Tugas UTS Analisis - Siti Salsabilah
Tugas UTS Analisis - Siti Salsabilah
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Teori Hukum
dan Konstitusi
Dosen Pengampu :
Disusu Oleh :
CIMAHI
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat ALLAH swt. yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada kita
semua. Dimulai dengan mengetik huruf demi huruf, kata demi kata, sehingga menjadi sebuah
kalimat dan paragraph yang padu sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul
“MENGKAJI DAN MENGANALISIS PELAKSANAAN KONSTITUSI MEDINA PADA
PT ADMINISTRASI NEGARA MODERN: SEBUAH TEORITIS” ini dengan sebaik-
baiknya yang telah di rangkum dari buku sumber yang ada. Tugas ini disusun dengan maksimal,
sehingga dapat memberikan wawasan dan informasi kepada para pembaca.
Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan Makalah yang berjudul
“MENGKAJI DAN MENGANALISIS PELAKSANAAN KONSTITUSI MEDINA PADA
PT ADMINISTRASI NEGARA MODERN: SEBUAH TEORITIS” ini, penulis berharap
Makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca semua maupun masyarakat umum.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konstitusi berasal dari bahasa Perancis “constituer” yang artinya membentuk
negara, menyusun negara, dan menyatakan negara. Sedangkan dalam bahasa Latin kata
konstitusi berasal dari 2 (dua) kata yakni “cume” dan “statuere”. Kata “cume” artinya
“bersama dengan”, sedangkan “statuere” adalah “membuat sesuatu agar berdiri atau
mendirikan atau menetapkan”. Dengan demikian pengertian konstitusi dalam bentuk
tunggal (konstitutio) adalah menetapkan sesuatu secara bersama-sama dan pengertian
konstitusi dalam bentuk jamak (constitusiones) adalah segala sesuatu yang telah
ditetapkan.
Menurut Jimly Asshiddiqie, konstitusi bukan merupakan peraturan yang dibuat
oleh pemerintahan, melainkan merupakan peraturan yang dibuat oleh rakyat untuk
mengatur pemerintahan, dan pemerintahan itu sendiri. Tanpa keberadaan konstitusi, maka
sama dengan kekuasaan tanpa kewenangan. Konstitusi adalah hukum dasar, norma dasar,
dan sekaligus paling tinggi kedudukannya dalam sistem bernegara. Namun, sebagai
hukum, konstitusi itu sendiri tidak selalu bersifat tertulis (schreven
constitutie atau written constitution). Konstitusi dalam pengertian arti sempit adalah
konstitusi yang bersifat tertulis atau biasa disebut UUD. Sedangkan konstitusi dalam
pengertian arti luas adalah konstitusi yang tidak tertulis.
Konstitusi Madinah merupakan unsur terpenting tegaknya Masyarakat Madani.
Konstitusi ini terbentuk atas konsensus kolektif penduduk Madinah sebagai rujukan
bersama dalam kehidupan bemasyarakat yang multikultural yang beragam agama, ras,
suku dan bangsa. Konstitusi ini dibentuk untuk menciptakan integrasi sosial Masyarakat
pasca hijrah Nabi Muhammad Saw ke Madinah dan mengantisipasi munculnya
perbedaan kepentingan yang sering memicu konflik horizontal yang disebabkan
fanatisme kesukuan dan agama yang melatarbelakangi kehidupan sosial Masyarakat
Madinah. Studi artikel ini yaitu kualitatif-deskriptif dengan pendekatan sejarah. Studi ini
berusaha mengeksplorasi nilai-nilai yang termaktub dalam Piagam Madinah dengan
1
merefleksikan nilai-nilai kepemimpinan Nabi Muhammad SAW Periode Madinah. Hasil
penelitian mendapatkan bahwa; Konstitusi Madinah merupakan Piagam perdamaian
untuk menyatukan kabilah atau suku-suku yang masih bersifat kesukuan dan sering
berada dalam konflik yang termaktub di dalamnya kebijakkan dan prinsip kenegaraan
Nabi Muhammad Saw yang demokratis dan manusiawi dalam bingkai spritualitas dengan
menegakkan nilai-nilai persaudaraan, keterbukaan, persamaan hak, penghormatan hakhak
asasi manusia, dan penegakan hukum.
