PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengaruh pengelasan terhadap kemajuan teknologi bidang kontruksi saat ini sangatlah
besar karena mempunyai peranan penting dalam suatu rekayasa logam. Pembangunn
kontruksi pada masa sekarang tidak bisa dipisahkan dengan adanya pengelasan,terkhusus
pada bidang rancang bangun. Dalam suatu rancang bangun, sambungan las yang secara
teknik memerlukan suatu ketrampilan yang tinggi bagi pengelasnya agar tercapai sambungan
yang baik. Adapun lingkup penggunaan teknik pengelasan sangatlah luas, meliputi rangka
baja, perkapalan, jalur kereta, konstruksi sambungan dan lain sebagainya. Salah satu bahan
yang sering digunakan dalam pengelasan adalah baja karbon rendah. Kandungan karbon pada
baja ini antara 0.10 sampai 0.25 % . Karena kadar karbon yang sangat rendah maka baja ini
lunak dan tentu saja tidak dapat dikeraskan, dapat ditempa, dituang, mudah dilas dan dapat
dikeraskan permukaannya ( case hardening ), hal tersebut seperti yang dijelaskan oleh Negara
dan I Made (2015 : 167) Baja karbon rendah memiliki kelebihan lebih mudah dimachining
tetapi tidak bisa dikeraskan secara langsung karena kandungan karbonnya yang kurang dari
0,3%, untuk dapat dikeraskan ke dalam baja karbon rendah harus ditambahkan unsur karbon
terlebih dahulu .Baja dengan prosentase karbon dibawah 0.15 % memiliki sifat mach ability
yang rendah dan biasanya digunakan untuk konstruksi jembatan, bangunan, dan lainnya
(Fachrizal Mochammad,2016).
Bahan baja karbon rendah rentan terhadap perubahan sifat kekerasan ketika
dan komposisi elektroda, parameter pengelasan, dll. Semakin tinggi nilai karbon,
perubahan bentuk. Usaha menjaga baja agar lebih tahan gesekan, tarikan atau tekanan adalah
dengan cara mengeraskan baja tersebut, yaitu salah satunya dengan perlakuan pendinginan.
Pada kondisi operasinya, komponen permesinan mempunyai kelemahan yaitu nilai kekerasan
yang rendah sehingga mengakibatkan kegagalan dalam proses operasinya. Jenis kegagalan
yang sering terjadi adalah keausan, deformasi, sobek dan pecah. Untuk memperluas
penggunaan baja karbon rendah, diperlukan peningkatan sifat mekaniknya terutama dari segi
sifat mekanik (tegangan tarik dan kekerasan) tetapi harganya masih relatif murah
dibandingkan dengan jenis baja karbon lainnya. Salah satu alternatif untuk perbaikan sifat
mekanik baja karbon rendah adalah dengan metode perlakuan pendinginan agar peningkatan
tegangan tarik dan kekerasan dapat dicapai. Dengan keinginan untuk mendapatkan tingkat
kekerasan baja sesuai dengan yang kita inginkan, terlebih dalam dunia industri dewasa ini
banyak sekali yang membutuhkan seperti contoh sebagai bahan pembuat pahat bubut.
Menurut Subkhan, et al.,( 2014: 68) Baja karbon rendah dapat ditingkatkan tingkat
kekerasan dan kekuatan tariknya dengan menggunakan proses pemanasan quenching dan
pemberian media pendinginan. Selurus dengan penelitian yang dilakukan oleh Arto dan
Turnip (2015: 191) salah satu cara untuk menngetahui sifat mekanis suatu bahan adalah
dan pengerjaan serta proses perlakuan pendinginan terhadap logam yang dilas.
