Anda di halaman 1dari 21

MINI RISET

“Analisis Pengaruh Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Pengangguran


Dan Kemiskinan Di Indonesia”

DOSEN PENGAMPU : MUNZIR PHONA S.Pd, M.Si.

MATA KULIAH : TEORI EKONOMI MAKRO

DISUSUN OLEH:
Kelompok 4
Rowinna Siburian 7212441003

Leonardo Siahaan 212441004

Mulki Adilah 22PMM092

Putri Marito Pane 7212441002

Sahala Manatap T R Simbolon 7213341025

Ulfah Nabilah A Manurung 7211141003

PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
NOVEMBER 2022

0
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,atas berkat
dan rahmatnya sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan tugas MINI RISET
ini,yang berjudul “Analisis Pengaruh Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap
Pengangguran Dan Kemiskinan Di Indonesia”. Kami juga berterima kasih kepada
bapak MUNZIR PHONA S.Pd, M.Si. selaku dosen pengampu mata Teori Ekonomi Makro
,yang telah memberikan tugas ini pada kami serta memberikan arahan kepada kami.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan dan
masih banyak kekurangannya,hal ini dikarenakan keterbatasan waktu,pengetahuan dan
kemampuan yang kami miliki.oleh karena itu kami sangat mengharapkan adanya saran dan
kritik yang sifatnya membangun untuk perbaikan dimasa yang akan datang.

Pada kesempatan ini,kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu menyelesaikan tugas ini.dengan segala pengharapan dan doa semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi kami khususnya dan bagi para pembaca. Terimakasih.

Medan, November 2022

Kelompok 4

1
ABSTRAK :

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah


penelitian yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Proses dan makna
lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu
agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode penelitian kualitatif jenis studi literatur atau studi pustaka.
Dalam negara berkembang seperti indonesia, masalah ekonomi makro yang masih belum
terselesaikan adalah kemiskinan dan pengangguran. Kedua hal tersebut, baik kemiskinan
maupun pengangguran bukanlah hal yang dapat disepelekan karna berhubungan langsung
dengan kesejahteraan masyarakat dalam negara dan perkembangan ekonomi indonesia.
Kemiskinan dan pengangguran membutuhkan perhatian khusus dari pemerintah, baik
pemerintah daerah sampai pemerintah pusat agar masalah ini dapat diselesaikan melalui
upaya yang diterapkan pemerintah, baik melalui peraturan atau kebijakan yang dikeluarkan
ataupun alternatif lain yang dapat menanggulangi kedua permasalahan tersebut.namun bukan
hanya peran pemerintah yang diperlukan, peran dan kerjasama masyarakat sangatlah
dibutuhkan dalam berlangsungnya upaya pemberantasan pengangguran dan kemiskinan ini

KATA KUNCI : Inflasi,Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran, Kemiskinan.

ABSTRACT :

This study uses a type of qualitative research. Qualitative research is research that is
descriptive in nature and tends to use analysis. Process and meaning are highlighted in
qualitative research. The theoretical basis is used as a guide so that the research focus is in
accordance with the facts in the field. This research was conducted using a qualitative
research method, type of literature study or literature study.
In a developing country like Indonesia, the macroeconomic problems that are still
unresolved are poverty and unemployment. These two things, both poverty and
unemployment are not something that can be underestimated because they are directly
related to the welfare of the people in the country and Indonesia's economic development.
Poverty and unemployment require special attention from the government, both
regional and central government so that this problem can be resolved through the efforts
implemented by the government, either through regulations or policies issued or other
alternatives that can overcome these two problems. However, it is not only the government's
role that is needed , the role and cooperation of the community is needed in the ongoing
efforts to eradicate unemployment and poverty.

KEYWORDS: Inflation, Economic Growth, Unemployment, Poverty.

2
DAFTAR ISI :

KATA PENGANTAR .................. .................................................................................... ......... 1

ABSTRAK .................................... .................................................................................... ......... 2

DAFTAR ISI ................................. .................................................................................... ......... 3

BAB I.PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah .................................................................................. ......... 4


1.2. Tujuan Penelitian ....... .................................................................................... ......... 5
1.3. Manfaat Penelitian ... .................................................................................... ......... 6

BAB II.KERANGKA PEMIKIRAN

2.1.Uraian Permasalahan . .................................................................................... ......... 7


2.2.Subjek Penelitian ....... .................................................................................... ......... 7
2.3.Assesment Data .......... .................................................................................... ......... 7

BAB III.METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian ............................................................................................. ......... 8


3.2 Teknik Pengumpulan Data ................................................................................ ......... 8

BAB IV. PEMBAHASAN

4.1 Hasil Dan Pembahasan ...................................................................................... ......... 9


4.1.2 Pengaruh inflasi terhadap pengangguran di Indonesia .................................... 9
4.1.2 Pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap pengangguran di Indonesia .......... 10
4.1.3 Pengaruh inflasi terhadap kemiskinan di Indonesia ........................................ 11
4.1.4 Pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan di Indonesia .............. 12
4.1.5 Faktor yang menyebabkan pengangguran dan kemiskinan ............................. 13
4.2 Solusi Dan Pembahasan .................................................................................... ......... 14
4.2.1 Penanggulangan Pengangguran ......................................................... ......... 14
4.2.2 Strategi penanggulangan kemiskinan ................................................ ......... 15

BAB V.PENUTUP

5.1.Kesimpulan ................ .................................................................................... ......... 17


5.2.Saran ........................... .................................................................................... ......... 18

DAFTAR PUSTAKA ................. .................................................................................... ......... 19

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah.

