Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“Peran Otonomi Daerah Dalam Menanggulangi Kemiskinan dan Pengentasan Kemiskinan


dan Tantangan SDGS”

Isu dan Kebijakan Otoda

Kelas B.2

Dosen Pengampu : Suji, S.Sos, M.Si

Disusun Oleh :

1. Amilus Solihati (210910201005)


2. Farah Camelia Azizah (210910201006)
3. Ananda Maharani (210910201010)
4. Kurnia Mulya Rahmawati (210910201019)
5. Christina Purwaning Andari (2109010201023)
6. Nur Azizah (210910201044)
7. Ayomi Putri Aulia (210910201076)
8. Amanda Risa Febiyani (210910201092)

ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS JEMBER

2022
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb. Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat serta
karunia-Nya sehingga makalah dengan “Peran Otonomi Daerah Dalam Menanggulangi
Kemiskinan dan Pengentasan Kemiskinan dan Tantangan SDGS”
Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas mata kuliah Isu dan Kebijakan Otoda
dengan dosen pengampu Bapak Suji, S.Sos, M.Si. Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan
menambah wawasan kepada pembaca tentang Peran Otonomi Daerah Dalam Menanggulangi
Kemiskinan dan Pengentasan Kemiskinan dan Tantangan SDGS.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Suji, S.Sos, M.Si, selaku dosen
pengampu mata kuliah Isu dan Kebijakan Otoda. Berkat tugas yang diberikan ini, dapat
menambah wawasan kami berkaitan dengan topik yang diberikan. Penulis juga mengucapkan
terima kasih yang sebesarnya kepada semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan banyak
kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan ketidaksempurnaan yang
pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga mengharap adanya kritik serta saran dari
pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini.
Jember, 24 Oktober 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................................2

BAB 1........................................................................................................................................................4

PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................................5

1.3 Tujuan.......................................................................................................................................5

1.4 Manfaat.....................................................................................................................................5

BAB II.......................................................................................................................................................6

ISI..............................................................................................................................................................6

2.1 Kondisi kemiskinan serta perkembangan SDGs yang terjadi saat ini.................................6

2.2 Peran pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan untuk mendukung SDGs.................7

2.3 Solusi Pemerintah dalam Mengatasi Kemiskinan dan Mendukung Implementasi SDGs 11

1. Program Indonesia Pintar.........................................................................................................12

2. Program Keluarga Harapan (PKH)...........................................................................................12

3. Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT)........................................................................................12

BAB III...................................................................................................................................................13

PENUTUP...............................................................................................................................................13

3.1 Kesimpulan.............................................................................................................................13

3.2 Saran.......................................................................................................................................13

DAFTAR PUSAKA................................................................................................................................15

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini zaman semakin maju dan berkembang, sehingga eksistensi globalisasi tidak dapat
dihindari. Menurut Yudhanegara (2015), globalisasi dapat mempengaruhi tatanan sosial
global serta tidak mengenal batas wilayah. Apalagi dengan berkembang pesatnya teknologi
dan informasi sehingga dapat membantu pengaruh globalisasi ke seluruh dunia. Menurut
Anthony Giddens (1989), globalisasi adalah proses meningkatnya saling ketergantungan
masyarakat dunia. Hal ini ditandai dengan perbedaan standar hidup atau kesenjangan antara
masyarakat industri dengan masyarakat dunia ketiga (sebelumnya dijajah oleh Negara Barat
dan sebagian besar hidup dari pertanian). Sebenarnya globalisasi telah membawa banyak hal
yang bermanfaat bagi pembangunan manusia, tetapi bukan berarti globalisasi tidak
berdampak negatif atau buruk bagi negara. Salah satu negara yang terdampak globalisasi
tersebut ialah Indonesia. Sebagai salah satu negara berkembang, peluang Indonesia dalam
mendapatkan pengaruh globalisasi baik yang positif atau negatif sangat besar.
Saat ini dapat dilihat bahwa proses globalisasi mengakibatkan ketidakadilan dalam tata
kehidupan masyarakat dunia. Ketidakadilan ini berujung pada ketimpangan sosial ekonomi,
yang pada akhirnya memperparah ketimpangan dan berujung pada munculnya masalah sosial
lainnya seperti kemiskinan, penindasan terhadap pekerja, konflik horizontal antar tokoh
ekonomi, dan tersingkirnya yang tidak mampu bersaing. Hal ini menjadi semakin nyata,
terutama di negara-negara berkembang. Berdasarkan pendapat dari Anthony Giddens, dapat
disimpulkan bahwa dampak dari globalisasi adalah kesenjangan yang melahirkan
Sustainable Development Goals atau SDGs. SDGs memiliki tujuan guna menekan
kesenjangan, mengurangi ketidakadilan dan mengentaskan kemiskinan.
Sustainable Development Goals (SDGs) menjadi tantangan besar khususnya negara
berkembang salah satunya Indonesia. SDGs merupakan upaya pembangunan global yang
perlu tercermin dalam pembangunan nasional dan daerah. Pemerintah daerah sebagai
penyusun atau pembuat kebijakan dan eksekutif di tingkat daerah memegang peranan yang
penting dalam pencapaian tujuan SDGs, salah satunya dalam mengentaskan kemiskinan.

