Anda di halaman 1dari 17

RENCANA PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

( RPP Perbaikan )

Sekolah : SD Negeri 4 Jrakah


Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/ Semester : IV/ 2
Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit

A. STANDAR KOMPETENSI
2. Menggunakan pengukuran waktu, sudut, jarak, dan kecepatan dalam
pemecahan masalah

B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR


Muatan: Matematika
Kompetensi Dasar Indikator
3.12 Menjelaskan dan menentukan ukuran 3.12.1. Memahami pengertian dari
sudut pada bangun datar dalam sutuan sudut.
baku dengan menggunakan busur
derajat.
4.12 Mengukur sudut pada bangun datar 4.12.1. Menjelaskan pengertian dari
dalam satuan baku dengan sudut.
menggunakan busur derajat.

C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Melalui penjelasan guru siswa mampu memahami pengertian dari sudut.
2. Melalui penjelasan guru siswa mampu memahami menjelaskan pengertian
dari sudut.

D. TUJUAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN


1. Tujuan Perbaikan Bagi Siswa
a) Melalui media pembelajaran power point dapat meningkatkan minat
belajar siswa
b) Melalui metode pembelajaran diskusi dapat meningkatkan hasil
belajar siswa
2. Tujuan Perbaikan Bagi Guru
a) Untuk memperbaiki pembelajaran dengan sasaran hasil belajar
siswa
b) Untuk meningkatkan profesionalitas guru dalam mengelola
pembelajaran

E. MATERI
1. Pengertian Sudut
2. Pengukuran Sudut

F. PENDEKATAN & METODE


Pendekatan : Scientific
Strategi : Cooperative Learning
Teknik : Example Non Example
Metode : Penugasan, Pengamatan, Tanya Jawab, Diskusi dan Praktek

G. KEGIATAN PEMBELAJARAN
1. Pendahuluan ( 10 menit )
a. Salam pembuka
b. Berdoa
c. Absensi : Guru menanyakan kepada siswa : “siapa yang pernah
menulis sebuah karangan?” (eksplorasi)
d. Apersepsi dan motivasi
e. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

2. Kegiatan Inti ( 50 menit )


Mengamati
a. Siswa mengamati penjelasan guru tentang Pengertian dan
Pengukuran Sudut, (literasi)
Menanya
a. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang
materi yang telah disampaikan oleh guru. (Critical Thinking and
Problem Solving)
b. Siswa menanyakan penjelasan guru yang belum di pahami
c. Guru menjelasakan pertanyaan siswa

Menalar
a. Siswa mencoba berdiskusi dengan temannya tentang pengertian dan
unsur-unsur pembentuk sudut.
b. Guru menunjuk beberapa siswa untuk maju dan menjelaskan hasil
diskusi
c. Guru membimbing dan memberikan pembenaran apabila terdapat
kesalahan pada siswa
d. Guru menyatakan bahwa siswa telah paham tentang kegiatan yang
akan dilakukan

Mengkomunikasikan
a. Siswa mempresentasikan secara lisan kepada teman-temanya
tentang pengertian sudut(Comunicatian)
b. Siswa menyampaikan manfaat belajar materi ini secara lisan di
depan teman dan guru.

3. Kegiatan Penutup ( 10 Menit )


a. Guru dan siswa menyimpulkan cara menulis karangan
b. Pemberian tindak lanjut berupa PR
c. motivasi
d. Salam penutup
H. ALAT/BAHAN, MEDIA DAN SUMBER BELAJAR
1. Buku Matematika Kelas IV
2. Buku Tematik Matematika Kelas IV
3. LCD Proyektor
4. Laptop

