Anda di halaman 1dari 126

JUDUL

MODUL EKONOMI SYARIAH


SEMESTER GENAP

MATA KULIAH

EKONOMI MAKRO

PENYUSUN:

Ana Toni Roby Candra Yudha, S.EI., M.SEI., Silva


Syahri Rahmadhani, Iin Nur Yanti, Qurrota A’yunin, Anggita
Indah Kusuma, Chetrine Alya Rainaima, Ardy Pujangga, Safira
Aulia Amirullah, Risky Arisma, Alnavi Azzahra, Risky
Arifianti, Zamrotin Aulan Nisak.

EDITOR:

Muhammad Rafi Mubarak dan Luthfi Diah Rahmawati

LAY-OUT DAN DESAIN SAMPUL:

Adi Pikaso dan Alnavi Azzahra

CETAKAN PERTAMA:Februari 2018

CETAKAN KEDUA:September 2021(Edisi Revisi)

©Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang (All Right Reserved)


KATA SAMBUTAN
Ekonomi adalah sebuah bidang ilmu yang mempelajari perilaku
serta tindakan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya ataucara
manusia memilih dan menciptakan kemakmuran. Pentingnya ilmu ekonomi
dapat dirasakan sedemikian rupa untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Ekonomi juga merupakan sebuah ilmu yang membuat berbagai kegiatan
dilakukan untuk dijadikan solusi yang nantinya akan menjawab keberadaan
kegiatan produksi, distribusi hingga konsumsi yang dikenal sebagai prinsip
ekonomi.
Ekonomi berasal dari bahasa yunani yaitu oikos yang berarti keluarga,
rumah tangga dan nomos yang berarti peraturan, hukum. Secara garis besar,
ekonomi diartikan sebagai aturan rumah tangga atau manajemen rumah
tangga. Dari arti ekonomi tersebut kita dapat menarik kesimpulan bahwa
Ilmu ekonomi merupakan sebuah disiplin ilmu yang mempelajari
penggunaan sumber daya alam yang terbatas dalam pemenuhan kebutuhan
manusia yang tidak ada batasnya.
Ilmu ekonomi sangat berperan penting bagi suatu daerah, baik daerah
kecil maupun besar seperti negara, karena ilmu ini dapat meningkatkan
taraf hidup sumber daya manusia. Peran penting lain ilmu ekonomi adalah
untuk mengatur prinsip kebutuhan pokok sosial masyarakat. Mempelajari
ilmu ekonomi dapat melatih seseorang agar berjiwa sosial dan bersifat teliti
serta ekonomis dan dapat melatih seseorang agar mampu mengatur atau
mengelola nilai nominal dengan baik dan bijak.
Dalam Islam, banyak ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang
ekonomi. Rasulullah SAW juga telah mempraktikkan secara langsung
bagaimana prinsip atau tata kelola ekonomi yang sesuai dengan ajaran
Islam. Ekonomi yang dijalankan berdasarkan ajaran atau syariat Islam
sering dikenal sebagai ekonomi syariah. Ekonomi syariah adalah cabang
ilmu pengetahuan yang berupaya memandang, menganalisis, dan
menyelesaikan permasalahan ekonomi sesuai dengan syariat Islam. Syariat
adalah peraturan hidup bagi manusia sesuai ajaran dalam Al-Quran dan
hadits Nabi.Nilai yang mendasari ekonomi syariah adalah ajaran tauhid.
Prinsip tauhid ini mengajarkan bahwa seluruh kegiatan yang dilakukan
manusia, termasuk ekonomi, hanya ditujukan untuk mencari keridaan dan
sesuai petunjuk Allah SWT. Prinsip tauhid ini juga yang menjadi pembeda
antara ekonomi syariah dan konvensional.

2
Diantara pentingnya belajar ekonomi syariah adalah untuk
mewujudkan integritas sebagai muslim yang kaffah sehingga keislamannya
menjadi sempurna. Mempelajari ekonomi syariah bagi mahasiswa muslim
juga berimplikasi pada hadirnya pilihan lain bagi seseorang agar tidak
terjebak pada ekonomi konvensional saja.Oleh karena itu, menjadi perlu
dan penting adanya proses literasi pendukung bagi mahasiswa muslim baik
berupa buku,modul,artikel atau karya tulis ilmiah lain yang menjadi rujukan
serta dasar mengenai apa dan bagaimana yang dimaksud dengan ekonomi
syariah itu beserta aplikasinya dalam kehidupan sehari–hari.
Salah satu diantara banyak bahan ajar memahami ekonomi syariah
adalah modul ini yang di buat oleh tim modul Pengurus Himpunan
Mahasiwa Ekonomi Syariah UINSA yang dimotivasi oleh semangat
memberi pemahaman lebih mendalam terkait ekonomi dari sudut pandang
syariah Islam. Modul ekonomi syariah ini juga disusun dengan sistematis
dan runtut dalam dua seri yakni seri genap dan ganjil,dimana dalam setiap
serinya terdapat materi-materi yang menghimpun pemahaman mengenai
ekonomi syariah dari tingkat dasar hingga lanjut seperti halnya materi
Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam,Ekonomi Mikro Islam, Fiqih
Muamalah,Matematika Ekonomi, Statistik, Perbankan Syariah dan materi
lain terkait ekonomi syariah.
Modul yang disusun Pengurus Himpunan Mahasiswa Ekonomi
Syariah UINSA ini juga memaparkan materi ekonomi syariah dengan
bahasa dan penjelasan yang ringan dan mudah dipahami bagi mahasiswa
maupun seseorang yang baru belajar ekonomi sehingga buku ini sangat
layak dikonsumsi oleh para pemula yang hendak belajar dan memahami
materi-materi terkait ekonomi syariah. Modul ini diharapkan pula bisa
menjadi jawaban dari kebimbangan mengenai pengetahuan ekonomi
syariahdi tengah masyarakat terkhusus di kalangan mahasiswa, dimana
pengetahuan dan penerapan ekonomi syariah sangatlah perlu dan penting
bagi mereka.
Rektor
UIN Sunan Ampel Surabaya

Prof. Masdar Hilmy, S.Ag.,


M.A., Ph.D

3
KATA PENGANTAR
BismillahirRohmaanirRohiim(i)
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan taufik dan
hidayah-Nya yang tak terhingga sehingga kita terjaga dari segala sifat
tercela dan penyakit hati. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah
kepada junjungan kita Rosulullah Muhammad SAW. yang telah
memberikan petunjukan kepada manusia minadhulumati ila an-Nur,
mengantarkan kita dari zaman penuh kegelapan kepada zaman yang terang-
benderang hingga dapat membedakan antara baik dan buruk, halal dan
haram.
Ekonomi syariah telah menjadi tren dikalangan masyarakat,
kehadiran kehadiran bank syariah dan lembaga keuangan syariah yang lain
mendorong mereka untuk mempelajari dan memahami ekonomi syariah.
Hal ini tampak dari membludaknya peminat prodi Ekonomi Syariah di
Indonesia khususnya di FEBI UIN Sunan Ampel Surabaya.
Antusiasmemasyarakat khususnya memahasiswa dalam mengkaji keilmuan
ekonomi syariah membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai agar
mudah mengakses dan memahami ekonomi syariah secara konperhensif.
Modul ini disusun sebagai panduan untuk mempermudah
mempelajari dan memahami ekonomi syariah khususnya bagi mahasiswa.
Modul ini merupakan seri lanjutan dari modul sebelumya yang terbit pada
semester Gasal. Hadirnya modul seri kedua ini diharapkan mampu menjadi
stimulan dan penambah semangat kepada mahasiswa untuk semakin tekun
belajar, semakin kreatif, dan istiqomah dalam memperdalam kajian ilmu
ekonomi syariah. Selain itu modul ini diharapkan mampu menjadi alat yang
membantu mahasiswa agar lebih mudah memahami kajian-kajian ekonomi
syariah yang semakin hari semakin berkembang seiring perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.

4
Apresiasi yang sebesar-besarnya kepada para penulis yang merupakan
mahasiswa dan mahasiswi Prodi Ekonomi Syariah yang telah bersusah
payah secara bersama-sama menulis dan menyelesaikan penyusunan modul
ini. Hal ini merupakan bukti bahwa mahasiswa prodi Ekonomi syariah
memiliki kreatifitas dan kemampuan akademik yang mumpuni, semoga
menulis menjadi budaya dan tradisi dikalangan mahasiswa sehingga mereka
kelak bisa terus menghasilkan karya akademik yang tidak hanya untuk
kalangan internal tetapi untuk publikasi global.
Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh dosen
yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah suka rela
membimbing mahasiswa sesuai dengan jenis dan bidang kepakaran masing-
masing sehingga bisa terselesaikannya penulisan modul ini. Semoga
menjadi jariyah disisi Allah SWT. Amin. Selamat membaca dan semoga
bermanfaat!!!
Wassalam.
Surabaya,10 Agustus 2021 M

01Muharam 1443 H

Dr. Mustofa, S.Ag, M. E. I

5
UCAPAN TERIMA KASIH
Bismillahir Rohmaanir Rohiim(i)

Alhamdulillahi Robb al ‘Aalamiin

Segala puji syukur pertama-tama kami haturkan kehadirat Allah SWT


Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, atas karunia taufik dan
hidayah-Nya yang tak ternilai besarnya, sehingga modul ini dapat mencapai
tahapan akhir dengan baik dan memuaskan. Salam serta sholawat semoga
tercurahkan kepada junjungan kita Rasulullah Muhammad SAW, beserta
para Rosul dan Nabi juga keluarga dan para Sahabat beliau.

Modul ini merupakan modul terbitan perdana, yang diberi judul


Modul Ekonomi Syariah. Modul yang merupakan wujud bentuk
kesungguhan mahasiswa program studi Ekonomi Syariah FEBI UIN Sunan
Ampel Surabaya dalam membantu proses pemahaman dan pembelajaran
kuliah formal sehari-hari. Modul ini nantinya diharapkan dapat digunakan
sebagai buku pendamping belajar, bahan tutorial, dan bank soal latihan bagi
mahasiswa program studi Ekonomi Syariah khususnya, dan mahasiswa
program studi lainnya yang berminat mempelajari dan memahami ilmu
ekonomi Syariah. Modul perdana ini berisikan materi-materi yang
merupakan materi basis pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, sehingga
siapapun dan dari latar belakang pendidikan manapun dapat
mempelajarinya.

Ada banyak pihak yang terlibat dan berperan dalam proses


terwujudnya modul ekonomi syariah ini. Penyusunan modul ini tidak
mungkin berhasil tanpa bimbingan para dosen dan dukungan teman-teman
seperjuangan Ekonomi Syariah UIN Sunan Ampel Surabaya. Oleh karena

6
itu, dalam kesempatan yang mulia ini kami hendak mengucapkan rasa
terimakasih kepada:

1) Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Ekonomi Syariah Periode


Kepengurusan 2021-2022
2) Dr. Mustofa, S.Ag, M. E. I. selaku dosen pembimbing dalam
penyusunan Modul Ekonomi Syariah Semester Genap.
3) Dr. H. Muhammad Yazid, S.Ag, M.Si. selaku dosen pembimbing
dalam menyusun materi Lembaga Keuangan Syariah Non Bank;
4) Fatikul Himami M.EI. selaku dosen pembimbing dalam menyusun
materi Sistem Ekonomi Islam;
5) Mochammad Andre Agustianto, Lc., M.H. selaku dosen pembimbing
dalam menyusun materi Perbankan Syariah
6) Ainul Furqon, SEI, M.EI. selaku dosen pembimbing dalam penyusunan
materi materi Statistika Kuantitatif.
7) Betty Selfi Ayu Utami, SE., M.SE. selaku dosen pembimbing dalam
penyusunan materi Ekonomi Makro Islam.
8) Ana Toni Roby Candra Yudha, M.SEI., Selaku perwakilan penyusun
dalam materi Statistika Kuantitatif.
Segenap pihak yang mengetahui, mendengarkan, baik yang optimis
atau justru pesimis terhadap terbitnya modul ekonomi Syariah ini. Maaf
jika tidak dapat disebutkan per-nama satu persatu. Karena jika disebutkan
semua, mungkin akan menghabiskan jumlah lembar sebanyak skripsi.

‘Tak ada gading yang tak retak’. Penyusunan modul ini pasti tak
lepas pula dari kekeliruan dan kesalahan. Kami sangat berharap masukan
dan saran membangun dari siapapun baik yang membaca, mempelajari, dan
mendapatkan manfaat dari modul ekonomi syariah ini, demi tersusunnya
modul dengan hasil dan seri berikutnya yang semakin mendekati sempurna

7
Akhirnya, kami berharap hasil penyusunan modul ini dapat menjadi
amalan ibadah yang bermanfaat serta sebagai pemberat timbangan di
akhirat kelak. Aamiiien…Amiien..Yaa Robb al’Alamiien

Hormat Kami,

Tim Penyusun

8
DAFTAR ISI

KATA SAMBUTAN....................................................................................................ii
KATA PENGANTAR.................................................................................................iv
UCAPAN TERIMA KASIH........................................................................................vi
DAFTAR ISI................................................................................................................ix
EKONOMI MAKRO ISLAM.......................................................................................1
I. PENGANTAR DAN KONSEP DASAR EKONOMI MAKRO ISLAM............5
A. KONSEP DASAR DAN PRINSIP DASAR EKONOMI MAKRO
ISLAM......................................................................................................5
B. RUANG LINGKUP DAN PERSOALAN EKONOMI MAKRO
ISLAM......................................................................................................6
C. PERBEDAAN EKONOMI MAKRO ISLAM DAN
KONVENSIONAL...................................................................................7
II. PENDAPATAN NASIONAL DALAM PENDEKATAN EKONOMI
ISLAM........................................................................................................................10
A. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP PENDAPATAN
NASIONAL............................................................................................10
B. PENDAPATAN NASIONAL DALAM PERSPEKTIF ISLAM.............14
III. PEREKONOMIAN TERTUTUP TANPA KEBIJAKAN PEMERINTAH......17
A. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP PEREKONOMIAN
TERTUTUP DALAM PERSPEKTIF EKONOMI
KONVENSIONAL.................................................................................17
B. FUNGSI KONSUMSI DAN TABUNGAN PENDEKATAN
EKONOMI KONVENSIONAL..............................................................19
C. FUNGSI KONSUMSI DAN TABUNGAN PENDEKATAN
EKONOMI ISLAM................................................................................22
D. FUNGSI INVESTASI DENGAN PENDEKATAN EKONOMI
KONVENSIONAL.................................................................................25

9
E. FUNGSI INVESTASI DENGAN PENDEKATAN EKONOMI
ISLAM....................................................................................................28
IV. PEREKONOMIAN TERTUTUP DENGAN KEBIJAKAN
PEMERINTAH...........................................................................................................30
A. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUPPEREKONOMIAN
TERTUTUP DENGAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM
PERSPEKTIF EKONOMI KONVENSIONAL......................................30
B. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP PEREKONOMIAN
TERTUTUP TANPA KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM
PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM.........................................................39
C. ZAKAT, PAJAK, INVESTASI DAN PENGELUARAN
PEMERINTAH DALAM KAITANNYA DENGAN MULTIPLIER
EFEK DALAM PERSPEKTIF ISLAM..................................................42
V. TEORI KONSUMSI, TABUNGAN, DAN INVESTASI.................................42
A. TEORI KONSUMSI...............................................................................42
B. TEORI KONSUMSI DALAM ISLAM..................................................43
C. TEORI TABUNGAN (INVESTASI) DALAM ISLAM.........................48
D. KORELASI KONSUMSI DAN TABUNGAN.......................................49
E. KORELASI INVESTASI DENGAN PENDAPATAN NASIONAL......50
VI. TEORI PERTUMBUHAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI...................51
A. PENGERTIAN PERTUMBUHAN DAN PEMBANGUNAN
EKONOMI.............................................................................................51
B. RUANG LINGKUP................................................................................53
C. FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN PERTUMBUHAN
DAN PEMBANGUNAN EKONOMI....................................................55
D. PERTUMBUHAN EKONOMI DAN HUBUNGANNYA DENGAN
KEMAKMURAN NEGARA..................................................................57
VII. PERMINTAAN DAN PENAWARAN AGREGAT.........................................58
A. PERMINTAAN AGREGAT...................................................................58
B. PENAWARAN AGREGAT...................................................................64
C. Keseimbangan Permintaan dan Penawaran agregat................................67

10
VIII. INFLASI DAN PENGANGGURAN................................................................72
A. SEJARAH INFLASI...............................................................................72
B. TEORI INFLASI KONVENSIONAL....................................................75
C. TEORI INFLASI DALAM PERSPEKTIF ISLAM................................78
D. PENGANGGURAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM...........................83
E. HUBUNGAN INFLASI DAN PENGANGGURAN..............................90
IX. KEBIJAKAN MONETER DALAM ISLAM....................................................91
A. KONSEP DASAR KEBIJAKAN MONETER.......................................91
B. MANAJEMEN MONETER KOVENSIONAL DAN ISLAM................94
C. INSTRUMEN KEBIJAKAN MONETER DALAM
KONVENSIONAL DAN ISLAM..........................................................97
X. KEBIJAKAN FISKAL DALAM EKONOMI ISLAM...................................102
A. KONSEP DASAR KEBIJAKAN FISKAL...........................................102
B. KEBIJAKAN FISKAL DALAM ISLAM.............................................104
XI. TENAGA KERJA, UPAH, DAN PENETAPAN HARGA DALAM
PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM...........................................................................106
A. TENAGA KERJA DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM.........106
B. SISTEM UPAH DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM.............108
C. PENETAPAN HARGA DALAM PERSPEKTIF EKONOMI
ISLAM..................................................................................................113
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................118

EKONOMI MAKRO ISLAM


Disusun Oleh:
1. Alnavi Azzahra, imazhra410@gmail.com
2. Risky Arifianti, riskyaarifiantiii06@gmail.com
3. Zamrotin Aulan Nisak, wulannisa19@gmail.com

TOPIK PEMBAHASAN:

11
I. PENGANTAR DAN KONSEP DASAR EKONOMI MAKRO ISLAM
A. KONSEP DASAR DAN PRINSIP DASAR EKONOMI MAKRO
ISLAM
B. RUANG LINGKUP DAN PERSOALAN EKONOMI MAKRO
ISLAM
C. PERBEDAAN EKONOMI MAKRO ISLAM DAN
KONVENSIONAL.
II. PENDAPATAN NASIONAL DALAM PENDEKATAN EKONOMI
ISLAM
A. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP PENDAPATAN
NASIONAL
B. PENDAPATAN NASIONAL DALAM PERSPEKTIF EKONOMI
ISLAM
III. PEREKONOMIAN TERTUTUP TANPA KEBIJAKAN PEMERINTAH
A. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP PEREKONOMIAN
TERTUTUP DALAM PERSPEKTIF EKONOMI
KONVENSIONAL
B. FUNGSI KONSUMSI DAN TABUNGAN PENDEKATAN
EKONOMI KONVENSIONAL
C. FUNGSI KONSUMSI DAN TABUNGAN PENDEKATAN
EKONOMI ISLAM
D. FUNGSI INVESTASI DENGAN PENDEKATAN EKONOMI
KONVENSIONAL
E. FUNGSI INVESTASI DENGAN PENDEKATAN EKONOMI
ISLAM
IV. PEREKONOMIAN TERTUTUP DENGAN KEBIJAKAN
PEMERINTAH

12
A. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP PEREKONOMIAN
TERTUTUP DENGAN KEBIJAKAN PEMERINTAH
PERSPEKTIF EKONOMI KONVENSIONAL
B. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP PEREKONOMIAN
TERTUTUP DENGAN KEBIJAKAN PEMERINTAH
PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM
C. ZAKAT, PAJAK, INVESTASI, DAN PENGELUARAN
PEMERINTAH DALAM KAITANNYA DENGAN MULTIPLIER
DALAM PERSPEKTIF ISLAM
V. TEORI KONSUMSI, TABUNGAN, DAN INVESTASI
A. TEORI KONSUMSI
B. TEORI KONSUMSI DALAM ISLAM
C. TEORI TABUNGAN (INVESTASI) DALAM ISLAM
D. KORELASI KONSUMSI DAN TABUNGAN
E. KORELASI INVESTASI DENGAN PENDAPATAN NASIONAL
VI. TEORI PERTUMBUHAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI
A. PENGERTIAN, RUANG LINGKUP, FAKTOR-FAKTOR YANG
MENENTUKAN PERTUMBUHAN EKONOMI
B. PERTUMBUHAN EKONOMI DAN HUBUNGANNYA DENGAN
KEMAKMURAN NEGARA.
VII. PERMINTAAN DAN PENAWARAN AGREGAT
A. DEFINISI KURVA PERMINTAAN DAN PENAWARAN
AGREGAT
B. KURVA PERMINTAAN DN PENAWARAN AGREGAT
C. KESEIMBANGAN KURVA PERMINTAAN DAN PENAWARAN
AGREGAT
VIII. INFLASI DAN PENGANGGURAN
A. SEJARAH INFLASI

13
B. TEORI INFLASI KONVENSIONAL
C. TEORI INFLASI DALAM PERSPEKTIF ISLAM
D. PENGANGGURAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM
E. HUBUNGAN INFLASI DAN PENGANGGURAN
IX. KEBIJAKAN MONETER DALAM EKONOMI ISLAM
A. KONSEP DASAR KEBIJAKAN MONETER
B. MANAJEMEN MONETER KONVENSIONAL DAN ISLAM
C. INSTRUMEN KEBIJAKAN MONETER DALAM
KONVENSIONAL DAN ISLAM
X. KEBIJAKAN FISKAL DALAM EKONOMI ISLAM
A. KONSEP DASAR KEBIJAKAN FISKAL
B. KEBIJAKAN FISKAL DALAM ISLAM
XI. TENAGA KERJA, UPAH, DAN PENETAPAN HARGA DALAM
PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM
A. TENAGA KERJA DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM
B. SISTEM UPAH DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM
C. PENETAPAN HARGA DALAM PERSPEKTIF EKONOMI
ISLAM

14
PENGANTAR DAN KONSEP DASAR EKONOMI MAKRO ISLAM
A. KONSEP DASAR DAN PRINSIP DASAR EKONOMI MAKRO
ISLAM
Sebelum membahas lebih jauh tentang hakikat ekonomi islam, ada
baiknya kita memahami terlebih dahulu definisi ekonomi islam menurut
para ahli.
1. Abdul Manan
Menurut Abdul Manan ekonomi islam ialah ilmu yang mengkaji
perkara ekonomi masyarakat berdasarkan nilai-nilai islam.
2. Umar Chapra
Menurut Umar Chapra ekonomi islam ialah sekumpulan pengetahuan
yang mendukung upaya mewujudkan kebahagiaan umat manusia
lewat alokasi dan distribusi yang yang terbatas dengan tetap
berpedoman pada ajaran islam tanpa memberikan kebebasan personal
atau sikap makro-ekonomi yang berkaitan dan tanpa
ketidakseimbangan lingkungan.
3. Muhammad Nejatullah Ash-Sidiqy
Menurut Muhammad Nejatullah Ash-Sidiqy ekonomi islam adalah
tanggapan pemikir muslim mengenai persoalan ekonomi pada era
tertentu. Dalam proses mengkaji para pemikir berpedoman pada Al-
Qur’an dan Sunah, akah (ijtihad), dan pengalaman.
4. Menurut Huda terdapat 3 landasan filsafat ekonomi islam, yaitu:1
a. Semua yang ada di alam semesta adalah milik Allah SWT
b. Manusia sebagai khalifah Allah, wajib saling tolong menolong
dan membantu dalam melakukan kegiatan ekonomi dengan
tujuan beribadah kepada Allah.
1
Nurul Huda dkk, Ekonomi Pembangunan Islam, 1st ed. (Jakarta: Kencana, 2017).

15
c. Beriman kepada hari kiamat
Ekonomi ialah salah satu aspek yang menjadi bagian dari muamalat
yang memiliki hukum dasar dengan ibadah. Prinsip dasar dari muamalat
ialah asas kebolehan sampai muncul hukum yang melarangnya. Prinsip-
prinsip tersebut diantaranya:
1. Hukum dasar kegiatan muamalat ialah halal hingga terdapat hukum
yang melarangnya
2. Prinsip kerelaan
3. Prinsip keadilan
4. Prinsip kemanfaatan
5. Prinsip terhindar dari riba

B. RUANG LINGKUP DAN PERSOALAN EKONOMI MAKRO


ISLAM
Pada ekonomi mikro analisis cenderung dilakukan pada hal-hal
detail dari keselurahan aktivitas ekonomi. Ekonomi mikro membahas
problematik dalam menentukan keputusan sedangkan, dalam ekonomi
makro lebih bersifat menyeluruh mencakup seluruh perubahan yang
terjadi dalam aktivitas ekonomi.
Berikut hal-hal yang akan dibahas dalam ekonomi makro islam:
1. Teori konsumsi, tabungan dan investasi dalam ekonomi islam
2. Pendapatan nasional dalam perspektif ekonomi islam
3. Perekonomian dua sektor
4. Perekonomian tiga sektor
5. Perekonomian empat sektor
6. Keseimbangan Aggregat Demand (AD) dan Aggregat Supply (AS)
7. Pasar barang (LM), pasar uang (IS), dan keseimbangan IS-LM dalam
perspektif ekonomi islam

16
8. Pengangguran, inflasi, dan kebijakan pemerintah dalam perspektif
ekonomi islam

Selain itu, permasalahan-permasalahan yang dikaji dalam ekonomi


makro terdiri dari dua permasalahan, yakni:

1. Masalah jangka pendek (masalah stabilisasi). Masalah stabilisasi


berhubungan dengan cara mengendalikan perekonomian nasional
setiap waktu untuk menghindari tiga hal berikut:
a. Inflasi
b. Pengangguran
c. Kesenjangan dalam neraca pembayaran
2. Masalah jangka panjang (masalah pertumbuhan). Masalah
pertumbuhan adalah terkait cara mengendalikan perekonomian demi
terciptanya keserasian antara pertumbuhan penduduk, pertambahan
kapasitas produksi, dan adanya dana investasi. Juga bertujuan agar
terhindar dari tiga hal sebelumnya namun dengan jangka waktu yang
lebih panjang misalnya 5-10 tahun.

C. PERBEDAAN EKONOMI MAKRO ISLAM DAN


KONVENSIONAL
1. Sumber dan Tujuan Kehidupan
Ekonomi islam berlandaskan pada al-Qur’an dan as-Sunnah.
Segala bentuk anjuran dan larangan bermaksud untuk membentuk
keharmonisan antara rohani dan jasmani dengan berlandaskan tauhid.
Sedangkan, ekonomi konvensional berlandaskan pikiran manusia yang
dinamis dan tidak kekal, tanpa menghiraukan etika dan moral demi
keuntungan pribadi. Dapat dikatakan bahwa ekonomi islam
mengajarkan manusia untuk meraih kebahagiaan dunia tanpa

17
melupakan kebahagiaan akhirat. Sedangkan, pada ekonomi
konvensional prioritas hanya pada kebahagiaan dunia saja.
2. Konsep Harta dan Kepemilikan
Kepemilikan pribadi terhadap barang konsumsi dan modal
dilegalkan dalam islam meskipun tidak mutlak dan penggunaannya
tidak boleh melanggar kepentingan orang lain. Sedangkan pada sistem
ekonomi kapitalis, kepemilikan bersifat mutlak dan penggunaannya
leluasa. Terbalik dengan sistem ekonomi sosialis yang tidak mengakui
atas kepemilikan pribadi.
Dalam ekonomi islam dikenal pula sistem zakat yang berfungsi
sebagai pembersih jiwa dan sumber kekayaan diperoleh melalui zakat,
jizyah, kharaj, ghanimah, dan sebagainya. Sedangkan, dalam ekonomi
konvensional tidak memahami tuntutan Allah kepada pemilik harta
dan sumber kekayaan diperoleh dari pajak dan bea cukai.
3. Konsep Bunga
Sistem ekonomi islam melarang riba karena merupakan bentuk
eksploitasi terhadap orang yang membutuhkan.