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana tingkat kemiskinan dan perkembangan SDGs yang terjadi saat ini?
2. Bagaimana peran pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan untuk mendukung
SDGs?
3. Bagaimana solusi pemerintah dalam mengatasi kemiskinan dan mendukung
implementasi SDGs?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui tingkat kemiskinan dan perkembangan SDGs yang terjadi saat ini
2. Untuk mengetahui peran pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan dan
mendukung SDGs
3. Untuk mengetahui solusi pemerintah dalam mengatasi kemiskinan dan mendukung
implementasi SDGs

1.4 Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan para pembaca dan juga
penulis dalam mengetahui peran pemerintah daerah dalam mengentaskan kemiskinan dan
tantangan SDGs.

5
BAB II.

ISI
2.1 Kondisi kemiskinan serta perkembangan SDGs yang terjadi saat ini
Pandemi COVID-19 yang terjadi sejak akhir tahun 2019, menimbulkan berbagai dampak
tidak hanya pada bidang kesehatan saja, tetapi juga pada perekonomian secara global. Selama
pandemi COVID-19 berlangsung, tingkat konsumsi masyarakat cenderung mengalami
penurunan akibat berbagai kebijakan untuk mencegah penyebaran virus COVID-19. Pandemi
COVID-19 berdampak signifikan terhadap peningkatan jumlah kemiskinan di Indonesia.

Untuk menangani masalah kemiskinan akibat COVID-19 tersebut, pemerintah


menerapkan berbagai kebijakan fiskal dan moneter yang komprehensif sebagai upaya pemulihan
ekonomi nasional. Pemulihan ekonomi tersebut berdampak positif pada peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa persentase penduduk
miskin di Indonesia sebesar 9,54% per Maret 2022 mengalami penurunan sebesar 0,17% dari
semula 9,71% pada September 2021. Berdasarkan daerahnya, persentase penduduk miskin
Indonesia di pedesaan menurun dari semula 12,53% September 2021 menjadi 12,29% pada
Maret 2022. Persentase penduduk miskin di perkotaan juga mengalami penurunan, yaitu dari
7,60% pada September 2021 menjadi 7,50% pada Maret 2022.

Dari data tersebut, perlu diketahui bahwa terdapat 26,16 juta orang penduduk miskin
pada Maret 2022. Angka tersebut menurun sebesar 0,34 juta orang dari data bulan September
2021. Selain itu, jumlah penduduk miskin Maret 2022 perkotaan juga mengalami penurunan
sebanyak 0,04 juta orang (dari 11,86 juta orang pada September 2021 menjadi 11,82 juta orang
pada Maret 2022). Pada periode yang sama, jumlah penduduk miskin perdesaan juga mengalami
penurunan sebanyak 0,30 juta orang (dari 14,64 juta orang pada September 2021 menjadi 14,34
juta orang pada Maret 2022).

