Anda di halaman 1dari 14

Disusun oleh :

Kelompok C
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) DPR
RI
Anggota
Kelompok:
Jasmine Ananda Marhendro 200710101075

Intan Lailatul Agustiningsih 200710101080

Gadis Asa Faren Diarti 200710101085

Itsnani Asyaris Sholihah 200710101091

Zuhrotul Ainiyah 200710101101

Seppia Tri Kusuma 200710101102


Anggota
Kelompok:
Bella Adinda Purwasaputri 200710101105

Nabila Septia Arfiani 200710101106

Oktaviana Budi Pradipta 200710101131

M. Ainun Fitra Maulana 200710101147

Kayara Iqlarinta Dadiarto 200710101160

Fadila Hunaini 200710101165


PEMBAHASAN

URGENSI PERMOHONAN

LEGAL STANDING PEMOHON

KASUS POSISI

DASAR TEORI

PIHAK-PIHAK
Urgensi
Permohonan

Pemilu atau pemilihan umum merupakan pengambilan keputusan, dimana masyarakat yang
telah memenuhi persyaratan harus memilih seseorang untuk memegang jabatan
administrasi publik. Kejujuran dan keadilan dijadikan sebagai prinsip dasar dalam
menyelenggarakan Pemilu. Hal tersebut dilakukan agar Pemilu ini menjadi Pemilu yang
bersih dan dapat melahirkan pemimpin yang juga jujur dan adil. Prinsip tersebut telah
dituangkan dalam aturan, yaitu dalam Pasal 22 E ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, berbunyi “Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung,
umum, bebas, rahasia, jujur dan adil setiap lima tahun sekali.” Apabila suatu Pemilu
mengalami kegagalan, maka hasil Pemilu akan menjadi batal demi hukum. Dengan adanya
kegagalan Pemilu, selain Partai Politik, masyarakat juga akan mengalami kerugian karena
tersendatnya pemilihan pemegang jabatan administrasi publik.
Legal Standing
Pemohon

1. Bahwa Pemohon merupakan warga Negara Republik Indonesia


yang mempunyai hak pilih dan calon anggota legislatif Dewan
Perwakilan
Rakyat Reupblik Indoneisa (DPR RI) dari daerah pilihan (DAPIL) Riau 2
dari
Partai Demokrat pada pemilu legislatif tahun 2019. Bahwa pada saat
rekapitulasi suara ternyata telah terjadi kecurangan-kecurangan,
sehingga hal tersebut merugikan perolehan suara Pemohon.
Legal Standing
Pemohon
2. Bahwa pengaturan penggelembungan suara telah diatur dalam Pasal
288 Undang-Undang Pemilu No. 10 Tahun 2008 yang berbunyi “Setiap
orang yang dengan sengaja melakukan perbuatan yang menyebabkan
suara seorang pemilih menjadi tidak bernilai atau menyebabkan Peserta
Pemilu tertentu mendapat tambahan suara atau perolehan suara Peserta
Pemilu menjadi berkurang, dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 12 (dua belas) bulan dan paling lama 36 (tiga puluh enam) bulan
dan denda paling sedikit Rp. 12.000.000,00 (dua belas juta rupiah)”
yang mengakibatkan jumlah suara Pemohon menjadi berkurang.
Legal Standing
Pemohon
3. Bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas, dengan demikian
Pemohon mempunyai kedudukan hukum (legal standing) untuk
mengajukan Permohonan Sengketa Perselisihan Hasil Pemilihan
Umum Dewan
Perwakilan Rakyat Indonesia (DPR RI).
Kasus Posisi
Pada tanggal 25 Mei 2019 telah dilangsungkan Pemilu DPR RI. Pemilu tersebut
diikuti oleh 17 partai politik di Indonesia. Oktaviana Budi Pradipta, S.Sos., S.H., M.H.
merupakan calon legislatif DPR RI dari Daerah Pemilihan (Dapil) Riau 2, Oktaviana
Budi Pradipta S.Sos., S.H., M.H. merupakan Calon Legislatif DPR RI yang berasal dari
Partai Demokrat.

