OLEH
M.ZIKRI ANDRE ANSYAH
E10021094
C.1 P21
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2022
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Alhamdulillah penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT,
karena berkat karunianya penulis bisa menyelesaikan laporan mingguan ini tepat
pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas
pada mata kuliah Nutrisi Ternak Unggas selain itu laporan juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang bahan pahan dan bobot badan pada ayam dan bagi
pembaca dan penulis
Kami mengucapkan terikasih pada asisten dosen NTU selaku pembibing
utama dalam peratikum ini yang telah memberikan tgs ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang setudi yang kami
tekuni ini kami menyadari tgs yang kami ketik ini masih jauh dari kata sempurna
oleh karna itu keritik dan saran yang membangn kami membutuhkan dari
kesempurnaan laporan kami
i
DAFTAR ISI
Halaman
ii
LAMPIRAN
iii
DAFTAR TABEL
Halaman
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
v
BAB 1
PENDAHULUAN
Ayam broiler atau yang disebut juga ayam ras pedaging adalah jenis ras
unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya
produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam.
Mengapa kita harus menggunakan broiler pada praktikum,karena Ayam
broiler merupakan ternak yang paling ekonomis bila dibandingkan dengan ternak
lain, kelebihan yang dimiliki adalah kecepatan pertambahan/produksi daging dalam
waktu yang relatif cepat dan singkat atau sekitar 4 - 5 minggu produksi daging
sudah dapat dipasarkan atau dikonsumsi. Keunggulan ayam broiler antara lain
pertumbuhannya yang sangat cepat dengan bobot badan yang tinggi dalam waktu
yang relatif pendek, konversi pakan kecil, siap dipotong pada usia muda serta
menghasilkan kualitas daging berserat lunak. Ayam juga memiliki mutu genetik
yang baik akan muncul secara maksimal apabila ayam tersebut diberi faktor
lingkungan yang mendukung, misalnya pakan yang berkualitas tinggi, sistem
perkandangan yang baik, serta perawatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
Unggas (bahasa Inggris: poultry) adalah jenis hewan ternak kelompok
burung yang dimanfaatkan untuk daging dan telur atau bulunya. Umumnya
merupakan bagian dari ordo Galliformes (seperti ayam dan kalkun), dan
Anseriformes (seperti bebek). Unggas memiliki ciri fisik bersayap, berkaki dua,
berparuh dan berbulu. Dalam kehidupan sehari-hari unggas merupakan burung
yang diambil manfaatnya oleh manusia, entah itu daging, telur, bulu, atau dijadikan
peliharaan untuk hiburan semata. Bagian paling berdaging dari burung adalah otot
terbang pada dada, serta otot jalan pada segmen pertama dan kedua pada kakinya.
Pada praktikum ini praktikan memberi pakan sesuai kelasnya masing-
masing untung melihat perbedaan pertumbuhan mana yang lebih baik pada ayam
selama kurang lebih empat minggu,dengan pakan berbeda-beda setiap kelasnya.
Ada 4 perlakuan pakan didalam praktikum nutrisi ternak unggas yaitu temulawak,
kunyit, bawang putih, bawang merah,
1
1.2. Tujuan
1.3. Manfaat
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2.3 Pertambahan bobot badan
Semakin kecil nilai konversi ransum maka semakin efisien maka semakin
efisien ternak tersebut dalam mengkonversi pakan ke dalam bentuk daging.
(fahrurudin, A., et al 2016)
Faktor lain yang berpengaruh terhadap perbedaan konversi pakan pada
setiap perlakuan adalah genetik, tatalaksana, kandungan zat nutrien dalam ransum,
dan temperatur, pendapat ini sesuai dengan James dalam Fitro, R (2015)
Ting ginya konversi ransum yang diperoleh dalam penelitian ini diduga
karena pemelinharaan lebih lama sehingga ransum yang dikonsumsi lebih banyak
sementara pertambahan berat badan menurun. tinggi rendahnya konversi pakan
sangat ditentukan oleh keseimbangan antara energi metabolisme dengan zat-zat
nutrisi terutama protein dan asam-asam amino. (Anggorodi dalamZulfaidha 2012)
4
2.5 Bobot potong
5
BAB III
MATERI DAN METODA
3.2. Materi
Materi yang digunakan dalam praktikum ini adalah ayam pedaging umur 1
hari (DOC,day old chicken), jagung 2kg, dedak 1.050 gr, tepung ikan 750gr,
bungkil kedelai 500gr, minyak nabati 2 tutup botol, bungkil kelapa 500gr, lisin
25gr, metionin 25gr, caco3 50gr, temulawak 100gr.
