net/publication/343933310
CITATIONS READS
0 93
3 authors, including:
Suherman Suherman
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
21 PUBLICATIONS 4 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Suherman Suherman on 28 August 2020.
1. PENDAHULUAN
Akhir-akhir ini kebutuhan energy listrik [13]. Faktor keamanan yang tinggi bertujuan
sangat tinggi seiring tumbuhnya banyak agar tidak terjadi kebocoran pada reaktor
industry sehingga menyebabkan seringnya serta fasilitas pendukung lainnya terutama
terjadi pemadaman listrik, hal ini terutama sekali akibat kegagalan material yang
terjadi di pulau Sumatera. Pembangkit listrik digunakan terutama pada sambungan lasnya.
tenaga Nuklir (PLTN) merupakan salah satu Oleh karena itu pada sambungan pipa yang
solusi untuk menyediakan kebutuhan energi digunakan dalam sistem PLTN harus baik
yang terus meningkat. Ada beberapa Faktor sehingga bisa memenuhi tingkat keamanan
yang sangat penting pada PLTN yakni desain yang mengacu pada standar keamanan
keselamatan, faktor manusia, penerapan material untuk PLTN dari American Institute
kehandalan safety integrated level (SIL), of Steel Construction (AISC). Dalam sistem
falsafah gagal aman (fail safe), persyaratan pembangkit listrik tenaga nuklir banyak jenis
operator dan pengembangan teknologi baja yang digunakan untuk seperti pada pipa
pengendalian dan pengawasan secara otomatis primary heat transport system pada Reactor
*Penulis korespondensi. Pressure Vessel (RPV), Boiling Water Reactor
E-mail: suherman.me.umsu@gmail.com (BWR), Pressurized heavy water reactors
9
Suherman, dkk - Jurnal Pengembangan Energi Nuklir Vol. 22, No. 1, (2020) 9-17
(PWHR) [12]. Akan tetapi hampir tidak ada menghambat perkembangan tegangan sisa, dan
Industri baja yang ada di Indonesia yang ketangguhan yang lebih baik [12].
mampu untuk memproduksi baja untuk reactor Baja ini juga sering digunakan pada pipa
nuklir dan bejana tekan pada pembangkit Primary Heat Transport (PHT) suhu hingga
listrik tenaga nuklir karena belum bisa 300 oC dan tekanan operasi hingga 10 MPa
memenuhi spesifikasi, grade dan standar [16]. sehingga harus dirancang tahan terhadap
Meskipun baja tuang baja tahan karat kegagalan pada suhu tinggi [19]. Perilaku
tipe austenitik telah digunakan untuk pipa deformasi berulang pada suhu tinggi pada baja
pendingin utama dari PWR dan pipa sirkulasi SA 333 grade 6 dimana terjadi peningkatan
ulang di BWR, baja karbon dan Low Alloys rata-rata tegangan dan amplitudo tegangan,
Steels (LAS) masih digunakan untuk banyak regangan ratcheting, dan amplitudo regangan
komponen perpipaan di kedua sistem. Baja plastis meningkat, sedangkan umur ratcheting
Karbon dan LAS sering digunakan karena berkurang. Dengan peningkatan suhu, umur
kombinasi mereka yang relatif murah, sifat ratcheting meningkat dan akumulasi regangan
mekanik yang baik, kemampuan las yang baik, berkurang hingga 300 °C, sedangkan pada
dan umumnya memiliki ketahanan yang tinggi kenaikan suhu lebih lanjut, akumulasi regangan
terhadap stress corrosion cracking (SCC) [18] meningkat dengan berkurangnya umur
[22]. Dalam banyak kasus, baja karbon dan ratcheting. Tingkat ratcheting minimum
baja paduan rendah (Low Alloy Steels) yang diamati pada temperature 250 °C dan 300 °C.
