Anda di halaman 1dari 17

TAFSIR KONTEMPORER

KAJIAN PEMIKIRAN TAFSIR NASR HAMID ABU ZAID


Ajeng Kinasih, Dandi Ramlan Nugraha, Fakhri Putra Tanoto dan Laili Attiyatul Faiziyyah
Fakultas Ushuluddin, UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir / 6D
Jl. A.H. Nasution No. 105 Bandung, Jawa Barat, Indonesia

Abstract

A thought has an important role for someone's science. If the thought is correct and acceptable, it
will have an impact on a new understanding that ultimately leads to knowledge from the rationale.
However, if his thoughts depart from the truth then it will result in damage to the attitude of
behavior, to one's faith. Truth is not what makes sense or does not make sense, but it is scientific
or unscientific. However, truth related fto faith is what is determined by Allh Swt and His Rasul
although it does not satisfy logic and is not sensed. Therefore, we compiled a paper discussing the
thoughts of one contemporary commentator named Nasr Hamid Abu Zayd. In the perspective of
his hermeneutic theory, he concluded that the law of polygamy was forbidden after analyzing
Surah An-Nisa verse 3 and verse 129. We used a qualitative method that applied literature study
as a reference taken from articles, journals, books.

Keywords : Al-Qur’an, Contemporary Interpretation, Nasr Hamid Abu Zayd

Abstrak

Sebuah pemikiran memiliki peran penting bagi keilmuan seseorang. Jika pemikirannya benar dan
dapat diterima maka akan berdampak kepada suatu pemahaman baru yang akhirnya mengarah
kepada pengetahuan dari dasar pemikirannya. Namun, jika pemikirannya bertolak dari kebenaran
maka sangat berakibat kepada rusaknya sikap perilaku, hingga keimanan seseorang. Kebenaran
bukanlah apa yang masuk akal tau tidak masuk akal, melainkan ilmiah atau tidak ilmiah kebeneran
tersebut. Tetapi, kebenaran terkait keimanan adalah apa yang ditetapkan Allh Swt dan Rasul-Nya
walaupun tidak memuaskan logika dan tidak terindra. Oleh karena itu, kami menyusun makalah
yang membahas pemikiran dari salah satu mufasir kontemporer bernama Nasr Hamid Abu Zayd.
Dalam perspektif teori hermeneutikanya, beliau menyimpulkan bahwa hukum poligami dilarang
setelah menganalisa surah An-Nisa ayat 3 dan ayat 129. Kami menggunakan metode kualitatif
yang menerapkan studi pustaka sebagai referensi yang diambil dari artikel, jurnal, buku.

Kata Kunci : Al-Qur’an, Tafsir Kontemporer, Nasr Hamid Abu Zayd


Tafsir Kontemporer : 1
Kajian Pemikiran Tafsir Nasr Hamid Abu Zaid

Tafsir Al-Qur’an merupakan Berbeda dengan Abd al-Azhim al-


kegiatan ilmiah yang paling tua jika Zarqani dalam kitab
dibandingkan dengan kegiatan
ilmiah yang lainnya di dalam Islam.
Nabi Muhammad Saw diutus oleh Manahil al-‘Irfan fi ‘Ulum Al-Qur’an,
Allah Swt dengan diberikan wahyu
sebagai mukjizat untuk mengajak beliau berpendapat tafsir ialah, ‫علم‬
umat manusia beriman kepada Allah
‫يبحث عن الق ران الك رمي من حيثداللت ه على‬
Swt. Sebagai seorang utusan, Nabi
Muhammad Saw ditugaskan untuk ‫مراد اهلل تعاىل بقدر الطاقة البشرية‬
memberi penjelasan terhadap isi
"ilmu yang membahas tentang al-Qur`an
kandungan wahyu ilahi dari mulai
dari segi dilalah-nya berdasarkan maksud
asbabun nuzul hingga akhir.
yang dikehendaki oleh Allah sebatas
Kata tafsir berasal dari Bahasa
kemampuan manusia"
Arab fassara-yufassiru-tafsiran
Kontemporer menurut Kamus
yang memiliki arti memperlihatkan,
Besar Bahasa Indonesia memiliki arti pada
keterangan atau uraian.1 Pada
waktu yang sama, semasa, sewaktu, pada
dasarnya, pengertian tafsir
masa kini, dewasa ini. Kata kontemporer
berdasarkan Bahasa tidak akan lepas
juga bisa dipahami sebagai sesuatu hal
dari makna al-idhah
yang modern, yang eksis dan terjadi dan
(menjelaskan),al-bayan
masih berlangsung sampai sekarang. Pada
(menerangkan), al-kasyfu
era kontemporer ini, kajian mengenai
(mengungkapkan), al-izhar
asbab al-nuzul mulai dimunculkan
(menampakkan), dan al-ibanah
kembali. Namun, kali ini konsep asbab al-
(menjelaskan).2
nuzul yang ditawarkan muncul dari
Sedangkan terminology dari
kalangan orang-orang liberal, sehingga
tafsir adalah penjelasan terhadap
kesimpulan yang mereka hasilkan bertolak
kalamullah atau menjelaskan lafal
belakang dengan kajian para ulama
Al-Qur’an dan pemahamannya.2
terdahulu.
1 A.W. Munawir, Kamus Al-Munawir Arab – Salah satu kajiannya adalah Al-
Indonesia Lengkap (Surabaya : Pustaka Progresif,
1997) 2 Rosihon Anwar, Ilmu Tafsir, (Bandung :
CV Pustaka Setia, 2005) 141.
2 Abdul Hamid Al-Bilali, Al-Mukhtashar Al-
Mashum
Min Kitab Al-Tafsir Wa Al-Mufashirun (Kuwait :
Dar alDakwah, 1405)
Tafsir Kontemporer : 2
Kajian Pemikiran Tafsir Nasr Hamid Abu Zaid

