Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM

NUTRISI TERNAK UNGGAS

OLEH
M.ZIKRI ANDRE ANSYAH
E10021094
C.1 P21

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Alhamdulillah penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT,
karena berkat karunianya penulis bisa menyelesaikan laporan mingguan ini tepat
pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas
pada mata kuliah Nutrisi Ternak Unggas selain itu laporan juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang bahan pahan dan bobot badan pada ayam dan bagi
pembaca dan penulis
Kami mengucapkan terikasih pada asisten dosen NTU selaku pembibing
utama dalam peratikum ini yang telah memberikan tgs ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang setudi yang kami
tekuni ini kami menyadari tgs yang kami ketik ini masih jauh dari kata sempurna
oleh karna itu keritik dan saran yang membangn kami membutuhkan dari
kesempurnaan laporan kami

Jambi, Oktober 2022

M.Zikri Andre Ansyah

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang............................................................................. 1
1.2 Tujuan .......................................................................................... 2
1.3 Manfaat ........................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 3
2.1 Bobot Badan Awal dan Koefisien Keragaman ............................. 3
2.2 Konsumsi Ransum ........................................................................ 3
2.3 Pertambahan Bobot Badan ........................................................... 4
2.4 Konversi Ransum.......................................................................... 4
2.5 Bobot Potong ................................................................................ 5
BAB III MATERI DAN METODA ............................................................ 6
3.1 Waktu dan Tempat ........................................................................ 6
3.2 Materi ............................................................................................ 6
3.3 Metoda .......................................................................................... 6
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 8
4.1 Bobot Badan Awal dan Koefisien Keragaman ............................. 8
4.2 Konsumsi Ransum ........................................................................ 9
4.3 Pertambahan Bobot Badan ........................................................... 11
4.4 Konversi Ransum.......................................................................... 12
4.5 Bobot Potong ................................................................................ 14
4.6 Karkas Mutlak dan Relatif ............................................................ 15
BAB V PENUTUP....................................................................................... 17
5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 17
5.2 Saran ................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKAN

ii
LAMPIRAN

iii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Bobot badan awal ........................................................................... 8


Tabel 2. Konsumsi Ransum P21 .................................................................. 9
Tabel 3 . Pertambahan Bobot Badan Ayam (P 21) ...................................... 11
Tabel 4. Pertambahan Bobot Badan Ayam (P 22) ....................................... 11
Tabel 5. Pertambahan Bobot Badan Ayam (P 23) ....................................... 11
Tabel 6. Pertumbuhan Bobot Badan Ayam (P 24) ....................................... 12
Tabel 7. Konversi Ransum (P 21) ................................................................ 13
Tabel 8. Konversi Ransum (P 22) ................................................................ 13
Tabel 9. Konversi Ransum (P 23) ................................................................ 13
Tabel 10. Konversi Ransum (P 24) .............................................................. 14
Tabel 11. Bobot Badan Akhir Ayam ........................................................... 15

iv
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Bobot Badan Awal..................................................................... 9


Gambar 2. Konsumsi pakan......................................................................... 10
Gambar 3. Konversi Ransum ...................................................................... 14

v
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ayam broiler atau yang disebut juga ayam ras pedaging adalah jenis ras
unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya
produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam.
Mengapa kita harus menggunakan broiler pada praktikum,karena Ayam
broiler merupakan ternak yang paling ekonomis bila dibandingkan dengan ternak
lain, kelebihan yang dimiliki adalah kecepatan pertambahan/produksi daging dalam
waktu yang relatif cepat dan singkat atau sekitar 4 - 5 minggu produksi daging
sudah dapat dipasarkan atau dikonsumsi. Keunggulan ayam broiler antara lain
pertumbuhannya yang sangat cepat dengan bobot badan yang tinggi dalam waktu
yang relatif pendek, konversi pakan kecil, siap dipotong pada usia muda serta
menghasilkan kualitas daging berserat lunak. Ayam juga memiliki mutu genetik
yang baik akan muncul secara maksimal apabila ayam tersebut diberi faktor
lingkungan yang mendukung, misalnya pakan yang berkualitas tinggi, sistem
perkandangan yang baik, serta perawatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
Unggas (bahasa Inggris: poultry) adalah jenis hewan ternak kelompok
burung yang dimanfaatkan untuk daging dan telur atau bulunya. Umumnya
merupakan bagian dari ordo Galliformes (seperti ayam dan kalkun), dan
Anseriformes (seperti bebek). Unggas memiliki ciri fisik bersayap, berkaki dua,
berparuh dan berbulu. Dalam kehidupan sehari-hari unggas merupakan burung
yang diambil manfaatnya oleh manusia, entah itu daging, telur, bulu, atau dijadikan
peliharaan untuk hiburan semata. Bagian paling berdaging dari burung adalah otot
terbang pada dada, serta otot jalan pada segmen pertama dan kedua pada kakinya.
Pada praktikum ini praktikan memberi pakan sesuai kelasnya masing-
masing untung melihat perbedaan pertumbuhan mana yang lebih baik pada ayam
selama kurang lebih empat minggu,dengan pakan berbeda-beda setiap kelasnya.
Ada 4 perlakuan pakan didalam praktikum nutrisi ternak unggas yaitu temulawak,
kunyit, bawang putih, bawang merah,

