Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

SISTEM INFORMASI KEPERAWATAN 1

TELENURSING PADA PENYAKIT LEUKIMIA

DOSEN PENGAMPUH : Ns. Norman Alfiat Talibo,S.Kep.,M.Kep

Di Susun Oleh :

Kelompok 2

Meyssi Ocha Putri Mokoagow (2101064)

Sri Firdayanti Alimudin (2101061)

Puput Sartana (2101056)

Dea Ananda (2101072)

Rivai Mangumpaus (2101077)

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MANADO

T.A 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat tuhan yang maha Esa atas segala rahmad

dan Karunia-Nya yang telah diberikan kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah

ini yang berjudul “ Telenursing pada penyakit Leukimia “ .

Dengang terselesainnya makalah ini tidak terlepas dari dukungan beragai pihak. Oleh

karena itu, kami menyampaikan rasa terimah kasih kepada bpk Ns. Norman Alfiat Talibo,

S.Kep,.M,Kep. Selaku dosen sistem informasi keperawaan 1 yang telah membimbing kami

selama pembuatan makalah ini. Dan juga kepada teman-teman yang telah memberikan

masukan serta mendukung terselesakannya makalah ini.

Terlepas dari itu semua kami menyadari sepenuhnnya bahwa didalam makalah ini

terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya

kritik dan saran yang membangun. Kami berharap semoga makalah ini dapat dipahami bagi

siapapun yang membacannya.

Manado, 12 november 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

JUDUL MAKALAH ............................................................................................................. 1

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... 2

DAFTAR ISI........................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 5

A. Latar Belakang ........................................................................................................... 5

B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 5

C. Tujuan ......................................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................... 7

A. TELENURSING ........................................................................................................ 7

1. Definisi Telenursing ............................................................................................. 7

2. Manfaat Telenursing ............................................................................................ 8

3. Kelebihan Telenursing ......................................................................................... 8

4. Kekurangan Telenursing....................................................................................... 9

5. Media Telenursing ............................................................................................... 9

B. LEUKIMIA ................................................................................................................. 10

1. Definisi Leukimia ................................................................................................. 10

2. Etiologi ................................................................................................................. 11

3. Tanda dan Gejala .................................................................................................. 12

4. Patofisiologi ......................................................................................................... 14

5. Penatalaksanaan .................................................................................................... 15

6. Asuhan Keperawatan ........................................................................................... 16

C. TELENURSING PADA PENYAKIT LEUKIMIA ............................................. 23

3
BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 27

A. Kesimpulan ................................................................................................................. 27

B. Saran ............................................................................................................................ 28

Daftar Pustaka ....................................................................................................................... 29

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Leukimia merupakan suatu penyakit keganasan yang berasal dari sel induk sistem

hemotopoetik yang mengakibatkan poliferasi sel-sel darah putih tidak terkontrol dan

paada sel-sel darah merah namun sangat jarang. Ini adalah suatu penyakit darahdan

organ- organ dimana sel-sel darah tersebut dibentuk dan ditandai dengan proliferasai sel-

sel imatur abnormal yang mempengaruhi produksi dari selsel darah normal lainnya.

Peyakit ini diebabkan terjadinnya kerusakan pada pabrik pembuat sel darah yaitu pada

sumsum tulang bekerja aktif membuat sel-sel darah tetapi yang dihasilakan adalah sel

darah yang tiak normal dan sel ini mendesak pertumbuhan sel darah normal. Walaupun

penyebab dasar leukimia tidak diketahui, pengaru genetic maupun faktor-faktor

lingkungan kelihatannya memainkan peranana.

B. Rumusan Masalah

a. Bagaiman konsep teori telenursing

b. Bagaiman konsep teori penyakit leukimia

c. Bagaimana peran telenursing padapenyakit leukimia

C. Tujuan

1. Tujuan umum dapat menerapkan asuhan keperawatan pada anak dengan masalah

kesehatan terutama leukimia.

