Anda di halaman 1dari 29

ANALISIS WACANA KRITIS AKSI WALK OUT NIRINA ZUBIR

DALAM ACARA APA KABAR INDONESIA MALAM

DISUSUN OLEH:

DAUD LASMA

362018164

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

2022
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam era modernisasi sekarang ini, media massa telah berkembang


dengan sangat cepat. Proses komunikasi yang dilakukan oleh media massa untuk
menyampaikan pesan atau informasi kepada masyarakat umum telah dilakukan
sejak abad ke-17 melalui surat kabar.

Komunikasi merupakan sebuah proses penyampaian pesan kepada orang


lain. Sedangkan komunikasi massa merupakan penyampaian pesan kepada
khalayak umum dengan menggunakan media massa sebagai alatnya. Pada
prosesnya, komunikasi massa diarahkan kepada audens yang relatif besar,
heterogen dan anonim. Pesan-pesan yang disebarkan secara umum, sering
dijadwalkan untuk bisa mencapai sebanyak mungkin anggota audiens secara
serempak dan sifatnya sementara. 1 Media massa juga terdiri dari beberapa jenis,
seperti cetak, audio dan visual yang diantaranya adalah majalah, koran, radio dan
televisi.

Tidak dapat dipungkiri bahwa media massa memiliki peranan yang sangat
penting bagi masyarakat. Media massa dapat berfungsi sebagai lidah penyambung
antara masyarakat dengan pemerintah, alat kontrol kekuasaan, sarana hiburan
serta sebagai sumber informasi. Melalui program berita yang dimiliki media
massa dapat membentuk opini serta persepsi publik tentang suatu pemberitaan
yang disampaikan. Selain itu, komunikasi massa juga tak lepas dari massa, karena
dalam komunikasi massa, penyampaian pesannya adalah melalui media. Media
massa merupakan sumber kekuatan alat kontrol, manajemen, dan inovasi dalam
masyarakat yang dapat didayagunakan sebagai pengganti kekuatan atau sumber
daya lainnya.2

1
Severin Werner J & Tankard James W, JR, Teori Komunikasi: Sejarah, Metode dan
Terapan di Dalam Media Massa (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2011), hlm. 4.
2
Mc.Quail, Dennis, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: Erlangga, 2005), hlm. 3.
Berita (news) merupakan sebuah sajian pokok dalam media massa yang
berguna untuk menyampaikan informasi. Mencari sebuah berita lalu menyusunya
merupakan tugas pokok dari seorang wartawan dan redaksi dalam sebuah
penerbitan pers (media massa) (Romli, 2014:3). Pada dasarnya, sebuah berita
lebih menekankan pada unsur ‘keanehan’ atau ‘ketidaklaziman’ sehingga
masyarakat lebih tertarik untuk melihatnya. Jika seekor anjing menggigit manusia
itu bukanlah berita, tetapi jika manusa menggigit anjing itu adalah berita (Romli,
2014:4).

Dalam definisinya, berita dapat diartikan sebagai sebuah laporan yang


cepat dari suatu peristiwa penting, faktual serta menarik yang memiliki
kedekatan/kepentingan dari penikmatnya. Maka dari itu, dalam pembuatan sebuah
berita harus memperhatikan unsur 5W + 1H (What, Where, When, Who, Why dan
How) serta pola piramida terbalik agar struktur berita lebih bagus.

Media massa dalam melakukan penyiaran, wajib untuk menjunjung tinggi


peraturan-peraturan yang mengayomi dan menaungi media atau lembaga tersebut,
serta menjalankannya sebaik-baiknya. Di Indonesia sendiri, pemerintah telah
menerbitkan UU No 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran yang didalamnya berisi
asas, tujuan, fungsi, arah serta kaidah-kaidah bagi pers dan jurnalis dalam
melaksanakan tugasnya. Selain itu terdapat pula Kode Etik Jurnalistik yang wajib
dipatuhi oleh semua insan pers itu sendiri serta aturan yang diterbitkan oleh
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).

Akan tetapi dalam perjalanannya, mengingat peranan media massa yang


begitu luas, sering sekali terjadi penyalahgunaan kekuasaan ataupun wewenang
yang dilakukan oleh pemilik atau oligarki-oligarki yang memiliki agenda pribadi.
Mereka melakukan distorsi untuk melindungi kepentingan-kepentinganya sendiri.
Sehingga ditakutkan, media massa yang dikonsumsi oleh masyarakat setiap
harinya dapat menghasilkan dampak buruk dengan terbentuknya opini negatif
melalui sebuah pemberitaan-pemberitaan yang telah diolah sedemikian rupa dan
tidak berdasarkan fakta. Tidak sedikit pula kesalahan yang dilakukan oleh
sejumlah media massa yang dilakukan dengan sengaja, banyak diantaranya
kesalahan-kesalahan yang bersifat teknis sehingga menimbulkan persepsi negatif
bagi publik

Dari berbagai macam pemberitaan yang beredar di media massa, salah satu
yang menarik perhatian adalah kasus antara artis Nirina Zubir dan TV One dalam
acara “Apa Kabar Indonesia Malam” yang tayang pukul 18.30 WIB, pada 19
November 2021 dengan judul “Rumah Ditilap Mafia Tanah, Nirina Menggugat.”

Persoalan itu bermula ketika Nirina Zubir diminta oleh TV One menjadi
narasumber untuk kasus penggelapan tanah yang dilakukan oleh mantan asisten
pribadi dari ibunya. Pada video berdurasi 33 menit yang diupload tvOneNews
dikanal YouTubenya pada 19 November 2021, awalnya berjalan sesuai dengan
semestinya. Presenter yang memimpin acara kemudian memperkenalkan
narasumber yang hadir dalam acara tersebut, mulai dari Nirina Zubir dan kuasa
hukumnya selaku korban, kemudian Abdul Fickar Hadjar selaku ahli hukum
pidana dan kuasa hukum dari tersangka penggelapan yaitu Syahruddin.

