Anda di halaman 1dari 33

1.4.

3 Sit/Stand Work Areas

Operasi duduk / berdiri paling baik untuk tugas-tugas utama yang panjang dengan
persyaratan berdiri yang sering. Jarak tungkai minimal 51 cm (20 inci)
direkomendasikan.Ketinggian permukaan kerja yang tetap pada 102 cm (40 inci) tampaknya
memberikan keseimbangan terbaik antara duduk dan berdiri. Untuk postur berdiri, periksa beban
statis yang berlebihan pada otot punggung dan bahu.

1.4.4 Design Trade-offs

Jika satu jenis area kerja harus dipilih-dari yang lain, saran berikut ini secara berurutan:

 Jika jangkauan yang diperpanjang dan pengerahan kekuatan sering diperlukan, jenis area
kerja yang mengoptimalkannya harus menjadi pilihan.
 Jika tugas visual kritis dibatalkan, jenis yang mengoptimalkannya adalah pilihannya.
 Jenis area kerja yang mengoptimalkan perumahan dengan durasi panjang harus dipilih.

Area kerja inovatif seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7.9 juga dapat
diselidiki.Gambar ini memberikan stasiun komputer yang dapat ditonjolkan yang memungkinkan
untuk kinerja visual terbaik dengan memperhatikan perangkat keras yang berbeda dalam sistem.
Green dan Pulat (17) mengembangkan prosedur komputer untuk memutuskan jenis area kerja
berdasarkan persyaratan ketangkasan, mobilitas, dan tenaga paksa.Beberapa dimensi area kritis
pekerjaan juga dihasilkan sebagai prosedur hasil, tergantung pada karakteristik populasi
pengguna.
1.1 Work Surface Height

Beratnya suatu pekerjaan untuk lengan tidak boleh diabaikan. Jika beratnya terlalu
berlebihan, operator akan mencoba mengimbangi situasi tersebut dengan mengangkat bahunya
dan menyakiti lengannya. Pada waktunya, postur ini akan melelahkan dan dapat menyebabkan
lengan dan bahu terangkat dan terjepit. Jika ketinggian kerja tangan terlalu longgar, operator
mungkin membungkuk atau merosot untuk mendapatkan akses yang baik ke komponen kerja dan
meningkatkan jarak pandang. Postur ini juga tidak sehat, dan menyebabkan sakit punggung.
Singkatnya, untuk kinerja manusia terbaik, ketinggian permukaan kerja harus optimal.

Banyak variabel yang mempengaruhi ketinggian terbaik dari permukaan kerja. Yang
terpenting adalah jenis pekerja, jenis tugas, dan jenis tempat kerja. Variabel lain termasuk faktor-
faktor seperti preferensi pribadi dan kebiasaan kerja. Aturan praktis yang baik adalah merancang
ketinggian kerja pada 5 hingga 10 cm (2 hingga 4 inci) di bawah tinggi siku kecuali jika tugas
tersebut melibatkan manipulasi halus dan melihat persyaratan atau penerapan gaya.

Saat tipe area kerja ditambahkan ke dalam gambar bersama dengan tipe tugas.
serangkaian saran muncul. Ayoub (18) menawarkan rekomendasi yang diberikan oleh Tabel 7.1
dan 7.2 untuk aktivitas berdiri. Seperti yang dapat diamati dari tabel ini, manipulasi halus
membutuhkan ketinggian di atas level siku, dan pekerjaan kasar dengan panggilan aplikasi paksa
untuk pekerjaan tinggi secara signifikan lebih rendah dari aturan praktis. Oleh karena itu,
ketinggian kerja yang diinginkan dapat disesuaikan agar sesuai dengan pengguna serta jenis
tugas. Jika ini tidak praktis, ketinggian dapat dirancang berdasarkan operator tertinggi dengan
platform yang ditinggikan untuk penumpang yang lebih kecil, meskipun hal ini dapat
menimbulkan bahaya perjalanan di tempat kerja. Selain penyesuaian ketinggian permukaan
kerja, penyesuaian kemiringan permukaan kerja juga diinginkan adalah untuk memberikan
visibilitas yang lebih baik dari elemen tugas kepada pengguna. Kisaran kemiringan yang
disarankan adalah antara 0 dan 75 derajat.

Pengetikan biasanya membutuhkan ketinggian permukaan kerja yang lebih rendah karena
ketinggian keyboard menentukan ketinggian kerja. Grandjean (14) menyimpulkan bahwa tinggi
meja untuk aktivitas tersebut harus 68 cm (27 inci) untuk pria dan 65 cm (25 inci) untuk wanita.
Untuk operasi duduk, meja kantor tanpa panggilan mesin tik untuk ketinggian kerja 74 hingga 78
cm (19 hingga 30 inci) dan 70 hingga 74 cm (27 hingga 29 inci) untuk wanita.
1.2 Seating

