Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Manusia menurut kodratnya memiliki hak yang melekat tanpa pengecualian, seperti
hak hidup, hak atas keamanan, hak bebas dari segala macam penindasan dan lain-lain hak
yang secara universal disebut Hak Asasi Manusia (HAM). Istilah ham berarti hak tersebut
ditentukan dalam hakikat kemanusiaan dan demi kemanusiaan.1
Ham yang merupakan hak dasar seluruh umat manusia sebagai anugerah Tuhan yang
melekat pada diri manusia, bersifat kodrati, universal, abadi yang berhubungan dengan harkat
martabat manusia, dimiliki sama oleh setiap orang, tanpa memandang jenis kelamin,
kewarganegaraan, agama, usia, bahasa, status social, pandangan politik, dan lain-lain.2
Pendahulu kita telah memproklamasikan republic ini dan mengemukakan arti
kemerdekaan bagi seluruh rakyat Indonesia tanpa kecuali. Begitu awal mukadimah UUD
1945 yang tidak disentuh siapa pun yang mengusulkan koreksi. Maka, kita akui bersama
sebagai tuntutan terhadap semua capres dan timnya, siapa pun juga.
Atas dasar itu, capres mana pun dituntut secara terbuka menjamin kebebasan
berpendapat dalam republic tercinta ini. Kita merasakan betapa kebebasan berpendapat itu
dilaksanakan pada awal masa kemerdekaan, ketika ditahun 1945 sampai pemilihan umum
perdana, siapa pun dari golongan manapun, asal suku apapun, dengan keyakinan dan iman
seberapa pun, dengan keyakinan dan iman seberapa pun, dalam partai apapun diajak ikut
membangun persaudaraan dan akan serentak dihadapi aparat ataupun rakyat secara konsisten
kalau melawan persatuan itu.
Akhir-akhir ini republic ini menjamin kebebasan berpendapat secara lebih maju
karena iklan dan pendapat beraneka dapat disampaikan lewat media apapun. Dengan
demikian, pelbagai keyakinan secara resmi dipersilakan berkembang tanpa penindasan dari
pemimpin Negara. Oleh karena itu setiap capres dituntut untuk berjanji dan merencanakan
untuk menjamin itu. Setiap tindakan melawan keleluasaan berpendapat dan berkeyakinan
harus jelas-jelas ditindak dan tak dibiarkan oleh rakyat dan pemerintah pada lapisan apa pun.
Itulah tekad republic sebagaimana tampak dalam alinea pertama pembukaan UUD 1945.
1
Anton Baker, dalam St. Harum Pudjiarto, RS, Hak asasi Manusia Kajian Filosofis dan implimentasinya dalam
Hukum Pidana di Indonesia, Universitas Admajaya, Yogyakarta, 1999, hlm. 2.
2
Liona Nanang Supriatna, the implementation of international Hukum Rights Law in The Internasional Legal
System, Johannes Herrmann Verlag, Gibben, 2008, hlm. 78.

1
Konsekuensinya, capres mana pun tidak layak mendapat suara jika tidak menjamin
kebebasan berpendapat, tapi juga malah ingin melampaui kekuasaan Negara dengan
mengambil alih kewenangan manusiawi untuk mengatur keyakinan iman. Dengan kesadaran
itu tinggal setengah jengkal lagi yang bersangkutan akan membungkam setiap pendapat yang
berbeda dengannya, lalu hilanglah sila keempat pancasila. Sebab pengandaian dasar dari sila
keempat adalah kesetaraan setiap warga Negara untuk berpendapat melalui musyawarah
dalam perwakilan. Kalaulah ada perbedaan keyakian, tekad para pejabat ini adalah
bermusyawarah dan berunding.
Dengan segala keterbatasan dimasa silam, para pendiri republic ini membuka diri
pada komunikasi terus menerus dan secara fair mengakui kesetaraan martabat setiap
golongan. Segala kekerasan dalam meyakinkan orang lain atau arus lain adalah bertentangan
dengan tekad pancasila dan anti demokratis. Setiap ucapan dan tulisan yang menunjuk kearah
ketidakadilan berpendapat dan berkeyakinan tak selaras dengan sila keempat sehingga harus
ditolak.
Dengan pengertian itu, persatuan bangsa Indonesia yang kita cita-citakan sejak tahun
1945 bahkan sejak 1928 adalah persatuan atas dasar kesetaraan martabat setiap warga
Negara. Oleh karena itu, pemilihan presidan dan wakilnya seyogianya tidaklah diwarnai oleh
persyaratan suku, agama, pendidikan, atau keterampilan apa pun, selain kesediaan melayani
kepentingan seluruh rakyat secara kompeten sehingga menjamin kedaulatan rakyat.3