2. Tujuan khusus

a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien dan keluarga dengan

masalah leukimia

b. Mahasiswa mampu Menganalisa data dengan masalah leukimia.

5
c. Mahasiswa mampu Menyusun rencana dan dan interfensi keperawatan terhadap

klien dengan leukimia

d. Mahaswa mampu melakukan implementasi sesui dengan interfensi keperawatan

yang telah disusun.

e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi terhadap implementasi keperawatan yang

telah dilaksanakan.

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. TELENURSING

1. Definisi telenursing

Telenursing didefinisikan sebagai praktek keperawatan jarak jauh menggunakan

teknologi telekomunikasi. Teknologi informasi dibidang keperawatan adalah

teknologi informasi yang mengintegrasikan ilmu keperawatan, komputer, ilmu

pengetahuan, dan ilmu informasi. Untuk mengaplikasikan beberapa hal tersebut,ada

beberapa hal yang perlu diperhatian :

1. Faktor legalitas : Tanggung jawab dalam pelaksanaan telenursing

2. Faktor financial : Biaya untuk sarana dan prasarana

3. Faktor Skill : Pengetahuan atau informasi tentang telenursing antara perawat dan

pasien

4. Faktor Motivasi : Motivasi perawat dan pasien menjadi prioritas utama dalam

pelaksanaan telenursing.

Aplikasi telenursing dapat diterapkan di rumah, rumah sakit melalui pusat

telenursing dan melalui unit mobil. Home Care berkembang sangat pesat dalam

aplikasi telenursing. Di dalam home care perawat menggunakan system memonitor

parameter fisiologi seperti tekanan darah, glukosa darah, respirasi dan berat badan

melalui internet. Melalui system interaktif video, pasien contact on-call perawat setiap

waktu menyusun video konsultasi ke alamat sesuai dengan masalah.Telenursing

membantu pasien dan keluarga untuk berpartisipasi aktif di dalam perawatan,

khususnya dalam management penyakit kronis. Hal ini juga mendorong perawat

menyiapkan informasi yang akurat dan memberikan dukungan secara online.

Kontinuitas perawatan dapat ditingkatkan dengan menganjurkan sering kontak antara

7
pemberi pelayanan kesehatan maupun keperawatan dengan individu pasien dan

keluarganya

2. Manfaat telenursing

Ada beberapa keuntungan telenursing yaitu :

1) Efektif dan efisien dari sisi biaya kesehatan, perjalanan, dan waktu.

2) Dapat mencangkup dari wilayah kota sampai ke pelosok daerah tanpa

batas geografis

3) Telenursing dapat mempersingkat waktu tinggal di rumah sakit

4) Telenursing dapat meningkatkan pelayanan untuk pasien kronis tanpa

memerlukan biaya dan memanfaatan teknologi

5) Meningkatkan akses untuk perawatan kesehatan tanpa banyak memerlukan

sumber Selain manfaat di atas telenursing dapat dimanfaatkan dalam

bidang pendidikan keperawatan ( model distance learning) dan

perkembangan riset keperawatan berbasis informatika kesehatan.

Telenursing dapat juga digunakan dikampus dengan video conference,

pembelajaran on line dan Multimedia Distance Learning.

3. Kelebihan Telenursing

Model pelayanan ini memberikan keuntungan antara lain :

1) Mengurangi waktu tunggu

2) Mempersingkat perawatan

3) Membantu memenuhi kebutuhan kesehatan

4) Memudahkan akses petugas kesehatan

5) Peningkatan jumlah cakupan pelayanan keperawatan yang lebih luas

8
6) Dimanfaatkan dalam bidang pendidikan, perkembangan berbasis

informatika keperawatan dan meningkatkan mutu pelayanan perawatan di

rumah (home care).

7) Meningkatkan rasa aman (safety) perawat dan klien

4. Kekurangan Telenursing

Berikut ini adalah kekurangan telenursing antara lain :

1) Tidak adanya interaksi langsung perawat dengan pasien yang akan

mengurangi kualitas pelayanan kesehatan. Bahwa kontak langsung dengan

pasien sangat penting.