Nirina Zubir kemudian dipersilahkan oleh presenter untuk menjelaskan


pokok persoalan dan kronologis berpindahnya sertifikat tanah orangtua Nirina
kepada Riri Khasmita (RK) hingga menit ke-9 semuanya masih baik-baik saja.
Namun ketika presenter TV One mempersilahkan Syahruddin untuk angkat bicara
sebagai kuasa hukum dari Riri Khasmita, Nirina memprotes hal itu dengan
menyebutkan kalau dirinya dijebak oleh TV One. Dia kecewa karena TV One
menghadirkan pengacara (Syahruddin) dari pihak tersangka yang diketahui Nirina
bukan Syahruddin orangnya. Lalu Nirina Zubir dan kuasa hukumnya memilih
untuk walk out dari acara tersebut.
Kemudian Nirina mengaku bahwa TV One memberitahu kepada dirinya
kalau akan berbicara dengan pihak BPN (Badan Pertanahan Nasional) dan bukan

dengan orang yang mengaku sebagai kuasa hukum dari pihak Riri Khasmita.
Sebab menurut pihak Nirina yang ditunjuk sebagai kuasa hukum dari Riri
bukanlah Syahruddin. Akibatnya, polemik ini kemudian menjadi ramai dibahas
oleh publik hingga KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) siap menjadi wadah untuk
menengahi persoalan antara Nirina Zubir dengan TV One.

Detik-detik Nirina Zubir memprotes presenter TV One yang mehadirkan pengacara pihak tersangka
dan melakukan aksi walk out.

Melihat persoalan ini, peneliti ingin melihat dan menganalisis aksi walk
out Nirina Zubir yang menurutnya tiba-tiba berhadapan dengan kuasa hukum dari
pihak tersangka sementara dilain sisi sebuah permasalahan yang diberitakan ke
pada publik harus menjunjung tinggi cover both side (melihat dari dua sudut
pandang).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti ingin meneliti bagaimana


analisis wacana kritis terkait aksi walk out Nirina Zubir dalam acara “Apa Kabar
Indonesia Malam” di tvOneNews?

1.3 Tujuan Penelitian


Melalui penelitian ini, peneliti ingin mendeskripsikan analisis wacana
kritis terkait aksi walk out Nirina Zubir dalam acara “Apa Kabar Indonesia
Malam” di tvOneNews.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

a. Untuk menambah refrensi dan literatur terkait kode etik jurnalistik


serta peraturan-peraturan yang mengikat pers secara keseluruhan
sehingga dapat digunakan bagi penelitian di masa yang akan datang.

b.Untuk menambah wawasan bagi masyarakat secara umum


terkhususnya para pelajar dan mahasiswa komunikasi tentang
pentingnya mengetahui dan melaksanakan kode etik dalam jurnalistik.

1.4.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan pemikiran untuk


memecahkan masalah yang berkaitan dengan persoalan yang terjadi antara
pers dan khalayak umum.

1.5 Definisi Konsep

Dalam penelitian ini terdapat beberapa konsep yang ditulis oleh peneliti
yang akan dijadikan sebagai acuan dalam penelitian:

1.5.1 Analisis Wacana Kritis

Pengertian dari analisis wacana kritis (AWK) atau critical


discourse analysis merupakan sebuah upaya maupun proses
(penguraian) untuk memberi penjelasan yang berasal dari sebuah
teks (realitas sosial) yang mau atau sedang dikaji oleh seseorang atau
kelompok dominan yang kecenderungannya memiliki tujuan tertentu
untuk memperoleh apa yang diinginkan.3

1.5.2 Walk Out

3
Darma Yoce Aliah, Analisis Wacana Kritis, (Bandung: Yrama Widya, 2009), hlm. 49.
Walk out diartikan sebagai sebuah tindakan untuk keluar
dari suatu tempat karena suatu alasan tertentu.

1.6 Batasan Penelitian

Dengan maksud agar penelitian ini tidak keluar dari tujuan utama dan
maknanya maka peneliti akan membatasi penelitian ini, hanya berfokus pada
analisis wacana kritis terkait aksi walk out Nirina Zubir dalam acara “Apa Kabar
Indonesia Malam.”
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Komunikasi Massa

Komunikasi massa merupakan sebuah bentuk komunikasi yang prosesnya


dilakukan melalui media massa seperti televisi, radio, cetak dan segala macam
jenisnya yang ditujukan untuk khayalak umum.

Para ahli memiliki definisinya masing-masing dalam menjelaskan


komunikasi massa dan tidak dapat dijabarkan secara singkat. Dalam buku
“Komunikasi Massa” Khomsahrial Romli, (2016:1) menjabarkan definisi
komunikasi massa menurut Bittner yaitu komunikasi massa merupakan pesan
yang disampaikan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah
orang.

Dari hal itu maka dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi massa
haruslah menggunakan sebuah media massa untuk menyampaikan pesannya.
Sehingga bila dalam sebuah kegiatan, pesan dikomunikasikan kepada orang
banyak atau khalayak umum tanpa menggunakan media massa sebagai alatnya, itu
tidak dapat disebut sebagai komunikasi massa.

2.1.1 Karakteristik Komunikasi Massa

Elvinaro, Komala dan Karlina menjabarkan delapan macam karakteristik


dari dari komunikasi massa (Elvinaro, Komala, Siti, 2004:7) dan diantaranya
ialah:

1. Komunikator Terlembagakan
Pihak pemberi pesan (komunikator) dalam komunikasi massa
haruslah dilakukan oleh lembaga atau suatu organisasi yang cukup
kompleks.
2. Pesan Bersifat Umum
Pesan yang disampaikan dalam media massa biasanya bersifat umum
yang berisi fakta, peristiwa maupun opini, sebab komunikasi massa
terbuka sangat luas untuk masyarakat umum.
3. Komunikasi Anonim dan Heterogen
Pada komunikasi massa, pihak pemberi pesan tidak mengenal pihak
yang menerima pesan sebab komunikasi yang terjadi tidak secara
langsung atau tatap muka melainkan menggunakan media massa.
Sehingga ketika pesan disampaikan, akan diiterima secara acak oleh
komunikan yang berbeda usia, jenis kelamin, latar belakang, budaya
dan lain-lain.
4. Media Massa Menimbulkan Keseragaman
Mengingat komunikasi massa dalam menyebarkan pesannya sangat
luas sehingga dapat memberikan informasi yang seragam dalam
waktu yang sama kepada pihak penerima pesan (komunikan).
5. Lebih Mengutamakan Isi daripada Hubungan
Dalam komunikasi massa, pemberi pesan dan penerima pesan tidak
harus saling mengenal terlebih dahulu. Terpenting adalah pesan yang
disampaikan harus dikemas secara sistematis dan dapat dipahami
dengan mudah
6. Komunikasi Bersifat Satu Arah
Komunikator aktif dalam memberikan pesan, sementara komunikan
juga aktif dalam menerima pesan. Akan tetapi, keduanya tidak
melakukan dialog sehingga dikatakan bersifat satu arah.
7. Stimulasi Alat Indra Terbatas
Komunikasi massa menggunakan indra yang cukup terbatas,
tergantung pada jenis media massa yang digunakan (cetak, radio atau
televisi).
8. Umpan Balik Tertunda dan Tidak Langsung
Umpan balik dalam komunikasi massa sifatnya tertunda. Hal itu
dikarenakan prosesnya yang tidak secara langsung bertatap muka
antara pemberi dan penerima pesan. Keduanya harus menggunakan
media seperti email, telepon dan lain-lain sehingga dikatakan
tertunda.

