam uji normalitas adalah :

Jika prob Jarque Beta >0,05 Ho diterima

Jika prob Jarque Beta < 0.05 Ha diterima

b. Uji Multikolinearitas : Suatu asumsi yang mengharuskan tidak

adanya korelasi yang kuat antar variabel bebas (Independend).

Uji multikolineariatas dalam software e-views menggunakan

aplikasi VIF.

Ketentuan yang dipenuhi dalam uji multikolinearitas adalah :

Nilai R Square yang tinggi, tetapi nilai uji t kebanyakan tidak

signifikan dengan nilai standar error yang tinggi.

Nilai R Square Auxiliary > R Square Awal

Nilai Variance Inflation Factor > 10

c. Uji Autokorelasi : Terdapatnya korelasi sempurna antara data

periode sekarang (t) dengan data sebelumnya (t-1). Akibat

autokorelasi, hasil estimasi tetap linear, tidak bias (linear-

unbased), tetapi tidak efisien (varians underestimate). Nilai std

error hasil estimasi OLS lebih besar dari std error yang
1

sebenarnya, sehingga ada kecenderungan menerima hipotesis

nol.

Hipotesis dalam uji Autokorelasi :

Ho : Tidak terdapat korelasi pada data

Ha : Tdp korelasi pada data

Statistik durbin watson memberikan signifikansi, yaitu dengan

menetapkan batas atas (DU) dan batas bawah (DW) dengan

ketentuan:

D < DL = terdapat autokorelasi

D > DU = tidak terdapat autokorelasi

DL < D < DU = hasil pengujian tidak inclusive

d. Uji Heteroskedatisitas : pengujian yang terjadi karana residu

dari suatu persamaan regresi berubah-rubah pada suatu rentang

data tertentu.Jika terjadi heterokedastisitas, estimasi OLS tetap

menghasilkan estimator yang tidak bias (unbiased) , tetapi

tidak efisien karena tidak memiliki varians

minimum.Heterokedastisitas biasanya terjadi pada data cross

section. Uji heteroskedatisitas dalam software e-views

menggunakan aplikasi Glejser.

e. Uji Hipotesis

Uji F atau Uji Simultan : Uji F dilakukan untuk melihat

pengaruh variabel bebas secara bersamasama terhadap


1

variabel tidak bebas. Kriteria dalam Uji F atau Uji Simultan

adalah :

Ha diterima, jika Fhitung > Ftabel

Ha ditolak, jika Fhitung < Ftabel

Uji T atau Uji Parsial : Uji T dilakukan untuk menguji

bagaimana pengaruh masing-masing variabel bebasnya secara

sendiri-sendiri terhadap variabel terikatnya. Kriteria dalam Uji

T atau Uji Parsial adalah:

6. Sistematika Penulisan

Untuk mengetahui secara garis besar penyusunan proposal ini, maka

penulis membanginya menjadi 6 (enam) Bab seperti ini:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis menjabarkan mengenai Latar belakang

masalah,rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

serta sistematika penulisan.

BAB II : TELAAH PUSTAKA

Pada bab ini dikemukakan landasan teori yang

berhubungan dengan penelitian ini, dan juga hipotesis.

BAB III : METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan menjelaskan tentang metode apa yang

digunakan dalam penelitian ini, lokasi/objek penelitian,

operasionalisasi variable penelitian, populasi dan sampel,


1

jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, serta

teknik analisis data.

BAB IV : GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

Pada bab ini akan menjelaskan mengenai bagaimana respon

dari pelaku usaha sebagai objek pada penelitian.

BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHSAN

Pada bab ini akan diuraikan mengenai hasil dari analisis

data.

BAB VI : PENUTUP

Pada bab ini berisi kesimpulan dari pembahasan pada bab-

bab sebelumnya, serta saran yang dapat diberikan penulis.


1

Rencana Daftar Isi

Halaman Judul

SK Penunjukan Pembimbing

Halaman Pengesahan Skripsi

Abstrak

Kata Pengantar

Daftar Isi

Daftar Tabel

Daftar Gambar

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

1.2 Perumusan Masalah

1.3 Tujuan Dan Mamfaat Penelitian

1.4 Sistematika Penulisan

BAB II : TELAAH PUSTAKA DAN HIPOTESIS


1

BAB III : METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi/Objek Penelitian

3.2 Operasional Variabel Penelitian

3.3 Populasi Dan Sampel

3.4 Jenis Dan Sumber Data

3.5 Teknik Pengumpulan Data

3.6 Teknik Analisis Data

BAB IV : GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB VI : PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

Daftar Pustaka

Lampiran

Riwayat Hidup Penulis


1

Daftar Pustaka

abdul muid, m., & noerirawan, r. (2012). pengaruh faktor internal dan
eksternal perusahaan terhadap nilai perusahaan. jurnal akuntansi ,hal 4.