2) Kemungkinan kegagalan koneksi internet atau terputusnya hubungan

komunikasi akibat gangguan cuaca sehingga menggangu aktifitas

pelayanan yang sedang berjalan.

5. Media Telenursing

1) Telepon (telepon seluler)

2) Personal Digital Sytem (PDA)

3) Mesin faksimili (faks)

4) Internet

5) Video atau audio conferencing

6) Teleradiolog

7) Computer sistem infosrmasi

8) Teleborotic

9
B. LEUKIMIA

1. Definisi Leukimia

Penyakit ini merupkan poliferasi patologis dari sel pembuatdarah yang bersifat

sistemik yang bisanya berakhir fatal. Leukimia dinyatakanpenyakit darah yang

disebabkan terjadinnya kerusakan pada pabrik pembuat sel darah, yaitu pada

sumsum tulang. Penyakit ini sering diebut kangker darah. Keadaan yang

sebenarnya sumsum tulang bekerja aktif membuat sel darah tetapi yang dihasilkan

adaah sel darah yang tidak normal dan sel ini mendesak pertumbuhan sel darah

yang normal. Berdasarkan morfologi sel terdapat 5 golongan besar leukimia

sesuai dengan 5 macam system hemopietek dalam sumsum tulng

(Ngastiyah,2005).

- Leukimia sysetem eritropoietik : mielosis eritremika atau penyakit di

Guglielmo.

- Leukimia system granulopoitek : leukimia granulositik atau mielostik.

Leukimia system trobopoietik : leukimia megakariositik.

Leukimia system limfopoietik : leukimia limfositik.

- Leukiia RES : Retikuloendotelisosis yang dapat berupa leukimia

monositik, leukimia plasmositik (penyakit Kahler ), histiositosis, dan

sebgaiannya.

Pada umumnya gejala klinis dari berbagai leukimia hamper sama hanya

berbeda apakah akut atau kronik. Juga gejala hematologis lain yang

bergatung pada morfologis selnnya.

10
Perbedaan darah normal dan darah

2. Etiologi

Etiologi pasti dari leukimia ini belum diketahui. Leukimia, sama halnnya dengan

kanker lainnya, terjadi karena mutase somatic pada DNA yang mengaktifkan

onkogenesis atau menonaktifkan gen suppressor tumor, dan menganggi regulasi

dari kematian sel, , didefisiansi atau divisi, tapi penelitian telah dapat

mengemukkan factor resiko dari leukimia ini, antara lain :

1. Tingkat radiasi yang tinggi orang-orang yang terpapar radiasi tinggkat tinggi

lebih mudah terkna leukimia dibandingkan dengan mereka yang tidak terpapar

radiasi. Radiaasi tingkat tinggi bisa terjadi karena ledekan bom atom seperti

yang terjadi dijepang. Pengobatan yang mengunakan radiasi bisa menjadi

sumber dari paparan radiasi tinggi.

2. Orangorang yang bekerja dengan bahan-bahan kimia tertentu terpapar oleh

benzene dengan kadar benzene yang tinggi ditepat kerja dapat menyebabkan

leukimia. Benzene digunakan secar luas diindustri kimia. Formal dehid juga

digunakan luas pada industry kimia, pekerja yang terpapar formaldehid

memiliki resiko lebih besar terkena leukimia.

11
3. Kemoterapi pasien kangker yang dierapi dengan obat anti kanker kadang-

kadang berkembang menjadi leukimia. Contohnya, obat yang dikenal sebagai

agen alkylating dihubungkan dengan berkembangnya leukimia akhir-akhir ini.

4. Down syndrome dan beberapa penyakit genetic lainnya beberapa penyakit

disebabkan oleh kromosan yang abnormal mungkin menigkatkan resiko

leukimia.

5. Human T-cell leukimia virus-1 (HTVL1) Virus ini menyebakan tipe yang

jarang dari leukimia limfositik kronik yang dikenal sebagai T-cell leukimia.