Ekonomi Islam Ekonomi Kapitalis Ekonomi Sosialis

1. Mengakui hak 1. Kebebasan dalam 1. Kepemilikan


kepemilikan kepemilikan harta harta atas nama
pribadi pribadi negara
2. Jaminan sosial 2. Kebebasan 2. Setiap orang
dari negara ekonomi dan mempunyai
dalam persaingan bebas kesempatan
pemenuhan 3. Mementingkan yang sama
kebutuhan diri sendiri dalam kegiatan

18
pokok 4. Harga sebagai ekonomi
3. Melarang tolak ukur 3. Disiplin politik
penimbunan 5. Minim campur yang tegas dan
barang tangan negara keras
4. Mencegah 6. Eksploitasi 4. Pemenuhan
pemusatan 7. Menggunakan kebutuhan
kekayaan pada segala cara untuk berasal dari
sekelompok mengumpulkan negara
orang yang kekayaan 5. Proyek
berkuasa (akumulasi) pembangunan
8. Ekspansi dilakukan
negara
6. Penawaran
individu terbatas
Tabel 1.1 Perbandingan sistem ekonomi islam dengan ekonomi
konvensional2

PENDAPATAN NASIONAL DALAM PENDEKATAN EKONOMI ISLAM


D. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP PENDAPATAN
NASIONAL
Pendapatan Nasional ialah alat yang digunakan untuk mengukur
tinggi rendahnya tingkatan kehidupan ataupun kemakmuran dalam suatu
bangsa ataupun negara. Secara kuantitatif, tingkatan kehidupan serta
kemajuan sesuatu negara itu ditetapkan oleh perbandingan antara jumlah
Pemasukan Nasional dengan jumlah penduduk dalam sesuatu negara.
Konsep ini umumnya diketahui dengan istilah pendapatan perkapita.3
2
Azhar Azhar, “Antara Ekonomi Islam Dan Ekonomi Konvensional,” Islamika : Jurnal Ilmu-Ilmu
Keislaman 17, no. 02 (2017).
3
Agung Andhana Yoshanda, Pendapatan Nasional (Sidoarjo: Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, 2009).

19
Pendapatan nasional merupakan keseluruhan jumlah pemasukan yang
diperoleh seluruh warga ataupun pelaku ekonomi yang tinggal pada suatu
negara dalam kurun waktu tertentu. Besarnya pendapatan nasional sama
dengan produk nasional yang dipengaruhi beberapa aspek antara lain
ketersediaan aspek penciptaan, keahlian serta kemampuan tenaga kerja,
kemajuan teknologi penciptaan, modal yang dialokasikan, dan stabilitas
nasional.4

Konsep Pendapatan Nasional

1. PDB/GNP (Produk Domestik Bruto/Gross Domestik Produk), ialah


jumlah produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit
produksi didalam batas wilayah suatu Negara selama satu tahun.5
2. PNB/GNP (Produk Nasional Bruto/Gross Nasional Product), ialah
seluruh nilai produk dan jasa yang dihasilkan masyarakat suatu
Negara. Dalam periode tertentu biasanya satu tahun. Termasuk
didalamnya barang dan jasa yang dihasilkan oleh Negara tersebut
yang berada diluar negeri. Rumus : GNP = GDP – Produk netto
terhadap luar negeri
3. NNP (Net Product), ialah jumlah barang dan jasa yang dihasilkan
oleh masyarakat dalam periode tertentu, setelah dikurangi penyusutan
(depresiasi) dan barang pengganti modal.
Rumus : NNP = GNP – Penyusutan
4. NNI, ialah jumlah seluruh penerimaan oleh masyarakat setelah
dikurangi pajak tidak langsung (indirect tax) Rumus : NNI = NNP –
Pajak tidak langsung .
5. PI (Personal Income), ialah seluruh penerimaan yang diterima
masyarakat dan benar-benar sampai di tangan masyarakat setelah
dikurangi oleh laba ditahan, iuran, asuransi, iuran jaminan sosial,
pajak perseorangan dan ditahan dengan transfer payment.
Rumus : PI = (NNI + Transfer Payment) – (Laba ditahan + iuran
asuransi + iuran jaminan sosial + pajak perseorangan).

4
Wahyu Rini Mulyasari, E-Modul Ekonomi (Jakarta: Direktorat Pembinaan SMA Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2019).
5
Mukti Hakim, Aspek Ekonomi Dan Sosial (Medan: Universitas Medan Area, 2015).

20
6. DI (Disposable Income), ialah pendapatan yang diterima masyarakat
yang sudah siap dibelanjakan oleh penerimanya. Rumus : DI = PI –
Penyusutan.

Cara Perhitungan Pendapatan Nasional

Terdapat tiga cara yang digunakan dalam perhitungan pendapatan


nasional

1. Cara/ Metode Produksi


Metode yang pertama dicoba dengan jalan menjumlahkan nilai
tambah yang diwujudkan oleh bermacam bagian dalam
perekonomian. Pemakaian metode itu dalam menghitung pemasukan
nasional, disamping untuk mengenali besarnya sumbangan berbagai
sektor ekonomi didalam mewujudkan pemasukan nasional, serta
selaku salah satu metode untuk menghindari perhitungan dua kali
ialah dengan hanya menghitung nilai produk netto yang diwujudkan
pada bermacam sesi proses penciptaan. Cara perhitungannya dapat
dilihat melalui jenis kegiatan dan meningkatkan seluruh nilai tambah
pada jenis kegiatan produksi tersebut.6
2. Cara/ Tata cara Pengeluaran
Perhitungan Pendapatan Nasional dengan cara pengeluaran dilakukan
dengan jalan menjumlahkan nilai beberapa barang jadi yang
dihasilkan dalam perekonomian. Dalam menghitung nilai pendapatan
nasional menurut cara pengeluaran yakni berarti untuk membedakan
dengan sebaik- baiknya diantara beberapa barang jadi serta beberapa
barang setengah jadi. Aksi itu dicoba, untuk menghindari terjadinya
perhitungan dua kali atas nilai beberapa barang serta jasa- jasa yang
diproduksikan.

6
Candra Priyono dan Teddy, Esensi Ekonomi Makro (Sidoarjo: Zifatama Publisher, 2016).

21
a. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
Tidak seluruh transaksi yang dilakukan oleh rumah tangga
digolongkan selaku mengonsumsi (rumah tangga). Pengeluaran
buat membeli rumah digolongkan sebagai investasi. Pengeluaran-
pengeluaran semacam membayar asuransi serta mengirim uang
kepada orang tua (ataupun anak yang tengah sekolah) tidak
digolongkan selaku konsumsi sebab dia tidak merupakan
pengeluaran atas benda ataupun jasa yang dihasilkan dalam
perekonomian.
b. Pengeluaran Pemerintah
Yang termasuk dalam pengeluaran ini antara
lainpengeluaran untuk menyediakan fasilitas pendidikan
dankesehatan, pengeluaran gaji untuk pegawai pemerintahdan juga
pengeluaran untuk mengembangkaninfrastruktur untuk
kepentingan masyarakat. Pembelianpemerintah atas barang dan
jasa dapat digolongkan kepada dua golongan utama yaitu,
konsumsi dan investasi pemerintah
c. Pembentukan Modal Sektor Swasta
Pembentukan modal sektor swasta akan lebihpenting
dinyatakan sebagai investasi. Yang dimaksuddalam pembentukan
modal sektor swasta adalah pengeluaran untuk membeli barang
modal yang dapatmenaikkan produksi barang dan jasa dimasa
yang akandatang.
d. Ekspor Neto
Yang diartikan dengan ekspor neto merupakan nilai ekspor
yang dilakukan suatu negara dalam suatu tahun tertentu dikurangi
dengan nilai import dalam periode yang sama. Ekspor suatu negeri
umumnya terdiri dari benda serta jasa yang dihasilkan didalam

22
negara. Oleh karena itu nilainya wajib dihitung ke dalam
pemasukan nasional.
3. Cara/Metode Pendapatan

Penghitungan pendapatan nasional dengan metodependapatan


ini dapat dilakukan dengan cara menghitung jumlahpendapatan dari
seluruh warga negara/masyarakat yang berasaldari penggunaan
faktor-faktor produksi. Adapun golongan golongan masyarakat yang
mempunyai pendapatan itu adalah:

a. Pendapatan para pekerja, yaitu gaji dan upah.


b. Pendapatan dari usaha perseorangan (perusahaan perseorangan).
c. Pendapatan dari sewa.
d. Bunga Neto, yaitu seluruh nilai pembayaran bunga yang dilakukan
dikurangi bunga atas pinjaman konsumsi dan bunga pinjaman
pemerintah.
e. Pendapatan dari keuntungan perusahaan. Di negara maju, dimana
administrasi perpajakannya sudah demikian maju dan tertib,
kesadaran tentang pentingnya arti perpajakan sudah demikian
tingginya, maka jumlah pendapatan masyarakat dapat diketahui
melalui pajak pendapatan.

E. PENDAPATAN NASIONAL DALAM PERSPEKTIF ISLAM


Pendekatan ekonomi konvensional menyatakan GDP atau GNP riil
dapat dijadikan sebagai suatu ukuran kesejahteraan pada suatu negara.
Pada saat GNP meningkat, maka diasumsikan bahwa masyarakat secara
materi bertambah baik posisinya atau sebaliknya, tentunya setelah dibagi
dengan jumlah penduduk (GNP per kapita). Kritik terhadap GNP
sebagai ukuran kesejahteraan ekonomi muncul dan para pengkritik

23
mengatakan bahwa GNP per kapita merupakan ukuran kesejahteraan
yang tidak sempurna.7
Satu hal yang membedakan sistem ekonomi Islam dengan sistem
ekonomi lainnya adalah penggunaan parameter falah. Falah adalah
kesejahteraan yang hakiki, kesejahteraan yang sebenar-benarnya, dimana
komponen-komponen rohaniah masuk ke dalam pengertian falah ini. Al-
Falah dalam pengertian islam mengacu kepada konsep islam tentang
manusia itu sendiri. Dalam islam, esensi manusia ada pada rohaniahnya.
Karena itu, seluruh kegiatan duniawi termasuk dalam aspek ekonomi
diarahkan tidak saja untuk memenuhi tuntutan fisik jasadiyah melainkan
juga memenuhi kebutuhan rohani dimana roh merupakan esensi
manusia.8
Setidaknya ada 4 hal yang semestinya bisa diukur dengan pendekatan
pendapatan nasional berdasarkan ekonomi islam, sehingga tingkat
kesejahteraan bisa dilihat secara lebih jernih dan tidak bias. Empat hal
tersebut adalah :
1. Pendapatan nasional harus dapat mengukur penyebaran pendapatan
individu rumah tangga, Kendati GNP dikatakan dapat mengukur
kinerja kegiatan ekonomi yang terjadi di pasar, GNP tidak dapat
menjelaskan komposisi dan distribusi nyata dari output perkapita.
GNP tidak mampu mendeteksi kegiatan produksi yang tidak
ditransaksikan di pasar. Itu artinya, kegiatan produktif keluarga yang
langsung dikonsumsi dan tidak memasuki pasar tidak tercatat di
dalam GNP.
2. Pendapatan nasional harus dapat mengukur produksi di sektor
pedesaan. Sangatlah disadari bahwa tidaklah mudah mengukur secara

7
Isnaini Harahap dan Marliyah Khairina Tambunan, “Analisis Kointegrasi Zakat Dan
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Periode Tahun 2015-2018,” AKTSAR 02, no. 02 (2019): 254.
8
Muhammad Syahbudi, Ekonomi Makro Perspektif Islam (Medan: UIN Sumatera Utara, 2018).

24
akurat produksi komoditas subsisten, namun bagaimana pun juga
perlu satu kesepakatan untuk memasukkan angka produksi komoditas
yang dikelola setara subsisten ke dalam penghitungan GNP. Subsisten
ini, khususnya pangan, sangatlah penting di negara-negara muslim
yang baru dalam beberapa dekade ini masuk dalam percaturan
perekonomian dunia. Untuk mengetahui tingkat produksi komoditas
subsisten ini, harus diketahui terlebih dahulu tingkat harga yang
digunakan.
3. Pendapatan nasional harus dapat mengukur kesejahteraan ekonomi
islam adalah sangat penting untuk mengekspresikan kebutuhan efektif
atau kebutuhan dasar akan barang dan jasa sebagai persentase total
konsumsi. Sungguh menarik untuk mengkaji apa yang dilakukan
Prof. William Nordhans dan James Tobin dengan Measure for
Economic Welfare (MEW), dalam konteks ekonomi barat. Kalau
GNP mengukur hasil, maka MEW merupakan ukuran dari konsumsi
rumah tangga yang memberi kontribusi kepada kesejahteraan
manusia. Perkiraan MEW didasarkan kepada asumsi bahwa
kesejahteraan rumah tangga merupakan ujung akhir dari seluruh
kegiatan ekonomi sesungguhnya bergantung pada tingkat
konsumsinya. Meski MEW ini diukur dalam konteks barat, konsep ini
sebenarnya menyediakan petunjuk-petunjuk yang berharga untuk
memperkirakan level kebutuhan hidup minimum secara islami.
4. Penghitungan pendapatan nasional sebagai ukuran dari kesejahteraan
sosial islami melalui pendugaan nilai santunan antar saudara dan
sedekah adalah penting untuk menentukan sifat alami dan tingkatan
dari amal sedekah antar saudara. Melalui peningkatan pencatatan dan
sektor tambahan dan jenis tambahan dari aktivitas ini dapat dikaji
untuk pengambilan keputusan. Dibanding amal sedekah yang sering

25
dikeluarkan umat Islam kepada mereka yang kurang beruntung,
sesungguhnya lebih mudah dalam menentukan estimasi zakat, satu
kewajiban pembayaran transfer yang paling penting di negara
muslim. Kini sedang diupayakan mengukur pendapatan dari zakat
sebagai persentase dari GNP. Pengukuran ini akan sangat bermanfaat
sebagai variabel kebijakan didalam pengambilan keputusan dibidang
sosial dan ekonomi, sebagai bagian dari rancangan untuk
mengentaskan kemiskinan. Pendayagunaan peran zakat untuk
mengatasi masalah kemiskinan di negara-negara muslim kini tengah
menjadi agenda negara-negara tersebut.

PEREKONOMIAN TERTUTUP TANPA KEBIJAKAN PEMERINTAH


F. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP PEREKONOMIAN
TERTUTUP DALAM PERSPEKTIF EKONOMI
KONVENSIONAL.
Dalam pembahasan perhitungan pendapatan nasional dengan
pendekatan pengeluaran, perekonomian suatu negara bisa dikelompokkan
menjadi 2, yaitu:
1. Perekonomian tertutup (closed economy), yang meliputi atas
perekonomian sederhana (perekonomian 2 sektor) dan perekonomian
tiga sektor.
2. Perekonomian terbuka (opened economy).
Pada kali ini membahas tentang perekonomian
tertutup.Perekonomian tertutup merupakan sistem perekonomian yang
dalam menjalankan kegiatan perekonomiannya tidak ada hubungan
interaksi dengan perekonomian-perekonomian lainnya. Khususnya
tidak adanya keterlibatan pada kegiatan perdagangan internasional,

26
yang artinya dalam sistem perekonomian ini tidak mengenal hubungan
luar negeri yang mengakibatkan tidak adanya kegiatan ekspor-impor.
Perekonomian sederhana merupakan perekonomian yang tidak
melibatkan campur tangan pemerintah dalam menjalankan kegiatan
ekonominya. Jadi, perekonomian tertutup sederhana merupakan sebuah
kegiatan perekonomian yang hanya melibatkan 2 sektor yaitu dari
sektor rumah tangga dan perusahaan swasta.
Perekonomian 2 sektor sendiri juga bisa dikatakan sebagai
perekonomian dimana dalam sistem ekonominya terdiri dari rumah
tangga konsumen atau konsumsi, dan rumah tangga produsen atau
biasanya disebut dengan investasi.
Keseimbangan perekonomian sederhana atau dua sektor dapat
dituliskan dengan notasi berikut.              
Y = C+1
 Persamaan ini mencerminkan kondisi antara output yang
diproduksi (Y) sama dengan output yang dijual (C+1).
Jika sebagian pendapatan digunakan untuk konsumsi dan sebagian
pendapatan digunakan untuk menabung (saving atau diberi notasi S)
maka dapat ditulis:      

Y=C+S

Dan apabila kedua rumus diatas digabungkan akan menjadi:

C+1=C+S

Identitas rumus diatas mencerminkan komponen penerimaan (C +


S) sama dengan komponen pengeluaran (C + 1). Juga identitas rumus
gabungan diatas juga dapat di rumuskan kembali untuk melihat
hubungan antara tabungan dan investasi. Dengan mengurangkan

27
konsumsi dari setiap sisi dari persamaan rumus gabungan tadi.
Sehingga diperoleh:

1=Y–C=S

Persamaan diatas, menunjukkan bahwa perekonomian sederhana


tabungan identik dengan pendapatan dikurangi konsumsi.

G. FUNGSI KONSUMSI DAN TABUNGAN PENDEKATAN


EKONOMI KONVENSIONAL
Pendapatan yang dihasilkan oleh rumah tangga konsumen merupakan sisi
pendapatan, sedangkan pengeluaran rumah tangga merupakan sisi
pengeluaran.
Menurut Keynes konsumsi merupakan fungsi pendapatan C=f(Y) dalam
bentuk persamaan ditulis:

C=a+bY

Ket :

C = besarnya konsumsi rumah tangga

a = konsumsi dasar ( konsumsi otonom)

b = MPC (Marginal to Consume) MPC = dY/dC

Y = pendapatan disposable

Rasio perubahan pengeluaran konsumsi dengan perubahan pendapatan


(MPC) lebih besar nol mencerminkan pengeluaran konsumsi rumah tangga
akan meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat pendapatan.
Sedangkan perubahan pengeluaran konsumsi dengan perubahan pendapatan
(MPC) kurang dari satu mencerminkan kenaikan pengeluaran konsumsi akan
selalu lebih kecil dari kenaikan pendapatan.

28
Keynes juga menyatakan bahwa Average Propensity to Consume (APC)
yang merupakan perbandingan antara konsumsi yang dilakukan dengan
tingkat pendapatan disposable (APC=C/Y) akan mengalami penurunan
sebagai akibat kenaikan pendapatan. Yang menarik dari pandangan keynes
yang lain yang menyatakan pendapatan merupakan penentu/determinan
konsumsi yang terpenting dan tingkat bunga tidak memiliki peranan penting.
Menurut keynes pengaruh tingkat bunga terhadap konsumsi hanya sebatas
teori.

Terkait dengan model fungsi konsumsi, muncul pandangan Keynes:

1. Franco Modigliani dengan Hipotesis Daur hidup (life cycle


hyphothesis)

Modigliani menekankan bahwa tingkat pendapatan seseorang


bervariasi secara sistematis selama kehidupan dan tabungan dapat
menggerakkan pendapatan dari masa hidupnya. Fungsi konsumsinya :

C=W+RY/T

Ket :

W = Kekayaan

Y = Pendapatan

T = Periode lama hidup

R = Masa Pensiun

Atau dapat ditulis:

C = (1/T) W + (R/T) Y

29
Misalnya seseorang mengharapkan hidup selama 60 tahun dan
bekerja selama 30 tahun maka T=60 dan R= 30 maka fungsinya:

C= 0,017 W + 0,5Y

Persamaan ini menyatakan bahwa konsumsi bergantung dengan


kekayaan dan pendapatan jika W dan Y (1) maka C akan naik
menjadi 0,517/tahun.

Dalam terminologi makroekonomi maka persamaan konsumsi dari


modigliani ialah:

C=αW+βY

α = kecenderungan mengonsumsi marginal dari kekayaan

β = kecenderungan mengonsumsi marginal dari pendapat

2. Milton Friedman dengan hipotesis Pendapatan Permanen (permanent-


income hypothesis)

Pendapatan (Y) merupakan penjumlahan antara pendapatan


permanen (Yp) ialah bagian pendapatan yang diharapkan orang untuk
terus bertahan di masa depan. Pendapatan transitoris (YT) ialah bagian
pendapatan yang tidak diharapkan terus bertahan. Untuk fungsi
konsumsi dapat dinyatakan dengan persamaan:

C= α Yp

α = bagian dari pendapatan permanen yang dikonsumsikan

fungsi tabungannya ialah:

S=-a+(1-b) Y

(1-b) disebut MPS (marginal propensity to saving) MPS= dS/dY

30
H. FUNGSI KONSUMSI DAN TABUNGAN PENDEKATAN
EKONOMI ISLAM
Pembahasan fungsi konsumsi dalam pendekatan ekonomi islam
banyak dilakukan para ahli ekonomi islam, pada bagian ini akan dibahas
beberapa pandangan diantaranya yang terkait dengan fungsi konsumsi.
1. Pandangan Fahim Khan tentang Fungsi Konsumsi dan Tabungan

Khan membagi tingkat pendapatan masyarakat (1) pendapatan


diatas nisab (Yu) dan (2) pendapatan dibawah nisab (YL). Komponen
pengeluaran konsumen dibagi 2: 1. Konsumsi untuk kebutuhan
sendiri (E1) dan 2. Konsumsi untuk Allah seperti zakat sedekah infak
(E2). Maka fungsi konsumsi:

C* = A0 + Au Yu

Jika di kombinasikan dengan keynes diperoleh :

a. Pendapatan diatas nisab

C = a0 + E2 + a1 (Yu – E2 )

b. Pendapatan dibawah nisab (maka E2 tidak ada)

C = a0  + a1 Yu

2. Pandangan Metwally tentang Fungsi Konsumsi dan Tabungan


Dalam mengembangkan fungsi konsumsi dan prespektif islam,
metwally menggunakan beberapa pendekatan hipotesis teori, yang
dapat dijelaskan secara sederhana.
a. Hipotesis pendapatan mutlak

Metwally memasukkan peranan zakat terhadap fungsi


konsumsi Z= αY dengan 0<α<1 . Dimisalkan bY pendapatan
pembayar zakat dan (1-β)Y adalah pendapatan penerima zakat

31
dengan 0<β<1. Dimisalkan δ sebagai hasrat marginal penerima
zakat dengan 0<b<δ<1 maka fungsi konsumsi dalam ekonomi
Islam :

C=a+b (βY-αY)+δ[(1-β)Y+αY]

Dimana :

a+b (βY-αY) fungsi konsumsi pembayar zakat.

δ[(1-β)Y+αY] fungsi konsumsi penerima zakat.

maka besaran APC dan MPC dalam pendekatan ekonomi Islam

APC = C/Y = a/Y + bβ-αb+δ(1-β)+αδ

MPC = bβ-αb+δ(1-β)+αδ

b. Hipotesis pendapatan Relatif ( the relative income hyphothesis)

Hipotesis pendapatan relatif menyatakan konsumsi


sekarang saja ditentukan pendapatan siap konsumsi pada masa
sekarang (Ys) tetapi juga pendapatan sebelumnya (pendapatan
masa puncak atau Yp). Sehingga menurut hipotesis ini konsumsi
rata-rata (APC) dan hasrat konsumsi marginal (MPC) konstan.
Jika pendapatan sekarang lebih kecil dari pendapatan puncak,
maka MPC < APC.

Dengan menggunakan hipotesis ini, maka fungsi konsumsi


menjadi:

C = (c+b)Yp + bYs

Guna melihat model persamaan untung saving dalam


ekonomi islam, jika kita mengacu pada model konsumsi yang

32
terdapat pada fungsi konsumsi dalam ekonomi Islam dalam
hipotesis mutlak dan relatif, maka:

C= a + b (βY- αY) + δ [(1-β)Y+ αY]

Y= C+S

Maka diperoleh persamaan untuk saving dalam pendekatan


ekonomi islam sebagai berikut:

S= Y- a - b (βY- αY) - δ [(1-β)Y+ αY]

S= Y- a - βαY – δY + δβY – δαY

Atau

S= -a + (1-β + α- δ + δβ +δα)Y

Dengan mengacu persamaan diatas, maka diperoleh


persamaan untuk Average Propensity to Save (APS) dan
Marginal Prosperity to Save sebagai berikut:

APS= S/Y = 1- a/Y – β + bα – δ + δβ – δα

MPS= ΔS/ΔY = 1- β + bα – δ (1- β) - δα

Bila dibandingkan antara MPS pada sistem ekonomi


konvensional (1-b) jelas berbeda dengan MPS dalam sistem
ekonomi islam seperti yang terlihat pada persamaan MPS.

1. Pandangan Menawar Iqbal tentang Konsumsi


Iqbal dalam catatannya “zakat, moderation, and aggregate
consumption in an islamic economy’ (1985) mengulas beberapa
tulisan dalam wilayah yang tidak menyajikan teori konsumsi
islam.

33
Iqbal membuat beberapa pemurnian yang dapat diterima
dalam memperkenalkan biaya pengumpulan zakat. Iqbal memulai
dengan persamaan yang sama C=a0 + cY, ia menyederhanakan
yang lainnya untuk penggunaannya ia meletakkan μ pada tempat
β sebagai proporsi dari Y untuk pembayar zakat dan mengganti α
dengan z sebagai tingkat zakat. Maka fungsinya:

C* = a0 + c (μY - zY) + ô [(1-μ)Y+ zY]

Untuk menunjukkan bahwa konsumsi tidak berlebih-lebihan


atau penghindaran israf (1-f) dan mentransfer zakat akan menarik
konsumsi dari orang kaya pada arah yang berlawanan dengan
dampak yang tidak pasti. Meningkatkan dan menurunkan
C* maka persamaan:

C* - s = (d-c)σ-cf(μ-σ)

Implikasinya adalah jika saat ini kecenderungan orang-orang


kaya pada masyarakat muslim untuk menyamai pola-pola
konsumsi barat terus berlanjut, dampak dari pengeluaran yang
tidak berlebihan terhadap C* bisa menjadi in efektif.

I. FUNGSI INVESTASI DENGAN PENDEKATAN EKONOMI


KONVENSIONAL
Investasi merupakan pengeluaran perusahaan untuk membeli
barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk
menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa yang
tersedia dalam perekonomian.

Ada 3 bentuk pengeluaran investasi:

34
1. Investasi tetap bisnis (business fixed investment), yaitu pengeluaran
investasi untuk pembelian berbagai jenis barang modal yaitu mesin
dan peralatan.
2. Investasi residensial (residensial investment), yaitu pengeluaran
untuk mendirikan rumah tempat tinggal, bangunan kantor, bangunan
pabrik.
3. Investasi persediaan (inventory investment) yaitu berupa
pertambahan nilai stok barang yang belum terjual, bahan mentah
dan barang yang masih dalam proses produksi pada akhir tahun
perhitungan pendapatan nasional.

