Anda di halaman 1dari 9

PKPBI

Pandemi covid-19 sejak awal tahun 2020 menyebabkan yang besar dalam setiap kegiatan
manusia. Perubahan besar ini juga terjadi dalam dunia pendidikan. Guru, siswaa dan orangtua
menjadi “kaget” ketika tiba-tiba guru dan peserta didik tidak boleh bertemu dalan kegiatan
pembelajaran dan mengharuskan orangtua yang mengantikan peran guru untuk memberikan
pembelajaran di rumah.

Anak tunarungu dengan segala keterbatasan dan kelebihan yang dimiliki tentu saja menjadi salah
satu dari ribuan peserta didik di Indonesia yang harus belajar dari rumah. Anak tunarungu
mempunyai keterbatasan dalam mendengar bunyi, berkomunikasi dan berbahasa merasakan
dampak yang besar dalam pembelajaran jarak jauh pada masa pandemi seperti sekarang ini.
Pemberian program khusus atau kompensantoris kepada anak tunarungu juga menjadi terhambat.
Anak tunarungu yang seharusnya dapat berlatih mempersepsi bunyi dan vibrasi serta berlatih
berkomunikasi bersama guru di sekolah tiba-tiba harus melakukan semua itu di rumah bersama
orangtua.

Dalam situasi seperti ini guru harus berpikir keras agar peserta didik yang tunarungu tetap
mendapatkan haknya memperoleh pembelajaran dengan maksimal sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuannya walaupun tidak bertatap muka secara langsung. Banyak sekali kendala yang
dihadapi dalam pembelajaran jarak jauh untuk anak berkebutuhan khusus termasuk anak
tunarungu. Peserta didik yang berasal dari keluarga menengah ke bawah tentu saja tidak
mempunyai fasilitas yang memadai untuk belajar secara daring sebab satu handphone dipakai
bersama satu keluarga sehingga harus bergantian. Selain itu peserta didik yang tinggal di
pedesaan dan pegunungan mempunyai kesulitan untuk mengakes internet. Kapasitas handphone
yang dimiliki juga terbatas dan permasalahan lainnya. 

Assesmen

Pembelajaran yang diberikan pada masa pandemi dengan pembelajaran jarak jauh harus sesuai
dengaan kebutuhan dan  kemampuan peserta didik baik secara kognitif, sumber daya maupun
fasilitas atau peralatan yang dimilki serta kondisi lingkungan sosial budaya peserta didik. Untuk
itu sebelum melaksanakan pembelajaran guru melakukan assesmen yaitu assesmen diagnostik
atau disebut juga assesmen untuk belajar. Hal ini seperti yang dilakukan oleh dokter yang
memeriksa pasiennya dan memberikan diagnosis sebelum memberikan resep obat agar dokter
tidak salah dalam memnerikan obat kepada pasiennya. Begitu juga dengan guru, assesmen ini
perlu dilakukan untuk mengetahui kesiapan belajar dan kompetensi peserta didik sehingga
pembelajaran tidak salah sasaran dan benar-benar sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
peserta didik. Assesmen diagnostik atau assesmen diagnosis merupakan proses untuk 
mengumpulkan data siswa yang berfungsu untuk melihat kemampuan dan kesulitan dalam
belajar sehingga dapat dijadikan dasar oleh guru untuk menyusun program pembelajaran yang
realistis sesuai kenyataan objektif (Prof.Dr. Dinn Wahyudin, MA).

Assesmen yang dilakukan dalam pembelajaran daring di kelas IX SMPLB B di SLB Tunas
Bhakti adalah dengan mengirimkan pertanyaan melalui google form dan melalui angket.
Pertanyaan tersebut berisi tentang berbagai kesiapan belajar dan kompetensi peserta didik seperti
waktu belajar, fasilitas yang dimiliki, ketersediaan jaringan dan sebagainya. Dengan adanya
assesmen ini  dapat diketahui apa yang diharapkan orangtua dan pembelajaran seperti apa yang
diinginkan oleh orangtua dan peserta didik. Berikut beberapa pertanyaan yang diajukan kepada
orangtua dan peserta didik:

Gambar 1. Assesmen menggunakan google form

Dari pertanyaan yang diberikan didapatkan jawaban atau respon dari orangtua tentang kesiapan
belajar dan kompetensi peserta didik. Setelah jawaban terkumpul guru mengkategorikan peserta
didik berdasarkan data yang didapatkan. Berikut ini adalah respon dari orangtua dan peserta
didik:

Gambar 2. Respon orantua

Data yang diperoleh dari respon orangtua tersebut dijadikan dasar dalam pembelajaran yang akan
diberikan berkaitan dengan bahan ajar, metode, media dan waktu belajar. Data yang diperoleh
diantaranya adalah kepemilikan handphone yang bergantian dengan saudara lainnya, jaringan
yang kurang memadai, kapasitas handphone yang kurang mendukung, tidak mempunyai
perangkat lainnya seperti laptop atau  komputer, semua orangtua bekerja dan handphone dibawa
orangtua, serta orangtua tidak dapat memberikan fasilitas kepada anaknya untuk tatap muka
secara daring menggunakan platform seperti google meet atau zoom meeting karena keterbatasan
perangkat dan jaringan.

Pengembangan Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama

Di dalam buku Pedoman Program Kebutuhan Khusus PKPBI disebutkan bahwa PKPBI adalah
program yang wajib diberikan kepada peserta didik tunarungu dari TKLB sampai dengan
SMALB sebab titik berat dari penyelenggaraan layanan pendidikan untuk anak berkebutuhan
khusus bukan pada kekurangan atau ketidakmampuannya tetapi harus mengoptimalkan
kompetensi yang dimiliki. Untuk itu kompetensi anak tunarungu seperti penghayatan terhadap
bunyi serta pemanfaatan sisa pendengaran harus dikembangkan dengan optimal. Program yang
diberikan harus memanfaatkan semua komptensi yang dimiliki peserta didik tunarungu baik
secara visual, auditory dan taktil. Dalam buku panduan ini juga ditekankan bahwa manfaat dari
program PKPBI adalah untuk memperbaiki mutu komunikasi dan bahasa peserta didik tunarungu
baik komunikasi secara verbal maupun komunikasi total dengan menggunakan keterampilan
berbahasa secara reseptif maupun ekspresif. Tujuan dari program PKPBI adalah agar kepekaan
sisa pendengaran dan perasaan vibrasi peserta didik tunarungu semakin terlatih sehingga dapat
memahami makna berbagai macam bunyi dan bunyi bahasa yang pada akhirnya peserta didik
dapat berkomunikasi dengan lingkungannya. 

Pengembangan komunikasi merupakan bagian dari program PKPBI. Dalam Buku Panduan
PKPBI dijelaskan bahwa pengembangan komunikasi adalah upaya melatih berbagai kemampuan
komunikasi peserta didik tunarungu agar dapat berkomunikasi dengan orang lain di
lingkungannya. Tujuannya adalah agar peserta didik tunarungu memiliki dasar kemampuan
ucapan yang benar; mampu membentuk bunyi bahasa; memiliki keterampilan pengucapan fonem
kata, kalimat dan komunikasi dua arah secara lisan. Adapun ruang lingkup dari pengembangan
kemampuan komunikasi diantaranya adalah latihan pelemasan; latihan pernafasan; latihan
penbentukan suara dan bahasa dan latihan komunikasi langsung. Latuhan pembentukan suara
dan bahasa meliputi: latihan pengucapan fonem, latihan pengucapan kata dan latihan pengucapan
kalimat. Belajar PKPB Asyik dan Menarik Dari Rumah Program PKPBI wajib diberikan kepada
peserta didik tunarungu. Program PKPBI ini juga harus diberikan secara terprogram, sistematis
dan berkesinambungan. Tetapi dalam masa pandemi ini sangat sulit untuk memberikan progam
PKPBI kepada peserta didik karena pembelajaran dilaksanakan secara jarak jauh (PJJ). Apalagi
pada PPKM ini guru tidak dapat melakukan tatap muka sama sekali. Mau tidak mau
pembelajaran harus dilaksanakan di rumah dengan bimbingan orangtua. Banyak sekali orangtua
yang mengeluh dan mengatakan tidak bisa mendampingi putra putrinya sendiri. Mereka merasa
tidak mampu dan terlalu capai setelah bekerja. Pembelajaran yang dilakukan secara jarak jauh
mengubah cara pembelajaran sebelumnya. Begitu juga dalam program PKPBI. Dalam
pembelajaran jarak jauh sebelum memberikan materi guru melakukan assesmen diagnostik agar
pembelajaran yang diberikan tepat sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik baik
secara kognitif ataupun fasilitas dan sumber daya yang dimiliki.