Kemiskinan menjadi salah satu bentuk tujuan dalam pembangunan berkelanjutan atau
Sustainable Development Goals (SDGs). SDGs di indonesia sangat penting untuk mewujudkan
mengingat konflik ekonomi sangat tinggi. Dalam tujuan tersebut pembangunan berkelanjutan
perlu menjaga peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat secara berkesinambungan,
menjaga berkelanjutan kehidupan sosial masyarakat, menjaga kualitas lingkungan hidup serta

6
pembangunan yang jelas dan tata kelola yang dilaksanakan mampu dalam menjaga peningkatan
kualitas kehidupan. Dengan kata lain, komitmen dari pembangunan berkelanjutan atau SDGs
yaitu dengan mengupayakan untuk mensejahterakan masyarakat tanpa kemiskinan. Sehingga
yang menjadi prioritas pembangunan nasional dalam penurunan angka kemiskinan memerlukan
sinergi kebijakan perencanaan di tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/kota.

Pandemi COVID-19 menjadi tantangan dalam mengejar target pembangunan


berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) di tahun 2030. Yang dimana SDGs
merupakan rencana aksi global, termasuk indonesia dalam mengurangi angka kemiskinan,
mengurangi kesenjangan, dan melindungi lingkungan. Dalam target pencapaian pembangunan
sosial dan ekonomi berkelanjutan, dapat dilihat dari masih tingginya angka kemiskinan dan
ditambah lagi akibat adanya pandemi COVID-19. Selain itu, indonesia mengalami penurunan
pendapatan selama pandemi. Untuk itu dalam menghadapi masalah kemiskinan akibat dampak
pandemi COVID-19 yaitu dengan pemulihan ekonomi baik selama pandemi hingga pasca
pandemi. Selain penanganan yang diberikan pemerintah kepada masyarakat, negara juga
meningkatkan perhatian dan bantuan terhadap masyarakat terdampak pandemi yang menjadi
bagian dari pemulihan ekonomi.

Pembangunan berkelanjutan yang dilakukan pemerintah dalam percepatan pemulihan


ekonomi yang cukup serius menjadi penyebab kemiskinan di indonesia. Indonesia mengalami
kemajuan jika dilihat dari tahun sebelumnya dalam mengupayakan sejumlah kebijakan yang
fokus pada pengawasan dan pencapaian SDGs. Dalam hal ini, pemerintah merealisasikan
pembangunan sesuai dengan tujuan SDGs yang tidak hanya berfokus pada lingkungan nasional
pemerintah, tetapi juga pemerintah memperhatikan pembangunan dalam skala daerah dan lokal.
Sehingga fokus utama pada pembangunan berkelanjutan yaitu dengan membuka kesempatan
kerja disektor digital dan mendorong produktivitas masyarakat untuk menciptakan nilai tambah
pada sumber pertumbuhan ekonomi yang baru. Jadi, SDGs menjadi bentuk komitmen global dan
nasional dalam mensejahterakan masyarakat di sektor perekonomian di indonesia.

2.2 Peran pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan untuk mendukung SDGs


Pemerintah hingga saat ini masih menghadapi masalah yang sama yaitu pengentasan
kemiskinan sehingga harus belajar dari kesalahan sebelumnya agar tidak terlalu terburu-buru
dalam mengambil kebijakan yang baru. Pemerintah harus lebih seletif dala menerapkan program

7
sesuai dengan konsep dan stretegi yang telah ditetapkan. Langkal awal yang dapat dilakukan
denggan mengumpulkan berbagai informasi yang didapat dari masyarakat terkait masalah
kemiskinan apa saja yang dialaminya, sehingga hal ini akan berfokus pada pengaduan
masyarakat. Adanya keterlibatan organisasi masyarakat non pemerintah/ LSM juga menjadi
bagaian penting untuk mengukur tingkat kemampuan masyarakat dari segi ekonomi. Upaya
pengentasan kemiskinan pada jalur pembangunan sektoral, regional, dan khusus mencakup lima
elemen kunci, yaitu: pembangunan kualitas manusia, pengembangan sumber daya sosial
ekonomi, pembangunan infrastruktur, struktur pendukung kegiatan sosial ekonomi, penguatan
pembangunan, memperkuat dukungan bagi institusi dan pembangunan berkelanjutan.

Program pembangunan yang menekankan pendekatan pemberdayaan masyarakat memiliki


aspek kewilayahan tersendiri, yaitu: 1) Program pengentasan kemiskinan. Dimensinya adalah
masalah penurunan kemiskinan kronis di wilayah; 2) program perlindungan sosial. dimensinya
adalah masalah pengurangan jumlah orang miskin krisis atau orang yang hidup dalam
kemiskinan ekstrim. Keduanya sama-sama terdapat di daerah/kabupaten seperti daerah kumuh
perkotaan, daerah pesisir, pedalaman dan desa tertinggal.

