Anda di halaman 1dari 17

Penyelenggaraan Pelayanan Publik Berbasis Good governance

Ditulis dan disusun guna memenuhi persyaratan akademik


mata kuliah
Birokrasi dan & Good Governance

Dosen Pengampuh:
DR. Emanuel Sujatmoko, S.H., M.S

Disusun oleh:
Muhammad Sabil Bakti
NIM : 02669220001

PROGRAM MAGISTER HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN SURABAYA
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan selaga puji dan syukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa karena atas segalah rahmat, nikmat, dan karunia-Nya sehingga makalah
dengan judul “Penyelenggaraan Pelayanan Publik Berbasis Good
governance” dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Tidak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada dosen kami DR.
Emanuel Sujatmoko, S.H., M.S. yang telah membimbing dan menugaskan kepada
kami melakukan penyusunan makalah dalam mata kuliah “Birokrasi dan & Good
Governance”, serta arahannya dalam proses penyusunan makalah ini sehingga
makalah ini dapat disusun dengan maksimal.

Mungkin dalam pembuatan dan penyusunan makalah ini terdapat berbagai


kekurangan dan kekeliruan yang tidak kami sadari atas hal tersebut kami mohon
segala saran, masukan serta kritikannya sebagai motivasi dan pembelajaran bagi
kami untuk penyusunan makalah-makalah selanjutnya. Kami berharap dengan
adanya makalah ini dapat membantu dalam menambah pengetahuan serta
wawasan kami dan siapapun yang membacanya terkait Penyelenggaraan
Pelayanan Publik Berbasis Good governance.

23 Oktober 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
BAB II PEMBAHASAN 4
A. Pelayanan Publik 4
1. Definisi Pelayanan Publik 4
2. Asas, Prinsip, Standar Pelayanan Publik 4
B. Good Governance 7
1. Definisi Good Governance 7
2. Prinsip Good Governance 8
3. Stakeholder Good Governance 9
C. Penyelenggaraan Pelayanan Publik yang Berbasis Pada
Good Governance 10

BAB III PENUTUP


Kesimpulan 13

Daftar Pustaka 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pelayanan publik merupakan kewajiban tugas dari aparatur pemerintah
sebagai abdi masyarakat. Pengertian tersebut mengandung arti bahwa dalam
melaksanakan tugasnya harus senantiasa berusaha melayani kepentingan
masyarakat dengan mentaati peraturan yang berlaku. Oleh karena itu, pelayanan
publik merupakan suatu hal yang sangat mendasar bagi instansi pemerintah.1
Di negara kita, dalam pengelolaan pelayanan publik masyarakat sangat
berharap kepada pemerintah agar dapat menyelenggarakan pemerintahan dengan
baik (good goovernance). Good governance bukan merupakan sesuatu hal yang
baru, dan sudah sangat sering didengar, terutama hal-hal yang berkaitan dengan
fungsi pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Berdasarkan praktek pemerintahan di berbagai Negara ditenggarai adanya
Bad Government yang ditandai dengan banyaknya korupsi, kolusi dan nepotisme
yang membuat negara mengarah ke kebangkrutan. Oleh karena itu, diperlukan
konsep baru mengenai cara berpemerintahan yang baik yang dinamakan Good
Governanace.2 Wacana Good Governance semakin kencang disuarakan terutama
karena tekanan lembaga donor internasional, seperti: World Bank, International
Monetary Fund, Asian Development bank, dan United National Development
Program.3
Istilah Good Governance, berasal dari bahasa Inggris yang berarti tata
kelola pemerintahan yang baik. Penggunaan istilah ini pertama kali digunakan
oleh Widrow Wilson Presiden Amerika Serikat ke 27, sekitar 125 tahun yang lalu,
yang mengatakan bahwa pemerintah harus dijalankan berdasarkan tata kelola

1
Muhammad Fitri Rahmadana, dkk, Pelayanan Publik, (Medan: Yayasan Kita Menulis, 2020),
hal. 153
2
Komisi Pemberantasan Komisi, Modul Materi “Good Governance dan Pelayanan Publik”,
Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat Kedeputian Bidang Pencegahan Komisi
Pemberantasan Korupsi : Jakarta, 2016, hal.1
3
Agus Dwiyanto, Mewujudkan Good Governanca Melalui Pelayanan Publik, (Yogyakarta:
UGM Press, 2006.