Agnes, S. (2008). Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan


Keuangan. jakarta : Pt Gramedia Pustaka Utama.

Agus, S. (2010). manajeman keuangan teori dan aplikasi. edisi ke4.


Yogyakarta: BPFE.

Ahmad, R., & Herni, A. (2010). manajeman keuangan. jakarta: mitra


wacana media.

Ambarwati, S. (2010). manajeman keuangan lanjut. Ygyakarta: Graha


Ilmu.

AR, S. (2006). Metde Penelitian Bahasa. Bandung: PT Remaja Rsdakarya.

Brigham, E., & Gapensi, L. (1993). Intermediete Financial Management .


New York: The Dryden Press.

brigham, e., & Michael C, E. (2014). Financial Managemen : Theory and


Practic. ohio : south-westrent cengege learning , hal 14.

Christiawan, Y. J., & Tarigan, J. (2007). kepemilikan manajerial :


kebijakan hutang, kinerja dan nilai perusahaan. jurnal akutansi dan keuangan 9
(1), 1-8, 2007 , hal 8.
1

Fakhruddin, & Hardianto, S. (2001). perangkat dan model analisis


investasi di pasar modal. jakarta: Buku satu. Elex Media Komputindo.

febriana.d. (2017). pengujian pecking ordher theory di indonesia.


management analysis journal , hal 13.

ghazouani, t. (2013). The capital structure through the trade-off theory:


evidence from tunisian firm. international journal of economics and financial
issue ,hal 12.

Gitman, L. J. (2006). principles of manegerial finance. USE: pearson.

Harmono. (2009). manajeman kauangan berbasis balanced screcard


(pendekatan teori,kasus,dan riset bisnis). jakarta: Bumi Aksara.

Horne, V. J., & Wachowicz, J. M. (2010). prinsip-prinsip manajeman


keuangan. buku 2, edisi 2. jakarta: selemba empat.

Ircham, M. e. (2014). pengaruh strukur modal dan profitabilitas terhadap


harga saham. jurnal akuntansi bisnis , vol 11.

Kasmir. (2008). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta:


PT.Rajagraindo Persada.

Kaunang, J 2013. analisis lapran aruskas sebagai alat ukur untuk meniai
kinerja pada pt pegadaian (persero) cabang manado timur. . EMBA , vol I.

Keown, A 2004. manajemen keuangan : prinsip-prinsip dan aplikasi.


jakarta: PT. Index Kelompok Gramedia.

lihan, R. P., & B. A 2010. pengaruh keputusan investasi, keputusan


pendanaan dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan. Simposium Nasional
Akuntansi XII purwekerto , hal 13.

modigliani, f., & miller, m. H 1963. the cost of capital corporate finance
and the theory of investment. the american economic review , vol. 48.

myers, s. C 1984. the capital structure puzzle. NBER , 35.

Myers, S., & Majluf, N 2017. Corporate Financing and Investment


Decisions When Firms Have Information That Investors Do Not Have. journal of
Financial Economics, hal 13, .

putri, j 2016. pengaruh struktur modal terhadap nilai perusahaan pada


perusahaan manufaktur go public. jom fisip , hal 12.
1

Rolita, R 2014. huungan struktur modal dan keputusan investasi pada


perusahaan manuaktur . jurnal keuangan dan perbankan , hal 14.

Ross, S. A 2010. Fundamentals o Coporate Finance Alternate Edition.


Singapure: Mc Graw-Hill Higher Education.

Sari, A 2016. analisis huungan struktur modal berdasarkan static trade off
theory dan peking order theory pada perusahaan publik di bei periode tahun 2002-
2004 . business dan management journal bunda mulia , hal 14.

Setiawati, A., & Putra, W 2018. pengujian trade off theory pada struktur
modal perusahaan dalam indeks saham kompas 100. e-jurnal akutansi uniersitas
udayan , hal 18.

solvatore, d 2005. ekonomi manajerial dalam perekonomian global.


jakarta: salemba empat.

Sudana, I. M 2011. Manajeman Keuangan perusahaan. Jakarta: Erlangga.

Sujoko, & Ugy, S 2007. pengaruh struktur kepemilikan saham, leverage,


faktor interen dan faktor eksteren terhadap nilai perusahaan . Juernal
Manajemandan Kewirausahaan , vol 9 .

Weston, J. F., & Copeland, T. E 2001. manajeman keuangan jilid I. Edisi


ke-9. jakarta: Binarupa Aksara.

Wiratika, I., & Fitriyah, Z 2018. pengujian trade off theory dan pecking
order theory di jakarta islamic index. jurnal bisma , hal 12.

Anda mungkin juga menyukai