Dalam konteks otonomi daerah, pendanaan harus berbentuk block grant (bantuan hibah/
sosial) karena pendanaan yang cenderung bertele-tele dan intervensionis cenderung mempersulit
pembangunan dan pemberdayaan berkelanjutan pada masyarakat. Selanjutnya, upaya
penanggulangan kemiskinan bukan hanya program nasional yang terpusat, namun kesadaran
bahwa kemiskinan merupakan tanggung jawab bersama harus dimiliki bersama oleh semua
pihak, terutama pemerintah daerah.kurangnya kesadaran birokrasi pemerintah terutama di
daerah. Mereka bekerja hanya sebatas program pemerintah atau bergerak apabila terdapat dana
dari pusat sehingga tidak adanya unsur keberlanjutan untuk menanggulangi masalah
kemiskinan. Masih banyaknya masyarakat miskin menjadi ancaman bagi pemerintah daerah
krena akan meghambat proses pembangunan. Peran perbankan sangat dibutuhkan dalam situasi
ini karena sebagai penyalur kartu kredit yang dibutuhkan masyarakat. Sehingga pelu adanya
Kerjasama antara pihak pemerintah dengan bank dan Lembaga lainnya untuk memberikan
kontribusi yang lebih besar untuk pengentasan kemiskinan.

Adanya pinjaman ke sektor-sektor pertanian atau kegiatan produktif lainnya menjadi bukti
sebagai pengentasan kemiskinan didaeah. Dalam konteks ini, reformasi kelembagaan sistem

8
perbankan harus dilakukan, karena kemiskinan yang dihasilkan adalah kemiskinan struktural.
Peran pendamping dalam hal ini sangatlah besar yaitu penyelenggara tidak hanya mendukung
masyarakat dalam merencanakan, melaksanakan, memantau dan mengevaluasi pembangunan
mereka sendiri, tetapi mereka juga bekerja untuk memantau dan menyiapkan sumber daya baru,
yang kemudian melanjutkan pembangunan. Pendamping ini harus direkrut oleh LSM/KSM
daerah yang seharusnya lebih mengetahui kondisi dan kemampuan daerah. Namun perlu
diperhatikan bahwa kerjasama dengan LSM bersifat kelembagaan, bukan dengan individu atau
kolaborator.

Pembangunan dalam rangka penanggulangan kemiskinan bertujuan untuk memperkuat


dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Hal pertama yang harus dilakukan adalah penguatan
pada konsep. Diskusi konseptual tidak lagi diperlukan, tetapi perlu disepakati program yang
akan dilaksanakan, yaitu program yang memungkinkan masyarakat berkembang dan menjadi
entitas yang berkembang. Selanjutnya konsep yang disepakati adalah penciptaan lapangan kerja,
penyerapan tenaga kerja menjadi bagian penting untuk mengentas kemiskinan karena
mengurangi pengangguran. Kedua, tujuan yaitu pengelompokan antara masyarakat sangat miskin
dan miskin. Hal ini dilakukan agar pemerintah dapat membedakan bahwa mana yang perlu diberi
bantuan atau hanya sekedar pelatihan saja.

Untuk masyarakat sangat miskin pemerintah dapat memberikan bantuan sosial baik berupa
bantuan langsung tunai atau sembako sedangkan untuk masyarakat miskin pemerintah dapat
melakukan pemberdayaan dan partisipasi masyarakat itu sendiri artinya masyarakat dibekali
dengan beberapa pelatihan keterampilan. Ketiga, pendamping. Mengingat sumber daya manusia
yang tersedia, program penanggulangan kemiskinan ini membutuhkan mitra. Namun, dukungan
ini hanya diberikan sebagai perantara agar masyarakat menjadi subyek melalui instruksi untuk
mencontoh, melaksanakan, menikmati dan memantau perkembangan mereka sendiri. Keempat:
pengelolaan dana bergulir. Dana akan disalurkan dalam bentuk block grant (hibah/ bantuan
sosial) karena lebih fleksibel dan memberdayaan. Kelima, pengendalian yang dalam konteks ini
mencakup banyak hal, mulai dari pengembangan konsep, implementasi (koordinasi), monitoring
dan review hingga evaluasi program.