Sehingga untuk mendapatkan hasil sambungan pengelasan yang baik dan berkualitas
maka perlu memperhatikan sifat-sifat bahan yang akan dilas maupun penelitian
tentang perlakuan pendinginan pada logam yang dilas sangat mendukung untuk
mendapatkan hasil sambungan las yang berkualitas (Irawan Andik dan D.T Agita,
2016). Pada umumnya struktur mikro dari baja karbon rendah tergantung pada
kecepatan pendinginannya dari suhu daerah austenite sampai ke suhu kamar (darma
Dalam proses pendingin media pendingin yang sering digunakan sebagai pendingin
yaitu air, air garam, oli dan udara. Semakin cepat logam didinginkan maka akan semakin
keras sifat logam itu, karbon yang dihasilkan dari pendinginan cepat lebih banyak dari
pendingian lambat. Dengan alasan media pendingin tersebut digunakan sesuai dengan
kemampuannya untuk memperoleh hasil yang diharapkan. (Irawan Andik dan D.T Agita,
2016).
larutan dan bahan dasar media pendingin. Pelumas adalah minyak yang mempunyai sifat
untuk selalu melekat dan menyebar pada permukaan-permukaan yang bergeser, sehingga
Berdasarkan latar belakang diatas maka penelitian ini mengambil judul : “ Pengaruh
Media Pendingin Terhadap Kekerasan Dan Struktur Mikro Baja ASTM A36 Hasil Pengelasan
SMAW.”
B. Identifikasi Masalah
mikro
C. Pembatasan Masalah
elektroda E 6013.
adalah 75 A.
D. Perumusan Masalah
a. Apakah ada pengaruh media pendingin radiator coolant dan oli SAE
SMAW?
b. Apakah ada pengaruh media pendingin radiator coolant dan oli SAE
Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
dan oli SAE 10W-40 terhadap kekerasan baja ASTM A36 hasil pengelasan
SMAW
coolant dan oli SAE 10W-40 terhadap struktur mikro baja ASTM A36
A. Manfaat Penelitian
teknik mesin.
cairan pendingin
A36
2. Bagi umum:
pengembangan teknologi
hasil pengelasan.
meningkatkan pengetahuan
pendinginan terhadap sifat mekanis baja ASTM A36. Spesimen berbentuk plat
dengan tebal 2 cm dengan dimensi sesuai standar JIS. Sebelumnya spesimen diberi
perlakuan panas austenisasi dengan suhu 900℃ selama 60 menit. Media pendingin
yang digunakan dalam penelitian ini adalah udara (ruang terbuka), oli dan juga media
pendingin air. Dari hasil penilitian terhadap kekerasan baja ASTM A36, kecepatan
media pendingin terhadap proses pendinginan berpengaruh terhadap kekerasan
spesimen. Hasil yang diperoleh dari media pendinginan dengan menggunakan udara
sebesar 143.1 kg/mm2. Sedangkan dengan media pendingin oli yang memiliki
dan struktur mikro baja s45c dilakukan oleh Rachmadani,dkk (2017). Metode yang
uji (spesimen) dengan variasi media pendingin oli,air dan udara. Hasil penelitian yang
berfokus pada struktur mikro di daerah HAZ (heat affected zone) menunjukkan bahan
mengandung ferit dan martensit dengan kandungan martensit lebih banyak karena
sifat air yang mudah larut sehingga menyebabkan spesimen mudah mengeras.
mengandung ferit dan martensit dengan kandungan ferit lebih banyak dikarenakan
sifat oli yang kental dan laju pendinginan lambat sehingga martensit sulit terbentuk.
Hasil uji kekerasan yang dilakukan dengan menggunakan metode uji kekerasan
vickers didapatkan hasil dari media pendingin air pada daerah HAZ sebesar 315
VHN, sedangkan dengan media pendingin oli memiliki nilai kekerasan 269 VHN,
media pendingin udara memiliki nilai kekerasan sebesar 177 VHN. Media pendingin
dengan densitas tinggi berpengaruh terhadap nilai kekerasan spesimen yang diuji.
Penelitian yang dilakukan oleh Saputra Hendi,dkk (2014), yang berjudul Kekuatan
Tarik Hasil Pengelasan SMAW Plat Baja ST 37 Dengan Pendingin penting dalam
terbentuknya struktur dasar material yang akan menentukan material properthies. Fokus dari
material properties dalam penelitian ini adalah uji tarik,dimana spesimen hasil pengelasan
dicelupkan kepada cairan pendingin oli memiliki kekuatan uji tarik tertinggi yaitu 144,27
kg/mm2.
