Anda di halaman 1dari 8

CiE 3 (2) (2014)

Chemistry in Education
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/chemined

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN BERORIENTASI


CHEMOENTREPRENEURSHIP PADA PEMAHAMAN KONSEP DAN
KEMAMPUAN LIFE SKILL SISWA

N Nurmasari, Supartono, SMR Sedyawati

Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang

Gedung D6 Kampus Sekaran Gunungpati Telp. 8508112 Semarang 50229


Info Artikel Abstrak
Sejarah Artikel: Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SMA N 9 Semarang kelas X tahun
Diterima April 2014 ajaran 2012/2013, diperoleh data ketuntasan klasikal siswa pada mata pelajaran
Disetujui Juni 2014 kimia kurang dari 85% dan kemampuan life skill siswa rendah yaitu sebesar 61%.
Dipublikasikan Oktober 2014 Penelitian ini menerapkan pembelajaran berorientasi Chemoentrepreneurship (CEP)
pada materi minyak bumi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan
pembelajaran berorientasi CEP pada pemahaman konsep dan kemampuan life
skill siswa SMA kelas X. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA
N 9 Semarang. Desain yang digunakan adalah posttest only control design.
Keywords: Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling, kelas X-3
chemoentrepreneurship sebagai kelas eksperimen dan X-2 sebagai kelas kontrol. Hasil ketuntasan belajar
concept understands menunjukkan bahwa kelas eksperimen mencapai ketuntasan belajar klasikal
life skill sebesar 88,89%, sedangkan kelas kontrol hanya sebesar 78,95%. Rata-rata
pemahaman konsep siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol
yaitu masing-masing sebesar 80,11 dan 74,32. Kemampuan life skill siswa
meningkat dari 61% menjadi 84%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pembelajaran berorientasi CEP memberikan keefektifan yang signifikan pada
pemahaman konsep dan kemampuan life skill siswa SMA kelas X.

Abstract
The results of preliminary studies performed in SMA N 9 Semarang grade X of the school
year 2012/2013, the data obtained classical completeness students on chemistry subject less
than 85% and ability students' life skill was lower, equal to 61%. In this study, researchers
applied learning oriented Chemoentrepreneurship (CEP) in petroleum material. This study
aims to determine the effectiveness of the learning­oriented CEP in understanding the
concepts and skills of high school students’ life skills grade X. The population in this study
were students of class X SMA N 9 Semarang. The design which used is a posttest only
control design. The sample was taken by random cluster sampling technique, the class X­3
as the experimental class and the class X­2 as a control. The results of completeness study
show that experiment classroom achieved mastery of classical study 88.89%, while the
control class was only 78.95%. the average students’ Concept understands in experimental
class was better than the control class respectively 80.11 and 74.32. Life skill ability of
students increased from 61% to 84. The results show that the learning­oriented CEP
provides significant effectiveness in understanding the concepts and skills of high school
students life skills class X.

