Anda di halaman 1dari 7

ISU- ISU DALAM BIMBINGAN & KONSELING KELOMPOK

Tugas Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bimbingan Konseling Kelompok
Dosen Pengampu : Amal Hayati,M.Pd
Disusun Oleh:
Miswati
0303213087
BKPI: II/Sem III

PRODI BIMBINGAN KONSELING PENDIDKAN ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
MEDAN
TA.2022/2023
RESUME
BIMBINGAN DAN KONSELING KELOMPOK

A. ISU-ISU KO-PEMIMPINAN

Memimpin kelompok dengan satu atau lebih kolega bisa sangat memberikan
keuntungan khususnya bagi pemimpin pemula. Keuntungan utama dari coleading
adalah co-leader dapat memberikan ide-ide tambahan perencanaan baik dalam
maupun memberikan dukungan karena biasanya hal itulah yang dibutuhkan bagi
pemimpin pemula, khususnya ketika bekerja pada kelompok terapi yang intensif atau
kelompok kelompok yang sulit. Dalam situasi ini, co-leader sering kali menampilkan
dan membawa sudut pandang yang berbeda dari sebuah pengalaman yang ditampilkan
dalam kelompok. Lebih jauh lagi, ia dapat memberikan berbagai alternatif yang
diketengahkannya kepada para anggota. Selain itu, perbedaan gaya interpersonal co-
leader dapat juga menciptakan variasi dan ritme kelompok sehingga kelompok
menjadi lebih menarik.

Jacob, et al (2012) mengklasifikasikan tiga model pemimpin, yaitu model


pemimpin alternatif (alternatif leading), model berbagi kepemimpinan (the shared
leading model), dan model permagangan pemimpin (the apprentice model). Masing-
masing model ini berasumsi bahwa para pemimpin berkomitmen untuk
mendiskusikan tujuan dan kegiatan kelompok pada masing-masing sesinya. Model ini
digunakan bergantung pada tujuan dan sasaran kelompok, pengalaman dari kedua
pemimpin, gaya individu kedua pemimpin, dan sejauhmana para pemimpin
merasakan bahwa mereka dapat mengoordinasikan usaha mereka.

1. Model Pemimpin Alternatif


Cara kerja model ini ialah dengan mengambil peran utama secara bergantian.
Pergantian peran biasanya diputuskan selama perencanaan dalam membuat sesi.
Misalnya salah satu pemimpin mungkin bertanggung jawab untuk minggu ini, dan
pemimpin lainnya untuk minggu depan, atau salah satu pemimpin bertanggung
jawab untuk bagian pertama pada sesi dan pemimpin lainnya bertanggung jawab
untuk bagian akhir pada sesi. Dengan berbekal pada pengalaman para pemiinpin
yang bekerja sama dengan baik maka akan menemukan bahwa pergeseran
perannya akan berjalan cengan baik.
2. Model Berbagi Kepemimpinan
Model berbagi kepemimpinan adalah ketika para pemimpin berbagi
kepemimpinan, dengan tanpa diawali dengan penunjukan tertebih dahulu dalanr
tentang waktu tertentu. Para pemimpin mengalir dan bekerja sama satu sama
lainnya. Meskipun dalam model ini mereka bekerja sama, terkadang salah satu
pemimpin mengambil alih peran utama seperti ketika melakukan latihan atau
bekerja dengan individu. Pemimpin yang lainnya senantiasa siap untuk masuk
pada titik yang tepat dan melanjutkan ke arah umum yang sama.