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pemilu?
2. Apa yang dimaksud dengan kebebasan berpendapat?
3. Apa yang dimaksud dengan kedaulatan rakyat?
4. Bagaimana keterkaitan antara kedaulatan rakyat dengan pemilu?

C. Tujuan
1. Mengetahui peran masyarakat dalam pemilu.
2. Menjamin hak kebebasan berpendapat rakyat dalam pemilu.
3. Mengetahui makna dari kedaulatan rakyat.
4. Mengetahui keterkaitan antara kebebasan berpendapat dengan pemilu.

3
Bs Mardiatmadja, Menciptakan Indonesia yang Lebih Baik, Kompas, 14 juni 2014.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pemilu
1. Defenisi Pemilu
Pemilu adalah suatu proses di mana para pemilih memilih orang-orang untuk mengisi
jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan yang disini beraneka-ragam, mulai dari
Presiden, wakil rakyat di pelbagai tingkat pemerintahan, sampai kepala desa. Pada konteks
yang lebih luas, Pemilu dapat juga berarti proses mengisi jabatan-jabatan seperti ketua OSIS
atau ketua kelas, walaupun untuk ini kata ‘pemilihan’ lebih sering digunakan. Sistem pemilu
digunakan adalah asas luber dan jurdil. Dalam Pemilu, para pemilih dalam Pemilu juga
disebut konstituen, dan kepada merekalah para peserta Pemilu menawarkan janji-janji dan
program-programnya pada masa kampanye. Kampanye dilakukan selama waktu yang telah
ditentukan, menjelang hari pemungutan suara. Setelah pemungutan suara dilakukan, proses
penghitungan dimulai. Pemenang Pemilu ditentukan oleh aturan main atau sistem penentuan
pemenang yang sebelumnya telah ditetapkan dan disetujui oleh para peserta, dan
disosialisasikan ke para pemilih.4

2. Asas Pelaksanaan Pemilu


Waktu pelaksanaan, dan tujuan pemilihan diatur di dalam Pasal 22E ayat (1) dan ayat (2)
UUD 1945, dan bukan di dalam Pasal 22E ayat (6) yang mengatur tentang ketentuan
pemberian delegasi pengaturan tentang pemilihan umum dengan undang-undang. Asas
Pemilu Langsung, Umum, Bebas, dan Rahasia Pemilu yang LUBER dan Jurdil mengandung
pengertian bahwa pemilihan umum harus diselenggarakan secara demokratis dan transparan,
berdasarkan pada asaas-asas pemilihan yang bersifat langsung, umum, bebas dan rahasia,
serta jujur dan adil:
a) Langsung berarti rakyat pemilih mempunyai hak untuk secara langsung memberikan
suaranya sesuai dengan kehendak hati nuraninya, tanpa perantara;
b) Umum berarti pada dasarnya semua warganegara yang memenuhi persyaratan minimal
dalam usia , yaitu sudah berumur 17 (tujuh belas) tahun atau telah/pernah kawin berhak ikut
memilih dalam pemilihan umum. Warganegara yang sudah berumu 21 (dua puluh satu) tahun
berhak di-pilih. Jadi, pemilihan yang bersifat umum mengandung makna menjamin
kesempatan yang berlaku menyeluruh bagi semua warga negara yang telah memenuhi
4
Budiarjo, Miriam. 2000. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