1
1.2. Tujuan

Tujuan dari praktikum Nutrisi Ternak Unggas adalah untuk mengetahui


perlakuan pakan yang efektif atau yang bagus untuk ternak unggas dan di antara
nya bahan pakan tersebut ialah temulawak, bawang putih, kunyit, dan black garlic
dan dari empat perlakuan ini kita bisa melihat bahan mana yang bagus dan di sukai
oleh ternak unggas. Dan dapat mengetahui mana yang pertumbuhan bobot badan
ayam broiler yang cepat dalam kurun waktu kurang lebih empat minggu

1.3. Manfaat

Manfaat dari praktikum Nutrisi Ternak Unggas adalah supaya praktikan


bisa memberi pakan unggas dengan benar dan juga tepat di samping itu praktikan
juga tau cara mencampur ransum dan beberapa obat atau pun vaksin yang di berikan
kepada ternak ayam broiler. Dan praktikan bisa mengetahui cara mengisi recording
dan bisa menghitung FCR.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bobot badan awal dan koefisien keragaman

Bobot awal didapatdengan cara penimbangan DOC sedangkan bobot akhir


(panen) didapat dari rata-rata bobot badan ayam pada saat dipanen (Adirangga et
al., 2017)
Pertambahan bobot badan awal ayam broiler yang dipelihara dengan tujuan
untuk dipasarkan maka yang diharapkan dan menjadi faktor yang penting adalah
pertambahan bobot badan yang maksimal. Hasil analisis ragam menunjukkan
bahwa penggunaan tepung bawang putih dalam ransum sampai taraf 5% tidak
berpengaruh nyata (p>0,05) terhadap pertambahan bobot badan.(Anggitasari 2016)
Koefisien keragaman digunakanuntuk menduga tingkat perbedaan
antarspesies atau populasi pada karakter-karakterterpilih (Nilasari, dkk. 2013).

2.2 Konsumsi ransum

Konsumsi ransum adalah kemampuan ternak dalam mengkonsumsi


sejumlah ransum yang digunakan dalam proses metabolisme tubuh (Anggorodi,
dalam Rudi, 2013).
tingkat energi dalam pakan akan menentukan jumlah pakan yang
dikonsumsi, selain faktor energi dalam pakan kecenderungan serat kasar pada
pakan juga dapat mempengaruhi tingkat konsumsi. Ayam pedaging cenderung
meningkaat konsumsinya bila kandungan energi metabolis dalam pakan rendah.
(Ensminger and Heinemann dalam Negoro dan Muharlien 2013).
setiap tanaman yang memiliki kandungan senyawa aktif seperti minyak
atsiri, sapoin, flavonoid, dan tannin yang dapat meningkatkan kecernaan zat
makanan di dalam saluran pencernaan sehingga zat makanan yang dikonsumsi
dapat diserap dan dimanfaatkan secara optimal untuk pembentukan jaringan tubuh
produksi dan reproduksi. Hal ini yang menyebabkan peningkatan konsumsi ransum
ayam broiler selama pemeliharaan. (Karyadi dalam Fajri 2012)

3
2.3 Pertambahan bobot badan

pertambahan bobot badan ayam dipengaruhi oleh umur, pakan yang


diberikan, kandungan yang terdapat pada pakan dan kondisi lingkungan. Semakin
bertambahnya umur ayam petelur, maka bobot badan akan semakin menurun. Hal
ini disebabkan pakan yang dikonsumsi oleh ayam petelur akan dimanfaatkan
untukproses metabolisme dan proses fisiologis pada tubuh ayam petelur.
(Prawitasari et al. 2012)
semua makanan yang dikonsumsi oleh ayam petelur digunakan untuk
pembentukkan daging, pertambahan bobot badan dan proses fisiologi tubuh.
Beberapa bagian makanan yang tidak sempat dicerna atau memang tidak mampu
dicerna oleh ayam petelur, akan dibuang sebagai tinja. (Pangestuti et al. 2017).
Saran pada saat praktikum berlangsung adalah sebaiknya praktikan
menambahkan ransum yang mengandung caco3 yang dimana menyebabkan kaki
ayam bengkok hal ini dapat membuat ayam tidak dapat leluasa untuk begerak di
karenakan hal tersebut. (Koni et al. 2013)

