Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Hikmah, Volume 14, No.

1, Januari – Juni 2017, ISSN :1829-8419

TAFSIR AL-ISYARI

Nana Mahrani

Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Sumatera Medan


Jln. Sambu No. 64.
e-mail: nanamahrani@yahoo.co.id

Abstract: Tafsir isyari is one type of interpretation for explaining the verses of the Qur'an
thick with takwil, esoteric aspects and cues contained in the text of the verses of the Qur'an.
Despite the controversy that occurred in commenting on this kind of interpretation, which
clearly isyari interpretation is a form of contribution of scholars in literature
pembendaharaan enriching interpretation as well as expanding the understanding of the
meaning of the Qur'an. Ala kulli things isyari commentators have given a distinctive color in
the discourse of commentary from time to time.

Keywords: Tafsir, Al-Isyari.

PENDAHULUAN aturan permainan yang digunakannya. Hal


Sumber dari segala sumber ajaran semacam ini tidak terlepas dari usaha
Islam ialah Al-Qur’an. Kitab suci Al-Qur’an memahami Al-Qur’an secara utuh dan
menempati posisi sentral bukan saja dalam menyeluruh.
perkembangan dan pengembangan ilmu-ilmu Rasulullah Saw. adalah orang yang
ke Islaman, tetapi juga merupakan inspirator diberi wewenang oleh Allah SWT. untuk
dan pemandu gerakan-gerakan umat Islam menafsirkan, menjelaskan dan menguraikan
sepanjang empat belas abad lebih sejarah kandungan Al-Qur’an. Dari fakta tersebut
pergerakan umat ini. Ilmu yang ada di dalam dapat dipahami bahwa kebutuhan para
Al-Qur’an ibarat lautan yang amat luas, masyarakat akan penjelasan Al-Qur’an
dalam dan tidak bertepi, penuh dengan terpenuhi semasa hidup Rasulullah Saw., hal
keajaiban dan keunikan tidak akan pernah ini dikarenakan seluruh permasalahan yang
sirna dan lekang di telan masa dan waktu. muncul yang berhubungan Al-Qur’an
Maka untuk mengetahui dan memahami langsung mereka tanyakan kepada baginda
betapa dalam isi kandungan Al-Qur’an di- Rasulullah Saw.
perlukan tafsir. Penafsiran terhadap Al- Zaman setelah meninggalnya Rasulul-
Qur’an mempunyai peranan yang sangat lah Saw dapat dikatakan merupakan zaman
besar dan penting bagi kemajuan dan transisi dari kepemimpinan seseorang yang
perkembangan umat Islam. Oleh karena itu. mendapat bimbingan langsung dari Allah
maka dibutuhkan pemahaman terhadap isi SWT kepada seorang manusia biasa. Pada
kandungan Al-Qur’an tersebut. zaman inilah kemudian muncul dan ber-
Pemahaman Al-Qur’an bagi seorang kembang beberapa metode penafsiran Al-
mukmin merupakan suatu hal yang penting Qur’an. Metode-metode ini dikembangkan,
dalam rangka memahami ajaran-ajaran yang tentu saja dengan maksud untuk menjawab
terkandung di dalamnya dengan tujuan agar persoalan-persoalan yang muncul di
manusia secara keseluruhan dan muslim kalangan unat muslimin.
khususnya akan menjadi manusia yang Pemahaman terhadap ayat Al-Qur’an
bahagia dunia dan akhirat. Kitab suci Al- melalui penafsirannya sangatlah penting,
Qur’an diturunkan dengan menggunakan karena hal tersebut sangat berperan terhadap
bahasa Arab, untuk memahami bahasa ter- maju mundur umat dan sekaligus dapat
sebut seseorang dituntut untuk mendalami mencerminkan perkembangan dan corak
bahasa di mana kitab suci diturunkan, dalam pemikiran yang sedang ada ditengah masya-
segala aspeknya, baik perkembangan dan tata rakat. Oleh karena itu, perkembangan tafsir