Selain itu, pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk menemukan cara dalam
meningkatkan sumber pendapatan mereka melalui desentralisasi. Hal ini sejalan dengan

9
tanggung jawab pemerintah daerah untuk lebih tanggap terhadap masalah dan kebutuhan daerah
sehingga diharapkan lebih memahami kebutuhan dan kemampuan masyarakatnya dibandingkan
pemerintah pusat. Oleh karena itu, desentralisasi menjadi celah bagi pemerintah daerah untuk
mempertimbangkan berbagai inisiatif untuk memenuhi kebutuhan warganya. Tindakan cepat
pemerintah daerah dalam memenuhi kebutuhan internal daerah dapat membantu mengatasi
kendala pembangunan daerah. Dengan diberlakukannya otonomi daerah, maka peran dan
kewenangan pemerintah daerah semakin luas, salah satunya dalam penyelenggaraan hubungan
internasional.

Pasal 22 UU No. 1999 menyatakan bahwa pemerintah daerah juga memiliki kekuasaan
untuk terlibat dalam urusan luar negeri. Selain itu, nomor resmi. 23/2014 menekankan
pembagian kekuasaan antara pemerintah pusat dan daerah, menyatakan bahwa diplomasi yang
dapat dilakukan oleh pemerintah daerah meliputi ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, dll.
Sebagai pedoman daerah dalam melakukan hubungan internasional, Kementerian Luar Negeri
telah menerbitkan Peraturan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2019
tentang Hubungan Luar Negeri Pemerintah Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri. 3
Maret 2008, Pedoman pelaksanaan kerjasama antara pemerintah daerah dengan perusahaan
asing. Rangkaian regulasi membuka jalan bagi daerah untuk mengembangkan jaringan kerja
sama dengan berbagai mitra asing.

Namun demikian, kerjasama yang terjalin tetap perlu didasarkan pada persetujuan yang
telah ditetapkan oleh pemerintah pusat, sehingga kerjasama dapat berlangsung antar daerah yang
menjaga hubungan diplomatik dan berorientasi pada kerjasama non politik. Perluasan kerjasama
internasional regional di Indonesia akan semakin terbuka sejalan dengan kesepakatan-
kesepakatan yang tertuang dalam MDGs, melalui serangkaian komitmen semua negara untuk
memastikan keberhasilan MDGs. Selanjutnya, kesepakatan SDGs tahun 2015 menyepakati
bahwa setiap negara harus bekerja sama untuk mencari sumber pendanaan dan perubahan
kebijakan yang diperlukan. Kesepakatan ini menjadi dasar bagi berbagai jenis bantuan dan
pembiayaan dari negara maju ke negara miskin ataupun berkembang untuk mendorong kegiatan
ekonomi dan mendorong pembangunan.

10
2.3 Solusi Pemerintah dalam Mengatasi Kemiskinan dan Mendukung Implementasi
SDGs
Kemiskinan sampai saat ini menjadi persoalan yang tidak pernah hilang di dunia. Dengan
berakhirnya The Millenium Development Goals (MDGs) yang berhasil menguangi hampir
setengahnya penduduk miskin dunia, selanjutnya lahirlah Suntainable Development Goals
(SDGs) yang merupakan penyempurna agend pembangunan global sebelumnya yang bukan
hanya berfokus pada pembangunan manusia, namun juga pembangunan ekonomi ramah
lingkungan serta pembangunan lingkungan hidup. Dalam konsep besar pembangunan
berkelanjutan atau SDGs ini yaitu mengikut sertakan seluruh elemen yang ada dalam suatu
negara, baik pemerintahan, Civil Society, sektor swasta, akademisi, dan sebagainya, untuk
tercapainya sebuah pembangunan yang berkelanjutan dan bisa bermanfaat diseluruh sektor
kehidupan bernegara. Salah satu target dan tujuan SDGs yaitu untuk mencapai kemajuan hasil-
hasil pembangunan dalam hal pemberantasan kemiskinan.