Banyak yang telah dilakukan sehubungan dengan tempat duduk yang nyaman di
lingkungan industri. Tempat duduk yang buruk dapat menyebabkan banyak penyakit, termasuk
kelelahan dan kinerja yang buruk. Penting bagi kursi untuk memberikan postur yang benar dan
fitur yang membantu kinerja daripada menghalanginya. Dalam postur duduk, otot-otot di
punggung dan tulang belakang tidak lepas dari stres. Postur tubuh yang buruk dapat
memperburuk situasi. Nachemson [20] dan Nachemson dan Elfstrom [21] menunjukkan bahwa
dibandingkan dengan berdiri tegak, duduk memaksakan lebih banyak tekanan, rata-rata 60%
lebih banyak. Duduk tegak menciptakan 25% tekanan lebih sedikit daripada duduk dengan
batang tubuh membungkuk ke depan. Andersson et al. [22] menyatakan bahwa ada variabel lain
yang mempengaruhi tekanan, seperti kemiringan sandaran, jumlah dukungan lumbar, dan
sandaran tangan.
Daftar berikut memberikan saran ergonomis sehubungan dengan desain tempat duduk
industri (Gambar 7.10 dan Tabel 7.3):
 Ketinggian kursi harus disesuaikan antara 38 dan 51 cm (15 hingga 20 inci). Ketinggian
yang berlebihan membahayakan stabilitas.
 Ketinggian sandaran harus dapat disesuaikan antara 10 dan 2 cm (4 sampai 10 inci) di
atas jok.
 Lebar sandaran yang direkomendasikan adalah 33 cm (13 inci).
 Sandaran harus memberikan dukungan lumbar kepada pengguna.
 Kursi harus dipasang dengan beberapa kaki untuk stabilitas tambahan.
 Kedalaman permukaan kursi yang direkomendasikan adalah 40 cm (16 inci) dan lebar 43
cm (17 inci).
 Kursi harus empuk agar bisa keluar sekitar 2,5 cm (1 inci).
 Kain harus digunakan sebagai alas kursi.
 Sandaran tangan umumnya tidak direkomendasikan.
 Kursi harus miring 3 hingga 5 derajat.
 Pijakan kaki sangat direkomendasikan (lihat Gambar 7.7).

1.3 Other Use Areas

Orang menggunakan area selain workstation mereka selama bekerja. Beberapa area
seperti itu terdaftar di bawah ini dengan saran desain khusus.
1. Lorong dan koridor. Lorong dan koridor harus dirancang sedemikian rupa sehingga
pedoman jarak minimum terpenuhi. Lebar lorong minimum untuk lintasan dua orang
adalah 137 cm (54 inci); untuk tiga orang tingginya 183 cm (72 inci). Persyaratan
minimum untuk truk tangan roda dua adalah 76 cm (30 inci). Pertimbangan lain
termasuk:
 Tandai panduan lalu lintas di lantai.
 Jaga agar lorong tetap bersih.
 Hindari membuka pintu ke koridor
 Hindari titik buta.

2. Lantai dan landai. Lantai dan landai harus dilakukan pemeliharaan stabilitas agar tidak
menyebabkan kecelakaan seperti terpeleset dan tersandung. Berikut beberapa
pertimbangan, yaitu:

 Pintu masuk bangunan harus memiliki tikar untuk meminimalkan pelacakan salju,
air, dan lumpur.
 Pelapis lantai anti slip (pasir dalam cat, dll.) direkomendasikan.
 Retakan, lekukan, dan ketidakteraturan lainnya pada lantai harus segera
diperbaiki.
 Permadani atau keset di lantai membantu perawatan jika memungkinkan, seperti
lokasi di mana suku cadang mungkin terjatuh.
 Landai tidak boleh sejajar langsung dengan pintu dan tangga.
 Landai harus memiliki permukaan yang tidak licin dengan pegangan tangan di
setiap sisinya.

3. Konveyor. Konveyor digunakan untuk menghubungkan area manufaktur tempat bahan


baku, barang yang sedang diproses, dan produk yang selesai dipindahkan. Berikut
beberapa pertimbangan, yaitu:

 Levelator dan lowerator membantu aktivitas bongkar muat.


 Konveyor harus dapat diakses dari kedua sisi.
 Tinggi dan lebar tergantung pada jenis tugas. Barang di konveyor harus berada
dalam jarak jangkauan.
 Gerbang di konveyor harus disediakan untuk lalu lintas orang dan peralatan bila
diperlukan.
4. Tangga. Perhatian pada desain tangga dapat meminimalkan dari risiko cedera karena
salah langkah, terpeleset, dan jatuh.
 Tinggi langkah sebaiknya antara 16 dan 18 cm.
 Kedalaman langkah berjarak antara 24 dan 27 cm.
 Permukaan yang tidak licin di tangga direkomendasikan.
 Gunakan hasil akhir matte pada langkah-langkahnya.
 Lebar langkah tangga mungkin antara 48 dan 61 cm.
 Rentang pemisahan tangga tangga harus 25 hingga 30 cm.

1.4 Work Area Arrangement

Setiap area kerja akan melibatkan penggunaan sejumlah suku cadang, peralatan, dan
perangkat lain. Sanders dan McCormick (24) menyebut item ini sebagai komponen. Secara
teoritis, dimungkinkan untuk memiliki lokasi yang optimal untuk dua atau lebih komponen yang
bertepatan. Dalam hal ini, trade-off harus dilakukan untuk mendapatkan pengaturan terbaik.