3.3. Metoda
Metoda yang digunakan dalam praktikum ini adalah sapu lidi, cangkul,
parang, karung, kandang, lampu kuning 5 watt, terpal, tempat minum, koran (litter),
timbangan analitik, tempat pakan dan minum. Perlakuan yang diberikan adalah
pemberian pakan aditif alami yaitu temulawak, Pakan Basal ( Ransum Basal ) + 2%
Temulawak. Ayam dipelihara selama 5 minggu, ransum yang digunakan ditimbang
sebelum digunakan, kemudian diberikan ad libitum sesuai perlakuan. Sisa ransum
dikumpulkan setiap akhir minggu dan kemudian ditimbang. Air minum juga di
berikan ad libitum setiap pagi dan sore hari bersamaan dengan pemberian ransum.
Parameter yang diamati yaitu, Bobot badan awal dan koefisien keragaman,
Konsumsi ransum, Pertambahan bobot badan dan, Konversi ransum. Konsumsi
ransum dihitung per minggu dengan cara mengurangi ransum yang diberikan dari
awal minggu dengan ransum yang tersisa pada akhir minggu pada minggu yang
sama dibagi dengan jumlah ayam yang ada dalam kandang dinyatakan dalam gram
per ekor per minggu. Untuk data konsumsi ransum selama praktikum dihitung
dengan cara menjumlahkan semua konsumsi ransum setiap minggu. Pertambahan
bobot badan setiap minggu dengan cara menghitung selisih berat ayam diakhir
minggu dengan berat ayam di awal minggu pada minggu yang sama dan dibagi
dengan jumlah ayam dinyatakan dalam gram per ekor per minggu. Pertambahan
6
bobot badan ayam selama praktikum yaitu berat ayam diakhir praktikum dikurangi
berat badan di awal praktikum. Konversi ransum menunjukkan efisien tidaknya
ternak dalam merubah makanan menjadi daging atau telur. Pada ayam pedaging
maka konversi diukur dengan membandingkan jumlah ransum yang dikonsumsi
dengan pertambahan bobot badan yang dihasilkan. Semakin besar angka konversi
ransum artinya semakin tidak efisien ternak dalam memanfaatkan bahan
makanannya untuk menghasilkan daging.
Pakan yang diberikan setiap minggu terdapat sisa dari tempat pakan maupun
plastik tempat makan akan ditimbang dan dikurangi dari jumlah seluruh pakan yang
diberi sehingga didapatkanlah hasil dari konsumsi ayam tersebut. Konsumsi ransum
dihitung dari selisih antara ransum yang diberikan dengan sisa ransum pada waktu
yang sama yang dinyatakan dalam g/ekor/minggu.
Konsumsi Ransum dihitung berdasarkan rumus berikut:
Jumlah ternak
7 hari
Konversi ransum dihitung dari selisih antara hasil total rata – rata
PBB (gram/minggu)
7
BAB 4
HASIL PEMBAHASAN
Ayam broiler atau yang disebut juga ayam ras pedaging (broiler) adalah
jenisras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki
mutugenetik dan daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging
ayam Kecepatan pertumbuhan ayam broiler relatif cepat dan dalam waktu yang
relatifsingkat, yaitu sekitar 4-5 minggu sudah menghasilkan bobot potong 1,3 – 1,6
kg (Meluzzi dan Sirri, 2016)
Bobot awal didapatdengan cara penimbangan DOC sedangkan bobot akhir
(panen) didapat dari rata-rata bobot badan ayam pada saat dipanen (Adirangga et
al., 2017)
8
Koefisien keragaman digunakanuntuk menduga tingkat perbedaan
antarspesies atau populasi pada karakter-karakterterpilih (Nilasari, dkk. 2013).
