Anda di halaman 1dari 8

Retorika Dalam Kepemimpinan

Kepemimpinan atau Leadership merupakan fungsi manajemen/administrasi untuk


menggerakkan organisasi dan memotivasi bawahan untuk mencapai tujuan organisasi yang
telah ditetapkan.
Menurut John M. Pfiffner menyatakan bahwa : “leadreship is the art of coordinating and
motivating individual and group to achieve the desired end (Kepemimpinan adalah seni untuk
mengkoordinasikan dan memotivasi terhadap individu atau kelompok untuk mencapai tujuan
yang diinginkan)”.
Sedangkan menurut Dalton Mc. Farland bahwa : “Leadership as the process by which and
executive imaginativevely direct, guides, or influences the work of others, in choosing and
attaining particular ends (Kepemimpinan sebagai suatu proses dimana pimpinan digambarkan
akan memberikan perintah atau pengarahan, bimbingan atau mempengaruhi pekerjaan orang
lain dalam memilih dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan)”.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan itu merupakan seni dan proses
pengarahan dan bimbingan terhadap kegiatan kerja seseorang atau kelompok karyawan dalam
menjalankan kegiatan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Kepemimpinan mempunyai 3 prasyarat :

– Skill (kecakapan)
– Power and Authority (kekuasaan dan wewenang/otoritas)
– Gezag/Goodwill (kewibawaan)
– Skill (kecakapan) adalah sejumlah pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui
belajar formal maupun dari pengalaman yang dimiliki oleh seorang pemimpin untuk
mengarahkan, membimbing, dan memerintah bawahannya.

Menurut Keith Davis, skill yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin meliputi Conceptual Skills
(CS), Human Skills (HS), dan Technical Skills (TS).
Masing – masing tingkatan pimpinan dalam organisasi yaitu ; Pimpinan Tingkat Bawahan/Lower
Manager (LM), Pimpinan Tingkat Menengah/Middle Manager (MM), dan Pimpinan Tingkat
Atas/Administrative Manager/Top Manager (AM/TM) mempunyai kapasitas kecakapan yang
berbeda – beda. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan dari fungsi dan kecakapan
kepemimpinan berikut dibawah ini :

Menurut Soewarno Handayaniningrat dalam bukunya “Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan
Manajemen” menyebutkan bahwa fungsi dan kecakapan kepemimpinan meliputi :
Mengetahui bidang tugasnya
Peka/tanggap terhadap keadaan lingkungan

– Mampu melakukan hubungan kerja/komunikasi dengan baik kedalam maupun ke luar.


– Melakukan human relations dengan baik
– Mampu melakukan koordinasi
– Mampu menganbil keputusan secara cepat dan tepat
– Mampu mengadakan hubungan kerja.
Sedangkan menurut Sondang P Siagian dalam buku “Filsafat Administrasi” menyebutkan fungsi
dan kecakapan kepemimpinan meliputi :
– Memiliki kondisi fisik yang sehat sesuai dengan tugasnya.
Berpengalaman luas
– Mengetahui sifak hakiki dan kompleksitas dari pada tujuan organisasi
– Mempunyai keyakinan organisasi akan berhasil dengan kepemimpinannya.
– Memiliki stamina (daya kerja) dan antusiasme yang besar.
– Cepat mengambil keputusan
– Objektif, dalam arti menguasai emosi dan mementingkan rasio
– Adil memperlakukan karyawan.
– Menguasai prinsip – prinsip human relations
– Menguasai teknik – teknik komunikasi
– Dapat bertindak sebagai penasehat, guru dan kepala terhadap bawahannya.
– Mempunyai gambaran menyeluruh terhadap semua kegiatan organisasi.

Kekuasaan dan otoritas tidak dapat dipisahkan seperti kedua sisi dari suatu mata uang, karena
suatu kekuasaan selalu diikuti dengan otoritas.
Power (kekuasaan) adalah kemampuan seseorang atau kelompok untuk mempengaruhi orang
lain atau kelompok lain seupaya mengikuti dan menuruti keinginan orang/kelompok tadi.

  – Otoritas (authority) atau kewenangan adalah dasar pengesahan atau pengabsahan


kekuasaan seorang pemimpin agar dituruti/diikuti secara sukarela.
Secara teoritis dasar pengesahan suatu kekuasaan dapat didasarkan atas tiga hal :
– Otoritas legal rasional, pengesahan kekuasasan didasarkan atas dasar nilai norma – norma
atau aturan – aturan yang dapat diterima oleh    akal sehat.
– Otoritas tradisional, pengesahan kekuasaan yang berdasarkan atas nilai – nilai yang telah
diwariskan secara turun temurun.
– Otoritas kharismatis, dasar pengesahan kekuasaan berdasarkan atas daya pribadi seorang
pemimpin.