1.8.1 Guiding Principles of Arrangement


McCormick (25) mengusulkan seperangkat prinsip yang dapat digunakan dalam
menentukan lokasi relatif kelompok komponen dalam area kerja dan kemudian menemukan
lokasi spesifik untuk setiap komponen dalam satu kelompok.
a. Pentingnya prinsip. Prinsip ini dianggap sebagai komponen yang paling penting dalam
berfungsinya sistem harus ditempatkan di lokasi yang optimal.
b. Prinsip urutan penggunaan. Dalam hal ini perancang akan menemukan kembali hubungan
urutan antara penggunaan komponen.
c. Prinsip fungsional. Prinsip ini mengatakan bahwa komponen-komponen yang digunakan
berfungsi.
d. Prinsip frekuensi penggunaan. Prinsip frekuensi penggunaan berfokus pada berapa kali
sebuah komponen digunakan dalam suatu periode waktu. Komponen yang paling sering
digunakan kemudian dapat ditempatkan di area yang paling mudah diakses dan sebaliknya
1.8.2 Link Analysis
Analisis tautan adalah metode objektif untuk mengembangkan data untuk pengaturan
komponen. Misalnya, nilai 4 untuk A-B dapat menunjukkan bahwa komponen B telah digunakan
empat kali setelah komponen. penunjukan hubungan semacam ini dapat disebut hubungan
sekuensial (25). Sebutan lain adalah tautan fungsional. Tautan fungsional fokus pada jumlah
absolut berapa kali suatu komponen telah atau diharapkan akan digunakan per satuan waktu
(atau selama misi sistem perwakilan) atau selama siklus tugas.
1.8.3 Some General Guidelines
Skema pengaturan tingkat yang lebih tinggi dapat dihasilkan oleh seperangkat aturan
diikuti dengan pertimbangan lain, termasuk hubungan operasional dan prinsip-prinsip yang
dibahas dalam Bagian 7.8.1. Salah satu aturan tersebut adalah:
1. Pertimbangkan tampilan visual terlebih dahulu. Lokasi ditampilkan di daerah atas dari
ruang yang tersedia
2. Kemudian cari tampilan sekunder.
3. Pertimbangkan kontrol selanjutnya. Temukan kontrol di daerah yang lebih rendah dari
ruang yang tersedia. Temukan kontrol utama terlebih dahulu.
4. Temukan kontrol sekunder.
5. Cari komponen lain yang harus digunakan operator selama siklus tugas (tempat sampah,
peralatan, dll.) berdasarkan prinsip antropomerik dan biomekanik.
6. Cari layar tambahan dan kontrol.
7. Membuat kesesuaian dalam tata letak berdasarkan pertimbangan tambahan.
1.8.4 Biomechanical Considerations
Biomekanik berkaitan dengan penentuan tekanan fisik pada tubuh dengan tujuan
meminimalkan tekanan tersebut. Metodologi dan hasilnya juga digunakan untuk merancang area
kerja di mana operator diharapkan menerapkan kekuatan dan melakukan aktivitas fisik lainnya.
Area kerja dan metode kerja yang dihasilkan diharapkan tidak terlalu melelahkan dan lebih
sesuai dengan kemampuan manusia. Interpretasi dari angka-angka ini adalah bahwa dengan
meningkatnya beban dan jarak ke tubuh meningkat, kelelahan otot semakin cepat. Dan seiring
dengan meningkatnya kemiringan kepala, kelelahan ekstensor leher meningkat. Ini memberikan
implikasi desain area kerja sebagai berikut:

 Letakkan benda yang lebih berat sedekat mungkin dengan tubuh


 Menyajikan informasi kepada pekerja sedemikian rupa sehingga postur kepala yang agak
tegak tetap terjaga
1.8.5 Specific Component Location
1. Visual displays
Tempatkan ini di area atas area kerja, pertahankan sudut leher dan kepala yang nyaman
(tidak melebihi 20 derajat). Tampilan visual utama harus ditempatkan dalam ±15 derajat
busur di sekitar garis pandang normal.
2. Hand controls
Tempatkan ini di bagian bawah area kerja. Hal ini akan membantu dalam dua cara: menjaga
siku tetap dekat dengan tubuh dan meminimalkan kemungkinan menghalangi pandangan
melalui gerakan tangan dan lengan. Selain itu, hal ini meningkatkan aksesibilitas kontrol.
Jika kontrol terlalu dekat dengan tubuh, postur yang dihasilkan mungkin tidak
memungkinkan penerapan gaya yang cukup. Untuk desain lokasi kontrol yaitu sudut siku
antara 80 dan 120 derajat.
3. Foot controls
Ini untuk efektivitas maksimum kaki. Kontrol membutuhkan penerapan gaya yang besar
harus ditempatkan dengan baik ke depan dengan kaki dalam posisi hampir lurus. Kursi harus
dipasang ke lantai dalam kasus seperti itu.
1.8.6 Panel Design for Remote Control Operations
Pengoperasian kendali jarak jauh memerlukan satu atau lebih operator untuk bekerja,
terutama dengan panel instrumen yang terpasang di dinding dengan tampilan dan kontrol selain
terminal komputer dan manual kerja. Operator dapat mengambil posisi duduk atau berdiri untuk
tugas tersebut. Tugas utamanya adalah memantau status sistem dan mengambil tindakan bila
diperlukan. Tindakan tersebut terkait aktivasi kontrol, komunikasi dengan orang lain, dan
sebagainya.
Beberapa bantuan heuristik komputer telah dikembangkan untuk merancang panel
instrumen dengan tampilan dan kontrol. CAPABLE, dikembangkan oleh Bonney dan Williams
yang mendesain tempat kerja operator khusus duduk. Mereka mencoba untuk memposisikan
kontrol dan menampilkan secara otomatis pada beberapa panel dalam jarak jangkauan. WOLAP,
dikembangkan oleh Rabideau dan Luk yang bertujuan untuk menempatkan komponen yang lebih
sering digunakan dan secara fungsional lebih mudah diakses dan memiliki sudut pandang yang
lebih baik sambil mempertimbangkan kendala antropometri.. CAPADES (Computer Aided Panel
Design and Evaluation System) dikembangkan oleh Pulat pada tahun 1980, dimulai dengan
pemilihan komponen yang optimal untuk ditata dan dilanjutkan dengan menyiapkan tata letak
panel untuk operator tetap.
1.5 Work Space Design

Ada banyak kesamaan antara desain area kerja dan desain ruang kerja. Seperti mencakup
banyak peralatan, tempat kerja dan orang-orang. Hubungan antara orang dan tempat kerja
menambah kerumitan pada gambar atau desain. Variabel lain yang menarik adalah mobilitas kru,
tampilan umum, dan komunikasi suara antar orang. Pulat mengembangkan prosedur
terkomputerisasi untuk merancang ruang kerja bagi pekerja pada operasi duduk / berdiri.
Prosesnya dimulai dari keseimbangan beban kerja dan pengambilan keputusan jumlah tempat
kerja. Kemudian menyusun tata letak ruang kerja secara umum dan desain masing-masing
ruangan kerja. Model yang dihasilkan disebut MAWADES (Multi-Man-Machine Work Area
Design and Evaluation System).
1.6 Case Ilustration 5

Studi kasus yang disajikan di bagian ini didasarkan pada desain ulang operasi persiapan
papan dalam fungsi kitting di pabrik perakitan elektronik. Prinsip ergonomis mendapat
pertimbangan utama dalam desain dan pemilihan peralatan untuk menggabungkan pusat kerja
yang terpisah menjadi satu. Pekerjaan persiapan papan sebelumnya dilakukan di empat pusat
kerja terpisah dengan penanganan dan pementasan material yang ekstensif. Sebelum memaparkan
perbaikannya, beberapa pembahasan tentang fungsi kitting terlebih dahulu dilakukan.