I. PENILAIAN
SOAL KUNCI JAWABAN SKOR
1. Apa pengertian dari sudut ? Sudut adalah salah satu daerah
yang dibentuk dari dua buah
garis lurus yang akan bertemu 35
pada satu titik pangkal yang
sama.
2. Sebutkan unsur pembentuk unsur pembentuk sudut adalah
30
sudut ! kaki sudut dan titik sudut.
3. Sebutkan cara menamai 1. Apabila sudut tersebut
sudut ! besarnya kurang dari 90°
kita namakan = sudut lancip
2. Apabila sudut tersebut
besarnya tepat 90° kita
namakan = sudut siku-siku
3. Apabila sudut tersebut
besarnya lebih dari 90° kita
namakan = sudut tumpul
35
4. Apabila sudut tersebut
besarnya tepat 180° kita
namakan = sudut lurus
5. Apabila sudut tersebut
besarnya antara 180° - 360°
kita namakan = sudut
refleks
6. Apabila sudut tersebut
besarnya tepat 360° kita
namakan = sudut satu
putaran
7. Apabila sudut tersebut
memiliki titik sudut yang
terletak ditengah lingkaran
kita namakan = sudut pusat
Jumlah Skor 100

Pedoman Penskoran Nilai = (Skor Soal Benar : Skor Maksimal) x 100%

Mengetahui Boyolali, 11 April 2022


Kepala Sekolah, Guru Kelas 4 ,

SUYAMTO, S.Pd.SD KIKKI KURNIA SAPUTRI


NIP. 19660921 199111 1 001 NIM. 836797232
DASAR TEORI
1. Karakteristik Siswa SD
Sebagai seorang guru, terutama guru sekolah dasar harus memiliki
pemahaman terhadap karakteristik siswa sekolah dasar. Dengan
memahami karakteristik siswa, guru dapat merancang dan melaksanakan
pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa sehingga pembelajaran
yang dilaksanakan dapat berjalan sesuai dengan harapan. Menurut Susanto
2013: 70, satu hal yang tidak boleh dilupakan oleh guru atau pendidik di
sekolah dasar adalah guru hendaknya memahami karakteristik siswa yang
akan diajarnya. Karena anak yang berada di sekolah dasar tergolong anak
usia dini, terutama di kelas awal. Masa usia dini, merupakan masa yang
pendek bagi seseorang, akan tetapi pada masa itu justru masa-masa
terpenting untuk seseorang. Hal tersebut dikarenakan pada masa usia dini
usia sekolah dasar potensi-potensi yang dimiliki seseorang akan didorong
untuk berkembang, jika pada masa ini dorongan yang diberikan dapat
mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki seseorang, maka potensi-
potensi tersebut akan berkembang dengan optimal. Sebaliknya, jika pada
masa usia sekolah dasar potensi yang dimiliki seseorang tidak didorong
maka potensi tersebut tidak akan berkembang dengan optimal. Oleh
karena itu, pemahaman guru mengenai karakter anak sekolah dasar
sangatlah penting. Salah satu karakter anak sekolah dasar dapat dilihat dari
perkembangan kognitif anak.
Mulyani 2008: 1.15 menyatakan bahwa usia anak sekolah dasar
pada dasarnya merupakan peralihan dari taman kanak-kanak menuju ke
sekolah dasar, usia mereka rata-rata 6-12 tahun. Pada usia tersebut anak-
anak masih suka dengan bermain, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi,
senang bekerja kelompok. Dengan demikian, anak usia sekolah dasar
senang apabila belajar sambil bermain serta mengeksplor lingkungannya.
Pada anak usia sekolah dasar banyak mengalami perubahan baik
perubahan fisik atau perubahan mental. Faktor internal dan faktor ekstenal
sangat berpengaruh bagi perkembangan karakteristik anak usia sekolah
dasar. Faktor eksternal atau pengaruh dari luar yaitu lingkungan keluarga,
masyarakat, sekolah, dan pergaulan dengan sebaya sangat mempengaruhi
perubahan yang terjadi pada anak-anak. 23 Mulyani 2008: 2.2
mengemukakan bahwa perkembangan mental pada anak SD yang
menonjol meliputi perkembangan pertumbuhan fisik dan jasmani,
perkembangan intelektual dan emosional, perkembangan bahasa, serta
perkembangan sosial, moral dan sikap, yang dapat dijelaskan sebagai
berikut: a Perkembangan fisik dan jasmani, dalam perkembangan fisik dan
jasmani anak sangat berbeda satu sama lain, sekalipun usia anak tersebut
relatif sama. b Perkembangan intelektual dan emosional, perkembangan
intelektual anak sangat tergantung pada kesehatan gizi, kebugaran
jasmani, pergaulan dan pembinaan orang tua. c Perkembangan bahasa,
