Anda di halaman 1dari 3

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kesehatan merupakan suatu keadaan sehat baik jasmani dan rohani.
Kesehatan merupakan salah satu hak asasi manusia yang telah diakui
keberadaannya dan menjadi hak asasi utama untuk dapat mewujudkan hak
asasi lainnya. Orang yang sehat akan dapat mewujudkan hak asasi
manusianya dengan baik dan akan melawan jika hak asasi manusianya
dirampas, begitu pula sebaliknya. Selain itu, kesehatan juga merupakan
bagian dari kesejahteraan setiap orang. Tidak ada orang yang sejahtera tanpa
kesehatan di dalamnya, sehingga orang yang sejahtera dapat dikatakan dia
akan mencapai kesehatan yang setinggi-tingginya.
Hak kesehatan sebagai hak asasi manusia adalah hak yang melekat
pada seseorang karena kelahirannya sebagai manusia, bukan karena
pemberian seseorang atau negara, dan oleh sebab itu tentu saja tidak dapat
dicabut dan dilanggar oleh siapa pun. Sehat itu sendiri tidak hanya sekadar
bebas dari penyakit, tetapi adalah kondisi sejahtera dari badan, jiwa, dan
sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara ekonomis.
Hak atas kesehatan bukanlah berarti hak agar setiap orang untuk menjadi
sehat, atau pemerintah harus menyediakan sarana pelayanan kesehatan yang mahal
di luar kesanggupan pemerintah.
Masyarakat di Indonesia berhak mendapatkan keadilan dalam hal kesehatan, baik
dari segi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Keadilan dalam hal ini yaitu
keadilan pelayanan kesehatan yang menyeluruh/ komprehensif. Keadilan dalam hal
kesehatan ini sesuai dengan teori keadilan Aristoteles dan John Rawls.
Pokok pandangan keadilan Aristoteles adalah sebagai suatu pemberian hak
persamaan tapi bukan persamarataan. Aristoteles membedakan hak persamaannya
sesuai dengan hak proposional. Keadilan menurut pandangan Aristoteles dibagi ke
dalam dua macam keadilan yaitu keadilan distributif dan komutatif. Keadilan
distributive adalah keadilan yang memberikan kepada tiap orang porsi menurut
prestasinya. Keadilan komutatif memberikan sama banyaknya kepada setiap orang
tanpa membeda-bedakan prestasinya. Distribusi yang adil boleh jadi merupakan
distribusi yang sesuai degan nilai kebaikannya, yakni nilainya
bagi masyarakat.5 Keadilan distributif Aristoteles ini berlaku dalam kesehatan
bukan berdasarkan atas hubungan prestasi masyarakat dengan kesempatan
mendapatkan pelayanan kesehatan, akan tetapi lebih ditonjolkan bahwa setiap
kasus-kasus yang sama memiliki penanganan atau pelayanan kesehatan yang
sama, dan kasus yang satu dengan yang lain dapat berbeda pelayanan
kesehatannya sesuai dengan kebutuhan masing-masing kasus yang ditangani.
Keadilan komutatif Aristoteles dalam hal kesehatan menunjukkan bahwa
tidak adanya pembedaan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Setiap
masyarakat berhak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan mulai dari
promotif sampai dengan rehabilitatif sesuai keadaannya. Hal ini sesuai dengan
dengan Pasal 2 Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan dan
Pasal 2 Undang-undang No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit yang intinya
adalah penyelenggaraan kesehatan harus adil dan merata dengan pembiayaan
yang terjangkau kepada seluruh masyarakat. Lebih jauh, Pasal 2 Undang-
undang No. 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial mengatakan bahwa
asas keadilan adalah dalam penyelenggaraan kesehatan sosial harus
menekankan pada aspek pemerataan, tidak diskriminatif dan keseimbangan
antara hak dan kewajiban.
Teori keadilan yang memiliki arti persamaan terhadap pemenuhan
hak kesehatan seperti teori keadilan Aristoteles yaitu teori keadilan oleh John
Rawls. John Rawls dipandang sebagai perspektif “liberal-egalitarian
of social justice”, berpendapat bahwa keadilan adalah kebajikan utama dari
hadirnya institusi-institusi sosial (social institutions). Kebajikan bagi seluruh
masyarakat tidak dapat mengesampingkan atau menggugat rasa keadilan dari
setiap orang yang telah memperoleh rasa keadilan, khususnya masyarakat
lemah pencari keadilan. John Rawls mengembangkan gagasan mengenai
prinsip-prinsip keadilan dengan menggunakan sepenuhnya konsep ciptaanya
yang dikenal dengan posisi asli (original position) dan selubung
ketidaktahuan (veil of ignorance). Konsep selubung ketidaktahuan diterjemahkan
oleh Rawls bahwa setiap orang dihadapkan pada tertutupnya seluruh fakta dan
keadaan tentang dirinya sendiri, termasuk terhadap posisi sosial dan doktrin
tertentu, sehingga membutakan adanya konsep atau pengetahuan tentang keadilan
yang tengah berkembang. Konsep selubung ketidaktahuan oleh Rawls menggiring
masyarakat untuk memperoleh prinsip persamaan yang adil dengan teorinya
disebut sebagai “Justice as fairness”. Berdasarkan teori Rawls tersebut, tampak
bahwa penerapan teori tersebut di dalam dunia kesehatan secara utama didasari
prinsip keadilan, kesamaan, kebebasan, dan rasional. Status sosial, suku, ras,
bangsa, jenis kelamin, agama dan lain-lainnya tidak dapat menjadi suatu alasan
seseorang.
tidak terlayani di dalam dunia kesehatan. Keadilan terhadap pemenuhan hak
kesehatan tidak hanya mengenai persamaan mendapatkan layanannya, akan
tetapi juga dipandang dari segi ketersediaan fasilitas kesehatan, sumber daya
yang kompeten, kelegalan status fasilitas.

Anda mungkin juga menyukai