Anda di halaman 1dari 18

PERAN GURU DALAM MEMBIASAKAN SIKAP PERCAYA DIRI PADA ANAK

KELOMPOK B MELALUI METODE BERNYANYI DI PAUD TUNAS BANGSA


SKB KECAMATAN KEMBAYAN KABUPATEN SANGGAU

MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknik Penulisan Karya Ilmiah

Disusun oleh :

WENNY RABIANY
NIM : 858040022

UNIVERSITAS TERBUKA
PONTIANAK 2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Percaya diri merupakan salah satu aspek perkembangan mental dan karakter anak
yang percaya diri akan menjadi modal penting bagi masa depannya ketika menginjak
usia dewasa,sehingga mampu merespon setiap tantangan dengan lebih realistis,perlu di
kembangan pada anak usia dini.
Percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki merupakan bekal yang sangat
penting bagi seseorang dalam kehidupannya. Ketika seseorang percaya terhadap
kemampuan yang di milikinya maka dirinya akan merasa mampu untuk melakukan
segala sesuatu. Kepercayaan kepada dirinya yang akan memotivasi untuk berusaha
mencapai tujuannya. Kesuksesan dalam segala bidang akan sulit di capai jika seseorang
tidak memiliki kepercayaan diri yang cukup.
Orang –orang yang percaya diri memandang dunia sebagai hal yang dapat
dikendalikan dan memandang diri sebagai seorang yang kompeten , oleh karena mereka
cenderung berhasil. Perasaan-perasaan belum matang seperti rasa cemas,amarah,rasa
salah, rasa malu, dan mengasihani diri sendiri tidak akan menghantui diri mereka.
Percaya diri merupakan sikap dan keyakinan untuk memulai, oleh sebab itu
kepercayaan diri memiliki keyakinan, optimisme, individualitas, dan ketidak
tergantungan. Seseorang yang memiliki kepercayaan diri cenderung memiliki keyakinan
akan kemampuan untuk mencapai keberhasilan. Dalam kaitan dengan perkembangan
anak perlu di lakukan oleh pendidik(guru). Berdasarkan undang-undang 20 tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional berkaitan dengan pendidikan anak usia dini tertulis
pada pasal 28 ayat 1 yang berbunyi “ pendidikan anak usia dini diselenggarakan bagi
anak sejak lahir sampai dengan enam tahun dan bukan merupakan persyaratan untuk
mengikuti pendidikan dasar” . oleh karena itu, peserta didik dibina untuk
mengembangkan potensi seluruh aspek perkembangannya. Salah satu aspek yang
penting untuk dikembangkan adalah aspek percaya diri.
Menurut Karin irenland (2003:39)”,kepercayaan diri anak dengan memberikan
dukungan dan bukan sekedar nasihat belaka, karena kepercayaan diri sangat dibutuhkan
dalam kehidupan anak sebagai bekal mengatasi setiap tantanggan serta problematika
hidupnya nanti “. Jika anak terlihat optimis dan percaya diri , maka ia berpotensi
menjadi seorang yang mandiri dan sukses di kemudian hari. Bilamana kepercayaan diri
anak tidak tumbuh dengan baik, akan mengakibatkan anak itu tidak dapat mengatasi
permasalahan yang dihadapinya.
Percaya diri adalah kesadaran yang kuat tentang harga diri dan kemampuan diri
sendiri. Anak yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi merupakan pribadi yang bisa
dan mau belajar , serta berperilaku positif dalam hubungan dengan orang lain bahkan
orang dewasa sekalipun.
Kurang disadari bahwa seseorang yang kehilangan kepercayaan akan kemampuan
dirinya sendiri berakibat fatal dalam pencapaian kesuksesan dalam hidupnya. Seseorang
yang kehilangan kepercayaan terhadap dirinya sendiri selalu dalam keraguan bila
bertindak dan dalam pengambilan suatau keputusan.
Anak usia dini memiliki karakteristik yang khas, baik secara fisik, psikis, sosial,
moral, dan sebagainya. Masa kanak-kanak juga masa yang paling penting untuk
sepanjang usia hidupnya. Sebab masa kanak-kanak adalah masa pembentukan fondasi
dan kepribadian yang akan membentuk pengalaman anak selanjutnya. Sedemikian
petingnya usia tersebut maka memahami karakteristik anak usia dini mejadi mutlak
adanya bila ingin memiliki generasi yang mampu menggembangkan diri secara optimal.
Guru merupakan aktor utama ,sekaligus yang menetukan berhasil atau tidaknya
proses pembelajaran. Selain harus memiliki pemahaman, keterampilan, dan kompotensi
mengetahui karakter , guru juga harus memiliki karakter mulia itu dalam dirinya sendiri.
Guru juga merupakan salah satu komponen penting dalam pendidikan dan proses belajar
mengajar.
Menurut chotimah (Asmani , 2012:20)” guru dalam pengertian sederhana adalah
orang yang memfasilitasi alih ilmu pengetahuan dari sumber belajar kepada peserta
didik”. Namun perlu diketahuai bahwa tugas guru tidak hanya terbatas pada
penyampaian ilmu pengetahuan saja, tetapi guru juga harus memiliki kemampuan untuk
memahami peserta didiknya yang memiliki berbagai keunikan agar mampu membantu
mereka dalam menghadapi kesulitan belajar.

Peran guru dan peserta didik yang dimaksud di sini adalah berkaitan dengan peran
dalam proses pembelajaran. Guru dan peserta didik merupakan faktor penentu yang
sangat dominan dalam pendidikan umumnya, karena guru dan peserta didik memegang
peranan dalam proses pembelajaran, di mana proses pembelajaran merupakan inti dari
proses pendidikan secara keseluruhan yang bertujuan terjadinya perubahan tingkah laku
anak.
Oleh karena itu peran guru merupakan peran yang berkaitan dengan tugas-tugas
dan pembinaan minat, bakat kemampuan, potensi-potensi yang memilki oleh peserta
didik, sehingga dapat berkembang dan dapat meningkatkan pertumbuhan peserta didik
dalam memperoleh pengalaman serta berkaitan dengan mendisiplinkan peserta didik
agar menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah, hidup dalam kelurga dan masyrakat ,
dan dapat meningkatkan rasa percaya diri anak.
Kurang percaya diri pada anak dapat dilihat dari permasalahan yang terjadi ketika
proses pembelajaran di kelas. Sebagaimana hasil observasi awal yang dilaksanakan di
PAUD Tunas Bangsa SKB Kecamatan Kembayan Kabupaten Sanggau menunjukan
bahwa dari keseluruhan siswa yang di lakukan observasi masih ada anak yang lebih
memilih diam saat gurunya meminta bernyanyi di depan kelas.
Pada saat guru meminta anak untuk maju ke depan kelas, mereka tidak mau dan
guru harus membujuk anak-anak terlebih dahulu. Anak-anak tidak berani maju kedepan
kelas untuk melakukan tugas yang telah guru berikan. Dalam pengamatan yang
dilakukan, peneliti juga menemukan bahwa guru hanya terfokus pada beberapa anak
yang aktif di dalam kelas. Guru kurang memperhatikan kepercayaan diri anak. Peran
guru dalam meningkatkan kepercayaan diri anak yang dilakukan di dalam kelas juga
kurang optimal. Saat pembelajaran, metode yang digunakan guru dalam penyampain
materi masih terlihat monoton, sehingga anak pasif dalam pembelajaran dan kurang
mengasah kepercayaan dirinya.
Dari uraian di atas,dapat dikatakan bahwa kepercayaan diri anak sangat penting
dalam proses pembelajaran. Tidak hanya kecerdasan dan kemampuan berpengetahuan
saja tetapi kepercayaan terhadap kemampuan yang di miliki anak sehingga dapat
berhasil dalam tugas-tugas sekolah . upaya yang dilakukan oleh guru dalam
meningkatkan kepercayaan diri anak di dalam kelas sangat perlu dilakukan. Oleh karena
itu perlu di lakukan penelitian mengenai” Peran Guru Dalam Membiasakan Sikap
Percaya Diri Pada Anak Kelompok B Melalui Metode Bernyanyi Di Paud Tunas
Bangsa Skb Kecamatan Kembayan Kabupaten Sanggau.

B. Ruang Lingkup Penelitian


Ruang lingkup penelitian adalah sebuah metode untuk pembatasan permasalahan
yang akan di teliti. Artinya, ruang lingkup adalah batasan subjek yang akan diteliti, dapat
berupa batasan masalah ataupun jumlah subjek yang diteliti, materi yang akan dibahas,
maupun variabel yang akan diteliti.
Berdasarkan pada latar bekalang di atas maka tujuan umum yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peran guru dalam membiasakan sikap
percaya diri pada kelompok B melalui metode bernyanyi di PAUD Tunas Bangsa skb
Kecamatan Kembayan kabupaten sanggau.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalaan di atas dapat kita lihat dari beberapa masalah yang ada:
a) Bagaimanakah peran guru sebagai fasilitator dalam membiasakan sikap percaya diri pada anak
kelompok B melalui metode bernyanyi di PAUD Tunas Bangsa Skb Kecamatan Kembayan
Kabupaten Sanggau?
b) Bagaimanakah peran guru sebagai motivator dalam membiasakan sikap percaya diri pada anak
Kelompok B melalui metode bernyanyi di PAUD Tunas Bangsa Skb Kecamatan kembayan
Kabupaten Sanggau?
c) Bagaimanakah peran guru sebagai Model dalam membiasakan sikap percaya diri pada anak
Kelompok B melalui metode bernyanyi di PAUD Tunas Bangsa Skb Kecamatan kembayan
Kabupaten Sanggau?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan

a) Peran guru sebagai fasilitator dalam membiasakan sikap percaya diri pada anak
Kelompok B melalui metode bernyanyi di PAUD Tunas Bangsa Skb Kecamatan
Kembayan Kabupaten Sanggau.
b) Peran guru sebagai Motivator dalam membiasakan sikap percaya diri pada anak
Kelompok B melalui metode bernyanyi di PAUD Tunas Bangsa Skb Kecamatan
Kembayan Kabupaten Sanggau.

c) Peran guru sebagai model dalam membiasakan sikap percaya diri pada anak
kelompok B melalui metode bernyanyi di PAUD Tunas Bangsa SKB Kecamatan
Kembayan Kabupaten Sanggau.

E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian secara akademis dan praktis diharapkan dapat bermanfaat sebagai
berikut:

1. Manfaat Akademis

Dari segi akademis dalam penelitian ini media referensi bagi peneliti selanjutnya
yang nantinya menggunakan konsep dan dasar penelitian yang sama,yaitu diharapkan
dapat mengembangkan ilmu pengetahuan untuk dunia pendidikan anak usia dini
khususnya peran guru dalam membiasakan sikap percaya diri pada anak kelompok B
melalui metode bernyanyi di PAUD Tunas Bangsa Kecamatan Kembayan kabupaten
sanggau.
2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti
Menambah wawasan bagi peneliti sebagai calon pendidik anak usia dini, agar
ketika menjadi pendidik sudah mempunyai wawasan terkait dengan peran guru
dalam membiasakan sikap percaya diri anak usia dini.
b. Bagi Anak
Anak diharapkan berperilaku positif, memiliki emosi yang baik dan untuk
memotivasi anak dalam belajar. Untuk membiasakan percaya diri anak, sehingga
anak berani untuk mengungkapkan ide-ide, mengembangkan kreatifitas dan bakat
anak.

