Tafsir Kontemporer Kajian Pemikiran Tafsir Nasr Hamid Abu Zaid
Tafsir Kontemporer Kajian Pemikiran Tafsir Nasr Hamid Abu Zaid
Abstract
A thought has an important role for someone's science. If the thought is correct and acceptable, it
will have an impact on a new understanding that ultimately leads to knowledge from the rationale.
However, if his thoughts depart from the truth then it will result in damage to the attitude of
behavior, to one's faith. Truth is not what makes sense or does not make sense, but it is scientific
or unscientific. However, truth related fto faith is what is determined by Allh Swt and His Rasul
although it does not satisfy logic and is not sensed. Therefore, we compiled a paper discussing the
thoughts of one contemporary commentator named Nasr Hamid Abu Zayd. In the perspective of
his hermeneutic theory, he concluded that the law of polygamy was forbidden after analyzing
Surah An-Nisa verse 3 and verse 129. We used a qualitative method that applied literature study
as a reference taken from articles, journals, books.
Abstrak
Sebuah pemikiran memiliki peran penting bagi keilmuan seseorang. Jika pemikirannya benar dan
dapat diterima maka akan berdampak kepada suatu pemahaman baru yang akhirnya mengarah
kepada pengetahuan dari dasar pemikirannya. Namun, jika pemikirannya bertolak dari kebenaran
maka sangat berakibat kepada rusaknya sikap perilaku, hingga keimanan seseorang. Kebenaran
bukanlah apa yang masuk akal tau tidak masuk akal, melainkan ilmiah atau tidak ilmiah kebeneran
tersebut. Tetapi, kebenaran terkait keimanan adalah apa yang ditetapkan Allh Swt dan Rasul-Nya
walaupun tidak memuaskan logika dan tidak terindra. Oleh karena itu, kami menyusun makalah
yang membahas pemikiran dari salah satu mufasir kontemporer bernama Nasr Hamid Abu Zayd.
Dalam perspektif teori hermeneutikanya, beliau menyimpulkan bahwa hukum poligami dilarang
setelah menganalisa surah An-Nisa ayat 3 dan ayat 129. Kami menggunakan metode kualitatif
yang menerapkan studi pustaka sebagai referensi yang diambil dari artikel, jurnal, buku.
Qur’an kontekstual3 yaitu, produk tafsir Melalui tulisan ini, kami berempat
zaman dahulu berlaku untuk zamannya menuliskan 3 hal yang perlu dibahas.
saja, sedangkan zaman sekarang perlu Pertama pembahasan mengenai
dikaji ulang terhadap Al-Qur’an sesuai biografi Nasr Hamid Abu Zayd, salah
dengan konteks yang dihadapinya. satu cara untuk mengkaji pemikiran
seserang adalah dengan mengetahui
latar belakang kehidupannya. Kedua
Dalam menerapkan kajiannya, mereka Teori asbab al-nuzul dan
mencoba menjadikan asbab alnuzul problematikanya, ini merupakan
sebuah ayat sebagai pijakan pembahasan inti dari pemikiran Nasr
pemahaman sebuah ayat, karena Hamid Abu Zayd yang sudah
dengan bantuan asbab al-nuzul-lah disinggung
mereka bisa melacak akar sejarah
dalam sebuah ayat. Para mufasir
sebelumnya. Ketiga Contoh penggunaan
terdahulu menggunakan kajian asbab
teori pada ayat-ayat Al-Qur’an, pada
al-nuzul sebagai alat bantu memahami
pembahasan ini kami ingin mencoba
isi kandungan atau pesan yang ada
untuk mempraktekan teori asbab al-
pada ayat, tetapi berbeda dengan
nuzul di era kontemporer yang digagas
mufasir atau ulama kontemporer yang
oleh Nasr Hamid Abu Zayd.
mengkaji asbab al-nuzul sebagai
penyelidikan latar belakang
B. PEMBAHASAN Biografi Nasr
sosialogisantropologis masyarakat Hamid Abu Zayd
yang menjadi target Al-Qur’an. Nasr Hamid Abu Zayd lahir di
Salah seorang pemikir yang Desa Qahafah, kota Tanta, Mesir pada
menggunakan kajian asbab al-nuzul tanggal 19 Juli 1943. Beliau seorang
pada masalah ini adalah Nasr Hamid pemikir modernis yang sangat dikenal
Abu Zayd dalam karyanya yang di Mesir oleh pemerhati pemikiran
berjudul mafhum al-Nas : Dirasah Islam. Beberapa karya-karya nya telah
fi diterjemahkan ke dalam bahasa
‘uluum Al-Qur’an. 4
Indonesia dan pemikirannya pun banyak
3 Ahmad Syukri Shaleh, Metodologi Tafsir Al-Qur’an dianut oleh para dosen, kalangan
Kontemporer dalam Pandangan Fazlur Rahman,
(Jambi : Sulthan Thaha Press, 2007) 43. akademisi sebagai bahan pembelajaran
4 Buku ini sudah diterjemahkan dengan judul
Tekstualitas Al-Qur’an : Kritik Terhadap Ulumul di perguruan tinggi.
