PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengertian Perawat adalah orang yang mengasuh dan merawat orang lain yang
mengalami masalah kesehatan. Namun pada perkembangannya, pengertian
perawat semakin meluas. Pada saat ini, Menurut Undang - Undang Republik
Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 menyatakan bahwa perawat adalah
seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi keperawatan, baik di dalam
maupun di luar negeri yang diakui oleh pemerintah sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang - Undangan. Pelayanan keperawatan adalah suatu bentuk
pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada
individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik sehat maupun sakit
(Kementerian Sekretariat Negara RI, 2014). Dari beberapa definisi di atas
maka dapat disimpulkan bahwa perawat adalah tenaga profesional yang
mempunyai kemampuan, tanggungjawab dan kewenangan dalam
melaksanakan dan memberikan perawatan kepada pasien yang mengalami
masalah kesehatan. Fungsi perawat yang utama adalah membantu pasien atau
klien dalam kondisi sakit maupun sehat, untuk meningkatkan derajat
kesehatan melalui layanan keperawatan (Nisya,2013). Dalam menjalankan
perannya, perawat akan melaksanakan berbagai fungsi yaitu :
a) Fungsi Independen Perawat
Fungsi independen ialah fungsi mandiri dan tidak tergantung pada
orang lain, dimana perawat dalam menjalankan tugasnya dilakukan
secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan tindakan
untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia.
b) Fungsi Dependen Perawat
Fungsi dependen ialah fungsi perawat dalam melaksanakan
kegiatannya atas atau instruksi dari perawat lain.
c) Fungsi Interdependen Perawat
Fungsi Interdependen ialah fungsi yang dilakukan dalam kelompok tim
yang bersifat saling ketergantungan di antara satu dengan yang lain.
Dalam menjalankan peranannya profesionalitas harus diutamakan oleh
perawat ketika bekerja, yang di mana dengan pekerjaannya itu diharapkan
perawat dapat memeroleh kepuasan kerja. Kepuasan kerja mencerminkan
tingkat di mana seseorang menyukai pekerjaannya. Diartikan secara formal,
kepuasan kerja adalah sebuah tanggapan afektif atau perasaan emosional
terhadap berbagai segi pekerjaan seseorang, Kreitner dalam (Wolo,Trisnawati
& Wiyadi, 2017). Ada beberapa faktor yang memengaruhi kepuasan dalam
bekerja, seperti yang diungkapkan oleh Sopiah dalam (Wolo,Trisnawati &
Wiyadi, 2017), ia mengatakan bahwa aspek kerja, gaji, manajemen
perusahaan, pengawasan, faktor - faktor intrinsik pekerjaan, kondisi kerja,
aspek sosial dalam pekerjaan, komunikasi dan rekan kerja. Terpenuhinya
segala kebutuhan baik sandang, pangan dan papan.
Oleh karena itu rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan
yang bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan dan dapat menjangkau
seluruh lapisan masyarakat. Adapun batasan mengenai Rumah Sakit, adalah
sebagai berikut : Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 2020 Tentang Klasifikasi Dan Perizinan Rumah Sakit Dengan Rahmat
Tuhan Yang Maha Esa Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Memutuskan :
Menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan Tentang Klasifikasi Dan Perizinan
Rumah Sakit. Dalam BAB I Ketentuan Umum
1. Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
a) Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan
gawat darurat.
b) Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik atau Online
Single Submission yang selanjutnya disingkat OSS adalah perizinan
berusaha yang diterbitkan oleh lembaga OSS untuk dan atas nama
menteri, gubernur, atau bupati/wali kota kepada pemilik dan
pengelola Rumah Sakit melalui sistem elektronik yang terintegrasi.
c) Lembaga Pengelola dan Penyelenggara OSS yang selanjutnya
disebut Lembaga OSS adalah lembaga pemerintah non kementerian
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang koordinasi
penanaman modal.
d) Izin Mendirikan Rumah Sakit yang selanjutnya disebut Izin
Mendirikan adalah izin usaha yang diterbitkan oleh Lembaga OSS
untuk dan atas nama menteri, gubernur, atau bupati/wali kota setelah
pemilik Rumah Sakit melakukan pendaftaran sampai sebelum
pelaksanaan pelayanan kesehatan dengan memenuhi persyaratan
dan/atau komitmen.
e) Izin Operasional Rumah Sakit yang selanjutnya disebut Izin
Operasional adalah izin komersial atau operasional yang diterbitkan
oleh Lembaga OSS untuk dan atas nama menteri, gubernur, atau
bupati/wali kota setelah pemilik Rumah Sakit mendapatkan Izin
Mendirikan.
f) Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang
memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia
yang dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri sebagaimana
dimaksud dalam Undang - Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
g) Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah yang memimpin pelaksanaan
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.
h) Kementerian Kesehatan adalah kementerian yang mempunyai tugas
menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang kesehatan.
i) Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kesehatan.
j) Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal pada Kementerian
Kesehatan yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang pelayanan
kesehatan.
2. Pasal 2
Rumah Sakit dapat didirikan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, atau swasta.
3. Pasal 3
Rumah Sakit yang didirikan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 harus berbentuk Unit
Pelaksana Teknis dari Instansi yang bertugas di bidang kesehatan, atau
Instansi tertentu dengan pengelolaan Badan Layanan Umum atau
Badan Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang - undangan.
4. Pasal 4
a) Rumah Sakit yang didirikan oleh swasta sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 harus berbentuk badan hukum yang kegiatan
usahanya hanya bergerak di bidang Perumah sakitan.
b) Badan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. Badan hukum yang bersifat nirlaba; dan
b. Badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk
perseroan terbatas atau persero, sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang - undangan.
c) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan bagi
Rumah Sakit yang diselenggarakan oleh badan hukum yang
bersifat nirlaba. Memperoleh penghidupan yang layak, upah kerja,
jaminan kesehatan dan jamninan kerja merupakan bagian dari
kesejahteraan sosial. Tenaga kesehatan yang salah satunya adalah
perawat merupakan bagian yang berupaya mengabdikan diri dalam
memberikan asuhan keperawatan guna meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.
Dari hal tersebut, tentunya perawat mendapatkan kesejahteraan dari
segala dedikasi yang telah diberikan, akan tetapi nyatanya, upah jasa yang
diperoleh tidaklah sebanding dengan beban kerja yang didapat. Disamping itu,
setiap tahunya banyak lulusan perawat yang saling berebut tempat kerja.
Banyak pula yang bekerja tidak sesuai dengan pendidikannya, misalnya saja
menjadi pedagang karena sulit mendapatkan pekerjaan yang linier dengan
pendidikan yang telah ditempuh serta lebih parah lagi tak sedikit pula yang
menganggur karena persaingan global yang ketat di fasilitas pelayanan
kesehatan (Santoso et al. 2021).
Seperti yang disampaikan oleh kanal berita SURYAMALANG.com
dikatakan bawah setiap tahun, sekitar 22.000 - 40.000 lulusan perawat harus
menganggur setiap tahun, sebab dari seluruh lulusan, hanya sekitar 20% saja
yang terserap.
Hal ini diungkapkan oleh Ketua DPW PPNI Jawa Timur, sekaligus
Ketua Prodi S3 Keperawatan Unair, Prof Dr Nursalam, M.Nurs (Hons saat di
Tulung Agung pada tanggal 19 Desember 2021). Terkhusus untuk perawat
yang sudah bekerja, idelanya sudah mendapatkan upah standar yang
ditetapkan oleh provinsi, dan ini bisa disebut dengan UMP atau upah
minimum provinsi. Kebijakan UMP sendiri merupakan sistem pengupahan
yang telah banyak diterapkan di beberapa negara. Pada dasarnya, bisa dilihat
dari dua sisi. Pertama, upah minimum merupakan alat proteksi bagi pekerja
untuk memertahankan agar nilai upah yang diterima tidak menurun dalam
memenuhi kebutuhan hidup sehari - hari. Kedua, sebagai alat proteksi bagi
perusahaan untuk mempertahankan produktivitas pekerja. Namun kebijakan
tersebut masih belum sepenuhnya diterapkan oleh pengusaha/pemberi kerja
(Santoso et al., 2021).
Nyatanya hingga saat ini, UMP tersebut belum sepenuhnya terlaksana
di Indonesia dan perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan yang seharusnya
mendapatkannya, tetapi yang terjadi masih jauh dari kata sejahtera. Seperti
hasil pengolahan data dari kementrian kesehatan RI melalui program Risnakes
pada tahun 2017 menunjukkan bahwa dari 65.646 perawat di seluruh Rumah
sakit di Indonesia, ternyata 28,4% gajinya masih di bawah Upah Minimum
Provinsi (UMP) didaerahnya masing - masing.
Hal ini membuktikan bahwa 1 dari 4 perawat gajinya tidak lebih dari
para buruh dengan gaji UMP di daerahnya. Selain itu, ditemukan bahwa DKI
Jakarta adalah tempat paling layak bagi tenaga puskesmas, mengingat hanya
0,3% yang digaji di bawah UMP. Lalu di daerah Sulawesi Barat didapatkan
sekitar 61,8% dari pegawai puskesmasnya yang digaji di bawah UMP
(Santoso et al., 2021).
Hasil surve Risnakes dari 65.646 perawat yang tersebar di Aceh, Riau,
Sumatera Selatan, Jawa Timur, Banten, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah,
Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat, didapatkan bahwa gaji minimal yang
didapatkan yaitu Rp 50.000 per Bulan. Dari data tersebut, nampaknya
fenomena ini menjadi sangat miris karena seperti pembahasan sebelumnya
bahwa pekerjaan perawat sangatlah banyak yang tentu idealnya harus
dibarengi dengan gaji yang sesuai pula. Maka dari itu, kami dari KASTRAD
ILMIKI, akan mengulas terkait dengan UMP yang seharusnya didapatkan oleh
perawat, dan selanjutnya akan dipaparkan lebih eksklusif mengenai kajian
UMP. Pemerintah memastikan menghapus status tenaga honorer mulai tahun
2023. Tenaga honorer yang saat ini masih bekerja di lingkungan instansi
pemerintah bisa diangkat sebagai pegawai negeri sipil (PNS) atau Pegawai
Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
Namun, pengangkatan tenaga honorer menjadi PNS atau PPPK harus
dilakukan sesuai aturan yang berlaku. Hal ini tertuang dalam surat Menteri
PANRB Nomor B/185/M.SM.02.03/2022 tentang Status Kepegawaian di
Lingkungan Instansi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang
ditandatangani Tjahjo pada 31 Mei 2022. Dalam surat tersebut, Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Tjahjo
Kumolo mengimbau para Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK) instansi
pemerintah baik kementerian/lembaga maupun pemerintah daerah (K/L/D)
untuk menentukan status kepegawaian pegawai non-Aparatur Sipil Negara
(ASN) paling lambat 28 November 2023.
Adapun pegawai non-ASN yang dimaksud adalah pegawai non-
Pegawai Negeri Sipil (PNS), non-Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian
Kerja (PPPK), dan eks-Tenaga Honorer Kategori (THK) II. “Agar para
Pejabat Pembina Kepegawaian menyusun langkah strategis penyelesaian
pegawai non-ASN yang tidak memenuhi syarat atau tidak lulus seleksi Calon
PNS maupun Calon PPPK sesuai ketentuan peraturan perundang - undangan
sebelum batas waktu tanggal 28 November 2023,” ujar Tjahjo, dalam rilis
Kementerian PANRB, Jumat (03/06/2022).
Tjahjo menambahkan, instansi pemerintah yang membutuhkan tenaga
lain seperti pengemudi, tenaga kebersihan, dan satuan pengamanan dapat
dilakukan melalui tenaga alih daya (outsourcing) oleh pihak ketiga. “Jadi PPK
pada K/L/D tetap bisa mempekerjakan outsourcing sesuai kebutuhannya,
bukan dihapus serta merta,” ujarnya. Pengangkatan pegawai melalui pola
outsourcing sesuai kebutuhan diharapkan dilakukan dengan
mempertimbangkan keuangan dan sesuai dengan karakteristik masing -
masing K/L/D.
Menteri PANRB menerangkan, penyelesaian pegawai non-ASN (non-
PNS, non-PPPK, dan THK-II) ini merupakan amanat dari Undang - Undang
(UU) Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara. Pasal 96 ayat (1)
Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2018 tentang Manajemen Pegawai
Pemerintah dengan Perjanjian Kerja pun menyebutkan bahwa Pegawai non-
ASN yang bertugas di instansi pemerintah dapat diangkat menjadi PPPK
apabila memenuhi persyaratan, dalam jangka waktu paling lama lima tahun
sejak PP tersebut diundangkan. “PP No. 49/2018 diundangkan pada 28
November 2018, maka pemberlakuan lima tahun tersebut jatuh pada tanggal
28 November 2023 yang mengamanatkan status kepegawaian di lingkungan
instansi pemerintah terdiri dari dua jenis, yaitu PNS dan PPPK,” Tjahjo
menegaskan.
Berkaitan dengan hal - hal tersebut, dalam rangka penataan ASN
sesuai ketentuan peraturan perundang - undangan, Menteri PANRB meminta
PPK untuk melakukan pemetaan pegawai non-ASN di lingkungan instansi
masing - masing. “Dan bagi (pegawai non-ASN) yang memenuhi syarat dapat
diikutsertakan atau diberikan kesempatan mengikuti seleksi calon PNS
maupun PPPK,” ujarnya. PP Manajemen PPPK mengamanatkan, PPK dan
pejabat lain di instansi pemerintah dilarang mengangkat pegawai non-ASN
untuk mengisi jabatan ASN. Dengan demikian, PPK diamanatkan
menghapuskan jenis kepegawaian selain PNS dan PPPK di lingkungan
instansi masing - masing dan tidak melakukan perekrutan pegawai non-ASN.
Tjahjo menegaskan bahwa amanat PP ini justru akan memberikan
kepastian status kepada pegawai non-ASN untuk menjadi ASN karena ASN
sudah memiliki standar penghasilan/kompensasi.
Sedangkan dengan menjadi tenaga alih daya (outsourcing) di perusahaan,
sistem pengupahan tunduk kepada UU Ketenagakerjaan, di mana ada upah
minimum regional/upah minimum provinsi (UMR/UMP). “Kalau statusnya
honorer, tidak jelas standar pengupahan yang mereka peroleh,” jelas Tjahjo.
B. Standing Point
1. Untuk mengawasi implementasi dari kebijakan upah minimum tenaga honorer
keperawatan di Indonesia
2. Menuntut untuk menindak lanjuti institusi yang memberikan upah minimum
institusi yang di bawah standar
3. Menuntut untuk menyamakan remunerasi tenaga honorer keperawatan dengan
Upah Minimum Regional
4. Menuntut adanya dukungan afirmasi untuk Nakes dalam seleksi PPPK
berdasarkan tiga prioritas, yakni masa kerja, usia, dan sertifikat keahlian
5. Menuntut untuk membuka kuota yang besar atau bertahap untuk rekrutmen
PPPK nakes untuk tahun 2022 dan seterusnya, dan selesai sesuai data di
Sistem Informasi Sumber Daya Manusia Kesehatan (SI-SDMK) di bawah
Kementerian Kesehatan
6. Menuntut untuk nakes yang tervalidasi dalam SI-SDMK sangat penting bagi
nakes honorer untuk mengikuti seleksi PPPK
7. Menuntut untuk nakes yang sudah SI-SDMK mudah diakses dan dilihat secara
pribadi
8. Menuntut kepada Kementerian Keuangan untuk mengalokasikan anggaran
khusus lewat Dana Alokasi Umum (DAU) untuk rekrutmen PPPK nakes.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan hal tersebut jika dilihat gaji perawat saat ini yaitu
Mengutip dari nurse.co.id, gaji perawat di Indonesia disesuaikan dengan Upah
Minimum Provinsi . Self Assesment Tim Nusantara, besaran gaji perawat di
Puskesmas ini sekitar Rp 2.250.148 per bulan.
Meski besaran gaji perawat di Puskesmas lebih kecil dari gaji perawat
di rumah sakit, namun perawat di Puskesmas mendapatkan tunjangan di luar
gaji pokoknya tersebut. Besaran tunjangan tersebut berbeda - beda tergantung
status kepegawaian dan wilayah dinas perawat.
PPPK tentu saja berbeda dengan PNS. PPPK tidak dapat diangkat
secara otomatis menjadi PNS. Untuk menjadi PNS, PPPK harus mengikuti
proses seleksi yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan perundang -
undangan. PPPK bukan pegawai pemerintah yang berstatus tetap layaknya
seorang PNS, melainkan berstatus kontrak dengan masa perjanjian kerja
minimal setahun dan dapat diperpanjang sesuai kebutuhan, serta berdasarkan
penilaian kinerja dengan hanya diberikan gaji dan tunjangan saja tanpa ada
jaminan pensiun dan jaminan hari tua setelah berakhirnya masa kerja. Namun,
PPPK juga bukan bagian dari peningkatan level tenaga honorer sesuai dengan
terbitnya PP No. 49 Tahun 2018.
DAFTAR PUSTAKA
Yulianto Andri. 2017. Kinerja Perawat: Pengalaman Dan Pendapatan Gaji Dalam
Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan. Jurnal Ilmiah Kesehatan,
Volume 6 NO 2. STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung.
Ayubi. R. 2020. Pengaruh Gaji Dan Lingkungan Keja Terhadap Kepuasan Kerja
Perawat Non PNS Di Gedung Paviliun RSUP.H. Adam Malik ,Medan Sumatra
Utara. Skripsi. Universitas Pembangunan Panca Budi Medan.
Fajri Latifatul. D. 2022. Daftar Gaji Perawat Di Rumah Sakit Dan Puskesmas.
katadata.co.id
Maulud Iqbal. M. 2022. Gaji Perawat Tak Sebanding Dengan Perjuangannya, Setara
Cleaning Service. www.pikiran-rakyat.com
Rifka Isna. 2022. Berjasa Tangani Pasien, Berapa Gaji Perawat. money.kompas.com
Aipassa Jeanny. 2022. Daftar Gaji Perawat Di Indonesia, Mana Paling Rendah.
www.inews.id
Sofyan. 2022. Gaji Perawat Di Puskesmas 2022 PNS, Honorer Dan Sukarelawan.
www.biayatarif.com
Alfiana Tahta. A. 2019. Analisis Mutu Pelayanan Kesehatan Di Rumah Sakit Tingkat
IV Kota Madiun. Skripsi. SRIKes Bhakti Husada Mulia Madiun.
Wikanto Adi. 2022. Tenaga Honorer Bisa Diangkat PNS atau PPPK Tahun 2023, Cek
Ketentuannya. Amp.kontan.co.id
Putri Adinda Cntika. 2022. Mau Dihapus, Begini Curahan Hati Tenaga Kesehatan
Honorer. https://www.cnbcindonesia.com