1.10.1 Parts Kitting


Kit adalah kumpulan komponen atau (sub) rakitan yang bersama-sama mendukung satu
atau lebih operasi perakitan untuk suatu produk. Pengoperasian kit di pabrikan ini diarahkan
terutama ke bagian rakitan papan sirkuit. Pabrik menganggap kit sebagai operasi bengkel utama
yang mana suku cadangan diubah dari bentuk penyimpanannya dan diambil dari zona penyangga
menjadi bentuk di mana mereka akan menjadi konsumen pada operasi perakitan selanjutnya.
Fungsi sekunder dari kit adalah verifikasi material akhir.
1.10.2 Ergonomic Improvements

Pada bagian ini kami menyajikan ringkasan dari intervensi ergonomis dalam operasi
persiapan papan dengan pernyataan “sebelum” dan “setelah”.

Before

Sebelum sentralisasi operasi, semua pekerjaan dilakukan di empat toko kit yang berbeda
yang menggandakan sumber daya. Ini mengakibatkan penggunaan sumber daya yang kurang atau
berlebihan pada basis pertoko, dan menimbulkan keluhan karyawan dan kemacetan kapasitas. 
Setiap toko perlengkapan dilengkapi dengan oven (Gambar 7.18) dan fasilitas persiapan lainnya
(Gambar 7.19) menyebabkan penanganan material secara keseluruhan yang berlebihan dengan
ketidaknyamanan yang terkait. Persiapan terdistribusi juga menyebabkan masalah kualitas
berbagai sumber variabilitas, bersama dengan tekanan pekerjaan yang beberapa kali lipat.

Kegiatan memanggang membutuhkan bongkar muat oven dengan tumpukan papan yang
dicetak. Elemen pekerjaan ini menuntut secara fisik karena membutuhkan pembengkokan,
pemuntiran, pengangkatan, dan pengangkutan beban pada batas kemampuan operator. 
Ketidaknyamanan akibat panas yang dipancarkan dari oven juga dicatat. Informasi yang terkait
dengan persyaratan suboperasi dikembangkan di atas dokumen kertas seperti “lembar persiapan
papan” dan “tag alur”. Bentuk dokumen dengan tulisan tangan membuat masalah keterbacaan.
Dimana dokumen kertas dapat hilang dan mengakibatkan penundaan operasi.  Secara
keseluruhan, operasi persiapan ‘sebelumnya’ memberikan peluang untuk perbaikan. Selain
mengurangi ketidaknyamanan fisik, operasi baru dapat meningkatkan kecepatan material secara
signifikan dengan mengumpulkan sumber daya dan mengatur pekerjaan dalam urutan tugas yang
logis. 

After

Gambar 7.20 memberikan diagram alur material untuk operasi persiapan papan yang
didesain ulang. Disini papan pertama disiapkan melalui bench operations (Gambar 7.21),
kemudian dicap untuk identifikasi, dan akhirnya, dipanggang (Gambar 7.22.  Konveyor (ban
berjalan) pada ketinggian kaki digunakan transportasi material dari satu area kerja ke area lain.
Untuk kontrol laju aliran dan perhatian bahan campuran, intervensi operator dengan mekanisme
konveyor diperlukan pada dua titik untuk aliran material ujung ke ujung di ruang persiapan
papan. Operasi ini dilakukan dalam ruangan berukuran 52 kaki x 30 kaki dengan pengendalian
kebakaran tambahan dengan akses yang memadai dan izin jalan keluar untuk lalu lintas material
dan personel.

Receiving and Bench Operations (Menerima dan Operasi Bench). Di stasiun penerima,
papan kedatangan dipindai dengan laser untuk tujuan pelacakan material. Kemudian papan untuk
yang sama diarahkan ke bangku persiapan tertentu melalui konveyor. Panel instrumen di stasiun
bench penerima (Gambar 7.23) mengidentifikasi menggunakan kombinasi lampu indikator /
tombol tekan. Menekan tombol tekan mengaktifkan konveyor transfer dan mekanisme yang
memindahkan material ke bench yang benar. Operator bench meminta pekerjaan melalui tombol
tekan yang mengaktifkan lampu indikator pada panel instrumen.  Kompatibilitas spasial antara
posisi lampu indikator / tombol tekan pada panel instrumen dan posisi fisik bangku di sepanjang
konveyor meminimalkan kesalahan perutean kerja. Setelah menyelesaikan operasi, operator
bench menekan tombol untuk mentransfer bak berisi papan ke pemuat konveyor oven. 
Automated Lift and Lower Mechanisms (Mekanisme Pengangkatan dan Penurunan
Otomatis). Operator oven pemanggang mengambil papan dari konveyor persiapan menggunakan
mekanisme elevator / lowerator otomatis (Gambar 7.24). Lowerator secara otomatis turun saat
papan yang ditumpuk setinggi pinggang sampai tumpukan papan bertumpu pada gerobak. Saat
penuh, operator memindahkan gerobak ke posisi pemuatan konveyor oven.  Untuk tugas
mendorong yang nyaman, truk dilengkapi dengan pegangan yang bisa dilepas. 