terhadap kekerasan baja ST 37. Proses pengelasan dalam penelitian ini menggunakan metode
pengelasan SMAW (shielded metal arc welding). Media pendinginan menggunakan media
air, oli SAE 40 dan air garam (10%). Spesimen yang digunakan mengacu pada standarisasi
ASTM E92 dengan panjang 100 mm, lebar 30 mm dan tebal 5 mm. Pada proses pengelasan,
elektroda yang digunakan berjenis E6013 dengan tegangan 20 volt, kuat arus 100 ampere dan
kecepatan las 3,4 cm/menit dibuatkan kampuh berbentuk x. Sebelum pemberian media
pendingin, spesimen dipanaskan mencapai suhu 900℃ selama 15 menit. Pengujian kekerasan
dilakukan dengan metode pengujian vickers menggunakan indentor intan dengan sudut 136 o
dan berat pembebanan sebesar 30 kg. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan
bahwa media pendinginan menggunakan air meiliki kekerasan sebesar 123,60 VHN, media
pendingin oli SAE 40 memilikihasil sebesar 94,27 dimana memiliki hasil yang sama dengan
media pendingin air garam (10%). Proses pendinginan tidak terlalu berpengaruh signifikan
dibanding dengan spesimen raw material dimana mempunyai nilai kekerasan sebesar 92,70
VHN.
Penelitian pengaruh media pendingin terhadap struktur mikro baja yang diteliti
oleh Erizal (2014) , yang berjudul Analisa Struktur Mikro pada Daerah Las dan HAZ
hasil pengelasan shielded metal arc welding(SMAW) pada baja karbon medium dan
quenching air laut. Spesimen dalam penelitian ini terdapat dua jenis, yaitu spesiemn
yang dilas dan tidak. Kedua spesimen diberlakukan proses quenching pada
temperature 850oC. Diperoleh hasil bahwa struktur mikro pada spesimen yang
dilakukan quenching pada daerah logam HAZ tampak jelas batas butir Ferrite dan
martensitenya dan pada daerah logam las tampak ferrite dan martensitenya dominan.
Hal ini disebabkan karena sifat media pendingin air laut yang teratur dan cepat dalam
Priadi Made Angga ,dkk (2017) pengaruh media pendingin terhadap kekerasan dan
struktur mikro hasil penngelasan oxy acetylene pada material baja st 37 dengan media
air mempunyai hasil ferrit lebih mendominasi dibandingkan dengan perlit. Dengan
media pendingin oli mempunyai ferrit lebih mendominasi dibandingkan dengan perlit
dan berwarna terang menandakan bahwa baja bersifat tidak keras namun ulet yang
berarti baja dengan media pendingin oli memiliki tingkat kekerasan yang rendah.
Adapun jenis metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
eksperimen. Terdapat dua jenis variable yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
variabel bebas yang berupa media pendingin air, media pendingin udara dan media
pendingin oli dan variabel terikatnya berupa sifat kekerasan. Dari hasil penelitian
yang telah dilakukan dimana kekerasan daerah logam induk dengan media pendingin
air memperoleh nilai rata-rata sebesar 63,10 Kg/mm2, pendingin udara memperoleh
nilai rata-rata sebesar 65,61 Kg/mm2, dan media pendingin oli memperoleh nilai rata-
rata sebesar 62,68 Kg/mm2. Kekerasan pada daerah HAZ dengan media pendingin air
memperoleh nilai rata-rata sebesar 71,05 Kg/mm2 dan media pendingin oli
memperoleh nilai rata-rata sebesar 70,34 Kg/mm2. Kekerasan pada daerah logam las
dengan media pendingin air memperoleh nilai rata-rata sebesar 60,99 Kg/mm2, media
pendingin udara memperoleh nilai rata-rata sebesar 61,79 Kg/mm2 dan media
pendingin oli memperoleh nilai rata-rata sebesar 60,79 Kg/mm2. Berdasarkan dari
hasil yang telah didapatkan baik pada logam induk, daerah HAZ dan logam Las
dimana tingkat kekerasan yang lebih baik diperoleh dari proses pendinginan udara
dibandingkan dengan media pendingin air dan media pendingin oli dari proses
Penelitian yang dilakukan oleh kurniawan ade ,dkk (2014), dengan konsentrasi
judul pengaruh variasi media pendingin terhadap kekerasan dan struktur makro hasil
penngelasan gmaw (mig). Bahan yang digunakan untuk spesimen adalah baja karbon
rendah dengan jenis baja ST 37. Pembuatan spesimen dengan dimensi ukuran panjang
