Anda di halaman 1dari 7

Nopal, ia adalah seorang siswa di SMP 15 Tanggerang.

Ia
terlahir dari keluarga yang kurang mampu/miskin. Bapaknya
bekerja sebagai petani, sedangkan Ibunya bekerja sebagai
Asisten Rumah Tangga yang gajinya tidak seberapa.
Walaupun ekonomi keluarganya kurang, tetapi Nopal tidak
pernah merasa malu terhadap keluarganya, dan tetap
bersyukur atas apa yang ia miliki.

Di kelas, Nopal merupakan siswa terbaik. Ia sering


mendapatkan rangking satu. Tidak heran jika ia memiliki
banyak teman.

Namun ada juga siswa yang membencinya. Dewaz


namanya. Ia merupakan orang kaya raya di sekolah. Dewaz
sangat membenci Nopal. Karena menurutnya, orang-orang
yang ekonomi keluarganya kurang tidak bisa berteman
dengannya dan orang kaya dan sederajat dengannya lah yang
bisa berteman padanya.

Suatu hari di kelas, Bu guru memberi tugas kelompok untuk


membuat sebuah miniatur rumah yang terbuat dari stik es krim
yang harus dikumpulkan besok. Satu kelompok terdiri dari
empat siswa. Bu guru pun membagi kelompok secara acak.
Dan hasilnya pun keluar.

Ternyata, Nopal satu kelompok dengan Atip, Atta, Dewaz


dan sekaligus Bu guru menunjuk Nopal sebagai ketua
kelompoknya. Mendengar keputusan tersebut, Dewaz merasa
kesal karena Ia satu kelompok dengan siswa yang ia benci,
yaitu Nopal. Dewaz pun protes kepada Bu guru supaya ia
tidak satu kelompok dengan Nopal dan dipindahkan ke
kelompok yang lain
“Bu guru, saya tidak mau satu kelompok dengan Nopal,saya
mau pindah kelompok!!”protes Dewaz.

“Tidak bisa ya Dewaz, hasilnya tidak bisa diubah lagi,


pokoknya kamu tetap satu kelompok dengan Nopal!”, jawab
Bu guru dengan nada yang tegas.

Mendengar jawaban dari Bu guru, Dewaz merasa kesal


sekali. Lalu Dewaz memikirkan sebuah rencana untuk
membuat Nopal malu di hadapan semua siswa kelas dan agar
Nopal tidak menjadi siswa terbaik di kelas lagi. Rencananya,
Dewaz akan merusak tugas kelompok yang akan dibuat dan
akan menyalahkan Nopal, karena Ia yang membawa pulang
tugas tersebut dan akan dibawa besok saat hendak
dikumpulkan.

Di hari itulah Dewaz mulai melaksanakan semua rencana


yang akan Ia lakukan.

“Atip, Atta, Dewaz, dimana kita akan membuat tugas


kelompok itu?”, tanya Nopal kepada mereka.
“Bagaimana kalau kita buat tugas kelompoknya dirumahku
saja?”, tanya Dewaz.

“Boleh juga tuh” jawab Atip dan Atta secara bersama-sama.

“Oke, nanti siang kita bertemu di rumah Dewaz ya”, jawab


Nopal dengan semangat.
Di saat itu juga, mereka mengumpulkan uang untuk
membeli bahan-bahan pembuatan tugas kelompok yang
diberikan.

Setelah pulang sekolah, Nopal, Atip dan Atta bersiap siap


pergi ke rumah Dewaz untuk mengerjakan tugas kelompok.
Nopal membawa tas sekolahnya saat pergi ke rumah Dewaz.
Sesampainya di rumah Dewaz, mereka semua pergi ke toko
fotocopy untuk membeli bahan-bahan yang diperlukan untuk
mengerjakan tugas kelompok tersebut. Tentu saja
menggunakan uang yang sudah mereka kumpulkan pada saat
disekolah.

Bahan-bahan sudah terbeli semua. Mereka semua pulang ke


rumah Dewaz dan akan membuatnya. Mereka semua membuat
tugas tersebut dengan begitu semangat. Sore pun tiba,
akhirnya miniatur rumah yang mereka buat telah jadi. Saatnya
mereka untuk pulang kerumah masing-masing.

Tapi sebelum pulang, mereka berdiskusi untuk memutuskan


siapa yang membawa pulang miniatur rumah yang telah
mereka buat dan akan membawanya ke sekolah saat hendak di
kumpulakan tugasnya besok. Keputusan pun sudah ada. Yang
akan membawa miniatur rumah itu pulang adalah Nopal.

Rencana Dewaz pun dilanjutkan. Ia menghancurkan


miniatur rumah yang telah mereka buat dan memasukannya ke
dalam tas Nopal. Tanpa disadari, perbuatan Dewaz itu ternyata
dilihat dan direkam menggunakan smartphone oleh Ayahnya.
Akhirnya Nopal, Atip dan Atta pun pulang ke rumah nya
masing-masing.
Sesampainya dirumah, Nopal masih belum mengetahui
bahwa tugas miniatur rumah yang sudah mereka buat itu telah
hancur didalam tasnya. Adzan maghrib pun berkumandang, ia
pergi ke masjid bersama bapaknya untuk melaksanakan shalat
maghrib berjamaah. Setelah shalat maghrib berjamaah di
masjid, Nopal bersama bapaknya pulang ke rumah.

Ketika sudah sampai dirumah, Nopal mengganti bajunya dan


bersiap siap untuk makan malam bersama keluarganya. Menu
makan malam yang sudah dibuat oleh ibunya sangatlah
sederhana. Yaitu tahu goreng, tempe goreng dan tumis sayur
bayam. Walaupun makan dengan menu yang sederhana,
tetapi Nopal tetap mensyukurinya dan memakannya dengan
lahap.

Makan malam pun telah selesai. Nopal kembali kekamarnya


dan memasukan buku pelajaran untuk pembelajaran besok ke
dalam tas sekolahnya. Saat membuka tasnya, Nopal seketika
terkejut ketika melihat miniatur rumah yang ia bawa itu rusak
di dalam tasnya. Ia pun panik dan berpikir bagaimana
mengumpulkan tugas miniatur rumah itu besok.
Sementara,miniatur rumah itu telah rusak. Akhirnya, Ia pun
pasrah dan akan meminta maaf kepada anggota kelompoknya
atas rusak nya miniatur rumah yang sudah mereka buat.

Sementara itu, Dewaz sangat gembira karena miniatur


rumah yang telah dibuat itu sudah rusak. Ia tidak sabar untuk
melihat Nopal yang akan merasa malu dihadapan Bu guru dan
semua teman-teman sekelasnya.

Besok pagi pun tiba. Nopal berangkat ke sekolah dengan


membawa miniatur rumah yang telah rusak itu.
Sesampainya di sekolah, Nopal menceritakan apa yang
sudah terjadi dengan miniatur rumah yang telah mereka buat
dan memperlihatkannya kepada Atip, Atta dan Dewaz. Atip
dan Atta pun merasa terkejut dan pasrah ketika miniatur
rumah itu di perlihatkan oleh Nopal. Tidak untuk Dewaz, ia
merasa senang dan bahagia ketika miniatur rumah itu rusak.

Rencana terakhir pun dimulai. Dewaz pun akan


menyalahkan Nopal dengan alasan miniatur rumah itu rusak
akibat dibawa pulang olehnya.

Bu guru pun masuk kedalam kelas. Ia menyuruh kepada


semua kelompok untuk mengumpulkan hasil tugas kelompok
yang sudah mereka buat. Dengan keadaan pasrah, Nopal
mengumpulkan tugas yang sudah rusak itu kepada Bu guru.
Disaat itu juga, Dewaz menyalahkan Nopal dihadapan Bu
guru dan semua teman-teman sekelasnya. Karena, tugas yang
sudah mereka buat itu dirusak oleh Nopal.

Semua teman-teman sekelas pun menyoraki Nopal dengan


nada yang keras. Nopal pun akhirnya merasa malu karena ia di
soraki oleh teman-teman sekelasnya sendiri. Di saat itu juga,
tiba-tiba Ayahnya Dewaz datang ke kelas bagaikan
penyelamat. Ayahnya Dewaz datang ke kelas untuk
menegakkan kebenaran. Ia menceritakan bahwa miniatur
rumah yang sudah di buat itu dirusak oleh anaknya [Dewaz],
sekaligus memperlihatkan bukti kejadian itu melalui rekaman
video yang direkam olehnya.
Seketika Dewaz terpojok dan merasa malu. Ia tidak bisa
berbuat apa-apa lagi. Ia pun langsung meminta maaf kepada
Nopal.

Permintaan maaf Dewaz pun diterima oleh Nopal. Pada


akhirnya, situasi dikelas kembali normal dan mereka belajar di
kelas seperti biasanya.

Meskipun permintaan maaf Dewaz diterima oleh Nopal,


tetapi “Nama”baik Dewaz kini dianggap jelek oleh orang-
orang. Dan teman-temannya pun kini tidak mau berteman
dengannya akibat perbuatan yang telah ia lakukan.
TAMAT

Anda mungkin juga menyukai