Qur’an kontekstual3 yaitu, produk tafsir Melalui tulisan ini, kami berempat
zaman dahulu berlaku untuk zamannya menuliskan 3 hal yang perlu dibahas.
saja, sedangkan zaman sekarang perlu Pertama pembahasan mengenai
dikaji ulang terhadap Al-Qur’an sesuai biografi Nasr Hamid Abu Zayd, salah
dengan konteks yang dihadapinya. satu cara untuk mengkaji pemikiran
seserang adalah dengan mengetahui
latar belakang kehidupannya. Kedua
Dalam menerapkan kajiannya, mereka Teori asbab al-nuzul dan
mencoba menjadikan asbab alnuzul problematikanya, ini merupakan
sebuah ayat sebagai pijakan pembahasan inti dari pemikiran Nasr
pemahaman sebuah ayat, karena Hamid Abu Zayd yang sudah
dengan bantuan asbab al-nuzul-lah disinggung
mereka bisa melacak akar sejarah
dalam sebuah ayat. Para mufasir
sebelumnya. Ketiga Contoh penggunaan
terdahulu menggunakan kajian asbab
teori pada ayat-ayat Al-Qur’an, pada
al-nuzul sebagai alat bantu memahami
pembahasan ini kami ingin mencoba
isi kandungan atau pesan yang ada
untuk mempraktekan teori asbab al-
pada ayat, tetapi berbeda dengan
nuzul di era kontemporer yang digagas
mufasir atau ulama kontemporer yang
oleh Nasr Hamid Abu Zayd.
mengkaji asbab al-nuzul sebagai
penyelidikan latar belakang
B. PEMBAHASAN Biografi Nasr
sosialogisantropologis masyarakat Hamid Abu Zayd
yang menjadi target Al-Qur’an. Nasr Hamid Abu Zayd lahir di
Salah seorang pemikir yang Desa Qahafah, kota Tanta, Mesir pada
menggunakan kajian asbab al-nuzul tanggal 19 Juli 1943. Beliau seorang
pada masalah ini adalah Nasr Hamid pemikir modernis yang sangat dikenal
Abu Zayd dalam karyanya yang di Mesir oleh pemerhati pemikiran
berjudul mafhum al-Nas : Dirasah Islam. Beberapa karya-karya nya telah
fi diterjemahkan ke dalam bahasa
‘uluum Al-Qur’an. 4
Indonesia dan pemikirannya pun banyak
3 Ahmad Syukri Shaleh, Metodologi Tafsir Al-Qur’an dianut oleh para dosen, kalangan
Kontemporer dalam Pandangan Fazlur Rahman,
(Jambi : Sulthan Thaha Press, 2007) 43. akademisi sebagai bahan pembelajaran
4 Buku ini sudah diterjemahkan dengan judul
Tekstualitas Al-Qur’an : Kritik Terhadap Ulumul di perguruan tinggi.
Quran, terj. Khoiron Nahdliyyin, (Yogyakarta,
2001)
Tafsir Kontemporer : 3
Kajian Pemikiran Tafsir Nasr Hamid Abu Zaid

Disamping itu beliau juga di juluki Beliau juga pernah tinggal di


“Hero” oleh media-media barat, karena Amerika pada tahun 1978-1980 ketika
telah memiliki penghargaan dan pujian ia mendapatkan beasiswa untuk
dari hasil pemikirannya seperti karya- penelitian kedokteran di Institute of
karya nya yang sangat terpakai, seperti Middle Eastrn Studies, University of
halnya jurnal, buku, ruang-ruang Pensylvania, Philadelphia, USA. Di
perkuliahan, dan lain- universitas ini, dia mempelajari
lain. 5 folklore’ dan metodologi kajian
lapangan (fieldwork)“.7
Pada usia delapan tahun, beliau
telah hafal Al-Qur’an 30 Juz seperti Karena pendidikannya
kebanyakan anak lainnya, beliau juga beliau menguasai bahasa Inggris
pernah menulis kitab bernama lisan maupun tulisan. Beliau juga
Mafhumun Nash (Membaca kembali pernah menjadi dosen tamu di
teks). Beliau menempuh pendidikan Universitas Osaka, Jepang. Di sana ia
sekolah dasar di mengajar bahasa Arab selama empat
tahun (Maret 1985-Juli 1989).8
kampung halamnnya pada tahun 1951,
Beliau pernah meninggalkan kota
pendidikan tingginya dimulai dari S1
Mesir dan menetap di Netherlands
sampai dengan S3 dalam jurusan
bahasa Arab yang beliau selesaikan di
Universitas Cairo dengan predikah bersama istrinya semenjak peristiwa

highest honours. Dari situlah awal dimana ia di vonis “murtad” atau lebih

mula Nasr Hamid menunjukkan dikenal dengan peristiwa “Qadiyyah Nasr

bakatnya dalam ilmu bahasa dan sastra Hamid Abu Zayd”. Pemurtadan itu tidak

yang kemudian mampu menghasilkan sebentar, tapi terus berkelanjutan hingga

sebuah pembacaan baru dengan pengadilan banding Kairo yang

pendekatan lingustik dalam studi menetapkan beliau harus menceraikan

qur’an, dan beberapa pemikiran- istrinya. Tindakan tersebut sebagai upaya

pemikiran nya.6 untuk melanggengkan hegemoni kaum


Quraysh terhadap kaum muslimin. Ia juga
pernah tinggal di Netherland sebagai

5 Henri Shalahuddin, M.A, Al-Qur’an Di Hujat, 7 Henri Shalahuddin, M.A, Al-Qur’an Di Hujat, 3.
(Jakarta: al-Qalam, 2007), 1. 8 Nur Ichwan, Meretas Kesarjanaan Kritis Al-
6 Ali Imron Dkk, Hermeneutika Al-Qur’an Dan Qur’an: Teori Hermeneutika Nasr Abu Zaid,
Hadist, (Yogyakarta: Elsaq Press, 2010), 116. (Bandung : Teraju, 2003), 20.
Tafsir Kontemporer : 4
Kajian Pemikiran Tafsir Nasr Hamid Abu Zaid

profesor tamu studi Islam pada Universitas Communication (Leiden, 2000).