dibalut dengan lapisan las permukaan dibasahi Fenomena dynamic strain aging (DSA)
pada bagian dalam dengan bahan tahan korosi, menyebabkan pengerasan material. Jenis
seperti baja tahan karat austenitik atau paduan kegagalan pada suhu diatas 250 °C berupa
berbasis nikel [22]. retak yang memotong batas butir
Pada sistem pipa pendingin reaktor (transgranular), sedangkan pada 350 °C
nuklir baja karbon dan baja paduan rendah bersifat patah ulet [9]. Diatas temperature
banyak digunakan sebagai contoh, baja karbon 250 oC umur fatik berkurang seiring
SA-516 grade 70 untuk perpipaan PWR, temperaturnya meningkat akibat efek DSA
sedangkan SA-106 grade B, dan SA-333 [24].
grade 6 untuk pipa steam dan pipa air Penelitian pengelasan pada baja SA 333
pengumpan (feedwater piping) pada BWR grade 6 tidak banyak dilakukan oleh peneliti,
[22]. kombinasi pengelasan GTAW dan SMAW telah
Baja SA333 Gr-6 merupakan baja dilaporkan oleh [12][5]. Analisa lebar weld
paduan rendah yang sering digunakan dalam bead terhadap nilai kekerasan Vickers pada
struktur pipa pengumpan air pada BWR karena baja SA A333 grade B telah diteliti oleh
mempunyai sifat yang menguntungkan seperti Ardiansyah [5]. Pengelasan dilakukan dengan
konduktivitas termal yang lebih tinggi dan kombinasi metode GTAW dan SMAW dengan 4
ekspansi termal yang lebih rendah. Baja ini layer dimana lebar bead berpengaruh terhadap
digunakan sebagai sistem pipa pengangkutan nilai kekerasan, semakin tinggi lebar weld
untuk reaktor air berpendingin gas (Heavy bead makin nilai kekerasan juga akan semakin
Water Gas Cooled Reactor, HWGCR) dalam meningkat. Pemberian perlakuan termal aging
sistem PLTN [3] dan pipa ini juga digunakan pada baja paduan tinggi setelah pengelasan
pada pipa penyalur minyak dan gas untuk GTAW memberikan efek peningkatan kekuatan
aplikasi bertemperatur rendah karena memiliki tarik dan umur lelah [25].
ketangguhan pada temperature rendah [1]. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
Kekuatan tarik meningkat dengan semakin menganalisa kelayakan dari sebuah sambungan
menurunnya temperatur uji hingga -150 0C dengan menggunakan metode pengelasan
akan tetapi membentuk patahan getas [26]. SMAW pada baja SA 333 grade 6 yang
Pemilihan baja ini sebagai bahan untuk digunakan untuk pipa BWR pada sebagai
struktur reaktor didasarkan pada biaya rendah, komponen utama pembangkit listrik tenaga
kemudahan pembuatan, koefisien ekspansi nuklir (PLTN) yang akan dibangun di
termal yang rendah yang memberikan Indonesia.
ketahanan kelelahan termal dan juga
10
Suherman, dkk - Jurnal Pengembangan Energi Nuklir Vol. 22, No. 1, (2020) 9-17
11
Suherman, dkk - Jurnal Pengembangan Energi Nuklir Vol. 22, No. 1, (2020) 9-17
terhadap retak karena diperlukan regangan dengan diameter luar 88,9 mm, ketebalan 8
tinggi [17]. mm dan panjang 200 mm. Adapun parameter
Untuk mengetahui kualitas sambungan las pengelasan yang dilakukan pada penelitian ini
maka sesuai standar ASME section IX test seperti pada tabel (1).
coupon berupa pipa baja dilakukan proses
pengujian merusak (destructive test) seperti Tabel 1. Parameter pengelasan baja SA 333 gr 6
pengujian tarik, pengujian lengkung dan Parameter pengelasan
pengujian kekerasan. Untuk menghitung Polaritas DCEP
kekuatan tarik pada baja yang telah dilas Kuat arus 90 A
menggunakan persamaan 1.[17]: Jenis elektroda E7018
Posisi pengelasan 6G
𝐹 Kecepatan pengelasan 75-110 mm/s
𝜎= (𝑀𝑝𝑎) (1)
𝐴
Pengujian komposisi kimia dari baja
Dengan,
yang digunakan menggunakan spectrometer
σ adalah kekuatan tarik maksimum, F adalah
analisis dengan komposisi yaitu C: 0,328; Si:
gaya untuk mematahkan specimen uji dan A
0,227; Mn: 1,84; P: 0,022; S: 0,011; Cr: 0,098;
adalah luas penampang.
Mo: 0,094; Ni: 1,98; Al: 0,015; Cu: 0,071; V:
Kekerasan pada daerah las, Haz dan
0,211; W: 0,048; Pb: 0,027. Pipa baja pada
Logam induk dapat dihitung dengan persamaan
kedua ujungnya dibuat kampuh single V
2.[17]:
dengan sudut 300 dan jarak celah (gape) 3 mm
𝐹 untuk membuat test coupon.
𝐻𝑣 = 1,854 (2)
𝑑2
Dengan,
Hv adalah nilai kekerasan Vickers, F adalah
beban identor dan d adalah diagonal bekas
injakan
Pengujian lengkung (bend) dilakukan pada
bagian akar las (root) dan permukaan las
(face) dengan tujuan untuk mengetahui
kekuatan lengkung pada daerah las. Pengujian
ini merupakan kualitatif dimana hasil penelitian
Gambar 3. Test coupon Pipa Baja SA 333.
didapatkan berdasarkan kriteria penerimaan
sesuai standar ASME section IX. Pengamatan secara visual hasil
Selain itu pengujian komposisi kimia pengelasan mengacu kepada standar ASME IX
dilakukan sebagai dasar untuk menghitung (QW 194) [4]. Pipa yang telah dilas
karbon ekuivalen. Menurut Kou [8] untuk Baja
selanjutnya dilakukan pengujian secara visual
C-Mn dengan kandungan Mn dan Ni yang
menggunakan welding gage (gambar 3). Dalam
tinggi karbon equivalen dapat dihitung dengan mengambil specimen uji mengacu kepada
persamaan 3 standar ASTM section IX sebagaimana pada
gambar (4).
𝑀𝑛 𝑁𝑖 𝐶𝑟 𝐶𝑢 𝑀𝑜
𝐶𝐸 = 𝐶 + + + + (3)
6 15 5 13 4
Dengan,
CE adalah karbon equivalen
3. METODE PENELITIAN
12
Suherman, dkk - Jurnal Pengembangan Energi Nuklir Vol. 22, No. 1, (2020) 9-17
(a)
(a)
(b)
13
Suherman, dkk - Jurnal Pengembangan Energi Nuklir Vol. 22, No. 1, (2020) 9-17
14
Suherman, dkk - Jurnal Pengembangan Energi Nuklir Vol. 22, No. 1, (2020) 9-17
Kekerasan (HV)
kontraksi selama pendinginan dapat 150
menghasilkan pola tegangan yang kompleks di
dalam dan sekitar lasan, tegangan ini 100
Logam
selanjutnya dapat mempengaruhi struktur Induk Haz logam
50 induk
mikro dan sifat-sifat dari lasan [11]. Struktur
dendrite berukuran kasar yang terbentuk pada 0
daerah las berupa equaxed dendrite dimana 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
ukuran dendrite arm spacing (DAS) ini sangat Jarak (mm)
dipengaruhi oleh laju pendingin logam cair
Gambar 7. Nilai kekerasan Baja SA 333 Grade 6.
yang terjadi selama proses pengelasan
berlangsung [8]. Dalam pengelasan fusi,
proses pembekuan pada kolam las terjadi 4.3 Kekuatan Tarik dan Lengkung Lasan
bersama-sama dengan logam induk.