Negara berkembang umumnya memiliki masalah-masalah ekonomi seperti kemiskinan,


tingkat inflasi yang tinggi dan juga pertumbuhan ekonomi yang sangat lamban. Kemiskinan
di indonesia sudah menjadi masalah yang sangat umum di hadapi, hampir disetiap negara
berkembang mempunyai masalah yang hampir sama yaitu kemiskinan, terutama negara yang
padat penduduknya seperti Indonesia. Kemiskinan yang terjadi disuatu negara menjadi tolak
ukur untuk melihat baik buruknya perekonomian suatu negara. Kemiskinan bukanlah hanya
menjadi masalah pribadi dan pemerintah saja, tetapi juga menjadi masalah kita bersama yang
harus ditekan jumlahnya.
Inflasi merupakan salah satu indikator perekonomian yang penting, laju pertumbuhannya
selalu diupayakan rendah dan stabil agar supaya tidak menimbulkan penyakit makroekonomi
yang nantinya akan memberikan dampak ketidakstabilan dalam perekonomian. Inflasi
memiliki dampak positif dan negatif terhadap perekonomian. Apabila perekonomian suatu
negara mengalami suatu kelesuan maka Bank Indonesia dapat melakukan kebijakan moneter
yang ekspansif dengan cara menurunkan tingkat suku bunga. Inflasi yang tinggi dan tidak
stabil merupakan cerminan dari ketidakstabilan perekonomian yang berakibat pada naiknya
tingkat harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus, dan berakibat pada makin
tingginya tingkat kemiskinan di Indonesia.
Karena semakin tinggi tingkat inflasi maka masyarakat yang awalnya dapat memenuhi
kebutuhan sehari-hari nya dengan adanya harga barang dan jasa yang tinggi dia tidak dapat
memenuhi kebutuhannya sehingga menimbulkan kemiskinan. Dan tingkat inflasi di
Indonesia mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Pada tahun 2012 inflasi di Indonesia
sebesar 4,30 persen, kemudian pada tahun 2013 inflasi meningkat sebesar 8,38 persen
disebabkan oleh kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi, dengan premium
menjadi Rp 6.500/liter dan solar Rp 5.500/liter. BBM memberi andil atas inflasi sebesar 1,17
persen. Tahun 2014 inflasi kembali menurun sebesar 8,36 persen. Dan pada tahun 2015
inflasi menurun sebesar 3,35 persen disebabkan turunnya harga minyak dunia dan pada
tahun 2016 tingkat inflasi kembali menurun sebesar 3,02 persen.
Pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai perkembangan kegiatan
dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam

4
masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat (Sukirno, 2010:9).
Pembangunan ekonomi daerah diukur melalui laju pertumbuhan ekonomi. Pengukuran
pertumbuhan ekonomi daerah dilakukan dengan menghitung pertumbuhan Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) menurut harga konstanta, Prsetyo (2009:237) menyimpulkan bahwa
“Laju pertumbuhan ekonomi akan memperlihatkan proses kenaikan output perkapita dalam
jangka panjang dan diartikan sebagai pertambahan output atau pertambahan pendapatan
nasional agregatif dalam kurun waktu tertentu.
Semua faktor tersebut dapat mempengaruhi dan saling berhubungan satu dengan yang
lainnya. Semua faktor tersebut dapat mempengaruhi kondisi sosial ekonomi masyarakat dan
pemerintah. Oleh karena itu, upaya pengentasan kemiskinan harus dilakukan secara
komperhensif dan dilaksanakan secara terpadu. Pada tahun 2012-2016 persentase
kemiskinan di Indonesia terus mengalami penurunan. Pada tahun 2012 persentase
kemiskinan sebesar 11,96 persen, kemudian pada tahun 2013 kembali menurun sebesar
11,37 persen, selanjutnya pada tahun 2014 kembali mengalami penurunan sebesar 11,25
persen, di tahun 2015 juga terus mengalami penurunan sebesar 11,22 persen dan kembali
menurun di tahun 2016 sebesar 10,86 persen. Keberhasilan dalam mengurangi kemiskinan
tidak lepas dari beberapa faktor pendukung. Kepala BPS menyebutkan kemiskinan turun
disebabkan inflasi umum relatif rendah, penurunan rata-rata harga kebutuhan pokok,
penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), dan peningkatan rata-rata upah buruh tani
dan bangunan (BPS, 2016).
Maka berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk menganalisis tentang
Pengaruh Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Pengangguran Dan Kemiskinan Di
Indonesia, melalui studi literatur dari berbagai jurnal terkait.

1.2 Tujuan Penelitian.

Adapun tujuan dari dilaksanakannya analisis terhadap Pengaruh Inflasi dan Pertumbuhan
Ekonomi Terhadap Pengangguran Dan Kemiskinan Di Indonesia, antar lain:

1. Ingin memperoleh gambaran yang akurat mengenai pengaruh inflasi terhadap


pengangguran di indonesia.
2. Ingin mengetahui secara faktual mengenai pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap
pengangguran di indonesia.
3. Ingin memperoleh gambaran yang akurat mengenai pengaruh inflasi terhadap
kemiskinan di indonesia.
5
4. Ingin mengetahui secara faktual mengenai pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap
kemiskinan di indonesia.
5. Ingin mengetahui secara faktual faktor yang menyebabkan meningkatnya
pengangguran dan kemiskinan di indonesia.

