Anda di halaman 1dari 11

Tugas 9

Isu-isu Kontemporer Kelompok dalam Konseling


Tugas ini diajukan untuk memenuhi tugas individu mata kuliah Bimbingan dan
Konseling Kelompok

Dosen : Amal Hayati, M. Pd


Nama : Ely Armayani
NIM : 0303211010
Kelas/Sem : BKPI-3/ III

BIMBINGAN DAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
MEDAN
TA. 2022/2023
A. Isu-isu Co-Leader (Ko-Pemimpin)

Co-leader dapat memberikan ide-ide tambahan untuk perencanaan dan dapat


memberikan dukungan, terutama ketika bekerja dengan kelompok terapi intensif
atau dengan kelompok yang sulit. Co-leaders dapat berfungsi sebagai model
untuk anggota kelompok. Jacob, et al (2012: 450) mencatat beberapa alasan
mengapa co-leading perlu dipertimbangkan saat perencanaan sebuah kelompok
antara lain:

a. Keuntungan dari co-leading adalah berupa kenyataan bahwa co-leading


selalu mempermudah dalam pemberian arahan dibandingkan bila
dilakukan secara sendiri. Misalnya, co-leader dapat menambahkan ide-
ide dan turut bertanggung jawab selama kegiatan tersebut berlangsung
dan dapat membantu saat bekerja dengan kelompok yang dianggap sulit
seperti turut aktif dalam diskusi-diskusi yang memungkinkan untuk
mengadakan perubahan-perubahan baik topik diskusinya maupun
pesertanya.
b. Sebagai peer-feedback (pasangan umpan balik). Co-leading dapat
memungkinkan pemimpin kelompok meningkatkan kemampuan anggota
kelompok dengan cara saling mendapatkan umpan balik sesama mereka.
Jika diberi kesempatan belajar yang luas dari pengalaman ini sangat
mungkin co-leading akan menjadi pemimpin kelompok yang handal.
c. Interaksi Model (interactive modeling). Co-leader dapat dijadikan
sebagai model untuk anggota kelompok. Kemampuan untuk berinteraksi
secara efektif dan bekerja sama dapat terlihat saat berlangsungnya kerja
sama kelompok. Dalam kelompok, co-leader yang berlainan jenis akan
berperan dan benar-benar efektif dalam kelompok yang sudah
berkeluarga. Dalam beberapa kelompok yang terdiri atas laki-laki dan
perempuan dapat saja co-leader ini sangat berperan sebagai orang tua
dalam membantu memecahkan permasalahan yang terjadi dalam isu
keluarga.
d. Co-leader yang mempunyai pengetahuan khusus akan banyak
diperlukan, misalnya dalam kelompok pembinaan bagi remaja hamil,
pengetahuan yang berkaitan dengan pemeliharaan kehamilan (prenatal)
akan berguna dan merupakan bahan informasi yang sejalan bagi
kelompok tersebut.
e. Biasanya co-leader sering mengetengahkan pandangan pengalaman
kehidupan yang berbeda kepada kelompok saat berlangsungnya diskusi
kelompok dan hal ini dapat dijadikan sebagai salah satu rujukan
pandangan dan isu-isu informasi·kelompok. Namun demikian, sejumlah
kelemahan dan masalah dapat terjadi karena co-leading. Satu kerugian
bagi beberapa lembaga dan pengaturan adalah bahwa co-leading
membutuhkan waktu dari tugas konseling lain dan dapat menambah
rumit atas pekerjaan yang menuntut jadwal yang ketat. Masalah lain,
yang berkaitan dengan co-leading adalah munculnya perbedaan sikap,
gaya, dan tujuan dari para pemimpin. Co-leading menjadi kerugian
ketika dua pemimpin melihat kelompok dengan cara yang tidak sama.
Dalam praktiknya, Jacob, at al (2012: 453-454) model co-leading ada
tiga macam, yaitu: alternative leading, shared leading, dan the apprentice
model. Pemilihan model mana yang dipakai tergantung pada tujuan dan
sasaran yang hendak dicapai oleh kelompok. Selain itu, pemilihan model
ini juga dapat didasarkan pada pengalaman dari kedua pemimpin
kelompok, pola atau gaya masing-masing individu co-leader/ ko-
konselor, dan tingkat kemampuan dalam merasakan adanya kebutuhan
akan sangat menunjang kepemilikan bentuk model.