100 mm, lebar 60 mm dan lebar 8 mm,kemudian dibuat slot ditengah spesimen
dengan lebar 2 mm dan kedalaman 1,5 mm. proses pengelasan dengan cara mendatar
tepat ditengah slot dengan diikuti pengukuran suhu dan waktu pengelasan. Proses
selama 15 menit. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini menghasilkan nilai
dihasilkan oleh media pendingin air dengan nilai kekerasan sebesar 240,2 HVN,
sedangkan nilai kekerasan terendah dihasilkan oleh media pendingin udara kompresor
Penelitian yang relevan selanjutnya dilakukan oleh Yuri,et al., (2016) dengan
meneliti pengaruh media pendingin pada proses hardening material baja S45C.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan buku literatur dan
jurnal. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui sifat mekanik baja yang
didinginkan dengan media pendingin air garam, oli, air dan udara dalam media
pendingin terhadap tingkat kekerasan pada baja S45C setelah dikeraskan dalam proses
hardening dan struktur mikro. Penelitian dimulai dari pemotongan specimen uji
nilai rata-rata kekerasan 95 BHN, nilai rata-rata kekerasan oli 89 BHN, nilai rata-rata
kekerasan air 94 BHN, nilai rata-rata kekerasan udara 87 BHN dan nilai kekerasan
tanpa di hardening 88 BHN. uji impact pada udara memiliki nilai rata-rata 1,175
J/𝑚𝑚2, nilai rata-rata impact air garam 0,257 J/𝑚𝑚2, nilai rata-rata impact air 0,369
J/𝑚𝑚2, nilai rata-rata impact oli 1,128 J/𝑚𝑚2dan nilai rata-rata impact tanpa
ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan
dalam keadaan lumer atau cair. Dengan kata lain, las merupakan sambungan
penyambungan dua buah logam atau lebih sampai titik rekristalisasi logam
dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan atau
Mochammad,2016).
dua buah logam sampai titik rekristalisasi logam, dengan atau tanpa ,
bahan yang dilas. Pengelasan juga dapat diartikan sebagai ikatan tetap dari
rekayasa dan reparasi produksi logam. Hampir pada setiap pembangunan suatu
pengelasan yang banyak dipakai untuk mengelas baja karbon adalah Shielded
pengelasan dengan cara ini dapat menghasilkan 2 sambungan yang kuat juga
untuk mengelas berbagai tipe sambungan, posisi, serta lokasi yang sulit
dikerjakan, biaya pengoperasian yang relatif rendah dan dapat dipakai untuk
mengelas didalam maupun diluar ruangan (Wdodo, 2016: 6). Tidak
diperlukannya hose untuk gas pelindung ataupun air pendingin, serta dapat
dioperasikan pada tempat yang jauh dari sumber tenaga, dan kualitas
jenis elektroda. Shielded Metal Arc Welding (SMAW) juga sering disebut
sebagai stick welding. Hal ini dikarenakan elektrodanya yang berbentuk stick.
Proses pengelasan ini adalah proses pengelasan yang relative paling banyak
SMAW ini l3terjadi gas penyelimut ketika elektroda terselaput itu mencair,
untuk mengusir oksigen atau udara yang dapat menyebabkan korosi atau
menyatakan bahwa,SMAW adalah proses las busur manual dimana panas dari
las ke benda kerja/logam yang akan dilas pada jarak beberapa milimeter,
sehingga terjadi aliran arus listrik dari elektroda ke benda kerja, karena adanya
perbedaan tegangan antara elektroda dan benda kerja (logam yang akan dilas).
Dengan demikian maka dapat disimpulkan las SMAW merupakan
logam pengisi las berupa elektroda las / filler metal electrode sebagai logam
mutu hasil pengelasan, begitu juga fluks dan gas sebagai pelindung
(shielding)”.
adalah suatu bahan pengumpan atau penambah untuk mengisi celah (grove)
antara dua material yang terbuat dari baja batangan terbungkus oleh fluks
(Rianto Endro,2015).
penggunaan yang berbeda pula. Elektroda terdiri dari dua bagian yaitu bagian
yang berselaput (fluks) dan tidak berselaput yang merupakan pangkal untuk
menjepitkan tang las. Elektroda terdiri dari dua jenis bagian yaitu bagian yang
bersalut ( fluks ) dan tidak bersalut yang merupakan pakal untuk menjepitkan
tang las. Fungsi fluks atau lapisan elektroda dalam las adalah untuk
SMAW dapat berpengaruh terhadap hasil lasan (Soleh et al., 2017: 30).
