Anda di halaman 1dari 4

Klasifikasi E-Commerce

Muhammad Pandu Utomo


2001026153
Strategi Pemasaran

1. Collaborative Commerce
C-commerce adalah paradigma di mana pemangku kepentingan bisnis
berinteraksi melalui Internet dan integrasi terkait teknologi mengikuti kompetensi intinya.
C-commerce mengacu pada dukungan elektronik untuk kolaborasi bisnis, memungkinkan
perusahaan untuk secara kolaboratif merencanakan, merancang, mengembangkan,
mengelola, berinovasi, meneliti produk, layanan, dan proses bisnis. C-commerce
mengacu pada aktivitas online dan komunikasi yang dilakukan oleh pihak-pihak yang
bekerja untuk mencapai Collaborative Commerce Model untuk UKM: Mekanisme
Berbagi Pengetahuan dan Sumber Daya tujuan yang sama, seperti menciptakan produk
baru. C-commerce juga menggabungkan e-commerce, manajemen pengetahuan, dan
kolaborasi untuk melakukan transaksi dan kegiatan lainnya di dalam dan di seluruh
organisasi. C-commerce mendukung terciptanya nilai baru bersama dengan konsumen
dalam mengembangkan suatu produk. Hal ini dikenal sebagai kokreasi dan memberikan
kesempatan maksimal bagi konsumen untuk terlibat aktif dalam pengembangan produk
melalui interaksi yang difasilitasi oleh teknologi. Konsep ini menunjukkan pergeseran
perspektif dari model bisnis yang awalnya hanya alat penciptaan nilai belaka ke model
bisnis yang memungkinkan hubungan antara pemangku kepentingan dan sistem nilai
(Purwaningsih et al., 2022)

2. Business to Business
Transaksi bisnis antara pelaku bisnis dengan pelaku bisnis lainnya. Dapat berupa
kesepakatan spesifik yang mendukung kelancaran bisnis (Mahir, 2015). E-commerce
Business to Business mewakili perubahan mendasar dalam cara perusahaan berinteraksi
dengan pembeli dan pemasok. Ini adalah restrukturisasi dasar untuk melakukan bisnis
dengan mengurangi jarak geografis untuk keduanya perusahaan multinasional terbesar
dan start-up wirausaha terkecil. Perdagangan bisnis-ke-bisnis adalah perubahan mendasar
dalam cara perusahaan berinteraksi dengan pembeli dan pemasok. Ini lebih dari sekadar
fenomena berbasis Internet. Sebaliknya, E-commerce adalah restrukturisasi dari dasar
untuk melakukan bisnis (Senn, 2000).

3. Business to Consumer
Aktivitas yang dilakukan produsen kepada konsumen secara langsung (Pradana, 2016).
B2C (business-to-consumer) e-commerce didefinisikan sebagai penjualan barang dan jasa
pengecer kepada konsumen melalui internet, media web, di mana pembayaran dilakukan
secara online melalui platform web (Gong, 2009).

4. Consumer to Business
C2B merupakan model bisnis di mana konsumen (individu) menciptakan dan membentuk
nilai akan proses bisnis (Pradana, 2016). Business-to-consumer (B2C, kadang-kadang
juga disebut Business-to-Customer) menggambarkan kegiatan bisnis yang melayani
konsumen akhir dengan produk dan / atau layanan. Contoh transaksi B2C adalah
seseorang yang membeli sepasang sepatu dari pengecer. Transaksi yang menyebabkan
sepatu tersedia untuk dibeli, yaitu pembelian kulit, tali, karet, dll. Namun, penjualan
sepatu dari pembuat sepatu ke pengecer akan dianggap sebagai transaksi (B2B) (Nemat,
2011)

5. Customer to Customer
Aktivitas bisnis (penjualan) yang dilakukan oleh individu (konsumen) kepada individu
(konsumen) lainnya (Mahir, 2015). Popularitas e-commerce juga didukung dari fakta
bahwa tiga situs web E-commerce C2C (Consumer-to-Consumer) telah menjadi situs
web yang paling banyak dikunjungi pada tahun 2017. Meningkatnya popularitas e-
commerce C2C juga membawa pengaruh positif untuk pertumbuhan Small-Medium
Entreprises (UKM) di Indonesia. Melalui situs web C2C, penjual individu atau UKM
memiliki peluang untuk memperluas jaringan distribusi dan pasar mereka. Berdasarkan
ini hubungan timbal balik, e-commerce C2C bersama dengan keterlibatan UKM dapat
meningkatkan penjualan. Terlepas dari manfaat yang ditawarkan C2C e-commerce dan
efek positifnya terhadap pertumbuhan UKM, keraguan konsumen untuk bertransaksi di
situs web e-commerce masih ada. Keragu-raguan untuk bertransaksi disebabkan oleh
kasus penipuan selama belanja online dan konsumen juga tidak dapat mencoba produk
tersebut langsung (Dachyar & Banjarnahor, 2017).
DAFTAR PUSTAKA

Dachyar, M., & Banjarnahor, L. (2017). Factors influencing purchase intention towards.
Intangible Capital, 13(5), 946–966.

Gong, W. (2009). National culture and global diffusion of business-to-consumer e-commerce.


Cross Cultural Management: An International Journal, 16(1), 83–101.
https://doi.org/10.1108/13527600910930059

Mahir, P. (2015). Klasifikasi Jenis-Jenis Bisnis E-Commerce. Jurnal Neo-Bis, 9(2), 32–40.

Nemat, R. (2011). Taking a look at different types of e-commerce. World Applied Programming,
1(June), 100–104.

Pradana, M. (2016). Klasifikasi Bisnis E-Commerce Di Indonesia. Modus, 27(2), 163.


https://doi.org/10.24002/modus.v27i2.554

Purwaningsih, M., Purwandari, B., Mishbah, M., & Putra, P. O. H. (2022). Collaborative
Commerce Model for SMEs: A Knowledge and Resources Sharing Mechanism for Co-
Creation. DESIDOC Journal of Library and Information Technology, 42(2), 80–87.
https://doi.org/10.14429/djlit.42.2.17294

Senn, J. A. (2000). Business-to-business e-commerce. Information Systems Management, 17(2),


19–28. https://doi.org/10.1201/1078/43191.17.2.20000301/31224.3

Anda mungkin juga menyukai