Fungsi persamaan untuk investasi dengan pendekatan sederhana


dua cara : (1) dengan mengasumsikan bahwa investasi bersifat
autonomous atau tidak dipengaruhi oleh variabel lain. 

I=ī

(2) investasi yang dipengaruhi oleh variabel suku bunga atau interest (i)
sehingga:

I = ī - di

Hubungan negatif antara suku bunga dengan investasi, jika tingkat suku
bunga naik maka investasi akan turun dan juga sebaliknya.

Pernyataan selanjutnya adakah pengaruh masuknya variabel investasi


terhadap multiplier? Karena asumsi yang digunakan bahwa investasi
bersifat autonomous atau dipengaruhi oleh tingkat suku bunga, maka
besaran multiplier tidak mengalami perubahan. Dengan mengacu pada
persamaan konsumsi dan persamaan investasi, maka proses perhitungan
multiplier dapat dijelaskan sebagai berikut:
Y = a + bY = ī – di

35
Y = 1/(1-b) (a + ī –di)
Berdasarkan persamaan diatas, maka dapat dinyatakan bahwa multiplier
perekonomian masih sebesar [1/(1-b)].
Sebagai ilustrasi sederhana dapat dijelaskan dengan contoh perhitungan
berikut ini:
Misalkan diketahui persamaan konsumsi (C = 150 + 0,7 Y)
sedangkan investasi bersifat autonomous (I0=20). Berdasarkan informasi
tersebut berapa besar keseimbangan pendapatan nasional, berapa besar
konsumsi? Jika kemudian investasi dinaikkan menjadi (I0=30) berapa
besar kenaikan pendapatan nasional? Untuk menjawab pertanyaan
tersebut, maka dilakukan proses perhitungan sebagai berikut:
Y = 150 + 0,7Y + 20
Y = 170 + 0,7Y
Y = {(1/0,3) x 170]
Y = 566,67
Sedangkan untuk besaran konsumsi dapat dihitung sebagai berikut:
C = 150 + 0,7 (566,67)
C = 546,67
Jika investasi mengalami kenaikan sebesar 10 (ΔI=10), maka besarnya
kenaikan pendapatan:
ΔY = [(1/0,3) x 10]
ΔY = 33,33
Berarti besarnya nilai pendapatan nasional setelah adanya kenaikan
investasi sebesar 10, adalah 566,67 + 33,33 = 600.

J. FUNGSI INVESTASI DENGAN PENDEKATAN EKONOMI


ISLAM
Fungsi Investasi dengan pendekatan ekonomi islam jelas berbeda
dengan pendekatan ekonomi konvensional. Perbedaannya adalah jika pada

36
teori ekonomi konvensional dipengaruhi oleh tingkat suku bunga, tetapi
dalam teori ekonomi islam tidak berlaku demikian.
Menurut Metwally (1995) investasi dalam ekonomi Islam
dipengaruhi 3 faktor:
1. Ada sanksi terhadap pemegang aset yang kurang atau tidak
produktif
2. Dilarang melakukan berbagai bentuk spekulasi dan segala macam
judi
3. Tingkat bunga untuk berbagai pinjaman sama dengan nol

Sehingga seorang muslim boleh memilih 3 alternatif :

a. Memegang kekayaannya dalam bentuk uang kas


b. Memegang tabungannya dalam bentuk aset tanpa berproduksi
seperti deposito, real estate, permata
c. Menginvestasikan tabungannya (seperti memiliki proyek-
proyek yang menambah persediaan kapital nasional).

Menurut Metwally, fungsi investasi dalam ekonomi Islam

I = f (r ZA Zn μ)

dan

r = f (SI/SF)

Ket :

I = permintaan investasi

r = tingkat keuntungan yang diharapkan

SI = bagian/pangsa keuntungan/ kerugian investor

SF =bagian/pangsa keuntungan/ kerugian peminjam dana

ZA= Tingkat zakat atau aset yang kurang atau tidak produktif

37
Zn= tingkat zakat atas keuntungan investasi

μ = pengeluaran lain-lain zakat atas aset yang tidak atau kurang


produktif

Nilai ZA dan Zn (tingkat zakat) besarannya tetap, maka dapat


disederhanakan:

I = f (r μ)
Faktor yang mempengaruhi besar kecilnya investasi
1. Tingkat keuntungan yang diharapkan
2. Pengeluaran lain-lain zakat atas aset yang tidak atau kurang
produktif
Khan dalam makalahnya (2004) menyatakan bahwa permintaan
investasi ditentukan oleh tingkat keuntungan yang diharapkan
sedangkan tingkat keuntungan yang diharapkan tergantung pada total
profit yang diharapkan dari kegiatan firm dan share in profit yang di
klaim oleh pemilik dana.

Tingkat investasi dengan tingkat keuntungan yang diharapkan jika


tingkat keuntungan yang diharapkan mengalami kenaikan, maka akan
meningkatkan tingkat investasi sebaliknya, jika tingkat keuntungan
turun maka tingkat investasi akan turun.

PEREKONOMIAN TERTUTUP DENGAN KEBIJAKAN PEMERINTAH


K. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUPPEREKONOMIAN
TERTUTUP DENGAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM
PERSPEKTIF EKONOMI KONVENSIONAL
Perekonomian tertutup artinya tidak mengenal hubungan luar
negeri, sehingga tidak ada kegiatan ekspor-impor. Pada dasarnya,
Analisis pada pendapatan nasional pada perekonomian tertutup dengan

38
kebijakan pemerintah terbagi menjadi 3 pelaku utama dalam aktivitas
ekonominya yaitu rumah tangga (household), perusahaan (firm), dan
pemerintah (government). Adanya unsur pemerintah menimbulkan dua
konsekuensi perhitungan pendapatan nasional, yaitu sudut pengeluaran
memunculkan pengeluaran pemerintah (government expediture) dan dari
sudut penerimaan memunculkan komponen pajak (tax). Maka,
perhitungan keseimbangan pendapatan nasional dari sudut pengeluaran
menjadi :
Y=C+I+G
Dimana:    C = consumption (pengeluaran yang dilakukan rumah tangga)
I = investment (pengeluaran yang dilakukan perusahaan)
G = government expenditure (pengeluaran yang dilakukan
pemerintah)

Jika sebagian pendapatan digunakan untuk konsumsi dan sebagian


digunakan untuk menabung (saving atau diberi notasi S)  maka dapat di
tuliskan sebagai berikut:

Y=C+S

Sedangkan keseimbangan pendapatan nasional dari sudut penerimaan


menjadi :

Y=C+S+T

Dimana:    S = Saving/tabungan

                  T = Tax/pajak9
Dalam membahas perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan
pengeluaran, perekonomian suatu Negara dapat digolongkan atas :

9
Nurul Huda, Ekonomi Makro Islam. Pendekatan Teoritis, Cet: I (Jakarta: Kencana, 2008).

39
1. Perekonomian Tertutup (closed economy), yang meliputi atas
perekonomian sederhana (perekonomian dua sector) dan
perekonomian tiga sector,
2. Perekonomian Terbuka (opened economy).
Perekonomian dua sektor adalah perekonomian yang terdiri dari
pengeluaran yang dilakukan rumah tangga konsumen yang biasanya
disebut dengan consumption (C) dan pengeluaran yang dilakukan
rumah tangga produsen (firm) yang biasanya disebut investment (I)
Keseimbangan perekonomian sederhana atau dua sector dapat dituliskan
dengan notasi berikut. 
Y = C + 1……………….…........................................................( 3.1)

Persamaan ini mencerminkan kondisi antara output yang diproduksi (Y)


sama dengan output yang dijual (C+1). Jika sebagian pendapatan
digunakan untuk konsumsi dan sebagian pendapatan digunakan untuk
menabung (saving atau diberi notasi S) maka dapat ditulis:   
Y = C + S………..……………...............................................…(3.2)
Sehingga identitas (3.1) dan (3.2) dapat digunakan menjadi :
C + 1 = C + S………….....................................………..............(3.3)
Identitas (3.3) mencerminkan komponen penerimaan (C+S) sama
dengan komponen pengeluaran (C+1). Identitas untuk persamaan (3.3)
dapat dirumuskan kembali untuk melihat hubungan antara tabungan dan
investasi.. dengan memperoleh konsumsi dari setiap sisi dari persamaan
(3.3) sehingga diperoleh : 
1 = Y- C = S………….......……..............................................…(3.4)
Persamaan diatas menunjukkan bahwa dalam perekonomian
sederhana tabungan identik dengan pendapatan dikurangi konsumsi.10

10
Huda.

40
1. Dampak Pajak Terhadap Konsumsi Dan Tabungan

Pada perekonomian tertutup dengan dua sektor pendapatan


nasional (Y) sama dengan pendapatan disposable (Yd). Dengan
adanya unsur pajak (tax), maka pendapatan disposable (Yd) menjadi
lebih kecil dari pendapatan nasional (Y).
Hubungan antara pendapatan disposable dengan pendapatan
nasional dapat dijelaskan sebagai berikut:
Yd = Y – T
Dengan berkurangnya pendapatan disposable tentunya akan
mengurangi pula tingkat konsumsi seterusnya akan mengurangi
tingkat tabungan. Untuk melihat sampai sejauh mana pajak dapat
mempengaruhi konsumsi, maka dapat dilakukan dengan
menggunakan dua pendekatan pajak yang dikenakan, yaitu:
a. Pengaruh pajak tetap, (yaitu besaran pajak yang jumlahnya sama
pada berbagai tingkat pendapatan) terhadap pengeluaran konsumsi
dan tabungan.
b.  Pengaruh pajak proporsional (yaitu, besaran pajak yang ditentukan
dengan persentase tertentu dari tingkat pendapatan) terhadap tingkat
konsumsi dan tabungan.
Guna melihat dampak pajak tetap terhadap konsumsi dapat
diberikan suatu ilustrasi perhitungan sederhana sebagai berikut :
C = 100 + 0,85Y
T = 10
Besarnya konsumsi sebelum ada pajak:
Y=C
Y = 100 + 0,85Y
Y = (1/0,15) 100
Y = 667 (pembulatan)
C = 667
Besarnya konsumsi setelah ada pajak tetap
Yd = 667-10
Yd = 657

41
C   = 100 + 0,85 (667-10)
C   = 658 (pembulatan)
Dari hasil perhitungan sederhana tersebut jelas pajak tetap akan
mengurangi konsumsi, lalu bagaimana dengan tingkat tabungan?
Logika sederhana menyatakan tentunya tabungan juga akan
mengalami penurunan, dengan menggunakan persamaan konsumsi
diatas (C = 100 + 0,85Y) dapat diberikan ilustrasi dengan
menggunakan Tabel berikut:

  Tabel 1.1 Pengaruh pajak tetap terhadap Konsumsi dan


Tabungan

Y T Yd C S
0 0 0 100 -100
600 0 600 610 -10
800 0 800 780 20
1200 0 1200 1120 80
1500 0 1500 1375 125
Y T Yd C S
0 10 -10 91,5 -101,5
600 10 590 601,5 -11,5
800 10 790 771,5 18,5
1200 10 1190 111,5 78,5
1500 10 1490 1366,5 123,5

Dari ilustrasi Tabel 1.1 terlihat bahwa sebelum ada pajak tetap
kenaikan pendapatan akan mengakibatkan kenaikan konsumsi dan
tabungan yang besarnya:
∆C = MPC x ∆Yd
∆S = MPS x ∆Yd
Setelah ada pajak tetap menyebabkan pengurangan terhadap
pendapatan disposable sebesar pajak tetap (T), maka ∆Yd = -T.

42
Dengan berkurangnya tingkat pendapatan disposable akan
mengurangi jumlah konsumsi dan tabungan sama dengan
pengurangan pendapatan disposable: 
∆Yd  = -T = ∆C + ∆S.
Besarnya pengurangan konsumsi setelah ada pajak tetap adalah
sebagai berikut:
∆C = MPC x ∆Yd  atau ∆C = MPC x (-T)
∆S = MPS x  ∆Yd  atau ∆S = MPS x (-T)
Dengan menggunakan contoh pada Tabel 1.1, maka
∆C  = 0,85 x (-10) = -8,5 (bandingkan konsumsi sebelum dengan
setelah pajak tetap)
∆S  = 0,15 x (-10) = -1,5 (bandingkan konsumsi sebelum dengan
setelah pajak tetap)
Selain itu, dampak pajak tetap terhadap konsumsi dapat dijelaskan
menggunakan analisis kurva sebagai berikut:

C
                                                                 
C = a+bY

C=a+b(Y-T)
 a     
     
a - bT                                          MPC x T
                                               
Y
Gambar 2.1 Dampak pajak tetap terhadap Konsumsi

Berdasarkan Gambar diatas terlihat kondisi sebelum ada pajak


persamaan konsumsi C + a = bY dengan intercept (a) setelah ada

43
pajak tetap, maka persamaan konsumsi menjadi C = a + b (Y-T)
dengan besarnya intercept a-bT (b = MPC). Sedangkan untuk melihat
dampak pajak tetap terhadap tabungan dengan menggunakan analisis
kurva dapat dijelaskan dengan menggunakan Gambar 3.1 sebelum
ada pajak tetap, maka tabungan yang terjadi sebesar –a. Setelah ada
pajak tetap, maka tabungan bergeser menjadi a- (1 – b) atau terjadi
pengangguran sebesar MPS x T

S S= -a = (1 - b)Y

S = -a = (1 - b)(Y - T)

-a
MPS x T
-a – (1 – b) T

Gambar 2.1 Dampak pajak tetap terhadap Tabungan11

2. Dampak Pengeluaran Pemerintah Dan Pajak Terhadap


Keseimbangan Perekonomian

Ketika pembahasan perekonomian tertutup tanpa kebijakan


pemerintah besarnya multiplier perekonomian 1/(1-b), bagaimana
11
Huda.

44
multiplier setelah masuknya pemerintah dalam sistem ekonomi
(perekonomian 3 sektor)? Seperti telah diuraikan pada bagian
sebelumnya masuknya unsure pemerintah menimbulkan dampak pada
dua sisi yaitu dari sisi pengeluaran berupa pengeluaran pemerintah
(government expenditures) dan sisi penerimaan berupa pajak (tax).
Jika pajak tetap dalam multiplier perekonomian, maka besaran
multiplier dapat diterangkan dengan menggunakan asumsi-asumsi
sebagai berikut:
a) Fungsi konsumsi adalah C = a + bYd
b)  Besar pajak tetap adalah T = Tx
c) Fungsi Investasi adalah autonomous (I = Io)
d)  Fungsi pengeluaran pemerintah adalah autonomous (G = Go)
Berdasarkan asumsi tersebut, maka kita dapat menghitung multiplier
perekonomian sebagai berikut:
Y        = C + I + G
Y        = a + bYd + I + G
Y        = a + b(Y-Tx) + I + G
Y        = a + bY – bTx + I + G
Y-bY  = a – bTx + I + G
Y = 1 (a–bTx+I+G)……………......………....................(3.5)
1-b
Dari persamaan (3.5) terlihat bahwa multiplier perekonomian
dengan adanya pajak tetap tidak mengalami perubahan (sama
seperti multiplier dalam perekonomian tertutup tanpa kebijakan
pemerintah). Contoh, diketahui:
C     = 100 + 0,85Yd
Io    = 20
G    = 20
Tx   = 10
Ditanya :

45
a. Berapa tingkat keseimbangan pendapatan nasional?
b. Berapa kenaikan pendapatan nasional jika investasi meningkat
menjadi 40 (I1)?
Jawab:       
a. Tingkat keseimbangan pendapatan nasional:
Y = 100 + 0,85 (Y-10) +20 + 20
Y = 140 – 8,5 + 0,85Y
Y = 131,5/(0,15)
Y = 877 (pembuatan)
b. Kenaikan pendapatan nasional jika investasi meningkat menjadi 40
(I1):
∆I = I1- I0
∆I = 40 – 20
∆I = 20
∆I = (1/1-b) x ∆I
∆Y = 133 (pembulatan)
Kebaikan lain penambahan pengeluaran pemerintah apabila
dibandingkan dengan pengurangan pajak sebagai alat kebijakan fiskal
adalah pertambahan pengeluaran pemerintah dalam mengadakan
kegiatan ekonomi adalah lebih cepat dari efek pengurangan pajak.
Pengambilan keputusan untuk menambah pengeluaran pemerintah,
pelaksanaan pengeluaran itu dan kenaikan kegiatan ekonomi yang
diakibatkannya berlaku dalam masa yang relatif cepat. Ini disebabkan
karena pengeluaran pemerintah merupakan komponen pengeluaran
agregat (yang berlaku akibat penambahan konsumsi rumah tangga).12
Sedangkan pajak itu hampir semuanya mempunyai sifat
meningkatkan biaya produksi dan harga jual pada barang dan juga

12
A. Jamli, Teori Ekonomi Makro (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2001).

46
dikenakan secara langsung pada pendapatannya bukan pada harga
barang.13 Dengan demikian kemampuan pajak dalam
mempertahankan tingkat kesejahteraan perekonomian masyarakat
belum dikatakan lebih baik jika dibandingkan dengan zakat.

L. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP PEREKONOMIAN


TERTUTUP TANPA KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM
PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM
Dalam negara islam, kebijakan fiscal merupakan salah satu
perangkat untuk mencapai tujuan syariah yang dijelaskan Imam Al-
Ghazali termasuk meningkatkan kesejahteraan dengan tetap menjaga
keimanan, kehidupan, intelektualitas, kekayaan,14 dan kepemilikan. Pada
saat perekonomian sedang krisis yang membawa dampak terhadap
keuangan negara karena sumber-sumber penerimaan terutama pajak
merosot seiring dengan merosotnya aktivitas ekonomi15, maka kewajiban
tersebut beralih kepada kaum muslimin. Dalam konsep ekonomi islam,
kebijakan fiskal bertujuan untuk mengembangkan suatu masyarakat
yang didasarkan atas distribusi kekayaan berimbang dengan menepatkan
nilai-nilai material dan spiritual pada tingkat yang sama.16
Dalam konsep fikih zakat menyebutkan bahwa sistem zakat berusaha
untuk mempertaruhkan pihak surplus Muslim dengan pihak defisit
Muslim. Hal ini dengan harapan terjadi proyeksi pemerataan pendapatan
antara surplus dan defisit Muslim atau bahkan menjadikan kelompok

13
Muchtolifah., Ekonomi Makro (Jakarta: Unesa University Press., 2009).
14
Ana Toni Roby Candra Yudha and A. (2018) Prayitno, A., Rahmaning, D., & Maulana,
“Instrumen Moneter Indonesia : Penentuan Arah Kebijakan Serta Pengaruhnya Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi,” Journals of Economics Development Issues ( JEDI ) 1, no. 2 (2018): 1–
11, https://doi.org/10.33005/jedi.v1i2.15.
15
Ana Toni Roby Candra Yudha et al., “Financing Model to Develop Local Commodity Business
of East Java in Maqashid Syariah Perspective,” Test Engineering and Management 83, no. 3590
(2020): 3590–95.
16
Muhammad Abdul Mannan, Ekonomi Islam Teori Dan Praktek Dasar-Dasar Ekonomi Islam
(Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1993).

47
yang defisit (mustahik) menjadi surplus (muzakki). Zakat sendiri
bukanlah suatu kegiatan yang semata-mata untuk tujuan duniawi, seperti
distribusi pendapatan, stabilitas ekonomi dan lainnya, tetapi juga
mempunyai implikasi untuk kehidupan di akhirat. Hal inilah yang
membedakan kebijakan fiskal dalam islam dengan kebijakan islam
dalam sistem ekonomi pasar.17
1. Pengumpulan Zakat
Pendayagunaan hasil pengumpulan zakat dapat dilakukan dalam
dua pola, yaitu pola konsumtif dan pola produktif. Para amil zakat
diharapkan mampu melakukan pembagian porsi hasil pengumpulan
zakat misalnya 60% untuk zakat konsumtif dan 40% untuk zakat
produktif. Program penyaluran hasil pengumpulan zakat secara
konsumtif bisa dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dasar ekonomi
para mujtahid melalui pemberian langsung, maupun melalui lembaga-
lembaga yang mengelola fakir miskin, panti asuhan, maupun tempat-
tempat ibadah yang mendistribusikan zakat kepada masyarakat. 18
Sedangkan program penyaluran hasil pengumpulan zakat secara
produktif dapat dilakukan melalui program bantuan pengusaha lemah,
pendidikan gratis, dalam bentuk beasiswa dan pelayanan kesehatan
gratis.19

2. Pengumpulan Pajak
Dalam syarat Pengumpulan pajak agar dalam pengumpulannya tidak
menimbulkan hambatan atau perlawanan, maka pengumpulan pajak

17
Huda, Ekonomi Makro Islam. Pendekatan Teoritis, Cet: I.
18
Mohammad Luthfillah Habibi and Ana Toni Roby Candra Yudha, “Membangun Integrated
Takaful Dan Wakaf Model Dalam Upaya Meningkatkan Kemanfaatan Pemegang Polis” 1, no.
July (2017): 139–55.
19
M.Arif Mufraini, Akuntansi Dan Manajemen Zakat: Mengkomunikasikan Kesadaran Dan
Membangun Jaringan. (Jakarta: Kencana, 2006).

48
harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a) Pengumpulan pajak harus adil (syarat keadilan) sesuai dengan
tujuan hukum, yakni mencapai keadilan, Undang-Undang dan
pelaksanaan pengumpulan harus adil. Adil dalam perundang-
undangan diantaranya mengenakan pajak secara umum dan merata,
serta disesuaikan dengan kemampuan masing-masing, sedang adil
dalam pelaksanaan yakni dengan memberikan hak bagi wajib pajak
untuk mengajukan keberatan, penundaan dalam pembayaran, dan
mengajukan banding kepada Majelis Pertimbangan Pajak.
b) Pengumpulan pajak harus berdasarkan Undang-Undang (Syarat
Yuridis) Di Indonesia, pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23A
yang menyatakan bahwa pajak dan pengumpulan lain yang bersifat
memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang.
Hal ini memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan,
baik bagi negara maupun warganya.
c) Tidak mengganggu perekonomian (Syarat Ekonomis) pengumpulan
tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi maupun
perdagangan sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian
masyarakat.
d) Pengumpulan pajak harus efisien (Syarat Finansial) Sesuai fungsi
budgetair, biaya pengumpulan pajak harus dapat ditekan sehingga
lebih rendah dari hasil pengumpulannya.
e) Sistem pengumpulan pajak harus sederhana. Sistem pengumpulan
yang sederhana akan memudahkan dan mendorong masyarakat
dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Syarat ini telah
dipenuhi oleh undang-undang perpajakan yang baru.20

20
Mardiasmo., Perpajakan Edisi Revisi Tahun 2016 (Yogyakarta: Penerbit. Andi, 2016).

49
M.ZAKAT, PAJAK, INVESTASI DAN PENGELUARAN
PEMERINTAH DALAM KAITANNYA DENGAN MULTIPLIER
EFEK DALAM PERSPEKTIF ISLAM
Untuk multiplier zakat adalah multiplier zakat adalah tergantung
marginal propensity to consume (MPC) dari zakat yang diterima cz jika
cz >0, maka multiplier zakat positif, hal ini berimplikasi bahwa
peningkatan pengeluaran zakat akan meningkatkan kegiatan ekonomi.
Untuk multiplier pajak yaitu dimana pengurangan pajak akan
meningkatkan pendapatan nasional dan sebaliknya. Untuk multiplier
investasi autonomous, government spending besarannya sama. Dan juga
pendapatan nasional akan mengalami peningkatan jika terjadi
peningkatan investasi domestik swasta dan pengeluaran pemerintah.21

TEORI KONSUMSI, TABUNGAN, DAN INVESTASI


N. TEORI KONSUMSI
Konsumsi merupakan kegiatan menggunakan barang dan jasa
untuk memenuhi kebutuhan hidup. Konsumsi adalah semua
penggunaan barang dan jasa yang dilakukan manusia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Barang dan jasa yang digunakan
dalam proses produksi tidak termasuk konsumsi, karena barang dan
jasa itu tidak digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.
Barang dan jasa dalam proses produksi ini digunakan untuk
memproduksi barang lain.22 Tindakan konsumsi dilakukan setiap hari
oleh siapapun, tujuannya adalah untuk memperoleh kepuasan
setinggi-tingginya dan mencapai tingkat kemakmuran dalam arti
terpenuhi berbagai macam kebutuhan, baik kebutuhan pokok maupun
sekunder, barang mewah maupun kebutuhan jasmani dan kebutuhan
21
Huda, Ekonomi Makro Islam. Pendekatan Teoritis, Cet: I.
22
Michael James, Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga (Jakarta: Ghalia, 2001).

50
rohani. Tingkat konsumsi memberikan gambaran tingkat
kemakmuran seseorang atau masyarakat. Adapun pengertian
kemakmuran disini adalah semakin tinggi tingkat konsumsi seseorang
maka semakin makmur, sebaliknya semakin rendah tingkat konsumsi
seseorang berarti semakin miskin. Konsumsi secara umum diartikan
sebagai penggunaan barang-barang dan jasa yang secara langsung
akan memenuhi kebutuhan manusia.23 Untuk dapat mengonsumsi,
seseorang harus mempunyai pendapatan, besar kecilnya pendapatan
seseorang sangat menentukan tingkat konsumsinya.

O. TEORI KONSUMSI DALAM ISLAM


Dalam ekonomi Islam, konsumsi tidak hanya sekedar
menghabiskan nilai guna dari suatu barang, namun ada suatu nilai
yang menjadi hal yang cukup penting dalam konsumsinya. Islam
memandang bahwa bumi dengan segala isinya merupakan amanah
Allah SWT kepada sang Khalifah agar dipergunakan sebaik-baiknya
bagi kesejahteraan bersama. Dalam satu pemanfaatan yang telah
diberikan kepada khalifah adalah kegiatan ekonomi (umum) dan lebih
sempit lagi kegiatan konsumsi (khusus). Islam mengajarkan kepada
khalifah untuk memakai dasar yang benar agar mendapatkan
keridhaan dari Allah Sang Pencipta.24

ۚ ‫ٰيبَنِ ْٓي ٰا َد َم ُخ ُذوْ ا ز ْينَتَ ُك ْم ِع ْن َد ُك ِّل َم ْس ِج ٍد َّو ُكلُوْ ا َوا ْش َربُوْ ا َواَل تُس‬
ِ ‫ْرفُوْ ا اِنَّهٗ اَل يُ ِحبُّ ْال ُمس‬
َ‫ْرفِ ْين‬ ِ ِ

Artinya: “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap


(memasuki) mesjid, Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-
lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berlebih-lebihan.”(QS. Al A’raf : 31)

23
Todaro, Ekonomi Dalam Pandangan Modern. Terj. (Jakarta: Bina Aksara, 2002).
24
Muhammad, Ekonomi Mikro (Dalam Persfektif Islam). (Yogyakarta: BPFE, 2005).