2.4 Konversi ransum

Semakin kecil nilai konversi ransum maka semakin efisien maka semakin
efisien ternak tersebut dalam mengkonversi pakan ke dalam bentuk daging.
(fahrurudin, A., et al 2016)
Faktor lain yang berpengaruh terhadap perbedaan konversi pakan pada
setiap perlakuan adalah genetik, tatalaksana, kandungan zat nutrien dalam ransum,
dan temperatur, pendapat ini sesuai dengan James dalam Fitro, R (2015)
Ting ginya konversi ransum yang diperoleh dalam penelitian ini diduga
karena pemelinharaan lebih lama sehingga ransum yang dikonsumsi lebih banyak
sementara pertambahan berat badan menurun. tinggi rendahnya konversi pakan
sangat ditentukan oleh keseimbangan antara energi metabolisme dengan zat-zat
nutrisi terutama protein dan asam-asam amino. (Anggorodi dalamZulfaidha 2012)

4
2.5 Bobot potong

konsumsi konsumsi protein yang rendah menyebabkan bobot potong kecil


karena asupan protein untuk pertumbuhan tidak tercukupi sehingga ayam
mengalami penghambatan pertumbuhan. Konsumsi ransum yang relatif sama
menyebabkan jumlah protein yang masuk dalam tubuh ayam kampung super relatif
sama sehingga bobot potong ayam kampung super relatif sama. (Gultom et al.
2013)
faktor yang mempengaruhi bobot tubuh sebelum pemotongan ayam broiler
antara lain protein ransum dan konsumsi pakan. (Hasan et al. 2013)
Tingkat konsumsi ransum akan memengaruhi laju pertumbuhan dan bobot
akhir karena pembentukan bobot, bentuk, dan komposisi tubuh pada hakekatnya
adalah akumulasi pakan yang dikonsumsi ke dalam tubuh ternak.( (Blakely dan
Blade, dalam Setiadi dkk., 2017).

5
BAB III
MATERI DAN METODA

3.1. Tempat dan Waktu

Praktikum nutrisi ternak unggas dilaksanakan di laboratorium budidaya


ternak dan hijauan, Fakultas Peternakan Universitas Jambi pada hari senin,21
september – 27 oktober 2022 pukul WIB s/d selesai

3.2. Materi

Materi yang digunakan dalam praktikum ini adalah ayam pedaging umur 1
hari (DOC,day old chicken), jagung 2kg, dedak 1.050 gr, tepung ikan 750gr,
bungkil kedelai 500gr, minyak nabati 2 tutup botol, bungkil kelapa 500gr, lisin
25gr, metionin 25gr, caco3 50gr, temulawak 100gr.

3.3. Metoda

Metoda yang digunakan dalam praktikum ini adalah sapu lidi, cangkul,
parang, karung, kandang, lampu kuning 5 watt, terpal, tempat minum, koran (litter),
timbangan analitik, tempat pakan dan minum. Perlakuan yang diberikan adalah
pemberian pakan aditif alami yaitu temulawak, Pakan Basal ( Ransum Basal ) + 2%
Temulawak. Ayam dipelihara selama 5 minggu, ransum yang digunakan ditimbang
sebelum digunakan, kemudian diberikan ad libitum sesuai perlakuan. Sisa ransum
dikumpulkan setiap akhir minggu dan kemudian ditimbang. Air minum juga di
berikan ad libitum setiap pagi dan sore hari bersamaan dengan pemberian ransum.
Parameter yang diamati yaitu, Bobot badan awal dan koefisien keragaman,
Konsumsi ransum, Pertambahan bobot badan dan, Konversi ransum. Konsumsi
ransum dihitung per minggu dengan cara mengurangi ransum yang diberikan dari
awal minggu dengan ransum yang tersisa pada akhir minggu pada minggu yang
sama dibagi dengan jumlah ayam yang ada dalam kandang dinyatakan dalam gram
per ekor per minggu. Untuk data konsumsi ransum selama praktikum dihitung
dengan cara menjumlahkan semua konsumsi ransum setiap minggu. Pertambahan
bobot badan setiap minggu dengan cara menghitung selisih berat ayam diakhir
minggu dengan berat ayam di awal minggu pada minggu yang sama dan dibagi
dengan jumlah ayam dinyatakan dalam gram per ekor per minggu. Pertambahan

