Anda di halaman 1dari 21

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Data Global Cancer Observatory 2018 dari World Health Organization (WHO)
menunjukkan kasus kanker yang paling banyak terjadi di Indonesia adalah kanker
payudara, yakni 58.256 kasus atau 16,7% dari total 348.809 kasus kanker. Kanker
serviks (leher rahim) merupakan jenis kanker kedua yang paling banyak terjadi di
Indonesia sebanyak 32.469 kasus atau 9,3% dari total kasus. Kementerian
Kesehatan (Kemenkes) menyatakan, angka kanker payudara di Indonesia
mencapai 42,1 orang per 100 ribu penduduk. Rata-rata kematian akibat kanker ini
mencapai 17 orang per 100 ribu penduduk. Sementara itu, angka kanker serviks di
Indonesia mencapai 23,4 orang per 100 ribu penduduk. Rata-rata kematian akibat
kanker serviks mencapai 13,9 orang per 100 ribu penduduk.

Dalam tahun 2018 mulai Januari hingga Desember didapatkan wanita yang
melakukan pemeriksaan IVA di puskesmas Tanjung Palas sebanyak 82 wanita
sedangkan pada tahun 2019 mulai bulan Januari Hingga Oktober didapatkan jumlah
wanita melakukan pemeriksaan IVA sebanyak 64 wanita.

Kanker leher rahim merupakan tumbuhnya sel-sel abnormal pada jaringan


serviks atau leher/mulut rahim. Serviks merupakan bagian ujung depan rahim yang
menjulur ke vagina. Penelitian menunjukkan, 99,7% kanker serviks terkait dengan
infeksi Human Papilloma Virus (HPV). Setelah terinfeksi HPV, infeksi bisa
berkembang menjadi kanker serviks biasanya setelah 10–20 tahun. Meskipun
begitu, tak semua infeksi HPV akan berubah menjadi kanker serviks. Kanker serviks
banyak terjadi pada rentang usia 35 – 55 tahun. Rendah angka kejadian pada usia
di bawah 20 tahun. Sedang pada usia di atas 65 tahun angka kejadiannya sekitar
20%.

Meskipun ilmu kedokteran telah berkembang pesat, hingga kini kanker


merupakan penyakit yang tidak diketahui penyebabnya secara pasti. Memang ada
banyak faktor yang memengaruhi seperti merokok/terkena paparan asap rokok,
mengkonsumsi alkohol, paparan sinar ultraviolet pada kulit, obesitas dan diet tidak

1
2

sehat, juga kurang aktivitas fisik, dan infeksi yang berhubungan dengan kanker.
Penyakit yang menjadi momok mengerikan ini toh menurut para ahli diperkirakan
dapat dicegah hingga 40% kanker, dengan mengurangi faktor risiko terjadinya
kanker tersebut. Untuk mencapainya, memang diperlukan upaya peningkatan
kesadaran masyarakat untuk mencegah faktor risiko tersebut dan peningkatan
program pencegahan dan penanggulangan yang tepat. Salah satu kebijakan yang
telah diambil oleh pemerintah adalah Program pengendalian kanker khususnya
deteksi dini kanker Rahim dan payudara dengan metoda IVA (Inspeksi Visual
dengan Asam Asetat)

Sayangnya, di Indonesia penderita kanker serviks masih tinggi angkanya yang


berobat setelah berada dalam stadium lanjut. Kesadaran untuk melakukan deteksi
dini kanker serviks memang masih rendah. Keganasan kanker leher rahim
sebetulnya dapat dicegah dengan melakukan deteksi dini. Pemeriksaan bisa
dilakukan dengan metode pap smear atau dengan IVA alias inspeksi visual dengan
asam asetat. Pap smear merupakan deteksi dini kanker dengan mengambil lendir
dari area dalam vagina, lalu diperiksa di laboratorium untuk pengecekan ada
tidaknya sel-sel abnormal. Hasilnya bisa diketahui dalam satu - dua minggu.
Pemeriksaan pap smear dulu merupakan andalan. Sayang harganya belum
terjangkau untuk semua kalangan, terutama wanita Indonesia yang tinggal jauh dari
fasilitas kesehatan lengkap seperti rumah sakit atau laboratorium besar. Yang
kemudian semakin meluas adalah metode IVA, metode deteksi awal yang lebih
murah dan mudah. IVA merupakan deteksi untuk mengetahui kondisi serviks
dengan melihat abnormalitas setelah mengoleskan larutan asam asetat (asam cuka
3-5%). Asam asetat akan memperlihatkan dan menandai sel pra-kanker bila ada
dengan perubahan warna agak keputihan. Bedanya, hasil IVA bisa diketahui
seketika itu juga (15 menit). Harganya lebih murah, caranya lebih mudah, dan
biasanya bisa dilakukan para bidan atau petugas puskesmas. Jika hasilnya sudah
diketahui, bisa ditentukan langkah selanjutnya. Bila normal, Anda dianjurkan
mengulang pemeriksaan setidaknya lima tahun sekali. Bila meragukan, tenaga
kesehatan biasanya akan merujuk Anda untuk melakukan pemeriksaan lanjutan.