9
Minggu Ketiga
P21 4.900 2.244 2.656
P22 4.900 2.471 2.429
P23 4.900 2.083 2.817
P24 4.900 2.168 2.732
Minggu Keempat
P21 5.400 1.768 3.632
P22 5.400 1.937 3.463
P23 5.400 1.084 4.316
P24 5.400 1.239 4.161
10
4.3 Pertambahan Bobot Badan
Bobot ayam akan semakin tinggi berbanding lurus dengan konsumsi pakan,
sementara itu Konsumsi pakan juga dipengaruhi oleh temperatur lingkungan,
kesehatan ayam, perkandangan, wadah pakan, kandungan zat makanan dalam
pakan dan stress yang terjadi pada ternak unggas tersebut (Anggitasari, S. et al.,
2016). Fakktor lain yang mempengaruhi PBB adalah genetik sebagaimana yang
dijelaskan oleh Maynard dan Loosli dalam Zulfanita et al (2011) bahwa kecepatan
pertumbuhan bobot badan serta ukuran badan ditentukan oleh sifat keturunan.
11
Tabel 6. Pertumbuhan Bobot Badan Ayam (P 24)
Minggu Sampel Sampel 2 Sampel 3 Rataan Pertambahan
Ke 1 (gr) (gr) Bobot
(gr)
Pertama (1) 35 39 32 35,3 22,9
Kedua (2) 119 92 101 104 51,86
Ketiga (3) 275 256 248 259,6 215,96
Keempat (4) 254 509 402 388,3 103,23
Akhir 667 762 665 698 0
Nilai pertambahan bobot badan harian pada ayam broiler setelah perlakuan
desinfeksi menggunakan desinfektan herbal dansintetis ditampilkan dalam Tabel 1.
Hasil ekstrak daun babadotan pada konsentrasi 1% dan 1,5% memiliki nilai
efektifitas yang sama dengan desinfektan sintetis untuk dapat menaikkan nilai
pertambahan bobot badan ayam broiler selama 30 hari. Hal tersebut ditunjukkan
dengan nilai pertambahan bobot badan yang sama antara kelompok desinfeksi
12
ekstrak daunbabadotan(T2 dan T3) dengan kelompok desinfeksi sintetis (T1)
Menurut( Fahrudin dkk.2016)
13
Kedua (2) 1637 51,86 gr 31,56
Ketiga (3) 2422 215,96 gr 11,21
Keempat (4) 4026 103,23 39,00
Bobot potong adalah bobot yang diperoleh setelah menimbang ayam broiler
diakhir pemeliharaan setelah dipuasakan 7-8 jam. Suhu yang panas dapat
mengakibatkan pertumbuhan ayam broiler terganggu karena nutrisi yang didapat
ayam broiler digunakan untuk mempertahankan panas tubuhnya (Anas et al., 2016).
Suhu tubuh ayam broiler lebih rendah daripada suhu lingkungan, maka
nutrien yang ada didalam tubuh sebagian besar digunakan oleh ayam broiler untuk
memproduksi panas tubuh
14
P 21 532 556 614 567,3
P 22 499 440 412 450,3
P 23 743 628 587 652
P 24 254 509 402 388,3
Bobot potong adalah bobot ayam yang akan dipotong pada waktu tertentu
untuk memperoleh daging ayam tersebut. Selain bobot badan yang tinggi pada
pemeliharaan ayam penghasil daging adalah diperolehnya persentase karkas yang
tinggi. Karkas ayam adalah ayam yang sudah disembelih dan dikurangi bagian-
bagian tertentu (Priyatno, 2000). Karkas yang banyak dipasarkan adalah karkas
kosong yaitu hasil prosesing ayam tanpa darah, bulu, kepala, leher, kaki dan organ
dalam (Muchtadi dan Sugiono, 1992). Persentase karkas dipengaruhi oleh umur
potong. Semakin lama umur potong maka akan semakin besar persentase karkasnya
karena bagian karkas adalah bagian yang termasuk produksi, sehingga tumbuh
semakin besar sejalan dengan umur. Hasil persentase karkas beragam pada berbagai
penelitian karena dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah perbedaan
genetik, manajemen pemeliharaan, ransum, umur ayam dan lain-lain. Pertambahan
bobot badan dan persentase karkas ayam buras pada umur 12 minggu asing-masing
sebesar 704 g dan 62,89% (Iskandar, Zainuddin, Sastrodihardjo, Sartika, Setiadi,
dan Susanti, 1998). Rataan persentase karkas ayam kampung umur 12 minggu
sekitar 76,95% (Mansjoer dan Martojo, 1977). Bobot potong dan persentase karkas
ayam buras jantan umur 12 minggu masing-masing mencapai 713,70 g dan 60,05%
(Muryanto, Herman, dan Setijanto 2002).