1.3 Manfaat Penelitian.

Dengan adanya penelitian ini peneliti mengharapkan beberapa manfaat antara lain:

1. Untuk menambah informasi tentang pengaruh inflasi dan pertumbuhan ekonomi


terhadap pengangguran dan kemiskinan di indonesia.
2. Berguna sebagai sumber Informasi mengenai faktor yang menyebabkan
meningkatnya pengangguran dan kemiskinan di indonesia.

6
BAB II
KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Uraian Permasalahan.

Perumusan masalah juga diperlukan untuk mempermudah menginterpretasikan hasil


yang diperoleh dari wawancara Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang
menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah “ Bagaimana pengaruh inflasi dan
pertumbuhan ekonomi terhadap pengangguran dan kemiskinan di indonesia.”.

Setelah masalah penelitian itu dipilih dan ditetapkan maka tugas berikutnya adalah
merumuskan masalah dalam bentuk yang dapat diteliti. Rumusan masalah yang dikemukakan
hendaknya menerangkan dengan jelas apa yang akan diterangkan atau dipecahkan dan
membatasi ruang lingkup studi tersebut pada suatu persoalan khusus.

Maka dari uraian permasalah diatas didapat identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh inflasi terhadap pengangguran di indonesia?


2. Bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap pengangguran di indonesia?
3. Bagaiamana pengaruh inflasi terhadap kemiskinan di indonesia?
4. Bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan di indonesia?
5. Apa saja faktor yang menyebabkan meningkatnya pengangguran dan kemiskinan di
indonesia?

2.2 Subjek Penelitian.

Subjek penelitian dalam mengamati pengaruh inflasi dan pertumbuhan ekonomi


terhadap pengangguran dan kemiskinan di dindonesia yaitu tingkat pengangguran dan
kemiskinan serta laju inflasi dan pertumbuhan ekonomi di indonesia.

2.3 Assesment Data.

Assesment data dilakukan dengan menilai hasil survei dan analisis dari subjek
penelitian. Berdasarkan hasil itu diperolehlah bagaimana pengaruh atau hubungan anatar
inflasi dan pertumbuhan ekonomi terhadap pengangguran dan kemiskinan diindonesia.

7
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1 Metode Penelitian.
1. Bentuk penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah


penelitian yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Proses dan makna
lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu
agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode penelitian kualitatif jenis studi literatur atau studi pustaka.
Pada pendekatan kualitatif ini, peneliti mengumpulkan informasi sebanyak mungkin dari
sumber data.

2. Sumber Data.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:


Dalam penelitian ini penulis menggunakan studi literatur atau studi pustaka dari beberapa
jurnal terkait. Studi pustaka merupakan langkah awal dalam metode pengumpulan data. Studi
pustaka merupakan metode pengumpulan data yang diarahkan kepada pencarian data dan
informasi melalui dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, foto-foto, gambar, maupun
dokumen elektronik yang dapat mendukung dalam proses penulisan.”Hasil penelitian juga
akan semakin kredibel apabila didukung foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang
telah ada.”(Sugiyono,2005:83). Studi pustaka merupakan Maka dapat dikatakan bahwa studi
pustaka dapat memengaruhi kredibilitas hasil penelitian yang dilakukan.

3.2 Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini data yang diperlukan diperoleh dengan menggunakan teknik
pengumpulan data dengan Studi dokumen atau studi literatur. Studi dokume adalah metode
pengumpulan data yang tidak ditujukan langsung kepada subjek penelitian. Studi dokumen
adalah jenis pengumpulan data yang meneliti berbagai macam dokumen yang berguna untuk
bahan analisis.

8
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Hasil Dan Pembahasan.
4.1.1 Pengaruh Inflasi Terhadap Pengangguran Di Indonesia.

Sejak lama ahli-ahli ekonomi telah menyadari bahwa apabila tingkat pengangguran rendah,
masalah inflasi akan dihadapi. Makin rendah tingkat pengangguran, makin tinggi tingkat inflasi.
Sebaliknya apabila terdapat masalah pengangguran yang serius, tingkat harga-harga adalah
relatif stabil. Berarti tidak mudah untuk menciptakan penggunaan tenaga kerja penuh dan
kestabilan harga secara serentak (Sukirno,2000:309).
Pada tahun 1958, AW Phillips, seorang Profesor di London School of Economics menulis
artikel berdasarkan studi lapangan tentang adanya hubungan antara kenaikan tingkat upah dan
pengangguran di Inggris pada tahun 1861-1957. Dari hasil studi ini maka diperoleh hubungan
negatif antara presentase kenaikan upah dengan pengangguran.
Kurva phillips juga digunakan untuk menggambarkan hubungan diantara tingkat kenaikan
harga dengan tingkat pengangguran. ini berarti sifat perkaitan diantara inflasi harga dan tingkat
pengangguran tidak berbeda dengan sifat hubungan diantara inflasi upah dan tingkat
pengangguran seperti yang diterangkan diatas. Pada waktu pengangguran tinggi, kenaikan
harga- harga relatif lambat, akan tetapi makin rendah pengangguran, makin tinggi tingkat inflasi
yang berlaku.
Kurva Phillips diperoleh semata-mata atas dasar studi empirik, tidak ada dasar teorinya.
Lipsey pada tahun 1960 mencoba untuk mengisi dasar teorinya. Untuk tujuan ini Lipsey
menggunakan sebagai dasar penjelasannya adalah teori pasar tenaga kerja. Dalam pasar tenaga
kerja, tingkat upah cenderung turun apabila terdapat pengangguran (kelebihan tenaga kerja) dan
akan naik apabila terdapat kelebihan permintaan akan tenaga kerja. Dengan demikian, apabila
dalam pasar terdapat kelebihan penawaran, ini akan tercermin pada banyaknya orang yang
(menganggur) mencari pekerjaan (Nopirin,1987:37
Dalam jurnal “Pengaruh inflasi dan pendidikan terhadap pengangguran dan kemiskinan”
yang ditulis oleh Edyson Susanto,Dkk pada tahun 2017. Dinyatakan bahwa Inflasi berpengaruh
langsung dan signifikan terhadap pengangguran. Pernyataan ini sejalan dengan jurnal penelitian
“Tingkat Pendidikan, Upah, Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Pengangguran di
Indonesia” oleh Indra Suhendra(2017), menyatakan bahwa penambahan inflasi sebesar 1% akan
meningkatkan jumlah pengangguran terdidik sebesar 0.016%, yang berarti bahwa peningkatan
inflasi akan meningkatkan jumlah pengangguran terdidik di Provinsi Jawa Tengah. Hasil