3
persyaratan tertentu tanpa diskriminasi (pengecualian) berdasar acuan suku, agama, ras,
golongan, jenis kelamin, kedaerahan, dan status sosial;
c) Bebas berarti setiap warganegara yang berhak memilih bebas menentukan pilihannya
tanpa tekanan dan paksaan dari siapapun. Di dalam melaksanakan haknya, setiap
warganegara dijamin keamanannya, sehingga dapat memilih sesuai dengan kehendak hati
nurani dan kepentingannya;
d) Rahasia berarti dalam memberikan suaranya, pemilih dijamin bahwa pemilihnya tidak
akan diketahui oleh pihak manapun dan dengan jalan papun. Pemilih memberikan suaranya
pada surat suara dengan tidak dapat diketahui oleh orang lain kepada suaranya diberikan.
Asas rahasia ini tidak berlaku lagi bagi pemilih yang telah keluar dari tempat pemungutan
suara dan secara sukarela bersedia mengungkapkan pilihannya kepada pihak manapun;
e) Jujur berarti dalam menyelenggarakan pemilihan umum; penyelenggaraan/ pelaksana,
pemerintah dan partai politik peserta Pemilu, pengawas dan pemantau Pemilu, termasuk
pemilih, serta semua pihak yang terlibat secara tidak langsung, harus bersikap dan bertindak
jujur sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku;
f) Adil berarti dalam menyelenggarakan pem,ilu, setiap pemilih dan partai politik peserta
Pemilu mendapat perlakuan yang sama, serta bebas dari kecurangan pihak manapun.5

Dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggara Pemilu diatur


mengenai penyelenggara Pemilihan Umum yang dilaksanakan oleh suatu Komisi Pemilihan
Umum (KPU) yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri. Sifat nasional mencerminkan bahwa
wilayah kerja dan tanggung jawab KPU sebagai penyelenggara Pemilihan Umum mencakup
seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sifat tetap menunjukkan KPU sebagai
lembaga yang menjalankan tugas secara berkesinambungan meskipun dibatasi oleh masa
jabatan tertentu. Sifat mandiri menegaskan KPU dalam menyelenggarakan Pemilihan Umum
bebas dari pengaruh pihak mana pun.
Dalam undang-undang Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggara Pemilu diatur
mengenai KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota sebagai lembaga penyelenggara
pemilihan umum yang permanen dan Bawaslu sebagai lembaga pengawas Pemilu. KPU
dalam menjalankan tugasnya bertanggung jawab sesuai dengan peraturan perundang-
undangan serta dalam hal penyelenggaraan seluruh tahapan pemilihan umum dan tugas
lainnya. KPU memberikan laporan Presiden kepada Dewan Perwakilan Rakyat.6

5
Cholisin.2007. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Yogyakarta : UNY Press.
6
UU No 22 tahun 2007 tentang penyelenggaraan pemilu