B. Rumusan Masalah
1) Apa itu konstitusi?
2) Apa itu konstitusi Madinah?
3) Bagaimana sifat konstitusi dalam konstitusi Madinah?
4) Muatan aspek apa yang terdapat dalam substansi konsitutusi Madinah?
C. Tujuan
1) Untuk mengetahui menenai konstitusi.
2) Untuk mengetahui konstitusi Madinah.
3) untuk memahami sifat dari konstitusi Madinah.
4) Untuk memahami substandi konstitusi Madinah.
2
BAB II
3
B. Konstitusi Madinah
Selain itu, negara hukum justru menunjukkan bahwa suatu negara dipandang
sebagai 'keadaan hukum', serta 'negara demokratis. Dalam negara hukum, seorang
penguasa tidak dapat bertindak menurut kehendaknya sendiri, karena segala tindakan dan
kebijakan politiknya dibatasi oleh hukum. Demikian pula dalam negara demokrasi,
penguasa harus memberikan jaminan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia
sebagai individu dan sebagai warga negara. Kedua hal tersebut merupakan pokok-pokok
dalam UUD yang disebut sebagai 'negara beradab'. Tema UUD tidak hanya berkembang
di kalangan pemikir Barat, tetapi juga menjadi perhatian serius para ilmuwan muslim
untuk merujuk UUD Madinah sebagai naskah politik yang disusun Nabi setelah hijrah.
Ilmuwan Muslim menempatkan tema-tema ini sebagai bagian dari disiplin 'fikih',
khususnya 'fiqh siyasah' yang secara substansial telah membudayakan ilmu politik dan
hukum tata negara. Sebagai ilmu yang mandiri,fiqh siyasahmemiliki objek kajian. Salah
satunya'siyâsah dustûriyyah' yang meliputi strategi yang berkaitan dengan aturan dasar
model pemerintahan dan pembatasan kekuasaan, strategi pemilihan kepala negara, dan
pemberian hak-hak individu dan masyarakat, serta hubungan antara penguasa dan
masyarakat.
4
berhasil mempersatukan umat Islam yang berbeda suku, mempersatukan umat Islam dan
Yahudi, serta mewujudkan kesamaan hak dan kewajiban di antara mereka dalam aspek
publik, sosial dan politik. 2) Menjadi bukti bahwa Nabi Muhammad menampilkan dirinya
sebagai pemimpin untuk mendefinisikan dan mengatur kepentingan umum sebagai dasar
hukum negara (UUD).
Keberhasilan kepemimpinan Nabi Muhammad Saw di latar belakangi dengan
lahirnya Piagam Madinah atau yang sering disebut dengan Konstitusi Madinah. Piagam
Ini berisi perjanjian damai yang menyatukan berbagi perbedaaan; suku, golongan dan
agama untuk hidup membangun kebersamaan dan bersatu untuk saling melindungi satu
dengan yang lain. Terbentuknya Piagam Madinah dilandasi dari pemetaan konflik,
kepentingan serta tradisi masayarakat yang di lakukan Nabi Muhammad Saw terhadap
kondisi sosial kemasyakatan di Madinah pada waktu itu. Dasar-dasar kebijakan di
dalamnya menjadi jawaban atas segala bentuk permasalahan pada waktu itu.
Narasi perjuangan Nabi Muhammad Saw dengan berasaskan kepada Piagam
Madinah dalam memimpin dan membangun kota Madinah mengandung nilai-nilai etika
politik yang ideal dan relevan untuk diaktualisasikan dalam konteks berbangsa dan
bernegara. Karena Kepemimpinan politik Nabi Muhammad SAW di Madinah selalu
mengedepankan keadilan, toleransi, persaudaraan, musyawarah, tanggungjawab
(amanah), kejujuran, dan kemaslahatan umat. Orientasi politik yang didahulukan tersebut
berlandaskan budi pekerti/akhlak yang mulia Nabi Muhammad SAW dalam membangun
komunikasi politik dengan public.
Piagam Madinah adalah undang-undang Negara atau konstitusi pertama yang ada
di tanah Arab. Semua komunitas, yang tinggal di Madinah baik Muslim maupun Yahudi
bersatu padu dan mentaati bersama konstitusi ini dalam sebauh ikatan sosial (negara).
Kaum Yahudi mendapatkan jaminan kebebasan dalam beragama dan mendapat hak
perlindungan dari negara. Dengan konsekuensi mereka harus mendukung aturan Negara
yang berlandaskan Islam dan tidak melakukan makar atau persengkokolan untuk
merongrong kedaulatan Negara.
Piagam Madinah yang dicetuskan Nabi Muhmmad Saw memuat jaminan
kebebasan beragama. Jaminan ini telah tertuang dalam butir-butir Piagam Madinah (622
M) jauh sebelum Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menggagas Declaration of Human
5
Rights atau Hak Asasi Manusia. Karena Pada Saat itu baru terbentuk Komisi HAM oleh
ECOSOC pada tahun 1946 dan bersidang setiap tahun di Jenewa. Kemudian pada tahun
2005 disepakati penggantian Komisi HAM PBB dengan Dewan HAM PBB yang
tercantum dalam dokumen akhir KTT PBB.
6
pembagian kekuasaan pada era pemerintahan Nabi Muhammad dilakukan dengan
prinsip'desentralisasi'(sentralisasi kekuasaan) dan 'dekonsentrasi'(pembagian kekuasaan)
seperti dalam ilmu pemerintahan dan politik. Oleh karena itu, Nabi Muhammad telah
melakukan transformasi negara federatif menjadi kesatuan desentralisasi.
Pada pernyataan diatas secara tidak langsung membuktikan bahwa sifat dari
konstitusi Madinah itu bersifat supel (flexible). Adapun ciri-ciri dari konstitusi yang flexible
yaitu :
Menurut Pulungan, Konstitusi Madinah mengandung beberapa asas yaitu: (1) prinsip
muslim, orang beriman (mu'min), dan non-Muslim adalah kesatuan; asas persatuan
dan persaudaraan; prinsip kesetaraan; prinsip kebebasan; itu prinsip gotong royong
dan membela yang teraniaya; prinsip koeksistensi; asas keadilan; asas musyawarah;
prinsip penegakan hukum dan sanksi pidana; prinsip kebebasan beragama dan
hubungan antar pemeluk agama dalam pandangan nasional dan internasional; asas
pertahanan dan perdamaian; prinsip kepemimpinan; prinsip tanggung jawab pribadi
dan kelompok; dan prinsip takwa dan taat (disiplin). Prinsip-prinsip ini (sebenarnya)
sesuai dengan petunjuk Al-Qur'an yang tertulis dalam surat dan ayat. Dengan
pandangan ini, dapat dilihat bahwa Konstitusi Madinah merupakan penjabaran dari
nilai-nilai Al-Qur'an yang diimplementasikan oleh Nabi Muhammad SAW. sebagai
dasar kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Abdurrahman mengemukakan bahwa isi dan substansi UUD Madinah pada dasarnya
didasarkan pada tiga hal pokok, yaitu: (1) dasar negara, (2) hukum yang diatur, dan
(3) hubungan antar umat beragama di Madinah.34 Lebih lanjut, ia berpendapat
bahwa Pasal 1 sampai 23 memiliki hubungan antar umat beragama tanpa
memandang suku, karena mereka telah menjadi sebuah bangsa. Pasal 3 sampai 4
berbicara tentang tanggung jawab sosial, demokrasi, hak asasi manusia, penegakan
7
hukum, pertahanan sipil, dan sikap gotong royong antar masyarakat, keuangan
negara, dan membina persaudaraan di antara masyarakat. Terakhir, Pasal 24 sampai
47 tentang hubungan bersama dan tanggung jawab antara Muslim dan Yahudi di
Madinah dan sekitarnya.