Leiden sejak 26 Juli 1995, hingga 27 2. Al-Khitab wa al-Ta’wil (Dar el-
Desember 2000 dikukuhkan sebagai Guru Beida, 2000).
Besar Tetap di Universitas tersebut.9 3. Dawair al-Kawf Qira’ah fi al-
Khitah al-Mar’ah (Dar el-Beidah,
Dalam karirnya, Nasr Hamid
1999 ).
banyak menghasilkan sebuah karya
4. AI-Nass. al-Sultah, al-Haqiqah;
dalam bidang studi islam, baik itu yang
(Cairo, 1995). (Teks, Wewenang
berkaitan dengan pemikiran keIslaman
Kebenaran).
pada umumnya, maupun studi Al-
5. AI-Tafkir fi Zaman
Qur’an khususnya. Ahli dalam badang
al-Tafkir
bahasa tidak menjadi persoalan beliau pun
(Pemikiran di era Pengkafiran).
seorang penulis yang produktif yang
(Cairo, 1995).
mampu menulis lebih dari 29 karya sejak
6. Naqd al-Khitab al-Diniy (Cairo,
tahun 1964 sampai 1999. Adapula
1994). (Kritik Wacana
karyakarya beliau yang sifatnya
Keagamaan)
kontrofersial, disebabkan banyak
7. Falsafat al-Ta’wil: Dirasah fi
pandangan-pandangan Nasr Hamid yang
alTa’wil Al-Qur’an abd Muhyi al-
dianggap sudah melenceng dariprinsip-
Din
prinsip ajaran
Ibn Arabiy (Beirut, 1993).
Islam. Mafhum al-Nash: Dirasah fi ‘Ulum
(Interpretasi Filosofis; Studi
Al-Qur’an (1994) (Cairo, 1994). Konsep
Terhadap Interpretasi Al-Qur’an
Teks : “Kajian atas Ilmu-Ilmu Al-
menurut Ibn ‘Arabi).
Qur’an”. Di dalam buku tersebut, 8. AI-lttijah al-‘Aqli fi al-Tafsir:
Nasr Dirasah
Hamid menyebut bahwa Al-Qur’an Qaqiyyat al-Majaz fi Al-Qur’an
sebagai “produk budaya” (Muntaj (Beirut, 1982). (Pendekatan
alTsaqafi). Karya yang lain yang Rasional dalam Interpretasi :
sudah di publikasikan adalah :10 studi terhadap Majaz menurut
kaum Mu’tazilah).
1. The al-Qu’an: God and Man in

9 Nur Ichwan, Meretas Kesarjanaan Kritis Al-Qur’an:


Teori Hermeneutika Nasr Abu Zaid, 194.
10 Muhammad Alfian, Hermeneutika Nasr Hamid
Abu Zayd, (Jurnal Islamika: Jurnal Ilmu-Ilmu
Keislaman, 2018), 27-28.
Tafsir Kontemporer : 5
Kajian Pemikiran Tafsir Nasr Hamid Abu Zaid

Teori Asbab Al-Nuzul Nasr Hamid Abu


Zaid ayat atau beberapa ayat, untuk
menjelaskan sesuatu yang berkaitan
Menurut Abu Zayd, Al-Qur’an
dengan peristiwa itu atau menjawab
merupakan produk budaya Arab, dan
pertanyaan tersebut.13
karena itu menurutnya posisi Al-Quran
sama dengan teks kebudayaan lainnya. Menurut Subhi as-Shalih Asbab

Selain itu, kajian yang harus dipakai adalah alNuzul ialah sesuatu yang karena

homosentris bukan teosentris. sesuatu itu menyebabkan satu


beberapa ayat Al-
Kata Asbab al-Nuzul berasal dari dua
Qur’an diturunkan dalam rangka
kata yaitu asbab )‫ )اس باب‬yang artinya
mengcover, menjawab atau
beberapa sebab, bentuk jama‟ (plural) dari menjelaskan hukumnya di saat
mufrad (tunggal), sabab, yang artinya sesuatu itu terjadi.14
alasan, illat (dasar logis), perantaraan,
Istilah “Sebab” di sini, menurut
hubungan kekeluargaan, kerabat, asal,
Nashruddin Baidan tidak sama dengan
sumber dan jalan. Sedangkan kata artinya
“sebab” yang dikenal dalam hukum
turun, hinggap, terjadi dan menyerang.
kausalitas. Istilah “sebab” dalam
Yang dimaksud di sini ialah penurunan,
hukum kausalitas, merupakan
penurunan Al-Qur’an dari Allah Swt.
keharusan wujudnya untuk lahirnya
kepada Nabi Muhammad Saw. Melalui
suatu akibat. Suatu akibat tidak akan
perantara malaikat Jibril.11 Menurut
terjadi tanpa adanya sebab terdahulu
alZarqani asbab al-nuzul ialah sesuatu,
oleh sebab tertentu, tetapi sebab di
yang karenanya turun satu ayat atau
sini, secara teoritis tidak mutlak
beberapa ayat berbicara tentangnya sesuatu
adanya, walaupun secara empiris telah
itu atau menjelaskan ketentuan-ketentuan
terjadi peristiwanya. Adanya sebab-
hukum yang terjadi pada waktu terjadinya
sebab turunya Al-Qur’an, merupakan
peristiwa tersebut.12 Maksudnya, ia
salah satu manifestasi kebijaksanaan
merupakan peristiwa yang terjadi pada
Allah dalam membimbing hamba-
peristiwa Nabi Saw, atau pertanyaan yang
Nya. Dengan adanya asbab
diajukan kepada beliau, lalu turun suatu

13 Yusuf Qordhawi, Berinteraksi Dengan Al-


11 Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an, (Jakarta: PT Qur‟an, Terj. Abdul Hayyie al-Kattani, (Jakarta:
Raja Grafindo, Cet I, 2013), 205. Gema Insani, 1999), 360.
12 Muhammad Abdul Adzim al-Zarqani, Manahil 14 Subhi as-Shalih, Membahas Ilmu-ilmu al-
AlUrfan fi Ulum Al-Qur’an, (Jakarta: Gaya Media Qur‟an, terj: Tim Pustaka Firdaus, (Jakarta:
Pratama, 2001), 111. Pustaka Firdaus, 1985), 132.
Tafsir Kontemporer : 6
Kajian Pemikiran Tafsir Nasr Hamid Abu Zaid

alnuzul,akan lebih tampak keabsahan surat ini turun karena peristiwa


alQur‟an sebagai petunjuk yang terjadinya penyerangan tentara
sesuai (pasukan) gajah ke Ka’bah,
penyerangan pasukan gajah itu
terjadi di saat nabi lahir. Itu berarti,
jarak waktu antara peristiwa yang
dengan kebutuhuan dan terjadi dengan turunnya ayat, sekitar
kesanggupan manusia.15 40 tahun.