6. Myelodysplastic syndrome orang-orang dengan penyakit darahini memiliki

resiko terhadap berkembangnnya leukimia myeloid akut.

7. Fanconi Anemia menyebabkan akut myeloid leukimia

3. Tanda dan Gejala

1. Leukimia Mieloblastik Akut

a. Rasa lemah, pucat,nafsu makan hilang

b. Anemia

c. Perdarahan,petekie

d. Nyeri tulang

e. Infeksi

f. Pembesaran kelenjar getah bening, limpa, hati dan kelenjar mediatinum

g. Kadang-kadang ditemukan hipertrofi gusi khusunya pada M4 dan M5

h. Sakit kepala

2. Leukimia mieloblastik kronik

a. Rasa Lelah

b. Penurunan berat badan

c. Rasa penuh diperut

12
d. Kadang-kadang rasa sakit di perut

e. Mudah mengalami perdarahan

f. Diaforesis menigkat

g. Tidak tahan panas

3. Leukimia limfositik akut

a. malaise, demam , letargi, kejang

b. keringat pada malam hari

c. hepatosplenomegaly

d. nyeri tulang dan sendi

e. anemia

f. macam-macam infeksi

g. penurunan berat badan

h. muntah

i. gangguan penglihatan

j. nyeri kepala

4. leukimia limfositik kronis

a. mudah teserng infeksi

b. anemia

c. lemah

d. pegal-pegal

e. trombositopenia

f. respons antibody tertekan

g. sintesis immonuglobin tidak cukup

13
4. Patofisiologi

Poliferasi Sel Kanker

Sel kanker bersaing dengan sel normal


untuk mendapatkan nutrisi

Sel normal digantikan dengan sel kanker

Infiltrasi Infiltrasi ssp Depresi sum-sum tulang metabolisme


ektra
medular
Meningi
Eritrosit
tis Leuko Sel
metabo menurun
Pembesaran, leukimia sit kekurangan
limfe, liver, Faktor makanan
nodus limfe, pemb
tulang Anem Infeksi ekuan
menur
un
Nyeri Tulang
tulang mengecil
Demam
dan dan lemah
persendi Peningkatan
an pendarahaan tekanan
jaringan
Fraktur 14
patologis
Trombosit
open

5. Penatalaksanaan

1. Transfuse darah, biasannya diberikn jika kadar Hb kurang dari 6 g%. pada

trombosittopenia yang berat dan perdarahan massif, dapat diberikan

transfusi trombosit dan bila terdapat tanda-tanda DIC dapat diberikan

heparin.

2. Kortikosteroid ( prednisone, kortison, deksametson dan sebagiannya ).

Setelah dicapai remisi dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnnya

dihentikan.

3. Sitostatika,. Umummnya sitostatika diberikan dalam kombinasi bersamaa-

sama dengan predison. Pada pemberian obat ini sering ditemukan efek

samping berupa alopesia (botak ), stomatitis, leucopenia,infeksi sekunder

atau kandidiasis.

4. Infeksi sekunder dihindarkan (lebih baik pasien dirawat di kamar yang suci

hama ).

5. Imunoterapi, merupaka cara pengobata yang terbaru. Setelah tercapai

remisi dan jumlah sel leuimia cukup rendah (10-10).

Cara pengobatan berbeda-beda ini pada setiap klinik bergantung pengalaman,

tetapi prinsipnya sama, yaitu dengan pola sadar :

a. Induksi, dimaksudkan untuk mencapai remisis dengan berebagai obat

tersebut sampai sel blas dalam sumsum tulang kurang dari 5%.

b. Konsolidasi, bertujuan agar sel yang tersisa tidak cepat memperbanyak diri

lagi.

