DISUSUN OLEH :
Anugrah Pratama Tanga Putra C014212221
Muhammad Al-Fhitrah Lakidende C014212203
Muhammad Shafwan Suyuti C014212228
Tri Nurvia Handayani C014212232
SUPERVISOR PEMBIMBING :
dr. Irma Helina Amiruddin, Sp.KK
RESIDEN PEMBIMBING :
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
2.2 EPIDEMIOLOGI
Menurut sebuah studi Jerman, hingga 20% dari populasi akan mengalami
episode urtikaria di beberapa titik dalam hidup mereka.(3) 8,8-20% individu di
komunitas mengalami serangan urtikaria setidaknya sekali seumur hidup . Hal ini
dapat dilihat pada semua usia dan jenis kelamin tetapi sedikit lebih umum pada
orang dewasa muda. Pada 40-50% pasien, urtikaria dan angioedema terlihat dalam
kombinasi, hanya urtikaria atau angioedema yang terlihat masing-masing pada 40%
dan 20% orang [2]. Prevalensi urtikaria kronis lebih kecil dibandingkan urtikaria
akut, yaitu 1,8% pada dewasa dan berkisar antara 0,1-0,3% pada anak
2.3 ETIOLOGI
Banyak teori etiologi urtikaria, sampai sekarang belum ada yang bisa
dibuktikan. Beberapa teori antara lain:
1. Obat
Bermacam-macam obat dapat menimbulkan urtikaria baik secara imunoogik
maupun non imunologik. Hampir semua obat sistemik menimbulkan urtikaria
secara imunologi tipe I atau tipe II. Contohnya adalah obat-obat golongan
penisilin, sulfonamide, analgesic. Ada pula obat yang secara langsung dapat
merangsang sel mast untuk melepaskan histamine, misalnya kodein dan
opium. 1,2
2. Makanan
Peranan makanan ternyata lebih penting pada urikaria yang akut, umumnya
akibat reaksi imunologi. Makanan berupa protein atau bahan lain yang
dicampurkan kedalamnya seperti zat pewarna penyedap rasa, atau bahan
pengawet, sering menimbulkan urtikaria. Contoh makanan yang sering
menimbulkan urtikaria ialah telur, ikan kacang, udang, coklat, keju, bawang.
Bahan yang dicampurkan dalam makanan seperti asam nitrat, asam benzoat
dan ragi. 1,2
3. Gigitan atau sengatan serangga
Gigitan atau sengatan serangga dapat menyebabkan urtikaria lebih
diakibatkan karena peranan IgE (reaksi tipe I) dan tipe seluler (tipe IV). 1,2
4. Kontaktan
Kontaktan yang sering menimbulkan urtikaria ialah serbuk tekstil, air liur
binatang, tumbuh-tumbuhan, dan bahan kimia misalnya insect repellent
(pembasmi serangga), dan bahan kosmetik. Keadaan ini disebabkan bahan
tersebut menembus kulit dan menimbulkan urtikaria. 1,2
5. Trauma Fisik
Trauma fisik dapat diakibatkan oleh faktor dingin yakni berenang atau
memegang benda dingin. Faktor panas misalnya sinar matahari, sinar uv,
radiasi atau panas akibat pembakaran. Faktor tekanan yaitu goresan, pakaian
ketat, ikat pinggang, dan tekanan yang berulang-ulang, Klinis biasanya terjadi
di tempat yang mudah terkena trauma. Dapat timbul urtikaria beberapa menit
atau jam setelah digores benda tumpul.1,2
2.4 PATOFISIOLOGI
Keluhan subjektif biasanya timbul rasa gatal, perih, atau tertusuk. Secara
klinis akan tampak eritema dan edema lokal berbatas tegas dan terkadang tampak
pucat di bagian tengah. Eritema atau kemerahan akan berubah menjadi putih saat
ditekan. Bentuknya bisa papula, dan ukurannya bisa lentikular, nummular sampai
plak. Bila mengenai jaringan yang lebih dalam sampai dermis dan jaringan
submukosa atau subkutan, juga beberapa organ dalam misalnya saluran cerna dan
napas, disebut angioedema.1,2
1. Ditemukan edema sentral dengan ukuran bervariasi, dan bisa disertai eritema
di sekitarnya
2. Terasa gatal atau kadang-kadang sensasi terbakar
3. Umumnya dapat hilang dalam 1-24 jam, ada yang < 1 jam.
2.6 DIAGNOSIS
Diagnosis urtikaria ditegakkan dengan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik yang cermat. Pemeriksaan penunjang dibutuhkan untuk
membantu diagnosis dan mengidentifkasi etiologi 1,6
2.6.1 Anamnesis
Pada anamnesis dapat ditanyakan keluhan utama pasien, yaitu gatal-gatal dan
kemerahan yang dapat terjadi di lokasi mana pun dan dapat juga disertai dengan
angioedema. Onset dan durasi dari ruam bermanfaat untuk mengkategorikan
urtikaria sebagai akut, rekuren atau kronik , selanjutnya dapat pula digali faktor
faktor pencetus, seperti riwayat penyakit termasuk obat-obat dan penggunaan
suplemen, alergi, riwayat perjalanan, riwayat keluarga untuk mengidentikasi
penyebab dan gejala sistemik penyakit7,8
2.8 TATALAKSANA
Tatalaksana urtikaria, baik akut maupun kronis terdiri dari 2 hal utama, yaitu 1,6 :
2. Kortikosteroid
kortikosteroid digunakan hanya pada urtikaria akut atau ekserbasi akut
urtikaria kronis atau muncul eksaserbasi lesi, dapat diberikan
kortikosteroid sistemik (dosis 10-30 mg prednison) selama 3-7 hari.
3. Topikal
dalam tatalaksana urtikaria, selain terapi sistemik, juga dianjurkan untuk
pemberian topikal guna mengurangi rasa gatal, berupa bedak kocok atau
losio yang mengandung mentol 0,5 – 1% atau kalamin.
2.9 PROGNOSIS
Urtikaria akut biasanya sembuh sendiri dan sembuh dengan
menghindari pemicu yang tepat. Dengan urtikaria kronis, sebuah studi
kohort prospektif menemukan bahwa 35% pasien bebas gejala dalam satu
tahun, dengan 29% lainnya mengalami beberapa pengurangan gejala.
Remisi spontan terjadi dalam waktu tiga tahun pada 48% kasus urtikaria
kronis idiopatik, tetapi hanya 16% kasus urtikaria fisik. 28 Studi prospektif
lain pada anak-anak menemukan tingkat remisi pada satu, tiga, dan lima
tahun menjadi 18%, 54%, dan 68%, masing-masing. 29 Pasien mungkin
mengalami episode berulang sepanjang hidup mereka.
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
4. Akib, A. A. F., Munasir, Z., Kurniati, N. 2010. Buku Ajar Alergi Imunologi
Anak. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia
6. Menaldi SL, Bramono K, Indriatni W. Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin Edisi 7. Jakarta : Badan Penerbit FKUI. 2016.