9
estimasi tersebut sesuai dengan hipotesis penelitian dan sesuai dengan pendapat teori yang
disampaikan oleh Sukirno (2008:152) dan Samuelson (2004:406) dimana mereka menjelaskan
bahwa terdapat hubungan positif antara inflasi dengan pengangguran karena pada periode jangka
panjang tidak terdapat trade off.
Selain itu, dalam penelitian Haug (2014) juga dijelaskan bahwa inflasi memiliki pengaruh
positif terhadap pengangguran. Hal ini disebabkan karena jenis inflasi di Provinsi Jawa Tengah
disebabkan karena adanya inflasi jenis Cost Push Inflation yaitu inflasi yang terjadi karena
adanya dorongan kenaikan biaya faktor-faktor produksi secara terus menerus.

4.1.2 Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Pengangguran Di Indonesia.

Hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan pengangguran dapat dijelaskan dengan hukum
okun (okun’s law), diambil dari nama Arthur Okun, ekonom yang pertama kali mempelajarinya
(Demburg,1985:53). Yang menyatakan adanya pengaruh empiris antara pengangguran dengan
output dalam siklus bisnis. Hasil studi empirisnya menunjukan bahwa penambahan 1 (satu)
point pengangguran akan mengurangi GDP (Gross Domestik Product) sebesar 2 persen. Ini
berarti terdapat pengaruh yang negatif antara pertumbuhan ekonomi dengan pengangguran dan
juga sebaliknya pengangguran terhadap pertumbuhan ekonomi. Penurunan pengangguran
memperlihatkan ketidakmerataan. Hal ini mengakibatkan konsekuensi distribusional.
Pengangguran Berhubungan juga dengan ketersediaan lapangan pekerjaan, ketersediaan
lapangan kerja berhubungan dengan investasi, sedangkan investasi didapat dari akumulasi
tabungan, tabungan adalah sisa dari pendapatan yang tidak dikonsumsi. Semakin tinggi
pendapatan nasional, maka semakin besarlah harapan untuk pembukaan kapasitas produksi baru
yang tentu saja akan menyerap tenaga kerja baru.
Hasil dari analisis data dalam penelitian Isti Qomariyah (2013) dalam jurnal yang berjudul
“pengarruh tingkat inflasi dan pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat pengangguran”
menjelaskan bahwa jika variabel pertumbuhan ekonomi bertambah 1% maka variabel
pengangguran akan mengalami penurunan sebesar 1.34%. Hal ini sesuai dengan pernyataan
hukum okun sebab apabila pertumbuhan ekonomi bertambah 2% maka variabel pengangguran
akan mengalami penurunan lebih dari 1%. Dengan meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi
maka output yang dihasilkan menjadi lebih banyak, dengan demikian tenaga kerja bisa terserap
dan angka pengangguran bisa menurun.
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang amat penting dalam menilai
kinerja suatu perekonomian, terutama untuk melakukan analisis tentang hasil pembangunan
ekonomi yang telah dilaksanakan suatu negara atau suatu daerah. Ekonomi dikatakan

10
mengalami pertumbuhan apabila produksi barang dan jasa meningkat darihun sebelumnya.
Perusahaan akan membutuhkan lebih banyak pekerja ketika produksi meningkat sehingga
kesempatan kerja juga akan meningkat dan pengangguran akan terserap.
Hussain, dkk (2010) dalam penelitian yang berjudul “A Coherent Relationship between
Economic Growth and Unemployment: An Empirical Evidence from Pakistan” juga
menyimpulkan bahwa ada hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan pengangguran.
Produk domestik bruto Pakistan (PDB) meningkat dengan baik di dekade 1960-an dan 1980-an.
Pertumbuhan mengalami penurunan pada tahun 1990 dan menyentuh level terendah pada tahun
2000. Kinerja utama sektor-sektor seperti pertanian dan manufaktur sangat rendah dan ini
membuat masalah pengangguran yang parah.