51
Kebutuhan konsumen, yang kini dan yang telah
diperhitungkan sebelumnya, merupakan insentif pokok bagi kegiatan-
kegiatan ekonominya sendiri. Mereka mungkin tidak hanya
menyerap pendapatannya, tetapi juga memberi insentif untuk
meningkatkannya. Hal ini berarti bahwa pembicaraan mengenai
konsumsi adalah penting. dan hanya para ahli ekonomi yang
mempertunjukkan kemampuannya untuk memahami dan menjelaskan
prinsip produksi maupun konsumsi, mereka dapat dianggap kompeten
untuk mengembangkan hukum-hukum nilai dan distribusi atau
hampir setiap cabang lain dari subyek tersebut. Menurut Muhammad
perbedaan antara ilmu ekonomi modern dan ekonomi Islam dalam hal
konsumsi terletak pada cara pendekatannya dalam memenuhi
kebutuhan seseorang. Islam tidak mengakui kegemaran materialistis
semata-mata dari pola konsumsi modern.25

Dalam Al-Qur’an Allah SWT mengutuk dan membatalkan


argumen yang dikemukakan oleh orang kaya yang kikir karena
ketidaksediaan mereka memberikan bagian atau miliknya ini.26 Selain
itu, perbuatan untuk memanfaatkan atau mengonsumsi barang-
barang yang baik itu sendiri dianggap sebagai kebaikan dalam Islam.
Sebab kenikmatan yang dicipta Allah untuk manusia adalah ketaatan
kepadanya yang berfirman kepada nenek moyang manusia, yaitu
Adam dan Hawa, sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an

‫ت ال َّشي ْٰط ۗ ِن اِنَّهٗ لَ ُك ْم َعد ٌُّو ُّمبِي ٌْن‬


ِ ‫ض َح ٰلاًل طَيِّبًا ۖ َّواَل تَتَّبِعُوْ ا ُخطُ ٰو‬ ٓ
ِ ْ‫ٰياَيُّهَا النَّاسُ ُكلُوْ ا ِم َّما فِى ااْل َر‬

25
M.A Mannan, Teori Dan Prakrtek Ekonomi Islam (Edisi Terjemahan). Dana Bhakti Wakaf.
(Yogyakarta, 1997).
26
Monzer Kahf, Ekonomi Islam (Telaah Analitik Terhadap Fungsi Sistem Ekonomi Islam),
Pustaka Pelajar. (Yogyakarta, 1995).

52
Artinya: “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari
apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-
langkah syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang
nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah : 168)

Etika ilmu ekonomi Islam berusaha untuk mengurangi kebutuhan


material yang luar biasa saat ini, untuk mengurangi energi manusia
dalam mengejar cita-cita spiritualnya. Perkembangan batiniah yang
bukan perluasan lahiriah, telah dijadikan cita-cita tertinggi manusia
dalam hidup. Tetapi semangat modern dunia barat, sekalipun tidak
merendahkan nilai kebutuhan akan kesempurnaan batin, namun
rupanya telah mengalihkan tekanan kearah perbaikan kondisi-kondisi
kehidupan material. Dalam ekonomi Islam konsumsi dikendalikan
oleh lima prinsip dasar yaitu:

1. Prinsip Keadilan

Syarat ini mengandung arti ganda yang penting mengenai mencari


rezeki secara halal dan tidak dilarang hukum. Dalam soal makanan
dan minuman, yang terlarang adalah darah, daging binatang yang
telah mati sendiri, daging babi, daging binatang yang ketika
disembelih disebutkan nama selain Allah.

‫©اغ َّواَل‬
ٍ ©َ‫©ر ب‬ ْ ‫©ر هّٰللا ِ ۚ فَ َم ِن‬
َ ©‫اض©طُ َّر َغ ْي‬ ِ ©‫اِنَّ َما َح َّر َم َعلَ ْي ُك ُم ْال َم ْيتَةَ َوال َّد َم َولَحْ َم ْال ِخ ْن ِزي ِْر َو َمٓا اُ ِه َّل بِ© ٖ©ه لِ َغ ْي‬
‫هّٰللا‬
‫َّح ْي ٌم‬ِ ‫عَا ٍد فَٓاَل اِ ْث َم َعلَ ْي ِه ۗ اِ َّن َ َغفُوْ ٌر ر‬

Artinya: “Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu


bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih)
disebut (nama) selain Allah. tetapi Barang siapa dalam Keadaan
terpaksa (memakannya) sedang Dia tidak menginginkannya dan tidak
(pula) melampaui batas, Maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya

53
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah :
173)

2. Prinsip Kebersihan

Syariat yang kedua ini tercantum dalam kitab suci Al-Qur’an


maupun Sunnah tentang makanan. Harus baik atau cocok untuk
dimakan, tidak kotor ataupun menjijikkan sehingga merusak selera.
Karena itu, tidak semua yang diperkenankan boleh dimakan dan
diminum dalam semua keadaan. Dari semua yang diperbolehkan
makan dan minumlah yang bersih dan bermanfaat.

3. Prinsip Kesederhanaan

Prinsip ini mengatur perilaku manusia mengenai makanan dan


minuman adalah sikap tidak berlebih-lebihan, yang berarti janganlah
makan secara berlebih. Kenyataan bahwa kurang makan dapat
mempengaruhi pembangunan jiwa dan tubuh, demikian pula bila
perut diisi secara berlebih-lebihan tentu akan ada pengaruhnya pada
perut dan kesehatan.

4. Prinsip Kemurahan Hati

Dengan menaati perintah Islam tidak ada bahaya maupun dosa


ketika kita memakan dan meminum makanan halal yang disediakan
Tuhan karena kemurahan hatinya. Selama maksudnya adalah untuk
kelangsungan hidup dan kesehatan yang lebih baik dengan tujuan
menunaikan perintah Tuhan dengan keimanan yang kuat dalam
tuntutannya, dan perbuatan adil sesuai dengan itu, yang menjamin
persesuaian bagi semua perintah-Nya.

5. Prinsip Moralitas

54
Bukan hanya mengenai makanan dan minuman langsung tetapi
dengan tujuan terakhirnya, yakni untuk peningkatan atau kemajuan
nilai-nilai moral dan spiritual. Seseorang muslim diajarkan untuk
menyebut nama Allah sebelum makan dan menyatakan terima kasih
kepadanya setelah makan. Dengan demikian ia akan merasakan
kehadiran Ilahi pada waktu memenuhi keinginan-keinginan fisiknya.
Hal ini penting artinya karena Islam menghendaki perpaduan nilai-
nilai hidup material dan spiritual yang berbahagia.

Islam mengatur bagaimana manusia dapat melakukan kegiatan-


kegiatan konsumsi yang membawa manusia berguna bagi
kemaslahatan hidupnya. Seluruh peraturan Islam mengenai aktivitas
konsumsi terdapat dalam al Qur’an dan as-Sunnah. Perilaku konsumsi
yang sesuai dengan ketentuan al Qur’an dan as-Sunnah ini akan
membawa pelakunya mencapai keberkahan dan kesejahteraan
hidupnya. Barang-barang kebutuhan dasar termasuk untuk keperluan
hidup dan kenyamanan dapat didefinisikan sebagai barang dan jasa
yang mampu memenuhi suatu kebutuhan atau mengurangi kesulitan
hidup sehingga memberikan perbedaan yang riil dalam kehidupan
konsumen. Barang-barang mewah sendiri dapat didefinisikan sebagai
semua barang dan jasa yang diinginkan baik untuk kebanggaan diri
maupun untuk sesuatu yang sebenarnya tidak memberikan perubahan
berarti bagi kehidupan konsumen.27 Norma konsumsi Islami mungkin
dapat membantu memberikan orientasi preferensi individual yang
menentang konsumsi barang-barang mewah dan bersama dengan
jaring pengaman sosial, zakat, serta pengeluaran-pengeluaran untuk
amal mempengaruhi alokasi dari sumber daya yang dapat

Eko Suprayitno, Ekonomi Islam (Pendekatan Ekonomi Makro Islam Dan Konvensional
27

(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005).

55
meningkatkan tingkat konsumsi pada komponen barang kebutuhan
dasar. Produsen kemudian mungkin akan merespons permintaan ini
sehingga volume investasi yang lebih besar dialihkan kepada
produksi barang-barang yang terkait kebutuhan dasar.

P. TEORI TABUNGAN (INVESTASI) DALAM ISLAM


Investasi berasal dari bahasa Inggris investment dari kata dasar
invest yang berarti menanam, atau istathmara dalam bahasa Arab,
yang berarti menjadikan berbuah, berkembang dan bertambah
jumlahnya. Secara istilah, investasi adalah barang tidak bergerak atau
barang milik perseorangan atau perusahaan yang dimiliki dengan
harapan untuk mendapatkan pendapatan periodik atau keuntungan
atas penjualan dan pada umumnya dikuasai untuk periode yang relatif
panjang. Investasi dapat diartikan sebagai penanaman modal dalam
suatu kegiatan yang memiliki jangka waktu relatif panjang dalam
berbagai bidang usaha atau proyek yang membutuhkan dana dengan
tujuan memperoleh keuntungan. Investasi menurut Islam adalah
penanaman dana atau penyertaan modal untuk suatu bidang usaha
tertentu yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan prinsip-
prinsip syariah, baik objeknya maupun prosesnya.

Q. KORELASI KONSUMSI DAN TABUNGAN


Fungsi konsumsi dan fungsi tabungan sama-sama berkaitan. Bila
dikaitkan dengan pendapatan, konsumsi adalah bagian pendapatan
yang dibelanjakan untuk kebutuhan konsumsi. Sedangkan tabungan
dalam pendapatan adalah bagian pendapatan yang disimpan atau tidak
dibelanjakan. Sehingga besar pendapatan sama dengan besar
konsumsi ditambah besar tabungan. Dalam buku Teori Ekonomi dan

56
Penerapannya di Asia (1981) karya Dr Mubyarto, setiap pertambahan
pendapatan akan menyebabkan pertambahan konsumsi dan
pertambahan tabungan. Perhitungan tersebut dapat ditulis dengan
rumus:

Y=C+S

Keterangan: Y = pendapatan C = konsumsi S = tabungan

Hubungan antara besarnya konsumsi dan pendapatan disebut


sebagai fungsi konsumsi. Fungsi konsumsi adalah fungsi yang
menunjukkan hubungan besarnya konsumsi dengan pendapatan.
Sedangkan hubungan antara besarnya tabungan dan pendapatan
disebut sebagai fungsi tabungan. Fungsi tabungan menunjukkan
hubungan besarnya tabungan dengan pendapatan. Tinggi rendahnya
pendapatan menjadi faktor penting yang memengaruhi besar kecilnya
konsumsi dan tabungan. Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi
fungsi konsumsi dan fungsi tabungan, di antaranya perekonomian,
suku bunga, kekayaan yang dimiliki, budaya berhemat, distribusi
pendapatan, dan dana pensiun.

R. KORELASI INVESTASI DENGAN PENDAPATAN NASIONAL


Investasi bukan semata-mata mencari keuntungan untuk pribadi.
Bahkan ternyata investasi juga dapat berpengaruh besar terhadap
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Salah satu alasannya
karena investasi merupakan salah satu komponen dari pendapatan
nasional yang dikenal dengan Produk Domestik Bruto (PDB) atau
Gross Domestic Product (GDP). PDB dan investasi memiliki korelasi
positif, apabila investasi naik, maka pendapatan nasional juga ikut
naik. Dan berlaku sebaliknya, jika investasi turun, maka pendapatan

57
nasional juga turun. Begitulah dampak yang terjadi antara keduanya.
Dalam meningkatkan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi,
dibutuhkan peran strategis yaitu berupa pembentukan modal.
Pembentukan stok modal inilah yang bersumber dari kegiatan
investasi atau pendanaan di sejumlah pasar keuangan. Modal yang
ditanam oleh para investor (baik perusahaan maupun individu) akan
sangat membantu perekonomian dalam menambah stok modal yang
dibutuhkan. Modal-modal tersebut ditujukan untuk proses produksi,
sehingga akan menghasilkan barang dan jasa yang tentunya dapat
digunakan oleh seluruh masyarakat dimasa mendatang. Walaupun
begitu, investasi bukanlah tolok ukur kondisi perekonomian. Sebab,
sebenarnya banyak faktor yang mempengaruhinya selain dari
investasi. Dalam hal ini, investasi hanya sebagai salah satu alasan
bagi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi Indonesia yang lebih
baik dan lebih maju.

TEORI PERTUMBUHAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI


S. PENGERTIAN PERTUMBUHAN DAN PEMBANGUNAN
EKONOMI
1. Pertumbuhan Ekonomi
Tingkat kesejahteraan pada suatu negara ditinjau dari pertumbuhan
ekonomi. Pertumbuhan ekonomi ialah proses kenaikan output per
kapita dalam jangka panjang.28 Dikatakan pertumbuhan ekonomi
apabila terjadi kenaikan output per kapita yang berasal dari proses
intern kegiatan ekonomi tersebut. Pertumbuhan ekonomi harus bersifat

28
Lesta Karolina B Sembanyang, “Analisis Keterkaitan Ketersediaan Infrastruktur Dengan
Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia: Pendekatan Analisis Granger Causality,” Jejak 4, no. 1
(2011).

58
menciptakan kekuatan yang berkelanjutan bagi periode-periode
berikutnya.
a. Parkin & Bede
Menurut Parkin & Bede definisi pertumbuhan ekonomi yaitu laju
perubahan GNP riil dari satu tahun ke tahun selanjutnya.
b. Mankiw
Untuk mengukur pertumbuhan ekonomi, ekonom menggunakan
data produk domestik bruto, yang mengukur pendapatan total
setiap orang dalam perekonomian.
c. Samuelson dan Nordhaus
Pertumbuhan ekonomi ialah kenaikan total output suatu negara
dari masa ke masa, yang diukur sebagai tingkat tahunan.
Islam memandang pertumbuhan ekonomi sebagai perkembangan
berkelanjutan dari pengalokasian faktor produksi yang tepat yang
sanggup berperan bagi kesejahteraan manusia. Apabila suatu kenaikan
yang disebabkan oleh faktor produksi yang membawa efek negatif dan
membahayakan manusia maka tidak bisa disebut sebagai pertumbuhan
ekonomi. Pertumbuhan ekonomi menurut islam tidak hanya
permasalahan ekonomi kehidupan manusia saja, akan tetapi mencakup
faktor hukum, sosial, politik, dan budaya yang bertujuan untuk
mengedepankan azas-azas keadilan sosial, kesamaan, Hak Asasi
Manusia (HAM) dan martabat manusia. 29 Dengan demikian,
pertumbuhan ekonomi menurut islam bertujuan tidak hanya untuk
meraih kesejahteraan dunia, tapi juga kesejahteraan akhirat.

2. Pembangunan Ekonomi

Rizal Muttaqin, “Pertumbuhan Ekonomi Dalam Perspektif Islam,” Jurnal Ekonomi Syariah Dan
29

Bisnis 1, no. 1 (2018).

59
Pertumbuhan dan pembangunan ekonomi merupakan
permasalahan ekonomi jangka panjang. Banyak orang yang salah
mengartikan kedua istilah tersebut meskipun sama-sama ingin mencapai
perkembangan ekonomi namun esensinya memiliki makna yang
berbeda.
Pembangunan ekonomi ialah proses yang menimbulkan
peningkatan pendapatan per kapita penduduk. Istilah pembangunan
ekonomi sering dihubungkan dengan perkembangan ekonomi.
Pembangunan ekonomi bukan hanya terfokus pada peningkatan
pendapatan nasional riil, namun juga modernisasi aktivitas ekonomi,
misalnya percepatan pertumbuhan ekonomi, pengentasan kemiskinan,
dan pemerataan pendapatan. Ekonomi islam sendiri berpendapat bahwa
pertumbuhan ekonomi merupakan bagian dari pembangunan ekonomi.

T. RUANG LINGKUP
Dalam perekonomian makro, terdapat lima pihak yang melakukan
kegiatan ekonomi, antara lain:30
1. Rumah tangga (household)
Kegiatan-kegiatan dalam kelompok rumah tangga antara lain:
a. Menerima output dari produsen karena penjualan tenaga kerja
yang berupa upah, deviden, dan sewa tanah. Dalam ekonomi islam
perlu mempehatikan terkait kehalalan jenis pekerjaan yang dijual.
b. Menerima penghasilan dari lembaga keuangan yang berbentuk
bunga atas simpanan mereka. Dalam ekonomi islam keuntungan
yang halal diperoleh melalui bagi hasil (profit sharing)
c. Membelanjakan penghasilan dipasar barang dan jasa. Dalam
ekonomi islam perlu memperhatikan kehalalan barang dan jasa
yang akan dibeli.
30
Syahbudi, Ekonomi Makro Perspektif Islam.

60
d. Menyisihkan sisa dari penghasilan untuk ditabung di lembaga
keuangan. Dalam ekonomi islam mengajak umat muslim agar
menyisihkan sebagian penghasilan untuk zakat, infaq, dan sedekah
(ZIS).
2. Produsen (firm)
Kegiatan-kegiatan dalam kelompok produsen antara lain:
a. Memproduksi dan menjual barang dan jasa dipasar. Dalam
ekonomi islam kehalalan barang dan jasa yang diproduksi harus
diperhatikan.
b. Membeli/menyewa faktor-faktor produksi yang dimiliki kelompok
rumah tangga untuk kegiatan produksi.
c. Menentukan pembelian stok barang (selaku investor masuk dalam
pasar barang sebagai peminta atau demander)
d. Mengajukan kredit dari lembaga keuangan untuk membiayai
investasi (selaku demander dipasar uang). Dalam ekonomi islam
untuk membiayai investasi bisa mengajukan pembiayaan sesuai
syariah dan sistem bagi hasil.
e. Membayar pajak. Dalam ekonomi islam perusahaan diwajibkan
membayar pajak juga dapat dikenakan pembayaran zakat
perusahaan.
3. Pemerintah
Kegiatan-kegiatan dalam kelompok pemerintah antara lain:
a. Memungut pajak langsung dan tidak langsung
b. Melakukan belanja negara untuk menyuplai barang-barang
kebutuhan pemerintah
c. Meminjam uang dari luar negeri. Dalam ekonomi islam pinjaman
dilakukan melalui pembiayaan syariah dan terhindar dari riba.

61
d. Mengajukan kredit dari lembaga keuangan untuk mendanai
investasi (selaku demander pasar uang)
e. Merekrut tenaga kerja
f. Memasok kebutuhan uang (kartal) bagi masyarakat
4. Lembaga-lembaga keuangan
Kegiatan-kegiatan dalam kelompok lembaga-lembaga keuangan
antara lain:
a. Menerima simpanan dari rumah tangga
b. Memberikan kredit dan uang giral. Dalam ekonomi islam
pemberian kredit dilakukan melalui pembiayaan syariah dan tanpa
bunga.
5. Negara-negara lain
Kegiatan-kegiatan dalam kelompok negara-negara lain antara lain:
a. Menyuplai kebutuhan barang impor. Dalam ekonomi islam barang
yang diimpor harus memperhatikan kehalalannya.
b. Membeli hasil ekspor
c. Memberikan kredit untuk pemerintah dan swasta dalam negeri.
Dalam ekonomi islam pemberian kredit dilakukan melalui
pembiayaan syariah dan tanpa bunga.
d. Penyalur devisa dari luar negeri dan sebagai peminta kredit serta
uang kartal rupiah.

U. FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN PERTUMBUHAN


DAN PEMBANGUNAN EKONOMI
Pertumbuhan ekonomi dalam islam, bukan hanya menyangkut
peningkatan terhadap barang dan jasa, tetapi juga menyangkut nilai
moralitas dan akhlak serta keseimbangan tujuan dunia dan akhirat.

62
Menurut Ahmad terdapat tiga faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi, yakni:31
1. Sumber daya yang dapat dikelola (investable resources)
Investable resources adalah segala sumber daya yang dapat dipakai
untuk menggerakkan roda perekonomian. Sumber daya yang
dimaksud diantaranya sumber daya alam, sumber daya manusia, dan
modal. Islam berupaya sumber daya alam yang tersedia dapat
dioptimalkan sepenuhnya agar bisa menghasilkan output produksi
sebanyak-banyaknya dan sebaik-baiknya.
2. Sumber daya manusia dan kewirausahaan (human resources and
entrepreneurship)
Dalam kegiatan ekonomi peran manusia bisa dikatakan paling aktif
dalam pertumbuhan ekonomi. Demi mencapai sasaran pertumbuhan
ekonomi diperlukan adanya efisiensi dalam tenaga kerja. Efisiensi
tersebut meliputi kualitas profesional dan kualitas moral.
3. Teknologi (technology)
Keberadaan teknologi dipercaya mampu meningkatkan
pertumbuhan ekonomi.

Menurut Okun dan Richardson terdapat tiga aspek pokok terkait


pembangunan ekonomi, diantaranya:32
1. Pembangunan ekonomi diukur melalui peningkatan pendapatan
nasional riil dalam kurun waktu lama.
2. Peningkatan pendapatan riil per kapita dalam kurun waktu lama.
3. Terdapat kemungkinan lain untuk mengartikan perkembangan
ekonomi dari titik kesejahteraan ekonomi

31
Almizan, “Pembangunan Ekonomi Dalam Perspektif Islam,” Maqdis: Jurnal Kajian Ekonomi
Islam 1, no. 2 (2016).
32
Huda dkk, Ekonomi Pembangunan Islam.

63
Sedangkan, menurut Huda terdapat empat aspek yang dapat diukur
untuk mengukur tingkat kesejahteraan ekonomi dengan jelas dan riil,
seperti:33
1. Pendapatan nasional harus mencerminkan distribusi pendapatan
setiap rumah tangga
2. Pendapatan nasional harus mencerminkan produksi disektor
pedesaan
3. Pendapatan nasional harus mencerminkan kesejahteraan ekonomi
islam
4. Perhitungan pendapatan nasional sebagai bentuk dari
kesejahteraan sosial islami lewat perkiraan nilai santunan antar-
saudara dan sedekah

V. PERTUMBUHAN EKONOMI DAN HUBUNGANNYA DENGAN


KEMAKMURAN NEGARA
Pada ekonomi makro, penyebaran dari kenaikan pendapatan dari
pertumbuhan ekonomi akan berdampak pada pembangunan manusia dan
perumbuhan ekonomi yang pemanfaatannya ditujukan ke masyarakat
miskin akan membawa manfaat lebih luas pada pembangunan manusia.
Peningkatan pendapatan masyarakat disertai peningkatan pendapatan
yang terjadi, akan membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan
yang lebih baik.menurut data UNDP pertumbuhan ekonomi di Indonesia
sampai tahun 1990an ditentukan berdasarkan pertumbuhan Produk
domestik Bruto (PDB). Dengan bertumbuhnya PDB berarti akan
mendorong masyarakat memperoleh fasilitas kesehatan dan pendidikan
yang lebih layak.

33
Huda dkk.

64
PERMINTAAN DAN PENAWARAN AGREGAT
W.PERMINTAAN AGREGAT
Permintaan agregatif adalah seluruh permintaan terhadap barang
dan jasa yang terjadi dalam suatu perekonomian, baik yang berasal dari
dalam negeri maupun yang berasal dari luar negeri. Permintaan agregat
adalah jumlah permintaan barang dan jasa dalam perekonomian pada
tingkat harga tertentu. Dalam ekonomi terbuka, itu terdiri dari
permintaan dari empat sektor ekonomi makro: rumah tangga, bisnis,
pemerintah, dan sektor eksternal.
Banyak faktor yang mempengaruhi besarnya permintaan agregat,
diantaranya tingkat harga secara umum, jumlah uang yang beredar
nominal, jumlah obligasi pemerintah, defisit tertimbang dan
pemanfaatan tenaga kerja secara penuh dan lain-lain.Untuk memahami
permintaan agregat, mari kita gambarkan komponennya. Kita
menghitung permintaan agregat dengan menjumlahkan permintaan dari
empat sektor ekonomi makro (rumah tangga, bisnis, pemerintah, dan
eksternal):

Permintaan agregat = Konsumsi + Investasi + Pengeluaran


pemerintah + Ekspor bersih

Konsumsi mewakili pengeluaran rumah tangga untuk barang dan


jasa. Penentu utama dari komponen ini adalah pendapatan disposabel
(disposable income), kadang-kadang juga disebut pendapatan setelah
pajak atau pendapatan sekali pakai. Pengeluaran sekali pakai yang lebih
tinggi meningkatkan konsumsi dan tabungan. Berapa banyak yang
ditabung dan dikonsumsi rumah tangga dari tambahan uang yang mereka
terima, itu tergantung pada kebiasaan rumah tangga. Kita mengukur

65
kebiasaan ini melalui indikator kecenderungan mengonsumsi marginal
(marginal propensity to consume) dan kecenderungan menabung
marginal (marginal propensity to save).
Selanjutnya pengeluaran investasi adalah pembelian barang dan
jasa oleh bisnis. Pembelian biasanya untuk modal fisik, yang sangat
penting untuk kapasitas produksi mereka. Keputusan investasi terutama
tergantung pada keuntungan yang diharapkan dan biaya pendanaan.
Ekonom menggunakan PDB riil sebagai proksi untuk menjelaskan
keuntungan yang diharapkan. Pengembalian investasi baru yang
diharapkan tinggi ketika PDB riil berekspansi. Dan sebaliknya, ketika
PDB riil turun (kontraksi), investasi semacam itu cenderung tidak
menguntungkan. Alasannya adalah bahwa, selama kontraksi, permintaan
barang dan jasa lemah. Oleh karena itu, tidak mungkin perusahaan dapat
menjual output tambahan yang dihasilkan dari investasi modal baru.
Kemudian pengeluaran pemerintah dianggap sebagai variabel
eksogen. Itu karena variabel ekonomi seperti pertumbuhan ekonomi, nilai
tukar mata uang, dan suku bunga; tidak mempengaruhi keputusan
pengeluaran, dan yang terakhir yakni ekspor neto sama dengan ekspor
dikurangi impor. Ekspor adalah permintaan asing untuk output dalam
negeri. Impor mewakili permintaan domestik untuk output orang asing.
Komponen ini ditentukan oleh pendapatan dan harga relatif antara
ekonomi domestik dan dunia. Secara agregat, pertumbuhan PDB riil
mewakili pendapatan suatu negara, dan tingkat inflasi mencerminkan
harga umum suatu negara. Juga, karena perdagangan internasional
melibatkan mata uang yang berbeda, nilai tukar mempengaruhi tingkat
harga. Oleh karena itu, dalam menilai permintaan agregat, para ekonom
menggunakan nilai tukar riil daripada nilai tukar nominal.