Co-leader dapat pula menjadi model bagi para anggota dalam kelompok.
Jika co-leader dapat bekerja sama dengan baik maka akan menunjukkan
kemampuan interaksi dan kerja sama yang efektif Pemimpin memiliki
kesempatan untuk mendapatkan umpan balik (feedback) dari pemimpin lainnya,
dan mendapatkan pembelajaran seat melihat pemimpin lainnya mengatasi
berbagai situasi. Co-leader dapat mengambil tempat berseberangan dengan
pemimpin utama, hal ini bermaksud agar kontak mata dan bahasa nonverbal para
anggota selalu terjaga dan terpantau. Meskipun demikian, Dies (Jacobs, et. Al:
2012) menyatakan bahwa tidak ada bukti bahwa kehadiran dua terapis
meningkatkan kualitas dan efektivitas hasil terapi

Sejumlah kelemahan dan masalah dalam kelompok dapat saja disebabkan


oleh leader. Salah satu kelemahan bagi beberapa pengaturan lembaga adalah
bahwa co-leader membutuhkan waktu untuk tugas konseling lainnya sehingga
dapat menambah rumit pada pekerjaan yang menuntut jadwal yang ketat.
Permasalahan dari co-leader kelompok terutama munculnya perbedaan sikap,
gaya, dan tujuan dari para pemimpin. Pemimpin akan menjadi lemah ketika dua
pemimpin tidak melihat kelompok dengan cara yang sama. Dies (Jacobs, et al:
2012) menyatakan bahwa co-leader dapat memperumit proses kelompok,
kecuali para pemimpin dapat mengolah keefektifan hubungan mereka dalam sesi
kelompok. Selanjutnya, Corey (Jacobs, ef al, 2012: 451) menyatakan pemilihan
co-leader merupakan hal yang penting karena jika co-leader dan pemimpin
utama tidak kompatibel maka kelompok akan cenderung terpengaruh ke arah
negatif. Para pemimpin yang tidak kompatibel akan menciptakan kebingungan
bagi para anggota karena masingmasing pemimpin mengarahkan kelompok
dengan caranya masing-masing pula.

Jacob, et al (2012) mengklasifikasikan tiga model pemimpin, yaitu model


pemimpin alternatif (alternatif leading), model berbagi kepemimpinan (the
shared leading model), dan model permagangan pemimpin (the apprentice
model). Masing-masing model ini berasumsi bahwa pemimpin berkomitmen
untuk mendiskusikan tujuan dan kegiatan kelompok pada masing-masing
sesinya. Model ini digunakan bergantung pada tujuan dan sasaran kelompok,
pengalaman dari kedua pemimpin, gaya individu kedua pemimpin, dan
sejauhmana para pemimpin merasakan bahwa mereka dapat mengoordinasikan
usaha mereka.

1. Model Pemimpin Alternatif


Cara kerja model ini ialah dengan mengambil peran utama secara
bergantian. Pergantian peran biasanya diputuskan selama
perencanaan dalam membuat sesi. Misalnya salah satu pemimpin
mungkin bertanggung jawab untuk minggu ini, dan pemimpin
lainnya untuk minggu depan, atau salah satu pemimpin bertanggung
jawab untuk bagian pertama pada sesi dan pemimpin lainnya
bertanggung jawab untuk bagian akhir pada sesi. Dengan berbekal
pada pengalaman para pemiinpin yang bekerja sama dengan baik
maka akan menemukan bahwa pergeseran perannya akan berjalan
cengan baik.
Pemimpin mungkin akan menggunakan model pemimpin alternatif
jika pendekatan mereka agak berbeda dan mengetahui bahwa mereka
telah menarik kelompok ke arah yang berlawanan. Melalui model
pemimpin alternatif, salah satu pemimpin bertanggung jawab
terutama untuk mengarahkan kelompok dalam kurun waktu tertentu
tanpa mengkhawatirkan adanya interupsi dan pemimpin kedua.
Meskipun demikian, ini bukan berarti pemimpin kedua tidak aktif,
tapi justru sebaliknya bahwa pemimpin kedua mungkin dapat
memberikan. Dukungan terhadap komentar para anggota,
pengklarifikasian, atau membuat ringkasan ketika itu terlihat
membantu kelompok.