c. Bagi Guru
Sebagai bahan masukan khususnya bagi guru di PAUD Tunas Bangsa SKB di
Kecamatan Kembayan kabupaten sanggau dan memberikan informasi tentang apa
saja peran guru dalam membiasakan sikap percaya diri anak usia dini.
F. Defenisi Operasional
Definisi operasional bertujuan untuk menjelaskan batas-batas penelitian dan
menjelaskan materi yang menjadi fokus dalam penelitian, sehingga mengindari kesalahan
presepsi serta penafsiran dalam penelitian ini. Definisi operasional dapat dijelaskan
sebagai berikut:

1. Peran Guru
Peran guru adalah seluruh perilaku atau tindakan seorang guru untuk
mentransfer ilmu pengetahuan dan wawasannya pada peserta didiknya. Dalam
penelitian ini ada beberapa peran guru yaitu, peran guru sebagai pendidik, peran guru
sebagai motivator, dan peran guru sebagai model.
a. Peran Guru Sebagai Fasilitator
Guru sebagai fasilitator memberikan fasilitas-fasilitas yang dapat digunakan
anak-anak saat melakukan aktivitasnya sendiri.
b. Peran Guru Sebagai motivator
Guru sebagai motivator berperan untuk memberikan dorongan dan semangat pada
anak dalam menanamkan kemandirianya saat melakukan aktivitasnya sendiri.
c. Peran Guru Sebagai Model
Peran guru sebagai model guru memberikan contoh atau teladan yang baik
bagi anak, seperti tingkah laku dan cara bicara guru karena banyak sedikitnya
perilaku yang ditunjukan kepada anak akan ditirukan anak.

2. Percaya Diri

Rasa percaya diri ialah salah satu pangkal dari sikap dan perilaku anak. Percaya
diri adalah modal dasar seorang anak dalam memenuhi berbagai kebutuhan dalam
hidupnya. Apabila anak tidak mempunyai rasa percaya diri, maka anak akan merasa
malu dimana saja dan sampai kapanpun apabila dia tampil di depan kelas atau di muka
umum, anak juga akan sulit untuk bergaul dan tidak berani menunjukkan kemampuan
yang dimilikinya kepada orang lain, sehingga mengakibatkan kemampuannya tidak
berkembang. Dalam kehidupan sehari-hari rasa percaya diri dapat diwujudkan melalui
sikap berani dan yakin dalam melakukan sesuatu.
BAB 11
Kajian Pustaka

A. Percaya Diri

1. Pengertian Percaya Diri


Menurut Ananda Riska (2012:34), “percaya diri adalah suatu hal yang sangat
dibutuhkan bagi anak”. menanamkan rasa percaya diri sejak usia dini pada anak-anak
termasuk penting yang wajib dilakukan orang tua. Karena rasa percaya diri itu akan
menjadi modal penting untuk kesuksesannya kelak.
Anak lebih bergaul, lebih cepat menguasai keahlian, lebih siap menghadapi
masalah, lebih eksploratif dan lebih kreatif.
Irawati Istadi (2007: 137) berpendapat bahwa tumbuhnya percaya diri diawali dengan
adanya sebuah kompetensi tertentu sesuai fase perkembangan anak. Berawal dari
kompetensi yang anak miliki akan menciptakan pengakuan yang diperoleh dari
lingkungan. Memperoleh pujian dari guru dan menjadi tempat bertanya bagi teman-
teman yang kemampuannya masih kurang merupakan sebuah pengakuan dari
lingkungan.
Suyadi, (2013:154), “Rasa percaya diri (adequacy) atau self esteem merupakan
perasaan dimana anak mempunyai keyakinan tentang dirinya sendiri bahwa ia
mempunyai konsep tentang diri sendiri. Perasaan ini juga dibangun dan dikembangkan
dari interaksi dengan orang lain, yakni dari respon orang lain terhadap dirinya”.
Susanto Ahmad (2011:10), ada beberapa teknik dalam menumbuhkan rasa percaya diri
pada anak yaitu :
1) Katakana kita menyayangi minimal satu kali dalam sehari.
2) Tangapi keluhan anak secara serius.
3) Biarkan anak melakukan kesalahan.
4) Tertawalah Bersama anak.
5) Pujilah usaha si kecil.
6) Biarkan anak mengerjakan tugas sederhana dirumah.
7) Jagalah rahasia anak baik-baik.
8) Sediakan waktu berkualitas dengan anak.
9) Bantu anak berpenampilan dan berperilaku yang baik.
10) Perkenalkan anak pada berbagai kegiatan.

B.Macam-Macam Rasa Percaya Diri


Menurut Marry dan Butolo (2013:57) rasa percaya diri memiliki beberapa konsep
yang terkait dengan persoalan percaya diri diantaranya adalah:
a. Self Consept yaitu bagaimana menyimpulkan diri secara keseluruhan, anak dapat
melihat bagaimana dirinya dan mengenali konsep tentang dirinya sendiri.

b. Self Esteem yaitu anak dapat mengetahui dan merasakan sesuatu yang bernilai dari
dalam dirinya. Anak juga mengetahui dia memiliki sesuatu kelebihan yang tidak dimiliki
orang lain.

c. Self Efficacy anak dapat mengetahui kemampuan lebih pada bidang apa, misalnya
menggambar, bernyanyi, olahraga dan lainnya.

d. Self Confidence yaitu anak mempunyai keyakinan bahwa dia akan berhasil pada
bidang yang digemarinya.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Peran guru sebagai fasilitator dalam membiasakan sikap percaya diri pada
anak kelompok B melalui metode bernyanyi di PAUD Tunas Bangsa SKB
Kecamatan Kembayan Kabupaten sanggau.
Dari data hasil observasi yang peneliti lakukan di PAUD Tunas Bangsa SKB
Kecamatan Kembayan Kabupaten Sanggau. Hasil observasi yang peneliti lakukan
dari peran guru sebagai fasilitator dalam membiasaan sikap percaya diri pada anak
yaitu guru mempersiapkan berbagai media pembelajaran yang akan diperlukan
untuk proses belajar sebelum anak masuk kelas. Guru menyediakan fasilitas-
fasilitas anak seperti buku, pensil, penghapus, dan pensil warna. Pada saat jam
pelajaran di mulai guru membagikan alat tulis tersebut, dan mengeluarkan buku
yang sudah ada nama anak sehingga dapat digunakan anak sesuai dengan kegiatan
yang akan dilaksanakan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran.
Selain itu guru berusaha menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan karena suasana yang menyenangkan akan membuat anak merasa
bahagia dan tenang, misalnya sebelum belajar dimulai guru mengajak anak untuk
berdoa, bernyanyi serta tepuk diam, setelah kelas berada dalam keadaan kondusif
guru mengajak anak masuk pada kegiatan inti. Dalam menyampaikan kegiatan
pembelajaran kepada anak guru menggunakan media yang sesuai dengan tema
yang ada.
Pada saat pembelajaran berlangsung anak-anak diminta oleh guru untuk
mengerjakan kegiatan yang sebelumnya sudah dijelaskan dan diberikan contoh
oleh guru lalu anak menyalin pada buku masing-masing.
2. Peran guru sebagai motivator dalam membiasakan sikap percaya diri pada
anak kelompok B melalui metode bernyanyi di PAUD Tunas Bangsa SKB
Kecamatan Kembayan kabupaten sanggau.
Data dari hasil observasi yang peneliti lakukan dapat dilihat dari peran guru
dalam membiasakan sikap percaya diri pada anak yaitu guru selalu memberikan
motivasi atau mendorong anak untuk lebih baik dan memberikan pujian atau
reward kepada anak yang sudah berani menunjukan kepercayaan dirinya dan gutu
memotivasi anak yang terlihat ragu-ragu atau merasa tidak berani untuk
menunjukan kemampuan dirinya dengan cara memberikan penjelasan atau nasehat
kepada anak. Pada saat pembelajaran guru menjelaskan tema kepada anak yaitu
tentang diri sendiri, guru meminta anak maju kedepan kelas menyebutkan bagian-
bagian dari tubuh, anak juga diminta untuk memperkenalkan dirinya sendiri. Saat
anak berani menjawab atau mengerjakan tugas yang diberikan guru didepan kelas,
guru memberikan pujin kepada anak tersebut dengan memberikan reward jempol
yang berarti anak yang berani .
Dari data hasil wawancara diperoleh bahwa guru sebagai motivator dalam
membisakan sikap percaya diri anak yaitu guru memberikan reward serta pujian
terhadap anak dengan harapan anak bisa termotivasi untuk menyelesaikan
tugasanya serta termotivasi untuk selalu melakukan hal-hal kebaikan, ini semua
dilakukan agar anak beranggapan bahwa apa pun yang mereka kerjakan mendapat
masukan yang baik untuk mereka bukan hanya sekedar nilai saja.
Selain itu, peneliti juga melakukan dokumentasi berupa catatan lapangan
kegiatan guru memotivasi anak dalam membiasakan sikap percaya diri. Serta foto-
foto kegiatan yang dilakukan anak saat pembelajaran. Sebagai seorang motivator
guru selalu memberikan yang terbaik serta berupaya penuh untuk memotivasi anak
setiap anak melakukan kegiatan dikelas maupun diluar kelas. Motivasi ini
diberikan agar anak mempunyai perilaku yang baik terhadap sesama maupun
gurunya.
3. Peran guru sebagai model dalam membiasakan sikap percaya diri pada anak
kelompok B melalui metode bernyanyi di PAUD Tunas Bangsa SKB Kecamatan
Kembayan kabupaten sanggau.
Dari data hasil observasi yang peneliti lakukan di PAUD Tunas Bangsa SKB
Kecamatan Kembayan data yang di peroleh dari peran guru sebagai model dalam
membiasakan sikap percaya diri pada anak yaitu guru memberi keteladanan bagi
peserta didiknya, supaya anak meniru perilaku baiknya, ketika anak-anak datang guru
menyambut didepan sekolah serta menyapa anak dengan ramah dan memberi salam
Untuk membiasakan sikp percaya diri anak yang baik guru harus senantiasa
membiasakan ketika masuk kelas anak-anak harus mengucapkan salam jika tidak ada
yang mengucapkan maka akan diulang kembali sampai anak tersebut terbiasa untuk
mengucapkan salam, serta bersalaman pun jika ada anak yang tidak bersalaman sama
guru saat masuk maka hendaknya guru langsung menegur anak tersebut untuk
kembali bersalaman saat datang dan saat pulang sekolah.
Selain itu peneliti juga melakukan dokumentasi yang berupa catatan lapangan
kegiatan guru menjadi model dalam membiasakan sikap percaya diri pada anak, serta
foto-foto kegiatan yang dilakukan anak saat pembelajaran. Sebagai seorang model
guru selalu berupaya untuk menjadi contoh bagi setiap anak. Contoh yang baik dari
guru ini agar anak terbiasa untuk tetap berperilaku yang baik terhadap teman dan
orang disekitarnya.

B. Pembahasan Hasil Penelitian


Pada bagian ini akan dibahas hasil wawancara dan hasil observasi yang telah
dilakukan peneliti mengenai peran guru sebagai fasilitator dalam membiasakan sikap
percaya diri pada anak kelompok B melalui metode bernyanyi, peran guru sebagai
motivator dalam membiasakan sikap percaya diri pada anak kelompok B melalui
metode bernyanyi, peran model dalam membiasakan sikap percaya diri pada anak
kelompok B melalui metode bernyanyi di PAUD Tunas Bangsa SKB Kecamatan
Kembayan kabupaten sanggau.
1. Peran Guru Sebagai Fasilitator dalam Membiasakan Sikap Percaya Diri Pada
Anak kelompok B melalui metode bernyanyi Di PAUD Tunas Bangsa SKB
Kecamatan Kembayan kabupaten sanggau
Peran guru sebagai fasilitator dalam membiasakan sikap percaya diri pada anak
kelompok B melalui metode bernyanyi yaitu, guru memberikan serta menyediakan
fasilitas anak dengan kegiatan yang bisa membiasakan sikap percaya diri anak melalui
merode bernyanyi di. Guru menyediakan dan memberi fasilitas untuk mempermudah
proses belajar mengajar. Fasilitas dalam hal ini tidak hanya berupa fisik seperti ruang
kelas yang memadai, media belajar namun juga termasuk fasilitas psikis yang dapat
mendukung kenyamanan batin peserta didik dalam belajar. Dengan merasa nyaman
peserta didik akan fokus untuk memperhatikan pelajaran, tidak memperhatikan hal
lain yang mungkin tidak bermanfaat. Guru menggunakan media yang beragam saat
mengajar, serta guru mampu membuat peserta didik merasa nyaman ketika belajar
dikelas.
Pada saat pembelajaran berlangsung ada anak yang tidak percaya diri. Anak
sering merasa malu setiap di minta guru untuk bernyanyi di depan kelas, menyatakan
pendapat, bertanya dan menjawab pertanyaan, dan mencoba hal yang baru di
karenakan. Teman-teman mereka yang suka mentertawakan mereka pada saat didepan
kelas dan teman-teman yang suka mengejek mereka. Dari hal tersebut timbul lah rasa
tidak percaya diri anak dan malu untuk melakukan kegiatan yang diminta oleh guru
mereka, walaupun begitu ada beberapa orang anak yang tetap percaya diri saat
diminta guru untuk maju ke depan Dan anak tidak memperdulikan ejekan-ejekan
teman-teman nya.
Menurut Hartono (2013:9) mengemukakan salah satu peran guru yaitu peran
guru sebagai fasilitator: “Guru sebagai fasilitator, memfasilitasi proses belajar
mengajar menjadi lebih menyenangkan. Ini dilakukan dengan menyajikan berbagai
media pembelajaran. Guru dituntut untuk memahami dan mengembangkan media
pembelajaran sebagai bahan untuk menyampaikannya pada anak. Oleh karena itu guru
sebagai fasilitator dapat memfasilitasi anak agar mudah menyerap pembelajaran dan
tujuan pembelajaran secara optimal”.
2. Peran guru sebagai motivator dalam membiasakan sikap percaya diri pada anak
kelompok B melalui metode bernyanyi di PAUD Tunas Bangsa SKB Kecamatan
Kembayan kabupaten sanggau.
Peranan guru sebagai motivator dalam membiasakan sikap percaya diri anak
yaitu sebagai motivator guru harus bisa meningkatkan perkembangan anak. Guru
bukan hanya semata-mata mentransfer ilmu pelajaran, tetapi guru juga mampu
menumbuhkan dan merangsang semua potensi yang terdapat pada anak didiknya.
Sebagai seorang anak rasa lelah, jenuh dan beberapa alasan lain bisa muncul, disinilah
unsur guru sangat penting dalam memberiakn motivasi, mendorong dan memberikan
respon positif guna membangkitkan kembali semangat anak.
Guru harus terus mendorong anak untuk berani, guru dapat mengatakan kepada
anak bahwa anak tersebut “bisa” dan akan memberikan reward seperti stiker kepada
anak jika anak selesai melakukannya.
Motivasi dari guru sangat berperan penting untuk meningkatkan kepercayaan
diri anak guru harus terus menerus memotivasi anak agar anak terdorong dan besar
keinginannya untuk melakukan hal-hal yang dapat meningkatkan kepercayaan dirinya
hal ini sejalan dengan pendapat Isna Nurla (2011:60) mengungkapakan bahwa
“percaya diri merupakan sebuah kekuatan yang luar biasa. Percaya diri laksana reaktor
yang membangkitkan segala energi yang ada pada diri seseorang untuk mencapai
sukses”.

3. Peran guru sebagai model dalam membiasakan sikap percaya diri pada anak
kelompok B melalui metode bernyanyi di PAUD Tunas Bangsa SKB Kecamatan
Kembayan kabupaten sanggau.
Peran guru sebagai model sangat penting dalam membiasakan sikap percaya diri
anak usia dini, menurut Akmal (2013: 288) “Guru sebagai model segala tingkah laku
yang dilakukan oleh seorang guru didalam tugasnya sebagai pendidik, baik tutur kata
ataupun perbuatan yang dapat diterapkan didalam kehidupan sehari-hari oleh peserta
didik”.
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang peneliti lakukan mengenai
peran guru dalam membiasakan sikap percaya diri pada anak kelompok B melalui
metode percaya diri di PAUD Tunas Bangsa SKB Kecamatan Kembayan kabupaten
sanggau, secara umum dapat disimpulkan bahwa telah dilakukan dengan baik. Adapun
kesimpulan secara khusus yang telah peneliti peroleh dari hasil penelitian ini antar
lain:
1. Peran guru sebagai fasilitator
Guru sebagai fasilitator, sebelum memulai pelajaran guru menyedikan
fasilitas seperti bahan ajar untuk hari itu, tak hanya memfasilitasi dalam
menyiapkan bahan ajar guru juga memfasilitasi lingkungan fisik anak seperti ruang
kelas yang bersih dan nyaman, serta memfasilitasi psikis anak agar anak merasa
tenang. Hal ini dilakukan agar selama pelajaran berlangsung lebih fokus dan anak
bisa mendengarkan guru saat berbicara, serta guru selalu mengingatkan kepada
anak-anak untuk selalu berperilaku yang baik dan tidak menganggu teman saat
belajar.

2. Peran guru sebagai model


Guru sebagai model, guru mengajarkan dan memberikan contoh hal yang
baik pada anak-anak misalnya saat datang harus mengucapkan salam dan
bersalaman dengan guru, berkata sopan, jika meminta sesuatu mengucapkan kata
tolong, jika dibersi sesuatu mengucapkan kata terimakasih dan jika melakukan
kesalahan mengucapkan kata maaf.

3. Peran guru sebagai motivator


Guru sebagai motivator, selalu memberikan memberikan motivasi kepada
anak, serta memberikan reward yang diberikan guru dalam pembelajaran berupa
bintang 5 dan tanda tangan agar anak merasa bangga atas hasil karyanya dan lebih
giat lagi. jika belum ada anak yang menunjukan perilaku serta belum menyelesaikan
tugas dengan maksimal guru tetap menasehati dan memberikan motivasi agar
kedepannya anak tersebut menjadi seperti apa yang diharapkan oleh guru.

B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah peneliti uraikan, maka
ada beberapa saran dari peneliti yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
bagi pihak-pihak yang berkepentingan terkait peran guru dalam membiasakan
sikappercaya diri pada anak kelompok B melalui metode bernyanyi. Saran yang dapat
peneliti berikan adalah:

1. Sebagai fasilitator hendaknya lebih memfasilitasi anak dalam membiasakan sikap


percaya diri misalnya dengan menggunakan metode bermain peran supaya anak
mengetahui tentang perilaku sopan dan baik yang ada dilingkungannya dan tidak
selalu berpatokan kepada buku pelajaran saja.

2. Sebagai model guru hendaknya tidak hanya menjadi model sendiri untuk anak
tetapi perlu dengan melibatkan orang tua untuk hal membiasakan sikap percaya diri
pada anak, karena tidak hanya guru orang tua pun harus mencontohkan hal-hal
perilaku yang baik untuk anak. Agar anak mendapatkan masukan yang lebih,
contoh perilaku yang baik dari orang tua maupun guru .

3. Sebagai motivator guru hendaknya memberikan kalimat pujian dengan lebih tulus
tidak hanya pujian saja tetapi harus lebih ekspresif dengan senyuman dengan
kata-kata yang menyenangkan, tidak kaku karna tanpa disadari anak akan
merasankannya mana yang tulus dan biasa saja.

Anda mungkin juga menyukai