Dari assesmen diagnostik yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa semua
orangtuan mempunyai HP android, siswa dapat belajar mulai sore sampai malam hari karena HP
dibawa orangtua bekerja tetapi sinyalnya tidak mendukung. Siswa tidak dapat mengikuti
pembelajaran daring yang sinkronus menggunakan platform seperti google meet atau zoom
meeting karena keterabatan perangkat yang dimiliki. Dari assesmen diagnostik yang dilakukan
juga didapatkan data bahwa orangtua menghendaki media pembelajaran berupa video
pembelajaran dan bahan atau materi yang diprint atau bahan ajar cetak. Berdasarkan hasil
assesmen diagnostik tersebut maka penulis berpikir keras mencari cara agar program PKPBI
tetap dapat dilaksanakan walaupun di rumah. Penulis segera membuat program-program PKPBI
yang akan diberikan serta membuat silabus dan Rencana Program Pembelajaran (RPP)
berdasarkan assesmen sehingga sesuai dengan kemampuan awal peserta didik. Silabus dan RPP
merupakan pegangan yang harus dimiliki oleh guru agar materi yang akan diberikaan tidak salah
arah dan sesuai dengan target dan kompetensi yang diharapkan. Dalam satu RPP dapat
digunakan untuk beberapa pertemuan. Setelah itu membuat bahan ajar yang akan diberikan
kepada pseserta didik.

Bahan ajar merupakan komponen dari kurikulum yang merupakan prinsip ataun kaidah, konsep,
fakta, prosedur, masalah yang disusyn secara sistematis untuk mencapau kompetensi peserta
didik. (Rendy Roos H, 2021:3). Lebih lanjut Rendy Roos memaparkan bahwa ada empat jenis
bahan ajar sebagai berikut:

1. Bahan ajar pandang (visual) yaitu bahan ajar yang dapat dibaca seperti handout, buku teks,
modul, lembar kerja siswa, brosur.
2. Bahan ajar dengar (audio) yaitu bahan ajar yang dapat didengarkan seperti kaset dan CD
(Compact Disk)
3. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) merupakan bahan ajar yang dapat dilihat, dibaca
dan dapat didengar seperti video compact disk (vcd) dan film.
4. Bahan ajar multimedia interaktif yaitu bahan ajar yang dapat dibaca, didengar dan
komunikasi dua arah misalnya computer assisted interactive (CIA), compact disc
interactive dan web.

Bahan ajar yang digunakan dalam program PKPBI ini adalah bahan ajar audio visual. Peserta
didik dapat melihat ucapan guru, dapat membaca kata atau kalimat dan dapat latihan
mendengarkan ucapan guru. Aplikasi yang digunakan dalam pembuatan video
berupa canva serta kinemaster. Video yang dibuat berdasarkan RPP yang telah disusun.

Dalam latihan pengucapan vokal ini ada tiga video sesuai RPP, satu video merupakan satu satu
pertemuan. Pertemuan pertama/ video pertama adalah latihan pengucapan vokal di awal,
pertemuan kedua/ video kedua latihan pengucapan vokal di tengah dan pertemuan ketiga/ video
ketiga latihan pengucapan vokal di akhir. Video yang telah dibuat beserta panduannya dikirim ke
orangtua berbentuk file dan link youtube untuk mengantisipasi bagi peserta didik yang tidak
dapat mengunduh file video yang dikirim. Kerjasama dengan orangtua sangat menentukan
keberhasilan latihan PKPBI ini. Berikut adalah link youtube dari video tersebut:
https://youtu.be/-5n76-0GpxQ, https://youtu.be/pKv7F0tnky4, https://youtu.be/2yKgckgoAMw
Gambar 3. Video Latihan Pengucapkan Vokal