4
B. Kebebasan Berpendapat
Legislasi modern terkait dengan kebebasan mengemukakan pendapat telah dimulai
sejak tahun 1776 oleh kerajaan Swedia atas prakarasa Anders Chydenius yang memiliki
kemajuan sehingga menjadi popular dan berkembang di dalam masyarakat. Hak untuk
menyampaikan pendapat tersebut,kini telah terjamin oleh hukum internasional yang terkait
dengan hak asasi manusia,terutama dalam pasal 19 (setiap orang berhak atas kebebasan
menyampaikan pendapat; dalam hakiki termasuk kebebasan memiliki pendapat tanpa
gangguan dan untuk mencari ,menerima dan menyampaikan informasi dan buah pikiran
melalui media apa saja dan dengan tidak memandang batas-batas wilayah.
Di bawah hukum internasional, kebebasan mengemukakan pendapat dibutuhkan 3
batasan,yakni : sesuai dengan hukum yg berlaku, mempunyai tujuan baik yang diakui
masyarakat, dan keberhasilan dari tujuan sangat diperlukan. Sedangkan menurut pasal 20
kovenant internasional hak-hak sipil dan politik, kebebasan berpendapat pada intinya tidak
diperkenankan terhadap adanya propaganda perang, penghasutan untuk terjadinya kekerasan,
dan berbagai macam bentuk penyebaran kebencian yang seharusnya bernuansa
sehat,konstrukif,jujur, dan menggunakan bahasa bermatabat dengan muatan positif.
Menurut Jhon stuartmill untuk melindungi kebebasan berpendapat sebagai hak dasar
adalah sangat penting untuk menemukan esensi adanya suatu kebenaran. Bahkan Alan
howard dalam buku nya “Free Speech“ pengertian berpendapat secara luas termasuk bernada
menyerang tetap harus di beri perlindungan yang sama apapun bentuknya. Di zaman modern
ini pada umumnya,hampir semua Negara menyatakan dirinya sebagai Negara bersistem
demokrasi, termasuk Negara kita sendiri, Republik Indonesia yang bersumber pada
kedaulatan rakyat. Kedaulatan rakyat dituangkan dalam Konstitusi atau Undang Undang
suatu Negara dan penerapan selanjutnya di sesuaikan dengan filsafat kehidupan rakyat
Negara bersangkutan.
Kesetaraan martabat dan hak politik mengindifikasi tentang kesamaan hak politik dari
setiap warga Negara, termasuk hak mendapat akses untuk informasi politik serta kebebasan
mendiskusikan dan mengkritik figure publik. Dalam Negara demokrasi, selain mengharagai
mayoritas, juga pelaksanaan kekuasaan harus bertanggung jawab dan responsive terhadap
aspirasi rakyat. Di Indonesia sendiri hak ini telah di cantumkan dalam pasal 28, ayat 28E,ayat
( 2 ), dan ayat ( 3 ) Undang Undang Dasar 1945 ( setiap orang berhak atas kebebasan
berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat. Yang di maksudkan setiap orang berhak
atas kebenaran mengeluarkan pendapat dapat berbentuk ungkapan atau pernyataan di muka
5
umum atau dalam bentuk tulisan ataupun juga dapat berbentuk aksi unjuk rasa atau
demonstrasi. Tetapi, unjuk rasa lebih sejauh ini dapat menimbulkan masalah dalam tingkat
pelaksanaannya meski telah terjamin dalam konstitusi. Sebagai contohnya, pada tahun 1998
di saat awal mula tumbangnya Soeharto dimana puluhan ribu mahasiswa berunjuk rasa turun
ke ruas jalan di Jakarta yang menjadi awal moment unjuk rasa menjadi anarkis dan
melanggar tertib sosial dalam masyarakat, berupa perampokan, penjarahan, dan pembakaran
yang memakan banyak korban jiwa.
Dengan melihat kondisi seperti itu, pemerintah akhirnya mengeluarkan pendapat di
depan umum yang menyatakan sebagai berikut, “Mewujudkan kebebasan bertanggung jawab
sebagai salah satu pelaksanaan hak asasi manusia sesuai dengan Pancasila dan Undang
Undang 1945 mewujudkan perlindungan hukum yang konsisten dan berkesinambungan
dalam menjamin kemerdekaan menyampaikan pendapat,mewujudkan iklim yang kondusif
bagi perkembangan partisipasi dn kreativitas setiap warga Negara sebagai perwujudan hak
dan tanggung jawab dalam kehidupan berdemokasi dan menempatkan tanggung jawab sosial
dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara tanpa mengabaikan kepentingan
perorangan ataupun kelompok.7
Seperti yang di singgung di atas, setiap warga Negara yang akan menyelenggarakan
unjuk rasa mempunyai hak dan kewajiban yang harus di patuhi. Hak dan kewajiban itu di atur
dalam pasal 5 dan 6 UU no.9 tahun 1998. 8
Hak hak yang dimiliki warga Negara dalam menyampaikan pendapat di depan umum
yakni, mengeluarkan pikiran secara bebas dan memperoleh perlindungan hukum. Sedangkan
kewajiban yang harus di tanggung jawabkan antara lain, menghormati hak – hak dan
kebebasan orang lain, menghormati aturan – aturan moral yang diakui publik, menaati hukum
dan ketentuan peraturan yang berlaku, menjaga dan menghormati keamanan dan ketertiban
umum serta menjaga keutuhan dan kesatuan bangsa.
Selain hak dan kewajiban para demonstran dan para aparatur penegak hukum
Undang-Undang tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum juga
mengatur mengenai pemberitahuan kepada aparat Kepolisian ini .
Ketentuan-ketentuan tersebut dirasa menghambat ataupun membatasi kebebasan
mengeluarkan pendapat dimuka umum yang telah mendapatkan jaminan dalam Undang-
Undang Dasar 1945 Amandemen ke-4. Masih terdapat satu pasal yang sebagian kalangan
menganggap Undang-Undang ini justru menghambat kebebasan untuk mengeluarkan

7
UUD 1945
8
UU No 9 tahun 1998 tentang kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum

6
pendapat dimuka umum pasal 9 ayat (2) Penyampaian pendapat di muka umum sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), dilaksanakan di tempat-tempat terbuka untuk umum, kecuali : di
lingkungan istana Kepresidenan, tempat ibadah, instalasi militer, rumah sakit, pelabuhan
udara atau laut, stasiun kereta api, terminal angkutan darat, dan obyek-obyek vital nasional,
pada hari besar nasional .9

C. Kedaulatan Rakyat
Kedaulatan rakyat maksudnya kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat. Ini berarti
kehendak rakyat merupakan kehendak tertinggi. Negara harus tunduk kepada rakyat. Dengan
kata lain rakyat sebagai pemegang otoritas (kekuasaan yang sah) tertinggi dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu Kedaulatan Rakyat diartikan
sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. 10

1. Landasan hukum kedaulatan rakyat di Indonesia:


1. Perumusan kedaulatan rakyat ini dalam dokumen-dokumen yang bersifat resmi,
pertama kali terdapat dalam Piagam Jakarta, 22 Juni 1945 yang menyatakan: “…
Negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia
yang berkedaulatan rakyat”, yang kemudian menjadi rumusan Pembukaan UUD 1945
yang mempengaruhi perumusan batang tubuhnya.
2. Pokok pikiran ini kemudian disepakati untuk dimuat dalam Undang-Undang Dasar
dengan pernyataan bahwa Negara Republik Indonesia adalah negara yang
berkedaulatan rakyat. Bahkan gagasan ini diuraikan lebih lanjut dalam penjelasan
UUD sebagai pokok pikiran keempat dari Pembukaan UUD 1945. Pokok pikiran
keempat yang terkandung dalam “Pembukaan” ialah negara yang berkedaulatan
rakyat, berdasar atas kerakyatan dan permusyawaratan perwakilan.
3. Utamanya dalam pemahaman dan kaitannya dengan Undang-Undang Dasar 1945,
yaitu pasal 1 ayat (2) UUD 45 yang menentukan sebagai berikut: “Kedaulatan adalah
di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.”

Sedangkan isi pasal 1 ayat (2) UUD 45 hasil amandemen adalah sebagai berikut:
“Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar.”11
9
http://wiwi07.wordpress.com/2010/07/20/hubungan-antara-pemilu-dengan-demokrasi-dan-kedaulatan-
rakyat/ diakses tanggal 19 Juni 2014 pukul 20.00
10
Cholisin. Buku PLPG. Kedaulatan Rakyat dalam Sistem Pemerintahan di Indonesia.
11
UUD 1945

7
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik dua unsur/pokok pikiran dari isi pasal 1 ayat
(2), yaitu:
1. kedaulatan rakyat; dan
2. implementasi kedaulatan rakyat.
3. Sila ke 4 Pancasila
“kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan”.
Teori atas kedaulatan rakyat yang berlaku di Indonesia mendukung atas hukum dan
menjamin kebebasan dari pada warganegaranya. Dalam pengerian bahwa kebebasan disini
adalah kebebasan dalam batas-batas perundang-undangan, sedangkan undang-undang disini
yang berhak membuat adalah rakyat itu sendiri dengna memandang dari segi social. Maka
kalau begitu undang-undang itu adalah merupakan penjelmaan dari pada kemauan atau
kehendak rakyat. Jadi rakyatlah yang mewakili kekuasaan tertinggi atau kedaulatan. 12