2. Model Berbagi Kepemimpinan


Model berbagi kepemimpinan adalah kedika para pemimpin berbagi
kepemimpinan, dengan tanpa diawali dengan penunjukan terrebih
dahulu dalanr tentang waktu tertentu Para pemimpin mengalir dan
bekerja sama satu sama lainnya. Meskipun dalam model ini mereka
bekerja sama, terkadang salah satu pemimpin mengambil alih peran
utama seperti ketika melakukan latihan atau bekerja dengan individu.
Pemimpin yang lainnya senantiasa siap untuk masuk pada titik yang
tepat dan melanjutkan ke arah umum yang sama.

B. Isu-isu tentang Hukum Legal

Sudah menjadi kewajiban konselor untuk memastikan bahwa anggota


kelompok tidak dirugikan oleh konselor, anggota lain, atau kerugian akibat dari
pengalaman kelompok.Paradise dan Kirby (Jacobs, et al: 2012) mendaftar
kewajiban untuk melindungi konseli dan anggota lain sebagai salah satu isu
hukum utama dalam kerja kelompok. Misalnya jangan sampai anggota
kelompok disuguhkan dengan aktivitas yang terlalu berat atau melebihi batas
kemampuan anggota tersebut. Contoh iain, misalnya konselor memberikan
ruang dalam proses konseling kelompoknya untuk melakukan bullying pada
anggota kelompok lain, baik itu penyerangan terhadap fisik maupun
penyerangan psikclogis. Praktik-praktik seperti itu dianggap tidak etis, dan
konselor dapat dikenakan tuduhan malpraktik jika anggota merasa dirugikan
oleh pengalaman tersebut.

Hal yang paling penting untuk diingat mengenai isu-isu hukum adalah
mengetahui hukum mengenai konseling, di negara tempat konseling akan
dilangsungkan, hak konseli, hak- hak orang tua dan anak-anak di bawah umur.
Selanjutnya, Corey Jacobs, et al: 2012) menegaskan bahwa konselor seyogianya
tidak melakukan pelatihan di luar tingkat pelatihan konselor itu sendiri, dan hal
yang penting adalah setiap saat seorang konselor harus mampu menunjukkan
kepedutian yang tinggi terhadap para anggota kelompoknya.

C. Isu-isu tentang Evaluasi Kelompok

Evaluasi secara berkala dapat memberikan mereka umpan balik (feedback)


yang berguna bagi pendekatan mereka yang digunakan dalam kelompok,
sekaligus mendapatkan informasi berbagai pengalaman yang sangat membantu
para anggota dalam pencapaian tujuan.

Jacobs, mengklasifikasikan tiga jenis evaluasi yaitu: 1) evaluasi perubahan


yang benar-benar terjadi dalam kehidupan anggota (evaluation of the change in
members live), 2) evaluasi diri pemimpin kelompok (beleaders self-evaluation),
dan 3) evaluasi oleh anggota (the members evaluations). Evaluasi Perubahan
yang Benar-benar Terjadi dalam Kehidupan Anggota. Mungkin jenis yang
paling penting dari evaluasi adalah evaluasi bagaimana pengalaman kelompok
telah berdampak pada perilaku para anggota. Apakah siswa mendapatkan nilai
yang labih baik disekolah atau mereka mempunyai sedikit perubahan perilaku?
Apakah pasangan berkomunikasi menjadi lebih efektif? Apakah ibu yang
usianya masih remaja memberikan perawatan yang lebih baik pada bayi mereka
dari saat mereka tidak berada di konseling kelompok? Apakah kelompok orang
yang belum mendapat pekerjaan menjadi lebih cepat mendapatkan pekerjaan
daripada yang tidak dalam kelompok? Apakah anggota yang mengalami rasa
bersalah dan kecemasan mereka menjadi mampu menghadapi kehidupan yang
lebih baik setelah berada di kelompok? Beberapa pertanyaan tersebut ada yang
agak mudah untuk dijawab, namun beberapa diantaranya juga sulit untuk
menjawab, tetapi setidaknya ada peningkatan yang didapat, dan peningkatan
tersebut berbasis hasil evaluasi. Karena bagaimanapun, instansi pengirim,
sekolah, dan lembaga lainnya menginginkan progresif data yang menunjukkan
bahwa kerja kelompok efektif dalam membawa perubahan.