2.2 Walk Out

Dalam bahasa Inggris, walk out atau WO merupakan sebuah istilah


informal yang berarti keluar. Menurut Oxford Dictionary, kata walk out memiliki
bermacam-macam variasi dan disesuaikan dengan penggunaannya. Semisalnya
seseorang dalam sebuah pertemuan atau rapat kemudian melakukan WO maka
artinya dia tidak menyukai pertemuan tersebut dan memilih keluar. Bagi para
pekerja/buruh yang melakukan WO diartikan sebagai mogok kerja. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa walk out merupakan bentuk protes seseorang terhadap
suatu keadaan yang dinilainya tidak menguntungkan.

2.3 Apa Kabar Indonesia Malam

Apa Kabar Indonesia merupakan sebuah program berita dan gelar wicana
yang ditayangkan di stasiun televisi swasta yakni TvOne. Acara ini telah tayang
sejak tanggal 14 Februari 2008. Untuk acara Apa Kabar Indonesia terdiri dari dua
varian yakni Apa Kabar Indonesia Pagi dan Apa Kabar Indonesia Malam.

Adapun jadwal penayangannya di tvOne, Apa Kabar Indonesia Pagi


tayang mulai dari pukul 06.30 - 08.00, sementara untuk Apa Kabar Indonesia
Malam mulai pukul 18:30 - 20.00 dan kedua acara itu tayang setiap hari.

Tayangan yang disajikan dalam Apa Kabar Indonesia, biasanya berisi


muatan sosial, politik dan hukum. Presenter yang memimpin acara akan
mengundang dua narasumber yang pro dan kontra terhadap suatu kebijakan, lalu
mendiskusikan atau mendebatkan kebijakan itu. Selain itu, dalam beberapa
kesempatan juga diundang narasumber ahli untuk melengkapi maupun menengahi
dari pihak-pihak yang pro dan kontra.

2.4 Wacana
Wacana merupakan praksis sosial dalam sebuah bentuk interaksi simbolis
yang bisa terungkap melalui pembicaraan, tulisan, kial, gambar, diagram, film
atau music (N.Fiarclough, 2010:233; dan M. Bloor dan Thomas, 2007:1-2).
Wacana merupakan sebuah proses semiotik yang merepresentasikan dunia sosial.
Peran wacana dapat dipahami sebab Bahasa mampu mendefinisikan serta
menghasilkan sebuah objek pengetahuan. Wacana juga mengatu tentang cara
membahas sesuatu, mendefinisikan, bicara, menulis dan bertindak. Itulah
sebabnya wacana dapat dikatakan sebagai praktik sosial.

Ricouer mendefinisikan wacana kedalam empat unsur yaitu ada subjek


yang mengatakan, untuk siapa disampaikan, wahana atau dunia yang akan
direpresentasikan serta temporalitas atau konteks waktu (P. Ricoeur, 1986:104).
Bila memahami unsur yang dikatakan oleh Ricoeur, maka dapat membantu
menjelaskan makna yang diungkapkan oleh Focault dan Wetherell tentang
‘episteme’ untuk menunjukan suatu struktur pemaknaan. Lebih lanjut Foucault
menjelaskan bahwa kekuasaan, kebenaran serta pengetahuan tidak akan bisa lepas
dari wacana. Dalam hal ini praksis sosial membutuhkan makna dan makna tidak
dapat lepas dari bahasa, dengan begitu makna mempertajam dan mempengaruhi
apa yang kita lakukan, sehingga semua praktik sosal tidak akan lepas dari dimensi
wacana. Dengan demikian maksud maksud dari Focault dan Wetherell wacana
sebagai praksis sosial ialah karena wacana sebenarnya sudah merupakan sebuah
tindakan.

2.5 Analisis Wacana Kritis

Analisis Wacana Kritis (AWK) adalah sebuah proses dengan tujuan


memberikan penjelasan dari sebuah teks atau konteks yang akan dikaji oleh
seseorang atau sebuah kelompok. Menurut Teun van Dijk (1998) analisis wacana
kritis digunakan untuk menganalisis wacana-wacana kritis, diantaranya politik,
ras, gender, kelas sosial, hegemoni dan lain-lain4.