bahasa telah berkembang sejak anak berusia 4-5 bulan. Selanjutnya bahasa
berkembang setahap demi setahap sesuai dengan tumbuh kembangnya
anak. d Perkembangan sosial, moral, dan sikap. Perkembangan sosial
berkenaan dengan bagaimana anak berinteraksi sosial yang menyesuaikan
nila dan norma-norma yang berlaku. Berdasarkan pendapat di atas, bahwa
guru perlu mengetahui sifat dan karakteristik siswa SD agar dapat
memberikan pembelajaran sesuai dengan perkembang kognitif siswa
tersebut. Pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa akan
menjadikan pembelajaran yang lebih bermakna untuk siswa, sehingga
dapat meningkatkan hasil belajar siswa karena pembelajaran tersebut
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu guru juga harus
dapat menentukan materi pembelajaran yang akan diajarkan sesuai dengan
tingkat perkembangan dan karakteristik siswa SD. Bertumpu pada
karakteristik dan perkembangan kognitif siswa SD, maka dalam proses
pembelajaran untuk anak usia sekolah dasar hendaknya menerapkan
sistem belajar sambil bermain. Salah satu pembelajaran yang menerapkan
sistem belajar sambil bermain yaitu model Index Card Match. Proses
pembelajaran 24 dengan menggunakan model Index Card Match
menjadikan belajar lebih menyenangkan, karena siswa belajar sembari
bermain mencari kartu indeks yang dibagikan oleh guru. Siswa tidak
merasa bahwa mereka sedang belajar materi yang diajarkan oleh guru.
Menurut Thornburg (1984) anak sekolah dasar merupakan individu
yang sedang berkembang, barang kali tidak perlu lagi diragukan
keberaniannya. Setiap anak sekolah dasar sedang berada dalam perubahan
fisik maupun mental mengarah yang lebih baik. Tingkah laku mereka
dalam menghadapi lingkungan sosial maupun non sosial meningkat. Anak
kelas empat, memilki kemampuan tenggang rasa dan kerja sama yang
lebih tinggi, bahkan ada di antara mereka yang menampakan tingkah laku
mendekati tingkah laku anak remaja permulaan. Menurut Piaget (1993:89)
ada lima faktor yang menunjang perkembangan intelektual yaitu :
kedewasaan (maturation), pengalaman fisik (physical experience),
penyalaman logika matematika (logical mathematical experience),
transmisi sosial (social transmission), dan proses keseimbangan
(equilibriun) atau proses pengaturan sendiri (self-regulation ) Erikson
mengatakan bahwa anak usia sekolah dasar tertarik terhadap pencapaian
hasil belajar.
Mereka mengembangkan rasa percaya dirinya terhadap
kemampuan dan pencapaian yang baik dan relevan. Meskipun anak-anak
membutuhkan keseimbangan antara perasaan dan kemampuan dengan
kenyataan yang dapat mereka raih, namun perasaan akan kegagalan atau
ketidakcakapan dapat memaksa mereka berperasaan negatif terhadap
dirinya sendiri, sehingga menghambat mereka dalam belajar. Piaget
(1992:116) mengidentifikasikan tahapan perkembangan intelektual yang
dilalui anak yaitu : (a) tahap sensorik motor usia 0-2 tahun, (b) tahap
operasional usia 2-6 tahun, (c) tahap opersional kongkrit usia 7-11 atau 12
tahun, (d) tahap operasional formal usia 11 atau 12 tahun ke atas.
Darmodjo (1992:89), menjelaskan bahwa anak usia sekolah dasar
adalah anak yang sedang mengalami perrtumbuhan baik pertumbuhan
intelektual, emosional maupun pertumbuhan badaniyah, di mana
kecepatan pertumbuhan anak pada masing-masing aspek tersebut tidak
sama, sehingga terjadi berbagai variasi tingkat pertumbuhan dari ketiga
aspek tersebut. Ini suatu faktor yang menimbulkan adanya perbedaan
individual pada anak-anak sekolah dasar walaupun mereka dalam usia
yang sama.
Dengan karakteristik siswa yang telah diuraikan seperti di atas,
guru dituntut untuk dapat mengemas perencanaan dan pengalaman belajar
yang akan diberikan kepada siswa dengan baik, menyampaikan hal-hal
yang ada di lingkungan sekitar kehidupan siswa sehari-hari, sehingga
materi pelajaran yang dipelajari tidak abstrak dan lebih bermakna bagi
anak. Selain itu, siswa hendaknya diberi kesempatan untuk pro aktif dan
mendapatkan pengalaman langsung baik secara individual maupun dalam
kelompok.