6
bobot badan ayam selama praktikum yaitu berat ayam diakhir praktikum dikurangi
berat badan di awal praktikum. Konversi ransum menunjukkan efisien tidaknya
ternak dalam merubah makanan menjadi daging atau telur. Pada ayam pedaging
maka konversi diukur dengan membandingkan jumlah ransum yang dikonsumsi
dengan pertambahan bobot badan yang dihasilkan. Semakin besar angka konversi
ransum artinya semakin tidak efisien ternak dalam memanfaatkan bahan
makanannya untuk menghasilkan daging.
Pakan yang diberikan setiap minggu terdapat sisa dari tempat pakan maupun
plastik tempat makan akan ditimbang dan dikurangi dari jumlah seluruh pakan yang
diberi sehingga didapatkanlah hasil dari konsumsi ayam tersebut. Konsumsi ransum
dihitung dari selisih antara ransum yang diberikan dengan sisa ransum pada waktu
yang sama yang dinyatakan dalam g/ekor/minggu.
Konsumsi Ransum dihitung berdasarkan rumus berikut:

Konsumsi Ransum (gram/ekor/minggu) =

Ransum yang diberikan (gram/minggu) – Ransum sisa (gram/minggu)

Jumlah ternak

Konsumsi Ransum (gram/ekor/hr) = Konsumsi Rasum (gram/ekor/minggu)

7 hari

Konversi ransum dihitung dari selisih antara hasil total rata – rata

PBB/mingguan dengan rata-rata total konsumsi ransum yang diberikan.

Konversi Ransum dihitung berdasarkan rumus berikut:

Konversi Ransum = Konsumsi (gram/minggu)

PBB (gram/minggu)

7
BAB 4
HASIL PEMBAHASAN

4.1 Bobot Badan Awal dan Koefisien Keragaman

Pertumbuhan bobot badan merupakan manifestasi dari genotip dan


lingkungan, hasil pertumbuhan bobot badan disajikan Salah satu jenis tanaman
herbal yang dapat digunakan untuk pakan unggas adalah daun sirih. Daun sirih
merupakan salah satu jenis tanaman yang bisa digunakan sebagai feed additive.
Daun sirih memiliki kandungan senyawa aktif atau bioaktif yang memiliki fungsi
seperti bahan-bahan kimia pada antibiotik sintetik. Senyawa aktif tersebut adalah
betiepheno. Daun sirih dapat digunakan sebagai anti bakteri karena mengandung
minyak atsiri yang sebagian besar terdiri dari betephenol yang merupakan isomer
euganol allypyrocatechine, cineol methil euganol, caryophyllen (siskuiterpen),
kavikol, kavibekol, estragol dan terpin (Triana, 2014).

Tabel 1. Bobot Badan Awal


Kode Bobot Badan Ayam
Rataan
Kandang 1 2 3
P 21 37 37 30 34,6
P 22 37 38 31 35,3
P 23 33 34 35 34
P 24 35 39 32 35,3

Ayam broiler atau yang disebut juga ayam ras pedaging (broiler) adalah
jenisras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki
mutugenetik dan daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging
ayam Kecepatan pertumbuhan ayam broiler relatif cepat dan dalam waktu yang
relatifsingkat, yaitu sekitar 4-5 minggu sudah menghasilkan bobot potong 1,3 – 1,6
kg (Meluzzi dan Sirri, 2016)
Bobot awal didapatdengan cara penimbangan DOC sedangkan bobot akhir
(panen) didapat dari rata-rata bobot badan ayam pada saat dipanen (Adirangga et
al., 2017)

8
Koefisien keragaman digunakanuntuk menduga tingkat perbedaan
antarspesies atau populasi pada karakter-karakterterpilih (Nilasari, dkk. 2013).

Gambar 1. Bobot Badan Awal

4.2 Konsumsi Ransum

Konsumsi ransum adalah banyaknya pakan yang dikonsumi setelah


diselisihkan dengan pakan yang diberikan sebelumnya. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa konsumsi pakan DOC semakin meningkat setiap hari maupun
minggu sehingga pemberian pakan semakin meningkat pula. Pakan yang diberikan
menyesuaikan kertesediaan dan peningkatan bobot badan selama 4 minggu.
Penigkatan konsumsi pakan terbesar dimulai dari minggu ke 4

Tabel 2. Konsumsi Ransum P21


Kode Konsumsi Ransum
Rataan(gr)
Kandang Disediakan(gr) Sisa(gr) Konsumsi(gr)
Minggu Pertama
P21 3.600 2.622 978
P22 3.600 2.348 1.252
P23 3.600 2.512 1.088
P24 3.600 2.615 985
Minggu Kedua
P21 4.500 2.840 1.660
P22 4.500 2.471 2.029
P23 4.500 2.711 1.789
P24 4.500 2.433 2.067