1
yang baik. Dalam pidatonya mendapat tanggapan baik dari para akademisi, yang
akhirnya berkembang menjadi ilmu pengetahuan.4
Tata pemerintahan yang baik (good governance) perlu segera dilakukan
agar segala permasalahan yang timbul dapat segera dipecahkan dan juga proses
pemulihan ekonomi dapat dilaksanakan dengan baik dan lancar. Mewujudkan tata
pemerintahan yang baik membutuhkan waktu yang tidak singkat dan juga upaya
yang terus menerus. Disamping itu, perlu juga dibangun kesepakatan serta rasa
optimis yang tinggi dari seluruh komponen bangsa yang melibatkan tiga pilar
berbangsa dan bernegara yaitu para aparatur negara, pihak swasta dan masyarakat
untuk menumbuhkembangkan rasa kebersamaan dalam rangka mencapai tata
pemerintahan yang baik.
Kondisi tersebut juga berpengaruh kepada paradigma penyelenggaraan
pemerintah dalam hal pelayanan publik (public services). Harapan sekaligus
tuntutan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan publik yang berkualitas,
prosedur yang jelas, cepat dan biaya yang pantas terus mengemuka dalam
perkembangan penyelenggaraan pemerintahan. Harapan dan tuntutan tersebut
muncul seiring dengan terbitnya kesadaran bahwa warga negara memiliki hak
untuk mendapatkan pelayanan yang baik, dan kewajiban pemerintah untuk
memberikan pelayanan publik yang berkualitas.5
Pemberian pelayanan publik oleh aparatur pemerintah kepada masyarakat
sebenarnya merupakan implikasi dari fungsi aparat negara sebagai pelayan
masyarakat dengan tujuan untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Karena itu,
kedudukan aparatur pemerintah dalam pelayanan umum (public services) sangat
strategis karena akan sangat menentukan sejauh mana pemerintah mampu
memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya bagi masyarakat, dengan demikian
akan menentukan sejauh mana negara telah menjalankan perannya dengan baik

4
Wijaya, dkk, Buku Ajar Good Governance (Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik), (Demak :
Pustaka Magister, 2018), hal. 2
5
Sirajuddin, Didik Sukriono dan Winardi, Hukum Pelayanan Publik Berbasis Partisipasi dan
Keterbukaan Informasi, (Malang; Stara Press, 2011), hal. 219

2
sesuai dengan tujuan pendiriannya untuk mewujudkan kesejahteraan bagi
rakyatnya.6

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana yang telah diuraikan oleh
penulis di atas maka makalah ini akan membahas mengenai, bagaimana
penyelenggaraan pelayanan publik yang berbasis pada good gavernance ?

6
Nuriyanto, Penyelenggaraan Pelayanan Publik Di Indonesia, Sudahkah Berlandaskan Konsep
“Welfare State”?, Jurnal Konstitusi, Volume 11, Nomor 3, September 2014, hal. 432-433

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pelayanan Publik
1. Definisi Pelayanan Publik
Menurut Undang-Undang No 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik,
pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau
pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan
publik.
Pelayanan publik adalah pemberian layanan atau melayani keperluan
orang atau masyarakat dan atau organisasi lain yang mempunyai kepentingan
pada organisasi itu, sesuai dengan aturan pokok dan tatacara yang ditentukan
dan ditujukan untuk memberikan kepuasan kepada penerima pelayanan
(Lembaga Administrasi Negara, 2016).7
Menurut Kurniawan pelayanan publik diartikan, pemberian layanan
(melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan
pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah
ditetapkan. Dengan demikian pelayanan publik adalah pemenuhan keinginan
dan kebutuhan masyarakat oleh penyelenggara negara.8

2. Asas, Prinsip, Standar Pelayanan Publik


Dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara N0. 63
Tahun 2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik
ditentukan tentang Asas, Prinsip dan Standar Pelayanan Publik, yaitu sebagai
berikut:

7
Muhammad Fitri Rahmadana, dkk, Pelayanan Publik, Op Cit, hal. 158
8
Andi Ni’mah Sulfiani, Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance dalam Pelayanan BPJS
Kesehatan Di Kota Palopo, Jurnal Administrasi Publik Volume XVII, 2021, hal. 104