15
c. Rumat , untuk mempertahankan masa remisi agar lebih lama. Biasannya

dengan memberikan sitostatika setengah dosis biasa.

d. Reinduksi , dimaksudkan untuk mencegah relaks biasannya dilakukan

setiap 3-4 bulan dan dengan pemberian obat-obat seperti pada induksi

selama 10-14 hari.

e. Mencegah terjadinnya leukimia pada susunan saraf pusat diberikan MTX

secara intratekaldan radiasi cranical.

f. Pengambatab imuno logic

6. Asuhan Keperawatan

1. Diagnose keperawatan

a. Resiko tinggi terhadap infeksi b.d inadekuat pertahanan sekunder atau

penurunan respon kekebalan.

b. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen

seluer yang diperlukan untuk pengiriman oksigen atau nutrient ke sel.

c. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang tidak

adekuat.

d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ancaman, kematian dan

perubahan status kesetahan, krisis situasional.

16
e. Ketidak efektifan penatalaksaan program teraputik b/d kompleksitas

program pengobatan.

1) Diagnose 1

Resiko tingi terhadap infeksi b/d inadekuat pertahanan sekunder atau

penurunan respon kekebalan.

Tujuan :

 Terbebas dari tanda dan gejala infeksi

 Menunjuan hygiene pribadi yang adekuat

 Mengindikasikan ststus gastrointestinal, pernapasan, dan imun

dalam batas normal.

 Mengambarkan faktor yang menunjang penularan infeksi

 Melaporkan tandadan gejala infeksi serta mengikuti procedure

pemantauan

Intervensi :

a. Istirahatkan klien pada ruangan khusus/ isolasi

Rasional : dengan mengistirahtkan pada rungan isolasi

dapat menghindari terkontaminasi dengan klien sehingga

infeksi dapatdicegah.

b. Anjurkan klien atau orang tua untuk memelihara kebersihan

diri dan lingkungan klien.

Rasional : dengan memelihara kebersihan diri dan

lingkungan dapat menghambat perkembangan biakan

kuman.

c. Laporkan segera adanya tanda-tanda infeksi.

Rasional : hindari keterlambatan pengobatan

17
d. Tindakan kepatuhan terhadaptherapi AB

Rasional : untuk mencegah dan pegobatan infeksi.

2) Diagnosa 2

Perubahan perfusi jaringan berhuungan dengan pernurunan komponen

seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen atau nutrient ke sel.

Tujuan : perfusi jaringan dengan komponen seluler dapat teratasi

Intervensi :

a. Awasi TTV, kaji pengisian kapiler.

Rasional : memberikan informasi dengan derajat/ keadekuat perfusi

jarngan dan membantu menentukan kebutuhan intervensi.

b. Tinggikan kepala sesuai toleransi

Rasional : meningkatkan espansi paru dan memaksimalkan

oksigenasi untuk kebutuhan seluler.

c. Kaji untuk respon melambat, mudah terangsang

Rasional : dapat mengindikasikan gangguan fungsi serebral karena

hpoksia.

d. Awasi supaya pernapasan , auskultasi bunyi nafas.

Rasional : dispneu karena rengangan jantung lama/peningkatan

kompensasi curah jantung.

3) Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang tidak

adekuat.

Tujuan : kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.

Intervensi :

a. Oservasi dan catat masukan makanan klien

18
Rasional : mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan

konsumsi makanan.

b. Timbang berat badan setiap hari.

Rasional : mengawasi penurunan berat badan

c. Berikan makanan sedikit tapi sering

Rasional : makanan sedikit dapat menigkatkan pemasukan dengan

mencegah distensi lambung

d. Berikan penyeluhan pada orang tua klien pentingnnya nutrisi yang

adekuat

Rasinal : menambah pengetahuan klien dan orang tua tentang

pentingnnya makanan bagi tubuh dalam membantu proses

penyembuhan.

e. Tingkatkan masukan cairan diatas kebutuhan minuman

Rasional : guna mengkopesansi tambahan kebutuhan cairan.

f. Dorong anak untuk minum

Rasional : meningkatkan kepatuhan

g. Ajarkan orang tua tentang tanda-tanda dehidrasi

Rasional : menghindari keterlambatan therapi rehidrasi

h. Tekankan pentingnnya menghindari panas yang berlebihan

Rasional : menghindari penyebab kehilangan cairan

4) Diagnosa 4

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan metabolism,

suplai 02 ke jaringan terganggu.