66
Meningkatnya PDB riil domestik mendorong permintaan akan
barang-barang impor, mengurangi ekspor neto dan sebaliknya. Sementara
itu, penurunan harga barang-barang domestik mungkin karena depresiasi
mata uang membuat barang-barang ini lebih murah bagi orang asing,
sehingga meningkatkan ekspor neto.
Permintaan agregat adalah konsep kunci dalam ekonomi
Keynesian. Dalam konsep ini, pemerintah harus berusaha untuk
merangsang permintaan agregat untuk memastikan lapangan pekerjaan
penuh (full employment). Meningkatkan permintaan agregat adalah
kondisi yang diperlukan untuk peningkatan output agregat. Namun,
peningkatan permintaan agregat bukanlah kondisi yang memadai, kecuali
suatu perekonomian memiliki kapasitas cadangan untuk menghasilkan
barang dan jasa yang diminta. Singkatnya, meningkatkan permintaan
agregat tidak dapat mendorong output agregat ketika kapasitas produktif
ekonomi digunakan sepenuhnya. Setiap peningkatan permintaan agregat
yang melebihi output agregat hanya akan meningkatkan impor. Dan, jika
persediaan tambahan untuk barang tidak tersedia sama sekali, tekanan
inflasi muncul.
Kurva permintaan agregat dan determinannya

Kurva permintaan agregat secara grafis mewakili AD. Kurva


memiliki kemiringan ke bawah, yang berarti bahwa kuantitas yang
diminta berkurang ketika tingkat harga meningkat. Pergerakan di

67
sepanjang kurva terjadi karena perubahan tingkat harga. Sementara itu,
perubahan faktor-faktor selain tingkat harga menggeser kurva permintaan
agregat. Pergeseran ke kanan berarti peningkatan permintaan agregat,
sementara pergeseran ke kiri menunjukkan penurunan. Berikut ini adalah
faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan agregat dan kurva nya:
1. Ekspektasi konsumen akan pendapatan masa depan
Ketika konsumen percaya penghasilan di masa depan akan
meningkat, mereka cenderung menabung lebih sedikit dan meningkatkan
konsumsi saat ini. Harapan ini biasanya karena stabilitas pekerjaan dan
kemungkinan kenaikan upah. Situasi ini biasanya terjadi ketika ekonomi
sedang berekspansi. Peningkatan konsumsi saat ini memacu AD dan
menggeser kurva ke kanan.
2. Kekayaan konsumen
Selain pendapatan, perubahan dalam pengeluaran saat ini juga
dapat dikaitkan dengan perubahan dalam kekayaan konsumen. Kekayaan
dapat mengambil bentuk aset keuangan seperti saham, obligasi,
reksadana, dan aset riil seperti properti dan tanah. Jika nilai aset ini naik,
konsumen cenderung meningkatkan pengeluaran mereka saat ini dan
menabung lebih sedikit, menggeser kurva ke kanan. Perlu diingat
bahwa kekayaan konsumen juga tergantung pada kewajiban mereka,
seperti angsuran hipotek.
3. Ekspektasi bisnis
Bisnis menunda investasi modal jika mereka kurang optimis
tentang pertumbuhan dan profitabilitas di masa depan. Biasanya, itu
terjadi selama resesi. Dalam situasi ini, prospek permintaan barang
lambat, sehingga melemahkan prospek penjualan dan keuntungan
mereka.Tetapi ketika ekonomi berekspansi, bisnis lebih percaya diri
tentang prospek penjualan mereka. Permintaan yang kuat meyakinkan

68
mereka untuk mendapatkan keuntungan yang lebih baik dan untuk
meningkatkan kapasitas produksi. Mereka kemudian memesan modal
fisik untuk meningkatkan produksi.
4. Pemanfaatan kapasitas
Pemanfaatan kapasitas mengukur bagaimana kapasitas produksi
digunakan sepenuhnya. Ketika perusahaan berproduksi pada atau
mendekati kapasitas penuh, mereka perlu memperluas produksi. Untuk
alasan ini, mereka akan berinvestasi dalam modal fisik baru. Peningkatan
investasi menggeser kurva ke kanan. Sebaliknya, kelebihan kapasitas
membuat perusahaan memiliki sedikit insentif untuk berinvestasi di
properti, pabrik, atau peralatan baru. Mereka mengakui akan lebih
menguntungkan untuk mengoptimalkan kapasitas produksi saat ini
5. Kebijakan moneter seperti suku bunga dan operasi pasar terbuka
Bank sentral memiliki beberapa instrumen untuk mempengaruhi
perekonomian, termasuk suku bunga kebijakan, operasi pasar, dan
persyaratan cadangan. Untuk meningkatkan permintaan agregat, bank
sentral akan melonggarkan kebijakan moneter (kebijakan moneter
ekspansif), yang akan mengarah pada peningkatan jumlah uang beredar
dalam perekonomian, membuat bank komersial memiliki lebih banyak
dana untuk dipinjamkan. Peningkatan jumlah uang beredar mendorong
turunnya suku bunga dalam perekonomian. Suku bunga yang lebih
rendah mengurangi biaya investasi, mengarahkan bisnis untuk membeli
barang modal. Di sisi lain, suku bunga yang lebih rendah dan
ketersediaan kredit yang lebih besar juga mendorong pengeluaran
konsumen untuk barang yang dibeli secara kredit, seperti barang tahan
lama. Akibatnya, konsumsi dan investasi yang lebih tinggi menggeser
kurva ke kanan.
6. Kebijakan fiskal seperti pengeluaran pemerintah dan pajak.

69
Pemerintah dapat mempengaruhi permintaan agregat dengan
mengubah pengeluaran pemerintah dan pajak. Ini adalah kebijakan
ekspansif jika pemerintah meningkatkan pengeluarannya atau memotong
pajak. Sebaliknya, mengurangi pengeluaran atau menaikkan pajak adalah
kebijakan kontraktif. Kebijakan fiskal ekspansif akan meningkatkan AD,
sementara kontraktif akan mengarah pada AD yang lebih rendah. Mari
kita asumsikan pemerintah memotong tarif pajak. Tarif pajak yang
rendah membuat konsumen membayar lebih sedikit untuk pajak dan
memiliki lebih banyak uang untuk dibelanjakan untuk barang dan jasa.
Akibatnya, pengeluaran konsumen yang lebih tinggi berkontribusi untuk
menggeser kurva ke kanan.
7. Kurs
Depresiasi mata uang domestik membuat barang-barang domestik
lebih murah bagi orang asing, sehingga meningkatkan permintaan
mereka. Ini memacu ekspor. Di sisi lain, depresiasi juga membuat harga
barang impor lebih mahal bagi pembeli domestik. Ini harus mengurangi
impor. Akibatnya, ekspor neto cenderung meningkat. Efek sebaliknya
akan terjadi ketika mata uang menguat. Barang domestik akan lebih
mahal bagi orang asing, dan barang impor akan lebih murah bagi
konsumen domestik.
8. Pertumbuhan ekonomi global
Pertumbuhan ekonomi global yang kuat mendorong lebih banyak
permintaan barang dan jasa domestik. Ini meningkatkan ekspor dan AD.
Sebaliknya, ketika ekonomi global melemah, ekspor cenderung tertekan.

X. PENAWARAN AGREGAT
Penawaran agregat adalah (aggregate supply) adalah jumlah
seluruh barang akhir dan jasa-jasa di dalam perekonomian yang dijual
atau ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan (firms) pada berbagai

70
tingkat harga. Dengan perkataan lain, dapat dikatakan bahwa penawaran
agregat itu pada dasarnya merupakan nilai total dari seluruh barang akhir
dan jasa yang dihasilkan di dalam perekonomian. Penawaran agregat
adalah total produksi barang dan jasa dalam sebuah perekonomian.
Dalam ekonomi makro, penawaran agregat akan berperilaku berbeda
dalam sangat jangka pendek (very short-run), jangka pendek (short-run),
dan jangka panjang (long-run), sebagaimana tercermin dalam elastisitas
kurva.

Kurva penawaran agregat adalah representasi grafis dari hubungan


antara tingkat harga dan total output barang dan jasa dalam
perekonomian, menjaga faktor-faktor lain tetap konstan. Dalam bidang
ekonomi, para ekonom menggunakan PDB riil untuk mewakili total
output dalam perekonomian. Dalam periode yang sangat singkat (very
short-run), kurva adalah garis horizontal (sangat elastis), artinya
perusahaan akan menyesuaikan output tanpa mengubah harga. Mereka
hanya menyesuaikan jam kerja dan intensitas fasilitas produksi mereka
dalam menanggapi perubahan permintaan.

Dalam jangka pendek, beberapa faktor produksi tetap ada,


biasanya modal. Kurva penawaran agregat jangka pendek (short-run
aggregate supply atau SRAS) memiliki kemiringan ke atas, yang berarti
bahwa harga yang lebih tinggi akan mendorong lebih banyak pasokan.
Dalam jangka panjang, semua biaya input bervariasi. Kurva penawaran
agregat jangka panjang (long-run aggregate supply atau LRAS) adalah
inelastis sempurna, yang berarti bahwa tingkat harga tidak
mempengaruhi pasokan agregat. Tingkat harga yang lebih tinggi tidak
mengubah kuantitas yang disediakan. Pada tingkat ini, para ekonom
mengatakan perekonomian berada pada lapangan kerja penuh (pada

71
potensi output, PDB potensial, atau kapasitas produksi potensial) .
LRAS mencerminkan ekonomi menggunakan semua sumber dayanya.
Ketika LRAS bergeser (baik ke kanan atau ke kiri), itu tidak
menciptakan tekanan inflasi.

Dalam jangka pendek, perubahan tingkat harga menyebabkan


penawaran agregat bergerak (tidak menggeser) kurva SRAS. Kurva akan
bergeser hanya ketika biaya produksi dan kapasitas produktif ekonomi
berubah.Berikut ini adalah faktor-faktor rinci yang menggeser kurva
SRAS:

1. Harga input. Harga input yang lebih tinggi (seperti bahan baku dan
energi) meningkatkan biaya produksi, menggeser kurva SRAS ke kiri.
Sebaliknya, kurva SRAS akan bergeser ke kanan karena penurunan
harga input.

2. Upah nominal. Seperti harga input, perubahan upah nominal akan


menggeser kurva SRAS. Upah nominal yang lebih tinggi
meningkatkan biaya produksi dan menggeser kurva SRAS ke kiri.
Sebaliknya, upah nominal yang lebih rendah menggeser kurva SRAS
ke kanan.

3. Ekspektasi harga output dimasa depan. Ketika harga dimasa depan


naik, produsen akan meningkatkan pasokan untuk mengantisipasi
margin laba yang lebih tinggi dimasa depan. Akibatnya, kurva SRAS
bergeser ke kanan. Namun, jika harga output turun, produsen
memangkas produksi dan dengan demikian bergeser ke kiri.

72
4. Pajak bisnis. Kurva SRAS bergeser ke kanan ketika pemerintah
memotong pajak bisnis. Pajak bisnis yang lebih rendah mengurangi
biaya produksi dan sebaliknya; biaya produksi meningkat ketika
pemerintah menaikkannya.

5. Subsidi pemerintah. Pemerintah sering menawarkan subsidi untuk


membantu bisnis mengurangi biaya produksinya, sehingga menggeser
kurva SRAS ke kanan. Jika subsidi dicabut, biaya produksi meningkat
dan menggeser kurva SRAS ke kiri.

6. Kurs. Apresiasi mata uang membuat bahan baku dan barang modal
impor lebih murah bagi produsen dalam negeri. Ini mengurangi biaya
produksi dan menggeser kurva SRAS ke kanan. Efek sebaliknya
berlaku ketika nilai tukar terdepresiasi.

7. Faktor-faktor yang mempengaruhi pasokan agregat jangka panjang.


Mengubah faktor-faktor ini akan menggeser kurva SRAS. Misalnya,
peningkatan kualitas tenaga kerja karena teknologi canggih
memungkinkan mereka untuk menghasilkan lebih banyak output
menggunakan input yang ada. Akibatnya, produksi jangka pendek
meningkat dan menggeser kurva SRAS ke kanan.

Dalam jangka panjang, ekonomi menggunakan kapasitas


produksinya dan berproduksi pada output potensial. Selama periode ini,
harga input menyesuaikan perubahan tingkat harga secara proporsional.
Oleh karena itu, perubahan biaya produksi tidak mempengaruhi LRAS
dan kurva-nya.Output potensial hanya berubah ketika faktor-faktor
produksi ekonomi juga berubah. Misalnya, LRAS meningkat ketika

73
faktor produksi meningkat dalam hal jumlah atau membaik dalam hal
kualitas. LRAS yang meningkat menggeser kurva ke kanan. Berikut ini
adalah faktor-faktor yang meningkatkan LRAS dan menggeser kurva ke
kanan:

1. Peningkatan pasokan tenaga kerja

2. Peningkatan sumber daya alam

3. Perbaikan modal manusia

4. Peningkatan modal fisik 

5. Teknologi lebih maju

Y. Keseimbangan Permintaan dan Penawaran agregat


Ekuilibrium makroekonomi terjadi ketika penawaran agregat sama
dengan permintaan agregat. Penawaran agregat mewakili total output
barang dan jasa, sedangkan permintaan agregat mewakili jumlah total
barang dan jasa yang diminta didalam perekonomian. Perubahan
permintaan agregat atau penawaran agregat atau pasokan agregat
mempengaruhi inflasi, PDB riil, dan tingkat
pengangguran.Makroekonomi membedakan konsep jangka pendek dan
jangka panjang untuk penawaran agregat. Penawaran agregat jangka
pendek adalah kuantitas yang ditawarkan ketika beberapa biaya bersifat
variabel. Tapi, upah dan harga input lainnya tetap konstan. Kenaikan
harga meningkatkan keuntungan perusahaan sehingga mendorong
mereka untuk meningkatkan output. Kurva penawaran agregat jangka
pendek miring ke atas (slope positif).

74
Sementara itu, penawaran jangka panjang mewakili kuantitas yang
ditawarkan ketika upah dan harga input lainnya adalah variabel. Ketika
harga naik, itu tidak meningkatkan keuntungan karena upah dan harga
input lainnya juga akan naik secara proporsional. Oleh karena itu,
kenaikan harga tidak mempengaruhi keuntungan dan kuantitas yang
ditawarkan. Sebagai hasilnya, kurva penawaran agregat jangka panjang
adalah vertikal.Selanjutnya kurva permintaan agregat adalah miring ke
bawah (slope negatif). Dapat melacaknya dari efek perubahan tingkat
harga (inflasi) terhadap komponen dari permintaan agregat seperti
konsumsi rumah tangga, investasi bisnis, dan ekspor neto. Ambil contoh
konsumsi rumah tangga. Ketika tingkat harga turun, kekayaan riil
meningkat dan mendorong rumah tangga untuk meningkatkan
konsumsinya (efek kekayaan). Efek sebaliknya juga berlaku ketika
tingkat harga naik.

Ekonom membagi ekuilibrium makroekonomi menjadi dua:

1. Ekuilibrium jangka pendek tercapai ketika permintaan agregat sama


dengan penawaran agregat jangka pendek. Pergeseran permintaan
agregat atau penawaran agregat jangka pendek menyebabkan PDB riil
aktual berfluktuasi di sekitar PDB potensial. Pasokan agregat jangka
pendek mengasumsikan upah nominal konstan. Perpotongan antara
permintaan agregat dan penawaran agregat jangka pendek menentukan
tingkat harga dan PDB riil aktual didalam perekonomian. Karena upah
nominal tidak berubah untuk mencapai lapangan kerja penuh,
ekuilibrium jangka pendek dapat terjadi pada tingkat di bawah, tepat,
atau di atas PDB potensial.

75
Jika tingkat harga di atas ekuilibrium, penawaran agregat melebihi
permintaan agregat, menyebabkan kelebihan penawaran. Situasi ini
menyebabkan persediaan menumpuk, memaksa produsen untuk
menjual persediaan mereka dengan harga lebih rendah. Tingkat harga
yang lebih rendah mendorong permintaan agregat untuk naik.
Penurunan tingkat harga menaikkan kekayaan riil rumah tangga,
mendorong suku bunga turun, dan meningkatkan ekspor. Sebagai
hasilnya, permintaan dari empat sektor utama perekonomian
meningkat.  

Situasi tersebut terus berlanjut sampai perekonomian mencapai


keseimbangan barunya. Sementara itu, jika tingkat harga di bawah
harga ekuilibrium, ada kelangkaan (shortage) dalam perekonomian.
Produsen menaikkan harga untuk menghasilkan lebih banyak
keuntungan. Dan pada saat yang sama, permintaan agregat menurun
karena kecenderungan tingkat harga untuk naik. Perekonomian akan
menuju ke ekuilibrium nya yang baru dan permintaan agregat sama
dengan penawaran agregat.

76
2. Ekuilibrium jangka panjang terjadi ketika permintaan agregat sama
dengan penawaran agregat jangka pendek pada titik di kurva
penawaran agregat jangka panjang. Pada titik ini, PDB riil aktual sama
dengan PDB potensial dan tingkat pengangguran sama dengan tingkat
alaminya. Istilah lain untuk ekuilibrium jangka panjang adalah
ekuilibrium lapangan kerja penuh. 

Pasokan agregat jangka panjang mewakili output maksimum yang


dapat dihasilkan oleh sebuah perekonomian. Jadi, jika mencapai
ekuilibrium jangka panjang, perekonomian beroperasi pada output
potensial (lapangan kerja penuh atau full employment). Semua sumber
daya dimanfaatkan sepenuhnya, sehingga PDB riil aktual akan sama
dengan PDB potensial. Pada kenyataannya, PDB riil aktual jarang
menyamai PDB potensial karena permintaan agregat dan penawaran
agregat jangka pendek terus berubah. Itu menyebabkan keseimbangan
jangka pendek berfluktuasi di sekitar kurva penawaran agregat jangka
panjang (PDB potensial). Penyimpangan PDB riil aktual dari PDB
potensial (dikenal sebagai kesenjangan output atau output gap)
membentuk fase dari siklus bisnis.

Dua kemungkinan kesenjangan output: kesenjangan output positif


dan kesenjangan output negatif. Pertama, kesenjangan output
positif juga disebut sebagai kesenjangan ekspansioner. Dalam siklus
bisnis, itu biasanya terjadi selama fase akhir ekspansi. Di dalam grafik,
itu terjadi ketika titik ekuilibrium jangka pendek berada di sebelah
kanan kurva penawaran agregat jangka panjang. Pada saat itu, PDB
riil aktual melebihi PDB potensial. Kesenjangan output positif
menunjukkan ke anda bahwa permintaan agregat melebihi penawaran

77
agregat jangka panjang. Dengan kata lain, kapasitas maksimum
perekonomian tidak mencukupi untuk memenuhi permintaan agregat.
Itu menghasilkan tekanan ke atas tingkat harga. Untuk menutupi
permintaan agregat, perekonomian mengimpor barang dari luar negeri.
Oleh karena itu, selama periode ini, neraca perdagangan akan
cenderung defisit karena tingginya permintaan impor. Kedua,
kesenjangan output negatif juga disebut sebagai kesenjangan
deflasioner atau kesenjangan resesioner. Sebagaimana namanya, ini
biasanya terjadi selama kontraksi atau resesi di mana ada tekanan ke
bawah atas tingkat harga.

Kesenjangan negatif berarti PDB riil aktual lebih rendah dari PDB
potensial. Perekonomian beroperasi di bawah tingkat potensialnya.
Beberapa sumber daya menganggur, menghasilkan tekanan ke bawah
atas tingkat harga didalam perekonomian. Selama periode ini, anda
akan melihat tingkat pengangguran meningkat. Selain itu, tingkat
inflasi melambat (disinflasi) atau mungkin menjadi negatif (deflasi).
Sebagai sebuah catatan untuk anda. Meski periode ini kita sebut
sebagai kesenjangan deflasioner, itu tidak selalu menghasilkan deflasi.
Tekanan ke bawah atas tingkat harga mungkin menghasilkan tingkat
inflasi yang lebih lambat (disinflasi) alih-alih deflasi.

78
INFLASI DAN PENGANGGURAN
Z. SEJARAH INFLASI
Tercatat dalam sebuah sejarah perekonomian, Indonesia pernah
mengalami inflasi yang sangat tinggi, yaitu inflasi di atas 100% terutama
pada tahun 1960-1990 an. Inflasi yang paling tinggi terjadi di tahun 1966
yaitu sebesar 136% disebabkan oleh defisit anggaran belanja pemerintah
yang dibiayai dalam bentuk pencetakan uang. Selain itu juga, inflasi
pada tahun 1998-1999 merupakan salah satu inflasi yang tinggi di
Indonesia yaitu sebesar 58% dan 20% disebabkan oleh krisis moneter
yang terjadi pada tahun 1997. Pada tahun 1998 adalah laju
perekonomian terburuk di Indonesia yang saat itu di bawah
pemerintahan Soeharto dengan inflasi sebesar 77,63%. Yang termasuk
inflasi tinggi berkisar antara 30%-100%.34

Inflasi seperti halnya dilema yang mengintai perekonomian di


setiap negara, dimana pergerakannya sulit untuk ditebak dan dapat
berdampak luas. Inflasi tidak akan menjadi masalah yang terlalu berat

34
Rio dan Brigita Dian Saraswati Manggi, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Di
Indonesia: Model Demand Pull Inflation.,” Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan 06, no. 02
(2013): 71–143.

79
jika pemerintah dapat melakukan strategi untuk menjaga tingkat inflasi.
Inflasi harus dijaga kelenturannya, inflasi yang terlalu tinggi bisa
berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan ekonomi namun sebaliknya
jika terlalu rendah bisa menyebabkan kelesuan ekonomi.

Di Indonesia tingkat inflasi sangat sensitif dan mudah sekali naik.


Karena beberapa faktor yang mempengaruhi inflasi mengakibatkan
semakin sulit untuk mengendalikannya, sehingga dalam
pengendaliannya pemerintah harus mengetahui faktor-faktor pembentuk
inflasi. Salah satu permasalahan yang sering terjadi pada negara yang
sedang berkembang seperti Indonesia adalah memelihara kestabilan dan
pertumbuhan ekonominya. Stabilitas ekonomi menyangkut stabilitas
tingkat harga, tingkat pendapatan nasional, dan pertumbuhan
kesempatan kerja. Pemerintah dapat melaksanakan serangkaian
kebijakan dalam upaya menstabilkan perekonomian. Misalnya,
kebijakan moneter dan kebijakan fiskal, yang bertujuan untuk mencapai
tingkat harga yang stabil atau tingkat inflasi. Stabilitas harga dalam suatu
perekonomian sangat dipengaruhi oleh variabel makro dalam
perekonomian tersebut. Dan oleh karena itu biasanya tingkat inflasi
sering dijadikan sebagai indikator stabilitas ekonomi.

Kebijakan moneter yang harus dilakukan di negara berkembang


pada umumnya lebih berat dan sulit jika dibandingkan dengan negara-
negara maju. Faktor pertama yang menjadi penyebabnya bahwa tugas
untuk menciptakan penawaran uang yang cukup sehingga
pertambahannya dapat selalu selaras dengan jalannya pembangunan
yang memerlukan disiplin yang kuat di kalangan otoritas moneter dan
pemerintah. Kekurangan modal dan terbatasnya pendapatan pemerintah

80
seringkali menimbulkan dorongan yang kuat kepada pemerintah untuk
meminjam secara berlebihan kepada Bank Sentral.

Kalau ini dilakukan, maka laju pertambahan jumlah uang beredar


akan menjadi lebih cepat, akibatnya terjadi inflasi. Jika suatu negara
ingin mempertahankan laju inflasi yang rendah, tentunya pemerintah
tersebut harus menekan kenaikan harga. Usaha untuk menekan harga ini
dapat dilakukan dengan menekan laju kenaikan jumlah uang beredar
misalnya dengan pembatasan pemberian kredit atau dengan menaikkan
suku bunga pinjaman (tight money policy). Tetapi dampak yang
ditimbulkan adalah akan terjadi kelesuan investasi, dan meningkatnya
pengangguran yang pada akhirnya akan menurunkan Pendapatan
Nasional.

Dengan fluktuasi tingkat suku bunga yang terjadi akan mempunyai


implikasi yang penting terhadap sektor riil maupun sektor moneter
dalam perekonomian. Tingkat bunga yang tinggi akan menjadi masalah
yang menyulitkan bagi investasi di sektor riil. Tapi tingkat bunga yang
tinggi akan merangsang lebih banyak tabungan masyarakat. Untuk itulah
tingkat fluktuasi bunga harus senantiasa terkontrol agar tetap mendorong
kegiatan investasi dan produksi serta tidak mengurangi hasrat
masyarakat untuk menabung dan tidak mengakibatkan pelarian modal ke
luar negeri.35

A. Mahendra, “Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Perkapita, Inflasi Dan


35

Pengangguran Terhadap Jumlah Penduduk Miskin Di Provinsi Sumatera Utara,” Jurnal Riset
Akuntansi & Keuangan 02, no. 02 (2016): 123–48.

81
AA. TEORI INFLASI KONVENSIONAL
Pada buku Nopirin diungkapkan bahwa Inflasi adalah proses
kenaikan harga-harga secara terus-menerus.36
Menurut Sukirnoinflasi yaitu, kenaikan dalam harga barang dan jasa,
yang terjadi karena permintaan bertambah lebih besar dibandingkan
dengan penawaran barang dipasar.37
Menurut Boediono, inflasi adalah kecenderungan harga-harga
untuk naik secara menyeluruh dan terus menerus. Kenaikan harga dari
satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali kenaikannya
meluas atau mengakibatkan kenaikan harga sebagian besar barang
lainnya yaitu harga makanan, harga makanan jadi, minuman, rokok, dan
tembakau, harga sandang, harga kesehatan, pendidikan, harga rekreasi
dan olahraga, harga olahraga transportasi, komunikasi, dan jasa
keuangan.38
Dari penjelasan diatas, Inflasi dapat didefinisikan sebagai
kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus. Inflasi
terkait dengan kenaikan harga umum barang dan jasa. Artinya, kenaikan
harga satu jenis barang yang tidak termasuk dalam kategori inflasi. Atau
juga dapat disebut, Inflasi adalah gejala yang terjadi karena kenaikan
harga barang-barang yang terjadi secara sengaja atau alami yang terjadi
tidak hanya di satu tempat, tetapi di seluruh pelosok negara, bahkan
dunia. Kenaikan harga ini sedang berlangsung terus menerus dan dapat
meningkat jika tidak ditemukan solusi untuk menyelesaikan
penyimpangan menyebabkan inflasi.39

36
Nopirin, Ekonomi Makro. Cetakan Keempat. (Yogyakarta: BPEE, 1997).
37
Sukirno., Makroekonomi, Teori Pengantar (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2004).
38
Boediono, Teori Pertumbuhan Ekonomi, Seri Sinopsis, Edisi Pertama,. Cetakan Pertama
(Yogyakarta: BPFE, 1999).
39
Rumasanah, “Pengaruh Inflasi Dan Bi Rate Terhadap Tabungan Mudharabah Pada Pt. Bank
Syariah Mandiri Periode 2014-2016.” (2018).

82
Dari definisi ini, ada tiga Komponen-komponen yang harus
dipenuhi agar inflasi dapat terjadi adalah:
a. Kenaikan harga, yaitu ketika harga suatu komoditas menjadi lebih
tinggi dari harga periode sebelumnya.
b. Bersifat umum, yaitu kenaikan harga komoditas secara umum yang
general dikonsumsi oleh masyarakat bukanlah peningkatan suatu
komoditi yang tidak menyebabkan harga naik secara umum
c. Bersifat berkelanjutan, kenaikan harga umum belum general akan
menyebabkan inflasi, jika terjadi sesaat, misalnya kenaikan harga Idul
Fitri atau Tahun Baru bukanlah inflasi.
Adapun sebab-sebab inflasi menurut teori konvensional, adalah:
a. Kebijakan yang diinduksi (Policy induced), disebabkan oleh
kebijakan ekspansi moneter yang juga dapat mencerminkan defisit
anggaran yang berlebihan dan cara membiayainya.
b. Inflasi dorongan biaya (Cost-push inflation), terjadi karena kenaikan
biaya produksi, biasanya menyebabkan penawaran penawaran agregat
berkurang. Kenaikan biaya produksi ini disebabkan oleh kenaikan
harga input dasar. Misalnya, meningkatkan upah dan harga bahan
bakar.
c. Inflasi tarikan permintaan (Demand full inflation), yang disebabkan
oleh permintaan agregat berlebihan yang mendorong kenaikan tingkat
harga umum.
d. Inflasi inersia (Intertial inflation) cenderung berlanjut pada tingkat
yang sama sampai peristiwa ekonomi yang economic menyebabkan
perubahan.