Dengan maksud untuk mempermudah penggunaan AWK, Haryatmoko


2016 mengelompokkan AWK menjadi enam berdasarkan pemikiran dari
Fairclough, van Dijk serta Wodak:
4
Darma Yoce Aliah, Analisis Wacana Kritis, (Bandung: Yrama Widya, 2009), hlm. 53.
1. Prinsip pemahaman teks dan konteks
Teks maupun objeknya harus berdasarkan data yang diambil dari
sebuah realitas misalnya seperti video, tape dan teks yang digunakan
dalam media massa tulisan, lisan atau visual. Sementara pada konteks
diartikan sebagai wacana/teks yang dapat dipelajari dan melekat pada
konteks lokal, global dan sosial-budaya.
2. Prinsip Keberurutan dan Intertekstualitas
Pada prinsip ini, keberurutan terjadi baik dalam produksi maupun
pemahaman wacana yang berupa pembicaraan atau teks. Implikasi
pada semua tingkat, unit struktural (kalimat, proposisi maupun
tindakan) harus ditafsirkan sesuai dengan yang mendahuluinya atau
urutannya. Sedangkan intertekstualitas ialah sebuah bentuk kehadiran
unsur dari teks lain dalam suatu teks yang dapat berupa kutipan,
acuan ataupun isi.
3. Prinsip Konstruksi dan Strategi
Wacana adalah hasil dari konstruksi. Unit-unit pokok difungsikan,
dipahami dan dianalisis sebagai unsur yang lebih luas dan
menciptakan struktur hirarki. Sementara strategi diartikan bahwa
pengguna bahasa dapat mengetahui, menerapkan strategi interaksi
supaya pemahamannya efektif dan perwujudan tujuan komunikasi
serta sosial dapat dicapai.
4. Prinsip Yang Menekankan Kognisi Sosial
Prinsip ini menekankan pada proses mental dan representasi dalam
produksi dan pemahaman teks maupun percakapan. Aspek wacana
berupa makna, koherensi, aksi dapat dipahami serta dijabarkan
dengan tepat tanpa mengacui pada pikiran pengguna bahasa.
5. Prinsip Pengaturan Kategori-Kategori
Dalam analisis wacana kritis, memaksakan pengertian dan kategori
penganalisis harus dihindari untuk mendapatkan pemahaman yang
mendalam dan kritis. Dengan itu perlu memperhatikan dan
menghormati anggota masyarakat dalam menafsirkan, mengarahkan
dan mengkategorisasi ciri dunia sosial serta perilaku mereka
termasuk wacana itu sendiri.
6. Prinsip Interdiskursivitas
Prinsip ini menjelaskan bahwa suatu tek mengandung beragam
diskursus dalam aspek ini terlihat peran genre, wacana dan styles agar
ketiganya dapat beroperasi dalam sebuah artikulasi tertentu.
Adapun tujuan yang hendak dicapai oleh analisis wacana kritis
(Haryatmoko, 2016:14) yaitu pertama, menganlisis praktik dari wacana yang
mencerminkan masalah sosial; kedua meneliti ideologi yang dibekukan dalam
bahasa serta menemukan cara untuk mencairkan ideologi yang mengikat bahasa
ataupun kata; ketiga, untuk meningkatkan kesadaran agar lebih peka terhadap
diskriminasi, prasangka, ketidakadilan serta penyalahgunaan kekuasaan lainnya;
keempat, membantu membarikan solusi terhadap hambatan yang dapat
menghalangi perubahan sosial.

2.6 Analisis Wacana Kritis Model van Dijk

Untuk menyelesaikan penelitian ini, peneliti menggunakan teori yang


digunakan Teun A. van Dijk, sehingga perlu untuk diketahui terminologi analisis
wacana kritis dari pemikiran van Dijk. Dikutip dari buku “Aims of Critical
Discourse Analysis” analisis wacana kritis telah menjadi label umum untuk studi
teks dan percakapan yang muncul dari linguistik serta semiotik kritis dan secara
umum dari kesadaran sosial-politik yang digunakan untuk menyelidiki bahasa,
wacana dan komunikasi. Bagaimanapun juga, seperti kebanyakan bidang lainnya,
subdisiplin dan pendekatan dalam studi wacana dan bahasa, tidak mudah untuk
membatasi prinsip-prinsip khusus, praktik, tujuan, teori atau metode dari analisis
wacana kritis.

Ia menilai, dalam sebuah penelitian yang terkait dengan wacana, tidak


dapat bersandar hanya kepada analisis teks semata, karena teks hanyalah hasil dari
sebuah produksi praktik produksi yang juga harus diamati 5. Para peneliti perlu
untuk mengetahui bagaimana suatu teks diproduksi, sehingga nantinya para
peneliti akan memperoleh pengetahuan, mengapa sebuah teks bisa menjadi seperti

5
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Teks Media, (Yogyakarta: LKis, 2001), hlm. 221.
itu. Tidak hanya itu, Teun van Dijk juga melihat bagaimana struktur sosial dan
dominasi dari suatu kelompok masyarakat yang dapat membentuk atau
berpengaruh pada teks tertentu (Eriyanto, 2001 :224).

Dalam memfokuskan penelitiannya, van Dijk mengedepankan peranan


strategis wacana dalam proses reproduksi dan distribusi, dari pengaruh hegemoni
atau sebuah kekuasaan tertentu. Contohnya, agar relasi antara wacana dengan
hegemoni dapat terlihat jelas, maka dibutuhkan hubungan kognitif dari berbagai
bentuk masyarakat, ideologi, ilmu pengetahuan serta representasi sosial lainnya
yang terkait dengan pola pikir sosial. Hal ini nantinya akan mengaitkan antara
individu dengan masyarakat serta struktur sosial makro dan mikro.

Van Dijk dalam model penelitiannya memformulasikan elemen-elemen


wacana yang sering disebut sebagai “kognisi sosial”. Istilah itu diadopsi dari
pendekatan psikologi sosial di lapangan, terutama untuk menjelaskan proses dan
struktur terbentuknya teks.

Menurut van Dijk, wacana digambarkan memiliki tiga dimensi yakni teks,
kognisi sosial dan konteks sosial. Inti yang ingin diambil dari analisis van Dijk
ialah menggabungkan ketiga dimensi itu ke dalam suatu kesatuan analisis. Pada
dimensi teks, yang diteliti ialah bagaimana struktur dari teks dan strategi wacana
yang dipakai dalam penegasan suatu tema. Sedangkan dalam dimensi kognisi
sosial, yang dipelajari ialah proses produksi teks berita yang melibatkan kognisi
individu dari seorang penulis. Sementara itu, dimensi konteks sosial akan
mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat terhadap
suatu masalah. Model analisis dari van Dijk dapat dilihat dari gambar berikut:

Gambar 2.1

TEKS

KOGNISI SOSIAL

KONTEKS SOSIAL
Sumber: Eriyanto, 2001:225

Pada penelitian ini, akan menggunakan sebuah video dari unggahan akun
YouTube milik tvOneNews, lalu mengubah percakapan dalam video ke dalam
bentuk teks. Van Dijk menggunakan analisis linguistik dari kalimat, kosakata,
preposisi dan paragraph untuk menjelaskan makna dari suatu teks. Ia melihat teks
terdiri dari beberapa level yang semua strukturnya saling berkaitan. Dapat dilihat
dari gambar di bawah ini:

Gambar 2.2

Struktur Makro
Makna global dari suatu teks yang dapat diamati dari topik atau tema
yang diangkat oleh suatu teks
Super Struktur
Kerangka suatu teks, seperti bagian pendahuluan, isi,
penutup dan kesimpulan
Struktur Mikro
Makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati
dari pilihan kata, kalimat dan gaya
yang dipakai oleh suatu teks

