Tugas Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bimbingan Konseling Kelompok
Dosen Pengampu : Amal Hayati,M.Pd
Disusun Oleh:
Miswati
0303213087
BKPI: II/Sem III
A. ISU-ISU KO-PEMIMPINAN
Memimpin kelompok dengan satu atau lebih kolega bisa sangat memberikan
keuntungan khususnya bagi pemimpin pemula. Keuntungan utama dari coleading
adalah co-leader dapat memberikan ide-ide tambahan perencanaan baik dalam
maupun memberikan dukungan karena biasanya hal itulah yang dibutuhkan bagi
pemimpin pemula, khususnya ketika bekerja pada kelompok terapi yang intensif atau
kelompok kelompok yang sulit. Dalam situasi ini, co-leader sering kali menampilkan
dan membawa sudut pandang yang berbeda dari sebuah pengalaman yang ditampilkan
dalam kelompok. Lebih jauh lagi, ia dapat memberikan berbagai alternatif yang
diketengahkannya kepada para anggota. Selain itu, perbedaan gaya interpersonal co-
leader dapat juga menciptakan variasi dan ritme kelompok sehingga kelompok
menjadi lebih menarik.
Pemimpin kelompok dapat terlibat tuntutan hukum jika mereka tidak dalam
menggunakan kehati-hatian dan bertindak dengan itikad baik. Oleh karena itu, sebagai
seorang pemimpin, konselor akan ingin memastikan untuk berlatih dalam batas-batas
keahlian mereka dan tidak lalai dalam menjalankan tugas sebagai pemimpin
kelompok. Seorang pemimpin yang menggunakan teknik dan praktik yang sangat
berbeda dari yang biasa diterima oleh orang lain dalam profesi mungkin dianggap
lalai. Sudah menjadi kewajiban konselor untuk memastikan bahwa anggota kelompok
tidak dirugikan oleh konselor, anggota lain, atau kerugian akibat dari pengalaman
kelompok.
Hal yang paling penting untuk diingat mengenai isu-isu hukum adalah mengetahui
hukum mengenai konseling, di negara tempat konseling akan dilangsungkan, hak
konseli, hak hak orang tua dan anak-anak di bawah umur. Selanjutnya, Corey (Jacobs,
et al: 2012) menegaskan bahwa konselor seyogianya tidak melakukan pelatihan di
luar tingkat pelatihan konselor itu sendiri, dan hal yang penting adalah setiap saat
seorang konselor harus mampu menunjukkan kepedutian yang tinggi terhadap para
anggota kelompoknya.
C. ISU-ISU TENTANG EVALUASI KELOMPOK
Corey (2008) menyatakan konsensus di antara para ahli adalah bahwa umum
pengetahuan saat ini mengarah pada pemberian treatment terhadap kelompok tertentu
yang sederhana dan menjadi yang terbaik. Para peneliti mengetahui sedikit tentang
bagaimana proses kelompok memediasikan perubahan peserta, bagaimana anggota
menicngaruhi proses kelompok, dan dimensi fungsi psikologis apa yang paling mudah
berubah dalam kelompok kecil. Meskipun ada banyak artikel vang dipublikasikan dan
mendorong ke arah penelitian kelompok, namun masih kurangnya riset yang
mengedepankan penelitian yang berkualitas baik itu mengenai pelatihan pemimpin
kelompok atau efektivitas kerja kelompok.
Jacobs menyatakan defisit besar lainnya dalam pelatihan yang telah kami
identifikasi bahwa peserta tidak melakukan latihan bagaimana menggunakan
keterampilan-keterampilan khusus seperti memotong, menarik, mempertahankan,
menggeser fokus, memperdalam fokus, memperkenalkan, serta bagaimana melakukan
latihan-latihan. Banyak kenselor pemula melaporkan bahwa kursus kelompok yang
mereka masuki cenderung menjadikan mereka sebagai anggota dari sebuah kelompok
dan bukan sebagai pemimpin. Sebagian dari waktu kelas dihabiskan untuk memproses
kelompok. Padahal menjadi anggota dari kelompok tidak dapa, dikatakan
mempersiapkan seseorang kelompok. untuk memimpin
Kebanyakan ahli tampaknya setuju bahwa kerja kelompok akan terus menjadi
kekuatan utama dalam bidang konseling. Gladding (2007) sangat yakin tentang
potensi dan peluang konseling kelompok bahwa ada sedikit potensi bahwa di masa
depan, kerja kelompok akan menjadi kuat dan menembus hampir semua segmen
masyarakat. Corey (2009) telah mendaftar peningkatan jangka pendek kelompok
terstruktur untuk populasi khusus sebagai salah satu tren utama dari dekade terakhir.
la mengatakan bahwa masa depan kerja kelompok terictak pada integrasi teori dengan
model konseling, mutlti-indera yang aktif, serta keterampilan intrapersonal yang
memadai. Seorang pemimpin perlu belajar lebih banyak cara untuk melibatkan
anggota dalam proses terapi saat menggunakan teori konseling dan model
intrapersonal.
Terapis akan membutuhkan dan menuntut pelatihan yang lebih baik karena
mereka menjadi lebih sadar akan isu hukum dan etika di seputar kerja konseling
kelompok. Sebagai rekomendasi akhir, kiranya institusi penyelenggara pendidikan
konselor dan atau perguruan tinggi yang mempunyai Program Studi atau Jurusan
Bimbingan dan Konseling sudah saatnya untuk lebih mengedepankan
penyelenggaraan pendidikan, yang memberikan pembobotan yang lebih pada mata
kuliah keterampilan. Hal tersebut dimaksudkan untuk menghindari adanya pernyataan
bahwa lulusan Pendidikan Bimbingan dan Konseling, atau Pendidikan Konselor
kurang bahkan tidak memiliki skill dan kompetensi dalam melakukan praktik
konseling kelompok.
DAFTAR PUSTAKA