4.1.3 Pengaruh Inflasi Terhadap Kemiskinan Di Indonesia.

Inflasi dapat menyebabkan berbagai masalah, seperti turunnya nilai mata uang, kenaikan
harga barang dan jasa, meningkatnya pengangguran, menurunnya kesejahteraan masyarakat,
hilangnya investasi, dan masih banyak lagi. Inflasi merupakan mimpi buruk dalam
perekonomian suatu negara.
Ketidakstabilan inflasi Indonesia diperparah pula oleh ketimpangan pendapatan yang tinggi
sehingga mendorong peningkatan angka kemiskinan. Buktinya, merujuk data global yang
diterbitkan oleh Credit Sulsse ketimpangan kekayaan di Indonesia tertinggi keempat di dunia
setelah Rusia, India dan Thailand. Publikasi terbaru lembaga keuangan Swiss menunjukkan 1%
penduduk terkaya Indonesia menguasai 49,3% kekayaan nasional, sedangkan 10% terkaya
menguasai 75,7% kekayaan nasional. Sedangkan dilihat dari sebaran penduduk miskin (27,76
juta) duapertiganya ada di desa dan berprofesi sebagai petani dan buruh tani.
Penyebab ketimpangan tersebut adalah kegagalan transformasi ekonomi yang berakibat
produktivitas sektor pertanian paling rendah. Sejak tahun 1997 terlihat transaksi perdagangan
luar negeri sektor pertanian terjadi defisit, penyumbang terbesar dari pangan. Kenyataan pahit
ini terus berlangsung hingga tahun 2016 dengan menurunnya nilai ekspor produk pertanian dari
US$ 5,8 miliar tahun 2014 menjadi US$ 3,4 milliar tahun 2016. Sementara dana Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang mengalir ke sektor pertanian tidak sebanding
dengan peningkatan produksi pertanian. Dampaknya harga-harga pangan hampir selalu menjadi
penyumbang inflasi terbesar.
Selain di desa kegagalan transformasi juga terjadi di kota terutama yang bekerja di sektor
informal seperti kuli pasir angkut cabutan, jual gorengan dan pemulung sampah. Kemiskinan
yang menimpa mereka disebabkan sempitnya lahan pertanian di indonesia sehingga

11
meninggalkan sektor pertanian dan pergi kekota untuk bekerja akan tetapi tidak banyak
dimanfaatkan oleh proyek infrastruktur pemerintah. Dengan kesenjangan ekonomi tersebut
masyarakat kota yang tergolong berpendapatan menengah ke bawah akan merasa terbebani oleh
naiknya inflasi dari kenaikan harga bahan pangan, migas dan sebagainya sehingga menaikkan
kemiskinan di Indonesia.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Desrini Ningsih dan Puti Andiny (2018) yang
menyatakan bahwa variabel inflasi berpengaruh signifkan dan positif terhadap pertumbuhan
ekonomi di Indonesia. Jika inflasi meningkat maka kemiskinan akan meningkat. Sebaliknya,
jika inflasi menurun, maka angka kemiskinan akan berkurang. Hasil ini juga didukung oleh teori
yang menyatakan bahwa inflasi akan menigkatkan biaya produksi yang menimbulkan kenaikan
harga barang dan jasa. Kenaikan harga ini menyebabkan daya beli masyarakat menurun dan
berujung pada penigkatan kemiskinan
Dari seluruh pernyataan di atas maka jelaslah bahwa inflasi Indonesia berpengaruh positif
terhadap kemiskinan di Indonesia.

4.1.4 Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Kemiskinan Di Indonesia.

Teori trickle-down effect menjelaskan bahwa kemajuan yang diperoleh oleh sekelompok
masyarakat akan sendirinya menetes ke bawah sehingga menciptakan lapangan kerja dan
berbagai peluang ekonomi yang pada gilirannya akan menumbuhkan berbagai kondisi demi
terciptanya distribusi hasil-hasil pertumbuhan ekonomi yang merata. Teori tersebut
mengimplikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi akan diikuti oleh aliran vertikal dari penduduk
kaya kependuduk miskin yang terjadi dengan sendirinya. Manfaat pertumbuhan ekonomiakan
dirasakan penduduk kaya terlebih dahulu, dan kemudian pada tahap selanjutnya penduduk
miskin mulai memperoleh manfaat ketika penduduk kaya mulai membelanjakan hasil dari
pertumbuhaan ekonomi yang telah diterimanya.
Dengan demikian, maka pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap penurunan angka
kemiskinan merupakan efek tidak langsung oleh adanya aliran vertikal dari penduduk kaya ke
penduduk miskin. Hal ini berarti juga bahwa kemiskinan akan berkurang dalam skala yang
sangat kecil bila penduduk miskin hanya menerima sedikit manfaat dari total manfaat yang
ditimbulkan dari adanya pertumbuhan ekonomi. Kondisi ini dapat membuka peluang terjadinya
peningkatan kemiskinan sebagai akibat dari meningkatnya ketimpangan pendapatan yang
disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi yang lebih memihak penduduk kaya dibanding
penduduk miskin.