56
Jurnal Hikmah, Volume 14, No. 1, Januari – Juni 2017, ISSN :1829-8419

sering dikaitkan dengan trend perkembangan kan isyaratnya, banyak isyarat yang meng-
pemikiran yang tengah terjadi pada umat. gantikan lafal, dan tidak perlu untuk
Salah satu corak penafsiran Al-Qur’an dituliskan (Rahman,1994:207).
adalah tafsir bil isyari. Tafsir Isyari adalah Tafsir Isyari menurut Imam Ghazali
mentakwil Al-Qur’an dengan makna di balik adalah usaha mentakwilkan ayat-ayat Al-
makna dzahir-nya karena ada isyarat ter- Qur’an bukan dengan makna zahirnya
sembunyi yang nampak bagi sebagian ahli malainkan dengan suara hati nurani, setelah
ilmu (kaum sufi). Menurut kaum sufi setiap sebelumnya menafsirkan makna zahir dari
ayat mempunyai makna yang dzahir dan ayat yang dimaksud (Zuhri, 2007: 190)
batin. Yang dzahir adalah yang segera “Penafsiran Al-Qur’an yang berlainan
mudah dipahami oleh akal pikiran, sedang- menurut zahir ayat karena adanya petunjuk-
kan yang batin adalah isyarat-isyarat yang petunjuk yang tersirat dan hanya diketahui
tersembunyi di balik itu yang hanya dapat oleh sebagian ulama, atau hanya diketahui
diketahui oleh ahlinya. Isyarat-isyarat kudus oleh orang yang mengenal Allah yaitu orang
yang terdapat di balik ungkapan-ungkapan yang berpribadi luhur dan telah terlatih
Al-Qur’an inilah yang akan tercurah ke jiwanya (mujahadah)” (Ash-shabuny, 1999:
dalam hati dari limpahan gaib pengetahuan 142).
yang dibawa ayat-ayat Al-Qur’an. Latar Belakang Timbulnya Tafsir Al-
Dalam makalah yang singkat ini Isyari
penulis berusaha membahas tentang penger- Perkembangan sufisme yang kian
tian tafsir Isyari, bentuk-bentuk tafsir Isyari, marak di dunia Islam, ditandai oleh praktik-
contoh-contoh dan corak pemikirannya, per- praktik asketisme dan askapisme yang
debatan ulama mengenai jenis ini, serta dilakukan oleh generasi awal Islam, hal ini
analisis mengenai kelebihan dan kelemahan- dimulai sejak munculnya konflik politis
nya. sepeninggal Nabi Muhammad SAW, praktik
seperti ini terus berkembang pada masa
PEMBAHASAN berikutnya.
Pengertian Tafsir Al-Isyari Seiring berkembangnya aliran sufi,
Isyarah secara etimologi berarti penun- mereka pun menafsirkan Al-Qur’an sesuai
jukan, memberi isyarat. Sedangkan tafsir al- dengan paham sufi yang mereka anut. Pada
isyari adalah menakwilkan (menafsirkan) umumnya kaum sufi memahami ayat-ayat
ayat Al-Qur’an Al-Karim tidak seperti Al-Qur’an bukan sekedar dari lahir yang
zahirnya, tapi berdasarkan isyarat yang tersurat saja, namun mereka memahami
samar yang bisa diketahui oleh orang yang secara batin atau secara tersurat.
berilmu dan bertakwa, yang pentakwilan itu Para sufi pada umumnya berpedoman
selaras dengan makna zahir ayat–ayat Al- pada hadits Rasulullah SAW:
Qur’an dari beberapa sisi syarhis (Suma,
2001:97).
‫ﻟﻜﻞ ﺃﻳﺔ ﻇﻬﺮ ﻭ ﺑﻄﻦ ﻭ ﻟﻜﻞ ﺣﺮﻑ ﺣﺪ ﻭﻟﻜﻞ ﺣﺪ‬
Adapun isyarah menurut istilah adalah ‫ﻣﻄﻠﻊ‬
apa yang ditetapkan (sesuatu yang bisa
ditetapkan/dipahami, diambil) dari suatu Artinya: “Setiap ayat itu mempunyai makna
perkataan hanya dari mengira-ngira tanpa dhahir dan batin, dan setiap huruf itu
harus meletakkannya dalam konteksnya (se- mempunyai batasan dan setiap batasan ada
suatu yang ditetapkan hanya dari bentuk tempat melihatnya.”
kalimat tanpa dalam konteksnya (Maruzi, Hadits di atas adalah merupakan dalil
1987:78). Menurut al-Jahizh bahwa ’isyarat yang digunakan oleh para sufi untuk
dan lafal adalah dua hal yang saling menjastifikasi tafsir mereka yang eksentrik,
bergandeng, isyarat banyak menolong lafal menurut mereka dibalik makna zahir dalam
(dalam memahaminya), dan tafsiran (ter- redaksi teks Al-Qur’an tersimpan makna
jemahan) lafal yang bagus bila mengindah- batin, mereka menganggap penting makna