Bila terlihat sel-sel abnormal, maka Anda akan dirujuk ke ahlinya. Kapan Anda
bisa melakukan tes IVA? Pada prinsipnya tes ini bisa dilakukan kapan saja dalam
3

siklus menstruasi, dalam masa nifas, atau pun paska keguguran.  Sebaiknya
lakukan pemeriksaan setelah selesai hari menstruasi. Sebaiknya Anda juga tidak
dalam keadaan hamil serta hindari melakukan hubungan intim 24 jam sebelum
pemeriksaan. Lakukan deteksi setidaknya sekali ketika menginjak usia 35 – 40
tahun. Bila memungkinkan ulangi setiap tahun atau setiap lima tahun pada rentang
usia 35 – 55 tahun.

Kanker Payudara adalah suatu kondisi yang ditandai dengan terjadinya


pertumbuhan sel-sel abnormal secara tidak terkontrol pada kelenjar dan jaringan
payudara. Faktor yang dapat memicu kanker payudara antara lain perokok aktif dan
pasif, pola makan buruk, usia haid pertama di bawah 12 tahun, perempuan tidak
menikah, perempuan menikah tidak memiliki anak, melahirkan anak pertama pada
usia 30 tahun, tidak menyusui, menggunakan kontrasepsi hormonal dan atau
mendapat terapi hormonal dalam waktu lama, usia menopause lebih dari 55 tahun,
pernah operasi tumor jinak payudara, riwayat radiasi   dan riwayat kanker dalam
keluarga.

Kanker payudara sangat berbahaya dan harus diwaspadai sejak dini. Meskipun
demikian, kanker payudara dapat dicegah dengan perilaku hidup sehat, rutin
melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) yang dilakukan oleh setiap
perempuan dan Pemeriksaan Payudara Klinis (SADANIS) oleh tenaga kesehatan
terlatih.

B. Identifikasi Isu

1. Belum adanya pengetahuan kader dalam pengisiankohort bayi dan balita pada
psyandu Buah hati SP 3 Tanjung Buka.
2. Belum optimalnya pengetahuan WUS mengenai vaksin TT pada warga Sp 3
Tanjung Buka
3. Belum optmalnya kesadaran wanita untuk melakukan deeksi dini kanker mulut
rahim dan payudara pada warga SP 3 Tanjng Buka.

C. Perumusan Dan Penetapan Isu


4

Identifikasi isu di atas menggambarkan secara kompleks permasalahan yang


sedang dihadapi di seluruh puskesmas yang ada di ruang lingkup kabupaten
Bulungan. Olehnya dari isu yang muncul tersebut dan untuk mendapatkan isu yang
pokok untuk segera ditindaklanjuti, karena data yang digunakan untuk mengukur
tingkat permaslahan dalam bentuk nilai/value, rata-rata dan atau presentasi maka
metode pengujian yang digunakan salah satu metode USG (Urgency, Seriousness,
Growth).

Metode USG adalah salah satu instrumen yang digunakan untuk menyusun
urutan priortas isu yang akan diselesaikan. Metode ini dilakukan dengan
menentukan tingkat urgensi, keseriusan dan perkembangan isu dengan
menentukan angka skala (1 s.d 5). Isu yang memiliki skor tertinggi merupakan isu
utama atau isu pokok yang akan segera diselesaikan.

Tabel 1.1
Indikator Skor

Skala Nilai
5 Sangat Besar
4 Besar
3 Sedang
2 Kecil
1 Sangat Kecil
Teknik analisis data USG terdiri dari Urgency, Seriousness, dan Growth
yang dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Urgency
Seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas dikaitkan dengan waktu yang
tersedia serta seberapa keras tekanan waktu tersebut untuk memecahkan
masalah yang menyebabkan isu tadi.
2. Seriousness
Seberapa serius isu tersebut perlu dibahas dikaitkan dengan akibat yang timbul
dengan penundaan pemecahan masalah yang menimbulkan isu tersebut atau
akibat yang menimbulkan masalah-masalah lain kalau masalah penyebab isu
tidak dipecahkan.
5

3. Growth
Seberapa besar kemungkinannya isu tersebut menjadi berkembang dikaitkan
kemungkinan masalah penyebab isu akan makin memburuk jika tidak segera
ditangani.