2. Metode Diskusi
a. Pengertian Metode Diskusi
Metode pembelajaran merupakan instrumen penting dalam
proses pembelajaran yang memiliki nilai teoritis dan praktis. Metode
pembelajaran sekaligus juga menjadi variabel penting dalam proses
pembelajaran yang mempengaruhi hasil pembelajaran. Menurut
Muhaimin (dalam buku Ahmad Munjin Nasih dan Lilik Nur Kholidah,
2013: 49) menegaskan bahwa dalam proses pelaksanaan pendidikan
agama Islam dibutuhkan adanya metode yang tepat, agar dapat
menghantarkan tercapainya tujuan pendidikan yang dicita-citakan.
Metode adalah cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan
nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Ini berarti,
metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan.
Dengan demikian, metode dalam rangkaian sistem pembelajaran
memegang peran yang sangat penting. Keberhasilan implementasi
strategi pembelajaran sangat tergantung pada cara guru menggunakan
metode pembelajaran, karena suatu strategi pembelajaran hanya
mungkin dapat diimplementasikan melalui penggunaan metode
pembelajaran (Wina Sanjaya, 2011: 147).Metode diskusi adalah
metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu
permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan
suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami
pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan (Killen,
1998). Karena itu, diskusi bukanlah debat yang bersifat mengadu
argumentasi. Diskusi lebih bersifat bertukar pengalaman untuk
menentukan keputusan tertentu secara bersama-sama. Selama ini
banyak guru yang merasa keberatan untuk menggunakan metode
diskusi dalam prosespembelajaran. Keberatan itu biasanya timbul dari
asumsi: pertama, diskusi merupakan metode yang sulit diprediksi
hasilnya oleh karena interaksi antar siswa muncul secara spontan,
sehingga hasil dan arah diskusi sullit ditentukan: kedua, diskusi
biasanya memerlukan waktu yang cukup panjang, padahal waktu
pembelajaran di dalam kelas sangat terbatas, sehingga keterbatasan itu
tidak mungkin dapat menghasilkan sesuatu secara tuntas. Sebenarnya
hal ini tidak perlu dirisaukan oleh guru. Sebab, dengan perencanaan dan
persiapan yang matang kejadian semacam itu bisa dihindari. (Wina
Sanjaya, 2011:55)
Metode diskusi adalah suatu cara mempelajari materi
pelajaran dengan memperdebatkan masalah yang timbul dan saling
mengadu argumentasi secara rasional dan objektif. Cara ini
menimbulkan perhatian dan perubahan tingkah laku anak dalam
berubah. Metode diskusi juga dimaksudkan untuk dapat merangsang
siswa dalam belajar dan berpikir secara kritis dan mengeluarkan
pendapatnya secara rasional dan objektif dalam pemecahan suatu
masalah (M. Basyiruddin Usman, 2002: 36).Metode diskusi merupakan
kegiatan tukar menukar informasi, pendapat dan unsur-unsur
pengalaman secara teratur. Menurut Gulo (dalam buku Ahmad Munjin
Nasih dan Lilik Nur Kholidah, 2013: 57) menegaskan bahwa metode
diskusi merupakan metode pembelajaran yang tepat untuk
meningkatkan kualitas interaksi antara peserta didik. Tujuannya ialah
untuk memperoleh pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti
tentang sesuatu, disamping untuk mempersiapkan dan menyelesaikan
keputusan bersama.
Djamarah (2000:2), menjelaskan bahwa metode adalah ilmu
tentang jalan yang dilalui untuk mengajar kepada anak didik supaya
dapat tercapai tujuan belajar dan mengajar. Sedangkan Kerada Emzir
(2007:3), mengatakan metode adalah prosedur atau cara yang ditempuh
untuk mencapai tujuan tertentu, supaya dapat tercapai tujuan belajar
dan mengajar.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas peneliti menyimpulkan
metode adalah suatu cara kerja atau sistematis untuk memahami suatu
subjek atau objek agar tercapai tujuan pembelajaran.
Menurut Taniredja (2011:23), metode diskusi adalah suatu
cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberi kesempatan
kepada siswa (kelompok- kelompok siswa) untuk mengadakan
perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat
kesimpulan, atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atas suatu
masalah.
Aqib (2014:107) mengatakan metode diskusi merupakan
interaksi antara siswa dengan siswa atau siswa dengan guru untuk
menganalisis, memecahkan masalah, menggali, memperdebatkan topik
atau permasalahan tertentu.
Sedangkan menurut Djamarah (2006:99), metode diskusi
adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa dihadapkan kepada suatu
masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat
problematik untuk dibahas dan dipecahkan bersama, sehingga terjadi
interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar
menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas peneliti menyimpulkan
metode diskusi adalah proses pembelajaran dimana guru memberi
kesempatan kepada para siswa/kelompok untuk mengadakan
perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat
kesimpulan atau menyusun berbagai alternative pemecahan atas
sesuatu masalah.
3. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pelajaran
Media berasal dari bahasa Latin yang merupakan bentuk
jamak dari kata “medium”. Secara harfiah, artinya adalah
“perantara” atau “pengantar”. Oleh karenanya, media dipahami
sebagai perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima
pesan. Media pembelajaran bisa dikatakan sebagai alat yang bisa
merangsang siswa sehingga terjadi proses belajar (Haryono,
2014:47).
Menurut Musfiqon (2012:28) media pembelajaran
didefinisikan sebagai alat bantu berupa fisik maupun nonfisik yang
sengaja digunakan sebagai perantara anatara guru dan siswa dalam
memahami materi pembelajaran agar lebih efektif dan efesien.
Sehingga materi pembelajaran agar lebih cepat diterima siswa
dengan utuh serta menarik minat siswa untuk belajar lebih lanjut.
Beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
media pembelajaran merupakan sebagai segala sesuatu yang dapat
menyalurkan pesan, dapat merangsang pikiran, perasaan, dan
kemauan siswa sehingga dapat mendorong terciptanya proses
belajar untuk menambah informasi baru pada diri siswa. Media
memberikan rangsangan bagi siswa untuk melaksanakan proses
pembelajaran.
4. Media Power Point
a. Pengertian Power Point
Microsoft Power Point adalah program komputer yang
dikhususkan untuk presentasi. Microsoft Power Point ini merupakan
pengembangan dari microsoft lainnya. Aplikasi Microsoft Power
Point ini pertama kali dikembangkan oleh Bob Gaskin dan Dennis
Austin sebagai presentator untuk perusahaan bernama Forethought,
Inc yang kemudian mereka ubah namanya menjadi Power Point.
Microsoft Office Power Point adalah sebuah program
komputer untuk presentasi yang dikembangkan oleh Microsoft,
disamping Microsoft word dan excel yang telah dikenal banyak
orang (Rusman dkk, 2013: 300). Program power point merupakan
salah satu software yang dirancang khusus untuk mampu
menampilkan program multimedia menarik, mudah dalam
pembuatan, mudah dalam penggunaan dan relatif murah, karena
tidak membutuhkan bahan baku selain alat untuk penyimpanan data
(Rusman dkk, 2013: 301).
Hujair AH. Sanaky (2009: 127-128) mengemukakan
bahwa media power point adalah program aplikasi presentasi
yang merupakan salah satu program aplikasi dibawah Microsoft
Office program komputer dan tampilan ke layar menggunakan
bantuan LCD proyektor.
Menurut Mardi dkk (2007: 69) Microsoft Power Point
adalah salah satu program aplikasi dari Microsoft yang dapat
digunakan untuk melakukan presentasi, baik untuk melakukan
sebuah rapat maupun perencanaan kegiatan lain termasuk
digunakan sebagai media pembelajaran di sekolah.
Menurut Sukiman (2011: 213) Microsoft Power Point
merupakan salah satu produk unggulan Microsoft Corporation
dalam program aplikasi presentasi yang paling banyak digunakan
saat ini. Hal ini dikarenakan banyak kelebihan di dalamnya
dengan kemudahan yang disediakan. Pemanfaatan media
presentasi ini dapat digunakan oleh pendidik untuk
mempresentasikan materi pembelajaran ataupun tugastugas yang
akan diberikan.
Menurut Jufriady Hidayat (2008, h. 65) : menyatakan
bahwa: Microsoft powerpoint merupakan sebuah software yang
dibuat dan dikembangkan oleh perusahaan microsoft, dan
merupakan salah satu program berbasis multimedia. Dalam
komputer, biasanya program ini sudah dikelompokkan dalam
program microsoft office. Program ini dirancang khusus untuk
menyampaikan presentasi, baik yang diselenggarakan oleh
perusahaan, pemerintah, pendidikan, maupun perorangan dengan
berbagai fitur menu yang mampu menjadikannya sebagai media
komunikasi yang menarik. Beberapa hal yang menjadikannya
sebagai media alat presentasi adalah berbagai kemampuan
pengolahan teks, warna, dan gambar, serta animasianimasi yang
bisa diolah sendiri sesuai kreatifitas penggunanya. Pada