D. Isu-isu tentang Penelitian

Beberapa hal mengenai alasan mengapa penelitian kelompok menjadi sulit


dan mengapa ada begitu sedikit penelitian yang berkualitas di bidang kelompok,
di antaranya (Asner-Self: 2009; Rubel & Villalba: 2009) adalah kurangnya
waktu, kurangnya uang. Dan kurangnya minat yang disebutkan sebagai alasan.
Alasan utama lainnya terhadap kurangnya penelitian ialah sulitnya merancang
sebuah proyek riset dimana variabel cukup dapat dikendalikan untuk
mempelajari aspek yang berbeda dari konseling kelompok. Gladding (Jacobs, ef
a/ 2012: 458 – 459) meringkas bagian penelitian dalam buku terbarinya dengan
mengatakan, “Secara keseluruhan, penelitian mengenai efektivitas kelompok
sangat perlu diperluas untuk mencapai tingkat kemutakhiran yang telah
ditetapkan pada efektivitas konseling individual.” B

Corey (2008) menyatakan konsensus umum di antara para ahli adalah bahwa
pengetahuan saat ini mengarah pada pemberian treatment terhadap kelompok
tertentu yang sederhana dan menjadi yang terbaik. Para peneliti mengetahui
sedikit rentang bagaimana proses kelompok mensodiasikan perubahan peserta
bagaimana angga meniengaruhi proses kelompok, dan dimensi fungsi psikologis
apa yang paling mudah berubah dalam kelompok kecil. Meskipun ada banyak
artikel vang dipublikasikan dan mendorong ke arah penelitian kelompok, naman
masih kurangnya riset yang mengedepankan penelitian yang berkualitas baik ita
mengenai pelatihan pemimpin kelompok atau efektivitas kerja kelompok.

E. Isu-isu tentang Konselor Kelompok Pelatihan

Jacobs, et al (2012) menyatakan saat ini lokakarya yang dilakukan di seluruh


sekolah sekolah Amerika Serikat dan Kanada sangat memprihatinkan. Mereka
mengakhiri kegiatan konseling kelompok 60 sampai 90 menit, padahal
sebenarnya konseling kelompok di sekolah biasanya berlangsung dari 20 sampai
40 menit. Batasan waktu yang diperlukan konselor tersebut merupakan ceminan
kredibilitas konselor itu sendiri. Para siswa umumnya memiliki jadwal pelajaran
yang sangat padat. Jika mereka memutuskan untuk mengikuti konseling
kelompok berarti mereka telah memutuskan untuk mengorbankan pelajaran
tertentu. Hal tersebut mengandung arti bahwa para siswa mengikuti konseling
kelompok di bawah tekanan. Tentu hal ini tidak efektif. Oleh karena konseling
kelompok bertolak pada kesediaan para anggota/konseli dalam mengikuti
prosesi konseling kelompok maka pelatihan bagi kenselor sekolah diperiukan
guna peningkatan mutualisme konseior itu sendiri sehingga konseling kelompok
bisa tepat guna, tepat waktu, dan tepat sasaran.