Skor dan prioritas yang dihasilkan dapat dilihat dari table berikut dengan teknik
analisis USG dapat dilihat pada table berikut:

Tabel 1.2

Matriks Penentuan Isu Utama dengan Metode USG


Kriteria
No. Isu Aktual/Masalah Pokok SKOR Prioritas
Urgency Seriousness Growth
Belum adanya pengetahuan kader
dalam pengisian kohort bayi dan
1. 2 3 3 8 II
balita pada posyandu Buah Hati
SP 3 Tanjung Buka

Belum optimalnya pengetahuan

2. WUS mengenai vaksin TT pada 2 3 2 7 III


warga SP 3 Tanjung Buka

Belum optimalnya kesadaran


wanita untuk melakukan deteksi

3. dini kanker mulut rahim dan 3 4 4 11 I


payudara pada warga SP 3
Tanjung Buka

Berdasarkan tabel teknik analisis menggunakan USG di atas, maka dapat diketahui
bahwa isu yang menjadi prioritas utama adalah Belum optimalnya kesadaran wanita
untuk melakukan deteksi dini kanker mulut rahim dan payudara pada warga SP 3
Tanjung Buka. Untuk isu yang menjadi prioritas kedua yaitu Belum adanya
pengetahuan kader dalam pengisian kohort bayi dan balita pada posyandu Buah Hati
6

SP 3 Tanjung Buka. Untuk isu yang menjadi prioritas ketiga Belum optimalnya
pengetahuan WUS mengenai vaksin TT pada warga SP 3 Tanjung Buka.

Dari hasil analisis isu dengan menggunakan teknik USG tersebut, maka isu yang
penulis angkat adalah isu yang mendapatkan skor tertinggi dan menjadi prioritas
pertama yaitu Belum optimalnya kesadaran wanita untuk melakukan deteksi dini
kanker mulut rahim dan payudara pada warga SP 3 Tanjung Buka. Setelah
menetapkan isu yang diangkat, selanjutnya penulis akan mencoba untuk mencari
gagasan pemecahan isu tersebut yaitu “Optimalisasi kesadaran wanita untuk
meningkatkan pemeriksaan kanker mulut rahim dan payudara dengan pesan
berantai pada warga SP 3 Tanjung Buka”.

D. Rencana Kegiatan, Tahapan Kegiatan dan Output yang Diharapkan

Adapun rencana kegiatan, tahapan kegiatan dan output yang akan


dilaksanakan beserta hasil kegiatan selama masa habituasi di Poskesde/Pustu SP 3
Tanjung Palas yaitu:

Tabel 1.3
Tabel Rencana Kegiatan,
Tahapan Kegiatan dan Output yang Diharapkan

No
Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/ Hasil
.
1. Membuat kerangka 1. Melakukan konsultasi dengan 1. Mendapat persetujuan
acuan mentor dari mentor
2. Mencatat hasil konsultasi 2. Catatan hasil
dengan mentor 3. Mendapatkan masukan
3. Melakukan koordinasi dengan dan tanggapan dari
pemegang program IVA pemegang program

2. Pengumpulan data Menganalisa data sasaran IVA Didapatkan warga yang


sasaran melalui data PIS-PK melakukan pemeriksaan
IVA masih kurang
3. Membuat media 1. Mengumpulkan referensi materi 1. Referensi terkumpul
7

No
Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/ Hasil
.
edukasi dengan baik
2. Memilah daftar referensi sesuai 2. Terpilahnya materi untuk
materi dijadikan edukasi
3. Mendesign media edukasi 3. Design media edukasi
(leaflet, stiker, kartu pencatatan, 4. Media edukasi telah
papan testimoni pemeriksaan dibuat
IVA dan payudara) 5. Media edukasi telah
4. Membuat media edukasi dicetak
5. Mencetak media edukasi