2. Pelaksanaan Kedaulatan Rakyat


Pasal 1 ayat (2) menyatakan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dan
dilaksanakan menurut Undang – undang Dasar. Pemilik kedaulatan dalam Negara Indonesia
adalah rakyat. Pelaksanaan kedaulatan ditentukan menurut Undang – undang Dasar.
Pelaksanaan kedaulatan Negara Indonesia menurut Undang – undang Dasar 1945
adalah rakyat dan lembaga – lembaga Negara yang berfungsi menjalankan tugas – tugas
kenegaraan sebagai representasi kedaulatan rakyat. Lembaga – lembaga Negara menurut
Undang – undang Dasar 1945 adalah MPR, Presiden, DPR, BPK, MA, Mahkamah
Konstitusi, DPD, Pemerintah Daerah, DPRD, KPU, Komisi Yudisial.
Pelaksanaan kedaulatan rakyat menurut Undang-Undang Dasar 1945 inilah sebagai
sistem pemerintahan Indonesia. Dengan kata lain sistem pemerintahan Indonesia adalah
pemerintahan yang didasarkan pada kedaulatan rakyat sebagaimana ditentukan oleh Undang-
Undang Dasar 1945. Penjelasan pelaksanaan kedaulatan rakyat berdasarkan Undang-Undang
Dasar 1945 diuraikan lebih lanjut di bawah ini.13

D. Keterkaitan antara kedaulatan rakyat dengan pemilu


konsep negara Indonesia adalah negara berdasarkan atas hukum, negara yang
demokratis atau berkedaulatan rakyat, berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Dengan
melihat rumusan yang dipakai oleh pembentuk UUD 1945, yaitu “Indonesia adalah negara

12
ibid
13
ibid

8
yang berdasarkan atas hukum”. Bahwa negara kita bedasarkan atas negara hukum yang
dilandasi pancasila dan UUD 1945 dengan pengertian adanya system demokratis yang
bertanggugjawab dari individu masing-masing. Negara kita menjamin kebebasan tiap-tiap
individu untuk mengeluarkan pendapat dan aspirasinya.
Dasar hukum negara Indonesia adalah berdaulat menurut rakyatnya dan berdasarkan
atas demokrasi yang utuh untuk kepentingan masyarakat luas. Bedaulat tersebut bermaksud
demokrasi yang utuh dan kebebasan berpendapat di depan umum kepada rakyatnya dengan
disertai dengan tanggungjawab individu masing-masing. Kedaulatan tersebut mengatakan
bahwa tujuan negara itu adalah untuk menegakkan hukum dan menjamin kebebasan
warganegaranya. Dalam pengertian bahwa kebebasan disini adalah kebebasan dalam batas-
batas perundang-undangan, sedangkan undang-undang disini yang berhak membuat adalah
rakyat itu sendiri.
Pelaksanaan prinsip kedaulatan rakyat dapat dilakukan melalui demokrasi langsung
maupun demokrasi perwakilan. Demokrasi langsung bercirikan rakyat mengambil bagian
secara pribadi dalam tindakan-tindakan dan pemberian suara untuk membahas dan
mengesahkan undang-undang. Sedangkan demokrasi perwakilan, rakyat memilih warga
lainnya sebagai wakil yang duduk di lembaga perwakilan rakyat untuk membahas dan
mengesahkan undang-undang.
Pemilihan Umum merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia Tahun 1945. Pemilu diselenggarakan dengan tujuan untuk memilih wakil
rakyat dan wakil daerah, serta untuk membentuk pemerintahan yang demokratis, kuat, dan
memperoleh dukungan rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan nasional sebagaimana
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemilu dilaksanakan oleh
negara Indonesia dalam rangka mewujudkan kedaulatan rakyat sekaligus penerapan prinsip-
prinsip atau nilai-nilai demokrasi, meningkatkan kesadaran politik rakyat untuk berpartisipasi
aktif dalam pemilihan umum demi terwujudnya cita-cita masyarakat Indonesia yang
demokratis.14

