PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kata "jemaat" adalah kata serapan dari bahasa Arab, menurut kamus besar bahasa
Indonesia adalah 'himpunan umat.'' Kata yang sinonim dengannya adalah 'Gereja' yang
berasal dari bahasa Portugis 'igreja,’ yaitu kata yang diserap dari para misionaris Portugis. 1
Keduanya bisa diartikan sebagai kata yang bermakna sama secara etimologi. Hal ini jauh
Makna gereja atau jemaat ini berbeda pula dengan kata yang dipakai Alkitab
antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Dalam Perjanjian Lama menggunakan
menjelaskan secara rinci dalam bukunya mengenai hubungan pengertian jemaat atau
gereja ini antara Perjanjian Lama dengan Perjanjian Baru sebagai berikut:
Ekklesia sama dengan qahal dalam Perjanjian Lama. Ia juga sebenarnya bukan
persekutuan kultus. Yang disebut Qahal Yahwe ialah umat atau jemaat Allah, yang
berkumpul mengelilingi Yahwe sebagai Allah perjanjian. Tetapi bukan dia yang
mengambil inisiatif dalam hal ini. Perkumpulannya itu bukanlah usahanya sendiri. Ia
dikumpul karena ia dikumpulkan oleh Yahwe. Yahwe yang bertindak. Yahwe yang
mengambil inisiatif. Dalam qahal Yahwe Tuhan Allah langsung berhubungan dengan
anggota-anggotanya. Benar, disana ada imam, tetapi fungsinya tidak sama dengan
imam-imam kafir. Ia bukanlah “homo Religiosus”, yang merupakan saluran yang
Makna jemaat dalam Perjanjian Lama lebih mengarah pada suatu persekutuan
yang diprakarsai oleh Allah. Bukan karena adanya ketulusan yang terluapkan melalui
pemujaan atau penyembahan kepada Sang Khalik. Begitu pula dalam penjelasan-
penjelasan tentang qahal oleh berbagai sumber: pertama, qahal menunjukkan sidang
1Taw 29:1). Jemaah/Assembly (Hak 21:8*). Maka konsep orang Israel tentang
istilah dalam perjanjian lama adalah “qahal” (atau kahal), dengan arti memanggil,
atau kata “edhah” yang artinya, memilih atau menunju. “Keluaran 12:6 “Kamu harus
mengurungnya sampai hari yang keempat belas bulan ini; lalu seluruh jemaah Israel
yang berkumpul, harus menyembelihnya pada waktu senja.” pengertian ayat ini
menekankan pada kumpulan jemaah atau adanya jemaah yang bertemu bersama-sama
di satu tempat yang telah ditunjuk atau sebuah pertemuan dari umat.”4
2
J. L. Ch. Abineno, Jemaat (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1987) hal. 18.
3
Lukas Istiadi, Gereja dan Peranannya
(http://lukasistiadi.blogspot.co.id/2012/08/gereja-dan-peranannya.html) 1 Maret
2017.
4
Herry Budiman Damanik, Dogma Gereja, Roh Kudus, dan Akhir Zaman
(https://herrybudiman.wordpress.com/2010/04/27/dogma-gereja-roh-kudus-dan-
akhir-zaman/) 1 Maret 2017.
Berikutpun penjelasan Abineno mengenai makna jemaat yang terkandung pada
Ekklesia tidak melanjudkan tradisi qahal Yahwe, keduanya erat berhubungan dan
mempunyai sifat-sifat yang sama: juga ekklesia bukanlah persekutuan kultus yang
statis. Sebagai umat Allah yang baru, yang mendapat tugas untuk menyampaikan
keselamatan-Nya kepada segala bangsa, ia (selalu) dinamis dan terbuka.5
Perbedaan yang terjadi dalam makna yang terkandung dalam kata yang sama,
yaitu jemaat atau gereja ini menjadi gambaran tindakan Allah berbentuk visi yang
oleh hikmat-Nya menyatakan kepada orang-orang yang menulis Alkitab. Salah satu
visi yang dapat dilihat adalah pada Matius 16:18. Yesus mengatakan kata jemaat yang
pertama kalinya, yang berunsurkan visi Yesus bagi orang-orang yang mengikuti Dia.
Kedatangan Yesus memiliki visi yang jelas, yaitu semua manusia terselamatkan
(Matius 9:13; Yohanes 3:16; dst.). Visi tersebut begitu melekat dalam diri-Nya,
Markus 16:19).
Visi merupakan tujuan jangka panjang yang ingin dicapai seseorang. 6 Visi besar ini Ia
serahkan kepada murid-murid-Nya yang merupakan pengikut-Nya pada waktu itu (Markus
16:14). Tujuan-Nya agar sekalian bangsa mengenal dan menjadi pengikut-Nya yang setia
hingga akhir. Segala makhluk (Markus 16:15) merupakan sasaran dari visi ini. Perlu
5
J. L. Ch. Abineno, Jemaat (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1987) hal. 19.
6
TP, Kamus Definisi dan Pengertian Terlengkap Untuk Anda Menggali
Informasi (http://definisipengertian.net/pengertian-visi-dan-misi-beserta-
perbedaannya/) 1 Maret 2017.
diingatkan kembali bahwa jemaat (ekklesia) yang dinamis akan terus melakukan tindakan-
tindakan perubahan oleh pembaharuan budi setelah menerima Yesus dan terus terbuka
merupakan pengikut-Nya, namun sudakah tugas yang Yesus amanatkan itu benar-benar
dilaksanakan oleh jemaat pada masa kini? Lebih banyak yang terhambat daripada yang
berhasilnya. Jemaat pada masa kini sering ditemukan dalam keadaan statis dan tidak dinamis
seperti yang Yesus inginkan. Memang ada jemaat yang sudah beribadah dalam gedung
mewah, tetapi sikap hidup yang dikerjakan tidak secantik gedung yang dilihat oleh orang
sekitar. Ada jemaat yang terlihat beribadah dalam gedung gereja yang sederhana dengan
tidak ada perubahan yang terjadi dari tahun ketahun. Hanya terus melaksanakan tugas dan
semata sebagai rutinitas atau seperti pengertian dari kata “qahal”. Dan ada jemaat yang dalam
kelompok beribadahnya yang susah sekali untuk berkembang dan menuju pada ambang
Jemaat pada masa kini disatukan oleh organisasi yang masing-masing memiliki upaya
dan disiplin secara khusus agar terwujudnya visi yang ingin dicapai. Penataan dalam
pelayanan pada setiap persekutuan jemaat secara khusus jemaat Kristen telah tentu baik dan
diharapkan terus bergerak menuju kepada pencapaian visi Yesus. Dalam menyukseskan visi
Yesus tersebut, tidak terlepas tentunya peran pemimpin organisasinya atau gembala
sidangnya. Tanpa pemimpin yang tepat, maka tidaklah mungkin tercipta anggota jemaat yang
sehat secara rohani hingga bertumbuh dan berbuah bagi Kristus serta menggenapi visi Allah
tersebut.
Berbicara tentang oraganisasi jemaat, sukses dalam mencapai visi suatu
organisasi berarti sukses dalam system yang dijalankan oleh organisasi tersebut.
Suksesnya system tersebut dimulai dengan bagaimana penataan pelayanan yang tepat
menjawab kebutuhan jemaatnya, secara khusus kebutuhan dasar hidup, yaitu iman
kepada Yesus Kristus, atau kerohanian jemaat tersebut. Penataan pelayanan yang
berhasil tidak terlepas dari penataan pelayanan oleh gembala sidang atau
yang pemimpin lakukan. Karena seperti apa pemimpin, seperti itu pula anggota.
organisasi.”7 Semua anggota jemaat akan mencintai tanggung jawab yang ada dalam
organisasinya dan akan menghasilkan kerja sama yang bergerak terus maju dan
mencapai visinya.
kerohanian jemaat serta mencapai visi-Nya, secara khusus penulis meneliti jemaat
GKII Kota Bangun sebagai objek penelitian dalam menyukseskan penulisan ini akan
7
TP, Kepemimpinan (https://id.wikipedia.org/wiki/Kepemimpinan) 1 Maret
2017.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, dapat dirumuskan beberapa masalah yang akan
Kota Bangun?
Hipotesis
Dari rumusan masalah diatas, hipotesis yang penulis dapat uraikan adalah sebagai
berikut:
tersebut.
sendiri, gembala sidang yang pernah memimpin, dan kurangnya kerja sama
jemaat local.
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Dari uraian tujuan penelitian diatas, penulis dapat menjelaskan manfaat dari
Kota Bangun, agar menjadi bahan acuan penelitian selanjudnya dalam rangka
menemukan metode lain yang bertujuan sama yaitu meningkatkan kualitas
Kota Bangun.
meneruskan program dan visi dalam jemaat GKII Kota Bangun Karena tidak
akan kehabisan waktu untuk mencari lagi siapa atau apa dalang dalam
gembala sidangnya dapat menjadikan penulisan ini sebagai masukan yang tepat untuk
Penulis meneliti, bagaimana system yang berlaku pada gereja yang diteliti,
bekerja, dan pentingnya peran system tersebut, sehingga tercapailah system yang
Pemahaman Judul
Dalam penulisan skripsi ini judul yang diangkat ialah: “Peranan Penatalayanan
Peranan
Peranan adalah bagian yang dimainkan seorang pemain (dalam sandiwara, film,
8
Kamus Besar Bahasa Indonesia, S. V., Peranan.
Penatalayanan
Penatalayanan terdiri dari dua kata dasar: yaitu: “tata” dan “layan”. Tata, artinya
aturan, dan dari kata “layan”, muncul istilah “pelayanan”. Maka penatalayanan
Kepemimpinan
Gembala
Sidang
Sidang adalah Orang banyak; public; (para untuk menyatakan banyak); sekalian.12
Meningkatkan
9
M. S. Anwari, Peranan Pentalayanan dalam Pengembangan Jemaat (Jatim:
Penerbit Gandum Mas, TT), hal. 7.
10
Kamus Besar Bahasa Indonesia, S. V., Kepemimpinan.
11
Ibid., Gembala.
12
Kamus Besar Bahasa Indonesia, S. V Sidang.
Meningkatkan adalah menaikan(derajat, taraf, dsb); mempertinggi; memperhebat
(produksi dsb).13
Kerohanian
Sistematika Penulisan
dituangkan ke dalam lima bab, dan masing-masing bab diuraikan ke dalam sub-sub
Bab pertama adalah pendahuluan, secara berurutan berisi latar belakang masalah,
Bab kedua adalah kajian teori yang merincikan dasar Alkitab dan teori-teori
13
Ibid., Meningkatkan.
14
Ibid., kerohanian.
penghambat pelaksanaan penatalayanan kepemimpinan gembala sidang, dan system
kerohanian jemaat.
Bab ketiga adalah metodologi penelitian yang berisi jadwal penelitian, populasi
Bab empat adalah analisis data dan pengujian hipotesis, menguraikan tentang
deskripsi data, deskripsi data responden, deskripsi data variable penelitian, pengujian
Bab lima adalah bab penutup yang berisi kesimpulan, implikasi dan saran.