4. Menciptakan pesan 1. Melakukan IVA test dan 1. Pemeriksaan IVA dan


berantai untuk para SADANIS pada pasien payudara telah
wanita yang belum 2. Memberikan leaflet dan stiker dilakukan
melakukan 3. Meminta pasien mengisi papan 2. Leaflet telah diberikan
pemeriksaan IVA dan testimoni kepada pasien
sadanis 4. Meminta pasiesn 3. Pasien bersedia
menyampaikan pesan kepada menuliskan kesan
wanita sekitar lingkungan 4. Pasien bersedia
tinggal menyampaikan pesan
berantai
5. 1. Melakukan evaluasi 1. Melakukan evaluasi kegiatan 1. Evaluasi telah dilakukan
dengan melihat kunjungan
2. Membuat laporan 2. Laporan hasil telah
peserta IVA dan SADANIS
kegiatan dibuat
2. Mencatat laporan hasil kegiatan
8

BAB II

DESKRIPSI LOKUS

A. Deskripsi Umum
1. Gambaran Umum UPT. Puskesmas Tanjung Palas
Gambar 2.1 UPT. Puskesmas Tanjung Palas
9

UPT. Puskesmas Tanjung Palas adalah 1 dari 12 puskesmas induk


yang ada di kabupaten Bulungan Provinsi Kalimantan Utara. Khusus di
Kecamatan Tanjung Palas terdapat 2 buah puskesmas induk yaitu Puskesmas
Antutan dengan wilayah kerjanya meliputi Desa Antutan dan Pejalin. Alamat : jl.
Padat karya, desa gunung putih kec. Tanjung palas kab. Bulungan kalimantan
utara:
a. Cakupan wilayah meliputi 4 kelurahan dan 3 desa yaitu

1. Keluarahan tanjung palas hulu

2. Kelurahan tanjung palas hilir

3. Keluarahan tanjung palas tengah

4. Kelurahan karang anyar

5. Desa gunung putih

6. Desa teras baru

7. Desa teras nawang

b. Puskesmas Tanjung Palas memiliki 8 buah Puskesmas Pembantu, yaitu :


1. Pustu Teras Nawang
2. Pustu Teras Baru
8
3. Pustu Gunung Putih
4. Pustu Sungai Urang
5. Poskesdes SP 3
6. Poskesdes SP 4
7. Poskesdes Tanjung Palas Hulu
8. Poskesdes Tanjung Buyu

Gambar 2.2 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Palas


10

Pada saat ini, kegiatan dilakukan di daerah wilayah binaan Poskesdes


SP 3 Tanjung Buka berlokasi Kec. Tj. Palas Tengah, Kabupaten Bulungan,
Kalimantan Utara dengan wilayah kerja dua RT yaitu RT 12 dan RT 13, SP 3
merupakan satuan pemukiman bukaan baru dari Dinas Transmigrasi.
Didapatkan data sasaran IVA sebanyak 45 wanita pada RT 12 dan sebanyak
48 wanita pada RT 13.

Gambar 2.3 Peta Wilayah SP3

Gambar 2.4 Poskesdes / PUSTU SP 3 Tnjung Buka

2. Visi, Misi, Nilai-nilai, dan Motto Organisasi


11

a. Visi : Mewujudkan masyarakat Tanjung Palas yang mandiri untuk hidup


bersih dan sehat
b. Misi Puskesmas Tanjung Palas yaitu sebagai berikut :
1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
professional, bersatu, terstandarisasi, terjangkau merata dan
berkeadilan.
2. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga,
masyarakat dan lingkungan.
3. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup bersih dan sehat
melalui pengembangan UKBM.
4. Meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas sektor dalam
melaksanakan pembangunan kesehatan.
c. Nilai-nilai Organisasi
Adapun nilai-nila organisasi UPT. Puskesmas Tanjung Palas dalam
pelayan kesehatan yaitu sebagai berikut :
1. Pro Rakyat
Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, UPT. Puskesmas
Tanjung Palas selalu mendahulukankepentingan rakyat dan harus
menghasilkan yang terbaik untuk rakyat. Diperolehnya derajat
kesehatan yang setinggin-tingginya bagi setiap orang adalah salah
satu hak asasi manusia tanpa membedakan suku, golongan, agama,
dan status sosial ekonomi.
2. Inklusif
Semua program pembangunan kesehatan harus melibatkan semua
pihak (stakeholder), karena pembangunak kesehatan tidak mungkin
hanya dilaksanakan oleh UPT. Puskesmas Tanjung Palas saja.
Dengan demikian, seluruh komponen masyarakat harus berpartisipasi
aktif, yang meliputi lintas sektor, organisasi profesi, organisasi
masyarakat, pengusaha, dan masyarakat akar rumput.
3. Responsif
Program kesehatan harus sesuai dengan kebutuhan dan keinginan
rakyat, serta tanggap dalam mengatasi permasalahan di daerah,
situasi kondisi setempat, sosial budaya, dan kondisi geografis.
4. Berbasis keilmuan
12

Dalam penyelenggaraan dan pelaksanaan pembangunan kesehatan


wilayah kerja UPT. Puskesmas Tanjung Palas, dilaksanakan dengan
basis keilmuan dibidang kesehatan yang dilandasi dasar referensi,
data dan kompetensi.

d. Motto
“KITA SEHAT”

K : Kominikatif (Sebagai Pusat Ilmu, Informasi, Dan Kepustakaan Di


Bidang Kesehatan)
I : Integritas (Bertindak Konsisten Sesuai Dengan Nilai dan Kode Etik
Profesi)
T : Terjangkau (Pelayanan Mudan Dijangkau Masyarakat)
A : Akuntable (Dapat Dipertanggungjawabkan)
S : Sopan Santun (Dalam Pelayanan Dan Berperilaku)
E : Empati (Melayani Dengan Sepenuh Hati)
H : Handal (Melayani Secara Profesional dan Terstandarisasi)
A : Adil (Pelayanan Yang Merata Dan Tidak Membeda-bedakan)
T : Teladan (Panutan Masyarakat Dalam Ber-PHBS)

3. Tugas dan Fungsi Puskesmas


Permenkes RI Nomor 75 tahun 2014 (pasal4)
Tugas :
Melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan
kesehatan di wilayah kerjanya Terwujudnya kecamatan sehat.
Fungsi :
a. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya
b. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya

B. DESKRIPSI KHUSUS
1. Role Model
Gambar 2.5 Role Model
13

Dalam hal karakter, penulis memilih dr. Rahma Yulia Istuti sebagai role
model penulis dalam melaksanakan kegiatan aktualisasi. dr. Rahma merupakan
orang yang memiliki karakter yang mudah bergaul, penuh semangat, jujur dan
pekerja keras. Beliau juga penuh ketegasan, yaitu ketegasan beliau dalam
menjalankan tugas sebagai pimpinan puskemas. Beliau tegas dalam membuat
keptusan, tidak ada keragu-raguan dan cepat bertindak. Ketegasan terhadap
pegawai tetap dipegang teguh oleh dr Rahma. Penanganan gangguan, dalam
penyelesaian maslah atau menghentikan kelakuan buruk staf, beliau lebih
cenderung melalui kekeluargaan.

dr. Rahma adalah pemimpin yang lebih menekankan pada tupoksi yang
jelas dan tidak membuat jarak dengan staf sehingga lebih terbuka dan hal ini
menjadikan staf sebagai tim kerja, bukan dianggap
sebagai bawahan, dan hal ini pun menjadikan
beliau lebih mudah menjalin kemitraan dengan
lintas sector. Dr Rahma lebih fokus dalam
melaksanakan setiap kegiatan baik dalam atau luar
gedung sehingga mempunyai waktu lebih banyak
untuk melakukan pengawasan d internal dan
eksternal puskesmas seperti supervise, monitoring
dan evaluasi ke jejaring puskesmas. Beliau juga biasanya berperan sebagai juru
bicara yang dilakukan pada kegiatan luar gedung, seperti penyulungan,
sosialisasi program, dan pertemuan lintas sector, sehingga waktu untuk
melakukan kegiatan tersebut lebing memungkinkan mengingat tidak adanya
peran ganda dalam kepemimpinannya.

Dari beberapa peran beliau tersebut maka penulis menjadikan dr. Rahma Yulia
Istuti sebagai role model dalam menyelesaikan habituasi. Beliau sangat baik
dalam membimbing penulis dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang sudah
direncanakan dalam tahap aktualisasi. dalam penanganan masalah pun beliau
lebih bijak dan mengerti apa yang menjadi solusi terbaik.
14

BAB III
REALISASI AKTUALISASI

A. Realisasi Kegiatan dan Output


Rangkaian Kegiatan OPTIMALISASI KESADARAN WANITA UNTUK
MENINGKATKAN PEMERIKSAAN KANKER MULUT RAHIM DAN PAYUDARA
DENGAN PESAN BERANTAI PADA WARGA SP 3 TANJUNG BUKA KABUPATEN
BULUNGAN KALIMANTAN UTARA.

