Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keanekaragaman merupakan suatu komunitas yang memiliki karakteristik

yang berbeda dangan komunitas lainnya. Karakteristik komunitas dalam suatu

lingkungan adalah keanekaragaman hayati, makin beranekaragam komponen

biotik (biodiversitas), maka makin tinggi keanekaragaman. Makin kurang

keanekaragaman maka dikatakan keanekaragaman hayati rendah dan sebaliknya

makin banyak keanekaragaman, maka semakin tinggi pula keanekaragaman

(Riberu, 2002). Keanekaragaman mencakup semua mahluk hidup salah satunya

adalah keanekaragaman flora atau dunia tumbuh-tumbuhan.

Indonesia dikenal dengan kekayaan suku Orchidaceae dan diperkirakan

terdapat setidaknya 5.000 spesies. Keanekaragaman terbesar ditemukan di Papua,

sekitar 2.000 spesies (Whitten & Whitten, 2003). Karena keindahan bunganya,

tingkat permintaan berbagai spesies anggrek di pasar sangat tinggi (Hendriyani

dan Tirta, 2011). Kegiatan eksplorasi khususnya anggrek saat ini dirasakan sangat

penting karena banyak habitat anggrek alam yang rusak. World Conservation

Monitoring Center (WCMC) (1995) menyatakan bahwa jika dibandingkan dengan

spesies tumbuhan asli Indonesia yang berstatus terancam lainnya maka anggrek

merupakan tumbuhan yang menerima ancaman kepunahan tertinggi yaitu

sebanyak 203 spesies (39%). Bahkan tidak tertutup kemungkinan bila sudah

banyak anggrek yang punah sebelum sempat dideskripsi atau didokumentasikan.


Tumbuhan anggrek merupakan salah satu dari suku tumbuhan yang

mempunyai jumlah jenis terbanyak, kurang lebih terdapat 10.000-15.000 jenis

yang tersebar di seluruh dunia (Yunaidi dan Nurainas, 2003). Di Indonesia

terdapat sekitar 5.000 jenis anggrek yang tersebar dari Pulau Sumatra hingga

Papua. Pulau Kalimantan memiliki sekitar 3.000 jenis anggrek, pulau Papua

memiliki sekitar 1.000 jenis, Pulau Sumatra memiliki sekitar 990 jenis dan pulau

Maluku memiliki kurang lebih 125 jenis (Ayub, 2005).

Salah satu hutan hujan tropis di Gorontalo yang kaya akan keanekaragaman

hayati adalah kawasan Suaka Marga Satwa Nantu. Secara geografis terletak di

Sub DAS Nantu dan DAS Paguyaman. Pengelolaan Suaka Margasatwa Nantu di

atur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang konservasi sumber

daya alam hayati dan ekosistemnya. Konservasi sumber daya alam hayati adalah

pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara

bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap

memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya. Hutan ini

merupakan kekayaan dunia yang sangat penting, karena nantu merupakan salah

satu dari sedikit hutan di Sulawesi yang masih utuh. (BKSDA, 2013).

Suaka Margasatwa (SM) Nantu merupakan hutan konservasi yang secara

administratif terletak di tiga kabupaten yaitu Kabupaten Gorontalo, Kabupaten

Boalemo, dan Kabupaten Gorontalo Utara. Pertama kali ditetapkan sebagai

kawasan suaka margasatwa pada tahun 1999 mempunyai luas 31.215 Ha,

kemudian diperluas menjadi 51.507,33 Ha dengan SK Menhut No.325/Menhut

II/2010 (Hamidun dkk., 2016). Suaka Margasatwa Nantu merupakan salah satu
kawasan konservasi dengan topografi sebagian merupakan daerah dataran rendah

dan sebagian lagi mempunyai topografi berbukit-bukit dan bergunung-gunung

dengan ketinggian maksimum sekitar 100 – 2065 mdpl. Sebelah selatan kawasan

Suaka Margasatwa Nantu merupakan daerah dataran rendah dan membentuk

dataran utama yang relative datar (Hamidun dkk., 2016). Dataran rendah Suaka

Margasatwa Nantu berada di Desa Pangahu Kecamatan Asparaga, Kabupaten

Boalemo Provinsi Gorontalo, sehingga memungkinkan adanya variasi flora

khususnya anggrek yang ada di dalamnya karena adanya segmen pasar untuk

masyarakat golongan tertentu yang mempunyai selera eksklusif dan fanatik

terhadap jenis bunga tertentu yang belum dapat dihasilkan di dalam negeri.

Keberadaan anggrek yang ada di kawasan Suaka Margasatwa Nantu masih

belum diketahui jenis-jenisnya, hal ini juga dibuktikan belum adanya data base

dan penelitian-penelitian mengenai keanekaragaman flora khususnya tumbuhan

anggrek. Keberadaan jenis-jenis anggrek di suatu wilayah dapat diketahui dengan

melakukan sebuah penelitian mengenai keanekaragaman anggrek, sehingga hasil

dari kegiatan ini akan menambah informasi tentang keragaman anggrek di

kawasan Suaka Margasatwa Nantu agar dapat meningkatkan kehidupan sosial

ekonomi di daerah sekitar kawasan tersebut.

Banyak yang sudah melakukan penelitian di pulau Jawa, bali dan Sumatra,

tetapi di kawasan Suaka Margasatwa Nantu terutama di Desa Pangahu Kecamatan

Asparaga, Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo belum ada yang melakukan

penelitian untuk tumbuhan anggrek sehingga perlu dilakukan penelitian karena

banyaknya hutan yang mulai mengalami kerusakan akibat banyaknya penebangan


liar yang membuka lahan dan ladang baru untuk dijadikan perumahan dan

memperlebar jalan raya sehingga dapat mengakibatkan populasi anggrek

mengalami kepunahan (Purnamasari, 2016). Berdasarkan hal tersebut, perlu

dilakukannya penelitian tentang keanekaragaman tumbuhan Anggrek

(Orchidaceae) di kawasan Suaka Margasatwa Nantu, Kabupaten Boalemo

Provinsi Gorontalo agar keseimbangan ekosistem daerah tersebut terjaga

kelestariannya. Selain itu, hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan

dalam membuat suplemen pembelajaran tentang keanekaragaman hayati

khususnya pada keanekaragaman spesies anggrek yang terdapat di kawasan Suaka

Margasatwa Nantu. Pengembangan suplemen bahan ajar ini bertujuan untuk

mengatasi minimnya variasi bahan ajar yang digunakan untuk acuan dalam proses

pembelajaran adalah sekolahan hanya menggunakan satu buku paket yang

diterbitkan dari Dikbud tidak relevan dengan lingkungan sekitar peserta didik dan

materi yang disajikan hanya bersifat statis. Tema tersebut merupakan realita

permasalahan yang terjadi di masyarakat kita dan lingkungan peserta didik, sangat

berpotensi sebagai sumber pengembangan bahan ajar. Oleh karena itu perlu

adanya modul sebagai suplemen bahan ajar yang dapat membantu guru dan

peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana Keanekaragaman jenis Anggrek yang terdapat di kawasan

Suaka Margasatwa Nantu, Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo?


2. Bagaimana implementasi hasil penelitian dalam bidang pendidikan

khususnya pada kegiatan pembelajaran?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu :

1. Untuk mengetahui keanekaragaman jenis anggrek yang terdapat di

kawasan Suaka Margasatwa Nantu, Kabupaten Boalemo Provinsi

Gorontalo

2. Untuk mengimplementasikan hasil penelitian dalam bidang pendidikan

khususnya pada kegiatan pembelajaran.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini antara lain :

1. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti mengenai tumbuhan

anggrek. untuk melengkapi data keanekaragaman jenis anggrek di

Kawasan Suaka Margasatwa Nantu.

2. Bagi Pendidikan

Dapat dijadikan sebagai bahan dalam menysusun suplemen pembelajaran

keanekaragaman hayati khususnya pada keanekaragaman spesies

anggrek yang terdapat di kawasan Suaka Margasatwa Nantu.

3. Bagi Pemerintah Daerah

Dapat memberikan informasi tentang keberadaan tumbuhan anggrek

kepada Dinas terkait, khususnya Dinas Kehutanan Provinsi Gorontalo.

Anda mungkin juga menyukai