Dapat dipahami bahwa unsur-unsur b. Sebagian ulama menyatakan bahwa


yang penting diketahui terkait dengan jarak waktu antara peristiwa dengan
asbab al-nuzul adalah adanya satu atau ayat yang turun tidak boleh terlalu
beberapa kasus yang menyebabkan lama. Golongan ini mengkritik
turunnya satu atau beberapa ayat,dan pendapat al-Wahidi itu dengan
ayatayat itu dimaksudkan untuk menyatakan bahwa kedudukkan
memberikan penjelasan terhadap kasus itu. peristiwa penyerangan tentara gajah
Jadi ada beberapa unsur yang tidak boleh sama dengan kisah-kisah kaum
diabaikan dalam analisa asbab al- Ad,Tsamud, pembangunan
nuzul,yaitu adanya suatu kasus atau Ka’bah, diangkatnya Nabi Ibrahim
peristiwa, adanaya pelaku peristiwa,adanya sebagai khalil Allah, dan lain-lain.
tempat peristiwa dan adanya waktu Kisahkisah itu bukanlah sebab
peristiwa. 17
turunya suatu ayat, karena jarak

Adapun tentang jarak waktu antara waktunya dengan ayat yang turun

peristiwa yang mendahului ayat yang lama sekali. Tetapi golongan ini

turun, ulama tidak sepakat. tidak pula menegaskan secara pasti


tentang berapa jarak waktu yang
a. Sebagian ulama menyatakan, bahwa
ditolerir sehingga suatu peristiwa
antara peristiwa dengan ayat yang
dapat dinyatakan sebagai sebab
turun, dapat saja berjarak waktu
turunnya suatu ayat.16
cukup lama. Pendapat ini antara lain
dianut al-Wahidi. Ia mengemukakan Berbagai penjelasan asbab
contoh Surat al-Fil. Menurutnya, alnuzul yang dikemukakan di atas

15 Nashruddin Baidan, “Wawasan Baru Ilmu Tafsir”,


tampak tidak jauh berbeda, artinya
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), 132. 17 Mohamad
Nor Ichwan, Studi Ilmu-Ilmu al-Qur’an, (Semarang: 16 Nashruddin Baidan, “Wawasan Baru Ilmu
RASAIL, 2008, 75. Tafsir”, 135.
Tafsir Kontemporer : 7
Kajian Pemikiran Tafsir Nasr Hamid Abu Zaid

secara substansial, mereka sepakat Kajian Asbab al-Nuzul bagi pemahaman


bahwa yang dimaksud dengan Al-Qur’an telah disadari oleh ulama
asbab al-nuzul itu ialah sesuatu bersamaan dengan tumbuh dan
yang menjadi latarbelakang berkembangnya kajian tafsir. Awalnya
turunnya suatu ayat baik berupa Asbab al-nuzul merupakan bagian dari
peristiwa atau dalam bentuk kajian tafsir. Dalam perkembangannya
pertanyaan kepada Nabi. asbab al-nuzul menjadi kajian yang
terpisah . Tafsil li Asbab al-nuzul’an
Maymun bin Mahran karya Maimun bin
Mahran (w. 117 H) merupakan kitab
pertama yang membahas asbab al-nuzul

Problematika Teori Asbab Al-Nuzul


secara khusus. Kajian asbab al-nuzul
Nasr Hamid Abu Zaid
pada periode paling awal lebih
Pada masa kontemporer ini, kajian merupakan koleksi riwayat-riwayat
mengenai Asbab al-nuzul mulai yang berhubungan dengan asbab al-
dimunculkan kembali. Namun kali ini nuzul tanpa banyak menyinggung
konsep Asbab al-nuzul yang ditawarkan kajian teoritis (dirayah). Al Wahidi
muncul dari kalangan orang-orang yang (W. 468 H), misalnya, hanya
berpandangan liberal, sehingga kesimpulan menyinggung kajian satu kajian
yang mereka hasilkan sepenuhnya bertolak teoritis, yaitu sumber otoritatif asbab
belakang dengan kajian para ulama al-nuzul.18
terdahulu. Menurut para ulama terdahulu, mengindikasikan adanya
Al-Qur’an harus selalu disesuaikan dengan proses resiprokasi antara wahyu
konteks dari masa ke masa. Produk tafsir dan realitas seakan-akan wahyu
zaman dahulu hanya berlaku untuk memandu dan memberikan
zamannya saja, sedangkan zaman sekarang solusi terhadap problem
perlu adanya pengkajian ulang terhadap sosial yang mucul saat itu.19 Selain dari
Al-Qur’an sesuai dengan konteks yang itu, bukti teks Al-Qur’an diturunkan
dihadapinya. Mereka menyebut kajian secara berangsur-angsur selama dua
seperti ini dengan istilah kajian Al-Qur’an
18 Abu al-Hasan bin Ahmad al-wahidi, Asbab Nuzul
kontekstual.17 AlQur’an, (Beirut : Dar al-Kutub al-Ilmiyyah,1411
H), 10.
19 Ali Sadiqin, Antropologi al-Qur;an: Model
17 Ahmad Syukri Shaleh, Metodologi Tafsir Al-Qur’an Dialektika Wahyu & Budaya, (Yogjakarta: Ar-
Kontemporer dalam Pandangan Fazlur Rahman, 43. Ruzz Media, 2008), 12-13.
Tafsir Kontemporer : 8
Kajian Pemikiran Tafsir Nasr Hamid Abu Zaid

degenerasi atau dua dekade menyingkap dialektika antara teks dan


yang semakin menegaskan bahwa realitas. Oleh karenanya beliau sadar betul
adanya keterkaitan antara wahyu dan untuk mengetahui makna teks diperlukan
realitas. Teks juga menegaskan adanya ilmu asbab al-nuzul. Namun, ilmu asbab
sebagian ayat yang diturunkan ketika al-nuzul sendiri sama seperti ilmu-ilmu Al-
adanya sebab khusus yang Qur’an yang lain seperti wahyu, makki-
mengharuskan diturunkannya, dan madani dan nasikhmansukh, yang dalam
sedikit pula ayat yang diturunkan tanpa klasifikasi ilmu-ilmu
adanya sebab eksternal. Hal tersebut 20
Al-Qur’an menurut Nasr Hamid termasuk
disadari betul oleh para ulama Alqur’an kedalam segmen format dan formatisasi
untuk memahami teks Al-Qur’an perlu teks Al-Qur’an.23 Pada kajiannya itu
kiranya untuk mengetahui konteks terhadap ilmu-ilmu tersebut, Nasr Hamid
sosial yang membentuk teks, seperti berusaha menguraikan mana wilayah
yang pernah disampaikan oleh as- teologis-mistis dan mana ilmiah-rasional.
Suyuti yang mengutip dari al-Wahidi, Karena dalam karya-karya ulama salaf,
bahwa sesorang tidak akan kedua aspek tersebut berbaur sedemikian