© 2013 Universitas Negeri Semarang


 Alamat korespondensi:
Email: Novita.kimia25@gmail.com ISSN NO 2252-6609
N Nurmasari/Chemistry in Education 3 (2) (2014)
Pendahuluan sejak duduk dibangku sekolah agar peserta didik
Indonesia memiliki masalah dalam lebih terlatih untuk melatih kemampuan life skill
mutu pendidikan. Mutu pendidikan Indonesia yang mereka miliki (Yulianingrum & Rahayu,
masih tertinggal dari negara-negara maju 2013).
lainnya. Sistem pendidikan Indonesia berada di Setelah dilakukan survey tentang life
posisi terbawah bersama Meksiko dan Brasil skill yang dibutuhkan, diperoleh 10 indikator
berdasarkan tabel liga global yang diterbitkan yang akan diamati dalam penelitian ini.
oleh firma pendidikan Pearson (BBC Indonesia, Indikator ini diambil dari hasil survey tentang
2012). Masalah rendahnya mutu pendidikan ini kecakapan hidup terbanyak yang dibutuhkan
berimplikasi langsung terhadap mutu lulusan. oleh siswa. Indikator ini meliputi (1) sadar
Menurut data Badan Pusat Statistik sebagai makhluk tuhan, (2) percaya diri, (3)
(2012), tingkat pengangguran terbuka (TPT) kecakapan menggali dan menemukan
untuk pendidikan menengah masih tetap informasi, (4) kecakapan mengolah informasi,
menempati posisi tertinggi, tingkat (5) kecakapan berkomunikasi, (6) bekerjasama,
pengangguran terbuka pada bulan Februari (7) tanggungjawab, (8) merumuskan masalah,
2012 untuk lulusan SMA mencapai 10,34%. (9) membuat hipotesis, dan (10) membuat
Masalah banyaknya pengangguran untuk kesimpulan.
lulusan SMA merupakan fenomena rendahnya Pembelajaran harus lebih melibatkan
mutu lulusan. Kemampuan akademis lulusan siswa dalam proses belajar mengajar dan
SMA dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara memberi kesempatan siswa untuk
lain mutu lembaga sekolah, terutama guru, mengembangkan kemampuan life skill yang
peralatan, buku, dan sarana pendukung nantinya dibutuhkan untuk mengatasi masalah
maupun proses pengajaran dari setiap sekolah yang dihadapi dalam hidupnya. Pembelajaran
(Asmorowati, 2009). kimia dapat menggunakan pendekatan CEP
Hasil observasi dan wawancara di SMA untuk menciptakan suasana belajar yang lebih
N 9 Semarang menunjukkan bahwa mengaktifkan siswa dan memberikan
pemahaman siswa kelas X terhadap pelajaran kesempatan siswa untuk mengembangkan
kimia masih rendah, banyak siswa yang tidak kemampuan life skill.
mencapai batas Kriteria Ketuntasan Minimal Konsep pendekatan CEP adalah suatu
(KKM). Nilai rata-rata kelas hanya 67,44 pendekatan pembelajaran kimia yang dikaitkan
dengan ketuntasan klasikal sebesar 57,89%. dengan obyek nyata sehingga selain mendidik,
Pembelajaran yang dilakukan di SMA N 9 dengan pendekatan CEP ini memungkingkan
Semarang masih didominasi oleh ceramah, siswa dapat mempelajari proses pengolahan
pemberian tugas dan latihan soal. Siswa kurang suatu bahan menjadi produk yang bermanfaat,
diberi kesempatan untuk berpartisipasi aktif benilai ekonomi tinggi dan menumbuhkan
dalam proses pembelajaran, hal ini semangat berwirausaha (Supartono, 2006).
menyebabkan siswa belum dapat
Rumusan masalah dalam penelitian ini
mengembangkan potensi yang ada pada dirinya
adalah : Bagaimana keefektifan pembelajaran
secara optimal dan kemampuan life skill siswa
berorientasi CEP pada pemahaman konsep dan
rendah. Setelah disebarkan angket, diperoleh
kemampuan life skill siswa SMA kelas X?
informasi bahwa kemampuan life skill siswa
hanya mencapai 61%. Hal ini menunjukan Penelitian ini bertujuan untuk
bahwa kemampuan life skill siswa masih rendah. mengetahui keefektifan pembelajaran
berorientasi CEP pada pemahaman konsep dan
kemampuan life skill siswa SMA kelas X.
Life skill meliputi kombinasi dari
pengetahuan, nilai, sikap dan keterampilan,
dengan penekanan pada pokok terhadap Metode Penelitian
keterampilan yang terkait dengan pemikiran Penelitian ini merupakan penelitian
kritis dan pemecahan masalah, manajemen diri, eksperimen yang dilakukan di SMA Negeri 9
keterampilan berkomunikasi, dan keterampilan Semarang pada materi minyak bumi. Desain
antarpersonal (Rahmawati & Yonata, 2012). penelitian ini yaitu posttest only control design.
Pendidikan kecakapan hidup dapat Populasi dalam penelitian adalah siswa kelas X
menghantarkan manusia-manusia Indonesia SMA N 9 Semarang tahun pelajaran
memasuki era globalisasi dengan kemampuan 2012/2013. Kelas X-3 merupakan kelas
kompetitif yang tinggi. Life skill harus diajarkan
#
N Nurmasari/Chemistry in Education 3 (2) (2014)
eksperimen dan X-2 merupakan kelas kontrol
yang diambil melalui teknik cluster random Hasil dan Pembahasan
sampling dengan pertimbangan bahwa hasil uji Pembelajaran yang dilakukan di kelas
normalitas dan uji homogenitas terhadap nilai eksperimen menggunakan metode diskusi
ulangan akhir semester ganjil diperoleh bahwa berorientasi CEP. Penerapan metode diskusi ini
keduanya berdistribusi normal dan homogen. dilakukan untuk lebih mengembangkan
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kemampuan life skill siswa. Siswa terlihat kurang
pendekatan pembelajaran. Kelas eksperimen aktif terhadap kegiatan diskusi kelompok pada
menggunakan pembelajaran dengan pendekatan pertemuan pertama. Beberapa siswa ada yang
CEP, sedangkan kelas kontrol menggunakan ramai sendiri, siswa juga belum berani
pendekatan konvensional yaitu pembelajaran mengemukakan pendapatnya. Siswa harus
yang didominasi oleh ceramah, latihan soal dan ditunjuk untuk maju mempresentasikan hasil
penugasan. Variabel terikat dalam penelitian ini diskusi. Hal ini menunjukkan bahwa
yaitu pemahaman konsep dan kemampuan life kemampuan life skiil siswa belum berkembang.
skill siswa kelas X SMA N 9 Semarang. Siswa terlihat antusias dan aktif berdiskusi saat
Metode pengumpulan data dilakukan diskusi berlangsung pada pertemuan
dengan metode dokumentasi, tes, observasi dan selanjutnya, hal ini ditandai dengan siswa
angket. Tes digunakan untuk mengukur bertanya kepada teman sekelompok, serta
pemahaman konsep siswa. Observasi digunakan mencari dari berbagai sumber untuk bahan
untuk menilai kemampuan life skill siswa. berdiskusi. Beberapa kelompok ada yang maju
Angket digunakan sebagai data awal untuk tanpa ditunjuk. Hal ini terlihat bahwa terlihat
mengetahui kemampuan life skill siswa. Bentuk lebih percaya diri dan kemampuan life skiil
instrumen yang digunakan berupa silabus, lebih berkembang.
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), tes Pembelajaran yang dilakukan di kelas
pemahaman konsep (posttest), lembar observasi, kontrol menggunakan metode ceramah, latihan
dan angket. Tes pemahaman konsep sebelum soal dan penugasan. Pembelajaran pada kelas
digunakan perlu dianalisis dengan uji validitas, kontrol hanya berpusat pada guru (teacher
reliabilitas, daya pembeda, dan taraf kesukaran. centered), siswa cenderung pasif karena hanya
Lembar observasi digunakan untuk penilaian life mendengarkan penjelasan dari guru. Hal ini
skill yang sebelumnya telah divalidasi oleh dosen membuat siswa merasa bosan, dan mengantuk.
pembimbing dan telah diuji cobakan. Hasil uji Beberapa siswa kurang memperhatikan
coba tersebut kemudian dihitung reliabilitasnya. penjelasan dan mereka sibuk berbicara dengan
Instrumen observasi dikatakan reliabel jika teman sendiri. Pembelajaran dengan metode
rhitung yang didapatkan lebih dari atau sama ceramah kurang efektif jika diterapkan untuk
dengan 0,7 (Mardapi, 2012). mengajari matari minyak bumi karena materi
Data penelitian pemahaman konsep minyak bumi bersifat hafalan. Materi minyak
dianalisis secara statistik parametrik dihitung bumi lebih baik diajarkan dengan mengaitkan
dengan uji perbedaan rata-rata satu pihak kanan materi dalam kehidupan sehari-hari atau
untuk mengetahui apakah hasil pemahaman menggunakan media untuk memudahkan
konsep kelas eksperimen lebih baik dari kelas memahami materi tersebut (Wicaksana, 2013).
kontrol, uji ketuntasan belajar untuk Kemampuan life skill siswa selama
mengetahui ketuntasan klasikal kedua kelas. proses pembelajaran diukur dengan observasi
Ketuntasan belajar individu dapat dilihat dari yang dilakukan oleh tiga observer/pengamat.
data hasil belajar siswa dan dikatakan tuntas Observer ini mengamati kegiatan siswa selama
jika hasil belajarnya mendapat nilai lebih besar pembelajaran di dalam kelas dan kegiatan
dari 70. Lembar observasi kemampuan life skill, praktikum di laboratorium. Nilai rata-rata
dan angket dalam penelitian ini dianalisis secara kemampuan life skill kelas eksperimen disajikan
deskriptif. pada Tabel 1.