Macam-macam inflasi menurut teori konvensional:

a. Berdasarkan Asal

83
1) Domestik inflation Inflasi ini adalah inflasi yang berasal dari
dalam negeri. Inflasi ini terjadi karena pengaruh kejadian ekonomi
yang terjadi di dalam negeri, misalnya terjadinya defisit anggaran
belanja negara secara terus menerus yang diatasi dengan mencetak
uang.40
2) Imported inflation Inflasi ini adalah inflasi yang tertular dari luar
negeri. Inflasi ini terjadi karena kenaikan harga-harga barang
ekspor seperti teh dan kopi di luar negeri (negara tujuan ekspor).41
b. Menurut tingkat keparahannya
1) Inflasi ringan Inflasi yang tingkatannya masih di bawah 10%
setahun.
2) Inflasi sedang Inflasi yang tingkatannya masih diantara 10% -
30% setahun
3) Inflasi Berat Inflasi yang tingkatannya masih diantara 30% -
100% setahun
4) Hiper Inflasi Inflasi yang tingkat keparahannya berada di atau
100% setahun.

BB. TEORI INFLASI DALAM PERSPEKTIF ISLAM


Dalam Islam tidak dikenal dengan istilah inflasi, karena mata uang
yang digunakan adalah dinar dan dirham yang bernilai stabil dan
dibenarkan oleh Islam.Masih dimungkinkan untuk penurunan nilai dinar
atau dirham terjadi, yaitu ketika nilai emas yang mendukung nilai nominal
dinar itu telah menurun. Salah satunya adalah hasil penemuan emas dalam
jumlah besar, tetapi situasi ini sangat kecil kemungkinan. Kondisi defisit

40
Abdul Ghofur. Anshori, Peradilan Agama Di Indonesia Pasca UU No. 3 Tahun 2006, Sejarah
Kedudukan Dan Kewenangan. (Yogyakarta: UII Press, 2007).
41
Anshori.

84
pernah terjadi pada masa Rasulullah dan ini hanya terjadi sekali, yaitu
sebelum perang Hunain.42
Al-Maqrizi mengungkapkan bahwa inflasi sebenarnya tidak terjadi
karena faktor alam, melainkan karena kesalahan manusia.

Al-Maqrizi membagi inflasi kedalam dua macam, yaitu:

1. Inflasi akibat berkurangnya persediaan barang (natural)


Inflasi jenis pertama inilah yang terjadi pada zaman Rasulullah
dan Khulafaur rasyidin, yaitu karena kekeringan atau karena
peperangan. Sesuai dengan namanya, inflasi jenis ini disebabkan
berbagai faktor alamiah yang tidak bisa dihindari umat manusia.
Menurut Al-Maqrizi ketika suatu bencana alam terjadi, berbagai bahan
makanan dan hasil bumi lainnya mengalami penurunan yang sangat
drastis dan terjadi kelangkaan. Di lain pihak, karena sifatnya yang
sangat signifikan dalam kehidupan, permintaan terhadap berbagai
barang itu mengalami peningkatan. Harga-harga membumbung tinggi
jauh melebihi daya beli masyarakat. 43Al-Maqrizi mengatakan bahwa
inflasi ini adalah inflasi yang diakibatkan oleh turunnya Penawaran
Agregatif (AS) atau naiknya Permintaan Agregatif (AD).44
2. Inflasi akibat kesalahan manusia. Inflasi akibat kesalahan manusia ini
disebabkan oleh tiga hal, yaitu korupsi dan administrasi yang buruk,
pajak yang memberatkan, serta jumlah uang yang berlebihan. Kenaikan
harga-harga yang terjadi adalah dalam bentuk jumlah uangnya, bila
dalam bentuk dinar jarang sekali terjadi kenaikan. Al Maqrizi

42
Fadilla., “Hubungan Antara Pendapatan Dan Gaya Hidup Masyarakat Dalam Pandangan Islam
( Relationship Between Community Income and Lifestyle In the Islamic View).,” Jurnal Ilmu
Syariah 05, no. 01 (2017): 39–50.
43
Adiwarman Karim, Bank Islam (Analisis Fiqih Dan. Keuangan) (Jakarta: PT Raja Grafindo,
2014).
44
Adiwarman A. Karim., Bank Islam : Analisis Fiqih & Keuangan, Ed.3, Cet.3. PT. (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2016).

85
mengatakan supaya jumlah uang dibatasi hanya pada tingkat minimal
yang dibutuhkan untuk transaksi pecahan yang kecil saja.

Menurut Al-Maqrizi inflasi yang terjadi akibat kesalahan manusia


antara lain korupsi dan administrasi yang buruk, pajak yang berlebihan
dan peningkatan sirkulasi mata uang.

1. Korupsi dan Administrasi yang Buruk. Al-Maqrizi menyatakan


bahwa pengangkatan para pejabat pemerintahan yang berdasarkan
pemberian suap, dan bukan kapabilitas, akan menempatkan orang-
orang yang tidak mempunyai kredibilitas pada berbagai jabatan
penting dan terhormat, baik di kalangan legislatif, yudikatif, maupun
eksekutif. Mereka rel menggadaikan seluruh harta miliknya sebagai
kompensasi untuk meraih jabatan yang diinginkan serta kebutuhan
sehari-hari sebagai pejabat. Akibatnya, para pejabat pemerintahan
tidak lagi bebas dari intervensi dan intrik para kroni istana. Mereka
tidak hanya mungkin disingkirkan setiap saat tetapi justru disita
kekayaannya, bahkan dieksekusi. Kondisi ini, selanjutnya sangat
mempengaruhi moral dan efisiensi administrasi sipil dan militer.
Ketika berkuasa, para pejabat tersebut mulai menyalahgunakan
kekuasaan untuk meraih kepentingan pribadi, baik untuk memenuhi
kewajiban finansial nya maupun untuk kemewahan hidup.
2. Pajak yang berlebihan Menurut Al-Maqrizi, akibat dominasi para
pejabat bermental korup dalam suatu pemerintahan, pengeluaran
negara mengalami peningkatan yang sangat drastis. Sebagai
kompensasinya, mereka menerapkan sistem perpajakan yang
menindas rakyat dengan memberlakukan berbagai pajak baru serta
menaikan tingkat pajak yang sudah ada. Hal ini sangat mempengaruhi
kondisi para petani yang merupakan kelompok mayoritas dalam

86
masyarakat. Para pemilik tanah yang ingin selalu berada dalam
kesenangan akan melimpahkan beban pajak kepada para petani
melalui peningkatan biaya sewa tanah. Karena tertarik dengan hasil
pajak yang sangat menjanjikan, tekanan para pejabat dan pemilik
tanah terhadap para petani menjadi lebih besar dan intensif. Frekuensi
berbagai pajak untuk pemeliharaan bendungan dan pekerjaan-
pekerjaan yang serupa semakin meningkat. Konsekuensinya, biaya-
biaya untuk penggarapan tanah, penaburan benih, pemungutan hasil
panen, dan sebagainya meningkat. Dengan kata lain, panen padi yang
dihasilkan pada kondisi ini membutuhkan biaya yang lebih besar
hingga melebihi jangkauan para petani. Kenaikan harga-harga
tersebut, terutama benih padi, hampir mustahil mengalami penurunan
karena sebagian besar benih padi yang dimiliki oleh para pejabat yang
sangat haus kekayaan. Akibatnya para petani kehilangan motivasi
untuk bekerja dan memproduksi. Mereka lebih memilih
meninggalkan tempat tinggal dan pekerjaannya dari pada selalu hidup
dalam penderitaan untuk kemudian menjadi pengembara di daerah-
daerah pedalaman. Dengan demikian, terjadi penurunan tenaga kerja
dan peningkatan lahan tidur yang akan sangat mempengaruhi tingkat
hasil produksi padi serta hasil bumi lainnya dan pada akhirnya
menimbulkan kelangkaan bahan makanan serta meningkatkan harga-
harga.45
3. Peningkatan sirkulasi Mata Uang Fulus Pada awalnya uang fulus
yang mempunyai nilai intrinsik jauh lebih kecil dibandingkan
dengan nilai nominalnya dicetak sebagai alat transaksi untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang tidak signifikan. Oleh
sebab itu, jumlah mata uang ini hanya sedikit yang terdapat dalam
Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo
45

Persada, 2010).

87
peredaran. Ketika terjadi defisit anggaran sebagai akibat dari perilaku
buruk para pejabat yang menghabiskan uang negara untuk berbagai
kepentingan pribadi kelompoknya, pemerintah melakukan
pencetakan uang fulus secara besar-besaran. Menurut Al-
Maqrizi, kegiatan tersebut semakin meluas pada saat ambisi
pemerintah untuk memperoleh keuntungan yang besar dari
percetakan mata uang yang tidak membutuhkan biaya produksi
tinggi yang tidak terkendali. Sebagai penguasa, mereka
mengeluarkan maklumat yang memaksa rakyat untuk
menggunakan mata uang itu. Jumlah fulus yang dimiliki
masyarakat semakin besar dan sirkulasinya mengalami
peningkatan sangat tajam, sehingga fulus menjadi mata uang yang
dominan. Lebih jauh, Al-Maqrizi mengemukakan bahwa kebijakan
pemerintah tersebut berimplikasi terhadap keberadaan mata uang
lainnya. Seiring dengan keuntungan besar yang diperoleh dari
pencetakan fulus, pemerintah menghentikan pencetakan perak
sebagai mata uang. Bahkan, sebagai salah satu implikasi gaya
hidup para penjabat, sejumlah dirham yang dimiliki masyarakat
dilebur menjadi perhiasan. Sebagai hasilnya, mata uang dirham
mengalami kelangkaan dan menghilang dari peredaran. Sementara
itu, mata uang dinar masih terdapat diperedaran meskipun hanya
dimiliki oleh segelintir orang. Keadaan ini menempatkan fulus
sebagai standar nilai bagi sebagian besar barang dan jasa.
Kebijakan pencetakan fulus secara besar-besaran, menurut Al-
Maqrizi, sangat mempengaruhi penurunan nilai mata uang secara
drastis. Akibatnya, uang tidak lagi bernilai dan harga-harga
membumbung tinggi yang pada gilirannya menimbulkan

88
kelangkaan bahan makanan.46Kedua faktor penyebab timbulnya
inflasi ini baik natural maupun human error inflation berawal dari
keinginan manusia untuk mendapatkan alat pemuas kebutuhan
dalam jumlah yang melebihi kemampuannya, sehingga pada
akhirnya akan bermuara pada terjadinya ketidakseimbangan,
kelangkaan dan kenaikan harga.47

CC. PENGANGGURAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM


Islam telah menerangkan dengan tegas baik di al-Quran maupun
hadits yang menganjurkan manusia untuk bekerja keras dan cerdas.
Bahkan Islam menilai bekerja merupakan salah satu bentuk rasa syukur
kepada Allah, sehingga bekerja dinilai sebagai bentuk ibadah, karena
dengan bekerja berarti seseorang telah mempotensikan sumber daya
alam yang telah disediakan oleh Allah. Sebaliknya, menganggur berarti
menyia-nyiakan amanah Allah.
Allah sudah memerintahkan umat Islam untuk memperhatikan
kesenjangan ekonomi sebagaimana yang telah jelas dijelaskan dalam
surat al-Ma’un. Dalam sisi supply, Allah mengajarkan muslim yang
untuk optimis dalam berusaha mencari rezeki sebagai motivasi
meningkatkan produktifitas, dan meningkatkan kesabaran sebagai
benteng mental menghadapi kondisi yang kurang memadai, serta
beriman kepada Allah SWT. Manusia dituntut untuk memenuhi
kebutuhan daruriyyah/ primer, hajiyyah/ sekunder, dan tahsiniyyah/
tersier. Semua ini merupakan upaya agar manusia dapat
mempertahankan hidupnya, sehingga manusia dapat menjalankan
aktivitas keseharian di bidang agama.

46
Adiwarman Azwar Karim.
47
Westi., “Inflasi Dan Tinjauannya Dalam Perspektif Islam.” 05, no. 01 (2003).

89
Kata pengangguran dalam bahasa inggris unemployment, dan
‫َاطل‬
ِ ‫ع‬dalam bahasa Arab. Pengangguran adalah suatu keadaan di mana
seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja tertentu dan ingin
mendapatkan pekerjaan tetapi belum memperolehnya. Dalam keadaan
tidak bekerja tersebut dengan berbagai alasan, seseorang yang
menganggur karena sedang dalam proses peralihan dari satu pekerjaan
ke pekerjaan lainnya. Selama seseorang menganggur itulah disebut
penganggur friksional (frictional unemployment). Sedangkan versi
Badan Pusat Statistik (BPS) dalam indikator ketenagakerjaan,
pengangguran merupakan penduduk yang tidak bekerja tetapi sedang
mencari pekerjaan atau sedang mempersiapkan suatu usaha baru atau
penduduk yang tidak mencari pekerjaan karena sudah diterima bekerja
tetapi belum mulai bekerja.
Berdasarkan pada paparan di atas, maka jelas sekali bahwa
pengangguran adalah sosok yang tidak memiliki income penghasilan
sama sekali, sehingga orang seperti itu dapat dikategorikan atau dapat
disejajarkan sebagai orang fakir atau miskin dan mereka patut
dimasukan ke dalam delapan golongan yang berhak menerima zakat dan
pantas untuk dibantu. Sehingga bagi orang Islam yang mempunyai
kelebihan harta wajib mendistribusikan sebagian rizkinya untuk
meringankan beban orang lain, bahkan Allah mengecam orang kaya
yang tidak mau berbagi hartanya dengan memasukkan mereka sebagai
pendusta agama.
Meskipun dalam Islam terdapat ajaran saling berbagi rizki antara
kelompok kaya dan miskin, tetapi Islam tidak menghendaki seseorang
menggantungkan hidupnya kepada orang lain. Oleh karena itu, Islam
mengecam manusia yang malas berusaha dan bekerja kecuali jika
terdapat alasan syar’i. Islam memberikan toleransi terhadap tiga

90
golongan yang boleh meminta-minta. Pertama, seseorang yang
menanggung hutang orang lain sampai ia melunasinya. Kedua,
seseorang yang ditimpa musibah yang menghabiskan hartanya, sampai ia
mendapatkan sandaran hidup. Ketiga, seseorang yang ditimpa
kesengsaraan hidup, sampai mendapatkan sandaran hidup.
Pengangguran dari masa ke masa merupakan sebuah keniscayaan
yang tidak bisa dihindari, karena hal itu merupakan sunatullah. Namun
bukan berarti manusia tidak bisa mengantisipasinya. Pengangguran
bukanlah kodrat Ilahi yang tidak bisa dirubah. Pengangguran itu terjadi
disebabkan oleh kesalahan manusia sendiri. Allah SWT telah
memberikan kekayaan alam yang melimpah dan akal yang tak ternilai
harganya, hanya saja bagaimana manusia mempergunakan kedua
anugerah tersebut dengan baik dan benar. Secara umum, adanya
pengangguran disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Besarnya angkatan kerja tidak seimbang dengan kesempatan kerja
Ketidakseimbangan terjadi apabila jumlah angkatan kerja lebih besar
daripada kesempatan kerja yang tersedia, tetapi kondisi sebaliknya
sangat jarang terjadi. Angkatan kerja membutuhkan lapangan
pekerjaan, namun umumnya baik di negara berkembang maupun
negara maju, laju pertumbuhan penduduknya lebih besar dari pada
laju pertumbuhan lapangan kerjanya. Oleh karena itu, dari sekian
banyak angkatan kerja tersebut, sebagian tidak bekerja atau
menganggur. Dengan demikian, kesempatan kerja dan pengangguran
berhubungan erat dengan ketersediaannya lapangan kerja bagi
masyarakat. Semakin banyak lapangan kerja yang tersedia di suatu
negara, semakin besar pula kesempatan kerja bagi penduduk usia
produktif nya, sehingga semakin kecil tingkat pengangguran nya.
Sebaliknya, semakin sedikit lapangan kerja di suatu negara, semakin

91
kecil pula kesempatan kerja bagi penduduk usia produktif nya.
Dengan demikian, semakin tinggi tingkat pengangguran nya.
2. Kebutuhan jumlah dan jenis tenaga terdidik dan penyediaan tenaga
terdidik tidak seimbang Jumlah penduduk yang semakin besar telah
membawa akibat jumlah angkatan kerja yang semakin besar pula. Ini
berarti makin besar pula jumlah orang yang mencari pekerjaan atau
menganggur. Agar dapat dicapai keadaaan yang seimbang maka
seyogyanya mereka semua dapat terampung dalam suatu pekerjaan
yang cocok dan sesuai dengan keinginan serta keterampilan mereka.
Ini akan membawa konsekuensi bahwa perekonomian harus selalu
menyediakan lapangan-lapangan pekerjaan bagi angkatan kerja baru.
Apabila kesempatan kerja jumlahnya sama atau lebih besar daripada
angkatan kerja, pengangguran belum tentu tidak terjadi. Mengapa
bisa demikian, alasannya, belum tentu terjadi kesesuaian antara
tingkat pendidikan yang dimiliki oleh masyarakat, sesuai dengan
pendidikan yang dibutuhkan oleh penyedia lapangan pekerjaan.
Ketidakseimbangan tersebut mengakibatkan sebagian tenaga kerja
yang ada tidak dapat mengisi kesempatan kerja yang tersedia.
Keadaan yang demikian menyebabkan jumlah pengangguran tetap
tinggi karena tidak ada titik temu antara pencari kerja dengan
pekerjaan yang tersedia. Hal ini dapat terjadi karena para pencari
kerja hanya berbekal pendidikan sekolah umum dan hanya sedikit
yang dari kejuruan. Di samping hal tersebut, kualitas para pencari
kerja pun masih sangat rendah, yaitu sebagian besar dari mereka
hanya berpendidikan tamat dan atau tidak tamat sekolah dasar.
Bahkan fenomena sekarang orang yang sudah tamat perguruan tinggi
pun masih banyak yang menganggur, karena mereka tidak berbekal
ketrampilan/skill yang memadai.

92
3. Pertumbuhan ekonomi non riel Salah satu aspek untuk melihat kinerja
perekonomian adalah seberapa efektif penggunaan sumber-sumber
daya yang ada sehingga lapangan pekerjaan merupakan concern dari
pembuat kebijakan. Angkatan kerja merupakan jumlah total dari
pekerja dan pengangguran, sedangkan pengangguran merupakan
persentase angkatan kerja yang menganggur. Pertumbuhan ekonomi
dan pengangguran memiliki hubungan yang erat karena penduduk
yang bekerja berkontribusi dalam menghasilkan barang dan jasa
sedangkan pengangguran tidak memberikan kontribusi. Pertumbuhan
ekonomi biasanya diikuti oleh terciptanya lapangan pekerjaan yang
baru. Ketika ekonomi tumbuh, berarti terdapat pertumbuhan produksi
barang dan jasa. Ketika hal ini terjadi maka kebutuhan akan tenaga
kerja untuk memproduksi barang dan jasa pun akan bertambah.
4. Sistem riba dan bunga Menurut pandangan kebanyakan manusia,
pinjaman dengan sistem bunga akan mampu membantu meningkatkan
pertumbuhan ekonomi masyarakat. Anggapan tersebut telah menjadi
keyakinan kuat hampir setiap orang, baik ekonom, pemerintah
maupun praktisi. Keyakinan kuat itu juga terdapat pada intelektual
muslim terdidik yang tidak berlatar belakang pendidikan ekonomi
Islam. Karena itu tidak aneh, jika para pejabat negara dan direktur
perbankan seringkali bangga melaporkan jumlah kredit yang
dikucurkan untuk pengusaha kecil. Begitulah pandangan dan
keyakinan hampir semua manusia saat ini dalam memandang sistem
kredit dengan instrumen bunga.
Adapun jenis-jenis pengangguran adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan Jam Kerja

Berdasarkan jam kerja, pengangguran dikelompokkan menjadi 3 macam:

93
a. Pengangguran Terselubung (Disguised Unemployment) adalah tenaga
kerja yang tidak bekerja secara optimal karena suatu alasan tertentu.
b. Setengah Menganggur (Under Unemployment) adalah tenaga kerja
yang tidak bekerja secara optimal karena tidak ada lapangan
pekerjaan, biasanya tenaga kerja setengah menganggur ini merupakan
tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam selama seminggu.
c. Pengangguran Terbuka (Open Unemployment) adalah tenaga kerja
yang sungguh-sungguh tidak mempunyai pekerjaan. Pengganguran
jenis ini cukup banyak karena memang belum mendapat pekerjaan
padahal telah berusaha secara maksimal.
2. Berdasarkan Penyebab Terjadinya

Berdasarkan penyebab terjadinya, pengangguran dikelompokkan


menjadi 7 macam:

a. Pengangguran friksional (frictional unemployment) adalah


pengangguran yang sifatnya sementara yang disebabkan adanya
kendala waktu, informasi dan kondisi geografis antara pelamar kerja
dengan pembuka lamaran pekerja penganggur yang mencari
lapangan pekerjaan tidak mampu memenuhi persyaratan yang
ditentukan pembuka lapangan kerja. Semakin maju suatu
perekonomian suatu daerah akan meningkatkan kebutuhan akan
sumber daya manusia yang memiliki kualitas yang lebih baik dari
sebelumnya.
b. Pengangguran konjungtural (cycle unemployment) adalah
pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan gelombang (naik-
turunnya) kehidupan perekonomian/siklus ekonomi.
c. Pengangguran struktural (structural unemployment) adalah
pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan struktur ekonomi

94
dan corak ekonomi dalam jangka panjang. Pengangguran struktural
bisa diakibatkan oleh beberapa kemungkinan, seperti:
1) Akibat permintaan berkurang
2) Akibat kemajuan dan penggunaan teknologi
3) Akibat kebijakan pemerintah
d. Pengangguran musiman (seasonal Unemployment) adalah keadaan
menganggur karena adanya fluktuasi kegiatan ekonomi jangka
pendek yang menyebabkan seseorang harus nganggur. Contohnya
seperti petani yang menanti musim tanam, pedagang durian yang
menanti musim durian.
e. Pengangguran siklikal adalah pengangguran yang menganggur
akibat imbas naik turun siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga
kerja lebih rendah daripada penawaran kerja.
f. Pengangguran teknologi adalah pengangguran yang terjadi akibat
perubahan atau penggantian tenaga manusia menjadi tenaga mesin-
mesin.
g. Pengangguran siklus adalah pengangguran yang diakibatkan oleh
menurunnya kegiatan perekonomian karena terjadi resesi.
Pengangguran siklus disebabkan oleh kurangnya permintaan
masyarakat (aggrerate demand).

DD. HUBUNGAN INFLASI DAN PENGANGGURAN


Inflasi adalah masalah ekonomi yang kompleks. Inflasi terkait
dengan banyak masalah ekonomi lainnya. Inflasi mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh masalah-masalah ekonomi lainnya. Salah satu masalah
ekonomi yang berkaitan dengan inflasi adalah pengangguran. Jadi, apa
hubungan antara inflasi dan pengangguran? Phillips (salah satu ekonom
pertama yang menyajikan bukti kuat tentang hubungan terbalik antara
pengangguran dan inflasi upah) berhipotesis bahwa ketika permintaan

95
tenaga kerja tinggi dan ada beberapa pekerja yang menganggur,
pengusaha dapat diharapkan untuk menawar upah dengan cukup cepat.
Namun, ketika permintaan tenaga kerja rendah dan pengangguran tinggi,
pekerja enggan menerima upah lebih rendah dari tingkat yang berlaku.
Implikasinya adalah tingkat upah turun sangat lambat.

Faktor kedua yang mempengaruhi perubahan tingkat upah adalah


tingkat perubahan pengangguran. Jika bisnis sedang dalam keadaan baik,
pengusaha akan mengajukan penawaran lebih keras untuk pekerja. Hal
ini menandakan bahwa permintaan akan tenaga kerja meningkat dengan
cepat daripada jika permintaan akan tenaga kerja tidak meningkat atau
hanya meningkat dengan lambat.

Pada tahun 1958, ekonom A.W. Phillips menerbitkan sebuah


artikel berjudul “The Relationship between Unemployment and the Rate
of Change of Money Wages in United Kingdom 1861-1957”. Pada
artikel tersebut Phillips memperlihatkan korelasi negatif antara tingkat
pengangguran dan inflasi. Phillips memperlihatkan bahwa tahun-tahun
dengan tingkat pengangguran yang rendah cenderung disertai oleh
tingkat inflasi yang tinggi dan sebaliknya tahun-tahun dengan tingkat
pengangguran yang tinggi cenderung disertai dengan inflasi yang
rendah.48

A.W. Phillips (1958) dalam Mankiw (2012) menggambarkan


bagaimana sebaran hubungan antara inflasi dengan tingkat
pengangguran didasarkan pada asumsi bahwa inflasi merupakan
cerminan dari adanya kenaikan permintaan agregat. Dengan naiknya
permintaan agregat, maka sesuai dengan teori permintaan yaitu jika
Paul A. & William D. Nordhaus. Samuelson, Edisi Tujuh Belas. Ilmu Makro-Ekonomi. Edisi
48

Tujuh Belas (Jakarta: Erlangga, 2004).

96
permintaan naik maka harga akan naik. Karena tingginya harga (inflasi)
maka untuk memenuhi permintaan tersebut produsen meningkatkan
kapasitas produksinya dengan menambah tenaga kerja (tenaga kerja
merupakan satu-satunya input yang dapat meningkatkan output). Akibat
dari peningkatan permintaan tenaga kerja maka dengan naiknya harga-
harga (inflasi) akan mengurangi pengangguran.49

KEBIJAKAN MONETER DALAM ISLAM


A. KONSEP DASAR KEBIJAKAN MONETER
Kebijakan moneter adalah suatu kebijakan yangdiambil oleh
pemerintah (bank sentral), untuk menambah dan mengurangi jumlah
uangyang beredar. Kebijakan moneter merupakan salah satu kebijakan di
bidang ekonomiyang sangatberperan untuk mengatur dan menjaga
stabilitas ekonomi suatu negara.Kebijakan ini lebih khusus mengatur
tentang pengendalian jumlah uang yang beredar.Seperti kita ketahui,
bidang keuangan di negara manapun sangat memegang perananpenting
dalam menjaga stabilitas ekonomi, karena apabila jumlah uang yang
beredar disuatu Negara jumlahnya kurang maka Negara tersebut akan
mengalami kelesuan ekonomi. Begitu juga sebaliknya jika jumlah uang
yang beredar melebihi kebutuhan maka akan terjadi inflasi. Dengan
demikian jelas bahwa untuk menjaga kestabilan jumlah uang maka
pemerintah melalui bank sentral harus berupaya senantiasa menjaga
kestabilan moneter. Salah satu indikator keberhasilan kebijakan moneter
adalah adanya stabilitas ekonomi dan perbaikan neraca pembayaran.50
Di dalam ekonomi Islam uang bukanlah modal. Uang adalah
barang khalayak masyarakat luas. Uang bukan barang monopoli
49
Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Teori Ekonomi Makro Suatu Pengantar, Cetakan 2
(Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004).
50
Aulia Pohan, Kerangka Kebijakan Moneter Dan Implementasinya Di Indonesia (Jakarta:
Rajawali Pers, 2008).