Sumber: Eriyanto, 2012:227

Dalam proses ini akan membantu peneliti untuk mengamati elemen-


elemen yang lebih kecil. Sehingga peneliti tidak hanya mengerti isi dari suatu teks
berita, namun juga dari elemen yang membentuknya. Pemilihan kata dalam
sebuah konteks atau teks dapat dipandang sebagai cara berkomunikasi untuk
mempengaruhi khalayak umum, mendapatkan dukungan, legitimasi serta cara
untuk menyingkirkan lawan. Pada suatu kalimat, terkadang terdapat kata-kata
tertentu yang diletakkan untuk mempertegas sebuah sikap. Berikut elemen-elemen
wacana yang diuraikan oleh van Dijk:
Gambar 2.3

Struktur Wacana Hal Yang Diamati Elemen


Struktur Makro Tematik Topik
Merupakan tema atau topik yang
dikedepankan dalam suatu berita
Superstruktur Skematik Skema
Bagaimana bagian dan urutan berita
diskemakan ke dalam teks yang utuh
Struktur Mikro Semantik Latar, detail,
Makna yang ingin ditekankan dalam teks maksud.
berita, seperti dengan memberi detail pada
suatu sisi atau membuat eksplisit suatu sisi
kemudian mengurangi detail sisi yang
lainnya.
Sintaksis
Bentuk kalimat,
Bagaimana kalimat (bentuk, susunan) yang
koherensi, kata ganti.
dipilih
Leksikon
Stilistik
Bagaimana pilihan kata yang dipakai dalam
sebuah teks berita.
Grafis, metafora,
Retoris
ekspresi.
Bagaimana serta cara apa penekanan
dilakukan
Sumber: Eriyanto, 2012:228-229.

Dalam hal ini, struktur makro merupakan sebuah makna global dari
sebuah teks yang diamati melalui topik/tema yang diangkat; superstruktur
merupakan kerangka dari sebuah teks yang meliputi bagian pendahuluan, isi,
penutup dan kesimpulan; struktur mikro merupakan makna lokal dari suatu teks
yang dapat diamati melalui pilihan kata, kalimat serta gaya yang digunakan
sebuah teks.

Berikut penjelasan berdasarkan unsur-unsur struktur wacana tersebut:


a. Tematik
Tema merupakan suatu amanat atau gambaran utama yang disampaikan
oleh penulis ke dalam tulisannya (Keraf, 1980:107). Tema bukanlah hasil
dari sebuah perangkat elemen yang spesifik namun dari suatu wujud satu
kesatuan yang terlihat di dalam teks. Tematisasi suatu cara merupakan
pengaturan tekstual yang berguna agar para pembaca dapat memahami
pesan yang disampaikan lewat tema tersebut. Sedangkan topik adalah
bagian penting yang berisi informasi dari suatu wacana untuk membentuk
kesadaran sosial. Dengan demikian, topik adalah bagian inti dari infromasi
yang ingin disampaikan oleh komunikator.
b. Skematik
Struktur ini mencoba menggambarkan bentuk umum dari sebuah teks.
Bentuk wacana terdiri dari pendahuluan, isi, kesimpulan, pemecah
masalah, penutup dan sebagainya. Sehingga dalam struktur ini
memberikan tekanan bagian-bagian mana yang didahulukan dengan tujuan
menyembunyikan informasi penting. Cara penyembunyian ini dapat
dilakukan dengan menempatkan bagian penting pada akhir teks agar
terkesan kurang menonjol (Sobur, 2012:76).
c. Semantik
Struktur ini menjelaskan makna yang ditujukan dalam struktur teks. Hal
ini dipahami sebagai praktik yang ingin dikomunikasikan sebagai strategi.
Dengan demikian, semantik tidak hanya mengarah ke bagian mana yang
penting dari struktur wacana, namun juga mengarah ke suatu peristiwa.
d. Sintaksis
Berdasarkan etimologis, semantik berasal dari bahasa Yunani (sun =
‘dengan’ + tattein = ‘menempatkan’). Dengan demikian sintaksis berarti
meletakkan secara bersamaan kata-kata untuk menjadi kelompok kata atau
kalimat (Patteda, 1994:85). Sintaksis merupakan cabang atau bagian dari
ilmu bahasa yang berbicara tentang wacana, kalimat, klausa, serta frase.
Strategi pada level semantik ini ialah pemakaian koherensi. Dalam hal ini,
koherensi diartikan sebagai hubungan sebab akibat. Selain itu terdapat
strategi lainnya yaitu melalui bentuk kalimat. Bentuk kalimat adalah segi
sintaksis yang berkaitan dengan berpikir logis. Semisalnya, apakah apakah
A yang menjelaskan B atau B yang justru menjelaskan A. Bentuk kalimat
ini akan menentukan makna yang terbentuk dari susunan kalimat.
Kemudian strategi yang terakhir ialah kata ganti. Dalam analisis wacana,
kata ganti digunakan untuk melihat posisi seseorang dalam wacana.
e. Stilistik
Stilistika merupakan style yang digunakan oleh penulis dalam sebuah
berita untuk menjelaskan maksudnya dengan menggunakan bahasa sebagai
sarananya. Sehingga style diartikan sebagai gaya bahasa (Sudjiman,
1993:13). Gaya bahasa mencakup hal-hal seperti diksi, majas, struktur
kalimat, citraan, pola rima, yang digunakan oleh sastrawan dalam karya
sastra.
f. Retoris
Hal ini memiliki fungsi persuasif dan berkaitan erat dengan bagaimana
sebuah pesan disampaikan. Serta strategi untuk menarik perhatian atau
untuk menekankan sisi yang akan diperhatikan oleh khalayak. Strategi
yang digunakan adalah ekspresi, yang merupakan bagian untuk melihat,
memeriksa, hal yang ditonjolkan oleh seseorang yang dapat diamati dalam
sebuah teks. Ekspresi ini muncul dalam bentuk grafis, foto, gambar, tabel
untuk mendukung gagasan yang ditonjolkan. Selanjutnya ialah metafora
yang dipahami sebagai bumbu atau ornament dari sebuah teks. Metafora
dipakai sebagai landasan berpikir, atas pendapat atau gagasan tertentu
kepada publik (Sobur 2012:84).

Model penelitian wacana kritis yang dikemukakan oleh van Dijk memiliki
lima ciri-ciri pokok.

a. Peneliti studi wacana kritis berkomitmen untuk memperjuangkan


keadilan sosial serta kesetaraan terkhususnya dalam penerapannya
untuk menganalisis masalah sosial dan politik.
b. Studi dari wacana kritis sangat memerhatikan cara-cara bagaimana
wacana memproduksi maupun mereproduksi sebuah dominasi sosial,
misalnya penyalahgunaan kekuasaan oleh suatu kelompok terhadap
yang lainnya.
c. Studi wacana kritis tidak dapat disamakan dengan model penelitian
sosial lainnya karena telah memiliki asumsi bahwa rumusan teks atau
wacana sudah tidak adil atau diskriminatif.
d. Studi wacana kritis tidak berorientasi pada teori melainkan berorientasi
pada pokok permasalahan.
e. Penelitian yang secara sosial haruslah memiliki komitmen untuk kerja
sama dengan erat dan solider dengan orang-orang yang paling
membutuhkan, seperti kelompok yang terpinggirkan atau didominasi.

Van Dijk tidak hanya menyoroti sebatas ketidakberesan sosial, melainkan


juga menekankan studi tentang representasi mental serta proses yang terjadi dalam
pengguna bahasa (cognition) ketika mereka membuat dan memahami wacana
serta ikut ambil bagian dalam interaksi verbal, kemudian sampai sejauh mana
mereka dapat terlibat dalam interaksi pengetahuan, ideologi atau kepercayaan
kelompok sosial tertentu (van Dijk, 2009:64).

2.6.1 Langkah Penelitian Wacana Kritis Model van Dijk

Menurut van Dijk, terdapat dua belas langkah yang wajib


diperhitungakan dalam studi wacana kritis.
1. Analisis konteks
Tidak hanya melihat setting tempat maupun waktu, melainkan juga
menganalisis situasi para partisipan, baik ciri-ciri hingga hubungan
mereka.
2. Makrostruktur semantik
Langkah ini ingin menunjukkan bahwa wacana kritis dimulai
dengan mencari makna, topik ataupun tema global yang biasanya
telah ditentukan serta dikendalikan oleh pembicara atau penulis.
3. Pemaknaan lokal
Hal ini menekankan penguasaan diri dalam penguasaan
pengetahuan linguistic karena fokusnya akan terarah pada upaya
pencarian makna yang dimulai dari gramatika, semantic, fonetik
atau percakapannya, sehingga perlu menganalisis perbendaharaan
kata (makna, istilah, metafora), tata bahasa (kata kerja, tema,
modalitas, transitif).
4. Relevansi struktur formal yang tersamar
Merupakan bentuk linguistik yang tidak dapat dikontrol sepenuhnya
oleh pewicara atau penulis. Adapun bentuk linguistik seperti
struktur sintaksis, intonasi, struktur proposisi, gambar retorika,
pembicara secara spontan seperti ambil giliran, koreksi, keraguan
atau istirahat.
5. Model konteks
Befungsi menghubungkan antara teks dan konteks. Hubungan
wacana dan masyarakat tidak dapat terjadi secara langsung
melainkan dijembatani oleh model konteks seperti struktur sosial
(struktur organisasi, gender, atau ras).
6. Model peristiwa
Merupakan sebuah semantik wacana. Biasanya semantic bahasa
dijabarkan kedalam kerangka makna yang abstrak dalam bentuk
proposisi, konsep serta hubungan kesalingan.
7. Kognisi sosial
Ini lebih menekankan bahwa studi dari wacana kritik awalnya tidak
tertarik pada makna subjektif maupun pengalaman infividual
pengguna bahasa. Studi wacana kritis justru lebih tertarik dengan
hal yang menyangkut pengalahgunaan kekuasaan dan dominasi
yang melibatkan kelompok sosial, lembaga atau organisasi sosial.
8. Analisis ideologi
Bila bahasa sudah membekukan ideologi maka bahasa sudah penuh
dengan kepentingan dan menjadi instumen dari kekuasaan maka
yang dimaksud dengan analisis ideologi adalah mengungkap dan
melakukan reproduksi wacana.
9. Situasi masyarakat
Terkait dengan situasi masyarakat, tidak boleh dipisahkan dari
kognisi sosial yang menjelaskan bagaimana struktur sosial dapat
berpengaruh maupun dipengaruhi wacana. Maka dari itu, studi
wacana kritis tertarik untuk menganalisis reproduksi wacana terkait
dengan struktur sosial yang terlihat tidak adil.
10. Tidak diskursif sebagai tindakan sosio-politik
Terdapat kontras dari tindak diskursif dalam sosio-politik,
maksudnya ialah tidak semua tindakan sosial selalu dikursif.
11. Pelaku
Dalam studi wacana kritis, pelaku merupakan semua partisipan,
baik produktor atau penerima teks.
12. Memahami struktur masyarakat
Sehingga haruslah mengacu pada situasi interaksi lokal yang
menunjukkan atau menantang struktur global. Interaksi seperti itu
tergantung pada tindakan pelaku atau partisipan dalam melakukan
perannya.

2.7 Penelitian Terdahulu

Penelitian menggunakan metode Analisis Wacana Kritis (AWK) telah


banyak dilakukan oleh para peneliti terdahulu yang diantaranya ialah:

Pertama, Erna Setyawati dengan judul “Analisis Wacana Kritis


Diskriminasi Etnis Tionghoa dalam Film “Ngenest” pada tahun 2020. Adapun
tujuan penelitian yang hendak dicapai ialah untuk mengetahui wacana
diskriminasi etnis Tionghoa dalam film “Ngenest” karya dari Ernest Prakasa.
Selain itu, penulis berharap bahwa melalui penelitian ini, masyarakat Indonesia
akan memiliki kesadaran rasial untuk bersikap lebih toleran kepada seluruh etnis
yang ada di Indonesia. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan
kualitatif. Setelah penelitian dilakukan, Erna menyimpulkan bahwa dalam analisis
Mikrostruktu, peneliti menemukan adanya wacana diskriminasi etnis Tionghoa
berupa perundungan, pengecualian, dan pembedaan dalam scene ke-13. Dalam
Mesostruktur, sutradara berusaha mengemas film sesuai dengan realitas yang
terjadi di masyarakat. Serta melihat Makrostruktur, persoalan yang berkembang
telah terjadi sejak jaman ORBA (Orde Baru)