Seorang pemimpin walau sudah mempunyai skills, kekuasaan dan kewenangan kadang tidak
menjamin keberhasilannya dalam mengarahkan, memerintah dan membimving bawahannya.
Kadang bawahan menunjukkan sikap kurang menerima dan malah mengungkit kedudukan
kepemimpinannya. Hal ini disebabkan pemimpin tersebut tidak mempunyai kewibawaan
(gezag/goodwill).
Kewibawaan dapat ditumbuhkan dengan jalan :

– Pimpinan harus menyesuaikan dengan kemampuan dan aspirasi bawahan.


– Berusaha mempengaruhi bawahan dengan tindakan integritas atas dasar konsensus secara
sukarela.
– Memupuk sikap dekat dengan bawahan tetapi dengan menjaga perilaku yang malah
menjatuhkan wibawa.
– Pimpinan supaya tidak terkesan rewel maka perintah selalu diberikan asalkan diberi
pengertian/diajak membicarakannya dan ditetapkan prosedur kerja yang lebih baik.

Selain kecakapan kepemimpinan itu dalam hal berkomunikasi seperti dikemukakan di atas, juga
dalam melaksanakan fungsi kepemimpinan itu tidaklah akan terlepas dengan melakukan
komunikasi. Oleh karena itu kedudukan (status) dan peranan (role) seorang pemimpin sudah
termasuk di dalamnya sebagai komunikator. Dengan kata lain fungsi seorang pemimpin itu
termasuk instrinsik sebagai komunikator. Maka kemampuan kepemimpinan harus juga diikuti
dengan kemampuan komunikasi, yaitu mempunyai ethos, pathos, dan logos komunikator.

Retorika Dalam Kepemimpinan

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dewasa ini orang mulai mempelajari bahasa yang halus dan lembut serta yang tepat dalam
memajukan usahanya, khusunya dalam dunia usaha atau pebisnis. Diharapkan dengan bahasa
yang demikian membuat konsumen terpengaruh. Begitu juga dengan pemimpin, baik pemimpin
yang terkecil sampai dengan pemimpin besar.

Pemimpin yang di kenal dengan Leadership memiliki power yang berguna untuk mempengaruhi


banyak orang, memanajemen sebuah organisasi, memberi tugas, arahan dan bimbingan
kepada bawahannya, tanpa retorika yang baik, tidak ada pengaruh. Maka retorika sangat
dibutuhkan sorang kepemimpinan, dalam pembangunan dan kemajuan usaha. Retorika buka
hanya sekedar berbahasa dan berbicara seperti di warung kopi, di tengah temah sepermainan,
tetapi benar-benar menggunakan bahasa yang berusaha memikat dan membuat orang tertarik
untuk mendengar, membaca dan mengikutinya.

Dalam pembahasan ini dijelaskan pentingnya retorika dalam kepemimpina, faktor apa saja yang
ada dalam retorika kepemimpinan dan dimana letak retorika dalam kepemimpinan tersenut.

PEMBAHASAN

A.    Retorika Dalam Kepemimpinan

Retorika adalah seni berbicara dan menggunakan bahasa yang baik dengan maksud
mempengaruhi orang lain agar orang lain mau melakukan apa yang kita sampaikan (ada
power). Dalam retorika, ada dua aspek yang harus di ketahui, yaitu pengetahuan mengenai
bahasa dan penggunaan bahasa dengan baik[1]. Oleh karena itu, retorika harus di pelajari bagi
siapa saja yang ingin menggunakan bahasa dengan cara yang baik untuk tujuan tertentu.
Seperti dalam kepemimpinan, Retorika merupakan ilmu dasar dalam kepemimpinan, maka
setiap pemimpin harus punya dasar dan kemampuan beretorika, karena retorika adalah seni
berbicara, bukan saja sebuah seni tapi bagai mana seni itu bisa berpengaruh dan
mempengaruhi oranng lain, kalau dalam kepemimpinan adalah bawahan yang ia pimpin, bisa
membuat mereka giat dalam bekerja, menyegani atasannya dan dengan pengaruh pemipin bisa
mebuat yang dipimpin termotipasi dan senang dengan kehadiran pemimpin. Selain itu, seorang
pemimpin untuk mempengaruhi bawahannya atau masyarakat luas harus mempunyai bahasa
yang baik dan benar, disebut dengan retorika[2].