9
Minggu Ketiga
P21 4.900 2.244 2.656
P22 4.900 2.471 2.429
P23 4.900 2.083 2.817
P24 4.900 2.168 2.732
Minggu Keempat
P21 5.400 1.768 3.632
P22 5.400 1.937 3.463
P23 5.400 1.084 4.316
P24 5.400 1.239 4.161

Konsumsi ransum dapat dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas ransum,


umur, aktivitas ternak, palatabilitas ransum, tingkat produksi dan pengelolaannya.
Zat makanan yang dikandung ayam ras pedaging akan digunakan untuk mencukupi
kebutuhan hidup pokok dan untuk produksi ayam. Wahyu (2014) menyatakan
bahwa besar dan bangsa ayam, temperatur lingkungan, tahap produksi dan energi
dalam pakan dapat mempengaruhi konsumsi.Bobot badan ayam, jenis kelamin,
aktivitas, suhu lingkungan dan kualitas ransum dapat mempengaruhi konsumsi.
Ransum merupakan salah satu sumber penghasil panas dalam tubuh ayam ras
pedaging dan suhu lingkungan dapat mempengaruhi kemampuan ayam ras
pedaging dalam mengkonsumsi ransum. konsumsi ransum ayam ras pedaging
berumur 5 minggu pada suhu 240C sebesar 1918 g/ekor, sementara pada suhu 320C
konsumsi ransum sebesar 1667 g/ekor.

Gambar 2. Konsumsi pakan

10
4.3 Pertambahan Bobot Badan

Bobot ayam akan semakin tinggi berbanding lurus dengan konsumsi pakan,
sementara itu Konsumsi pakan juga dipengaruhi oleh temperatur lingkungan,
kesehatan ayam, perkandangan, wadah pakan, kandungan zat makanan dalam
pakan dan stress yang terjadi pada ternak unggas tersebut (Anggitasari, S. et al.,
2016). Fakktor lain yang mempengaruhi PBB adalah genetik sebagaimana yang
dijelaskan oleh Maynard dan Loosli dalam Zulfanita et al (2011) bahwa kecepatan
pertumbuhan bobot badan serta ukuran badan ditentukan oleh sifat keturunan.

RECORDING KONSUMSI DAN BOBOT BADAN AYAM

Tabel 3 . Pertambahan Bobot Badan Ayam (P 21)


Minggu Sampel Sampel 2 Sampel 3 Rataan Pertambahan
Ke 1 (gr) (gr) Bobot
(gr)
Pertama (1) 37 37 30 10,4 6,7
Kedua (2) 93 110 105 30,5 14,63
Ketiga (3) 246 239 259 74,4 106,3
Keempat (4) 416 355 409 393,3 58
Akhir 532 556 614 567,3 0

Tabel 4. Pertambahan Bobot Badan Ayam (P 22)


Minggu Sampel Sampel 2 Sampel 3 Rataan Pertambahan
Ke 1 (gr) (gr) Bobot
(gr)
Pertama (1) 37 38 31 35,3 23,3
Kedua (2) 95 110 110 105,3 30,23
Ketiga (3) 188 148 252 196 50,86
Keempat (4) 388 288 370 348,6 33,9
Akhir 499 440 412 450,3 0

Tabel 5. Pertambahan Bobot Badan Ayam (P 23)


Minggu Sampel Sampel 2 Sampel 3 Rataan Pertambahan
Ke 1 (gr) (gr) Bobot
(gr)
Pertama (1) 33 34 35 34 18,86
Kedua (2) 78 97 97 90,6 52,46
Ketiga (3) 246 217 282 248 33,66
Keempat (4) 341 401 306 349 101
Akhir 743 628 587 652 0

11
Tabel 6. Pertumbuhan Bobot Badan Ayam (P 24)
Minggu Sampel Sampel 2 Sampel 3 Rataan Pertambahan
Ke 1 (gr) (gr) Bobot
(gr)
Pertama (1) 35 39 32 35,3 22,9
Kedua (2) 119 92 101 104 51,86
Ketiga (3) 275 256 248 259,6 215,96
Keempat (4) 254 509 402 388,3 103,23
Akhir 667 762 665 698 0