B. ISU-ISU TENTANG HUKUM LEGAL

Pemimpin kelompok dapat terlibat tuntutan hukum jika mereka tidak dalam
menggunakan kehati-hatian dan bertindak dengan itikad baik. Oleh karena itu, sebagai
seorang pemimpin, konselor akan ingin memastikan untuk berlatih dalam batas-batas
keahlian mereka dan tidak lalai dalam menjalankan tugas sebagai pemimpin
kelompok. Seorang pemimpin yang menggunakan teknik dan praktik yang sangat
berbeda dari yang biasa diterima oleh orang lain dalam profesi mungkin dianggap
lalai. Sudah menjadi kewajiban konselor untuk memastikan bahwa anggota kelompok
tidak dirugikan oleh konselor, anggota lain, atau kerugian akibat dari pengalaman
kelompok.
Hal yang paling penting untuk diingat mengenai isu-isu hukum adalah mengetahui
hukum mengenai konseling, di negara tempat konseling akan dilangsungkan, hak
konseli, hak hak orang tua dan anak-anak di bawah umur. Selanjutnya, Corey (Jacobs,
et al: 2012) menegaskan bahwa konselor seyogianya tidak melakukan pelatihan di
luar tingkat pelatihan konselor itu sendiri, dan hal yang penting adalah setiap saat
seorang konselor harus mampu menunjukkan kepedutian yang tinggi terhadap para
anggota kelompoknya.
C. ISU-ISU TENTANG EVALUASI KELOMPOK

Sebagian besar pemimpin kelompok tidak mefakukan evaluasi terhadap kelompok


mereka, baik dikarenakan memerlukan waktu yang ekstra atau mereka merasa dipaksa
untuk melihat hasil akhir kerja profesional meieka. Para profesional lebih mudah
memercayai bahwa kerja mereka dengan para anggota telah membantu, ketika mereka
tidak menemukan data yang bertentangan. Meskipun pemimpin kelompok tidak harus
sibuk dengan mengevaluasi kelompok mereka, evaluasi secara berkala dapat
memberikan mereka umpan balik (feedback) yang berguna bagi pendekatan mereka
yang digunakan dalam kelompok, sekaligus mendapatkan informasi berbagai
pengalaman yang sangat membantu para anggota dalam pencapaian tujuan.

Jacobs,et al (2012:455) mengklasifikasikan tiga jenis evaluasi yaitu: 1) evaluasi


perubahan yang benar-benar terjadi dalam kehidupan anggota (evaluation of the
change in members lives), 2) evaluasi diri pemimpin kelompok (the leaders self-
evaluation), dan 3) evaluasi oleh anggota (the members evaluations).

D. ISU-ISU TENTANG PENELITIAN

Gladding (Jacobs, ef a/ 2012: 458 - 459) meringkas bagian penelitian dalam


buku terbarinya dengan mengatakan, keseluruhan, penelitian mengenai "Secara
efektivitas kelompok sangat perlu diperluas untuk mencapai tingkat kemutakhiran
yang telah ditetapkan pada efektivitas konseling individual." Beberapa hal mengenai
alasan mengapa penelitian kelompok menjadi sulit dan mengapa ada begitu sedikit
penelitian yang berkualitas di bidang kelompok, di antaranya (Asner-Self: 2009;
Rubel & Villalba: 2009) adalah kurangnya waktu, kurangnya uang, dan kurangnya
minat yang disebutkan sebagai alasan. Alasan utama lainnya terhadap kurangnya
penelitian ialah sulitnya merancang sebuah proyek riset dimana variabel cukup dapat
dikendalikan untuk mempelajari aspek yang berbeda dari konseling kelompok.

Corey (2008) menyatakan konsensus di antara para ahli adalah bahwa umum
pengetahuan saat ini mengarah pada pemberian treatment terhadap kelompok tertentu
yang sederhana dan menjadi yang terbaik. Para peneliti mengetahui sedikit tentang
bagaimana proses kelompok memediasikan perubahan peserta, bagaimana anggota
menicngaruhi proses kelompok, dan dimensi fungsi psikologis apa yang paling mudah
berubah dalam kelompok kecil. Meskipun ada banyak artikel vang dipublikasikan dan
mendorong ke arah penelitian kelompok, namun masih kurangnya riset yang
mengedepankan penelitian yang berkualitas baik itu mengenai pelatihan pemimpin
kelompok atau efektivitas kerja kelompok.