Stamping and BakingSebelum operasi memanggang, papan diberi kode tanggal melalui
mesin cap kode tanggal yang dipasang ke bagian konveyor yang terpasang pada pemuat. 
Kemudian dimasukkan ke dalam oven aliran melalui konveyor dan mekanisme transfer sudut
kanan. Setelah dipanggang, papan ditumpuk pada penumpuk otomatis. Sebuah lampu diaktifkan
dan alarm berbunyi saat penumpuk penuh dan ini perlu perhatian operator. Pada titik ini,
tanggung jawab operator adalah melepaskan papan, mengelompokkannya menurut ID, dan
mengirimkannya ke operasi berikutnya. Penumpuk dilengkapi dengan lengan penangkap untuk
mengumpulkan papan yang keluar dari oven selama penghilangan stok. Ini memungkinkan
operasi memanggang tanpa gangguan.

1.10.3 Conclusion

Menerapkan peralatan otomatis yang dioperasikan oleh pengontrol terprogram sambil tetap
mempertahankan fitur intervensi operator, menghasilkan peningkatan produktivitas yang penting.
Semua penanganan dilakukan dalam posisi berdiri tanpa membungkuk, atau meraih. Peralatan
penanganan khusus melengkapi kemampuan manusia untuk tugas yang dilakukan dengan aman.
Selain menghadirkan lingkungan kerja yang lebih menyenangkan, dapat diterima, dan nyaman,
operasi yang baru menghasilkan pemanfaatan yang lebih baik dari sumber daya yang ada dengan
mengkonsolidasikan kapasitas. Kecepatan material meningkat seiring dengan penurunan
inventaris dalam proses.

C. ANTROPOMETRI: Kalibrasi Dimensi Tubuh Manusia


Aspek-aspek ergonomi dalam suatu proses rancang bangun fasilitas kerja adalah faktor
yang penting dalam menunjang peningkatan pelayanan jasa produksi. Terutama dalam hal
perancangan ruang dan fasilitas akomodasi.
Memperhatikan faktor ergonomi dalam proses rancang bangun fasilitas dalam dekade
sekarang ini merupakan sesuatu yang tidak dapat ditunda. Hal tersebut tidak akan lepas dari
pembahasan mengenai ukuran antropometri tubuh operator maupun penerapan data-data
antropometrinya.
Dalam rangka mendapatkan suatu perancangan yang optimum dari suatu ruang dan
fasilitas akomodasi maka hal-hal yang harus diperhatikan adalah faktor-faktor seperti panjang
dari suatu dimensi tubuh manusia baik dalam posisi statis maupun dinamis. Hal lain yang perlu
diamati adalah seperti berat dan pusat massa (centre of gravity) dari suatu segmen/bagian tubuh,
bentuk tubuh, jarak untuk pergerakan melingkar (angular motion), dari tangan dan kaki, dan lain-
lain.
Selain itu, harus didapatkan pula data-data yang sesuai dengan tubuh manusia.
Pengukuran tersebut relatif mudah didapat jika diaplikasikan pada data perseorangan. Semakin
banyak jumlah manusia yang diukur, maka semakin kelihatan besar variasi antara satu tubuh
dengan tubuh lainnya. Untuk mendapatkan data yang seteliti mungkin, dibutuhkan beberapa
alternative jawaban dari pertanyaan berikut ini:
 Berapa besar jumlah sampel yang harus diukur?
 Haruskah sampel tersebut hanya terbatas pada kalangan masyarakat tertentu saja?
 Apakah data yang didapat nanti akan dapat diterapkan pada jenis populasi
masyarakat tertentu yang lain?

1. Beberapa Sumber Variabilitas


1.1 Keacakan/Random
Kelompok populasi yang memiliki jenis kelamin, suku/bangsa, kelompok usia
dan pekerjaan yang sama, masih akan terdapat perbedaan antara berbagai macam
masyarakat. Distribusi frekuensi secara statistic dari dimensi kelompok anggota
masyarakat dapat diaproksimasikan dengan menggunakan distribusi normal, yaitu dengan
menggunakan data percentile yang telah diduga, jika mean (rata-rata) dan SD (standar
deviasi) nya telah dapat diestimasi.

1.2 Jenis Kelamin


Untuk kebanyakan dimensi pria dan wanita ada perbedaan yang signifikan antara
mean (rata-rata) dan nilai perbedaan ini tidak dapat diabaikan. Pria dianggap lebih
panjang dimensi segmen badannya daripada wanita. Oleh karenanya data antropomentri
jenis kelamin selalu disajikan secara terpisah.

1.3 Suku Bangsa


Meningkatnya jumlah penduduk yang migrasi dari negara A ke B, untuk mengisi
jumlah satuan angkatan kerja, maka akan mempengaruhi antropometri secara nasional.

1.4 Usia
Digolongkan atas beberapa kelompok usia, yaitu:
a. Balita
b. Anak-anak
c. Remaja
d. Dewasa dan
e. Lanjut usia
Ini berpengaruh terutama jika desain diaplikasikan untuk antropometri anak-anak.
Antropometri akan cenderung terus meningkat sampai batas usia dewasa. Ketika
menginjak usia dewasa, tinggi badan manusia cenderung menurun karena berkurangnya
elastisitas tulang belakang. Selain itu, berkurangnya dinamika gerakan tangan dan kaki.

1.5 Jenis Pekerjaan


Beberapa pekerjaan tertentu menuntut adanya persyaratan dalam seleksi
karyawan/stafnya. Misal: buruh dermaga/pelabuhan harus memiliki postur tubuh yang
relatif lebih besar dibandingkan dengan karyawan perkantoran pada umumnya, apalagi
jika dibandingkan dengan pekerjaan militer.

1.6 Pakaian
Hal ini juga merupakan sumber variabilitas yang disebabkan oleh bervariasinya
iklim yang berbeda dari satu tempat ke tempat lain terutama untuk daerah empat musim.
Misalnya pada musim dingin manusia akan memakai pakaian yang relatif lebih tebal dan
ukuran yang relatif lebih besar. Ataupun untuk pekerja di pertambangan, pengeboran
lepas pantai, pengecoran logam. Bahkan para penerbang dan astronotpun harus
mempunyai pakaian khusus.

1.7 Faktor Kehamilan pada Wanita


Faktor ini sudah jelas akan mempunyai pengaruh yang berarti kalau dibandingkan
dengan wanita yang tidak hamil, terutama yang berkaitan dengan analisis perancangan
produk (APP) dan analisis perancangan kerja (APK).

1.8 Cacat Tubuh Secara Fisik


Suatu perkembangan yang menggembirakan pada dekade terakhir yaitu dengan
diberikannya skala prioritas pada rancang bangun fasilitas akomodasi untuk penderita
cacat tubuh secara fisik sehingga mereka dapat ikut serta merasakan "kesamaan" dalam
penggunaan jasa dari hasil ilmu ergonomi di dalam pelayanan untuk masyarakat.
Masalah yang sering timbul misalnya: keterbatasan jarak jangkauan, yang dibutuhkan
ruang kaki (kneespace) untuk desain meja kerja, lorong / jalur khusus untuk kursi roda,
ruang khusus di dalam lavatory, jalur khusus untuk keluar masuk perkantoran, kampus,
hotel, restoran, super market dan lain-lain.

2. Penggunaan Distribusi Normal


2.1 Antropometri
Anthropometri menurut Slevenson (1989) dan Nurmianto (1991) adalah satu
kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia
ukuran, bentuk dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan
masalah desain. Penerapan data anthropometri ini akan dapat dilakukan jika tersedia nilai
mean (rata-rata) dan SD (standar deviasi) nya dari suatu distribusi normal.

Adapun distribusi normal ditandai dengan adanya nilai mean (rata-rata) dan SD
(standar deviasi). Sedangkan percentil adalah suatu nilai yang menyatakan bahwa
persentase tertentu dari sekelompok orang yang dimensinya sama dengan atau lebih
rendah dari nilai tersebut. Misalnya, 95% populasi adalah sama dengan atau lebih rendah
dari 95 percentil; 5% dari populasi berada sama dengan atau lebih rendah dari 5 percentil.
Besarnya nilai percentil dapat ditentukan dari tabel probabilitas distribusi normal.

Dalam pokok bahasan anthropometri, 95 percentil menunjukkan tubuh berukuran


besar, sedangkan 5 percentil menunjukkan tubuh berukuran kecil. Jika diinginkan
dimensi untuk mengakomodasi 95% populasi maka 2.5 dan 97.5 percentil adalah batas
ruang yang dapat dipakai dan ditunjukkan pada gambar 5.1. dan 5.2. serta pada tabel 5.1.
Suatu masalah praktis yang disebabkan oleh variabilitas besar yang diberikan
dalam buku karangan K.W. Kennedy menunjukkkan perbedaan tinggi badan para pilot
penerbang Amerika Serikat dan dari berbagai negara lain. Yang lebih utama dari dimensi
tinggi badan untuk tujuan perancangan cockpit (compartment) pesawat terbang adalah
dimensi tinggi pada saat duduk (seating height). Selanjutnya pada gambar 5.5. dan 5.6.
ditunjukkan variasi tersebut untuk tujuan perancangan produk yang berupa cockpit
pesawat terbang. Variasi yang menarik diantara kelompok anggota masyarakat proporsi
tubuh seperti ditunjukkan pada gambar 5.4. yaitu membandingkan diantara bangsa
Jepang, kulit putih Amerika, dan kulit hitam Amerika.
Untuk lebih menggambarkan secara global perbandingan antara satu bangsa
dengan bangsa lain maka, data-data berikut ini diharapkan dapat membantu.
Data Antropometri

Dimensi tubuh yang umum dipakai diilustrasikan pada tabel 5.1 (Stevenson, 1989). Dia
juga memberikan datanya pada berbagai kelompok usia dan bangsa yang lain. Dua diantaranya
ditunjukkan pada tabel 5.1. dan 5.2. Adapun aplikasinya didapat dari Nurmianto (1991), yaitu
dalam Proceeding SITRA di IPTN, Bandung.
Penggunaan Data Antropometri

Istilah “The Fallacy of the Average Man or Average Woman”. Istilah ini mengatakan
bahwa merupakan suatu kesalahan dalam perancangan suatu tempat kerja ataupun produk jika
berdasar pada dimensi yang hipotesis yaitu menganggap bahwa semua dimensi adalah
merupakan rata-rata. Walaupun hanya dalam penggunaan satu dimensi saja, seperti misalnya
jangkauan ke depan (forward reach), maka penggunaan rata-rata (50 persentil) dalam
penyesuaian pemasangan suatu alat kontrol akan menghasilkan bahwa 50% populasi tidak akan
mampu menjangkaunya. Selain dari itu, jika seseorang mempunyai dimensi pada rata-rata
populasi, katakanlah tinggi badan, maka belum tentu, bahwa dia berada pada rata-rata populasi
untuk dimensi lainnya
Tabel 5.1. Dimensi untuk orang Inggris dewasa usia 19-65 tahun dimana : X = nilai
rata-rata (mean), Gx = nilai standar deviasi (SD), 5% = nilai 5 persentil, 95%
= nilai 95 persentil.
Tabel 5.2. Perkiraan antropometri untuk masyarakat Hongkong, dewasa, dapat
diekuivalensikan sementara untuk masyarakat Indonesia (kesamaan etnis
Asia), semua dimensi dalam satuan umum.