mampu memahami Al-Qur’an tanpa rupa sehingga batas antara keduanya


mengetahui sebab-sebab pewahyuannya. 21
menjadi tidak jelas. Justru aspek

Menurut Nashr Hamid Abu Zaid, teologismistis menjadi yang paling

AlQur’an merupakan produk budaya Arab, dominan seiring dengan keterpurukan

dan karena itu posisi Al-Qur’an harus realitas umat Islam baik dalam politik,

diletakkan pada posisi yang sama dengan sosial maupun budaya. Sementara

teks kebudayaan lainnya. Dengan alasan aspek ilmiah-rasional menghilang

inilah Abu Zayd memandang penting untuk diterpa gempuran trend-trend yang

merombak konsep ulum Alqur’an yang mengklaim memegang agama secara

telah digariskan oleh para ulama, terutama benar.

konsep asbab al-nuzul-nya.22 Menurutnya Ia membedakan antara wahyu


asbab al-nuzul dapat membantu alquran dan mushaf.
Wahyu adalah inferbatim dalam
20 Nasr Hamid Abu Zaid, Tekstualitas Al-Qur’an
Kritik Terhadap Ulumul Al-Qur’an, (Yogyakarta: artian apa adanya, mutlak benar tidak
LKIS, Cet IV, 2005), 115.
21 Jalaludin As-Suyuti, Lubab An-Nuqul Fi Asbab 23 Nasr Hamid mengklasifikasikan ilmu-ilmu Al-Qur’an
AlNuzul, Maktabah Ar-Riyadh Al-Haditsah, t. Tahun, 3. menjadi dua bagian, pertama, format dan formatisasi teks
22 Shidy Munjin, “Konsep Asbāb Al-Nuzūl Menurut (wahyu, makki-madani, asbab al-nuzul dan
Nashr Hamid Abu Zayd”, (Maghza.Vol.3 No.1. 2018), nasikhmansukh). kedua,mekanisme teks (i’jaz,
108. munasabah, aam-khashsh dan tafsir-ta’wil).
Tafsir Kontemporer : 9
Kajian Pemikiran Tafsir Nasr Hamid Abu Zaid

perbentuk huruf dan suara, beyond masuk di dalamnya, asbab al-nuzul


historis (hanya kuasa tuhan seutuhnya). sebagai warisan dari tradisi pemikiran
Wahyu itu turun dan di sampaikan Islam mulai dari ikatan kesadaran teologis-
kepada manusia itu berbentuk al-
mistis menuju ilmiahrasional. Tanggung
Quran, di bentuk oleh budaya bahasa
arab dan dengan lahjah / persoalan jawab moralnya terekspresikan dengan
penyebutan. Menurutnya alquran itu sikap kritisnya dalam mengkaji dan
(muntaz dan muntiz tsaqofah) produk
melacak faktor-faktor serta dasar
budaya dan mengahasilkan budaya.
pembentuk ilmu-ilmu Al-
Dalam hal diatas, maka Nasr
Qur’an itu sendiri, yaitu konsep teks yang
memiliki kemipiripan berfikit dengan
Fazlur & Arkound, bahwa alquran selama ini jarang tersentuh oleh
tidak turun kepada masyarakat yang pemikirpemikir Islam.
hampa budaya, tetapi dia turun
merespon/memberikan jawaban kepada Konsep Asbab Al-Nuzul Dalam
budaya pada saat itu yang tidak sesua Pandangan Nasr Hamid Abu Zayd
dengan ajaran islam.
Disinilah pandangan orang² Nashr Hamid Abu Zayd memandang
menyebut pada kajian asbab nujul nya penting untuk merombak konsep ulum
itu tidak teosenstris tetapi homosentris,
AlQur’an yang telah digariskan oleh para
artinya selalu menasumsikan pada
persoalan kehidupan manusia, tidak ulama, terutama konsep asbab al-nuzulnya.
menganggap bahwa asbab annujull itu Dikarenakan keyakinan para ulama
rekayasa tuhan.
terhadap Al-Qur’an sebagai kalamullah,
Dia juga beranggapan bahwa ayat maka kajian mereka terlalu teosentris
yang turun pasti ada sejarahnya, siapa
sedangkan menurutnya memakai kajian
pelakunya? Orang yang terkait dengan
ayat tsb, kapan peristiwanya? Untuk homosentris.
kemudian di carikan asbabnya yang
mengiringi ayat tsb. Untuk menjabarkan konsep asbāb
alnuzūl-nya, Abu Zayd merincinya
Apa pesannya?
dalam empat masalah dasar mengenai
Dia mempunyai teori tentang asbab
nujul, al biah bi umumil lafdi la 1. Alasan diturunkannya Al-Qur’an
bukhususis sabab, lingkungan ayat itu
Secara Bertahap
turun.
Oleh karena itu, Nasr Hamid sebagai Dalam pandangan Abu Zayd, “ilmu
pemikir kontemporer merasa mempunyai tentang sabab an-nuzūl merupakan
tanggung jawab moral untuk membebaskan ilmu yang memberikan bekal kepada
ilmu-ilmu dan cabangcabang Al-Qur’an kita berupa materi baru yang
Tafsir Kontemporer : 10
Kajian Pemikiran Tafsir Nasr Hamid Abu Zaid