4
a. Asas-asas Pelayanan Publik
1) Transparansi: Bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua
pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai dan
mudah dimengerti.
2) Akuntabilitas: Dapat dipertanggungjawabkan sesuia dengan
peraturan perundang-undangan.
3) Kondisional: Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan
penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinisp efisiensi
dan efektivitas.
4) Partisipatif: Mendorong peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi,
kebutuhan dan harapan masyarakat.9
b. Prinsip Pelayanan Publik
1) Kesederhanaan: Prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit,
mudah dipahami dan mudah dilaksanakan.
2) Kejelasan
 Persyaratan teknis dan administratif pelayanan publik,
 Unit kerja/pejabat yang berwenang dan bertanggung- jawab
dalam memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan/
persoalan/sengketa dalam pelaksanaan pelayanan publik,
 Rincian biaya pelayanan publik dan tatacara pembayaran.
3) Kepastian waktu: Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan
dalam kurun waktu yang telah ditentukan.
4) Akurasi: Produk pelayanan publik diteriam dengan benar, tepat dan
sah.
5) Keamanan: Proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa
aman dan kepastian hukum.
6) Tanggung jawab: Pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau
pejabat yang ditunjuk bertanggungjawab atas penyelenggaraan

9
Komisi Pemberantasan Komisi, Modul Materi “Good Governance dan Pelayanan Publik”, Op
Cit, hal. 19-20

5
pelayanan dan penyelesaian keluhan/persoalan dalam pelaksanaan
pelayanan publik.
7) Kelengkapan sarana dan prasarana: Tersedianya sarana dan
prasarana kerja, peralatan kerja dan pendukung lainnya yang
memadai termasuk penyediaan sarana teknologi telekomunikasi dan
informatika (telematika).
8) Kemudahan akses: Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang
memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat, dan dapat
memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan informatika.
9) Kedisiplinan, kesopanan dan keramahan: Pemberi pelayanan harus
bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah, serta memberikan
pelayanan dengan ikhlas.
10) Kenyamanan: Lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan
ruang tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan
sehat serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan, seperti
parkir, toilet, tempat ibadah dan lain-lain.10
c. Standar Pelayanan Publik
Standar pelayanan sekurang-kurangnya meliputi:
1) Prosedur Pelayanan : Prosedur pelayanan yang dibakukan bagi
pemberi dan penerima pelayanan termasuk pengaduan,
2) Waktu Penyelesaian : Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat
pengajuan permohonan sampai dengan penyelesaian pelayanan
termasuk pengaduan,
3) Biaya Pelayanan : Biaya/tarif pelayanan termasuk rinciannya yang
ditetapkan dalam proses pemberian pelayanan,
4) Produk Pelayanan : Hasil pelayanan yang akan diterima sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan,
5) Sarana dan Prasarana : Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan
yang memadai oleh penyelenggara pelayanan publik,

10
Ibid, hal. 20

6
6) Kompetensi Petugas Pemberi Pelayanan: Kompetensi petugas
pemberi pelayanan harus ditetapkan dengan tepat berdasarkan
pengetahuan, keahlian, ketrampilan, sikap dan perialu yang
dibutuhkan.11

B. Good Governance
1. Definisi Good Govenance
Menurut World Bank, governance diartikan sebagai “the way state power
is used in managing economic and sosial resources for development sociey”.
Dengan demikian governance adalah cara, yaitu cara bagaimana kekuasaan
negara digunakan untuk mengelola sumberdaya-sumberdaya ekonomi dan
sosial guna pembangunan masyarakat.12
UNDP mengartikan governance sebagai “the exercise of political,
economic and administrative authority to manage a nation affair at all
levels”. Kata governance diartikan sebagai penggunaan/ pelaksanaan, yakni
penggunaan kewenangan politik, ekonomi dan adminstratif untuk mengelola
masalah-masalah nasional pada semua tingkatan. (Kedudukan dan
Kelembagaan DPRD dalam Konteks Good Governance, KPK, 2008).13
Peraturan Pemerintah Nomor 101 tahun 2000 merumuskan arti Good
Governance sebagai berikut: kepemerintahan yang mengemban akan dan
menerapkan prinsip-prinsip profesionalisme, akutabilitas, transparansi,
pelayanan prima, demokrasi, efisiensi, efektifitas, supremasi hukum dan
dapat diterima oleh selurruh masyarakat.14
Menurut J.B Kristiadi sistem pemerintahan yang bisa dicapai melalui
pengaturan yang tepat di antara dua fungsi pasar dan fungsi
organisasi termasuk organisasi publik, sehingga tercapai transaksi transaksi
dengan biaya rendah.15

11
Ibid, hal. 20-21
12
Ibid, hal. 05
13
Ibid.
14
Ibid.
15
J.B Kristiadi dalam Emanuel Sujatmoko, Prinsip Good Governance, disampaikan dalam Mata
Kuliah Birokrasi dan & Good Governance Program Pascasarjana Fakultas Hukum UPH Surabaya.

7
Adanya beberapa definisi mengenai Good Governance sebagaimana
tersebut diatas, menunjukkan bahwa keberadaannya dirasakan sebagai suatu
keharusan yang tidak bisa bisa ditawar-tawar lagi bagi negara menghendaki
survive ketika globalisasi sudah menjadi suatu keniscayaan. Hal ini juga
menunjukkan betapa pentingnya Good Governance dalam memperbaiki
pemerintahan untuk lebih baik dalam mengurus kepentingan rakyat,16
terutama dalam menyelenggarakan pelayanan publik.

2. Prinsip Good Governance


Pada tahun 1997, UNDP merumuskan 9 prinsip yang harus ditegakkan
untuk bisa melaksanakantata pemerintahan yang baik, sebagaimana berikut:
a. Partisipasi (Participation): Setiap orang atau warga masyarakat, laki-laki
maupun perempuan memiliki hak suara yang sama dalam proses
pengambilan keputusan baik secara langsung, maupun melalui lembaga
perwakilan, sesuai dengan kepentingan dan aspirasinya masing-masing.
b. Penegakan Hukum (Rule of Law): Kerangka aturan hukum dan
perundang-undangan harus berkeadilan, ditegakkan dan dipatuhi secara
utuh, terutama aturan hukum tentang hak asasi manusia.
c. Transparansi (Transparancy): Transparansi harus dibangun dalam
rangka kebebasan aliran informasi.
d. Daya tanggap (Responsiveness): Setiap institusi dan prosesnya harus
diarahkan pada upaya untuk melayani berbagai pihak yang
berkepentingan (stakeholders).
e. Berorientasi pada Konsensus (Consensus Orientation): Pemerintahan
yang baik akan bertindak sebegai penengah bagi berbagai kepentingan
yang berbeda untuk mencapai konsensus atau kesempatan yang terbaik
bagi kepentingan masing-masing pihak dan jika dimungkinkan juga
dapat diberlakukan terhadap berbagai kebijakan dan prosedur yang akan
ditetapkan pemerintah.

16
Wijaya, dkk, Buku Ajar Good Governance (Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik), Op Cit, hal.
8

8
f. Keadilan/Kesetaraan (Equity): Pemerintahan yang baik akan memberi
kesempatan yang baik terhadap laki-laki maupun perempuan dalam
upaya mereka untuk meningkatkan dan memelaiahar kualitas hidupnya.
g. Efektifitas dan efisiensi (Effectiveness & Efficiency): Setiap proses
kegiatan dan kelembagaan diarahkan untuk menghasilkan sesuatu yang
sesuai kebutuhan melalui pemanfaatan yang sebaik-baiknyaberbagai
sumber yang tersedia.
h. Akuntabilitas (Accountabiity): Para pengambil keputusan dalam
organisasi sektor publik, swasta dan masyarakat madani memiliki
pertanggungjawaban (akuntabilitas) kepada publik masyarakat umum
sebagaimana halnya kepada para pemilik.
i. Visi Strategis (Strategic Vision): Para pimpinan dan masyarakat memiliki
perspektif yang luas dan jangka panjang tentang penyelenggaraan
pemerintahan yang baik dan pembangunan mansuai bersamaan dengan
dirasakannya kebutuhan untuk pembangunan tersebut.17

3. Stakeholder Good Governance


Untuk menjalankan dan melaksanakan fungsi good governance dalam
hal ini melibatkan beberapa pihak sebagai stakeholder good governance:
a. Negara/Pemerintah.
Negara sebagai salah satu unsur governance, di dalamnya termasuk
lembaga politik dan lembaga sektor publik. Peran pemerintah melalui
kebijakan publiknya sangat penting dalam memfasilitasi terjadinya
mekanisme pasar yang benar sehingga penyimpangan yang terjadi di
dalam pasar dapat dihindari.
b. Sektor Swasta.
Pelaku sektor swasta mencakup perusahaan swasta yang aktif dalam
interaksi dalam sistem pasar, seperti: industri pengolahan perdagangan,
perbankan, koperasi termasuk kegiatan sektor informal. Dalam bidang

17
Komisi Pemberantasan Komisi, Modul Materi “Good Governance dan Pelayanan Publik”, Op
Cit, hal. 19-20.

9
pendidikan, sektor swasta meliputi yayasan-yayasan yang mengelola
sekolah swasta.
c. Masyarakat.
Kelompok masyarakat dalam konteks kenegaraan pada dasarnya berada
diantara atau di tengah-tengah antara pemerintah dan perseorangan, yang
mencakup baik perseorangan maupun kelompok masyarakat yang
berinteraksi secara sosial, politik dan ekonomi. Dalam bidang pendidikan
ada yang dinamakan Dewan Pendidikan yang merupakan lembaga
independent yang memiliki posisi sejajar dengan Bupati/Walikota dan
DPRD.

C. Penyelenggaraan Pelayanan Publik yang Berbasis Pada Good


Governance
Menerapkan praktek good governance terhadap pelayanan publik dapat
dilakukan secara bertahap sesuai dengan kapasitas pemerintah, masyarakat sipil,
dan mekanisme pasar. Upaya untuk menghubungkan tata pemerintahan yang baik
dengan pelayanan publik yang prima bukanlah merupakan hal baru. Namun
terdapat keterkaitan antara konsep good governance dengan konsep public
service.
Secara garis besar, permasalahan penerapan good governance meliputi :
1) Reformasi birokrasi belum berjalan sesuai dengan tuntutan masyarakat
2) Tingginya kompleksitas permasalahan dalam mencari solusi perbaikan
3) Masih tingginya tingkat penyalahgunaan wewenang, banyaknya praktek
KKN, dan masih lemahnya pengawasan terhadap kinerja aparatur Negara
4) Makin meningkatnya tuntutan akan partisipasi masyarakat dalam kebijakan
publik
5) Meningkatnya tuntutan penerapan prinsip-prinsip tata kepemerintahan yang
baik, antara lain transparansi, akuntabilitas, dan kualitas kinerja serta taat
pada hukum
6) Mengingatnya tuntutan dalam pelimpahan wewenang dan pengambilan
keputusan dalam era desentralisasi.

10
7) Rendahnya kinerja sumber daya manusia dan kelembagaan aparatur, sistem
kelembagaan (organisasi) dan ketatalaksanaan (manajemen) pemerintah
daerah yang belum memadai.18
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, para birokrat bekerja dalam sebuah
lingkungan yang bermuatan nilai dan lingkungan yang didorong oleh sejumlah
nilai, dimana nilai-nilai ini yang akan menjadi pijakan dalam segala aktivitas
birokrasi saat memberi pelayanan publik. Terkait dengan pernyataan tersebut, ada
beberapa nilai yang harus dipegang teguh para formulator saat mendesain suatu
maklumat pelayanan. Beberapa nilai yang dimaksud yakni: kesetaraan, keadilan,
keterbukaan, kontinuitas dan regulasitas, partisipasi, inovasi dan perbaikan,
efisiensi, efektivias.19
Dengan metode tersebut penerapan prinsip good governance dalam pelayanan
publik akan berjalan sesuai dengan prinsipprinisp good governance yang telah
diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000.
Penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan publik menurut
paradigma good governance, dalam prosesnya tidak hanya dilakukan oleh
pemerintah daerah berdasarkan pendekatan rule government (legalitas), atau
hanya untuk kepentingan pemerintahan daerah. Paradigma good governance,
mengedepankan proses dan prosedur, dimana dalam proses persiapan,
perencanaan, perumusan dan penyusunan suatu kebijakan senantiasa
mengedepankan kebersamaan dan dilakukan dengan melibatkan seluruh
pemangku kepentingan.20
Penyelenggaraan pemerintahan yang baik, pada dasarnya menuntut
keterlibatan seluruh komponen pemangku kepentingan, baik di lingkungan
birokrasi maupun di lingkungan masyarakat. Penyelenggaraan pemerintahan yang
baik adalah pemerintah yang dekat dengan masyarakat dan dalam memberikan
pelayanan harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Esensi kepemerintahan
yang baik (good governance) dicirikan dengan terselenggaranya pelayanan publik

18
Neneng Siti Maryam, Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik, Jurnal Ilmu
Politik dan Komunikasi, Vol. VI No.1 / Juni 2016, hal. 11
19
Ibid.
20
Ibid, hal. 12

11
yang baik, hal ini sejalan dengan esensi kebijakan desentralisasi dan otonomi
daerah yang ditujukan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah untuk
mengatur dan mengurus masyarakat setempat, dan meningkatkan pelayanan
publik.21
Pelayanan publik yang baik akan berpengaruh untuk menurunkan atau
mempersempit terjadinya KKN dan pungli yang dewasa ini telah merebak di
semua lini ranah pelayanan publik, serta dapat menghilangkan diskriminasi dalam
pemberian pelayanan. Paradigma good governance menjadi relevan dan menjiwai
kebijakan pelayanan publik di era otonomi daerah yang diarahkan untuk
meningkatkan kinerja manajemen pemerintahan, mengubah sikap ental, perilaku
aparat penyelenggara pelayanan serta membangun kepedulian dan komitmen
pimpinan daerah dan aparatnya untuk memperbaiki dan meningkatkan pelayanan
publik yang berkualitas.22

21
Ibid.
22
Ibid.

12
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Dari uraian pada bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Guna tercapainya pelayanan publik yang berlandakan pada good
governance, seluruh pemangku kepentingan harus benar-benar menerapkan
asas-asas serta prinsip-prinsip good governance sehingga mampu
meningkatkan kepuasan masyarakat.
2. Dalam penerapan good governance untuk penyelenggaraan pelayanan
publik sangat dibutuhkan keterlibatan seluruh komponen pemangku
kepentingan, baik di lingkungan pemerintahan maupun di lingkungan
masyarakat, dilakukan pendekatan kepada masyarakat dan dalam
memberikan pelayanan harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
3. Inti dari penerapan good governance dapat dilihat dengan terselenggaranya
pelayanan publik yang baik dan sesuai dengan ketentuan, keinginan serta
kebutuhan masyarakat.
4. Terselenggaranya pelayanan publik yang baik, memberikan indikasi
membaiknya kinerja birokrasi pemerintahan, di sisi lain menunjukkan
adanya perubahan pola pikir yang berpengaruh terhadap perubahan yang
lebih baik terhadap sikap mental dan perilaku aparat pemerintahan yang
berorientasi pada pelayanan publik.

13
DAFTAR PUSTAKA

Dwiyanto, Agus, Mewujudkan Good Governanca Melalui Pelayanan Publik,


(Yogyakarta: UGM Press, 2006).

Fitri Rahmadana, Muhammad, dkk, Pelayanan Publik, (Medan: Yayasan Kita


Menulis, 2020)

Komisi Pemberantasan Komisi, Modul Materi “Good Governance dan Pelayanan


Publik”, Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat
Kedeputian Bidang Pencegahan Komisi Pemberantasan Korupsi :
Jakarta, 2016.

Ni’mah Sulfiani, Andi, Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance dalam


Pelayanan BPJS Kesehatan Di Kota Palopo, Jurnal Administrasi
Publik Volume XVII, 2021.

Nuriyanto, Penyelenggaraan Pelayanan Publik Di Indonesia, Sudahkah


Berlandaskan Konsep “Welfare State”?, Jurnal Konstitusi, Volume
11, Nomor 3, September 2014.

Sirajuddin, Didik Sukriono dan Winardi, Hukum Pelayanan Publik Berbasis


Partisipasi dan Keterbukaan Informasi, (Malang; Stara Press, 2011).

Siti Maryam, Neneng, Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik,


Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi, Vol. VI No.1 / Juni 2016.

Sujatmoko, Emanue, Prinsip Good Governance, Bahan Ajar dalam Mata Kuliah
Birokrasi dan & Good Governance Program Pascasarjana Fakultas
Hukum UPH Surabaya.

Wijaya, dkk, Buku Ajar Good Governance (Tata Kelola Pemerintahan Yang
Baik), (Demak : Pustaka Magister, 2018).

14

Anda mungkin juga menyukai