#
N Nurmasari/Chemistry in Education 3 (2) (2014)

Tabel 1. Rata-rata kemampuan life skill siswa kelas eksperimen

Kemampuan life skill yang kelompok, tanggung jawab setelah kegiatan


dikembangkan di kelas selama diskusi praktikum, menggunakan kecakapan sesuai
berlangsung diantaranya kecakapan individu fungsinya. Aspek yang dapat dikembangkan
(personal skill) yaitu sadar sebagai makhluk selama kegiatan di dalam kelas dan di
Tuhan dan percaya diri, kecakapan berpikir laboratorium adalah percaya diri, kecakapan
rasional (thinking skill) yaitu kecakapan menggali berkomunikasi secara lisan dan tulisan,
dan mengolah informasi, kecakapan sosial kecakapan berkomunikasi dalam kelompok,
(social skill) meliputi bekerja sama, tanggung tanggung jawab menyelesaikan tugas.
jawab, kecakapan berkomunikasi, dan Terjadi peningkatan kemampuan life
kecakapan akademik (academic skill) meliputi skill siswa kelas eksperimen sebelum dan
kecakapan merumuskan masalah, kecakapan sesudah diajar dengan menggunakan
membuat hipotesis, dan kecakapan membuat pendekatan CEP. Kemampuan life skill siswa
kesimpulan. sebelum diajar dengan pendekatan CEP hanya
Penilaian semua indikator tersebut mencapai 61%. Hasil ini diperoleh dari angket
dilakukan di dalam kelas dan di laboratorium. yang disebarkan sebelum pembelajaran
Penilaian di dalam kelas dilakukan pada saat berlangsung. Hasil analisis deskriptif
siswa melakukan diskusi kelompok. Diskusi menunjukkan bahwa 15 siswa memiliki nilai
kelompok dapat mengembangkan indikator life dengan kategori sangat baik dengan persentase
skill sadar sebagai Makhluk Tuhan, kecakapan sebesar 41,67%, dan 21 siswa dengan persentase
menggali dan mencari informasi, kecakapan sebesar 58,33% memiliki kategori nilai baik.
mengolah informasi, kecakapan merumuskan Kemampuan life skill siswa setelah diajar dengan
masalah, kecakapan membuat hipotesis, dan menggunakan pendekatan CEP mencapai
kecakapan membuat kesimpulan. persentase sebesar 84%. Disimpulkan bahwa
Indikator yang dinilai selama kegiatan pembelajaran berorientasi CEP efektif pada
praktikum di laboratorium adalah aspek kemampuan life skill karena kemampuan life skill
kerjasama dalam menyiapkan alat dan bahan siswa meningkat (Mursiti et al., 2008). Besarnya
praktikum, pembagian kerja kelompok, Peningkatan kemampuan life skill kelas
pemberian bantuan kepada teman satu eksperimen untuk masing-masing indikator
dapat dilihat pada Gambar 1.