memandang teks dapat merespon menganggap permasalahan ini sebagai


realitas, baik dengan cara menguatkan mitos belaka. Menurutnya, penurunan Al-
ataupun menolak, dan menegaskan Qur’an seperti ini, seolah mencabut Al-
hubungannya yang dialogis dan Qur’an dari akar realitas. Poin pertama
dialektik dengan realitas. Hal ini dan kedua ini sebenarnya bukan sub-
dibuktikan secara empiris menegaskan bahasan asbāb annuzūl, tapi Abu Zayd
bahwa Al-Qur’an diturunkan secara menjadikan dua pembahasan ini sebagai
berangsur-angsur lebih dari dua puluh pengantar untuk memahami konsep asbāb
tahun”.24 an-nuzūl-nya.26
3. Dalallah
Dalam Hal ini, Abu Zayd menyorot
Dalam memahami sebuah ayat dan
dan mengkritik pendapat ulama yang
kaitannya dengan asbab al-nuzul. Dalam
melupakan masyarakat Arab pada
permasalahan ini, Abu Zayd mengkritik
waktu itu merupakan realitas utama
ulama dalam masalah keumuman lafazh
sedang dihadapi oleh Al-Qur’an.
dan kekhususan sebab. Menurutnya, para
Alasan diturunkannya Al-Qur’an
ulama terlalu memokuskan terhadap
secara bertahap dalam pandangan Abu
keumuman lafazh dan tidak menghiraukan
Zayd, dikarenakan
kekhususan sebab. Padahal seharusnya,
Al-Qur’an itu mengikuti alur realitas
kekhususan sebab yang menjadi fokus
yang dihadapinya dan berusaha untuk
perhatian, karena turunnya ayat itu
tidak keluar dari kebiasaan yang
sebagai respon terhadap realitas
terjadi. karena menurutnya,
bagaimanapun luar biasanya kekuasaan
Tuhan dalam berkehendak,

tetap harus tunduk pada aturan alam yang


sedang dihadapinya.25
pada waktu itu. Jadi penekanan
2. Model Penurunan Secara Bertahap
para ulama terhadap keumuman lafazh
Dalam Hal ini, Abu Zayd menolak
itu, seolah-olah melupakan realitas
riwayat yang menyatakan bahwa Al-
yang menjadi media produksi ayat.27
Qur’an diturunkan ke langit dunia
sebelum diturunkan kepada Nabi, ia 4. Mengenai Cara Penentuan Asbāb Al-

26 Ibid, hal 112


24 Ibid, hal 110
25 Abu Zayd, Mafhūm al-Naṣ, 126. 27 Ibid, hal 115
Tafsir Kontemporer : 11
Kajian Pemikiran Tafsir Nasr Hamid Abu Zaid

Nuzūl wilayah periwayatan kepada sebagian


tabi’in saja dengan meninggalkan
Dalam hal ini, Abu Zayd
yang lainnya”.28
menggugat para ulama yang terlalu
berpegang pada riwayat dalam Atas dasar inilah Abu Zayd
menentukan asbāb annuzūl. Padahal menganggap bahwa peneliti kontemporer
menurutnya, periwayatan mengenai harus menikmati hak ijtihad dan mentarjīh
asbāb an-nuzūl itu baru ada pada masa riwayat-riwayat yang berbeda dengan lebih
setelah sahabat, kalaupun riwayat para signifikan, yaitu dengan bersandar pada
sahabat itu bisa diterima maka sejumlah unsur dan tandatanda eksternal
periwayat selanjutnya dari generasi dan internal yang membentuk teks. Karena
tabi’in mesti diperhatikan pula. Karena asbāb an-nuzūl bagi Abu Zayd hanyalah
pada masa itu adalah awal konteks sosial bagi teks. Sebab-sebab
mula munculnya pertentangan turunnya sebuah ayat, sebagaimana dapat
politik dan berbagai macam fitnah. dicapai di luar teks, dapat pula dicapai dari

Dia mengatakan, ‫وإذا أضفنا اىل ذلك إن‬ dalam teks, apakah dalam strukturnya yang
pas atau dalam kaitannya dengan bagian-
‫عصر التابعني كان عصر اخلالفات السياسية‬ bagian lain dari teks yang umum.
Menurut Abu Zayd, dilema yang
‫والفكرية أدركن أن حتديد "أهل الثقة " من‬
dialami oleh para ulama dikarenakan

‫الرواة مث على أساسي )أيديولوجي( أنتهى اىل‬ mereka tidak mendapatkan sarana untuk
mencapai asbāb an-nuzūl kecuali hanya
‫اعطاء سلطة دينية مطلقة يف جمال هذه‬ dengan bersandar pada realitas eksternal
dan mentarjīhnya saja. Mereka tidak
‫لبعض التبعني دون بعض‬. ‫املرويات‬ menyadari bahwa di dalam teks senantiasa
ada tanda-tanda yang kalau dianalisis dapat
“Kalau kita tambahkan lagi bahwa
menyingkapkan sesuatu yang berada di
masa para tabi’in adalah masa
luar teks.
pertarungan politik dan intelektual,
maka kita akan menyadari bahwa
penetapan “para perawi yang
Oleh karena itu, penyingkapan
dipercaya” (ṣiqah) terjadi, menurut
asbāb an-nuzūl itu dapat dilakukan
landasan ideologis yang berakhir
dari dalam teks sebagaimana
dengan memberikan wewenang
keagamaan secara mutlak dalam 28 Abu Zayd, Mafhûm al-Nash, 125.
Tafsir Kontemporer : 12
Kajian Pemikiran Tafsir Nasr Hamid Abu Zaid

menyingkapkan dalālah teks dapat menentukan asbāb an-nuzūl itu bisa


dilakukan dengan mengetahui konteks ditemukan dalam teks ayat itu sendiri
eksternalnya. dan
Dari sini Abu Zayd
juga menawarkan sebuah metode “
baru ” untuk menentukan dalālah teks tidak perlu melirik riwayat-riwayat yang
dengan metode yang mirip terdapat dalam pendapat para ulama.31
dengan metode yang
Itulah konsep asbāb al-nuzūl yang
ditawarkan Arkoun dan Rahman.29 Dia
dilontarkan Abu Zayd untuk membuktikan
mengatakan, ‫ان حتليل النصوص واكتشاف‬ keterkaitan antara teks dan realitas dan
memapankan gagasannya tentang sebagai
‫داللتها عملية معقدة ال حيب أن تسري يف اجتاه‬ produk budaya bangsa Arab.