97
seseorang.Jadi semua orang berhak memiliki uang yang berlaku di
sesuatu negara. Sementara modal adalah barang pribadi atau per orang.
Fokus kebijakan moneter Islam lebih tertuju pada pemeliharaan
berputarnya sumber daya ekonomi, di mana ini menjadi inti ekonomi
Islam pada semua bentuk kebijakan dan ketentuan yang diperkenankan
oleh syariah. Dengan demikian dalam Islam,secara sederhana para
regulator harus memastikan tersedianya usaha-usaha ekonomi dan atau
produk keuangan syariah yang mampu menyerap “potensi investasi”
masyarakat atau ketentuan-ketentuan yang mendorong preferensi
penggunaan “potensi investasi” pada usaha produktif terjadi. Dengan
begitu waktu memegang uang oleh setiap pemilik dana akan ditekan
seminimal mungkin di mana waktu tersebut sebenarnya menghambat
velocity. Dengan kata lain penyediaan regulasi berupa peluang usaha,
produk-produk keuangan syariah serta ketentuan lainnya berkaitan
dengan arus uang masyarakat akan semakin meningkatkan velocity
dalam perekonomian. Dengan demikian perhatian regulasi moneter tidak
tertuju pada konsep money supply seperti yang dianut konvensional, tapi
pada velocity perekonomian.51
Sementara pengeluaran yang berlebihan dilarang, penimbunan
simpanan juga dikecam tegas oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sumber-
sumber daya yang telah disediakan Allah harus dipergunakan untuk
kegunaan si empunya (dalam batas-batas yang ditetapkan oleh Islam)
atau diperuntukan bagi orang lain, sehingga memenuhi tujuan dasar bagi
penciptanya. Membiarkan menganggur dan tidak memanfaatkan bagi
tujuan-tujuan konsumsi yang benar atau untuk pengembangan barang-
barang umum lewat kontribusi kesejahteraan (zakat, sedekah dan

51
Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Teori Ekonomi Makro Suatu Pengantar.

98
pembayaran semacamnya) atau untuk investasi produktif, telah dikecam
oleh Islam.52
Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa, kebijakan moneter adalah
suatu usaha dalam mengendalikan keadaan ekonomi makro agar dapat
berjalan sesuai dengan yang diinginkan melalui pengaturan jumlah uang
yang beredar dalam perekonomian. Usaha tersebut dilakukan agar terjadi
kestabilan harga dan inflasi serta terjadinya peningkatan output
keseimbangan.Secara prinsip, tujuan kebijakan moneter islam tidak
berbeda dengan tujuan kebijakan moneter konvensional yaitu menjaga
stabilitas dari mata uang (baik secara internal maupun eksternal)
sehingga pertumbuhan ekonomi yang diharapkan dapat tercapai.

B. MANAJEMEN MONETER KOVENSIONAL DAN ISLAM


Manajemen moneter Islam adalah pengelolaan moneter yang
berbasiskan pada nilai-nilai Islam, yang diharapkan akan
menciptakan stabilitas harga dan perekonomian yang kondusif
dalam memberikan kontribusi terhadap pencapaian tujuan-tujuan
pembangunan ekonomi suatu negara.53 Pijakan pokok dalam
manajemen moneter Islam adalah tidak berlakunya bunga dan
keadilan distribusi kekayaan. Manajemen moneter Islami
mencakup manajemen permintaan uang (money demand) dan
manajemen penawaran uang (money suply).

1. Manajemen Permintaan Uang (money demand)54


Manajemen permintaan dalam Islam adalah manajemen
moneter yang efisien dan adil tidak berdasarkan mekanisme suku

52
Eko Suprayatino, Ekonomi Islam: Pendekatan Ekonomi Makro Islam Dan Konvensional
(Yogyakarta: Graha Imu, 2005).
53
Muhammad, Kebijakan Fiskal Dan Moneter Dalam Islam (Jakarta: Salemba Empat, 2002).
54
Muhammad Umer Chapra, “Monetary Manajement In an Islamic Economic,” Journal Islamic
Economic Studies 04, no. 01 (1996): 14–15.

99
bunga, tetapi menggunakan tiga instrumen utama sebagai
berikut:
a. Value jugmement, yang dapat menciptakan suasana yang
memungkinkan bagi alokasi dan distribusi sumber daya
keuangan sesuai dengan ajaran Islam. Pada dasarnya sumber
daya (resources) merupakan amanah dari Allah swt yang
pemanfaatannya harus efisiensi dan adil. Berdasarkan nilai-
nilai Islam, money demand harus dimanfaatkan untuk
memenuhi kebutuhan dasar dan investasi yang produktif,
sama sekali bukan untuk conspicuous consumtion,
pengeluaran-pengeluaran non produktif dan spekulatif.
b. Kelembagaan yang terkait dengan kesejahteraan sosial,
ekonomi dan politik. Instrumen ini mencakup mekanisme
harga yang dapat meningkatkan efisiensi dalam pemanfaatan
sumberdaya. Mekanisme harga bertujuan untuk
menyeimbangkan penawaran dan permintaan barang serta
jasa, sehingga berada pada posisi yang adil diantara pelaku
ekonomi. Mekanisme harga bukanlah suatu tindakan yang
menjamin pencapaian tujuan-tujuan ekonomi suatu negara.
Mekanisme harga yang disertai nilai-nilai Islam akan
menjadi sarana yang mempermudah pencapaian tujuan.
c. Financial intermediation yang berdasarkan profit and lost
sharing. Dalam sistem ini money demand dialokasikan hanya
untuk proyek-proyek yang bermanfaat dan hanya kepada
debitur-debitur yang mampu mengelola proyek secara efisien.
Dengan persyaratan tersebut diharapkan dapat meminimalisi
money demand untuk pemanfaatan yang tidak berguna, non
produktif dan spekulatif.

100
2. Manajemen Penawaran Uang (money suply)55

Hal mendasar dalam pengelolaan money supply Islam adalah


mengupayakan terjadinya keseimbangan antara money demand dan
money supply dan pengalokasian money supply, sehingga
pencapaian tujuan-tujuan ekonomi dapat berlangsung dengan baik.

Pengelolaan money supply dalam Islam di antaranya adalah


dengan pengaturan ketat terhadap pertumbuhan uang inti atau high
powered money. Hal ini karena pertumbuhan money supply yang
ditargetkan harus selaras dengan sektor riil, yang rentan dengan
kredit. High powered money bersumber pokok dari:

a. Pinjaman Pinjaman pemerintah kepada bank sentral, kredit bank


sentral kepada bank komersial dan surplus neraca pembayaran.
Ekspansi moneter hanya dapat dikontrol bila sumber utama dari
high powered money dapat diatur dengan baik. Selanjutnya
dimungkinkan bagi bank sentral untuk mengendalikan
penyaluran kredit kepada bank-bank komersial. Penerapan profit
and lost sharing yang menggantikan suku bunga akan lebih
dapat meningkatkan kemampuan bank sentral untuk
mengendalikan penyaluran pinjaman tersebut.
b. Kredit bank central kepada bank komersial. Penyaluran
pinjaman oleh Bank Sentral kepada bank komersial bisa dalam
bentuk mudharabah (berbagi hasil, baik laba maupun rugi), yang
berarti Bank Sentral harus lebih berhati-hati dalam menyalurkan
kredit kepada debitornya baik sektor pemerintah maupun swasta
guna menghindari pemanfaatan kredit pada kegiatan-kegiatan
spekulasi dan non-produktif. Untuk mengendalikan kredit dapat

55
Muhammad Umer Chapra.

101
juga dengan menggunakan reserve requirement. Dalam kondisi
ekonomi tertentu Bank Sentral bahkan dapat saja menerapkan
100% reserve requirement bagi demand deposit sebagai salah
satu alternatif.
c. Surplus neraca pembayaran.
Dari ketiga sumber tersebut, pada dunia moneter saat ini,
sumber pertama merupakan sumber yang paling besar.
Berlebihnya defisit anggaran pemerintah mengakibatkan beban
yang sangat berat bagi sektor moneter untuk menjaga stabilitas
serta kebijakan moneter yang sehat sulit diciptakan. Ekspansi
moneter hanya dapat dikontrol bila sumber utama dari high
powered money dapat diatur dengan baik. Anggaran pemerintah
harus sesuai dengan asas manfaat, khususnya stabilitas harga.

C. INSTRUMEN KEBIJAKAN MONETER DALAM


KONVENSIONAL DAN ISLAM.
Secara prinsip, tujuan kebijakan moneter Islam tidak berbeda
dengan tujuan kebijakan moneter secara umum, yaitu menjaga stabilitas
dari mata uang (baik secara internal maupun eksternal), penciptaan
instrumen keuangan yang diversifikasi, likuiditas, transparansi sistem
keuangan, dan mekanisme pasar yang efektif sehingga pertumbuhan
ekonomi yang diharapkan dapat tercapai. Stabilitas dalam nilai uang
tidak terlepas dari tujuan ketulusan dan keterbukaan dalam berhubungan
dengan manusia. Walaupun pencapaian tujuan akhirnya tidak berbeda,
namun dalam pelaksanaannya secara prinsip berbeda dengan yang
konvensional terutama dalam pemilihan target dan instrumennya.
Perbedaan yang mendasar antara kedua jenis instrumen tersebut adalah
prinsip syariah tidak membolehkan adanya jaminan terhadap nilai
nominal maupun rate return (suku bunga). Oleh karena itu, apabila

102
dikaitkan dengan target pelaksanaan kebijakan moneter, maka secara
otomatis pelaksanaan kebijakan moneter berbasis syariah tidak
memungkinkan menetapkan suku bunga sebagai target/sasaran
operasionalnya.

Instrumen moneter keuangan syariah adalah hukum syariah.


Hampir semua instrumen moneter pelaksanaan kebijakan moneter
konvensional maupun surat berharga yang menjadi underlying-nya
mengandung unsur bunga. Oleh karena itu, instrumen-instrumen
konvensional yang mengandung unsur bunga (bank rates, discount rate,
open market operation dengan sekuritas bunga yang ditetapkan di depan)
tidak dapat digunakan pada pelaksanaan kebijakan moneter berbasis
Islam. Tetapi sejumlah instrumen kebijakan moneter konvensional
menurut sejumlah pakar ekonomi Islam masih dapat digunakan untuk
mengontrol uang dan kredit, seperti Reserve Requirement, overall and
selecting credit ceiling, moral suasion and change in monetary base.
Operasi pasar terbuka dapat juga dikendalikan melalui bentuk sekuritas
berdasarkan ekuitas (equity based type of securities). Dalam ekonomi
Islam, tidak ada sistem bunga sehingga bank sentral tidak dapat
menerapkan kebijakan discount rate tersebut. Bank Sentral Islam
memerlukan instrumen yang bebas bunga untuk mengontrol kebijakan
ekonomi moneter dalam ekonomi Islam. Dalam hal ini, terdapat
beberapa instrumen bebas bunga yang dapat digunakan oleh bank sentral
untuk meningkatkan atau menurunkan uang beredar. Penghapusan
sistem bunga, tidak menghambat untuk mengontrol jumlah uang beredar
dalam ekonomi.56

56
Umer M. Chapra, Terj. Towards a Just Monetary System (Jakarta: Gema Insani Press, 2000).

103
Adapun mekanisme instrumen kebijakan moneter yang sesuai
dengan syariah Islam harus mencakup enam elemen antara lain :57

1. Target Pertumbuhan M dan Mo. Setiap tahun bank sentral harus


menentukan pertumbuhan peredaran uang (M) sesuai dengan sasaran
ekonomi nasional. Pertumbuhan M terkait erat dengan pertumbuhan
Mo (high powered money: uang dalam sirkulasi dan deposito pada
bank sentral). Bank sentral harus mengawasi secara ketat
pertumbuhan Mo yang dialokasikan untuk pemerintah, bank
komersial; dan lembaga keuangan sesuai proporsi yang ditentukan
berdasarkan kondisi ekonomi, dan sasaran dalam perekonomian
Islam. Mo yang disediakan untuk bank-bank komersial terutama
dalam bentuk mudharabah harus digunakan oleh bank sentral sebagai
instrumen kualitatif dan kuantitatif untuk mengendalikan kredit.
2. Saham Publik terhadap Deposito Atas Unjuk/Uang Giral (Public
Share of Demand Deposit). Dalam jumlah tertentu demand deposit
bank-bank komersial (maksimum 25%) harus diserahkan kepada
pemerintah untuk membiayai proyek-proyek sosial yang
menguntungkan.
3. Cadangan Wajib Resmi (Statutory Reserve Requirement). Bank-bank
komersial diharuskan memiliki cadangan wajib dalam jumlah tertentu
di bank sentral. Statutory reserve requirements membantu
memberikan jaminan atas deposit sekaligus membantu penyediaan
likuiditas yang memadai bagi bank. Sebaliknya, bank sentral harus
mengganti biaya yang dikeluarkan untuk memobilisasi dana yang
dikeluarkan oleh bank-bank komersial ini.

Luqmanul Hakiem Ajuna, “Kebijakan Moneter Syariah,” Jurnal Al-Buhuts 13, no. 01 (2017):
57

112.

104
4. Pembatasan Kredit (Credit Ceilings). Kebijakan menetapkan batas
kredit yang boleh dilakukan oleh bank-bank komersial untuk
memberikan jaminan bahwa penciptaan kredit sesuai dengan target
moneter dan menciptakan kompetisi yang sehat antarbank komersial.
5. Alokasi Kredit yang Berorientasi pada Nilai. Realisasi kredit harus
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Alokasi kredit mengarah
pada optimisasi 14 produksi dan distribusi barang dan jasa yang
diperlukan oleh sebagian besar masyarakat. Keuntungan yang
diperoleh dari pemberian kredit juga diperuntukkan bagi kepentingan
masyarakat. Untuk itu perlu adanya jaminan kredit yang disepakati
oleh pemerintah dan bank-bank komersial untuk mengurangi risiko
dan biaya yang harus ditanggung bank.
6. Teknik Lain. Teknik kualitatif dan kuantitatif di atas harus dilengkapi
dengan senjata-senjata lain untuk merealisasikan sasaran yang
diperlukan; termasuk diantaranya moral suasion atau himbauan
moral. Dari literatur perbankan Islam, beberapa alternatif instrumen
kebijakan moneter yang dapat dipakai bank sentral antara lain:
a. Government Deposits Kewenangan bank sentral untuk
memindahkan demand deposit pemerintah yang ada di bank sentral
dari dan ke bank komersial untuk memberi dampak langsung pada
cadangan bank-bank komersial.
b. Mengatur nilai tukar mata uang asing bersama-sama bank semua
pada cadangan bank bank Komersial Persetujuan tukar menukar
mata uang asing secara bersama-sama.
c. Common Pool Langkah ini diambil atas dasar semangat kerja sama
yang mensyaratkan bank-bank komersial untuk menyisihkan
sebagian dari deposit dalam jumlah tertentu dengan tujuan untuk
meringankan persoalan likuiditas yang dialami suatu bank.

105
d. Equity-Base Instruments Jual beli surat berharga, saham, dan
sertifikat bagi hasil berdasarkan penyertaan. Instrumen ini dapat
menggantikan obligasi pemerintah dalam operasi pasar.
e. Change In The Profit and Loss Sharing Ratio Bank sentral
mengeluarkan variasi rasio bagi hasil untuk aktivitas mudharabah
untuk bank komersial dan untuk para deposan kepada
wirausahawan.
f. Refinance Ratio (Rasio Pembiayaan Kembali) Menurut Dr. Sidiqi
sebagai sesuatu pembiayaan yang diberikan bank sentral kepada
bank komersial sebagai bagian dari qordhul hasan yang diberikan
oleh mereka.
g. Lending Ratio Rasio pemberian pinjaman merupakan persentase
uang giral yang dapat dipinjamkan oleh bank sentral sebagai
bagian dari qordhul hasan yang diberikan oleh mereka bagi
nasabah mereka.

Kesehatan sistem moneter dalam keuangan syariah tidak akan


dipengaruhi oleh suku bunga yang tidak menentu dan sukar ditebak dan
tidak pula oleh kebutuhan untuk menstabilkannya. Uang beredar akan
diatur oleh bank sentral menurut kebutuhan sektor riil perekonomian dan
sasaran-sasaran masyarakat Muslim. Pertumbuhan dalam M dapat diatur
untuk merealisasikan sasaran kesejahteraan berbasis luas dan suatu laju
pertumbuhan optimal, tetapi realistis dalam konteks kestabilan harga.
Target dalam M ini akan dicapai dengan menghasilkan pertumbuhan
yang diinginkan dalam uang berdaya tinggi melalui suatu kombinasi
defisit fiskal dan pinjaman mudharabah oleh bank sentral kepada
lembaga-lembaga keuangan.

106
KEBIJAKAN FISKAL DALAM EKONOMI ISLAM
EE. KONSEP DASAR KEBIJAKAN FISKAL
Kebijakan fiskal adalah kebijakan penyesuaian di bidang
pengeluaran dan penerimaan pemerintah untuk memperbaiki keadaan
ekonomi.58Atau dapat juga dikatakan kebijakan fiskal adalah suatu
kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi perekonomian
untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan dan
pengeluaran pemerintah. Kebijakan fiskal menyangkut pengaturan
tentang pengeluaran pemerintah serta perpajakan yang secara langsung
dapat mempengaruhi permintaan total dan dengan demikian akan
mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui penurunan
permintaan total. Kebijaksanaan fiskal yang berupa pengurangan
pengeluaran pemerintah serta kenaikan pajak akan dapat mengurangi
permintaan total, sehingga inflasi dapat ditekan.59

Dari beberapa definisi dapat disimpulkan bahwa kebijakan fiskal


merupakan suatu kebijakan pemerintah yang di dalamnya terdapat
peraturan yang menyangkut penerimaan dan pengeluaran pemerintah
dalam menjaga kegiatan ekonomi yang diinginkan atau kondisi yang
lebih baik. Adapun instrument dalam kebijakan fiskal adalah penerimaan
dan pengeluaran pemerintah yang berhubungan erat dengan pajak.
Kebijakan fiskal juga bisa dikatakan salah satu kebijakan ekonomi
makro yang sangat penting dalam rangka:

1. Membantu memperkecil fluktuasi dari siklus usaha


2. Mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang sustainable,
kesempatan kerja yang tinggi
3. Membebaskan dari inflasi yang tinggi atau bergejolak.
58
Ani Sri Rahayu, Pengantar Kebijakan Fiskal (Bumi Aksara, Ed. 1, Cet. 2: Jakarta, 2014).
59
Noripin, Ekonomi Moneter, Buku II (Yogyakarta, Ed. 1, Cet. 1: BPFE-Yogyakarta, 1987).

107
Pada dasarnya, kebijakan fiskal bertujuan untuk memengaruhi
jumlah total pengeluaran masyarakat, pertumbuhan ekonomi dan jumlah
seluruh produksi masyarakat, banyaknya kesempatan kerja dan
pengangguran, tingkat harga umum dan inflasi, serta menstabilkan
perekonomian dengan cara mengontrol tingkat bunga dan jumlah uang
yang beredar. Dapat disimpulkan bahwa kebijakan fiskal membawa
pengaruh bagi perekonomian. Adapun pengaruh-pengaruhnya, antara
lain:

1. Pemerintah menggunakan kebijakan fiskal untuk mencapai tujuan-


tujuan seperti inflasi yang rendah dan tingkat pengangguran yang
rendah.
2. Bedasarkan teori Keynesian, kenaikan belanja pemerintah sehingga
APBN mengalami defisit dapat digunakan untuk merangsang daya
beli masyarakat (AD = C + G + I + X – M ) dan mengurangi
pengangguran pada saat terjadi resesi/depresi ekonomi.

Ketika terjadi inflasi, pemerintah harus mengurangi defisit atau


menerapkan anggaran surplus untuk mengendalikan inflasi dan
menurunkan daya beli masyarakat. Kebijakan fiskal terdiri dari
perubahan pengeluaran pemerintah atau perpajakan dengan tujuan untuk
mempengaruhi besar serta susunan permintaan agregat khususnya
permintaan swasta. Indikator yang biasa dipakai untuk kebijakan fiskal
ini adalah budget defisit, yakni selisih antara pengeluaran pemerintah
dan juga pembayaran transfer dengan penerimaan terutama dari pajak.60.

FF. KEBIJAKAN FISKAL DALAM ISLAM


Prinsip Islam tentang kebijakan fiskal dan anggaran belanja
bertujuan untuk mengembangkan suatu masyarakat yang didasarkan atas

60
Noripin.

108
distribusi kekayaan berimbang dengan menempatkan nilai-nilai material
dan spiritual pada tingkat yang sama. Kebijakan fiskal dianggap sebagai
alat untuk mengatur dan mengawasi perilaku manusia yang dipengaruhi
melalui insentif yang disediakan dengan meningkatkan pemasukan
pemerintah melalui perpajakan pinjaman atau jaminan terhadap
pengeluaran pemerintah. Kebijakan fiskal dalam suatu daerah tentulah
diharapkan sesuai dengan prinsip dan nilai-nilai Islam karena tujuan
pokok agama Islam adalah mencapai kesejahteraan umat manusia secara
keseluruhan.

Anggaran belanja pada masa pemerintahan Islam adalah sangat


sederhana dan tidak serumit sistem anggaran modern. Pendapatan negara
yang masih baru ini beredar dari tahun ke tahun. Di masa awal
pemerintahan Islam, dasar anggarannya adalah pengeluaran ditentukan
oleh jumlah penghasilan yang tersedia dan ketika ini kebijakan anggaran
belum berorientasi pada pertumbuhan. Konsep anggaran yang berlaku di
masa ini adalah konsep anggaran berimbang dalam pengertian
pengeluaran dan penerimaan negara adalah sama. Karena itu, pada masa
awal pemerintahan Islam jarang terjadi defisit anggaran, karena
pemerintah melakukan kebijakan pengeluaran berdasarkan pemasukan.
Kebijakan fiskal dan keuangan mendapat perhatian serius dalam tata
perekonomian Islam sejak awal. Dalam negara Islam, kebijakan fiskal
merupakan salah satu perangkat untuk mencapai tujuan syariah termasuk
meningkatkan kesejahteraan dengan tetap menjaga keimanan,
kehidupan, intelektualitas, kekayaan, dan kepemilikan.

Bisa dikatakan, kebijakan fiskal memegang peran penting dalam


sistem ekonomi Islam bila dibandingkan dengan kebijakan moneter.
Adanya larangan tentang riba serta kewajiban tentang pengeluaran zakat

109
menyiratkan tentang pentingnya kebijakan fiskal dibandingkan dengan
kebijakan moneter. Larangan riba yang diberlakukan pada tahun Hijriah
keempat telah mengakibatkan sistem ekonomi Islam yang dilakukan
oleh Nabi terutama bersandar pada kebijakan fiskalnya saja. Sementara
itu, negara Islam yang dibangun oleh Nabi tidak mewarisi harta
sebagaimana layaknya dalam pendirian suatu negara. Oleh karena itu,
kita akan mampu melihat bagaimana kebijakan fiskal sangat memegang
peranan penting dalam membangun negara Islam tersebut.61

Pada masa kenabian dan kekhalifahan setelahnya, kaum muslimin


cukup berpengalaman dalam menerapkan beberapa instrument sebagai
kebijakan fiskal, yang diselenggarakan pada lembaga baitul maal atau
national treasury. Dari berbagai macam instrument, pajak diterapkan
atas individu jizya dan pajak khusus muslim, tanah Kharaj, dan ushur
atau cukai atas barang impor dari negara yang mengenakan cukai
terhadap pedagang kaum muslimin, sehingga tidak memberikan beban
ekonomi yang berat bagi masyarakat. Pada saat perekonomian sedang
krisis yang membawa dampak terhadap keuangan negara karena sumber-
sumber penerimaan terutama pajak merosot seiring dengan merosotnya
aktivitas ekonomi maka kewajiban-kewajiban tersebut beralih kepada
kaum muslimin. Semisal krisis ekonomi yang menyebabkan warga
negara jatuh miskin otomatis mereka tidak dikenai beban pajak baik
jizya maupun pajak atas orang Islam, sebaliknya mereka akan disantuni
negara dengan biaya yang diambil dari orang-orang muslim yang kaya.

et al Nurul Huda, Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoretis (Jakarta Ed. 1, Cet. 2: Kencana
61

Prenada Media Group, 2009).

110
TENAGA KERJA, UPAH, DAN PENETAPAN HARGA DALAM
PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM
GG. TENAGA KERJA DALAM PERSPEKTIF EKONOMI
ISLAM
Kerja merupakan salah satu62 kegiatan penting bagi kehidupan
manusia bahkan terkadang menjadi sangat dominan dibandingkan
dengan aktifitas- aktivitas lainnya terutama dalam pemenuhan kebutuhan
hidup. Kerja dapat diartikan secara umum maupun khusus, secara umum
kerja mencakup semua bentuk usaha yang dilakukan oleh manusia, baik
dalam mencari materi maupun non material, intelektual atau fisik,
maupun hal-hal yang berkaitan dengan masalah keduniaan maupun
keakhiratan. 63

Tenaga kerja meliputi mereka yang bekerja untuk diri sendiri


maupun anggota keluarga yang tidak menerima bayaran berupa upah
atau mereka yang sesungguhnya bersedia dan mampu untuk bekerja,
dalam arti mereka menganggur dengan terpaksa karena tidak ada
kesempatan kerja.64 Jadi tenaga kerja adalah semua orang yang bersedia
dan sanggup bekerja. Pengertian tenaga kerja menurut Undang-undang
Nomor 13 Tahun 2003 pasal 1 angka 3 tentang ketenagakerjaan.
Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah
atau imbalan dalam bentuk lain.65 Pandangan ekonomi islam pada tenaga
kerja adalah segala usaha dan ikhtiar yang dilakukan oleh anggota badan
atau pikiran untuk mendapatkan imbalan yang pantas. Termasuk semua
jenis kerja yang dilakukan fisik atau pikiran.

62
Ani Sri Rahayu, Pengantar Kebijakan Fiskal, n.d.
63
M.B. Hendri Anto, Pengantar Ekonomi Mikro Islam (Yogyakarta: Ekonisia UII, 2003).
64
Sonny Sumarsono, Ekonomi Manajemen Sumber Daya Manusia & Ketenagakerjaan
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2003).
65
Zaeni Asyhadie, Hukum Kerja: Hukum Ketenagakerjaan Bidang Hubungan Kerja (Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada1, 2007).

111
Islam mendorong umatnya untuk bekerja dan memproduksi,
bahkan menjadikannya sebuah kewajiban terhadap orang-orang yang
mampu, lebih dari itu Allah akan memberikan balasan yang setimpal
yang sesuai dengan amal/kerja sesuai dengan firman Allah dalam QS.
An-Nahl : 97

‫صالِحًا ِّم ْن َذ َك ٍر اَوْ اُ ْن ٰثى َوهُ َو ُمْؤ ِم ٌن فَلَنُحْ يِيَنَّهٗ َح ٰيوةً طَيِّبَ ۚةً َولَنَجْ© ِزيَنَّهُ ْم اَجْ© َرهُ ْم بِاَحْ َس© ِن َم©©ا‬
َ ‫َم ْن َع ِم َل‬
َ‫َكانُوْ ا يَ ْع َملُوْ ن‬

Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki


maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan
Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan
Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari
apa yang telah mereka kerjakan”(Q.S An-Nahl:97).