Setelah pengumuman hasil suara yang sah pada tanggal 30 Mei 2019, karena
merasa ada kejanggalan seorang relawan yang dimandatkan oleh Partai Demokrat
mendatangi Bawaslu Kabupaten Kampar dengan tujuan meminta dokumen C1. Lalu
oleh petugas Bawaslu disarankan untuk membuat surat permohonan.

Setelah mendapat dokumen C1 sebanyak sekitar 2000 TPS dari bawaslu Kabupaten
Kampar kemudian Relawan tersebut melakukan pemeriksaan terhadap dokumen C1
yang didapat dari bawaslu Kabupaten Kampar dan menemukan adanya
kejanggalan dari hasil penghitungan suara model C1 pada setiap TPS di Kabupaten
Kampar.
Kasus Posisi

Kemudian setelah melakukan pemeriksaan hasil suara salah satu calon legislatif
(caleg) asal partai golkar di Kecamatan Ranah, yang semula hanya meraup 149
suara melambung menjadi 177 suara. Perubahan data tersebut diketahui saat
pemeriksaan hasil rekapitulasi di tingkat komisi pemilihan umum (KPU)
Kabupaten Kampar dan mendapat protes keras.

Akibatnya, Oktaviana Budi Pradipta S.Sos., S.H., M.H merasa dirugikan karena
tidak mendapat perolehan kursi yang semestinya dalam hal mendapatkan
perolehan kursi dapil riau 2. Karena adanya penggelembungan surat suara di
model C1. Kemudian pada tanggal 2 Juni 2019 mengajukan surat permohonan
ke Mahkamah Konstitusi.
Dasar
Teori
Dalam penyelenggaraan pemilihan umum baik pemilihan legislatif, pemilihan presiden
dan wakil presiden maupun pemilihan kepala daerah menggunakan asas yang sama
yang diselenggarakan oleh komisi pemilihan umum, yaitu:

Asas Langsung Asas Umum Asas Bebas


yaitu warga negara yaitu warga negara yaitu warga negara
mempunyai hak dalam mempunyai hak mempunyai hak
memberikan suaranya dalam untuk
secara langsung mengikuti pemilihan menentukan
berdasarkan hati umum serta menjamin pilihannya
nuraninya tanpa kesempatan bagi semua secara bebas tanpa
perantara warga negara tanpa tekanan dan paksaan
diskriminasi ras, agama, oleh apapun, sehingga
suku, golongan, pilihannya ditentukan oleh
kedaerahan, pekerjaan, kehendak hati nurani dan
maupun status sosial kepentingannya
Dasar
Teori

Asas Rahasia Asas Jujur Asas Adil


yaitu warga negara dalam yaitu yaitu
memberikan hak dalam dalam
suaranya dijamin bahwa penyelenggaraan penyelenggaraan
pilihannya harus bersifat pemilihan pemilihan
rahasia sehingga hak umum baik dari umum semua pihak yang
suaranya tersebut tidak penyelenggara, peserta, terkait mendapatkan
dapat diketahui oleh pemilih, bahkan pemerintah perlakuan yang sama
orang lain pun serta pihak yang serta bebas dari
terlibat harus bersifat jujur kecurangan pihak
sesuai dengan peraturan manapun
yang berlaku
Kelembagaan penyelenggara pemilu dipertegas kedudukannya dalam
konstitusi khususnya Pasal 22E ayat (5) UUD NRI 1945 yang
menentukan bahwa “Pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu
komisi pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri.”
Pemohon: Termohon: Turut
Oktaviana Budi Termohon:
Pradipta S.Sos., S.H., Komisi Pemilihan Komisi Pemilihan Umum
M.H. Umum Kabupaten Kampar
(Calon Legislatif DPR RI
dari Dapil Riau 2)

Anda mungkin juga menyukai