Pada dasarnya bila ditinjau dari logam yang dilas, kawat elektroda
dibedakan menjadi elektroda untuk baja lunak, baja karbon tinggi, baja
paduan, besi tuang, dan logam non ferro. Pemilihan elektroda pada pengelasan
baja karbon sedang dan baja karbon tinggi harus benar-benar diperhatikan
Elektroda jenis E6013 dapat dipakai dalam semua posisi pengelasan dengan
arus las AC maupun DC. Elektroda dengan kode E6013 untuk setiap huruf dan
semua posisi.
DC.
Elektroda digunakan dalam pengelasan las busur listrik sebagai
sumber panas dan bahan tambah untuk menyambukngkan dua atau lebih
logam dengan melihat kriteria dan jenis logam yang akan dilas.
sampai 2,14%. Sifatsifat mekanik baja karbon tergantung dari kadar C yang
karbon dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian menurut kadar karbon yang
dikandungnya.
kadar karbon, sebenarnya yang mempengaruhi sifat baja bukan kadar karbon
sendiri tetapi stuktur mikronya, baja dengan komposisi kimia yang sama dapat
sifat mekanis dan fisis dari baja yang bersangkutan. Jenis-jenis baja umumnya
ditinjau dari jumlah kandungan karbon yang terdapat dalam strukturnya, yaitu:
a) Baja karbon tinggi adalah baja dengan kandungan karbon 0,70
% – 1,70 %.
0,31 % - 0,70 %.
0,04 % - 0,30 %.
Menurut A.S Muhroni dan B.H Kembaren (2013) struktur mikro adalah
struktur terkecil yang terdapat dalam suatu bahan yang keberadaannya tidak
dapat dilihat dengan mata telanjang, tetapi harus menggunakan alat pengamat
fasa dan stuktur yang ada di logam yang sudah diamati dengan metode
metalografi.
Menurut Anggoro (2017: 14) struktur mikro dapat diperoleh dari
atau perlakuan panas (heat treatment) akan meenyebabkan struktur dari baja
oleh faktor-faktor dari material yang dilas juga tergantung pada temperatur
umumnya struktur mikro yang terjadi tergantung pada komposisi kimia dari
logam induk, kondisi logam induk seperti geometri atau proses pengerjaan
tahap ya ng paling krusial karena struktur mikro logam las yang berarti juga
sifat-sifat mekanisnya sangat ditentukan pada tahap ini. Menurut Amin (2015:
(ferit) adalah masukan panas (heat input), komposisi kimia las, kecepatan
suatu bahan karena perlakuan panas yang diperoleh dari proses pengelasan
yang menjadi berubah dari sebelumnya dan hanya bisa dilihat dengan
dan Sultoni (2017 : 85) Kekerasan bukanlah konstanta fisika, nilainya tidak
hanya bergantung pada material yang diuji, namun juga dipengaruhi oleh
(Non Destructive test) dimana pada pengujian ini dapat diketahui suatu nilai
hardness). Salah satu metode menggunaan indentor pada uji kekerasan adalah
rockwell cocok untuk suatu material yang keras atau lunak, penggunaannya
Rockwell didasarkan pada kedalaman masuknya penekan benda uji (Rizal dan
Ismardi, 2014:140).
ketahanan suatu material (baja karbon) terhadap penetrasi atau daya tembus
dari bahan lain yang lebih keras ( Penetrator ). Kekerasan merupakan suatu
adalah, metode untuk mengetahui sifat mekanis suatu material dengan melihat
kemampuan indentasi dari bahan yang lain yang memiliki sifat mekanis lebih
keras.
BAB III
METODE PENELITIAN
diselesaikan,perlu adanya suatu metode dalam penelitian tersebut. Salah satu metode
penelitian yaitu penelitian eksperimen. Seperti yang dijelaskan oleh Sugiyono (2015)
3.1.1 Waktu
2019
3.1.2 Tempat
Tempat penelitian dilakukan di laboratorium Teknik Mesin ,