Al-Qur’an memberikan penekanan utama terhadap pekerjaan dan


menerangkan dengan jelas bahwa manusia diciptakan di bumi ini untuk
bekerja keras untuk mencari penghidupan masing-masing. Bentuk-
bentuk kerja yang disyariatkan dalam islam adalah pekerjaan yang
dilakukan dengan kemampuannya sendiri dan bermanfaat, antara lain:

1. Menghidupkan tanah mati (tanah yang tidak ada pemiliknya dan tidak
dimanfaatkan oleh satu orang pun)
2. Menggali kandungan bumi
3. Berburu
4. Perseroan antara harta dengan tenaga (mudharabah)
5. Mengairi lahan pertanian (musaqat)
6. Kontrak tenaga kerja (ijarah)

112
HH. SISTEM UPAH DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM
Upah adalah hak yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang
sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja yang
ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan,
atau peraturan.66 Menurut Dewan Penelitian Perupahan Nasional, upah
adalah suatu penerimaan sebagai kerja untuk suatu pekerjaan atau jasa
yang telah atau akan dikerjakan, berfungsi sebagai jaminan
kelangsungan hidup yang layak bagi kemanusiaan dan produksi,
dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut
suatu persetujuan, undang-undang dan peraturan dan dibayarkan atas
dasar suatu perjanjian kerja antara pemberi dan penerima pekerja.67

`Dalam ekonomi islam definisi upah tidak jauh berbeda dengan


apa yang telah disebutkan, namun kita dapat lihat dari dua segi yaitu
moneter dan bukan moneter. Dalam islam upah atau Al-Ijarah adalah
salah satu jalan untuk memenuhi hajat manusia oleh sebab itu para
ulama menilai bahwa ijarah merupakan suatu hal yang boleh dan bahkan
kadang-kadang perlu dilakukan. Syarat mempercepat dan
menangguhkan yang sebagian lagi sesuai dengan kesepakatan kedua
belah pihak.68

Menurut Taqiyuddin bahwa yang dimaksud dengan ijarah adalah


memberi upah kepada seseorang setelah mengerjakan pekerjaan tertentu
atau sampai batas waktu tertentu. Menurut Helmi Karim, pengertian
Ijarah menurut bahasa berarti upah atau ganti imbalan, karena itu lafadz
Ijarah mempunyai pengertian umum yang meliputi upah atas
66
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI), Cet III (Jakarta:
Balai Pustaka, 2003).
67
Veithal Rivai, Islamic Human Capital Dari Teori Ke Praktik Manajemen Sumber Daya Islami
(Jakarta, Cet 1: PT.RajaGrafindo Persada, 2009).
68
Nurul Huda, Ekonomi Makro Islam Pendekatan Teoritis (Jakarta ), cet. Ket-1: Kencana Prenada
Media Group, 2008).

113
pemanfaatan suatu benda atau imbalan sesuatu kegiatan atau upah
karena melakukan sesuatu aktivitas.69Telah diuraikan bahwa ijarah
merupakan salah satu alat untuk memenuhi hajat manusia, oleh karena
itu para fuqaha telah menilai bahwa ijarah itu suatu hal yang dibolehkan,
karena perbuatan tersebut adalah merupakan salah satu bentuk tolong
menolong antara sesama manusia.

Macam-macam Upah Pembagian ijarah biasanya dilakukan


dengan memperhatikan objek ijarah tersebut. Ditinjau dari segi
objeknya, akad ijarah oleh ulama fiqih dibagi menjadi dua macam, yaitu:

1. Ijarah yang bersifat manfaat, disebut juga sewa menyewa barang.


2. Ijarah yang bersifat pekerjaan, disebut juga upah mengupah jasa.

Ijarah yang bersifat manfaat, biasa di anggap terlaksana dengan


penyerahan barang yang disewa kepada penyewa untuk dimanfaatkan,
seperti sewa menyewa rumah, toko, kendaraan, pakaian, perhiasan dan
sebagainya. Apabila manfaat itu merupakan manfaat yang dibolehkan
oleh syara’ untuk dipergunakan, maka ulama fiqih sepakat menyatakan
boleh dijadikan objek sewa menyewa. Sedangkan ijarah yang bersifat
pekerjaan adalah dengan memperkerjakan seseorang untuk melakukan
pekerjaan. Menurut ulama fiqih ijarah ini hukumnya boleh apabila
pekerjaan itu jelas. Ijarah seperti ini ada yang bersifat pribadi, seperti
menggaji seseorang atau sekelompok orang yang menjual jasanya untuk
kepentingan orang banyak. Kedua bentuk ijarah terhadap pekerjaan ini
menurut ulama fiqih hukumnya boleh.70

Adapun prinsip pemberian upah dalam konsep ekonomi islam


yaitu:

69
Huda.
70
Ensiklopedi Hukum Islam (Jakarta, Cet. Ke-7: PT. Ikhtiyar Baru Van Hoeve, 2006).

114
1. Makna Adil

Dalam Konsep Islam Organisasi yang menerapkan prinsip


keadilan dalam pengupahan mencerminkan organisasi yang dipimpin
oleh orang-orang yang bertakwa. Konsep adil ini merupakan ciri-ciri
organisasi yang bertakwa.

‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا ُكوْ نُوْ ا قَوَّا ِم ْينَ هّٰلِل ِ ُشهَد َۤا َء بِ ْالقِ ْس ِۖط َواَل يَجْ ِر َمنَّ ُك ْم َش©ن َٰانُ قَ©©وْ ٍم ع َٰلٓى اَاَّل تَ ْع© ِدلُوْ ا ۗاِ ْع© ِدلُوْ ۗا‬
َ‫هُ َو اَ ْق َربُ لِلتَّ ْق ٰو ۖى َواتَّقُوا هّٰللا َ ۗاِ َّن هّٰللا َ خَ بِ ْي ۢ ٌر بِ َما تَ ْع َملُوْ ن‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-


orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi
dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu
kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah,
karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah,
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.(Q.S
Almaidah: 8)

2. Layak

Dalam konsep islam layak bermakna cukup pangan, sandang,


papan. Dan dalam hal ini berarti upah harus mencukupi kebutuhan
minimum dari ketiga kebutuhan yang merupakan kebutuhan dasar, jika
di tinjau dari hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dzar bahwa Rasulullah
SAW bersabda "Mereka para budak dan pelayan mu adalah saudara mu,
Allah menempatkan mereka dibawah asuhan mu, sehingga barang siapa
mempunyai saudara dibawah asuhannya maka harus diberinya makan
seperti apa yang dimakannya sendiri dan member pakaian apa yang
dipakainya sendiri dan tidak membebankan pada mereka dengan tugas
yang sangat berat, dan jika kamu membebankan nya dengan tugas
seperti itu, maka hendaklah membantu mereka mengerjakannya” (HR.

115
Muslim27). Hadits diatas menjelaskan bahwa kelayakan upah yang
diterima oleh pekerja dilihat 3 aspek yaitu pangan atau makanan,
sandang atau pakaian, dan papan atau tempat tinggal.

Mekanisme penetapan upah dalam Islam Pada masanya,


Rasulullah adalah pribadi yang menetapkan upah bagi para pegawainya
sesuai dengan kondisi, tanggung jawab dan jenis pekerjaan. Upah
ditentukan berdasarkan jenis pekerjaan, untuk itu upah yang dibayarkan
kepada masing-masing pegawai bisa berbeda berdasarkan jenis
pekerjaan dan tanggung jawab yang dipikulnya. Tanggungan nafkah
keluarga juga bisa menentukan jumlah gaji yang diterima pegawai. Bagi
yang sudah berkeluarga, gajinya dua kali lebih besar dari pegawai yang
masih lajang. Karena mereka harus menanggung nafkah orang-orang
yang menjadi tanggung jawabnya, agar mereka tetap bisa memenuhi
kebutuhan dan hidup dengan layak.

Upah yang diberikan berdasarkan tingkat kebutuhan dan taraf


kesejahteraan masyarakat setempat. 71Maka dapat dijelaskan bagaimana
konsep upah dalam ekonomi islam. Upah berbeda-beda berdasarkan
perbedaan kerjanya dan berdasarkan perbedaan tingkat
kesempurnaannya dalam suatu pekerjaan yang sama. Jadi tinggi-
rendahnya upah seseorang dalam suatu pekerjaan itu semata-mata
dikembalikan pada tingkat kesempurnaan jasa atau kegunaan tenaga
yang mereka berikan.72 Upah dalam konsep syariah memiliki dua
dimensi, yaitu dimensi dunia dan dimensi akhirat. Untuk menerapkan
upah dalam dimensi dunia, konsep moral merupakan hal yang sangat
penting agar pahala dapat diperoleh sebagai dimensi akhirat dari upah
tersebut. Jika moral diabaikan, dimensi moral tidak akan tercapai. Oleh

71
Ensiklopedi Hukum Islam.
72
Taqiyuddin An-Nabhani, Sistem Ekonomi Islam (Jakarta: Hizbut Tahrir Indonesia, 2012).

116
karena itulah konsep moral diletakan paling luar, yang artinya konsep
moral diperlukan untuk menerapkan upah dimensi dunia agar upah
dimensi akhirat dapat tercapai.

II. PENETAPAN HARGA DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM


Harga merupakan salah satu variabel dari pemasaran atau
penjualan. Islam memberikan kebebasan dalam harga yang artinya
segala bentuk konsep harga yang terjadi dalam transaksi jual beli
diperbolehkan dalam ajaran islam selama tidak ada dalil yang
melarangnya, dan selama harga tersebut terjadi atas dasar keadilan dan
suka sama suka antara penjual dan pembeli. Harga menjadi sesuatu yang
sangat penting, artinya bila harga suatu barang terlalu mahal dapat
mengakibatkan barang menjadi kurang laku, dan sebaliknya bila menjual
terlalu murah, keuntungan yang didapat menjadi berkurang. Penetapan
harga yang dilakukan penjual atau pedagang akan mempengaruhi
pendapatan atau penjualan yang akan diperoleh atau bahkan kerugian
yang akan diperoleh jika keputusan dalam menetapkan harga jual tidak
dipertimbangkan dengan tepat sasaran. Dalam menetapkan harga jual
dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti73:

1. Penetapan harga jual oleh pasar yang artinya penjual tidak dapat
mengontrol harga yang dilempar di pasaran. Harga ditentukan oleh
mekanisme penawaran dan permintaan dalam keadaan seperti ini
penjual tidak dapat menetapkan harga jual yang diinginkan
2. Penetapan harga jual yang dilakukan oleh pemerintah, artinya
pemerintah berwenang menetapkan harga barang dan jasa terutama
menyangkut masyarakat umum. Perusahaan tidak dapat menetapkan
harga jual barang sesuai kehendaknya.

73
Yusuf Qardhawi, Norma Dan Etika Bisnis Islam, Alih Bahasa Zainal Arifin (Jakarta: Gema
Insani, 1999).

117
3. Penetapan harga jual yang dicontoh oleh penjual oleh perusahaan,
maksudnya harga ditetapkan sendiri oleh perusahaan. Penjual
menetapkan harga dan pembeli boleh memilih, membeli atau tidak.
Harga ditetapkan oleh keputusan atau kebijaksanaan dalam
perusahaan.

Menurut jumhur ulama telah sepakat bahwa islam menjunjung


tinggi mekanisme pasar bebas, maka hanya dalam kondisi tertentu saja
pemerintah dapat melakukan kebijakan penetapan harga. Prinsip dari
kebijakan ini adalah mengupayakan harga yang adil, harga yang normal,
atau sesuai harga pasar. Dalam penjualan islami, baik yang bersifat
barang maupun jasa, terdapat norma, etika agama, dan perikemanusiaan
yang menjadi landasan pokok bagi pasar islam yang bersih, yaitu:

1. Larangan menjual atau memperdagangkan barang-barang yang


diharamkan
2. Bersikap benar, amanah dan jujur
3. Menegakkan keadilan dan mengharamkan riba
4. Menerapkan kasih sayang
5. Menegakkan toleransi dan keadilan

Ajaran islam memberikan perhatian yang besar terhadap


kesempurnaan mekanisme pasar. Mekanisme pasar yang sempurna
merupakan resultan dari kekuatan yang bersifat massal, yaitu merupakan
fenomenal alamiyah. Pasar yang bersaing sempurna menghasilkan harga
yang adil bagi penjual maupun pembeli. Oleh karena itu, islam sangat
memperhatikan konsep harga yang adil dan mekanisme pasar yang
sempurna. Menurut Ibnu Taimiyah naik dan turunnya harga tidak selalu
disebabkan oleh tindakan tidak adil dari sebagian orang yang terlibat
transaksi. Bisa jadi penyebabnya adalah penawaran yang menurun akibat

118
inefisiensi produksi, penurunan jumlah impor barang-barang yang
diminta atau juga tekanan pasar. Karena itu, jika permintaan terhadap
barang meningkat, sedangkan penawaran menurun, harga barang
tersebut akan naik. Begitu pula sebaliknya. Kelangkaan dan
melimpahnya barang mungkin disebabkan oleh tindakan yang adil atau
mungkin juga tindakan yang tidak adil.74

Adanya suatu harga yang adil telah menjadi pegangan yang


mendasar dalam transaksi yang islami. Pada prinsipnya transaksi bisnis
harus dilakukan pada harga yang adil, sebab ia adalah cerminan dari
komitmen syari’ah islam terhadap keadilan yang menyeluruh. Secara
umum harga yang adil ini adalah harga yang tidak menimbulkan
eksploitasi atau penindasan sehingga merugikan salah satu pihak dan
menguntungkan pihak yang lain. Harga harus mencerminkan manfaat
bagi pembeli dan penjualnya secara adil, yaitu penjual memperoleh
keuntungan yang normal dan pembeli memperoleh manfaat yang setara
dengan harga yang dibayarkan.

Penentuan harga haruslah adil, sebab keadilan merupakan salah


satu prinsip dasar dalam semua transaksi yang islami. Bahkan, keadilan
sering kali dipandang sebagai inti sari dari ajaran islam dan dinilai Allah
sebagai perbuatan yang lebih dekat dengan ketakwaan. Islam
menghargai hak penjual dan pembeli untuk menentukan harga sekaligus
melindungi hak keduanya. Islam membolehkan bahkan mewajibkan
pemerintah melakukan intervensi harga, bila kenaikan harga disebabkan
oleh distorsi terhadap permintaan dan penawaran. Kebolehan intervensi
harga antara lain:

Adiwarman A Karim, Ekonomi Mikro Islam, Edisi Ketiga (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
74

2011).

119
1. Intervensi harga menyangkut kepentingan masyarakat yaitu
melindungi penjual dalam hal tambahan keuntungan (profit margin)
sekaligus melindungi pembeli dalam hal purchasing power.
2. Bila tidak dilakukan intervensi harga maka penjual dapat menaikkan
harga dengan cara ikhtiar. Dalam hal ini penjual mendzalimi pembeli.
3. Pembeli biasanya mewakili masyarakat yang lebih luas, sedangkan
penjual mewakili kelompok masyarakat yang lebih kecil, sehingga
intervensi harga berarti pula melindungi kepentingan masyarakat
yang lebih luas.75

75
Karim.

120
DAFTAR PUSTAKA
Adiwarman A. Karim. Bank Islam : Analisis Fiqih & Keuangan, Ed.3, Cet.3. PT.
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2016.
Adiwarman Azwar Karim. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2010.
Adiwarman Karim. Bank Islam (Analisis Fiqih Dan. Keuangan). Jakarta: PT Raja
Grafindo, 2014.
Almizan. “Pembangunan Ekonomi Dalam Perspektif Islam.” Maqdis: Jurnal
Kajian Ekonomi Islam 1, no. 2 (2016).
An-Nabhani, Taqiyuddin. Sistem Ekonomi Islam. Jakarta: Hizbut Tahrir
Indonesia, 2012.
Anshori, Abdul Ghofur. Peradilan Agama Di Indonesia Pasca UU No. 3 Tahun
2006, Sejarah Kedudukan Dan Kewenangan. Yogyakarta: UII Press,
2007.
Anto, M.B. Hendri. Pengantar Ekonomi Mikro Islam. Yogyakarta: Ekonisia UII,
2003.
Asyhadie, Zaeni. Hukum Kerja: Hukum Ketenagakerjaan Bidang Hubungan
Kerja. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada1, 2007.
Aulia Pohan. Kerangka Kebijakan Moneter Dan Implementasinya Di Indonesia.
Jakarta: Rajawali Pers, 2008.
Azhar, Azhar. “Antara Ekonomi Islam Dan Ekonomi Konvensional.” Islamika :
Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman 17, no. 02 (2017).
Boediono. Teori Pertumbuhan Ekonomi, Seri Sinopsis, Edisi Pertama,. Cetakan
Pertama. Yogyakarta: BPFE, 1999.
Eko Suprayatino. Ekonomi Islam: Pendekatan Ekonomi Makro Islam Dan
Konvensional. Yogyakarta: Graha Imu, 2005.
Ensiklopedi Hukum Islam. Jakarta, Cet. Ke-7: PT. Ikhtiyar Baru Van Hoeve,
2006.
Fadilla. “Hubungan Antara Pendapatan Dan Gaya Hidup Masyarakat Dalam
Pandangan Islam ( Relationship Between Community Income and
Lifestyle In the Islamic View).” Jurnal Ilmu Syariah 05, no. 01 (2017):
39–50.
Habibi, Mohammad Luthfillah, and Ana Toni Roby Candra Yudha. “Membangun
Integrated Takaful Dan Wakaf Model Dalam Upaya Meningkatkan
Kemanfaatan Pemegang Polis” 1, no. July (2017): 139–55.
Hakim, Mukti. Aspek Ekonomi Dan Sosial. Medan: Universitas Medan Area,
2015.
Huda dkk, Nurul. Ekonomi Pembangunan Islam. 1st ed. Jakarta: Kencana, 2017.
Huda, Nurul. Ekonomi Makro Islam Pendekatan Teoritis. Jakarta ), cet. Ket-1:
Kencana Prenada Media Group, 2008.

121
———. Ekonomi Makro Islam. Pendekatan Teoritis, Cet: I. Jakarta: Kencana,
2008.
James, Michael. Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga. Jakarta: Ghalia, 2001.
Jamli, A. Teori Ekonomi Makro. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2001.
Kahf, Monzer. Ekonomi Islam (Telaah Analitik Terhadap Fungsi Sistem Ekonomi
Islam), Pustaka Pelajar. Yogyakarta, 1995.
Karim, Adiwarman A. Ekonomi Mikro Islam, Edisi Ketiga. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2011.
Khairina Tambunan, Isnaini Harahap dan Marliyah. “Analisis Kointegrasi Zakat
Dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Periode Tahun 2015-2018.”
AKTSAR 02, no. 02 (2019): 254.
Luqmanul Hakiem Ajuna. “Kebijakan Moneter Syariah.” Jurnal Al-Buhuts 13,
no. 01 (2017): 112.
Mahendra, A. “Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Perkapita,
Inflasi Dan Pengangguran Terhadap Jumlah Penduduk Miskin Di Provinsi
Sumatera Utara.” Jurnal Riset Akuntansi & Keuangan 02, no. 02 (2016):
123–48.
Manggi, Rio dan Brigita Dian Saraswati. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Inflasi Di Indonesia: Model Demand Pull Inflation.” Jurnal Ekonomi
Kuantitatif Terapan 06, no. 02 (2013): 71–143.
Mannan, M.A. Teori Dan Prakrtek Ekonomi Islam (Edisi Terjemahan). Dana
Bhakti Wakaf. Yogyakarta, 1997.
Mardiasmo. Perpajakan Edisi Revisi Tahun 2016. Yogyakarta: Penerbit. Andi,
2016.
Muchtolifah. Ekonomi Makro. Jakarta: Unesa University Press., 2009.
Mufraini, M.Arif. Akuntansi Dan Manajemen Zakat: Mengkomunikasikan
Kesadaran Dan Membangun Jaringan. Jakarta: Kencana, 2006.
Muhammad. Ekonomi Mikro (Dalam Persfektif Islam). Yogyakarta: BPFE, 2005.
———. Kebijakan Fiskal Dan Moneter Dalam Islam. Jakarta: Salemba Empat,
2002.
Muhammad Abdul Mannan. Ekonomi Islam Teori Dan Praktek Dasar-Dasar
Ekonomi Islam. Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1993.
Muhammad Umer Chapra. “Monetary Manajement In an Islamic Economic.”
Journal Islamic Economic Studies 04, no. 01 (1996): 14–15.
Muttaqin, Rizal. “Pertumbuhan Ekonomi Dalam Perspektif Islam.” Jurnal
Ekonomi Syariah Dan Bisnis 1, no. 1 (2018).
Nasional, Departemen Pendidikan. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI), Cet
III. Jakarta: Balai Pustaka, 2003.
Nopirin. Ekonomi Makro. Cetakan Keempat. Yogyakarta: BPEE, 1997.
Noripin. Ekonomi Moneter, Buku II. Yogyakarta, Ed. 1, Cet. 1: BPFE-
Yogyakarta, 1987.

122
Nurul Huda, et al. Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoretis. Jakarta Ed. 1,
Cet. 2: Kencana Prenada Media Group, 2009.
Prathama Rahardja dan Mandala Manurung. Teori Ekonomi Makro Suatu
Pengantar. Cetakan 2. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,
2004.
Qardhawi, Yusuf. Norma Dan Etika Bisnis Islam, Alih Bahasa Zainal Arifin.
Jakarta: Gema Insani, 1999.
Rahayu, Ani Sri. Pengantar Kebijakan Fiskal. Bumi Aksara, Ed. 1, Cet. 2:
Jakarta, 2014.
———. Pengantar Kebijakan Fiskal, n.d.
Rumasanah. “Pengaruh Inflasi Dan Bi Rate Terhadap Tabungan Mudharabah
Pada Pt. Bank Syariah Mandiri Periode 2014-2016.,” 2018.
Samuelson, Paul A. & William D. Nordhaus. Edisi Tujuh Belas. Ilmu Makro-
Ekonomi. Edisi Tujuh Belas. Jakarta: Erlangga, 2004.
Sembanyang, Lesta Karolina B. “Analisis Keterkaitan Ketersediaan Infrastruktur
Dengan Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia: Pendekatan Analisis
Granger Causality.” Jejak 4, no. 1 (2011).
Sukirno. Makroekonomi, Teori Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo, 2004.
Sumarsono, Sonny. Ekonomi Manajemen Sumber Daya Manusia &
Ketenagakerjaan. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2003.
Suprayitno, Eko. Ekonomi Islam (Pendekatan Ekonomi Makro Islam Dan
Konvensional. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005.
Syahbudi, Muhammad. Ekonomi Makro Perspektif Islam. Medan: UIN Sumatera
Utara, 2018.
Teddy, Candra Priyono dan. Esensi Ekonomi Makro. Sidoarjo: Zifatama
Publisher, 2016.
Todaro. Ekonomi Dalam Pandangan Modern. Terj. Jakarta: Bina Aksara, 2002.
Umer M. Chapra. Terj. Towards a Just Monetary System. Jakarta: Gema Insani
Press, 2000.
Veithal Rivai. Islamic Human Capital Dari Teori Ke Praktik Manajemen Sumber
Daya Islami. Jakarta, Cet 1: PT.RajaGrafindo Persada, 2009.
Wahyu Rini Mulyasari. E-Modul Ekonomi. Jakarta: Direktorat Pembinaan SMA
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2019.
Westi. “Inflasi Dan Tinjauannya Dalam Perspektif Islam.” 05, no. 01 (2003).
Yoshanda, Agung Andhana. Pendapatan Nasional. Sidoarjo: Fakultas Sains dan
Teknologi, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, 2009.
Yudha, Ana Toni Roby Candra, and A. (2018) Prayitno, A., Rahmaning, D., &
Maulana. “Instrumen Moneter Indonesia : Penentuan Arah Kebijakan
Serta Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi.” Journals of
Economics Development Issues ( JEDI ) 1, no. 2 (2018): 1–11.
https://doi.org/10.33005/jedi.v1i2.15.

123
Yudha, Ana Toni Roby Candra, Muhamad Nafik Hadi Ryandono, Akmalur Rijal,
and Ida Wijayanti. “Financing Model to Develop Local Commodity
Business of East Java in Maqashid Syariah Perspective.” Test Engineering
and Management 83, no. 3590 (2020): 3590–95.

BIOGRAFI PENULIS, EDITOR DAN LAYOTER

Ana Toni Roby Candra


Yudha, M.SEI.
Staf Pengajar
UIN Sunan Ampel Surabaya
Tangerang, 24 Januari 1987
@anatonirobycandra Muhammad Rafi' Mubarak
anatoniroby@gmail.com Mahasiswa Ekonomi Syariah
Angkatan 2019
Silva Syahri Rahmadhani Nganjuk, 17 Juni 2000
Mahasiswa Ekonomi Syariah @rafi_mubarak15
Angkatan 2019 rafi3.mubarak@gmail.com
Sidoarjo, 7 Desember 2000
@silvasyrhmdhni
silvasyahri11@gmail.com Adi Pikaso
Mahasiswa Ekonomi Syariah
Angkatan 2019
Iin Nur Yanti Tegal, 6 April 2001
Mahasiswa Ekonomi Syariah @adipikaso
Angkatan 2020 ariesaja201@gmail.com
Pasuruan, 23-Januari-2002
@hinuriin_
iinnuryanti2301@gmail.com Qurrota A'yunin
Mahasiswa Ekonomi Syariah
Angkatan 2019
Sidoarjo, 1 Maret 2000
@iin.quy
qurrotayunin18@gmail.com

124
Rizky Arifianti
Anggita Indah Kusuma Mahasiswa Ekonomi Syariah
Mahasiswa Ekonomi Syariah Angkatan 2020
Angkatan 2020 Sidoarjo, 06 Mei 2001
Bojonegoro, 3 Agustus 2001 @ikiiik3
@anggita.indah_ rizkyaarifiantiii06@gmail.com
anggitaindah57@gmail.com

Chetrine Alya Rinaima Safira Aulia Amirullah


Mahasiswa Ekonomi Syariah Mahasiswa Ekonomi Syariah
Angkatan 2019 Angkatan 2019
Ngawi, 7 April 2000 Lamongan, 24 Mei 2001
@alya_rinaima @safiraaulia138
chetrinealya@gmail.com safiraaulia138@gmail.com

Ardy Pujangga Risky Arisma


Mahasiswa Ekonomi Syariah Mahasiswa Ekonomi Syariah
Angkatan 2020 Angkatan 2019
Bojonegoro,20 Oktober 2002 Pekalongan, 3 Juli 2002
@ardyangga19 @arismaaar
ardypujangga20@gmail.com arismaarisma3@gmail.com

Alnavi Azzahra Zamrotin Aulan Nisak


Mahasiswa Ekonomi Syariah Mahasiswa Ekonomi Syariah
Angkatan 2019 Angkatan 2020
Sidoarjo, 04 Oktober 2001 Lamongan, 19 Juni 2001
@alnaviaz @aulan_annisa
alnavi410@gmail.com wulannisa19@gmail.com

125
Luthfi Diah Rahmawati
Mahasiswa Ekonomi Syariah
Angkatan 2020
Madiun, 18 Agustus 2002
@luthfd_
luthfidiahr@gmail.com

126

Anda mungkin juga menyukai