Dimana : Gx = nilai rata-rata (mean), T = nilai standar deviasi (SD), 5% =


nilai 5 persentil.
Tabel 5.3 Antropometri masyarakat Indonesia yang didapat dari interpolasi masyarakat
British dan Hongkong terhadap masyarakat Indonesia. Dimana : Gx = niali rata-rata (mean), T =
nilai standar deviasi (SD), 5% = nilai 5 persentil, 95% = 95 nilai persentil).

Adapun pendekatan dalam penggunaan data antropometri di atas adalah sebagai berikut:
a. Pilihlah standar deviasi yang sesuai untuk perancangan yang dimaksud.
b. Carilah data pada rata-rata dan distribusi dari dimensi yang dimaksud untuk populasi yang
sesuai.
c. Pilihlah nilai persentil yang sesuai sebagai dasar perancangan.
d. Pilihlah jenis kelamin yang sesuai.
Tabel 5.4 Antropometri telapak tangan orang Indonesia yang didapat dari interpolasi data
Pheasant (1986) dan Suma’mur (1989) dan Nurmianto (1991). (Semua dimensi dalam satuan
mm).

Catatan:
IPJ = Interphalangeal Joint (sambungan antar ruas tulang jari).
PIPJ = Proximal Interphalangeal Joint (sambungan antar ruas tulang jari ke arah
mendekati tubuh).
Memperkirakan dimensi yang lain
Jika dimensi tubuh yang diperlukan untuk perancangan belum tersedia dalam tabel, maka
dapat dicari dengan cara mengakses secara teliti dari dimensi lain yang telah diketahui.
Contohnya, jika ingin menghitung jarak jangkauan genggam kedepan (forward grip reach
distance) maka harus diukur dari depan perut, bukan dari punggung. Jika kita namakan
dimensional ini adalah X1 maka:
X1 = X26 - X18
Persamaan ini dapat dipakai untuk rata-rata X1, yaitu:
X1 = X26 - X18
= 780 – 270 = 510 mm.
Akan telapi terdapat kesalahan jika menghitung persentil X1 dengan cara menguranginya dari
persentil dimensi 26 dan persentil dirnensi 18. Dan metode yang benar adalah dengan cara
memperkirakan nilai standar deviasi dari dimensi yang baru dan kemudian menghitung
persentilnya dengah cara seperti diatas. Adapun nilai standar deviasi tersebut dapat diperkirakan
dengan menggunakan koefisien variansi yang telah diperkirakan relatif terhadap sejumlah
dimensi yang lain.
Adapun nilai v yang direkomendasikan:

Karena dalam hal ini yang berkepentingan adalah dimensi lebar perut, maka dipilih
koefisien variansi sebesar 8,8 dari data diatas. Dengan menggunakan rumus: SDx = v.X, maka
didapat:

Jadi data yang paling baik adalah yang didapat dari pengukuran langsung terhadap dimensi
tubuh yang diinginkan dengan menggunakan populasi yang sesuai. Misalnya adalah
diperlukannya derajat ketelitian yang cukup beralasan.
Adapun nilai v yang direkomendasikan oleh J.A. Roebuck untuk berbagai macam kelompok
dimensi tubuh tersebut ditabulasikan sebagai berikut:

Karena dalam hal ini yang berkepentingan adalah dimensi lebar perut, maka dipilih
koefisien variansi sebesar 8,8 dari data diatas.

Dengan menggunakan rumus: SD = v.X, maka didapat:


x

Contoh Perancangan dengan Menggunakan Data Antropometri Statis


1. Tinggi Pintu

Dengan menggunakan data dari tabel 5.1, nilai 99 persentil tersebut adalah dengan
mengaplikasikan rumus sebagai berikut:

= X + 2,325 SF

= 1740 + (2,325 x 70)

= 1903 mm

Perlu adanya penambahan 30 mm untuk tebal sepatu, 50 mm untuk tinggi topi dan 50
mm untuk dynamic clearance, maka total tinggi pintu:

T = 1903 + 30 + 50 + 50
p

= 2033 mm

2. Perancangan Rak

(Tinggi untuk jangkauan ke depan maksimum)

Misalnya untuk:

1. Dalamnya jangkauan untuk rak dalam posisi kerja sambil berdiri.

2. Jarak jangkauan alat pengendali dalam posisi kerja sambil duduk.

3. Tinggi Genggaman Kopor


Analisanya bahwa kopor tersebut tidak boleh menggeser di lantai pada saat dibawa. Oleh
karenanya dimensinya tidak boleh lebih besar dari dimensi no.5 (tinggi genggaman tangan, pada
saat berdiri). Atau disebut sebagai knuckle height. Jika kopor tersebut dirancang untuk
masyarakat awam suatu jenis populasi maka 5 persentil dimensi no.5 untuk wanita sebaiknya
dipilih. Sehingga, perhitungannya menjadi:

H = 660 mm + tinggi sepatu

= 660 mm + 30 mm

= 715 mm.

4. Tinggi Tempat Duduk

Tempat duduk akan dipakai oleh populasi pria dan wanita dan harus mudah diatur. Untuk
kursi kantor yang biasa, diharapkan telapak kaki akan terletak pada permukaan lantai, dan tinggi
duduk harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak ada tekanan pada bagian bawah paha.

Adapun kelompok populasi yang akan menggunakan kursi adalah harus melibatkan
wanita Asia, sehingga rentang yang sesuai adalah:

95 persentil Pria Inggris yaitu = 490 mm. (tabel 5.1)

5 persentil Wanita Asia yaitu = 325 mm. (tabel 5.2)

Tinggi sepatu akan menjadi faktor tinggi duduk, terutama bagi wanita.