Menurut Fahrudin dkk. (2016) bahwa pertambahan bobot badan diperoleh


dari perbandingan antara selisih dari bobot akhir dan bobot awal dengan lamanya
pemeliharaan. Qurniawan (2016) berpendapat bahwa faktor yang berpengaruh pada
pertambahan bobot badan yaitu perbedaan jenis kelamin,
konsumsipakan,lingkungan,bibitdankualitaspakan.Uzerdkk(2013)bahwapertamba
han bobot badan sangat berkaitan dengan pakan, dalam hal kuantitas yang berkaitan
dengan konsumsi pakan apabila konsumsi pakan terganggu maka akan
mengganggu pertumbuhan.
Nilai pertambahan bobot badan harian pada ayam broiler setelah perlakuan
desinfeksi menggunakan desinfektan herbal dansintetis ditampilkan dalam Tabel 1.
Hasil ekstrak daun babadotan pada konsentrasi 1% dan 1,5% memiliki nilai
efektifitas yang sama dengan desinfektan sintetis untuk dapat menaikkan nilai
pertambahan bobot badan ayam broiler selama 30 hari. Hal tersebut ditunjukkan
dengan nilai pertambahan bobot badan yang sama antara kelompok desinfeksi
ekstrak daunbabadotan(T2 dan T3) dengan kelompok desinfeksi sintetis (T1)
Menurut( Fahrudin dkk.2016)

4.4 Konversi Ransum

Nilai pertambahan bobot badan harian pada ayam broiler setelah perlakuan
desinfeksi menggunakan desinfektan herbal dansintetis ditampilkan dalam Tabel 1.
Hasil ekstrak daun babadotan pada konsentrasi 1% dan 1,5% memiliki nilai
efektifitas yang sama dengan desinfektan sintetis untuk dapat menaikkan nilai
pertambahan bobot badan ayam broiler selama 30 hari. Hal tersebut ditunjukkan
dengan nilai pertambahan bobot badan yang sama antara kelompok desinfeksi

12
ekstrak daunbabadotan(T2 dan T3) dengan kelompok desinfeksi sintetis (T1)
Menurut( Fahrudin dkk.2016)

Tabel 7. Konversi Ransum (P 21)

Minggu Konsumsi Pertambahan Konversi


Ke Ransum Bobot Ransum
Pertama (1) 974 8,36 gr 116,50
Kedua (2) 1660 14,63gr 113,46
Ketiga (3) 2452 106,3gr 23,06
Keempat (4) 3632 58 gr 62,62

Tabel 8. Konversi Ransum (P 22)


Minggu Konsumsi Pertambahan Konversi
Ke Ransum Bobot Ransum
Pertama (1) 1142 23,3gr 49,01
Kedua (2) 1774 30,23 gr 58,68
Ketiga (3) 2032 50,86gr 39,95
Keempat (4) 3273 33,9 96,54

Tabel 9. Konversi Ransum (P 23)


Minggu Konsumsi Pertambahan Konversi
Ke Ransum Bobot Ransum
Pertama (1) 934 18,86 gr 49,52
Kedua (2) 1789 52,46 gr 34,10
Ketiga (3) 2717 33,66 gr 80,71
Keempat (4) 4298 101 42,55

Tabel 10. Konversi Ransum (P 24)


Minggu Konsumsi Pertambahan Konversi
Ke Ransum Bobot Ransum
Pertama (1) 955 22,9 gr 41,70

13
Kedua (2) 1637 51,86 gr 31,56
Ketiga (3) 2422 215,96 gr 11,21
Keempat (4) 4026 103,23 39,00

Faktor lain yang berpengaruh terhadap perbedaan konversi pakan pada


setiap perlakuan adalah genetik, tatalaksana, kandungan zat nutrien dalam ransum,
dan temperatur, pendapat ini sesuai dengan James dalam Fitro, R (2015) dalam
bahwa faktor yang mempengaruhi konversi ransum adalah genetika, jenis dan
kualitas ransum, temperatur, bahan baku zat makanan yang digunakan dalam
ransum dan manajemen.

Gambar 3. Konversi Ransum

4.5 Bobot Potong

Bobot potong adalah bobot yang diperoleh setelah menimbang ayam broiler
diakhir pemeliharaan setelah dipuasakan 7-8 jam. Suhu yang panas dapat
mengakibatkan pertumbuhan ayam broiler terganggu karena nutrisi yang didapat
ayam broiler digunakan untuk mempertahankan panas tubuhnya (Anas et al., 2016).
Suhu tubuh ayam broiler lebih rendah daripada suhu lingkungan, maka
nutrien yang ada didalam tubuh sebagian besar digunakan oleh ayam broiler untuk
memproduksi panas tubuh