Tabel 3.1
Laporan Kegiatan dan Output
TAHAPAN
NO KEGIATAN KEGIATAN DOKUMENTASI

1 Membuat
kerangka
acuan

Melakukan
konsultasi
dengan mentor

Mencatat hasil
konsultasi
dengan mentor

14
15

Melakukan
koordinasi
dengan
pemegang
program IVA

Menganalisa data
Pengumpulan sasaran IVA
2
data sasaran melalui data PIS-
PK

3 Membuat
media edukasi

Mengumpulkan
referensi materi

Memilah daftar
referensi sesuai
materi
16

Mendesign
media edukasi
(leaflet, stiker,
papan testimoni
pemeriksaan IVA
dan payudara)

Mencetak media
edukasi
17

Melakukan
pemerikaan IVA
test dan
SADANIS pada
pasien

Menciptakan
pesan berantai
untuk para
wanita yang
4 belum
melakukan
pemeriksaan
IVA dan
sadanis

Memberikan
leaflet dan stiker
18

Meminta pasien
mengisi papan
testimoni

Meminta pasien
menyampaikan
pesan kepada
wanita sekitar
lingkungan
tinggal
19

1. Evaluasi
2. Membuat
5
laporan
kegiatan

1 Melakukan
evaluasi
kegiatan dengan
melihat
kunjungan
peserta IVA dan
SADANIS

2. Membuat
laporan
kegiatan
20

B. FAKTOR PENDUKUNG REALISASI AKTUALISASI


Pelaksanaan aktualisasi pada unit kerja penulis terdapat beberapa faktor
pendukung realisasi aktualisasi, diantaranya adalah:
1. Sumber Daya Manusia
Antusias dari teman-teman dan staf pegawai pada puskesmas Tanjung
Palas sehingga pelaksanaan kegiatan aktualisasi berjalan dengan lancar.
2. Dukungan Mentor
Mentor dari penulis adalah dr. Rahma Yulia Istuti, beliau selalu memberikan
arahan dan saran sehingga memudahkan penulis melaksanakan aktualisasi.
3. Dukungan Coach
coach dari penulis adalah Ibu. Wahyu Eko. H. S, pd., Mpd, sulitnya
waktu bertemu dengan coach tidak menjadi penghalang dalam
menyelesaikan aktualisasi ini. Beliau memberikan konsultasi secara
online melalui aplikasi whatsapp.

C. FAKTOR PENGHAMBAT REALISASI AKTUALISASI


Terdapat beberapa faktor penghambat dalam pelaksanaan realisasi
aktualisasi yaitu:
1. Masyarakat yang malu periksa
2. Kurangnya dukungan keluaga dalam pemeriksaan IVA
21

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dalam proses aktualisasi nilai-nilai dasar profesi Aparatur Sipil Negara telah
terlaksana 3 kegiatan sesuai dengan rancangan aktualisasi yang dibuat
sebelumnya. Nilai-nilai ANEKA meliputi akuntabilitas, nasionalisme, etikapublik,
komitmen mutu dan antikorupsi telah dapat teraktualisasi dengan 6 kegiatan yang
dilaksanakan tersebut. Pengaktualisasian nilai-nilai ANEKA mampu memberikan
dampak positif kepada peserta diklat untuk lebih professional dan berdedikasi
dalam proses melaksanakan setiap tugas dan kewajiban sebagai abdi Negara
dibidang tugas pada UPT Puskesmas Tanjung Palas. Dampak tersebut secara
tidak langsung memberikan manfaat positif bagi lokus (SP3), yaitu semakin
memudahkan warga SP3 dalam pemeriksaan IVA (kesehatan reproduksi wanita),
sehingga pelayanan PUSTU dapat terlaksana dengan baik dan target pencapaian
Puskesmas mengenai pemeriksaan IVA dapat terpenuhi.

B. SARAN
Setelah melaksanakan penerapan kegiatan aktualisasi pada daerah wilayah
binaan SP3 Tanjung Palas Kabupaten Bulungan Provinsi Kalimantan Utara,
penulis berharap dengan penerapan sistem berantai setiap pemeriksaan IVA
selama masa habituasi memberikan dampak positif bagi puskesmas maupun
masyarakat atau pasien yang melakukan pemeriksaan ke PUSTU / Puskesmas.
Petugas PUSTU / Puskesmas diharapkan selalu mengingatkan kepada warga
untuk selalu memeriksakan diri sebagai deteksi dini terhadap kanker serviks
berupa pemeriksaan IVA.

22

Anda mungkin juga menyukai