Pembekuan pada zona fusi terjadi tahap demi Kekuatan tarik dan kekuatan lengkung
tahap dan proses pembekuan diatur oleh dari lasan baja SA333 grade 6 sebagaimana
kecepatan pengelasan dan juga pada ditunjukkan pada tabel (2). Nilai kekuatan tarik
antarmuka fasa cair-padat selama pembekuan maksimum sebesar 435 MPa [2]. Nilai
[6]. kekuatan tarik meningkat dibanding material
Mikrostruktur pada logam las induk. Specimen uji tarik mengalami patah
memberikan efek yang signifikan pada sifat pada logam induk setelah pengujian, hal ini
mekanik dan sensifitas terhadap radiasi selain menunjukkan kekuatan sambungan cukup baik
itu sangat berpengaruh terhadap laju menerima beban tarik. Dalam hal ini sudah
perambatan retak terutama pada daerah las memenuhi kriteria penerimaan terhadap beban
dan Haz akibat beban internal yang sangat tarik.
besar [22]. Retak awal berupa cacat las pada Pengujian lengkung (bend test) pada
logam las akan sangat berbahaya karena laju daerah las dilakukan masing-masing pada
perambatan retak dipengaruhi beban yang daerah root dan face sebanyak 2 spesimen uji.
bekerja sepanjang ujung retak dan tumbuh Specimen uji mengalami patah getas hal ini
sepanjang batas butir. Semakin besar ukuran karena terjadi cacat lasan yaitu lack of root
besar butir pada daerah las maka akan fusion dan lack of sidewall fusion sehinga
mempercepat laju pertumbuhan perambatan specimen uji tidak mampu menahan beban
retak. lengkung. Sedangkan pada specimen face bend
tidak mengalami kerusakan untuk kedua
4.2 Kekerasan specimen uji.
Pada penerapan dilapangan, pipa BWH
Gambar (7) menunjukkan nilai kekerasan menerima tekanan internal hingga 10 MPa
baja SA A333 Grade 6 pada daerah las, Haz sehingga harus bebas dari cacat las sehingga
dan Logam Induk. Nilai kekerasan Vickers ketika menerima beban lengkung tidak boleh
untuk semua daerah hampir memiliki nilai mengalami retak. Adanya cacat berupa void
kekerasan yang tidak terlalu berbeda. Nilai pada dinding las dan akar las akibat
kekerasan pada daerah logam induk kira-kira ketidaksempurnaan lasan merupakan daerah
160 Hv dan sedikit mengalami sedikit yang paling lemah terhadap beban internal dari
penurunan nilai kekerasan pada daerah las dan dalam pipa BWR sehingga dimungkinkan
Haz. Tingkat pendinginan lokal memiliki menjadi inisiasi retak awal. Retak ini akan
pengaruh signifikan pada ukuran (atau skala) tumbuh dan berkembang secara cepat akibat
dari struktur pemadatan yang terbentuk, beban internal (internal pressure) dan akan
dengan nilai Gradien temperature dan laju menyebabkan kegagalan pada struktur
pertumbuhan pembekuan logam yang tinggi sambungan las pipa [21].
menghasilkan struktur yang sangat halus [11]. Adanya retak berukuran kecil pada pada
daerah las akan menyebabkan pecahnya
sambungan pada pipa Baja SA 333 grade B
yang digunakan sebagai sistem pipa
15
Suherman, dkk - Jurnal Pengembangan Energi Nuklir Vol. 22, No. 1, (2020) 9-17
16
Suherman, dkk - Jurnal Pengembangan Energi Nuklir Vol. 22, No. 1, (2020) 9-17
temperatures, World Journal of Engineering welded joints in offshore floating nuclear power
Volume 16 · Number 1, 78–86 plants, International Journal of Fatigue 126, pp
[10]. Lippold, J.C, and Kotechi, D.C., 2005, Welding 143-154.