prinsipnya program microsoft powerpoint ini terdiri dari beberapa
unsur dan pengontrolan operasionalnya. Unsur yang dimaksud
terdiri dari slide, teks, gambar dan bidangbidang warna yang
dapat dikombinasikan dengan latar belakang yang telah tersedia.
Unsur tersbut dapat kita buat tanpa gerak, atau dibuat dengan
gerakan tertentu sesuai keinginan kita. Seluruh tampilan dari
program ini dapat kita atur sesuai keperluan, apakah akan berjalan
sendiri sesuai timing yang kitainginkan, atau berjalan secara
manual, yaitu dengan mengklik tombol mouse. Biasanya jika
digunakan untuk penyampaian bahan ajar yang mementingkan
terjadinya interaksi antara peserta didik dengan tenaga pendidik,
maka kontrol operasionalnya menggunakan cara manual.
Menurut Daryanto (2010, h. 163) Media Power Point
merupakan sebuah software yang dibuat dan dikembangkan oleh
perusahaan microsoft, dan merupakan salah satu program berbasis
multimedia. Di dalam komputer program ini biasanya sudah
dikelompokkan dalam program microsoft office. Program ini
dirancang khusus unutk menyampaikan persentasi dengan
berbagai fitur menu yang mampu menjadikannya sebagai media
komunikasi yang menarik. Riyana (2008, h. 102) mengatakan
“Microsoft Office Power Point memiliki kemampuan untuk
menggabungkan berbagai unsur media seperti pengolahan teks,
warna, gambar, serta animasi, serta suara”. Terdapat tiga tipe
Microsoft Office Power Point yaitu personal presentation stand
alone dan web based.
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa
power point adalah program aplikasi presentasi yang merupakan
salah satu program aplikasi dibawah Microsoft Office, yang
mudah dan sering digunakan sebagai media pembelajaran di
sekolah.
5. Mata Pelajaran Matematika SD
Matematika adalah suatu alat untuk mengembangkan cara
berpikir, karena itu matematika sangat diperlukan baik untuk
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk
menunjang kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (Offirston,
2014:1). Ini berarti ahwa belajar matematika untuk mempersiapkan
siswa agar mampu menggunakan pola pikir matematika dalam
kehidupan kesehariannya dan dalam mempelajari ilmu pengetahuan
lain.
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari
perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam
berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia (Depdiknas,
2006:147).Sedangkan pembelajaran diartikan sebagai suatu usaha
yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional
yang dimiliki guru untuk menjadikan seseorang bisa mencapai tujuan
kurikulum (Kosasih, 2014:11). Suatu pembelajaran berlangsung
secara efektif apabila tujuannya tercapai sesuai dengan yang telah
direncanakan.
Ensiklopedia Indonesia menyebutkan istilah matematika
berasal dari bahasa Yunani “Mathematikos” secara ilmu pasti atau
“Mathesis” yang berarti ajaran, pengetahuan abstrak dan deduktif,
dimana kesimpulan tidak ditarik berdasarkan pengalaman keinderaan,
tetapi atas kesimpulan yang ditarik dari kaidah – kaidah tertentu
melalui deduksi. Jadi, berdasarkan asal katanya matematika berarti
ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir ( bernalar ).
Pembelajaran matematika adalah membentuk logika berpikir
bukan sekedar pendai berhitung. Berhitung dapat dilakukan dengan
alat bantu, seperti kalkulator dan komputer, namun menyelesaikan
masalah perlu logika berpikir dan analisis (Fatimah, 2009:8). Oleh
karena itu, siswa dalam belajar matematika harus memiliki
pemahaman yan benar dan lengkap sesuai tahapan, melalui cara dan
media yang menyenangkan dengan menjalankan prinsip matematika.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran matematika merupakan disiplin ilmu yang berbeda
dengan yang lain. Pembelajaran matematika di sekolah dasar
merupakan salah satu kajian yang penting untuk diberikan kepada
semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk membekali siswa dengan
kemampuan menghitung dan mengolah data. Kompetensi tersebut
diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh,
mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada
keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif. Pembelajaran
matematika juga dapat digunakan untuk sarana dalam pemecahan
masalah dan mengomunikasikan ide atau gagasan dengan
menggunakan simbol, tabel, diagram, dan media lain.