‫ أو من الداخل‬, ‫واحد من اخلارج اىل الداخل‬ Implementari Pada Ayat Poligami


Menggunakan Teori Hermeneutik
‫تسري يف حركة‬. ‫ بل حيب أن‬, ‫اىل اخلارج‬
Poligami merupakan salah satu
‫مكوكية سريعة بني الداخل واخلارج‬ pembahasan penting dalam pembaharuan
Islam dan gerakan feminisme, sebut saja
“Analisis teks dan upaya
Amina Wadud, Riffat Hassan, Nazaruddin
menyingkapkan dalālah-nya
Umar, Musdah Mulia di era kontemporer
merupakan proses yang rumit dan
ini. berbagai macam bentuk metode dan
harus berjalan dalam satu arah: dari
teori yang digunakan oleh tokoh-tokoh
luar ke dalam, atau dari dalam ke luar,
tersebut dalam usaha untuk menafsirkan
bahkan harus berjalan dalam gerak
kembali ayat-ayat poligami dalam Al-
ulang bolak-balik yang cepat antara
Qur’an. Riffat Hassan misalnya
dalam dan
menafsirkan ayat-ayat poligami tersebut
luar”.30
dengan metode historis-kritis-kontekstual
Jadi periwayatan-periwayatan yang berakar pada metode holistic
seperti itu memang sudah selayaknya (maudhu’i). Baginya menafsirkan ayatayat
ditinggalkan. Menurut Abu Zayd, poligami dengan metode tahlili (analitis)
29 Untuk melihat pandangan Rahman mengenai hal seperti yang dilakukan oleh mufassir
ini, bisa lihat Metodologi Tafsir all-Quran
Kontemporer dalam Pandangan fazlur Rahman, klasik, akan mempermudah seseorang
hlm. 133.
31 Shidy Munjin,” Konsep Asbāb Al-Nuzūl Menurut
30 Abu Zayd, Mafhūm al-Naṣ, 126. Nashr Hamid Abu Zayd”, 117.
Tafsir Kontemporer : 13
Kajian Pemikiran Tafsir Nasr Hamid Abu Zaid

untuk berpoligami asal dapat memenuhi hukum Islam (contribution to


syarat adil.32 knowledge). Pertama, melihat konteks
ayat ketika turun, dan mengaitkan
dengan tradisitradisi Arab pra Islam.
Nasr Hamid berargumen bahwa
Sebagai landasan ayat poligami adalah
sebelum datangnya Islam (pra Islam)
sebagai berikut, (QS. an-Nisa’ (4): 3) :
poligami tidaklah dibatasi sampai
ِ ْ‫ت قْ ِسطوا يف ايْل تَام ٰى فَان‬ ِ
‫ك ُحوا‬ َ َ ُ ‫َوإ ْن خ ْفتُ ْم َأاال‬ empat, melainkan lebih dari itu.
ِ
َ ‫اب لَ ُك ْم ِم َن ال ِن َساء َمثْ ََٰن َوثُاَل‬
‫ث َو ُربَ َع ۖ فَِإ ْن‬ َ َ‫َما ط‬ Kemudian ketika Islam datang dengan

‫ت ْع ِدلوا‬ ِ
َ ‫خ ْفتُ ْم َأاال‬
al- Qur’annya, izin seorang lakilaki
untuk menikah dibatasi sampai empat
‫ك َْأد ََٰن‬ ِ ِ َ
َ ‫ت َأيَْْانُ ُك ْم ۚ ٰذَل‬
ْ ‫ف َواح َدةً َْأو َما َملَ َك‬ kali.33
2. Langkah kedua, meletakkan teks dalam
َ ‫َأاال‬
‫ت عُولُوا‬ konteks Al-Qur’an secara keseluruhan.
Pada langkah ini, Nasr Hamid
Dan jika kamu takut tidak akan dapat
mencoba untuk menemukan makna
berlaku adil terhadap (hak-hak)
yang “tak terkatakan” dalam Al-
perempuan yang yatim (bilamana
Qur’an. Pada konteks poligami ini,
kamu mengawininya), maka kawinilah
Nasr Hamid membandingkan dua ayat
wanitawanita (lain) yang kamu
yang cenderung saling menjelaskan, ia
senangi: dua, tiga atau empat.
membandingkan surat an-Nisa ayat 3
Kemudian jika kamu takut tidak akan
dan an-Nisa ayat 129,
dapat berlaku adil, maka (kawinilah)
“Dan jika kamu takut tidak akan dapat
seorang saja, atau budakbudak yang
berlaku adil terhadap (hak-hak)
kamu miliki. Yang demikian itu adalah
perempuan yang yatim (bilamana
lebih dekat kepada tidak berbuat
kamu mengawininya), maka kawinilah
aniaya.
wanitawanita (lain) yang kamu

1. Langkah Pertama, konteks teks ayat. senangi : dua, tiga atau empat.

Kedua, meletakkan teks dalam konteks Kemudian jika kamu takut tidak akan
Al- dapat berlaku adil, maka (kawinilah)
Qur’an secara keseluruhan. Ketiga, seorang saja, (QS. an-Nisa ayat 3)”,
mengusulkan sebuah pembaharuan Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat

32 Abdul Mustaqim dkk, Studi Al-Qur’an Kontemporer; 33 Moch. Nur Ichwan “Meretas Kesarjanaan Kritis.,
Wacana baru Berbagai Metodologi Tafsir, 73. 139.
Tafsir Kontemporer : 14
Kajian Pemikiran Tafsir Nasr Hamid Abu Zaid