15
besar bobot hidup maka bobot karkas akan meningkat. Mide (2013) menyatakan
bahwa persentase karkas merupakan salah satu faktor penting dalam menilai
produksi ternak yang berkaitan erat terhadap bobot hidup, yang dimana semakin
meningkat bobot hidup maka bobot karkas juga akan mengalami peningkatan.
16
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dalam praktikum ini ada empat perlakuan yaitu temulawak, kunyit, bawang
putih, dan black, garlic masing masing perlakuan ini di berikan ke pada ayam
broiler dan dalam kurang lebih empat minggu. Dan di situ bisa di lihat mana yang
pertumbuhan nya cepat dan pertumbuuhan nya lambat. Dan dalam seminggu ayam
akan di timbang berat badan nya setiap hari konsumsi di timbang dan di tambahkan
sesuai kebutuhan
5.2. Saran
17
Keterampilan dan Keahlianyang Diperoleh
18
DAFTAR PUSTAKA
19
Nilasari, A.N., Suwasono H., Tatik W.2013.IdentifikasiKeragamanMorfologi Daun
Mangga (MangiferaIndica L.) Pada tanaman Hasilpersilangan Antara
Varietas arumanis143 Dengan Podang Urang Umur 2Tahun. Jurnal
Produksi Tanaman.1(1): 61-69
Pangestuti, S., & Umasangadji, A. (2017). Uji Pakan Limbah Bayam dalam
Ransum terhadap Konsumsi Pakan, Pertambahan Bobot Badan dan
Konversi Pakan Ayam Kampung (Gallus Domesticus). Biosel (Biology
Science And Education): Jurnal Penelitian Science Dan Pendidikan, 6(1), 1-
12.
Prawitasari, R. H., Ismadi, V. D. Y. B., & Estiningdriati, I. (2012). Kecernaan
Protein Kasar dan Serat Kasar serta Laju Digesta pada Ayam Arab yang
diberi Ransum dengan berbagai Level Azolla microphylla. Animal
Agriculture Journal, 1(1), 471-483
Rudi. 2013. Kebutuhan Nutrisi pada Ayam Broiler.
http://rudinunhalu.blogspot.com/2013/10/kebutuhan-nutrisi-pada-ayam-
broiler.html. (10 November 2014).
Zulfaidha, M. 2012. Efektifitas Kombinasi Jumlah dan Bentuk Ramuan Herbal
sebagai Imbuhan Pakan terhadap Performa Broiler. Makalah Hasil
Penelitian.
20
LAMPIRAN
• Konsumsi ransum
𝑔 𝑟𝑎𝑛𝑠𝑢𝑚 𝑑𝑖𝑏𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛−𝑟𝑎𝑛𝑠𝑢𝑚 𝑠𝑖𝑠𝑎
( 𝑒𝑘𝑜𝑟 ) = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑦𝑎𝑚
𝑚𝑖𝑛𝑔𝑔𝑢
• Konversi ransum
𝑔
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝑟𝑎𝑛𝑠𝑢𝑚 ( 𝑒𝑘𝑜𝑟 )
𝑚𝑖𝑛𝑔𝑔𝑢
𝑔
𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑖𝑏𝑖𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 ( 𝑒𝑘𝑜𝑟 )
𝑚𝑖𝑛𝑔𝑔𝑢
21