6. Hasil Belajar
Masalah belajar adalah masalah bagi setiap manusia, dengan
belajar manusia memperoleh keterampilan, kemampuan sehingga
terbentuklah sikap dan bertambahlah ilmu pengetahuan. Jadi hasil
belajar itu adalah suatu hasil nyata yang dicapai oleh siswa dalam
usaha menguasai kecakapan jasmani dan rohani di sekolah yang
diwujudkan dalam bentuk raport pada setiap semester.

Untuk mengetahui perkembangan sampai di mana hasil yang


telah dicapai oleh seseorang dalam belajar, maka harus dilakukan
evaluasi. Untuk menentukan kemajuan yang dicapai maka harus ada
kriteria (patokan) yang mengacu pada tujuan yang telah ditentukan
sehingga dapat diketahui seberapa besar pengaruh strategi belajar
mengajar terhadap keberhasilan belajar siswa. Hasil belajar siswa
menurut W. Winkel (dalam buku Psikologi Pengajaran 1989:82)
adalah keberhasilan yang dicapai oleh siswa, yakni prestasi belajar
siswa di sekolah yang mewujudkan dalam bentuk angka.

Menurut Winarno Surakhmad (dalam buku, Interaksi Belajar


Mengajar, (Bandung: Jemmars, 1980:25) hasil belajar siswa bagi
kebanyakan orang berarti ulangan, ujian atau tes. Maksud ulangan
tersebut ialah untuk memperoleh suatu indek dalam menentukan
keberhasilan siswa.

Menurut Rusmono (2017) menyatakan bahwa Hasil belajar


adalah perubahan perilaku individu yang meliputi ranah kognitif,
afektif, dan pisikomotorik. Perubahan perilaku tersebut diperoleh
setelah siswa menyelesaikan program pembelajarannya melalui
interaksi dengan berbagai sumber belajar dan lingkungan belajar.
“hasil belajar merupakan perilaku yang dapat diamati dan menunjukan
kemampuan yang dimiliki seseorang. Kemampuan siswa yang
merupakan perubahan perilaku sebagai hasil belajar itu dapat
diklasifikasikan dalam dimensi-dimensi tertentu” (Ahiri 2017, h. 18).

Jadi dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa


hasil belajar merupakan ketercapaian tujuan belajar yang diperoleh
melalui pengalaman pembelajaran yang bisa dilihat dari hasil
penilaian tertulis maupun penilaian tidak tertulis yang telah dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai