Anda di halaman 1dari 10

Menurut teori demokrasi klasik pemilu

merupakan suatu transmission of belt sehingga


kekuasaan yang berasal dari rakyat dapat
beralih menjadi kekuasaan negara yang
kemudian menjelma dalam bentuk wewenang
pemerintah untuk memerintah dan mengatur
rakyat

Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim : pemilihan


umum tidak lain adalah suatu cara untuk memilih
wakil-wakil rakyat. Dan karenanya bagi suatu
negara yang menyebut dirinya sebagai negara
demokrasi, pemilihan umum itu harus
dilaksanakan dalam wakru-waktu tertentu
Pemilihan yang bersifat umum
menjamin kesempatan yang
yaitu rakyat sebagai berlaku
pemilih mempunyai menyeluruh bagi semua warga
hak untuk memberikan negara, tanpa diskriminasi
berdasarkan suku,
suaranya secara agama, ras, golongan, jenis
langsung, sesuai kelamin, kedaerahan, pekerjaan
dengan kehendak hati dan status
sosial.
nuraninya, tanpa
perantara.

setiap warga negara yang berhak pemilih dijamin bahwa pilihannya


memilih bebas menentukan pilihannya tidak akan diketahui oleh pihak
manapun dan dengan jalan apapun.
tanpa tekanan dan paksaan dari pihak Pemilih memberikan suaranya pada
manapun. Di dalam melaksanakan surat suara tanpa dapat diketahui oleh
orang lain kepada siapa pun suaranya
haknya, setiap warga negara dijamin diberikan.
keamanannya, sehingga
Click to Insert Heading

Yaitu rakyat sebagai pemilih


mempunyai hak untuk
memberikan
suaranya secara langsung,
sesuai dengan kehendak hati
nuraninya, tanpa
perantara.

Yaitu rakyat sebagai


pemilih mempunyai hak
untuk memberikan
suaranya secara langsung,
sesuai dengan kehendak
hati nuraninya, tanpa
perantara.
Sistem ini merupakan sistem pemilihan umum yang paling tua
dan didasarkan atas kesatuan geografis. Setiap kesatuan
geografis (yang biasanya disebut distrik karena kecilnya daerah
yang diliputi) mempunyai satu wakil dalam dewan perwakilan
rakyat. Untuk keperluan itu, negara dibagi dalam sejumlah
besar distrik dan jumlah wakil rakyat dalam dewan perwakilan
rakyat ditentukan oleh jumlah distrik.

Sistem ini dianut oleh Indonesia. Pemilu tidaklah langsung memilih


calon yangdidukungnya, karena para calon ditentukan berdasarkan
nomor urut calon-calon dari masing-masing parpol atau organisasi
social politik (orsospol). Para pemilih adalah memilih tanda gambar
atau lambing sustu orsospol. Perhitungan suara untuk menentukan
jumlah kursi raihan masing-m,asing orsospol, ditentukan melalui
pejumlahan suara secara nasional atau penjumlahan pada suatu daerah
(provinsi). Masing-masing daerah diberi jatah kursi berdasarkan
jumlah penduduk dan kepadatan penduduk di daerah yang
bersagkutan.
Sebenarnya pemilu sudah direncanakan sejak bulan oktober 1945, tetapi baru
dilaksanakan oleh kabinet Burhanuddin Harahap pada tahun 1955. Sistem pemilu
yang digunakan adalah sistem proporsional. Pada waktu sistem itu, sebagaimana
yang dicontohkan oleh Belanda, merupakan satu-satunya sistem pemilu yang
dikenal dan dimengerti oleh para pemimpin negara. Pada pemilu ini pemungutan
suara dilakukan dua kali yaitu yang pertama untuk memilih anggota DPR pada
bulan September dan yang kedua untuk memilih anggota Konstituante pada bulan
Desember. Sistem yang digunakan pada masa ini adalah sistem proporsional.

Sesudah mencabut maklumat pemerintah November 1945 tentang kebebasan


mendirikan partai , presiden soekarno mengurangi jumlah partai menjadi 10.
Kesepuluh ini antara lain : PNI, Masyumi,NU,PKI, Partai Katolik, Partindo,Partai
Murba, PSIIArudji, IPKI, dan Partai Islam, kemudian ikut dalam pemilu 1971 di
masa orde baru. Di zaman demokrasi terpimpin tidak diadakan pemilihan umum.
Click to Insert Heading

Jika meninjau sistem pemilihan umum di Indonesia dapat ditarik kesimpulan . Pertama,
keputusan untuk tetap menggunakan sistem proporsional pada tahun 1967 adalah keputusan
yang tepat karena tidak ada distorsi atau kesenjangan antara perolehan suara nasional dengan
jumlah kursi dalam DPR. Kedua, ketentuan di dalam UUD 1945 bahwa DPR dan presiden tidak
dapat saling menjatuhkan merupakan keuntungan, karena tidak ada lagi fragmentasi karena
yang dibenarkan eksistensinya hanya tiga partai saja. Usaha untuk mendirikan partai baru tidak
bermanfaat dan tidak diperbolehkan. Dengan demikian sejumlah kelemahan dari sistem
proporsional telah teratasi.

Seperti dibidang-bidang lain, reformasi membawa beberapa perubahan fundamental. Pertama,


dibukanya kesempatan kembali untuk bergeraknya partai politik secara bebas, termasuk
medirikan partai baru. Kedua, pada pemilu 2004 untuk pertama kalinya dalam sejarah
indonesiadiadakan pemilihan presiden dan wakil presiden dipilih melalui MPR. Ketiga,
diadakannya pemilihan umum untuk suatu badan baru, yaitu Dewan Perwakilan Daerah yang
akan mewakili kepentingan daerah secara khusus. Keempat, diadakannya “electoral thresold “ ,
yaitu ketentuan bahwa untuk pememilihan legislatif setiap partai harus meraih minimal 3%
jumlah kursi anggota badan legislatif pusat.

Anda mungkin juga menyukai