Nana Mahrani |57


Jurnal Hikmah, Volume 14, No. 1, Januari – Juni 2017, ISSN :1829-8419

batin ini, mereka mengklaim bahwa penaf- bolehkan (dengan syarat), dan sebagian
siran seperti itu bukanlah unsure asing lainnya melarangnya (Az-Zarqani: 546).
(ghaib) melainkan sesuatu yang indera Tafsir Isyari dapat dibenarkan selama:
dengan Al-Qur’an. (Abidu, 2007:54). 1. Maknanya lurus, tidak bertentangan
Tafsir jenis ini telah dikenal sejak awal dengan hakikat-hakikat keagamaan, tidak
turunnya Al-Qur’an kepada Rasulullah SAW juga dengan lafazh ayat.
sehingga dasar yang dipakai dalam penaf- 2. Tidak menyatakan bahwa itulah satu-
siran ini umumnya juga mengacu pada satunya makna untuk ayat yang ditafsir-
penafsiran Al-Qur’an melalui hirarki kan.
sumber-sumber Islam tradisional yang 3. Ada korelasi antara makna yang ditarik
disandarkan kepada Nabi, para sahabat dan itu dengan ayat.
kalangan tabi’in. Sementara ulama menambah syarat
Disamping itu, selain penafsiran yang keempat bahwa ada dukungan dari sumber
disandarkan melalui jalan periwayatan secara ajaran agama yang mendukung makna Isyari
tradisional, ada sebuah doktrin yang cukup yang ditarik.
kuat dipegangi kalangan sufi, yaitu bahwa Badruddin Muhammad Ibn Adbullah
para wali merupakan pewaris kenabian. Az-Zarkasyi adalah termasuk golongan
Mereka mengaku memiliki tugas yang orang yang tidak mendukung tafsir isyari
serupa, meski berbeda secara substansial. (menolak tafsir bil isyari), hingga beliau
Jika para rasul mengemban tugas untuk mengatakan: “Adapun perkataan golongan
menyampaikan risalah ilahiyah kepada umat sufi dalam menafsirkan Al-Qur’an itu bukan
manusia dalam bentuk ajaran-ajaran agama, tafsir, melainkan hanya makna penemuan
maka para sufi memikul tugas guna yang mereka peroleh ketika membaca”.
menyebarkan risalah akhlaqiyah, ajaran- Seperti kata sebagian mereka tentang firman
ajaran moral yang mengacu kepada Allah dalam Surat At-Taubah ayat. 123:
š∅ÏiΒ Νä3tΡθè=tƒ šÏ%©!$# (#θè=ÏG≈s% (#θãΖtΒ#u tÏ%©!$# $pκš‰r'¯≈tƒ
keluhuran budi pekerti.
Klaim sebagai pengemban risalah
akhlaqiyah memberi peluang bagi kemung-
kinan bahwa para sufi mampu menerima yìtΒ ©!$# ¨βr& (#þθßϑn=÷æ$#uρ 4 Zπsàù=Ïñ öΝä3ŠÏù (#ρ߉Éfu‹ø9uρ Í‘$¤ à6ø9$#
pengetahuan Tuhan berkat kebersihan hati
mereka ketika mencapai tahapan makrifat ∩⊇⊄⊂∪ šÉ)−Gßϑø9$#
dalam tahap-tahap muraqabah kepada Allah
SWT. Walhasil, dalam penafsiran sufi Artinya : Hai orang-orang yang beriman,
mufassirnya tidak menyajikan penjelasan perangilah orang-orang kafir yang di sekitar
ayat-ayat Al-Qur’an melalui jalan i’tibari kamu itu, dan hendaklah mereka menemui
dengan menelaah makna harfiyah ayat secara kekerasan daripadamu, dan ketahuilah,
zahir. Tetapi lebih pada menyuarakan bahwasanya Allah bersama orang-orang
signifikansi moral yang tersirat melalui yang bertaqwa. (QS. At-Taubah:123).
penafsiran secara simbolik atau dikenal Yang dimaksudkan disini adalah
dengan penafsiran isyari. “nafsu”. Alasannya: Illat perintah memerangi
Ketika ilmu-ilmu agama dan sains orang yang disekeliling kita itu adalah karena
mengalami kemajuan pesat serta kebudayaan “dekat”. Padahal tidak ada suatu yang lebih
Islam menyebar keseluruh pelosok dunia dan dekat kepada manusia dari pada nafsunya
mengalami kebangkitan dalam segala segi- sendiri.
nya, maka berkembanglah ilmu tasawuf. Demikian juga An-Nasafi mengatakan,
Pandangan Ulama Tentang Tafsir Al- sebagaimana dijelaskan Az-Zarqani dan As-
Isyari Suyuti bahwa: “Nash-nash itu harus ber-
Hukum Tafsir bil-isyarah: Para ulama dasarkan zahirnya, memutarkan pada arti lain
berselisih pendapat dalam menghukumi tafsir yang dilakukan oleh orang kebatinan adalah
isyari, sebagian mereka ada yang memper-

58 | Tafsir Al-Isyari
Jurnal Hikmah, Volume 14, No. 1, Januari – Juni 2017, ISSN :1829-8419

merupakan bentuk penyelewengan” gerak seolah-olah dia seekor ular yang


(Hadnan, 1993: 46). gesit, larilah ia berbalik ke belakang
Contoh-Contoh Tafsir Al-Isyari tanpa menoleh (kemudian Musa diseru),
1. Contoh bentuk penafsiran secara Isyari “Hai Musa datanglah kepada-Ku dan
antara lain adalah pada ayat: janganlah kamu takut. Sesungguhnya
(٦٧: ‫ﺓﹰ )ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ‬‫ﻘﹶﺮ‬‫ﺍ ﺑ‬‫ﻮ‬‫ﺤ‬‫ﺬﹾﺑ‬‫ ﺃﹶﻥ ﺗ‬‫ﻛﹸﻢ‬‫ﺮ‬‫ﻳﺄﹾﻣ‬ َ‫ﺇﹺﻥﱠ ﺍﷲ‬ kamu termasuk orang-orang yang
aman”. (QS.Al-Qashash: 31), (Asy-
Yang mempunyai makna zhahir Syarifain,1971:20).
adalah “...Sesungguhnya Allah menyu- Para sufi mentakwilkan bahwa tongkat
ruh kamu menyembelih seekor sapi itu dilemparkan kepada siapapun yang ada di
betina...” tetapi dalam tafsir Isyari diberi muka bumi dan orang yang bergantung
makna dengan “...Sesungguhnya Allah kepada selain Allah.
menyuruh kamu menyembelih nafsu Kelebihan Atau Keunggulan Tafsir Al-
hewaniah...”. Isyari
Beberapa karya tafsir Isyari yang Mempelajari beberapa pokok bahasan
terkenal antara lain: Tafsir An Naisa- di atas terutama terhadap ulama yang men-
bury, Tafsir Al Alusy, Tafsir At Tastary, dukung dan memperbolehkan penafsiran
Tafsir Ibnu Araby. secara Isyari terlihat beberapa kelebihan
2. Contoh bentuk penafsiran secara Isyari yang dimiliki tafsir al-Isyari, yaitu :
antara lain adalah pada ayat: 1. Tafsir Isyari mempunyai kekuatan
(١ :‫ﺍﺫﺍ ﺟـﺎﺀ ﻧﺼﺮ ﺍﷲ ﻭﺍﻟﻔﺘﺢ )ﺍﻟﻨﺼﺮ‬ hukum dari Syara` sebagaimana telah
dijelaskan mengenai beberapa contoh
Artinya: “Apabila telah datang per- penafsiran secara Isyari, seperti penaf-
tolongan Allah dan kemenangan”. siran Ibnu `Abbas terhadap firman Allah
Tetapi dalam tafsir Isyari diberi Q.S. Al-`Nashr :1. Sehingga hampir
makna bahwa ayat tersebut menunjukkan semua sahabat dalam kasus tersebut tidak
isyarat dekatnya ajal Nabi Saw. ada yang memahami maknanya melain-
3. Contoh bentuk penafsiran secara Isyari kan makna secara zahir atau tekstual.
antara lain adalah pada ayat: 2. Apabila Tafsir Isyari ini, memenuhi
‫ﺍﺫﻫﺐ ﺇﱃ ﻓﺮﻋﻮﻥ ﺇﻧﻪ ﻃﻐﻰ‬ syarat-syarat tafsir sebagaimana yang
telah disepakati para ulama tafsir, maka
Artinya: “Pergilah kepada Fir’aun;
akan bertambah wawasan dan pengeta-
sesungguhnya ia telah melampaui
huan terhadap isi kandungan Al-Qur’an
batas.” (QS. Thaahaa: 24)
dan Hadits.
Dalam hal ini para sufi mentak-
3. Penafsiran secara Isyari tidaklah menjadi
wilkan Fir’aun dengan Hati. Maksudnya
aneh kalau Allah melimpahkan ilmu
bahwa Fir’aun itu sebenarnya hati setiap
pengetahuan kepada orang yang ia
manusia yang mempunyai sifat melam-
kehendaki serta memberikan pemahaman
paui batas.
kepada orang-orang pilihan, seperti Abu
4. Contoh bentuk penafsiran secara Isyari
Bakar, Umar, Ibnu `Abbas dan Nabi
antara lain adalah pada ayat:
Khidhir AS.
4’¯<uρ Aβ!%y` $pκ¨Ξr(x. •”tIöκsE $yδ#uu‘ $£ϑn=sù ( x8$|Átã È,ø9r& ÷βr&uρ 4. Penafsiran Isyari mempunyai pengertian-
pengertian yang tidak mudah dijangkau
( ô#y‚s? Ÿωuρ ö≅Î6ø%r& #y›θßϑ≈tƒ 4 ó=Ée)yèムóΟs9uρ #\Î/ô‰ãΒ sembarangan ahli tafsir kecuali bagi
mereka yang memiliki sifat kesempurna-
∩⊂⊇∪ šÏΖÏΒFψ$# zÏΒ š¨ΡÎ)
an Iman dan kemurnian ma`rifat.
5. Tafsir Isyari atau tafsir golongan yang
Artinya: “Dan lemparkanlah tongkat- ma`rifat kepada Allah jelas telah
mu. Maka tatkala (tongkat itu menjadi memahami makna tekstual atau makna
ular dan) Musa melihatnya bergerak- lahir dari Al-Qur’an, sebelum menuju

Nana Mahrani |59


Jurnal Hikmah, Volume 14, No. 1, Januari – Juni 2017, ISSN :1829-8419

kepada makna secara isyarat. Hal ini patung dan patung adalah sebagai peng-
mereka memiliki dua kelebihan, yaitu: ganti Allah.
a. Pertama, menguasai makna lahir ayat Penafsiran secara Isyari tidak dapat
atau hadits. dijangkau atau sulit dipahami oleh kaum
b. Kedua, memahami makna isyaratnya. awam yang berakibat pada rusaknya agama
Menelaah kembali perbedaan pan- orang-orang awam. Sebagaimana ungkapan
dangan ulama tafsir terhadap tafsir al-Isyari Ibnu Mas`ud ra, “Seseorang yang mengata-
terutama pendapat yang menganggap tafsir kan kata-kata dihadapan orang lain tidak
al-Isyari tergolong ke dalam tafsir mardud dimengerti hal itu akan menjadi fitnah buat
atau tertolak penuh dengan rekayasa dan mereka.”
khayalan para penafsir. Disini terlihat be-
berapa kelemahan yang dimiliki tafsir al- SIMPULAN
Isyari, yaitu sebagai berikut : Tafsir isyari adalah salah satu jenis
1. Apabila Tafsir Isyari ini, tidak memenuhi tafsir yang dalam memberikan penjelasan
syarat-syarat sebagaimana telah disebut- ayat-ayat Al-Qur’an kental dengan takwil,
kan di atas, maka tafsir ini dapat dikata- aspek-aspek esoterik dan isyarat-isyarat yang
kan tafsir dengan hawa nafsu atau rasio terkandung dalam teks ayat-ayat Al-Qur’an.
bertentangan dengan lahir ayat yang Terlepas dari kontroversi yang terjadi dalam
dilarang oleh Allah. mengomentari jenis tafsir ini, yang jelas
2. Tafsir Isyari yang telah kemasukan tafsir isyari adalah merupakan bentuk dari
pena`wilan yang rusak sebagaimana kontribusi dari ulama dalam memperkaya
dipergunakan oleh aliran kebatinan. pembendaharaan literatur tafsir yang sekali-
Tidak memperhatikan beberapa per- gus juga memperluas pemahaman tentang
syaratan yang telah ditetapkan Ulama makna Al-Qur’an. Ala kulli hal tafsir isyari
sehingga berjalan bagaikan unta yang telah memberi warna yang khas dalam
buta, yang akhirnya orang yang awam diskursus tafsir dari masa ke masa.
berani mencecerkan kitab Allah, menak- Sebagaimana aliran tafsir lainnya yang
wilkan menurut bisikan hawa nafsunya berpaling untuk dikembangkan, tafsir isyari
atau menurut bisikan setan. Orang-orang pun berkemungkinan bagi upaya pengem-
tersebut menduga bahwa hal itu termasuk bangannya untuk masa kini dan masa
tafsir Isyari akibat kebodohan dan mendatang. Tentu saja perhatikan terhadap
kesesatan mereka karena telah menye- rambu-rambu penafsiran supaya termasuk
lewengkan kitab Allah dan berjalan di tafsir isyari al-maqbul bukan tafsir isyari al-
atas pengaruh aliran kebatinan dan ateis. mardud. Berbeda dengan tafsir bi al-ma’sur
Hal semacam itu kalaupun bukan dan tafsir bi ar-ra’yi yang kebenaran
merupakan penyelewengan terhadap arti. (termasuk pengembangannya) relatif mudah
3. Penafsiran secara Isyari, kadang-kadang untuk diukur penerapan kriteria kebenaran
maknanya sangat jauh dari ketentuan- tafsir isyari sangatlah sulit. Ini terjadi karena
ketentuan agama yang sudah qath`i atau sumbernya lebih mengandalkan hati atau
pasti keharamannya. Seperti anggapan intuisi yang juga sangat sulit untuk dibeda-
Ibnu `Arabi terhadap orang-orang kan dari kemungkinan terkontaminasi
musyrik yang menyembah patung. dengan hawa nafsu yang keliru.
Menurutnya mereka pada hakikatnya
menyembah Allah bukan menyembah

60 | Tafsir Al-Isyari
Jurnal Hikmah, Volume 14, No. 1, Januari – Juni 2017, ISSN :1829-8419

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qattan, Manna’ Khalil. (1992). Mubahist fi Ulumil Qur’an, Terj. Drs. Mudzakir AS, Jakarta:
Pustaka Lintera AntarNusa.
Ash-shabuny, Muhammad Aly. (1999). Studi Ilmu Al-Qur’an, Bandung: Pustaka Setia.
As-Suyuti, Jalaluddin, (1399 H). Al-Itqan fi ‘ulum Al-Qur’an, Beirut: Dar al-Fikr.
Az Zarqani, Syaikh Muhammad Abdul Adzim, (tt). Manahilul ‘irfan fi ulum Al Qur’an, Daar
Ihya at Turats al Arabi, Cet.II, Beirut Libanon. Juz I.
Departemen Agama RI. (2007). Al-Qur’an Terjemah Per-Kata. Jakarta: Surat Muhammad (24),
Juz 26.
Hadnan, Ahmad Musthofa. (1993). Problematika Menafsirkan Al-Qur’an, (Semarang: Toha
Putra.
Izzan, Ahmad. (2011). Metodologi Ilmu Tafsir. Bandung: Buah Batu.
Maruzi, Muslich. (1987). Wahyu Al-Qur’an, Sejarah dan Perkembangan Ilmu Tafsir. Jakarta:
Pustaka Amani.
Rahman, Syeikh Khalid Abdur. (1994). Ushul Tafsir wa Qawa’iduhu, Damaskus, Dar an-Nafais.
Shihab, M. Quraish. (2013). Kaidah Tafsir. Tangerang: Lentera Hati.
Suma, Muhammad Amin, (2001). Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an. Jakarta: Pustaka Firdaus.
Zuhri, Ahmad. (2007). Risalah Tafsir, Berinteraksi dengan Al-Qur’an versi Imam Al-Ghazali,
Bandung: Citapusaka Media.

Nana Mahrani |61

Anda mungkin juga menyukai