12
Terdapat hubungan yang negatif antara pertumbuhan ekonomi dengan tingkat kemiskinan.
Untuk menurunkan kemiskinan maka pertumbuhan ekonomi harus ditingkatkan, karena apabila
pertumbuhan ekonomi disuatu daerah tersebut meningkat maka banyak juga keinginan orang
untuk berinvestasi secara otomatis banyak lapangan pekerjaan yang tersedia, sehingga tingkat
pengangguran bisa di tekan yang berdampak pada kecilnya tingkat kemiskinan.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Desrini Ningsih dan Puti Andiny (2018) yang
menyatakan bahwa variabel pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh signifikan terhadap
kemiskinan di Indonesia. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Wulandari (2016). Ini berarti, meningkatnya pertumbuhan ekonomi tidak mampu mengurangi
kemiskinan. Kemungkinan terjadi arus keuangan dan pendapatan dalam perekonomian
Indonesia yang hanya mengalir pada golongan masyarakat berpendapatan menengah ke atas atau
dengan kata lain terjadi ketidakmerataan pendapatan.

4.1.5 Faktor Yang Menyebabkan Meningkatnya Pengangguran Dan Kemiskinan Di


Indonesia.

Faktor penyebab penganguran:


Pengangguran adalah suatu hal yang tidak dikehendaki, namun suatu penyakit yang
terus menjalar di beberapa Negara, dikarenakan banyak faktor yang mempengaruhinya.
Mengurangi jumlah angka pengangguran harus adanya kerjasama lembaga pendidikan
,masyarakat, dan lain-lain.Berikut adalah beberapa faktor peyebab pengangguran
1. Sedikitnya lapangan pekerjaan yang menampung para pencari kerja. Banyaknya para
pencari kerja tidak sebanding dengan lapangan pekerjaan yang dimiliki oleh Negara
Indonesia.
2. Kurangnya keahliah yang dimiliki oleh para pencari kerja. Banyak jumlah Sumber
daya manusia yang tidak memiliki keterampilan menjadi salah satu penyembab makin
bertambahnya angka pengangguran di Indonesia.
3. Kurangnya informasi , dimana pencari kerja tidak memiliki akses untuk mencari tau
informasi tentang perusahaan yang memilli kekurangan tenaga pekerja.
4. Kurang meratanya lapangan pekerjaan, banyaknya lapangan pekerjaan di kota , dan
sedikitnya perataan lapangan pekerjaan.
5. Masih belum maksimal nya upaya pemerintah dalam memberikan pelatihan untuk
meningkatkan softskill .
6. Budaya malas yang masih menjangkit para pencari kerja yang membuat para pencari
kerja mudah menyerah dalam mencari peluang kerja.

13
Faktor penyebab kemiskinan :
Menurut Siregar dan Wahyuniarti (2008:27) menjelaskan bahwa seseorang dikatakan
miskin atau hidup dalam masalah kemiskinan jika pendapatan atau aksesnya terhadap barang
dan jasa relatif rendah dibandingkan rata-rata orang lain dalam perekonomian tersebut.
Secara absolut, seseorang dinyatakan miskin apabila tingkat pendapatan atau standar
hidupnya secara absolut berada dibawah subsisten. Ukuran subsistensi tersebut dapat
diproduksi dengan garis kemiskinan. Menurut bank dunia (Rendra:2010) ada tiga faktor
penyebab kemiskinan yaitu:
1. Rendahnya pendapatan dan aset untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan,
tempat tinggal, pakaian, kesehatan dan pendidikan.
2. Ketidak mampuan bersuara dan ketiadaan kekuatan didepan institusi negara dan
masyarakat.
3. Rentan terhadap guncangan ekonomi terkait dengan ketidak mampuan
menanggulanginya.
Kemiskinan muncul karena adanya ketimpangan distribusi pendapatan, adanya perbedaan
kualitas sumber daya manusia yang menyebabkan adanya perbedaan pada tingkat upah, serta
adanya perbedaan dalam pemenuhan modal, sehingga kemiskinan dapat digambarkan pada
teori lingkaran kemiskinan. (Imelia, 2012).

4.2 Solusi Dan Pembahasan.


Solusi Mengatasi Penganguuran :
Pengangguran itu berpotensi menimbulkan kerawanan berbagai kriminal dan gejolak
sosial, politik dan kemiskinan. Selain itu, pengangguran juga merupakan pemborosan yang
luar biasa. Setiap orang harus mengkonsumsi beras, gula, minyak, pakaian, listrik, air bersih
dan sebagainya setiap hari, tapi mereka tidak mempunyai penghasilan. Oleh karena itu, apa
pun alasan dan bagaimanapun kondisi Indonesia saat ini masalah pengangguran harus dapat
diatasi dengan berbagai upaya. Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan sesuai dengan UUD 45 pasal 27 ayat 2.
Sebagai solusi pengangguran berbagai strategi dan kebijakan dapat ditempuh, untuk
itu diperlukan kebijakan yaitu :
1. Pemerintah memberikan bantuan wawasan, pengetahuan dan kemampuan jiwa
kewirausahaan kepada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) berupa bimbingan teknis
dan manajemen memberikan bantuan modal lunak jangka panjang, perluasan pasar.