Kedua, Muhammad Nailu Wiqoyahtilla dengan judul “Analisis Wacana


Kritis Covid-19 di Akun Instagram @JRXSID” yang diteliti pada tahun 2020.
Melalui penelitian ini, Muhammad Nailu ingin mengetahui analisis teks wacana
tentang Covid-19 di akun instagram @jrxsid periode Maret 2022 – Juli 2020;
mengetahui kognisi sosial pemilik akun @jrxsid dalam memproduksi wacana
tentang Covid-19; serta untuk mengetahui konteks sosial yang berkembang di
masyarakat terkait Covid-19. Dalam penelitian ini, Nailu menggunakan
pendekatan metode kualitatif untuk menyelesaikan penelitiannya. Setelah
dilakukan penelitian, Nailu menyimpulkan bahwa pada dimensi analisis teks,
peneliti menemukan struktur makro, superstruktur dari wacana terkait Covid-19
yang diproduksi oleh akun instagram @jrxsid. Struktur makronya yakni tema
yang dibahas oleh @jrxsid ialah konspirasi virus Covid-19. Superstrukturnya
ialah akun @jrxsid berusaha untuk menjelaskan keganjilan film Contagion yang
diproduksi pada tahun 2011 dan menurutnya (film itu) bisa meramal masa depan,
sehingga akun @jrxsid menuduh elite global seperti WHO, Bill Gates terlibat
dalam skema Covid-19.

Ketiga, Whenny Kusumastuti dengan judul “Pesan Moral dalam Film


Imperfect (Analisis Wacana Teun van Dijk) pada tahun 2021. Melalui penelitian
ini, terdapat 3 tujuan yang hendak dicapai yakni untuk mengetahui pesan moral
dalam struktur makro film Imperfect; untuk mengetahui pesan moral superstruktur
film Imperfect; untuk mengetahui pesan moral struktur mikro film Imperfect.
Peneliti dalam melakukan penelitian ini, menggunakan metode kualitatif. Dalam
penelitian ini, dapat diambil kesimpulan bahwa film ini mengajarkan pesan moral
kepada masyarakat agar melihat kesempurnaan tidak dari bentuk fisik tubuh,
kecantikan, warna kulit, ukuran tubuh, akan tetapi jauh melebihi hal itu. Apapun
bentuk tubuh manusia haruslah disyukuri karena manusia sudah diciptakan
sebaik-baiknya bentuk karena manusia adalah mahluk paling sempurna dari
mahluk lainnya.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 3 penelitian yang di atas


sebagai salah satu sumber atau patokan dalam menyelesaikan penelitian “Analisis
Wacana Kritis Aksi Walk Out Nirina Zubir Dalam Acara Apa Kabar Indonesia
Malam”. Ketiga penelitian di atas masih relevan dijadikan sebagai sumber
patokan karena tahun penelitiannya dari antara tahun 2020 hingga 2021.
Selain itu, penelitian tersebut juga menggunakan Analisis Wacana Kritis
(AWK) sebagai teori untuk menyelesaikan penelitiannya. Perlu untuk diketahui,
masing-masing penelitian terdahulu tersebut memiliki kelebihan dan
kekurangannya masing-masing karena topik yang diangkat, semuanya berbeda-
beda.

Untuk penelitian “Analisis Wacana Kritis Aksi Walk Out Nirina Zubir
Dalam Acara Apa Kabar Indonesia Malam” belum pernah diteliti oleh penelitian
lain, sehingga penelitian ini masih relevan untuk diteliti.

2.8 Kerangka Pikir

Media Massa

Konflik Nirina
Indikator van Dijk Zubir dan TV One
-Struktur Makro
(Tematik)
-Superstruktur
Analisis Wacana Kognisi Sosial
(Skematik) Kritis model van Dan
Struktur Mikro Dijk
Konteks Sosial
(Semantik, Sitaksis
Stilistik, Retoris)

Hasil

Melalui penelitian ini, peneliti ingin menganilisis konflik yang terjadi


antara Nirina Zubir dengan TV One. Peneliti akan mengubah kalimat dalam video
di TV One itu ke dalam bentuk teks. Lalu menganalisis sesuai dengan metode
milik Teun van Dijk. Analisis Wacana Kritis tersebut akan dilihat dari indikator
struktur makro (tematik), superstruktur (skematik), struktur mikro (semantik,
sitaksis, stilistik, retoris). Setelah semua hal itu dilakukan, lalu akan dikaitkan
dengan konteks sosial dan kognisi sosial, setelah itu maka akan diambil
kesimpulan.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ialah kuliatif. Menurut


Sugiyono penelitian kualitatif merupakan penelitian naturalistik, hal ini
dikarenakan penelitian yang dilakukan pada kondisi yang alamiah.6

Bodgand dan Taylor (1975:5) kualitatif merupakan prosedur penelitian


yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan perilaku yang diamati. Bodgand dan Taylor menilai bahwa pendekatan
jenis ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh).

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti ialah deskriptif. Menurut


Usman dan Akbar (2006:4), Penelitian deskriptif dimaksudkan sebagai
penyandaran secara sistematis, faktual, dan akurat terkait fakta-fakta dan sifat-
sifat populasi tertentu. Peneliti memilh deskriptif, dikarenakan penulis ingin
menggambarkan mengenai analisis wacana kritis terkait aksi walk out Nirina
Zubri dalam acara “Apa Kabar Indonesia Malam.”

3.2 Unit Amatan dan Unit Analisis

6
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2013), Hlm. 1.
A. Unit amatan merupakan sesuatu yang dijadikan sumber dasar untuk
mendapatkan data dengan tujuan menjelaskan tentang suatu analisis (Ihalauw,
2003:178). Maka dari itu, yang menjadi unit amatan pada penelitian ini ialah
video pemberitaan dalam bentuk soft file yang diupload akun youtube tvOneNews
dan berduasi 33 menit 39 detik ketika Nirina Zubir menjadi narasumber dalam
acara “Apa Kabar Indonesia Malam.”

B. Unit Analisa ialah suatu unit yang akan diteliti (Masri dan Sofian,
2006:155). Yang menjadi unit analisa dalam penelitian ini adalah keseluruhan isi
video Nirina Zubir dalam acara “Apa Kabar Indonesia Malam”.

3.3 Jenis Data dan Sumber Data

Dalam sebuah penelitian terdapat dua jenis data, yaitu data primer dan data
sekunder. Menurut Ardial (2014:359), data primer merupakan data yang diperoleh
langsung dari sumber pertama di lokasi penelitian7. Sedangkan data sekunder
merupakan data kedua yang digunakan yang berasal dari jurnal, buku atau catatan
pendukung penelitian.

Dalam penelitian ini, peneliti hanya menggunakan sumber skunder yakni


file video dari akun YouTube tvOneNews yang menampilkan protes Nirina Zubir
lalu walk out dari acara tersebut, serta diambil dari kepustakaan seperti buku,
jurnal dan catatan pendukung penelitian.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Dalam melakukan pengumpulan data, peneliti menggunakan 2 model pendekatan


yaitu: observasi dan Dokumentasi. Instumen utama dalam penelitian ialah peneliti
sendiri dengan alat bantu yang diperlukan.

Cartwright mendefinisikan observasi sebagai proses melihat, mengamati,


dan mencermati serta “merekam” perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan
tertentu. 8Inti dari sebuah observasi ialah melakukan pengamatan pada perilaku
secara langsung sehingga tercapainya suatu tujuan. Perilaku yang diamati adalah
7
Ardial, Paradigma dan Model Penelitian Komunikasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014),
hlm. 359.
8
Herdiansyah Haris, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Salemba Humanika, 2010),
hlm. 131.
perilaku yang dapat dilihat, didengar, dapat dihitung dan diukur. Untuk itu peneliti
akan mengamati dan menganalisis perilaku dan tindakan dari Nirina Zubir,
presenter acara “Apa Kabar Indonesia Malam” serta pihak-pihak terkait lainnya.

Dokumentasi merupakan sebuah langkah untuk mendapatkan data baik dari


catatan, transkrip, buku, rekaman, video dan lain-lain. Dalam hal ini peneliti akan
menggunakan data pendukung dengan melihat yang berkaitan dengan topik
penelitian.

3.5 Metode Analisis Data

Setelah semua data-data yang dibutuhkan terkumpul, maka tahap


selanjutnya ialah analisis data. Tahapan analisis data kualitatif menurut Creswell
(1994) harus memperhatikan hal-hal berikut:

1. Analisis data kualitatif dilakukan secara simultan dengan proses


pengumpulan data, interpretasi data, dan penulisan naratif lainnya.
2. Memastikan bahwa proses analisis data kualitatif yang telah dilakukan
berdasarkan pada proses reduksi data (data reduction) dan interpretasi
(interpretation).
3. Ubah data hasil reduksi ke dalam bentuk matriks

Mengidentifikasi prosedur yang digunakan dalam meruduksi informasi ke


dalam tema-tema atau kategori yang ada9.

3.6 Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian

Peneliti akan melakukan penelitian ini di Kota Salatiga, dengan


mengambil data-data pendukung dari sejumlah sumber seperti rekaman video,
buku, jurnal dan sebagainya. Sementara untuk waktu penelitiannya, akan
dilakukan sejak awal Maret 2022 hingga selesai.

3.7 Sistematika Penulisan

Penelitian ini disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

9
Herdiansyah Haris, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Salemba Humanika, 2010),
hlm. 161-162
Bab 1. Pendahuluan. Bab ini menerangkan mengenai latar belakang
masalah yang akan dibahas, rumusan masalah, tujuan dan manfaat dari penelitian
ini, serta definisi konsep yang digunakan, serta batasan penelitian.

Bab 2. Tinjauan Pustaka. Bab ini berisi mengenai penjabaran teori-teori


yang dipakai pada penelitian ini. Lalu penelitian-penelitian terdahulu, yang
menjadi referensi penelitian ini, serta kerangka pikir .

Bab 3. Metodologi Penelitian. Menjabarkan tentang jenis serta pendekatan


yang digunakan pada penelitian ini, unit-unit yang menjadi bagian amatan serta
analisa. Jenis dan sumber asal data yang digunakan. Serta penjabaran mengenai
metode pengumpulan dan analisis data, penentuan lokasi dan waktu penelitian, dan
sistematika penulisan.
DAFTAR PUSTAKA

BUKU:

Ardial. 2014. Paradigma Dan Model Penelitian Komunikasi. Jakarta : Bumi


Aksara.
Herdiansyah, Haris, 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Salemba
Humanika.
Haryatmoko. 2016. Critical Discourse Analysis (Landasan Teori, Metodologi dan
Penerapan). Jakarta : RajaGrafindo Persada.

Muhtadi, A Saeful. 2016. Pengantar Ilmu Jurnalistik. Bandung : Simbiosa


Rekatama Media.

Severin J Werner & Tankard W James, Jr. 2011. Teori Komunikasi: Sejarah,
Sejarah, Metode dan Terapan di Dlam Media Massa. Jakarta : Kencana Prana
Media Group.

Darma, Yoce Aliah. 2009. Analisis Wacana Kritis. Bandung : Penerbit Yrama
Widya.

Titscher, Stefan dkk. 2009. Metode Analisis Teks dan Wacana. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.

Wibowo, Wahyu. 2009. Menuju Jurnalisme Beretika : Peran Bahasa, Bisnis, dan
Politik di Era Mondial. Jakarta : Penerbit Buku Kompas.

Santana, Septiawan K. 2017. Jurnalisme Kontemporer. Jakarta : Yayasan Pustaka


Obor Indonesia.
Dewan Pers. 2013. Pers Berkualitas, Masyarakat Cerdas. Jakarta : Dewan Pers.

Mc. Quail, Dennis. 2005. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Erlangga

Sumber Lainnya:

tvOneNews. 2021. Rumah Ditilap Mafia Tanah, Nirina Menggugat.


https://www.youtube.com/watch?v=pQajU3BFGxY&t=948s

Tribunnews. 2021. Pengertian Walk Out, Sering Dilakukan Secara Tiba-Tiba, Ini
Artinya. https://sumsel.tribunnews.com/2021/05/01/pengertian-walk-out-sering-
dilakukan-secara-tiba-tiba-ini-artinya

Anda mungkin juga menyukai