Tujuan : kebutuhan aktivitas klien terpenuhi.

Intervensi :

19
a. Kaji respon individu

Rasional : menentukan derajat (berlanjutnnya/perbaikan dari efek

ketidak mampuan )

b. Meningkatkan aktivitas klien secara bertahap

Rasional : meningkatkan rasa membaik/meningkatkan kesehata.

c. Rencana periode istirahat adekuat

Rasional : mencegah kelelahan berlebih dan menyimpan energy

untuk penyembuhan

5) Diagnosa 5

Cemas berhubungan dengan ancaman, kematian dan perubahan status

kesehatan, krisis situasional

Tujuan : diharapkan klien dan keluarga tidak cemas

Intervensi :

a. Kaji tingkat kecemasan klien

Rasional : untuk menegetahui berat ringannya kesemasan klien

b. Beri ksempatan klien untuk mengungkapkan rasa cemasnya

Rasional : agar klien mempunyai semangat dan empati

terhadapperawatan dan pengobatan

c. Berikan support mental.

Rasional : meningkatkan kepercayaan diri dan semangat untuk

pengobatan

d. Anjurkan klien dan keluarga untuk berdoa

Rasional : agar klien Kembali menyerahkan sepenuhnnya kepada

tuhan YME.

6) Diagnosa 6

20
Ketidak efektifan penata laksanaan program terapeuti b.d kompleksitas

program pengobatan.

Batasan karakteristik :

Subjektif :

a. Pengungkapan secara verbal keinginan untuk mengelolah

pengobatan penyakit untuk mencegah gejala sisa.

b. Pengungkapan secara verbal kesulitan pengaturan atau integrasi

dari salah asatu atau lebih efek atau pencegahan komplikasi

c. Pengungkapan secara verbal bahwa keluarga tidak dapat bertindak

untuk mengurangi factor reiko dan gejala sisa

Objektif :

a. Percepatan gejala-gejala peyakit dari anggota keluarga

b. Aktivitas keluarga yang tidak dapat dalam mencapai tujuan

program pengobatan untuk penceghan.

c. Kurangnnya perhatian terhadap penyakit atau gejala sisa

Tujuan / kriteria hasil keluarga akan :

a. Menunjukan keinginan untuk mengelolah regimen atau

program terapeutik

b. Mengiden fikasi faktor-faktor pengganggu program

terapeutik

c. Mengatur kegiatan yang bisa dibutuhnkan ke dalam

program pengobatan anggota keluarga , misalnnya diet ,

aktivitas sekolah

d. Mengalami peurunanan gejala sakit diantara anggota

keluarga

21
ntervensi :

a. Kaji status koping dan proses keluarga saat ini.

b. Kaji tinggkat pemahanan anggota keluarga pada

penyakit, komplikasi, dan penanganan yang disarankan

c. Kaji kesiapan anggota keluarga untuk mempelajarinnya

d. Identifikasi kemampuan anggota keluarga untuk terlibat

dalam perawatan paien.

e. Tentukan sumber pemberi perawatan utama secara fisik,

emosional ,dan Pendidikan

f. Tentukan tingat ketergantungan pasien pada keluarga,

dengan cara yang sesuai dengan usia dan penyakit

Pendidikan untuk paien dan keluarga :

a. Berikan keterampilan yang dibutuhkan untuk terapi

pasien kepada pemberi perawatan.

b. Ajarkan strategi untuk mempertahankan/

memperbaiki kesehatan pasien

c. Memudahkan pemahaman keluaraga dalam aspek

penyakit secara medis.

d. Bantu pemberi perawatan utama untuk mendapatkan

persediaan perawatan yang dibutuhkan.

22
C. TELENURSING PADA PENYAKIT LEUKIMIA

Suatu hari dirumah sakit bunda terdapat seorang pasien yang berprofesi sebagai

mahasiswa di salah satu universitas swasta di NTB Bernama nyonya Sri berusia 19

tahun dokter mendiagnosis ia menderita kanker darah atau leukimia kronis kemudia

tenaga kesehatan akan menyampaikan informasi mengenai penyakit teresbut dengan

pasien dan pihak keluarga.