14
2. Segera melakukan pembenahan, pembangunan dan pengembangan kawasan-kawasan,
khususnya daerah yang tertinggal dan terpencil sebagai prioritas dengan membangun
fasilitas transportasi dan komunikasi.
3. Segera membangun lembaga sosial yang dapat menjamin kehidupan pengangguran.
4. Segera menyederhanakan perizinan dan peningkatan keamanan karena terlalu banyak
jenis perizinan yang menghambat investasi baik Penanamaan Modal Asing maupun
Penanaman Modal Dalam Negeri.
5. Mengembangkan sektor pariwisata dan kebudayaan Indonesia (khususnya daerah-
daerah yang belum tergali potensinya) dengan melakukan promosi-promosi
keberbagai negara untuk menarik para wisatawan asing, mengundang para investor
untuk ikut berpartisipasi dalam pembangunan dan pengembangan kepariwisataan dan
kebudayaan yang nantinya akan banyak menyerap tenaga kerja daerah setempat.
6. Melakukan program sinergi antar BUMN atau BUMS yang memiliki keterkaitan
usaha atau hasil produksi akan saling mengisi kebutuhan.
7. Dengan memperlambat laju pertumbuhan penduduk (meminimalisirkan menikah pada
usia dini) yang diharapkan dapat menekan laju pertumbuhan sisi angkatan kerja baru
atau melancarkan sistem transmigrasi dengan mengalokasikan penduduk padat ke
daerah yang jarang penduduk dengan difasilitasi sektor pertanian, perkebunan atau
peternakan oleh pemerintah.
8. Menyeleksi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang akan dikirim ke luar negeri.
9. Segera harus disempurnakan kurikulum dan sistem pendidikan nasional (Sisdiknas).

Strategi Menanggulangi Kemiskinan.


Kekeliruan paradigma dalam memahami kemiskinan tentu menyebabkan adanya analisis
yang keliru, artinya seharusnya memunculkan variabel‐variabel yang signi‐ fikan untuk
menganggulangi kemiskinan justru variabel yang tidak signifikan dimasukkan, sehingga
estimasi bias dan hasil yang diharapkan tidak terjadi. Mencermati beberapa kekeliruan
paradigmatik penang‐ gulangan kemiskinan tadi, ada strategi yang harus dilakukan untuk
mengatasi kemiskinan (Huraerah, 2005):
1. Karena kemiskinan bersifat multi‐ dimensional, maka program pengen‐ tasan
kemiskinan seyogyanya juga tidak hanya memprioritaskan aspek ekonomi tapi
memperhatikan dimensi lain. Dengan kata lain, pemenuhan kebutuhan pokok
memang perlu mendapat prioritas, namun juga harus mengejar target mengatasi
kemiskinan nonekonomik. Strategi pengentasan kemiskinan hendaknya diarahkan

15
untuk mengikis nilai‐nilai budaya negatif seperti apatis, apolitis, fatalistik,
ketidakberdayaan, dan sebagainya. Apabila budaya ini tidak dihilangkan, kemiskinan
ekonomi akan sulit untuk ditanggulangi. Selain itu, langkah pengentasan kemiskinan
yang efektif harus pula mengatasi hambatan‐ hambatan yang sifatnya struktural dan
politis.
2. Untuk meningkatkan kemampuan dan mendorong produktivitas, strategi yang dipilih
adalah peningkatan kemampuan dasar masyarakat miskin untuk meningkatkan
pendapatan melalui langkah perbaikan kesehatan dan pendidikan, peningkatan
keterampilan usaha, teknologi, perluasan jaringan kerja (networking), serta informasi
pasar.
3. Melibatkan masyarakat miskin dalam keseluruhan proses penanggulangan
kemiskinan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan eva‐ luasi,
bahkan pada proses pengambilan keputusan.
4. Strategi pemberdayaan. Kelompok agrarian populism yang dipelopori kelompok
pakar dan aktivis LSM, menegaskan, masyarakat miskin adalah kelompok yang
mampu membangun dirinya sendiri jika pemerintah mau memberi kebebasan bagi
kelompok itu untuk mengatur dirinya.
Selain strategi di atas barangkali dalam era otonomi daerah sekarang ini sebesarnya jika
kita jujur bahwa data kemiskinan, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif yang
menyangkut perilaku, potensi, daya saing masyarakat adalah pemerintah daerah

16
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Dalam negara berkembang seperti indonesia, masalah ekonomi makro yang masih belum
terselesaikan adalah kemiskinan dan pengangguran. Kedua hal tersebut, baik kemiskinan
maupun pengangguran bukanlah hal yang dapat disepelekan karna berhubungan langsung
dengan kesejahteraan masyarakat dalam negara dan perkembangan ekonomi indonesia.
Kemiskinan dan pengangguran membutuhkan perhatian khusus dari pemerintah, baik
pemerintah daerah sampai pemerintah pusat agar masalah ini dapat diselesaikan melalui
upaya yang diterapkan pemerintah, baik melalui peraturan atau kebijakan yang dikeluarkan
ataupun alternatif lain yang dapat menanggulangi kedua permasalahan tersebut.namun bukan
hanya peran pemerintah yang diperlukan, peran dan kerjasama masyarakat sangatlah
dibutuhkan dalam berlangsungnya upaya pemberantasan pengangguran dan kemiskinan ini.
Maka berdasarkan hasil analisis yang diperoleh melalui studi literatur dari beberapa jurnal
terkait pengaruh inflasi dan pertumbuhan ekonomi terhadappengangguran dan kemiskinan di
indonesia, didapat kesimpulan antara lain :
1. Terdapat hubungan positif antara inflasi dengan pengangguran karena pada periode
jangka panjang tidak terdapat trade off.
2. Dengan meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi maka output yang dihasilkan menjadi
lebih banyak, dengan demikian tenaga kerja bisa terserap dan angka pengangguran bisa
menurun.
3. Inflasi berpengaruh signifkan dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Jika inflasi meningkat maka kemiskinan akan meningkat. Sebaliknya, jika inflasi
menurun, maka angka kemiskinan akan berkurang. Hasil ini juga didukung oleh teori
yang menyatakan bahwa inflasi akan menigkatkan biaya produksi yang menimbulkan
kenaikan harga barang dan jasa. Kenaikan harga ini menyebabkan daya beli masyarakat
menurun dan berujung pada penigkatan kemiskinan.
4. Terdapat hubungan yang negatif antara pertumbuhan ekonomi dengan tingkat
kemiskinan. Untuk menurunkan kemiskinan maka pertumbuhan ekonomi harus
ditingkatkan, karena apabila pertumbuhan ekonomi disuatu daerah tersebut meningkat
maka banyak juga keinginan orang untuk berinvestasi secara otomatis banyak lapangan
pekerjaan yang tersedia, sehingga tingkat pengangguran bisa di tekan yang berdampak
pada kecilnya tingkat kemiskinan.