Tabel 11. Bobot Badan Akhir Ayam


Kode Kandang Bobot Badan Akhir Ayam Rataan
1 2 3

14
P 21 532 556 614 567,3
P 22 499 440 412 450,3
P 23 743 628 587 652
P 24 254 509 402 388,3

Bobot potong adalah bobot ayam yang akan dipotong pada waktu tertentu
untuk memperoleh daging ayam tersebut. Selain bobot badan yang tinggi pada
pemeliharaan ayam penghasil daging adalah diperolehnya persentase karkas yang
tinggi. Karkas ayam adalah ayam yang sudah disembelih dan dikurangi bagian-
bagian tertentu (Priyatno, 2000). Karkas yang banyak dipasarkan adalah karkas
kosong yaitu hasil prosesing ayam tanpa darah, bulu, kepala, leher, kaki dan organ
dalam (Muchtadi dan Sugiono, 1992). Persentase karkas dipengaruhi oleh umur
potong. Semakin lama umur potong maka akan semakin besar persentase karkasnya
karena bagian karkas adalah bagian yang termasuk produksi, sehingga tumbuh
semakin besar sejalan dengan umur. Hasil persentase karkas beragam pada berbagai
penelitian karena dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah perbedaan
genetik, manajemen pemeliharaan, ransum, umur ayam dan lain-lain. Pertambahan
bobot badan dan persentase karkas ayam buras pada umur 12 minggu asing-masing
sebesar 704 g dan 62,89% (Iskandar, Zainuddin, Sastrodihardjo, Sartika, Setiadi,
dan Susanti, 1998). Rataan persentase karkas ayam kampung umur 12 minggu
sekitar 76,95% (Mansjoer dan Martojo, 1977). Bobot potong dan persentase karkas
ayam buras jantan umur 12 minggu masing-masing mencapai 713,70 g dan 60,05%
(Muryanto, Herman, dan Setijanto 2002).

4.6 Karkas Mutlak dan Karkas Relatif

Karkas Unggas adalah hasil pemotongan unggas tanpa disertai bagian


darah, bulu, kepala, cakar, usus, giblet (hati jantung empedal), tetapi paru-paru
termasuk di dalam bagian karkas. Karkas ayam pedaging bagian tubuh ayam
pedaging hidup setelah dikurangi bulu, dikeluarkan jeroan dan lemak abdominal,
dipotong kepala dan leher serta kedua kakinya (Sulandari dkk., 2007) bobot karkas
sangat erat kaitannya dengan bobot hidup dan pertambahan bobot tubuh, semakin

15
besar bobot hidup maka bobot karkas akan meningkat. Mide (2013) menyatakan
bahwa persentase karkas merupakan salah satu faktor penting dalam menilai
produksi ternak yang berkaitan erat terhadap bobot hidup, yang dimana semakin
meningkat bobot hidup maka bobot karkas juga akan mengalami peningkatan.

16
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dalam praktikum ini ada empat perlakuan yaitu temulawak, kunyit, bawang
putih, dan black, garlic masing masing perlakuan ini di berikan ke pada ayam
broiler dan dalam kurang lebih empat minggu. Dan di situ bisa di lihat mana yang
pertumbuhan nya cepat dan pertumbuuhan nya lambat. Dan dalam seminggu ayam
akan di timbang berat badan nya setiap hari konsumsi di timbang dan di tambahkan
sesuai kebutuhan

5.2. Saran

Saran pada saat praktikum berlangsung adalah sebaiknya praktikan


menambahkan ransum yang mengandung caco3 yang dimana menyebabkan kaki
ayam bengkok hal ini dapat membuat ayam tidak dapat leluasa untuk begerak di
karenakan hal tersebut.

17
Keterampilan dan Keahlianyang Diperoleh

Praktikan dapat mengetahui cara memlihara ternak unggas yaitu ayam


broiler,praktikan dapat mengetahui mana pakan yang lebih cocok untuk ayam
broiler, praktikan juga mendapat pengalaman selama praktikum berlangsung yaitu
memberi pakan seiring pertambahnya bobot badan, mengganti air minum dan
menghitung konsumsi pakan dari hasil selisih pakan yang diberikan dan sisa pakan
setiap pagi dan sore.

18
DAFTAR PUSTAKA

Adirangga, F., T. Wiwin dan I. Heni. 2017. Konsumsi Ransum, PertambahanBobot


Badan Dan Konversi Ransum Ayam Lokal Di Jimmy’s FarmCipanas
Kabupaten Cianjur. Fakultas Peternakan UniversitasPadjadjaran, Bandung
Anggitasari, S., O. Sofjan dan I.H. Djunaidi. 2016. Pengaruh jenis pakan komersial
terhadap kinerja produksi kuantitatif dan kualitatif ayam pedaging
Fahrudin, A., W. Tanwiriah, H. Indrijani. 2016. Konsumsi ransum, pertambahan
bobot badan dan konversi ransum ayam lokal di jimmy’s farm cipanas
cianjur regency. Jurnal Universitas Diponegoro. 1(1) : 1-8
Fajri, N. 2012. Pertambahan Berat Badan, Konsumsi dan Konversi Pakan Broiler
yang Mendapat Ransum Mengandung Berbagai Level Tepung Daun Katuk
(Sauropus Androgynus).Makalah Hasil Penelitian. Fakultas Perternakan
Universitas Hasanuddin Makassar. Makassar.
Fitro, R., D. Sudrajat, E. Dihansin. 2015. Peforma ayam pedaging yang dibeeri
ransum komersil mengandung tepung ampas kurma sebagai pengganti
jagung. Jurnal Peternakan Nusantara. 1(1) : 1-8
Gultom, S. M, R.D.H. Suprtaman, dan Abun. 2013. Pengaruh Imbangan Energy
dan Protein Ransum Terhadap Bobot Karkas Dan Bobot Lemak Abdominal
Hasan, N. F. U. Atmomarsono, E. Suprijatna. 2013. Pengaruh frekuensi pakan pada
pembatasan pakan terhadap bobot tubuh, lemak abdominal, kadar lemak
hati ayam broiler. Animal Agriculture Journal. 2 (1) : 336-343.
Koni, T. N. I. (2013).Performa Produksi Broiler yang diberi Ransum Mengandung
Biji Asam HasilFermentasi dengan Ragi Tempe (Rhyzopus oligosporus)
(Response of Broiler to Diet Containing Fermented Tamarind Seed by
Tempe Yeast (Rhyzopus oligosporus)). Jurnal IlmuTernak Universitas
Padjadjaran, 13(1), 13-16
Negoro, A.S.P, dan Muharlien. 2013. Pengaruh Penggunaan Tepung Kemangi
dalam Pakan terhadap Penampilan Produksi Ayam Pedaging. Skripsi
Peternakan. Jurusan Peternakan. Fakultas Peternakan Universitas
Brawijaya. Malang.

19
Nilasari, A.N., Suwasono H., Tatik W.2013.IdentifikasiKeragamanMorfologi Daun
Mangga (MangiferaIndica L.) Pada tanaman Hasilpersilangan Antara
Varietas arumanis143 Dengan Podang Urang Umur 2Tahun. Jurnal
Produksi Tanaman.1(1): 61-69
Pangestuti, S., & Umasangadji, A. (2017). Uji Pakan Limbah Bayam dalam
Ransum terhadap Konsumsi Pakan, Pertambahan Bobot Badan dan
Konversi Pakan Ayam Kampung (Gallus Domesticus). Biosel (Biology
Science And Education): Jurnal Penelitian Science Dan Pendidikan, 6(1), 1-
12.
Prawitasari, R. H., Ismadi, V. D. Y. B., & Estiningdriati, I. (2012). Kecernaan
Protein Kasar dan Serat Kasar serta Laju Digesta pada Ayam Arab yang
diberi Ransum dengan berbagai Level Azolla microphylla. Animal
Agriculture Journal, 1(1), 471-483
Rudi. 2013. Kebutuhan Nutrisi pada Ayam Broiler.
http://rudinunhalu.blogspot.com/2013/10/kebutuhan-nutrisi-pada-ayam-
broiler.html. (10 November 2014).
Zulfaidha, M. 2012. Efektifitas Kombinasi Jumlah dan Bentuk Ramuan Herbal
sebagai Imbuhan Pakan terhadap Performa Broiler. Makalah Hasil
Penelitian.

20
LAMPIRAN

• Konsumsi ransum
𝑔 𝑟𝑎𝑛𝑠𝑢𝑚 𝑑𝑖𝑏𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛−𝑟𝑎𝑛𝑠𝑢𝑚 𝑠𝑖𝑠𝑎
( 𝑒𝑘𝑜𝑟 ) = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑦𝑎𝑚
𝑚𝑖𝑛𝑔𝑔𝑢

• Pertambahan bobot badan


𝑔 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑚𝑖𝑛𝑔𝑔𝑢−𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑚𝑖𝑛𝑔𝑔𝑢
( 𝑒𝑘𝑜𝑟 )= 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑦𝑎𝑚
𝑚𝑖𝑛𝑔𝑔𝑢

• Konversi ransum
𝑔
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝑟𝑎𝑛𝑠𝑢𝑚 ( 𝑒𝑘𝑜𝑟 )
𝑚𝑖𝑛𝑔𝑔𝑢
𝑔
𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑖𝑏𝑖𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 ( 𝑒𝑘𝑜𝑟 )
𝑚𝑖𝑛𝑔𝑔𝑢

• Bobot rata rata


𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑛𝑎𝑘
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑟𝑛𝑎𝑘

21

Anda mungkin juga menyukai