Latihan mengucapkan vokal ini dibagi menjadi tiga pertemuan. Pertemuan pertama
mengucapkan vokal di awal, pertemuan kedua mengucapkan vokal di tengah dan pertemuan
ketiga mengucapkan vokal di akhir. Masing-masing pertemuan terdapat tiga kegiatan yang
dilakukan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Kegiatan pembelajaran
dilakukan di malam hari dengan kesepakatan bersama. Pada kegiatan awal guru membuka
pelajaran, menanyakan kabar, berdoa bersama melalui WA group. Pada kegiatan inti orangtua
mendampingi peserta didik untuk menyimak video yang telah dikirim. Orangtua membimbing
peserta didik dalam pengucapan vokal di awal, di tengah, dan di akhir sesuai dengan video yang
diamati dan sesuai panduan yang telah diberikan.

Kegiatan akhir dilakukan dengan mengadakan video call sesuai dengan waktu yang disepakati
untuk melakukan evaluasi, menanyakan hasil dari latihan yang dilakukan bersama orangtua serta
menanyakan kendala dan hambatan yang dialami kemudian didiskusikan dengan dampingan
orangtua. Peserta didik kemudian diberikan tugas untuk mengucapkan vokal di awal, di tengah
dan di akhir sesuai dengan materi dan panduan yang telah diberikan. Dalam panduan sudah
disertakan kata-kata yang harus diucapkan beserta gambarnya. Orangtua diminta merekam
kegiatan peserta didik dan diminta mengirimkan di WA grup pada waktu yang telaah disepakati
yaitu dalam waktu satu minggu. Pembelajaran kemudian diakhiri dengan doa dan pesan-pesan
membangun kepada peserta didik.
 

Gambar 4. Kegiatan Pembelajaran Menggunakan Video Call

Pada waktu yang telah disepakati bersama, orangtua mengiriman hasil pembelajaran atau hasil
latihan pada setiap pertemuan. Guru mengamati video yang telah dikirimkan dan melakukan
penilaian. Dari hasil yang telah dikirimkan didapatkan data satu anak sudah lancar dan sudah
benar dalam pengucapan vokal di awal, di tengah dan di akhir kata. Ada dua anak yang sama
sekali belum benar dalam pengucapan vokal baik di awal, tengah dan akhir. Dan dua anak yang
hanya beberapa kata yang masih belum benar dalam pengucapan. Peserta didik kemudian diberi
masukan, umpan balik, dikoreksi pengucapannya melalui video call satu per satu tidak dalam
grup WA. Untuk yang sudah benar diberikan apresiasi dan diberikan pesan untuk selalu berlatih
dan meningkatkan kemampuannya. Berikut adalah format penilaian yang dilakukan secara
kualitatif dengan unjuk kerja:

Gambar 5. Lembar Penilaian


Gambar 6. Salah Satu Contoh Pemberian Umpan Balik

Kesimpulan 

Pembelajaran pada masa pandemi covid-19 merubah cara, media, bahan ajar dan metode
pembelajaran yang telah dilakukan sebelumnya. Guru harus berpikur keras dan kreatif agar
pembelajaran menyenangkan dan tepat tidak salah sasaran. Di sini diperlukan assesmen
diagnostik agar pembelajaran yang diberikan sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, sumber
daya serta fasilitas yang dimiliki peserta didik dan keluarganya.

Bahan ajar audio visual dipilih dalam memberikan program PKPBI kepada peserta didik dengan
hambatan pendengaran sehingga peserta didik dapat melihat, membaca dan menirukan ucapan
serta selalu memasukkan peserta didik tunarungu ke dalam dunia bunyi. Latihan mengucapkan
vokal di awal, tengah dan akhir menjadi salah satu solusi dalam program PKPBI yang wajib
diberikan kepada peserta didik tunarungu di masa pandemi yang sehrusnya diberikan dengan
tatap muka.