17
5.2 Saran.
Pemerintah harus bisa mengeluarkan kebijakan yang bisa terciptanya lapangan
pekerjaan, serta menjalankan kebijakan yang konsisten tersebut dengan sungguh-sungguh
sampai terlihat hasil yang maksimal.
Pemerintah memberikan penyuluhan, pembinaan dan pelatihan kerja kepada
masyarakat untuk bisa menciptakan lapangan pekerjaan sendiri sesuai dengan kemampuan
dan minatnya masing-masing untuk mengembangkan kompetensi kerja guna meningkatkan
kemampuan, produktifitas dan kesejahteraan.

18
DAFTAR PUSTAKA:

Desrini Ningsih, P. A. (2018, april). Analisis Pengaruh Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi
Terhadap Kemiskinan di Indonesia. JURNAL SAMUDRA EKONOMIK, 2, 53-61.
Diakses pada 22 november 2022.

Edyson Susanto, E. R. (2017). Pengaruh inflasi dan pendidikan terhadap pengangguran dan
kemiskinan. INOVASI, 13, 19-27. Diakses pada 22 november 2022.

hia, y. d. (2013, april). STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM


MENANGGULANGI PENGANGGURAN. Jurnal Program Studi Pendidikan
Ekonomi STKIP PGRI, 1, 77-82. Diakses pada 22 november 2022.

Indra Suhendra, B. H. (2017, APRIL). Tingkat Pendidikan, Upah, Inflasi dan Pertumbuhan
Ekonomi Terhadap Pengangguran di Indonesia. Jurnal Ekonomi-Qu., 6, 1-17. DOi :
10.35448/jequ.v6i1.4143

Diakses pada 22 november 2022 , Alamat situs :


https://www.researchgate.net/publication/341052083_TINGKAT_PENDIDIKAN_UPAH_IN
FLASI_DAN_PERTUMBUHAN_EKONOMI_TERHADAP_PENGANGGURAN_DI_IND
ONESIA.

Nurcholis, M. (2014, juni). ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, UPAH


MINIMUM DAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA TERHADAP TINGKAT
PENGANGGURAN DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2008-2014. jurnal
ekonomi pembangunan, 12, 46-57. Diakses pada 22 november 2022.

Pangiuk, A. (2018). PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP


PENURUNAN KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI TAHUN 2009-2013. Iltizam
Journal Of Shariah Economic Research, 2. E-ISSN: 2598-2540, P-ISSN: 2598-2222

Diakses pada 22 november 2022. alamat situs :


http://e-journal.lp2m.uinjambi.ac.id/ojp/index.php/iltizam

Putri, R. F. (2015). Analisis Pengaruh Inflasi, Pertumbuhan Ekonomi dan Upah Terhadap
Pengangguran Terdidik. J Economics Development Analysis Journal, 4, 113-132.
https://doi.org/10.15294/edaj.v4i2.14821

19
Diakses pada 22 november 2022. alamat situs :
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edaj/article/download/14821/8063

Prawoto, N. (2009, april). MEMAHAMI KEMISKINAN DAN STRATEGI


PENANGGULANGANNYA. Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan, 9, 56-68.
Diakses pada 22 november 2022.

Qomariyah, I. (n.d.). PENGARUH TINGKAT INFLASI DAN PERTUMBUHAN


EKONOMI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN DI JAWA TIMUR.
Diakses pada 22 november 2022.

R. Susanto, I. P. (2020, desember). PENGARUH INFLASI DAN PERTUMBUHAN


EKONOMI TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI INDONESIA. Journal of
Applied Business and Economics (JABE), 7, 271-278. Diakses pada 22 november
2022.

Soeharjoto, M. R. (2021, september). Pengaruh Inflasi, Indeks Pembangunan Manusia, Dan


Upah Minimum Provinsi Terhadap Pengangguran Di Indonesia. Jurnal Ekonomi,
Manajemen, dan Bisnis, 5, 94-102. Diakses pada 22 november 2022.

SUGIARTININGSIH, K. S. (2017, juni 20). PENGARUH INFLASI TERHADAP


KEMISKINAN DI INDONESIA PERIODE 1998-2014 (INFLATION INFLUENCE
ON POVERTY IN INDONESIA PERIOD 1998-2014. Profesionalisme Akuntan
Menuju Sustainable Business Practice, 518-126. Diakses pada 22 november 2022.

20

Anda mungkin juga menyukai