Quran, terj. Khoiron Nahdliyyin, (Yogyakarta,
2001)
Tafsir Kontemporer : 3
Kajian Pemikiran Tafsir Nasr Hamid Abu Zaid
highest honours. Dari situlah awal dimana ia di vonis “murtad” atau lebih
bakatnya dalam ilmu bahasa dan sastra Hamid Abu Zayd”. Pemurtadan itu tidak
5 Henri Shalahuddin, M.A, Al-Qur’an Di Hujat, 7 Henri Shalahuddin, M.A, Al-Qur’an Di Hujat, 3.
(Jakarta: al-Qalam, 2007), 1. 8 Nur Ichwan, Meretas Kesarjanaan Kritis Al-
6 Ali Imron Dkk, Hermeneutika Al-Qur’an Dan Qur’an: Teori Hermeneutika Nasr Abu Zaid,
Hadist, (Yogyakarta: Elsaq Press, 2010), 116. (Bandung : Teraju, 2003), 20.
Tafsir Kontemporer : 4
Kajian Pemikiran Tafsir Nasr Hamid Abu Zaid
Selain itu, kajian yang harus dipakai adalah alNuzul ialah sesuatu yang karena
Adapun tentang jarak waktu antara waktunya dengan ayat yang turun
peristiwa yang mendahului ayat yang lama sekali. Tetapi golongan ini
dan karena itu posisi Al-Qur’an harus realitas umat Islam baik dalam politik,
diletakkan pada posisi yang sama dengan sosial maupun budaya. Sementara
inilah Abu Zayd memandang penting untuk diterpa gempuran trend-trend yang
Dia mengatakan, وإذا أضفنا اىل ذلك إن dalam teks, apakah dalam strukturnya yang
pas atau dalam kaitannya dengan bagian-
عصر التابعني كان عصر اخلالفات السياسية bagian lain dari teks yang umum.
Menurut Abu Zayd, dilema yang
والفكرية أدركن أن حتديد "أهل الثقة " من
dialami oleh para ulama dikarenakan
الرواة مث على أساسي )أيديولوجي( أنتهى اىل mereka tidak mendapatkan sarana untuk
mencapai asbāb an-nuzūl kecuali hanya
اعطاء سلطة دينية مطلقة يف جمال هذه dengan bersandar pada realitas eksternal
dan mentarjīhnya saja. Mereka tidak
لبعض التبعني دون بعض. املرويات menyadari bahwa di dalam teks senantiasa
ada tanda-tanda yang kalau dianalisis dapat
“Kalau kita tambahkan lagi bahwa
menyingkapkan sesuatu yang berada di
masa para tabi’in adalah masa
luar teks.
pertarungan politik dan intelektual,
maka kita akan menyadari bahwa
penetapan “para perawi yang
Oleh karena itu, penyingkapan
dipercaya” (ṣiqah) terjadi, menurut
asbāb an-nuzūl itu dapat dilakukan
landasan ideologis yang berakhir
dari dalam teks sebagaimana
dengan memberikan wewenang
keagamaan secara mutlak dalam 28 Abu Zayd, Mafhûm al-Nash, 125.
Tafsir Kontemporer : 12
Kajian Pemikiran Tafsir Nasr Hamid Abu Zaid
ت ْع ِدلوا ِ
َ خ ْفتُ ْم َأاال
al- Qur’annya, izin seorang lakilaki
untuk menikah dibatasi sampai empat
ك َْأد ََٰن ِ ِ َ
َ ت َأيَْْانُ ُك ْم ۚ ٰذَل
ْ ف َواح َدةً َْأو َما َملَ َك kali.33
2. Langkah kedua, meletakkan teks dalam
َ َأاال
ت عُولُوا konteks Al-Qur’an secara keseluruhan.
Pada langkah ini, Nasr Hamid
Dan jika kamu takut tidak akan dapat
mencoba untuk menemukan makna
berlaku adil terhadap (hak-hak)
yang “tak terkatakan” dalam Al-
perempuan yang yatim (bilamana
Qur’an. Pada konteks poligami ini,
kamu mengawininya), maka kawinilah
Nasr Hamid membandingkan dua ayat
wanitawanita (lain) yang kamu
yang cenderung saling menjelaskan, ia
senangi: dua, tiga atau empat.
membandingkan surat an-Nisa ayat 3
Kemudian jika kamu takut tidak akan
dan an-Nisa ayat 129,
dapat berlaku adil, maka (kawinilah)
“Dan jika kamu takut tidak akan dapat
seorang saja, atau budakbudak yang
berlaku adil terhadap (hak-hak)
kamu miliki. Yang demikian itu adalah
perempuan yang yatim (bilamana
lebih dekat kepada tidak berbuat
kamu mengawininya), maka kawinilah
aniaya.
wanitawanita (lain) yang kamu
1. Langkah Pertama, konteks teks ayat. senangi : dua, tiga atau empat.
Kedua, meletakkan teks dalam konteks Kemudian jika kamu takut tidak akan
Al- dapat berlaku adil, maka (kawinilah)
Qur’an secara keseluruhan. Ketiga, seorang saja, (QS. an-Nisa ayat 3)”,
mengusulkan sebuah pembaharuan Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat
32 Abdul Mustaqim dkk, Studi Al-Qur’an Kontemporer; 33 Moch. Nur Ichwan “Meretas Kesarjanaan Kritis.,
Wacana baru Berbagai Metodologi Tafsir, 73. 139.
Tafsir Kontemporer : 14
Kajian Pemikiran Tafsir Nasr Hamid Abu Zaid