Dialog :

 Dokter : selamat pagi sus

 Perawat : ya selamat pagi dok

 Dokter : bagaimana sus keadaan hari ini

 Perawat : baik dok

 Dokter : bagaimana sus hasil lab dari nyonya Sri

 Perawat : iya ini dok hasil lab darahnnya

 Dokter : ini hasilnnya sangat tinggi nanti kalo ada dijadwalkan

pemeriksaan nanti hari kamis

 Perawat : iya baik dok

 Dokter : nanti saya menginformasikan kepada keluarga pasien

(perawat pergi keruangan pasien )

 Perawata : permisi selamat pagi apa benar ini dengan keluarga nyonya

Sri

 Ibu pasien : yaa sus saya ibunnya ada apay a ?

 Perawat : ibu apakah ibu bisa keruangan perawat sekarang karena ada

informasi mengenai nyonya Sri yang akan kita berikan sekarang

 Ibu pasien : baik sus saya akan segera kesana

 Perawat : baik bu saya permisi dulu

23
( lalu ibu nyonya Sri pergi ke nurse station untuk mendengarkan

perkembangan nyonya Sri atau anaknnya )

 Ibu pasien : permisi

 Perawat : iya ibu mari masuk

 Ibu pasien : bagaimana sus informasi mengenai kondisi anak saya

 Perawat : informasi mengenai anak ibu akan diberikan langsung oleh

dokter ya ibu mari segera saya antarkan

 Ibu pasien : permisi dok bagaimana informasi mengenai kondisi anak

saya

 Dokter : sebelumnya saya ingin bertanya apakah ini benar keluarga

dari nyonya Sri

 Ibu pasien : iya dok benera saya ibunnya

 Dokter : jadi begini bu saya akan menyampaikan beberapa hal

menegennai penyakit anak ibu dari hasil pemeriksaan lab yang sudah

dilakukan menemukan hasil lab itu sel darah putih anak ibu lebih dari normal

trombositnnya dan juga Hb nya rendah kami mencurigai bahwa anak ibu

terkena leukimia namun untuk hasil pastinnya kami akan melakukan

pemeriksaan BMP

 Ibu pasien : itu pemeriksaan apa ya dok ? apakah penyakit tersebut isa

disembuhkan

 Dokter : jadi BMP itu pemeriksaan dengan cara pengambilan sampel

darah anak ibu pada pula beberapa nanti sebelum melakukan Tindakan

tersebut anak ibu akan dibius terlebih dahulu terus mengenai penyakit

leukimia kemungkinan semua pastinnya ada ya ibu kita akan melihat

perkembang anak ibu dengan melakukan terapi yaitu kemoterapi dan transfuse

24
darah. Bagaimana iu apakah ibu setuju atau tidak dengan akan dilakukannya

Tindakan pemeriksaan tersebut kepada nyonya Sri atau anak ibu

( dan orang tua mendatangani surat pernyataan tersebut )

( keesokan harinnya dokter melakukan pemeriksaan BMP pada nyonya Sri di

kemudian hari diddaptkan hasil nonya Sri positif menderita penyakit leukimia

lalu dokter mendelegasikan pemberian informasi atau berita buruk tentang

pasien nyonya Sri kepada perawat untuk memberitahu kepada pasien dan

pihak keluarag karena dokter memiliki urusan mendadak yan tidak bisa

ditinggalkan )

 Perawat : selamat pagi ibu bagaimana kabarnnya

 Nyonya Sri : pagi sus kabar ksaya baik

 Perawat : alhamdulillah, baiklah jadi tujuan saya disini untuk

memberitahu hasil pemeriksaan BMP yang kemarin sebenarnya yang akan

memberikan informasi ini adalah dokter tetapi dokter memberikan ini kepada

saya karena dokter ada urusan mendadak yang tidak bisa ditinggalkan

 Ibu pasien : iya sus tidak apa-apa bagaimana hasilnnya

 Perawat : hasil hasil pemeriksaan yang dilakukan didapatkan hasil

bahwa anak ibu positif menderita leukimia

 Nyonya Sri(pasien) : leukimia itu apa sus ?