Negara berkembang seperti Indonesia kemiskinan menjadi permasalahan yang kompleks


dan menjadi permasalahan besar yang harus segera ditanggulangi, dengan tingginya kesenjangan
sosial yang disebabkan karena tidak meratanya kesejahteraan di Indonesia menjadi penyebab
utama kemiskinan, selain itu faktor lain yang menyebabkan kemiskinan di Indonesia
sepertitingkat pendidikan yang rendah, produktivitas tenaga kerja rendah, tingkat upah yang
rendah, distribusi pendapatan yang timpang, kesempatan kerja berkurang, dan politik yang belum
stabil.

Program Pembangunan Berkelanjutan sebagai cara untuk mencapai keberhasilan dari


upaya pengentasan kemiskinan yang dapat mendorong kemajuan perekonomian masyarakat
dengan didukung oleh program SDGs lainnya. Yang dalam pencapaiannya perlu banyak
kebijakan yang harus diambil dan dilakukan baik oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah
maupun pemerintah desa, seperti peningkatan pendapatan penduduk miskin serta melindungi
masyarakat dari segala bencana.

Bentuk solusi pemerintah dalam mengatasi kemiskinan yang ada dan sebagai bentuk
dukungan terhadap implementasi SDGs yaitu adanya peran elemen negara yang membentuk
prinsip kerja sama dan gotong royong serta adanya komitmen yang jelas dengan sinergistas
program dalam penanggulangan kemiskinan. Program yang paling bersinergi dari dinas sosial

11
yang juga termasuk dalam Program Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dalam menanggulangi
kemiskinan antara lain :

1. Program Indonesia Pintar


Program ini merupakan program dari pemerintah dalam bantuan berupa uang tunai,
perluasan akses dan kesempatan belajar yang diberikan kepada peserta didik dan mahasiswa
yang berasal dari keluarga tidak mampu untuk membiayai pendidikan, yang disalurkan melalui
Kartu Indonesia Pintar.

2. Program Keluarga Harapan (PKH)


Program Keluarga Harapan (PKH) merupakan bentuk upaya percepatan
peenanggulangan kemiskinan yang telah dilakukan sejak tahun 2007 dan cukup berhasil dalam
menurunkan angka kemiskinan. Program ini merupakan pemberian bantuan sosial bermasyarakat
kepada Keluarga Miskin (KM) yang ditetapkan sebagai keluarga penerima manfaat PKH.melalui
PKH ini KM didorong untuk memiliki akses dan memanfaatkan pelayanan sosial seperti
kesehatan, pendidikan, pangan dan gizi, perawatan, pendampingan, dan akses terhadap berbagai
program perlindungan sosial lainnya.

3. Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT)


Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) merupakan bantuan sosial pangan dari pemerintah
dalam bentuk non tunai yang diberikan melalui Kader Pembangunan Manusia (KPM) bagi
keluarga yang dianggap miskin dan tidak termasuk dalam daftar KPM setiap bulannya melalui
mekanisme akun elektronik yang digunakan hanya untuk ditukarkan dengan beras atau telur
sesuai keinginan, atau bantuan dapat disisakan di dalam rekening bantuan pangan untuk
digunakan lagi sebelum penyaluran bulan berikutnya.