Kepemimpinan atau Leadership merupakan fungsi manajemen atau administrasi untuk


menggerakkan organisasi dan memotivasi bawahan untuk mencapai tujuan organisasi yang
telah ditetapkan. Untuk menggerakkan organisasi itu butuh seorang prmipin sebagai orang yag
terdepan[3]. Menurut Dalton Mc. Farland bahwa “Leadership as the process by which and
executive imaginativevely direct, guides, or influences the work of others, in choosing and
attaining particular ends (Kepemimpinan sebagai suatu proses dimana pimpinan digambarkan
akan memberikan perintah atau pengarahan, bimbingan atau mempengaruhi pekerjaan orang
lain dalam memilih dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan)”.

Kita semua adalah pemimpin, baik pemimpin dalam ruang lingkup yang besar seperti memimpin
sebuah Negara, memimpin perusahaan, memimpin usaha dan bisnis, kelurahan , dusun, RT dan
RW, juga sebagai kepala keluarga atau pemimpin keluarga. Semua itu, butuh komunikasi atau
retorika yang baik dalam mengatur, memajukan dan mempertahankan Negara, perusahaan dan
sampai dengan keluarga, seorang pemimpin yang dalam keluarganya sering berantem karean
tidak baiknya retorika dalam berkomunikasi yang di sampaikannya, maka pemimpin ini belum
dikatakan berhasil meski diya berhasil memimpin orang lain, keberhasilannya itu adalah
keberhasilan yang palsu, maka retorika mengantarkan kita sebagai pemimpin yang berbicara
dengan istri sebagai pelaksana rumah tangga, jika retorika dalam keluarganya benar dan baik,
berbicara sopan, santun, anggun, dan jujur dengan menyentuh hati dari yang  kita ajak
berbicara  maka kepemimpinan di keluarganya berhasil, apalagi jika diya memimpin perusahaan
atau masyarakt[4].

Banyak kita jumpai para pemimpin yang tidak ramah kepada yang diya pimpin,suka pecat
orang sebelum bagun tidur, kalau berbicara tegas tanpa senyum, sehingga bawahannya selaku
yang diya pimpin merasa tidak enak dan nyaman, akhirnya tidak memberikan sumbangsih yang
baik kepada Negara atau perusahaan. ini menandakan retorika mereka sebagai pemimpin tidak
berpengaruh dan bahkan tidak didengarkan oleh yang diya pimpin[5].

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan itu merupakan seni dan proses
pengarahan dan bimbingan terhadap kegiatan kerja seseorang atau kelompok karyawan dalam
menjalankan kegiatan untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Kepemimpinan
mempunyai 3 syarat :

a.       Skill (kecakapan).

b.      Power and Authority (kekuasaan dan wewenang/otoritas.


c.       Gezag/Goodwill (kewibawaan)

Skill (kecakapan) adalah sejumlah pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui
belajar formal maupun dari pengalaman yang dimiliki oleh seorang pemimpin untuk
mengarahkan, membimbing, dan memerintah bawahannya.

Kekuasaan dan otoritas tidak dapat dipisahkan seperti kedua sisi dari suatu mata uang, karena
suatu kekuasaan selalu diikuti dengan otoritas. Power (kekuasaan) adalah kemampuan
seseorang atau kelompok untuk mempengaruhi orang lain atau kelompok lain supaya mengikuti
dan menuruti keinginan orang/kelompok. Otoritas atau kewenangan adalah dasar pengesahan
atau pengabsahan kekuasaan seorang pemimpin agar dituruti/diikuti secara sukarela.

Seorang pemimpin walau sudah mempunyai skills, kekuasaan dan kewenangan kadang tidak
menjamin keberhasilannya dalam mengarahkan, memerintah dan membimbing bawahannya.
Kadang bawahan menunjukkan sikap kurang menerima dan malah mengungkit kedudukan
kepemimpinannya. Hal ini disebabkan pemimpin tersebut tidak mempunyai kewibawaan. Selain
hal itu, pemimpin juga menggunakan retorika yang tidak baik kepada bawahannya dalam
menyampaikan tugas, memberi arahan dan perintah. Disini lah butuh ilmu retorika dalam
kepemimpinan, bahasa yang baik, sopan dan santun tersusun dengan kalimat yang indah dan
jelas akan membawa seorang pemimpin dalam mencapai tujuan yang dia inginkan. Bukan
sekedar pandai berbicara, tetapi juga  mampu untuk bertindak langsung dengan anggota
masyarakat atau kelompok dalam menyampaikan apa yang dibicarakan dan ditugaskan.