 Perawat : jadi begini mbak didalam tubuh mbak ini ada dua sel

yaitu sel darah merah dan sel darah putih. Leukimia adalah kanker jaringan

pembentuk darah termasuk tulang sumsum

 Nyonya Sri(pasien) : oh begitu ya sus, tapi saya bisa sembuhkan sus

25
 Perawat : ya tentu saja bisa sembuh asalkan ibu patuh dalam

proses pengobatan . mbak jangan takut ya mbak pasti akan sembuh harus

tetap semngat

 Nyonya Sri (pasien) : iya sus saya yakin saya bisa sembuh

 Ibu pasien : iya nak ibu yakin kamu pasti bisa sembh kamu harus

yakin

 Perawat : baiklah ibu saya permisi dulu ya. Jadi ibu sebagai

orang tua hanya memberikan semngat kepada anak ibu untuk memberikan

motivasi buat sembuh

 Ibu pasien : iya sus terimah kasih

26
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Leukimia adalah suatu jenis kanker darah gangguan ini disebabkan oleh sel darah

putih yang diproduksi melebihi jumlah yang seharusnnya ada. Leukimia akut pada anak

adalah suatu kelainan atau mutase pembentukan sel darah putih oleh sum sum tulang anak

maupun gangguan pematangan sel-sel tersebut selanjutnya. Gangguan ini sekitar 25-30%

.jumlahnnya dari seluruh keadaan kegaganasan yang didapat pada anak. Leukimia terdiri

dari dua tipe besar, yakni acute lymphoblastic lekimia dan acute myeloid leukimia.

Jumlah penderita acute lymphoblastic leukimia umummnya llebih banyak dibandikan

jenis acute myeloid leukimia. Penyebab utama kelainan darah ini sampai sekarang belum

diketahui secara pasti, dan masih terus diteliti. Namun, faktor genetic berperan cukup

penting pada beberapa penelitian yang dilakukan. Dengan kata lain, ada hubungannya

dengan faktor keturunan, selain tentunnya banyak faktor penyebab lain yang bervariasi

sesuai kasus per kasus dan jenis sub tipe yang didapat.

Terapi yang diberikan pada penderita leukimia akut bertujuan untuk menghanjurkan

sel-sel leukimia dan mengembalikan sel-sel leukimia dan mengembalikan sel-sel darah yang

normal. Terapi yang dipakai biasannya dalah kemoterappi (pemberian obat melalui infus) ,

obat-obatan, ataupun terapi radiasi. Untuk kasus-kasus tertentu, dapat juga dilakukan

tranplantasi sumsum tulang belakang, mengenai kemungkinan kberhasilan terapi,sangat

tergantung waktu penemuan pertama penyakit si penderita. Apakah dalam stadium awal atau

sudah lanjut, sub tipe penyakit, teratur tidaknnya jadwal terapi yang dilakukan,timbul relapse

(kambuh) atau tidak selama terapi maupun kemungkinan penyebab yang bisa diperkirakan.

27
B. Saran

Bagi keluarga sebaiknya memami bagaimana tatalaksana terapeutik untuk pasien

leukimia agar penyakitnnya tidak memasuki stadium lanjut.

28
DAFTAR PUSTAKA

Hasan,R. (1998). Ilmu kesehatan anak 1. Jakarta : percetakan informedika.

Hasan ,R. (1997). Ilmu Kesehatan Anak 2. Jakarta : percetakan informedia.

Ngastiyah. (2005). Perawatan Anak Sakit. (ed 2). Jakarta : EGC.

Saripudin. Yuliani,R. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Anak (Ed.2). Jakarta : CV. Sagung

Seto.

Hidayat, alimul aziz. (2006). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba Medika

29

Anda mungkin juga menyukai