metallurgy and Weldability of Stainless Steel, [26]. P.C. Chakraborti, A. Kundu, B.K. Dutta, 2014,
Publisher Jhon Wiley & Sons, New York Weibull analysis of low temperature fracture
[11]. Lippold, J.C, 2015, Welding metallurgy and stress data of 20MnMoNi55 and SA333 (Grade 6)
weldability, Publisher John Wiley and Sons steels, Materials Science & Engineering A 594, pp
[12]. P. K. Singh, K. K. Vazeand H. S. Kushwaha, 2002, 89-97
Characterisation Of Girth Pipe Weld for Primary [27]. Arindya, R, 2017, Studi Keselamatan Pembangkit
Heat Transport System of Pressurised Heavy Listrik Tenaga Nuklir, Prosiding Seminar Nasional
Water Reactors, Bhabha Atomic Research Centre Energi dan Teknologi (Sinergi), UNISMA Bekasi.
Mumbai, India
[13]. Arindya, R., 2019, Studi Keselamatan Pembangkit
Listrik Tenaga Nuklir, Seminar Nasional sinergi
(Energi dan Teknologi), Jurnal Unisma Bekasi
[14]. Singh PK, Chattopadyay J, Khuswaha HS, 1997,
Tensile and fracture properties of primary heat
transport system piping material. Technical
Report: BARC/1997/E/108, Bhabha Atomic
Research Centre, Mumbai.
[15]. Suherman, Muliadi, D. Ridho, M.S., dan Marpaung,
C.P, 2018, Pengaruh Kuat Arus Terhadap Sifat
Mekanis Dan Struktur Mikro Sambungan Las
SMAW Baja SA 516 GR.70, Jurnal Mekanik Jurusan
Teknik Mesin ITM, Vol 4 nomor 2.
[16]. Dewi, D, Lumbanraja, S.M., 2017, Rantai Pasok
Industri Baja untuk Pembangunan PLTN di
Indonesia, Jurnal Pengembangan Energi Nuklir,
Vol. 19, No. 1, 51-60
[17]. TWI, 2018, CSWIP Welding Inspector WIS 5,
Cambridge UK
[18]. B.M. Gordon and G.M. Gordon, 1987, Materials
Aspects Of BWR Plant Life Extension, Nuclear
Engineering and Design, North-Holland,
Amsterdam
[19]. R. Rastogi, V.Bhasin, K.K. Vaze, H.S. Kushwaha,
2002, Assessment of integrity of components in
piping of 500 MWe PHWR: using R-6 method,
Nuclear Engineering and Design 212, pp 99–108
[20]. P. Gandhi, M. Saravanan, S. Vishnuvardhan, D.M.
Pukazhendhi, G. Raghava, M.K. Sahu, J.
Chattopadhyay, B.K. Dutta, K.K. Vaze, 2012,
Experimental fracture studies on carbon steel
elbows with and without internal pressure,
International Journal of Pressure Vessels and
Piping, 111-112.
[21]. M. Saravanan, S. Vishnuvardhan, P. Gandhi a, D.M.
Pukazhendhi, G. Raghava, M.K. Sahu, J.
Chattopadhyay, B.K. Dutta, 2016, Fracture studies
on carbon steel elbows having part-through notch
with and without internal pressure, International
Journal of Pressure Vessels and Piping, pp 19-30
[22]. T. Williams and R. Nanstad, 2019, Structural
Alloys For Nuclear energy Applications, Chapter
Ten, Elsevier publisher
[23]. N, Belyakov, 2020, Sustainable Power Generation,
Elsevier Publisher, Chapter Twelve
[24]. K.G. Samuela, V. Ganesana, K.B. Sankara Rao, S.L.
Mannana , H.S. Kushwahab, 2004, Strain
controlled LCF behaviour of SA-333 Gr 6 piping
material in the range 298–673 K, International
Journal of Pressure Vessels and Piping 81, pp
973–981.
[25]. W. Yu, M. Fan, W. Jia, F. Xueb , M. Yub , H. Liu, X.
Chen, 2019, Thermal aging effect on the tensile
and fatigue properties of the narrow-gap TIG
17