5. Ukuran Handel (Pegangan Tangan)


Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah:

a. Ruang dalam handel (L x W), sebaiknya cukup besar untuk ukuran langan 97,5 persentil yang
dilengkapi dengan sarung (kaos) tangan.

b. Diameter handel, D, sebaiknya cukup kecil untuk langan 2,5 persentil untuk
menggenggamnya.

Hal ini adalah merupakan masalah umum yang akan mempengaruhi ukuran tangan. Dimensi L
diatas adalah:

Dim. Statis = 97,5 persentil lebar tangan pria adalah 3,8 "(96 mm)

Dim. Dinamis = ditambah dengan 14% pada saal ditekuk sehingga menjadi: 114% x 96,52 mm =
110 mm. 

Kemudian ditambah 10 mm unluk ketebalan kaos tangan sehingga didapat :

dimensi L = 110 + 10 = 120 mm.

Dimensi W ditentukan dari ketebalan jari pria pada ruas jari kedua, ditambah dengan faktor
kelonggaran untuk kaos atau sarung tangan, ditambah faktor kelonggaran bebas.

Perancangan Pengaman Mesin Perkakas

Perancangan pengaman untuk mesin perkakas berfungsi untuk menghindarkan jari dan
tangan dari resiko berbahaya. Tujuan lainnya yaitu untuk memasukkan benda kerja siap-potong
atau siap-prosesyang masuk diantara rol pemotong dan tangan harus jauh dari titik potong.
Pengukuran tangan dan jari dibutuhkan untuk membuat perancangan pengaman mesin. Dengan
mengamati :

a. Persentil kecil dari ketebalan jari


b. Persentil besar dari panjang jari
Dengan mempertimbangkan material siap-potong akan memasuki mesin perkakas. Dan
diikuti oleh tangan yang mempunyai kecenderungan untuk ikut serta karena pengaruh gaya
inersia linier, sehingga diperlukan perancangan pengaman mesin perkakas.
Departemen Perindustrian negara bagian New South Wales, Australia mengeluarkan
beberapa lembar kerja pada sistem pengamanan mesin perkakas, yang berformula sebagai
berikut :

jarak tutup pelindung ke tit


Ketinggian buka maks =
8

Pada gambar 5.16 ditunjukkan rekomendasi dari British Standard, BS 5304 pada dimensi
pengaman mesin perkakas. Dapat dilihat bahwa membukanya pelindung sebesar 15 mm
dipertimbangkan cukup untuk kedalaman penetrasi dalam rentang 90 – 140 mm.

Pengukuran Jumlah Sampel untuk Tingkat Ketelitian yang Diinginkan

Dalam perancangan survey antropometri, jumlah sampel dapat diperkirakan untuk setiap
dimensi dengan diketahuinya nilai standar deviasi. Tingkat ketelitian yang diinginkan
diasumsikan dimensinya berdistribusi normal. Pada umumnya diinginkan derajat ketelitian 1%
dari nilai yang akan ditentukan, dengan 95% tingkat kepercayaan. Nilai yang bersesuaian adalah
dimensi rata-ratanya. Standard Error dari rata-rata dirumuskan sebagai berikut :

σx
Sx =
√N

Dimana: σ x = standar deviasi


N = ukuran sampel yang nilai rata-ratanya ditentukan

Untuk 95% tingkat kepercayaan, nilai rata-rata sebenarnya adalah :

X ± 1,96 Sx

Jika nilai rata-rata yang akan diukur adalah dengan derajat ketelitian 1% maka :

1
1,96 Sx = X
100

Substitusi dengan rumus diatas menjadi

1
1,96 Sx = X
100

σx X
= 1,96 =
√ N 100

( )
2
σx
Jadi N = 38400
X

= 38400 v2

dimana v adalah koefisien variansi

Misalkan koefisien variansi sebesar 4,6% jadi :

N = 38400 x (0,046)2

N = 81 sampel

Bentuk Data Antropometri yang Lain

Selain dimensi individu dari masing-masing segmen tubuh yang telah dijelaskan
sebelumnya, masih ada perangkat lain untuk perancangan tempat kerja, yaitu MANIKINS
(template 2 dimensi) atau 3 dimensional dummies. Perangkat ini dibuat untuk menggambarkan
berbagai macam persentil. Dan juga telah dijelaskan sebelumnya tidak seorangpun yang
mempunyai nilai persentil yang sama untuk semua dimensi segmen tubuh. Dimensi individual
yang bervariasi tersebut berinteraksi dalam suatu bentuk perancangan tempat kerja yang
kompleks, seperti pada perancangan produk untuk kabin kendaraan. Jadi dapat dikatakan
bermanfaat, dengan dipunyainya berbagai macam kombinasi untuk semua dimensi.

Manikins tersedia dalam berbagaii macam persentil dan digunakan untuk merancang
tempat kerja dengan posisi duduk maupun berdiri yang dibedakan atas 4 macam :

 Pria besar (tinggi 1870 mm)


 Wanita besar dan pria sedang (tinggi 1760 mm)
 Wanita sedang dan pria kecil (tinggi 1660 mm)
 Wanita kecil (tinggi 1540 mm)
Selain itu CAD (Computer Aided Design) telah banyak diterapkan untuk perancangan
tempat kerja dan tampilan komputasi grafis dari dimensi tubuh manusia semakin dikembangkan.
Dan perangkat lunak yaitu SAMMIE (Systems for Aiding Man or Machine Interaction
Evaluation) yang merupakan sistem komputasi grafis untuk membantu dalam evaluasi pada
interaksi antara manusia dan mesin dengan tampilan 3 dimensi. Fungsinya yaitu untuk
mengetahui jarak jangkauan dan pandangan seperti yang ditunjukkan pada gambar 5.18

Anda mungkin juga menyukai