14
http://wiwi07.wordpress.com/2010/07/20/hubungan-antara-pemilu-dengan-demokrasi-dan-kedaulatan-
rakyat/ / diakses tanggal 19 juni 2014. Pukul 22.30

9
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Hak asasi manusia merupakan hak dasar seluruh umat manusia sebagai anugerah
Tuhan yang melekat pada diri manusia, bersifat kodrati, universal, abadi yang berhubungan
dengan harkat martabat manusia, dimiliki sama oleh setiap orang, tanpa memandang jenis
kelamin, kewarganegaraan, agama, usia, bahasa, status social, pandangan politik, dan lain-
lain.
Di bawah hukum internasional, kebebasan mengemukakan pendapat dibutuhkan 3
batasan,yakni : sesuai dengan hukum yg berlaku, mempunyai tujuan baik yang diakui
masyarakat, dan keberhasilan dari tujuan sangat diperlukan. Sedangkan menurut pasal 20
kovenant internasional hak-hak sipil dan politik, kebebasan berpendapat pada intinya tidak
diperkenankan terhadap adanya propaganda perang, penghasutan untuk terjadinya kekerasan,
dan berbagai macam bentuk penyebaran kebencian yang seharusnya bernuansa
sehat,konstrukif,jujur, dan menggunakan bahasa bermatabat dengan muatan positif.
Pemilihan Umum merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia Tahun 1945. Pemilu diselenggarakan dengan tujuan untuk memilih wakil
rakyat dan wakil daerah, serta untuk membentuk pemerintahan yang demokratis, kuat, dan
memperoleh dukungan rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan nasional sebagaimana
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemilu dilaksanakan oleh
negara Indonesia dalam rangka mewujudkan kedaulatan rakyat sekaligus penerapan prinsip-
prinsip atau nilai-nilai demokrasi, meningkatkan kesadaran politik rakyat untuk berpartisipasi
aktif dalam pemilihan umum demi terwujudnya cita-cita masyarakat Indonesia yang
demokratis.

Saran
Dengan diselesaikannya makalah ini kami penulis mengakui masih banyaknya
kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam makalah ini yang jauh dari kesempurnaan. Jadi,
penulis berharap kritikan dan saran yang membangun untuk makalah ini agar penulis dapat
memperbaiki kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam makalah ini agar makalah ini menjadi
lebih baik lagi dari sebelumnya. Terima kasih.

10
DAFTAR PUSTAKA

Anton Baker, dalam St. Harum Pudjiarto, RS. 1999. Hak asasi Manusia Kajian Filosofis dan
implimentasinya dalam Hukum Pidana di Indonesia. Yogyakarta: Universitas Admajaya.
Supriatna, Liona Nanang. 2008. The implementation of international Hukum Rights Law in
The Internasional Legal System, Johannes Herrmann Verlag.
Budiarjo, Miriam. 2000. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Cholisin.2007. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Yogyakarta : UNY Press.
Bs Mardiatmadja. Menciptakan Indonesia yang Lebih Baik. Kompas, 14 juni 2014.
http://wiwi07.wordpress.com/2010/07/20/hubungan-antara-pemilu-dengan-demokrasi-dan-
kedaulatan-rakyat/ diakses tanggal 19 Juni 2014 pukul 20.00
http://wiwi07.wordpress.com/2010/07/20/hubungan-antara-pemilu-dengan-demokrasi-dan-
kedaulatan-rakyat/ / diakses tanggal 19 juni 2014. Pukul 22.30
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-undang Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan Pemilu
Undang-undang Nomor 9 Tahun 1998 Tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di
Muka Umum

11

Anda mungkin juga menyukai