Jacobs menyatakan defisit besar lainnya dalam pelatihan yang telah kami
identifikasi bahwa peserta tidak melakukan latihan bagaimana menggunakan
keterampilan keterampilan khusus seperti memotong, menarik,
mempertahankan, menggeser fokus, memperdalam fokus, memperkenalkan,
serta bagaimana melakukan latihan-latihan. Banyak kenselor pemula
melaporkan bahwa kursus kelompok yang mereka masuki cenderung
menjadikan mereka sebagai anggota dari sebuah kelompok dan bukan sebagai
pemimpin. Sebagian dari waktu kelas dihabiskan untuk memproses kelompok.
Padahal menjadi anggota dari kelompok tidak dapa, dikatakan mempersiapkan
seseorang untuk memimpin kelompok.
Beberapa peserta awk melaporkan bahwa mereka memiliki program kursus
dengan komponen praktik dan mereka memimpin kelompok bersama dengan
rekan-rekannya. Hal ini jelas menguntungkan untuk berlatih, naman sayangnya
praktik semacam ini biasanya tidak secara akurat mensimulasikan apa yang akan
konselor lakukan dalam pengaturan kerja ketika mereka hulus, Pada umumnya,
siswa hanya dapat berlatih sekali atau dua kali selama satu semester, dan berlatih
dengan teman sekelas melakukan latihan berbentuk replying. Berbagai macam
jenis berbeda mengharuskan untuk mempersiapkan jenis kelompok yang akan
mereka pimpin ketika helak mereka lulus.

Keprihatinan lain mengenai pelatihan harus dilakukan tentang bagaimana


memiliki kemampuan untuk merencanakan kelompok yang efektif. Perencanaan
yang baik sangat penting karena merupakan esensi bagi pemimpin yang baik.
Akan tetapi, tidak sedikit pemimpin berkomentar bahwa mereka tidak belajar
bagaimana merencanakan kelompok mereka. Padahal perencanaan kualitas sesi
dapat dan harus diajarkan kepada kelompoknya. Siapa pun pemimpin

F. Isu-isu tentang Masa Konseling Kelompok Depan

Kebanyakan ahli tampaknya setuju bahwa kerja kelompok akan terus


menjadi kekuatan utama dalam bidang konseling. Gladding (2007) sangat yakin
tentang potensi dan peluang konseling kelompok bahwa ada sedikit potensi
bahwa di masa depan, kerja kelompok akan menjadi kuat dan menembus hampir
semua segmen masyarakat. Corey (2009) telah mendaftar peningkatan jangka
pendek kelompok terstruktur untuk populasi khusus sebagai salah satu tren
utama dari dekade terakhir. La mengatakan bahwa masa depan kerja kelompok
terictak pada integrasi teori dengan model konseling, mutlti-indera yang aktif,
serta keterampilan intrapersonal yang memadai. Seorang pemimpin perlu belajar
lebih banyak cara untuk melibatkan anggota dalam proses terapi saat
menggunakan teori konseling dan model intrapersonal.

Terapis akan membutuhkan dan menuntut pelatihan yang lebih baik karena
mereka menjadi lebih sadar akan isu hukum dan etika di seputar kerja konseling
kelompok. Sebagai rekomendasi akhir, kiranya institusi penyelenggara
pendidikan konselor dan atau perguruan tinggi yang mempunyai Program Studi
atau Jurusan Bimbingan dan Konseling sudah saatnya untuk lebih
mengedepankan penyelenggaraan pendidikan, yang memberikan pembobotan
yang lebih pada mata kuliah keterampilan.

DAFTAR PUSTAKA

Adhiputra, N (2015) “konsling kelompok teori dan aplikasi”. Yogyakarta: Media


Akademik.
Berg, R., Landreth, G, L., & Fall, K, A., (2006) “group counseling concepts and
procedures. Fourth edition New York: Brunner-Routledge
Brown, N.W (1994) “ group counseling for elementary and middle school children”.
Connecticut London: Praeger
Corey, G. (2012) “Theory & Practice of Group Counseling”. Eighth Edition. Canada:
Cengage Learning
Jacobs, ED.E., Masson, R., Harvill, R., Schimmel, C, J. (2009) “ group counseling
strategi and skiils”. Canada: Linda Schreiber-Ganster.
Kurnanto, E. (2013) “ Konseling Kelompok”. Alfabeta. Bandung
Latipun. (2006) “Psikologi Konseling”. Malang: UMM Press
Rusmana, N. (2009) “ Bimbingan dan Konseling Kelompok di Sekolah Metode, Teknik
dan Aplikasi. Bandung: Rizke Press
Sonstegard, M., Bitter, J, R., & Pelonis, P. (2004) “ Adlerian Group Counseling and
Therapy Step-by Step. New York: Brunner-Routledge

Anda mungkin juga menyukai