 Ditinjau dalam pengertiannya retorika adalah menggunakan seni berbicara dan bahasa yang
baik untuk mempengaruhi orang lain agar orang lain terpengaruh, seperti itu juga dengan
kepemimpinan adalah manajemen atau administrasi dalam mengatur semua tugas, memberi
arahan dan melakukan pengontrolan. Maka dalam kepemimpinan tersebut tidak bisa terlepas
dari retorika, hal ini diibaratkan seperti dua sisi mata uang yang saling membutuhkan.
Pemimpin dalam menjalankan tugasnya untuk megnatur semua bagian-bagian sistem,butuh
retorika yang baik dan santun. Tanpa retorika tersebut, orang lain sulit untuk dipengaruhi, dan
akhirnya sistem dalam kepemimpinan itu tidak punya power. Sebagai mana yang dikatakan
oleh Aristoteles, untuk mempengaruhi orang lain dalam berbicara ada tiga cara yaitu:

1.      Harus mampu menunjukan kepada khalayak bahwa kita memiliki pengetahuan yang luas,
kepribadian yang terpercaya dan status yang terhormat(Ethos).

2.      Harus menyentuh hati khalayak, perasaan, hati, emosi, harapan, kebencian, kasih dan
sayang(Phatos).

3.      Meyakinkan khalayak dengan bukti yang meyakinkan(Logos)[6].

Selain kecakapan kepemimpinan itu dalam hal beretorika seperti dikemukakan di atas, juga


dalam melaksanakan fungsi kepemimpinan itu tidaklah akan terlepas dengan retorika. Oleh
karena itu kedudukan dan peranan seorang pemimpin sudah termasuk di dalamnya sebagai
komunikator(retorika). Dengan kata lain fungsi seorang pemimpin itu termasuk instrinsik
sebagai retorika. Maka kemampuan kepemimpinan harus juga diikuti dengan
kemampuan retorika, yaitu mempunyai ethos, pathos, dan logos. Selain hal itu, retorika juga
menguatkan fungsinya dalam kepemimpinan yaitu, mengarahkan komunikasi dari pada
pemimpin dengan baik, pada akhirnya mampu menciptakan suasana kepemimpinan yang
disegani dan dihormati oleh khalayak luas.

B.     Faktor-faktor Ethos, Pathos dan Logos

Dalam surat kabar Fikiran Ra’jat pada tahun 1933 berdasarkan penyelidikan apakah semboyan
yang berbunyi”jangan banyak bicara,tetapi bekerjalah”,benar atau tidak.kesimpulan Manadi
ialah bahwa semboyan tersebut tidak benar.Semboyan kita,menurut nasionalis
tersebut,haruslah:”Banyak bicara, banyak bekerja!”

Pendapat Manadi itu didukung sepenuhnya oleh Ir.Sukarno dalam artikelnya pada surat kabar
yang sama dengan judul ”Sekali lagi,’Bukan jangan banyak bicara ,bekerjalah!”tetapi’Banyak
bicara,banyak bekerja!”Dalam artikelnya itu Bung karno dengan gayanya yang khas
menandaskan betapa pentingnya retorika dengan mengatakan antara lain:” Titik
beratnya,pusatnya kita punya aksi harus terletak di dalam politiekeb bewustmaking dan
politieke actie yakni didalam menggugahkan keinsyafan politik daripada rakyat dan di dalam
perjuangan politik daripada rakyat.

Memang dalam politik bagi seorang politikus untuk mencapai reputasi, prestasi,dan prestise


tanpa pengguasaan retorika bagaimana ia bisa menyebarluaskan idenya pada rakyat dan
menanamkan idenya pada benak individu tanpa retorika. Seorang politikus atau orator harus
mampu membawa rakyat kearah yang dituju bersama-sama, apakah itu mengusir penjajah
atau mengisi kemerdekaan dengan berpatisipasi dalam pembangunan.

Terlepas dari persoalan suka atau tidak suka,senang atau tidak senang kepada Bung Karno, bila
dalam pembahasan”Retorika dalam Kepemimpinan”ini di tonjolkan figur Bung Karno, ini adalah
contoh yang tepat bagi penelaahan retorika sebagai objek studi ilmu retorika.