E. ISU-ISU TENTANG PELATIHAN KONSELOR KELOMPOK

Jacobs menyatakan defisit besar lainnya dalam pelatihan yang telah kami
identifikasi bahwa peserta tidak melakukan latihan bagaimana menggunakan
keterampilan-keterampilan khusus seperti memotong, menarik, mempertahankan,
menggeser fokus, memperdalam fokus, memperkenalkan, serta bagaimana melakukan
latihan-latihan. Banyak kenselor pemula melaporkan bahwa kursus kelompok yang
mereka masuki cenderung menjadikan mereka sebagai anggota dari sebuah kelompok
dan bukan sebagai pemimpin. Sebagian dari waktu kelas dihabiskan untuk memproses
kelompok. Padahal menjadi anggota dari kelompok tidak dapa, dikatakan
mempersiapkan seseorang kelompok. untuk memimpin

Beberapa peserta workshop melaporkan bahwa mereka memiliki program kursus


dengan komponen praktik dan mereka memimpin kelompok bersama dengan rekan-
rekannya. Hal ini jelas menguntungkan untuk berlatih, naman sayangnya praktik
semacam ini biasanya tidak secara akurat mensimulasikan apa yang akan konselor
lakukan dalam pengaturan kerja ketika mereka hulus, Pada umumnya, siswa hanya
dapat berlatih sekali atau dua kali selama satu semester, dan berlatih dengan teman
sekelas melakukan latihan berbentuk roleplaying. Berbagai macam jenis kelompok
dalam berbagai pengaturan yang berbeda mengharuskan siswa untuk mempersiapkan
jenis kelompok yang akan mereka pimpin ketika helak mereka lulus.

Keprihatinan lain mengenai pelatihan harus dilakukan tentang bagaimana memiliki


kemampuan untuk merencanakan kelompok yang efektif. Perencanaan yang baik
sangat penting karena merupakan esensi bagi pemimpin yang baik. Akan tetapi, tidak
sedikit pemimpin berkomentar bahwa mereka tidak belajar bagaimana merencanakan
kelompok mereka. Padahal perencanaan kualitas sesi dapat dan harus diajarkan
kepada siapa pun pemimpin kelompoknya.

F. ISU-ISU TENTANG MASA DEPAN KONSELING KELOMPOK

Kebanyakan ahli tampaknya setuju bahwa kerja kelompok akan terus menjadi
kekuatan utama dalam bidang konseling. Gladding (2007) sangat yakin tentang
potensi dan peluang konseling kelompok bahwa ada sedikit potensi bahwa di masa
depan, kerja kelompok akan menjadi kuat dan menembus hampir semua segmen
masyarakat. Corey (2009) telah mendaftar peningkatan jangka pendek kelompok
terstruktur untuk populasi khusus sebagai salah satu tren utama dari dekade terakhir.
la mengatakan bahwa masa depan kerja kelompok terictak pada integrasi teori dengan
model konseling, mutlti-indera yang aktif, serta keterampilan intrapersonal yang
memadai. Seorang pemimpin perlu belajar lebih banyak cara untuk melibatkan
anggota dalam proses terapi saat menggunakan teori konseling dan model
intrapersonal.

Terapis akan membutuhkan dan menuntut pelatihan yang lebih baik karena
mereka menjadi lebih sadar akan isu hukum dan etika di seputar kerja konseling
kelompok. Sebagai rekomendasi akhir, kiranya institusi penyelenggara pendidikan
konselor dan atau perguruan tinggi yang mempunyai Program Studi atau Jurusan
Bimbingan dan Konseling sudah saatnya untuk lebih mengedepankan
penyelenggaraan pendidikan, yang memberikan pembobotan yang lebih pada mata
kuliah keterampilan. Hal tersebut dimaksudkan untuk menghindari adanya pernyataan
bahwa lulusan Pendidikan Bimbingan dan Konseling, atau Pendidikan Konselor
kurang bahkan tidak memiliki skill dan kompetensi dalam melakukan praktik
konseling kelompok.
DAFTAR PUSTAKA

Azmi, Khilman Rofi. Paradigma Neurokonseling Calon Konselor. Program Pasca


Corey, Gerald, Marianne Schneider, and Patrick Callanan. Issues and Etics in Helping
Profession, United State: Brooks/Cole Engage Learning, 2019.
Kartadinata, Sunaryo. Pendidikan Untuk Pengembangan SDM Bermutu. Makalah Konvensi
Bersama-sama Divisi IPBI (IPKON, GGPI, ISKI dan IIBKIN). Purwokerto, 2019.
Prayitno, dan Erman Amti, 2020. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT Asdi
Mahasatya.
Wicaksono, Luhur. Bimbingan dan Konseling Menjawab Tantangan Abad XXI. Jurnal Visi
Ilmu Pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai