Anda di halaman 1dari 17

ISLAM DAN KEBANGSAAN SOEKARNO

TUGAS MATA KULIAH STUDI PENDEKATAN STUDI ISLAM

Dosen pengampu Dr. Ilman Nafi’a

Oleh :

EDI GUNARTO
NIM 21086010007

PROGRAM PASCA SARJANA


MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI
CIREBON
2021

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan


karunia, rahmad, dan kasih sayangnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Makalah ini untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah
Pendekatan Studi Islam pada jurusan Manajemen Pendidikan Islam.
Untuk itu terima kasih penulis ucapkan dengan tulus dan sedalam-dalamnya
penulis haturkan kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya
makalah ini diataranya:
• Yth. Bapak Dr. H. Ilman Nafi’a
• Rekan-rekan mahasiswa jurusan Manajemen Pendidikan Islam, khususnya
kelas A atas sharing pengetahuannya.
Penulis menyadari betapa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak selalu
penulis harapkan.

Cirebon 26 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
Kata Pengantar ................................................................................................ ii
Daftar Isi .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1


A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................. 2
C. Tujuan dan Kegunaan ....................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................ 7


A. Biografi Soekarno ............................................................. 3
B. Munculnya golongan Islam dan Kebangsaan Indonesia ... 4
C. Pemikiran Soekarno tentang Islam dan Kebangsaan ......... 8
BAB III PENUTUP ................................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 17

iii
BAB I . PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara dengan tingkat kemajemukan yang sangat tinggi.

Berbagai ras, suku, tradisi, agama, maupun budaya yang berbeda menyatu menjadi

sebuah karakter bangsa yang unik. Hal ini rupanya disadari oleh para pendiri negara

ini, sehingga pemikiran dan gagasan mengenai kehidupan berbangsa dan bernegara

dimunculkan dan diejawantahkan dalam pendirian bangsa. Konsep kebangsaan yang

dibangun tesebut terbukti Tangguh dalam mempertahankan eksistensi negara Indonesa

di mata dunia sebagai negara yang cinta damai. 1

Sementara itu, umat islam sebagai kalangan mayoritas di negara kita,

menjadikan masyarakat Indonesia memiliki cara yang khas dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara. Akan tetapi, Islam dan kebangsaan seperti dua hal yang

senantiasa dipertentangkan. .Bahkan hingga saat ini, perdebatan antara Islam dan

Agama belum sepenuhnya selesai. Ada indikasi perbedaan pemikiran politik yang

berdasarkan agama dan nasionalis ini berimplikasi pada tataran praktis. Misalnya pada

peristiwa pemilu beberapa waktu lalu, tampaknya masih ada sentiment kelompok

nasionalis pada Islam. Polemik yang dimuat di beberapa media massa di era reformasi

tentang hubungan agama dan negara ternyata mengindikasikan bahwa persoalan itu

belum tuntas. Termasuk tentang ide-ide mencantumkan syariat Islam dalam

amandemen UUD 45 pada Sidang Tahunan MPR2

1 Mauliyah, Fatatik. 2020. Pemikiran Ir Soekarno tentang Konsep Islam Kebangsaan.


https://ibtimes.id/pemikiran-ir-soekarno-tentang-konsep-islam-kebangsaan diakses tanggal 3 November
2021

2
Suhelmi, Ahmad. 2011 Polemik Negara Islam Soekarno versus Nastir. Jakarta : Penerbit
Universitas Indonesia, hlm viii

1
Sebagai seorang muslim dan negarawan, Presiden Soekarno berperan

besar dalam melahirkan pemikiran-pemikiran berkaitan dengan nasionalisme,

politik, maupun agama. Berbagai pemikiran beliau bahkan masih tetap eksis

dari generasi ke generasi, menunjukkan bahwa beliau merupakan cendekiawan

dengan visi yang jauh ke depan.

Bedasarkan Latar belakang tersebut, maka penulis mengajukan makalah

berjudul “Islam dan kebangsaan Soekarno”

B. Rumusan Masalah

Bedasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka permasalahan yang

dapat dirumuskan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Biografi Presiden Soekarno

2. Bagaimana Munculnya golongan Islam dan Kebangsaan di Indonesia?

3. Bagaimana Pemikiran Soekarno tentang Islam dan Kebangsaan?

C. Tujuan Dan Kegunaan

Adapun tujuan yang ingin didapatkan dari makalah ini adalah untuk:

1. Mengetahui Biografi Presiden Soekarno

2. Mengetahui Proses Kemunculan golongan Islam dan Kebangsaan di

Indonesia

3. Mengetahui Pemikiran Soekarno tentang Islam dan Kebangsaan

2
BAB. II

PEMBAHASAN

A. Biografi Soekarno

Soekarno atau yang sering kita kenal dengan Bung Karno lahir pada 6 Juni

1901 di Surabaya, Jawa Timur dengan nama kecilnya Kusno Sosrodihardjo3.

Beliau merupakan putra dari Raden Soekemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu

Nyoman Rai. Ibunda Bung Karno merupakan bangsawan Bali. Kedua orang tua

Soekarno bertemu saat sang ayah menjadi guru di Bali. Soekarno hanya

sebentar tinggal dengan kedua orang tuanya di Blitar.

Tahun 1911 Soekarno pindah lagi ke ELS yang setara dengan Sekolah Dasar

(SD) yang khusus dipersiapkan untuk masuk Hogere Burger School (HBS) di

Surabaya. Tahun 1915 Soekarno menyelesaikan sekolahnya di ELS dan

kemudian tinggal di rumah sahabat ayahnya di Surabaya, Haji Oemar Said

Tjokroaminoto atau HOS Cokroaminoto yang merupakan pendiri Serikat Islam.

Sejak itulah Soekarno mulai dikenalkan dengan perjuangan yang akhirnya

membuatnya sangat ingin berjuang bagi bangsa Indonesia.

Di Kediaman Cokroaminoto inilah Soekarno muda mulai banyak belajar

politik dan banyak berlatih pidato. Di sanalah Soekarno mulai kenal dan

berinteraksi dengan tokoh-tokoh hebat, seperti Dr. Douwes Dekker, Tjipto

3
Lala Nilawanti. Biografi Ir. Soekarno, Sang Proklamotor Kemerdekaan Indonesia.
https://www.gramedia.com/literasi/ir-soekarno/

3
Mangunkusumo, dan Ki Hajar Dewantara. Sebagaimana yang kita ketahui

mereka adalah para pemimpin organisasi National Indische Partij.

Bung karno melanjutkan pendidikan di HBS (Hoogere Burger School),

kemdian Lulus tahun 1920. Setelah itu beliau melanjutkan pendidikan di THS

(Technische Hoogeschool) yang merupakan cikal Bakal Institut Teknologi

Bandung. Soekarno lulus pada 25 Mei 1926 dan mendapat gelar Insinyur4.

Tahun 1926 atau setelah lulus, Soekarno bersama dengan Ir. Anwari

mendirikan Biro Insinyur. Bung Karno selama berada di Bandung aktif dalam

berbagai organisasi. Partai Nasional Indonesia merupakan salah satu organisasi

dimana beliau berada didalamnya yang didirikan pada 4 Juli 1927. PNI

merupakan partai yang bertujuan untuk memerdekakan bangsa Indonesia.

Karena pendirian partai yang ingin memerdekakan diri itulah Soekarno di

penjara pada 29 Desember 1929. Burng Karno termasuk salah satu politikus

yang bolak-balik penjara karena memperjuangkan kemerdekaan

Indonesia. Perjuangan Bung Karno yang cukup panjang tersebut pada akhirnya

mampu mengantarkan Indonesia pada kemerdekaan. Bersama Mohammad

Hatta dan beberapa tokoh lainnya, beliau menyatakan kemerdekaan bangsa

Tepat pada tanggal 17 Agustus 1945.

Sebelum menyatakan kemerdekaan, Soekarno telah sudah mengemukakan

dasar negara, Pancasila, pada sidang BPUPKI 1 Juni 1945. Dasar ini kemudian

menjadi dasar negara Indonesia. 5

4
Lala Nilawanti. Biografi Ir. Soekarno, Sang Proklamotor Kemerdekaan Indonesia.
https://www.gramedia.com/literasi/ir-soekarno/
5
Tiyas Septiana. Biografi singkat Bapak Proklamator Indonesia, Ir. Soekarno.
: https://lifestyle.kontan.co.id/news/biografi-singkat-bapak-proklamator-indonesia-ir-soekarno-1?page=all.

4
Soekarno dikarunia 8 orang anak. Fatmawati, istri pertama Bung Karno,

melahirkan Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati, dan Guruh. Taufan

dan Bayu adalah putra Soekarno dari Hartini. Ratna Sari Dewi, istri Soekarno

berdarah Jepang, memiliki anak bernama Kartika. Bung Karno menyerahkan

jabatannya sebagai presiden Indonesia setelah terjadi gejolak politik. Gejolak

ini disebabkan oleh pemberontakan G-30-S/PKI yang menewaskan banyak

perwira TNI. Soekarno wafat di RSPAD tanggal 21 Juni 1970 karena sakit

yang terus memburuk. Beliau dimakamkan di Blitar, dekat dengan makam sang

ibunda.

Menurut Anwar Sanusi, dengan menelaah pemikiran yang dikaitkan dengan

konteks kehidupan dan perjuangannya, pemikiran Sukarno bersifat

transformatif. Watak trans- formatif itulah yang pada akhirnya mengantarkan

serangkaian gagasan yang tidak populer pada zamannya namun relevan untuk

dikemukakan.6

B. Munculnya Golongan Islam dan Kebangsaan Indonesia

Pertumbuhan gerakan politik di kalangan muslimin Indonesia identik

dengan kemunculan gerakan Sarikat Islam (SI). Dinamika partai ini

memperlihatkan dengan jelas posisi pergerakan politik Islam di Indonesia yang

mendasarkan ideologinya pada ajaran Islam. Sayangnya, popularitas yang

pada awalnya begitu tinggi itu tidak dapat dipertahankan. Peran pentingnya

sebagai katalisator pergerakan nasional Indonesia mulai memudar sinarnya di

6
Sanusi, Dr Anwar. 2018 PEMIKIRAN TRANSFORMATIF SOEKARNO
DALAM POLITIK ISLAM (Pendekatan Transformatif Bill Gould, Karl Stenbrink, dan Kontowijoyo).
Empowe : Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam 3 (2), Hlm 61

5
pada akhir 1920. Menjelang kemerdekaan RI, Sarekat Islam semakin gagal

memerankan kepeloporannya sebagai gerakan yang menonjol, bahkan pada

akhirnya seolah tergusur oleh kelompok-kelompok sosial-keagamaan lain.

Menurut Nurhidayat, Salah satu sebab merosotnya SI adalah ketidakmampuan

para pemimpinnya mengatasi berbagai perbedaan paham, khususnya yang

berkaitan dengan arah politik Organisasi tersebut terutama setelah ide

Marxisme merasuk ke dalamnya. 7

Awalnya, kemunculan organisasi tradisional seperti NU adalah reaksi

atas berdirinya organisasi pembaharu. Terjadinya polarisasi yang tampak antara

golongan modernis dan tradisionalis menjadi sumber konflik ketika berbicara

dalam persoalan-persoalan sentimentil dan bersifat pribadi, meski perbedaan

tersebut hanya berkisar pada masalah furu’iyyah. Berbagai upaya telah dicoba

untuk mengakhiri konflik diantaranya penyelenggaraan kongres al-Islam I di

Cirebon tahun 1922, meskipun berakhir dengan kegagalan. Namun ada hal

penting yang dihasilkan dan menjadi hasil kompromi dari kongres tersebut yaitu

menyetujui bahwa dasar ajaran Islam adalah al-Qur’an dan Sunnah, dan Empat

Iman Madzhab Fiqh. Sikap yang kompromis di antara dua golongan itu muncul

seiring dengan kian besarnya tantangan dan tekanan yang bersifat politis

terhadap Islam. Keprihatinan yang mereka rasakan bersama adalah bagaimana

mewujudkan Islam sebagai dasar dan ideologi negara

7
Hidayat, Nur. 2019. Islam dan kebangsaan (Pergumulan Dakwah Elit politik Muslim) Medikom :
Jurnal Pendidikan dan Dakwah Volume 1 (2) 2019, hlm 121

6
Pertarungan ideologis antar kelompok baru berlangsung secara nyata

dalam pertemuan-pertemuan BPUPKI pada tahun 1945. Kelompok Islam

menyatakan bahwa bangsa Indonesia harus menjadi sebuah negara Islam, atau

Islam harus menjadi ideologi negara. Sedangkan kelompok nasionalis

mengusulkan dibentuknya sebuah negara Kesatuan Nasional di mana masalah-

masalah negara harus dipisahkan dari berbagai permasalahan agama. Kelompok

ini berargumen bahwa Islam tidak memiliki pandangan yang tegas dan utuh

mengenai hubungan antara agama dan negara Selain itu, para pemimpin

nasionalis mengingatkan bahwa Indonesia bukanlah bangsa yang homogen.

Kelompok nasionalis juga terus meyakinkan kelompok agamis bahwa bentuk

negara yang demikian itu tidak akan menjadi sebuah negara yang tidak

religious.

Pada akhirnya kelompok Islam mengalami kekalahan. Hal ini disebabkan

oleh ketidaksiapan para pemimpin Islam untuk menciptakan berbagai manuver

politik yang mampu meyakinkan seluruh pihak bahwa gagasan ideologi Islam

bagi negara Indonesia merdeka adalah hal yang wajar dan menjadi sebuah

kebutuhan. Di sisi lain, perepecahan yang terjadi pada tubuh SI menyebabkan

organisasi ini menjadi semakin tidak menarik bagi golongan intelektual muda

hasil Pendidikan Barat. Bung Karno yang merupakan anak didik Cokroaminoto

bahkan memutuskan untuk membentuk organisiasi politik sendiri yaitu PNI

(Partan Nasional Indonesia) pada tahun 1927. Organisasi ini dikembangkan

berdasarkan ideologi politik yang berbeda dengan organisasi yang diikuti

sebelumnya.

7
Demi mengejawantahkan gagasan persatuan seluruh rakyat Indonesia

dalam mencapai kemerdekaan, PNI mendasarkan kiprah nasionalisnya kepada

paham idiologi kebangsaan (Nasionalisme). Bersama para intelektual muda

aktivis pergerakan nasional yang baru Kembali dari Belanda, terbentuklah cikal

bakal gerakan nasionalis di Indonesia. Mereka pada akhirnya mendominasi dan

mengarahkan gerakan nasionalis Indonesia untuk mencapai kemerdekaannya.

Akan tetapi, menurut Nur Hidayat, Yang terjadi adalah bahwa gerakan

nasionalis ini secara tidak langsung membuka pintu konfrontasi idiologis

dengan para pemimpin dan aktivis Islam, terutama berkaitan dengan negara dan

agama Islam dalam sebuah negara Indonesia merdeka8.

Permasalahan yang seringkali diperdebatan oleh golongan nasionalis

kebangsaan dengan golongan agama diantaranya masalah antara hubungan

agama dan negara. Menurut Soekarno, keharusan bersatunya agama dan negara

tidak ada dasarnya dalam syari’at Islam (al-Qur’an dan Sunnah) maupun Ijma’

ulama. Dakwah nabi adalah dalam rangka menyiarkan ajaran Islam tanpa

bermaksud membentuk khilafah yang akan memimpin masyarakat politik.

Maka dipisahkannya antara agama dan negara adalah dalam rangka untuk

menyelematkan agama itu sendiri. Apabila agama dipakai oleh pemerintah,

maka akan selalu dijadikan alat penghukum.

8
Hidayat, Nur. 2019. Islam dan kebangsaan (Pergumulan Dakwah Elit politik Muslim) Medikom :
Jurnal Pendidikan dan Dakwah Volume 1 (2) 2019, hlm 123

8
Ide Soekarno tersebut ditentang oleh kalangan reformis (Persis, SI, dan

Muhammadiyah). Ada tiga alasan mengapa gologngan Islam menentang

pemikiran Soekarno.

1. Soekarno dianggap belum menguasai Ilmu tentang kenegaraan Islam.

Dalam pandangan kaum agamis, Soekarno adalah tokoh politik yang baru

saja mempelajari Islam dan mencintai agamanya itu. Sementara, Islam yang

dipelajari Soekarno bukan digali langsung dari kitab-kitab karangan ulama

berbahasa Arab, melainkan dari berbagai buku hasil karya para orientalis.

2. Sikap pribadi Soekarno dan Partai yang dipimpinnya (PNI).

Para kaum agamis meragukan loyalitas keterikatan Soekarno secara pribadi

terhadap ajaran-ajaran Islam. Beliau dianggap bertingkah laku kebarat-

baratan, serta tidak mencerminkan pribadi seorang muslim. Tuduhan seperti

ini muncul mengingat Soekarno lebih memihak para aktivis hasil didikan

Barat, sementara mereka menampakkan sikap yang anti Islam. Tidak hanya

itu, Soekarno juga seringkali berkonfrontasi dengan tokoh-tokoh Islam

seperti Agus Salim, M Natsir, A Hassan dan lain-lain. Misalnya, kejadian

pada saat Soekarno berdebat mengenai nasionalisme sebelum akhirnya

berpolemik dengan M Natsir pada tahun 1940-an.

3. Para tokoh Islam, menilai bahwa gagasan pemisahan agama dan negara

merupakan suatu penyimpangan dalam sejarah Islam. Meraka berkeyakinan

9
bahwa dalam sejarah Islam tidak pernah dikenal adanya paham pemisahan

agama dan negara9

C. Pemikiran Soekarno tentang Islam dan Kebangsaan

Menurut Fatatik, ada 3 pemikiran Soekarno tentang Islam dan

Kebangsaan. Pertama, tentang hubbul wathon minal iman. Menurut Bung

Karno, Islam tidak bertentangan dengan nasionalisme. Yang benar adalah Islam

bertentangan dengan nasionalisme sempit (nasionalisme yang membuat satu

bangsa membenci bangsa lain). Islam dikatakan bertentangan dengan

nasionalisme apabila mengarah ke sikap Cauvinisme atau provinsialisme.

Kedua, berkaitan dengan Kebangkitan Islam. Soekarno memang tidak

pernah secara khusus menjalani pendidikan Islam di pesantren maupun

madrasah. Namun, beliau turut aktif menyuarakan kepeduliannya terhadap

Islam agar tidak menjadi agama “sampah. Menurut Soekarno, Islam adalah

agama yang rasional yang bersandar pada kemerdekaan akal. Soekarno juga

membangun sebuah visi Islam yang bersandar pada “elastisitas” dan pemikiran

yang merdeka. Ketiga, tentang Modernism Islam. Menurut Bung Karno,

mengapa generasi muda jarang yang tertarik dengan Islam dengan berbagai

khazanah keilmuannya adalah karena umat Islam menyajikan Islam secara

jumud dan sempit. Menurut Soekarno, Perjuangan yang berfaedah bagi umat

Islam, yakni perjuangan melawan kekolotan. Bung Karno dalam tulisannya

pernah berpesan agar umat Islam tidak terjerumus dalam lumpur kekolotan

9
Hidayat, Nur. 2019. Islam dan kebangsaan (Pergumulan Dakwah Elit politik Muslim) Medikom :
Jurnal Pendidikan dan Dakwah Volume 1 (2) 2019, hlm 126

10
yang justru akan menyimbolkan Islam sebagai agama kaum ortodoks yang tidak

mengetahui perkembangan dan perubahan zaman.10

Menurut Abuddin Nata, paham kebangsaan atau nasionalisme pada

mulanya mendapat tantangan dari para tokoh, pemimpin Islam, serta para tokoh

nasional pada umumnya. Menurut mereka, paham nasionalisme atau

kebangsaan merupakan produk barat yang memiliki karakter yang kurang

sesuai dengan Islam dan budaya bangsa Indonesia. Soekarno misalnya, pernah

mengatakan bahwa nasionalisme Barat adalah nasionalisme yang mengandung

hal-hal yang negatif, seperti individualisme, demokrasi liberal oleh para

kapitalis, impreliasme, dan chauvanisme, sempit budi, dan saling menyerang.

Seiring dengan waktu, paham ini pada akhirnya bisa diterima oleh masyarakat

Indonesia setelah diberi makna dan muatan yang berbeda dengan nasionalisme

Barat11

Nasionalisme yang diterima di Indonesia adalah nasionalisme tauhid

(berdasarkan keimanan dan kemanusiaan) serta menolak prinsip-prinsip yang

terkandung dalam nasionalisme Barat. Dalama kaitan dengan menolak

nasionalisme Barat ini, Soekarno selanjutnya mengatakan: bahwa nasionalisme

Barat yang bersifat serang menyerang dan nasionalisme perdagangan yang

memperhitungkan untung dan rugi, serta nasionalisme yang sempit, pastilah

10
Mauliyah, Fatatik. 2020. Pemikiran Ir Soekarno tentang Konsep Islam Kebangsaan.
https://ibtimes.id/pemikiran-ir-soekarno-tentang-konsep-islam-kebangsaan diakses tanggal 3 November 2021
11
Nata, Prof Dr H Abuddin. 2016. Islam dan Kebangsaan. Makalah : Disampaikan pada Acara
Orientasi Pengenalan Akademik dan Kemahasiswaan (OPAK) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, hlm 4