12
BAB III.

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk mengentaskan kemiskinan dan mencapai
tantangan SDGs sebagai isu global. Kewenangan tersebut agar masyarakat di lingkup daerah
provinsi maupun kabupaten/kota tidak mengalami keptimpangan. Jika pemerintah daerah tidak
dapat menghapus ketimpangan maka pemerintah daerah dapat meminimalisr ketimpangan yang
terjadi. Globalisasi yang menyebabkan ketidak adilan dalam kehidupan masyarakat.
Ketimpangan yang terjadi pada kondisi sosial ekonomi masyarakat. Dari ketimpangan sosial
ekonomi masyarakat maka menimbulkan masalah sosial yang berdampak negatif di kehidupan
sehari-hari masyarakat. Menurut para ahli dampak globalisasi mengakibatkan terciptanya
Sustainable Develepment Goals (SDGs). SDGs memiliki tujuan guna meminimalisir kesenjangan
yang ada pada kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Untuk menjalankan SDGs diperlukan
peran penting dari pemerintah khususnya pemerintah daerah. Akhir-akhir ini kemiskinan
khususnya di negara Indonesia meningkat. Hal tersebut merupakan dampak dari adanya pandemi
COVID-19 yang menyerang seluruh dunia tidak terkecuali pemerintah. Pemerintah menerapkan
kebijakan fiskal dan moneter guna menangani kenaikan tingkat kemiskinan di Indonesia. Upaya
kebijakan pemerintah berhasil dinilai dengan survey Badan Pusat Statistik (BPS) mengalami
penerunan sebesar 0,17%. Kemiskinan merupakan salah satu bentuk dari pembangunan
berkelanjutan atau SDGs. Pemerintah daerah memiliki peran yang aktif di dalam mengentaskan
kemiskinan guna mencapai tantangan SDGs. Terdapat lima elemen kunci yang dapat digunakan
untuk pengentasan kemiskinan yaitu pembangunan kualitas manusia, pengembangan sumber
daya sosial ekonomi, penguatan pembangunan, pembangunan infrastruktur, struktur pendukung
kegiatan sosial ekonomi. Dalam program pembangunan berkelanjutan pemerintah telah
melakukan beragam upaya memberikan program indonesia pintar, program keluarga harapan,
dan bantuan pangan non tunai.

3.2 Saran
Pemerintah daerah belum banyak melaksanakan tindakan yang dapat mengentaskan
kemiskinan di masyarakat dan mencapai tantangan SDGs. Seharusnya pemerintah melakukan hal
tersebut untuk mengentaskan kemiskinan di masyarakat dan dapat mencapai SDGs:

13
1. Pemerintah daerah memberikan bantuan kepada masyarakat miskin secara tepat sasaran
dengan menggunakan dana APBD provinsi, Kabpuaten/Kota.
2. Pemerintah daerah mengadakan pemberdayaan sumber daya manusia untuk semua
rentang usia.
3. Pemerintah daerah memberikan bantuan serta kesempatan bagi masyarakat miskin untuk
menciptakan UMKM mikro.

14
DAFTAR PUSAKA
Sofianto, Arif. 2019. Integrasi Target dan Indikator Sustainable Development Goals (SDGs) ke
Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah di Jawa tengah.
https://ejournal.bappeda.jatengprov.go.id/index.php/jurnaljateng/article/view/784/632.
Diakses pada 23 Oktober 2022

Kementerian Keuangan Republik Indonesia. 2022. Tingkat Kemiskinan Maret 2022 Menurun Di
Tengah Risiko, APBN akan Terus Menjadi Shock Absorbe,
https://fiskal.kemenkeu.go.id/publikasi/siaran-pers-detil/408#:~:text=Secara%20spasial
%2C%20tingkat%20kemiskinan%20di,2021%3A%2013%2C10%25.

Badan Pusat Statistika. 2022. Persentase Penduduk Miskin Maret 2022 Turun Menjadi 9,54
Persen, https://www.bps.go.id/pressrelease/2022/07/15/1930/persentase-penduduk-
miskin-maret-2022-turun-menjadi-9-54-persen.html.

Luthfi, W. (2021). Program SDGs di Indonesia. di akses pada 23 Oktober 2022.


https://www.goodnewsfromindonesia.id/2021/07/21/perjalanan-program-sdgs-di-
indonesia-apa-saja-pencapaiannya

Kholif, I. H., Hartati, H., & Citra, D. (2022). ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN OLEH DINAS SOSIAL KABUPATEN KERINCI
DALAM MENGURANGI KEMISKINAN (Doctoral dissertation, Universitas Jambi).

Pusat Layanan Pembiayaan Pendidikan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2020).


Program Indonesia Pintar. https://pip.kemdikbud.go.id

Kementerian Sosial Republik Indonesia. (2022). Program Keluarga Harapan (PKH)


https://kemensos.go.id/program-keluarga-harapan-pkh#:~:text=Program%20Keluarga
%20Harapan%20yang%20selanjutnya,Pemerintah%20Indonesia%20telah
%20melaksanakan%20PKH.

Kementerian Sosial Republik Indonesia. Kenali Lebih Dekat Program Bantuan Pangan Non
Tunai. https://kemensos.go.id/uploads/topics/15664651387355.pdf

15

Anda mungkin juga menyukai