Ciri konstitusi fleksibel adalah sedikit jumlah ketentuan yang diatur. Sebab,
perumusan ketentuannya tidak rinci. Sebaliknya, konstitusi rigid atau kaku juga
mengatur hal-hal penting selain hal pokok.
Ragam rincian pasal dalam UUD hanya bersifat teknis dan interpretatif, karena isi
UUD Madinah berdasarkan riwayat Ibnu Ish âq yang menjadi acuan utama, telah
disajikan dalam bentuk yang lengkap dan utuh (tidak terpisah-pisah dalam pasal-
pasal). Dalam kajiannya, Wensink (w. 1939 M) dan W. Montgomery Watt (w. 2006
M) tidak hanya merinci isi UUD Madinah menjadi 47 bab, tetapi juga membaginya
menjadi dua bagian utama, yaitu Pembukaan dan 10 bab.
Ciri konstitusi fleksibel salah satunya yaitu elastis atau juga mudah disesuaikan
untuk mengikuti perkembangan zaman. Konsitusi fleksibel lebih leluasa diubah
karena tidak berisi rumusan yang lebih rinci jika dibandingkan dengan konstitusi
rigid.
Penyebutan Nabi atau al-Rasûl dengan kata 'Madinah' tentu bukan untuk
mengabadikan nama pribadi-Nya, tetapi lebih dimaksudkan sebagai pembeda dari
kata 'Madinah' dalam maknanya sebagai 'kota', dan juga untuk memposisikan Dirinya
sebagai Penghuni baru yang mendiami daerah tersebut dengan tujuan membentuk
masyarakat beradab baru sesuai dengan risalah kenabian dan karya dakwah-Nya.
Menarik untuk dicermati bahwa kata Yatsrib dan Madinah dalam Anggaran
Dasarnya disebut bersamaan meski dalam bab yang berbeda. Setidaknya untuk
menegaskan beberapa hal, yaitu: (1) secara historis menunjukkan bahwa sebelum
Nabi Muh ammad hijrah, 'Madinah' awalnya bernama Yatsrib; (2) perubahan nama
8
resmi dari 'Yathrib' menjadi 'Madinah', untuk menghindari kesan negatif terhadap
perilaku buruk masyarakat sebelumnya; dan (3) memberikan gambaran tentang
perubahan status yang semula 'Yathrib' (masyarakat tanpa negara) menjadi 'Madinah'
sebagai masyarakat negara.
Perubahan nama negara dianggap wajar dalam konteks negara, karena menjadi
identitas suatu negara. Hal itu juga dialami oleh beberapa orang negara, sepertiOrang
PersiakeIran, danBirmakeMyanmar. Banyak faktor yang bisa menjadi alasan suatu
negara berganti nama. Mungkin karena situasi politik, penyesuaian bahasa,
kemandirian, mirip dengan negara lain, dan sebagainya. Begitu pula ketika Nabi Muh
ammad berubahYathribke dalamMadinah,Ia tidak hanya mempertimbangkan situasi
politik dan menghindari konotasi negatif, tetapi juga menciptakan masyarakat yang
tertib dan beradab (dariJahiliyahperadaban Islam). Dengan perubahan tersebut,
tujuan dari Madinahdapat dicapai, dan Nabi Muh ammad juga menyebutkannya
dengan beberapa istilah, yaitu: (1)Thabah; dan (2)Thibah.
9
tiga hal, yaitu: (1) Madinah secara material dapat dilihat sebagai negara karena adanya
komunitas atau persekutuan; (2) formulasi dariumatdalam statusnya sebagai bangsa tidak
hanya dipersatukan oleh wilayah teritorialnya saja, tetapi juga diikat oleh agama dan
kemanusiaan yang dibangun atas kesadaran dan kesepakatan di antara mereka; dan (3)
Konstitusi Madinah mengakui adanya bangsa tanpa meniadakan yang lain.
Masyarakat pendukung piagam ini adalah masyarakat majemuk yang terdiri atas
berbagai suku dan agama. Konstitusi Madinah secara tegas mengakui eksistensi suku
bangsa dan agama dan memelihara unsur solidaritasnya. Konstitusi Madinah
menggariskan kesetiaan kepada masyarakat yang lebih luas lebih penting dariapada
kesetiaan yang sempit kepada suku, dengan mengalihkan perhatian suku-suku itu pada
pembangunan negara, yang warga negaranya bebas dan merdeka dari pengaruh dan
kekuasaan manusia lainnya (pasal 1). Adapun tali persatuannya adalah politik dalam
rangka mencapai cita-cita bersama (pasal 17, 23, dan 42).
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengertian konstitusi secara umum adalah asas-asas dasar serta hukum suatu
bangsa, negara atau kelompok sosial. Di mana yang menentukan kekuasaan, tugas
pemerintah dan menjamin hak-hak tertentu bagi warganya. bagi sebuah negara, konstitusi
merupakan kumpulan doktrin serta praktik yang membentuk prinsip pengorganisasian
fundamental.
Konstitusi menurut ahli yaitu menurut Jimly Asshiddiqie, konstitusi bukan
merupakan peraturan yang dibuat oleh pemerintahan, melainkan merupakan peraturan
yang dibuat oleh rakyat untuk mengatur pemerintahan, dan pemerintahan itu sendiri.
Tanpa keberadaan konstitusi, maka sama dengan kekuasaan tanpa kewenangan.
Konstitusi Madinah merupakan unsur terpenting tegaknya Masyarakat Madani.
Konstitusi ini terbentuk atas konsensus kolektif penduduk Madinah sebagai rujukan
bersama dalam kehidupan bemasyarakat yang multikultural yang beragam agama, ras,
suku dan bangsa.
Keberhasilan kepemimpinan Nabi Muhammad Saw di latar belakangi dengan
lahirnya Piagam Madinah atau yang sering disebut dengan Konstitusi Madinah. Piagam
Ini berisi perjanjian damai yang menyatukan berbagi perbedaaan; suku, golongan dan
agama untuk hidup membangun kebersamaan dan bersatu untuk saling melindungi satu
dengan yang lain.
Konstitusi fleksibel hanya memuat hal-hal pokok sehingga mudah disesuaikan
dengan kondisi-kondisi konkret dalam perkembangan zaman tanpa melalui proses
perubahan.
Substansi atau isi dari konstitusi Madinah ini yaitu lebih kepada aspek yuridis
(yurudische begrifen) karena bisa dilihat dari muatan yang dibahas dalam konstitusi ini
tentang bentuk negara dengan pemerintahan tanpa melupakan hak-hak rakyat. Dan
adapun pasal-pasal yang menjelaskan mengenai hak-hak warga negaranya.
11
DAFTAR PUSTAKA
Auli, Renata Christha. (2022). PENGERTIAN KONSTITUSI MENURUT PARA AHLI DAN
SECARA ETIMOLOGIS. https://www.hukumonline.com/klinik/a/pengertian-konstitusi-
menurut-para-ahli-dan-secara-etimologis-lt62f1f95c8b86c. diakses pada 21 November
2022.
Ibrahim, Faiz, Ahli Wahid dkk. (2020). KONSTITUSI MADINAH DALAM MEMBANGUN
CIVIL SOCIETY. Dalam Jurnal Tapis: Jurnal Teropong Aspirasi Politik Islam 16 (1).
Lampung: UIN Raden Intan.
12