11
akan hancur dengan sendirinya. Sedangkan nasionalisme tauhid yang lebih

bersifat kemanusiaan akan tampil sebagai pemenang.12

12
Nata, Prof Dr H Abuddin. 2016. Islam dan Kebangsaan. Makalah : Disampaikan pada Acara
Orientasi Pengenalan Akademik dan Kemahasiswaan (OPAK) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, hlm 6

12
BAB III. PENUTUP

Demikanlah makalah Islam dan Kebangsaan Soekarno. Beberapa

kesimpulan yang bisa ditarik adalah sebagai berikut :

1. Bung Karno terlahir dari keluarga yang berpendidikan dan dibesarkan di

lingkungan pemikir muslim, namun beliau mengenyam Pendidikan di

sekolah yang mengadopsi Pendidikan Barat.

2. Kemunculan golongan Islam dan Kebangsaan tidak terlepas dari adanya

Gerakan Syarekat Islam yang kemudian mengalami perpecahan sehingga

menjadikan para aktivis muda tidak tertarik dengan organisasi tersebut

bahkan muncul banyak organisasi yang memiliki ideologi berbeda,

termasuk Soekarno yang tumbuh dan berkembang di lingkungan

organisasi SI. Di sisi lain, paham nasionalisme awalnya ditolak oleh

Sebagian masyarakat Indonesia karena merupakan produk dari Barat yang

mengandung unsur-unsur negative. Namun setelah terjadi perdebatan

sengit serta membandingkannya dengan paham nasionalisme Timur yang

disesuaikan dengan nilai-nilai budaya Indonesia, maka akhirnya paham

kebangsaan ini dapat diterima dan diterapkan.

3. Beberapa hal yang menjadi pemikiran Soekarno terkait Islam dan

kebangsaan antara lain adalah Islam tidak bertentangan dengan

nasionalisme, namun bertentangan dengan dengan nasionalisme yang

sempit. Selain itu, menurut Soekarno, Islam merupakan agama yang

rasional yang bersandar pada kemerdekaan akal.

13
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Nur. 2019. Islam dan kebangsaan (Pergumulan Dakwah Elit politik
Muslim) Medikom : Jurnal Pendidikan dan Dakwah Volume 1 (2) 2019

Mauliyah, Fatatik. 2020. Pemikiran Ir Soekarno tentang Konsep Islam


Kebangsaan. https://ibtimes.id/pemikiran-ir-soekarno-tentang-konsep-
islam-kebangsaan diakses tanggal 3 November 2021

Nata, Prof Dr H Abuddin. 2016. Islam dan Kebangsaan. Makalah : Disampaikan


pada Acara Orientasi Pengenalan Akademik dan Kemahasiswaan (OPAK)
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta

Nilawanti, Lala. Biografi Ir. Soekarno, Sang Proklamotor Kemerdekaan


Indonesia. https://www.gramedia.com/literasi/ir-soekarno/ diakses tanggal
3 November 2021

Sanusi, Dr Anwar. 2018 PEMIKIRAN TRANSFORMATIF SOEKARNO


DALAM POLITIK ISLAM (Pendekatan Transformatif Bill Gould, Karl
Stenbrink, dan Kontowijoyo). Empowe : Jurnal Pengembangan
Masyarakat Islam 3 (2)

Suhelmi, Ahmad. 2011 Polemik Negara Islam Soekarno versus Nastir. Jakarta :
Penerbit Universitas Indonesia

Tiyas Septiana. Biografi singkat Bapak Proklamator Indonesia, Ir. Soekarno.


: https://lifestyle.kontan.co.id/news/biografi-singkat-bapak-proklamator-
indonesia-ir-soekarno-1?page=all. Dkakses 3 November

14

Anda mungkin juga menyukai