Orangtua dan peserta didik dapat bekerjasama dengan baik. Oramgtua sangat mengapresiasi
kegiatan ini. Dengn adanya video pembelajaran ini peserta didik telah merasakan kehadiran guru
di rumah. Orangtua juga dapat membimbing peserta didik dengan baik di sela-sela kesibukan
mereka bekerja. Walaupun sebenarnya orangtua berharap untuk segera diadakan tatap muka agar
pembelajaran benar-benar maksimal.

Referensi

 
Anda juga bisa ikut ambil peran dalam penyebaran pengetahuan bebas. Mari bergabung dengan sukarelawan
Wikipedia bahasa Indonesia!
Daftar isi sembunyikan


Awal

Konsep PKPBI

Definisi

Tujuan

Prinsip PKPBI

PKPBI
1 bahasa
 Halaman
 Pembicaraan
 Baca
 Sunting
 Sunting sumber
 Lihat riwayat
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
pp0p

Konsep PKPBI[sunting | sunting sumber]


Ketunarunguan adalah suatu keadaan atau derajat kehilangan pendengaran yang
meliputi seluruh gradasi ringan, sedang dan sangat berat yang dalam hal ini
dikelompokkan ke dalam dua golongan besar yaitu tuli (lebih dari 90 dB) dan kurang
dengar (kurang dari 90 dB), yang walaupun telah diberikan alat bantu mendengar tetap
memerlukan pelayanan khsusus salah satunya Pengembangan Komunikasi, Persepsi
Bunyi, dan Irama (PKPBI).
Definisi[sunting | sunting sumber]
PKPBI adalah pembinaan komunikasi dan penghayatan bunyi yang dilakukan dengan
sengaja atau tidak sengaja, sehingga kemampuan komunikasi dan mempersepsi bunyi
melalui pendengaran dan perasaan vibrasi yang masih dimiliki peserta didik tunarungu
dapat dipergunakan sebaik-baiknya untuk berintegrasi dengan dunia sekelilingnya yang
penuh dengan bunyi.
Pembinaan secara sengaja yang dimaksud adalah bahwa pembinaan itu dilakukan
secara terprogram; tujuan, jenis pembinaan, metode yang digunakan dan alokasi waktu
yang ditentukan. Sedangkan pembinaan secara tidak sengaja adalah pembinaan yang
spontan karena anak bereaksi terhadap bunyi latar belakang yang hadir pada situasi
pembelajaran di kelas, seperti tiba-tiba terdengar bunyi motor, bunyi bell sekolah, suara
bedug, kemudian guru membahasnya. Misalnya, "Oh dengar suara motor ya? Suaranya
'Brem... brem... brem...' benar begtu?".

Tujuan[sunting | sunting sumber]
PKPBI bertujuan untuk mengembangkan kemampuan komunikasi dan bahasa peserta
didik tunarungu, seperti meningkatkan kepekaan kemampuan mempersepsi bunyi dan
perasaan vibrasi sehingga peserta didik tunarungu dapat melakukan kontak dengan
dunia.

Prinsip PKPBI[sunting | sunting sumber]


Bambang Nugroho (2002:16), mengemukakan ada 6 prinsip umum yang harus
diperhatikan oleh guru dalam membelajarkan PKPBI, yakni:

1. Prinsip pembelajaran PKPBI bagi peserta didik tunarungu


2. Peserta didik tunarungu harus secara terus-menerus dimasukkan ke dalam
dunia bunyi;
3. PKPBI hendaknya diberikan sedini mungkin (sisa pendengaran perlu diberi
rangsangan bunyi secara terus-menerus dan teratur);
4. Memperhatikan prinsip-prinsip umpan balik (prinsip cibernetik) dalam dunia
bunyi: irama, bunyi, gerak;
5. Hendaknya digunakan pendekatan multisensory;
6. PKPBI dilaksanakan secara sistematis, teratur, berkesinambungan, terprogram
baik materinya maupun jumlah waktu yang dibutuhkan; dan
7. PKPBI merupakan bagian integral dari proses pemerolehan bahasa peserta didik
tunarungu.
Artikel bertopik pendidikan ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia
dengan mengembangkannya.

Anda mungkin juga menyukai