berlaku adil di antara isteriisteri(mu), adalah masalah keadilan, tapi untuk


walaupun kamu sangat ingin berbuat bisa berbuat adil, seseorang tidak akan
demikian, karena itu janganlah kamu mampu melakukannya, karenanya Nasr
terlalu cenderung (kepada yang kamu Hamid menyimpulkan bahwa
cintai), sehingga kamu biarkan yang “poligami dilarang”34
lain terkatung-katung. Dan jika kamu 3. Langkah ketiga adalah mengusulkan
mengadakan perbaikan dan pembaharuan dalam hukum Islam.
memelihara diri (dari kecurangan), Dalam hukum Islam klasik poligami
maka diklasifikasikan masuk dalam bab “hal-
hal yang diperbolehkan”, istilah
sesungguhnya Allah Maha Pengampun pembolehan menurut Nasr Hamid,
lagi Maha Penyayang (QS. an-Nisa tidaklah sesuai
ayat 129), Nasr Hamid menganalisis
kedua ayat tersebut dengan analisis karena pembolehan terkait dengan hal
linguistic. Di dalam ilmu linguistic yang tidak dibicarakan oleh teks,
Arab, dikenal dengan adanya istilah sementara pembolehan poligami dalam
‘adad syarth, fi’il syarth, dan jawab AlQur’an pada hakikatnya adalah
syarth, pada kata “Jika” di atas adalah sebuah pembatasan dari praktek
merupakan suatu partikel kondisional poligami yang tak terbatas, pembatasan
(kalimat pengandaian) atau dalam tidak berarti pembolehan.35
istilah linguistic sebagai adad syarth.
Dan kata adil pada ayat yang pertama C. KESIMPULAN
adalah fi’il syarth, dan kata
Nasr Hamid Abu Zayd adalah
“seorang” adalah sebagai jawab syarth,
seorang pemikir modernis yang sangat
kemudian ditegaskan oleh ayat
dikenal di Mesir oleh pemerhati
sesudahnya (an-Nisa 129) bahwa adil
pemikiran Islam. Beliau menempuh
adalah sesuatu yang mustahil bisa
pendidikan tingginya dimulai dari S1
dilakukan oleh manusia, hal itu
sampai dengan S3 dalam jurusan bahasa
berdasar pada penggunaan kata lan
Arab, dari sanalah beliau menunjukan
yang berarti tidak akan pernah).
bakatnya dalam ilmu bahasa dan sastra
Dari sini Nasr Hamid ingin
mengungkapkan bahwa salah satu 34 Moch. Nur Ichwan “Meretas Kesarjanaan Kritis.,
140.
syarat seseorang boleh berpoligami 35 Moch. Nur Ichwan “Meretas Kesarjanaan Kritis.,
142.
Tafsir Kontemporer : 15
Kajian Pemikiran Tafsir Nasr Hamid Abu Zaid

yang kemudian mampu menghasilkan arti sebuah pembatasan, sehingga


sebuah pembacaan baru dengan pembatasan tidak berarti
pendekatan lingustik dalam studi pembolehan.
qur’an, dan beberapa pemikiran-
Daftar Pustaka
pemikitan
Al-Bilali, Abdul Hamid. Al-
Setelah mengetahui contoh
Mukhtashar Al-Mashum Min
penafsiran, maka kita bisa melihat
Kitab Al-Tafsir
prinsip yang digunakan oleh Nasr
Wa Al-Mufashirun. Kuwait:
Hamid Abu Zaid
Dar alDakwah, 1405.
sebagai berikut,
1. Prinsip Kontekstual Prinsip ini Alfian, Muhammad. Hermeneutika

berkenaan dengan teori yang Nasr Hamid Abu Zayd. Jurnal

dibahasnya, yaitu Asbab AlNuzul. Ilmu-Ilmu Keislaman, 2018.

Membahas tentang peristiwa yang al-wahidi, Abu al-Hasan bin Ahmad.


mengiringi ayat sebagai hasil Asbab Nuzul Al-Qur’an. 1411 H:
budaya bukan maksud ayat. Dar al-Kutub al-Ilmiyyah,
Beirut.

2. Prinsip Diferensiasi Prinsip ini al-Zarqani, Muhammad Abdul Adzim.


terlihat dengan cara penafsirannya Manahil Al-Urfan fi Ulum AlQur‟an.
pada ayat tentang poligami. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001.
Langkah kedua yang dipakai
Anwar, Rosihon. Ilmu Tafsir. Bandung:
membuktikan bahwa Nasr Hamid
CV Pustaka Setia, 2005.
Abu Zaid melihat arti sebuah
as-Shalih, Subhi. Membahas Ilmu-ilmu al-
makna teks bukan pada lafadz yang
tertulis, melainkan pada selain itu Qur‟an, terj: Tim Pustaka

(teks). Firdaus. Jakarta: Pustaka Firdaus,

3. Prinsip Holistik 1985.

Prinsip ini terlihat pula pada as-Suyuti, Jalaludin. Lubab an-Nuqul fi


langkah ketiga dalam penafsiran Asbab al-nuzul. maktabah ar-
ayat poligami. Beliau mengoreksi Riyadh al-haditsah, t.thn.
penafsiran klasik yang mengatakan
bahwa poligami diperbolehkan,
menurutnya pembolehan memiliki
Tafsir Kontemporer : 16
Kajian Pemikiran Tafsir Nasr Hamid Abu Zaid

Baidan, Nashruddin. “Wawasan Baru Ilmu Al-Qur’an Kontemporer dalam


Tafsir”. Yogyakarta: Pandangan Fazlur Rahman.
Pustaka Jambi : Sulthan Thaha Press, 2007.
Pelajar, 2005.
Suma, Muhammad Amin. Ulumul Qur'an.
Ichwan, Mohamad Nor. Studi Ilmu-Ilmu Vol. 1. Jakarta: PT Raja Grafindo,
al-Qur’an. Semarang: RASAIL, 2013.
2008.
Zaid, Nasr Hamid Abu. Tekstualitas Al-
Ichwan, Nur. Meretas Kesarjanaan Kritis Qur’an Kritik Terhadap Ulumul
Al-Qur’an: Teori Hermeneutika Al-Qur’an. Vol. IV. Yogyakarta:
Nasr Abu Zaid. Bandung: Teraju, LKIS, 2005.
2003.

Munawir, A.W. Kamus Al-Munawir Arab


– Indonesia Lengkap. Surabaya:
Pustaka Progresif, 1997.

Munjin, Shidy. “Konsep Asbāb Al-Nuzūl


Menurut Nashr Hamid Abu Zayd".
Vol. 3. 1 vol. Maghza, 2018.

Qordhawi, Yusuf. Berinteraksi Dengan


AlQur‟an, Terj. Abdul Hayyie
alKattani. Jakarta: Gema Insani,
1999.

Sadiqin, Ali. Antropologi al-


Qur;an: Model Dialektika
Wahyu & Budaya.
Yogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2008.

Shalahuddin, Henri. Al-Qur’an Di Hujat.


Jakarta: al-Qalam, 2007.

Shaleh, Ahmad Syukri. Metodologi Tafsir

Anda mungkin juga menyukai