Sebagai seorang orator politik, siapa pun harus memiliki persyaratan yang meliputi aspek-aspek
psikis dan fisik, aspek teoretis yang lengkapi kegiatan praktek. Pada diri
seorang pemimpin harus ada faktor-faktor ethos,pathos,dan logos .Sejauh mana faktor-faktor
tesebut di miliki Bung Karno sebagai Proklamator Kemerdekaan Indonesi. Faktor-faktor
ethos, pathos dan logos yang tercakup oleh retorika dapat dijumpai padanya.

Ethos yang merupakan kredebilitas sumber tidak disangsikan lagikarena jelas perjuangannya
untuk tanah air dan bangsa, jelas pengetahuaanya berlandaskan pendidikan formal ditambah
hasil studi literatur mengenai segala aspek kehidupan[7].

PENUTUP

A.    Kesimpulan
Retorika adalah semua ilmu dasar dalam kepemimpinan, tanpa retorika yang baik seorang
pemimpin tidak bisa membentuk kerjasama yang baik, tidak bisa menatur bawahannya dengan
benar dan tidak mempengaruhi banyak orang untuk berbuat lebih banyak dalam melakukan
sebuah perubahan dan pembangunan.

Pentingnya retorika dalam kepemimpinan ini membuat seorang pemimpin bisa mengarahkan
orang yang berada dibawahnya, sebagai mana yang di maksut pemimpin adalah orang yang
mengarahkan dan mampu mempengarui bawahannya untuk tujuan tertentu. Retorika dalam
kepemimpinan berada dalam bahasa, etika dan kemampuan pemimpin dalam mengarahkan
orang untuk maksud tertentu.

Retorika dalam kepemimpinan ada tiga hal yang sangat penting untuk diperhatikan
yaitu ethos,pathos,dan logos. Tiga faktor ini yang berperan penting dalam proses retorika
kepemimpinan, jika faktor tersebut tidak dimiliki kemingkinan pengaruh seeorang pemipin
terhadap khalayak ramai berkurang.

B.     Saran

Retorika adalah seni berbicara dan berbahasa yang baik dan benar, dengan bahasa yang indah
dan juga etika yang baik akan membawa seorang individu berhasil dalam hubungan sosialnya,
maka yang diperhatikan adalah penguasaan bahasa dan penggunaan bahasa dalam beretorika.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. Zazri, 2008, Dasar-Dasar Manajemen. Pekanbaru: SUSUKA PRESS

Effendy UchanaUnong, 2004, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: PT. Rosdakarya

M. Hum Rahmadi Junjana, 2006, Dimensi-Dimensi Kebahasaan, Yogyakarta: PT. Gelora Aksara

Usman Husen, 1990, Gaya Berbahasa yang Baik dan Seni Berbahasa, Jakarta: Rineka Cipta

www.MTGW.com
Retorika dan Kepemimpinan Orde Baru Pada pemerintah ini telah memperkenalkan
kepemimpinan gaya khas Indonesia. Dalam Penataran P-4 (Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila) yang sejak tahun 1979 diselenggarakan secara luas di seluruh Indonesia
telah diketengahkan apa yang dinamakan "Kepemimpinan Pancasila" berdasarkan ajaran Ki
Hadjar Dewantara. Bunyinya adalah. sebagai berikut:

"Ing ngarso sung tulodo" yang berarti: seorang pemimpin harus mampu - lewat sikap dan
perbuatannya menjadikan dirinya pola anutan dan ikutan orang-orang yang dipimpinnya;

"Ing madya mangun karso" yang berarti: seorang pemimpin harus mampu membangkitkan
semangat berswakarsa dan berkreasi pada orang-orang yang dibimbingnya dan

"Tut wuri handayani" yang berarti: seorang pemimpin harus mampu mendorong orang-orang
yang di asuhnya agar beraniberjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab.

Demikian prinsip-prinsip Kepemimpinan Pancasila. Sedangkan norma-norma kepemimpinan


lainnya yang akan mendukung pelaksanaan ketiga prinsip tadi ialah berwibawa, jujur,
terpercaya, bijaksana, mengayomi, berani mawas diri, mampu melihat jauh ke depan, berani
dan mampu mengatasi kesulitan, bersikap wajar, tegas dan bertanggung jawab atas keputusan
yang diambil, sederhana penuh pengabdian kepada tugas berjiwa besar, dan mempunyai sifat
ingin tahu.

Anda mungkin juga menyukai