#
N Nurmasari/Chemistry in Education 3 (2) (2014)

Gambar 1. Peningkatan kemampuan life skill kelas eksperimen


Aspek sadar sebagai makhluk Tuhan informasi mengalami peningkatan dari 57%
mengalami peningkatan dari 74% menjadi menjadi 77%. Siswa mampu mengolah
100%. Aspek ini tergolong sangat tinggi karena informasi, hal ini ditandai dengan beberapa
semua siswa pada kelas eksperimen menyadari siswa mampu menjelaskan materi minyak bumi
bahwa dirinya adalah makhluk ciptaan Tuhan, dengan benar di depan kelas. Kecakapan
sehingga mensyukuri nikmat Tuhan dan tidak berfikir rasional penting karena memungkinkan
merusak ciptaan Tuhan. siswa untuk secara efektif menangani sosial,
Aspek percaya diri mengalami ilmiah, dan masalah praktis (Shakirova, 2007).
peningkatan dari 62% menjadi 76%. Percaya Indikator kecakapan sosial yang diukur
diri adalah rasa percaya bahwa ia sanggup dan pada penelitian ini adalah kecakapan
mampu untuk mencapai prestasi tertentu. berkomunikasi, kerjasama, dan tanggung jawab.
Kurang percaya diri tidak akan menunjang Indikator kecakapan sosial ini dibagi lagi dalam
tercapainya prestasi yang tinggi, dan berarti juga beberapa aspek meliputi kecakapan
meragukan kemampuan diri sendiri (Yulianto, berkomunikasi secara lisan dan tulisan,
2006). Kepercayaan diri siswa terlihat dari berkomunikasi dalam kelompok, kerjasama
keberanian siswa maju mempresentasikan hasil dalam menyiapkan alat dan bahan praktikum,
diskusi tanpa ditunjuk oleh guru. pembagian kerja kelompok, pemberian bantuan
Aspek kecakapan berpikir rasional yang kepada teman kelompok, tanggung jawab
diukur dalam penelitian ini adalah kecakapan setelah praktikum, menggunakan alat sesuai
menggali informasi dan kecakapan mengolah dengan fungsinya, dan tanggung jawab
informasi. Kecakapan menggali dan menyelesaikan tugas. Kecakapan sosial adalah
menemukan informasi mengalami peningkatan kecakapan seseorang untuk berkomunikasi
dari 61% menjadi 83%. Peningkatan ini terjadi dengan manusia lainnya. Kecakapan sosial
karena penerapan pembelajaran dengan diperlukan agar mampu, sanggup, terampil
pendekatan CEP dapat lebih mengaktifkan menjalankan kehidupannya, yaitu dapat
siswa. Pembelajaran yang mengaktifkan siswa menjaga kelangsungan hidup dan
dapat meningkatkan keterampilan berpikir perkembangannya (Slamet, 2002).
siswa daripada pembelajaran yang Kecakapan berkomunikasi siswa secara
menggunakan metode ceramah dan hafalan lisan dan tulisan mengalami peningkatan
(Snyder & Snyder, 2008). sebesar 28%, dengan nilai rata-rata dalam
Peningkatan kecakapan berpikir kategori sangat tinggi yaitu sebesar 3,6.
rasional terlihat dari siswa dapat mencari Kecakapan berkomunikasi secara tulisan terlihat
bahan/materi dari berbagai sumber. Siswa tidak dari siswa mampu untuk membuat laporan
hanya mencari dari buku paket SMA tetapi praktikum dengan benar dan mempresentasikan
mereka juga mencari dari internet atau sumber hasil praktikum di depan kelas. Kecakapan
lain yang lebih relevan. Kecakapan mengolah berkomunikasi dalam kelompok tergolong

#
N Nurmasari/Chemistry in Education 3 (2) (2014)
sangat tinggi karena siswa dapat memberikan menyimpulkan materi yang didiskusikan pada
minimal 1 ide dalam kelompoknya dan dapat akhir pembelajaran. Kecakapan membuat
mengumpulkan tugas tepat waktu. kesimpulan siswa meningkat dari 56% menjadi
Keterampilan sosial sangat penting untuk untuk 87%, hal ini terlihat dari siswa yang dapat
berinteraksi dan beradaptasi dalam lingkungan. membuat kesimpulan sendiri.
Selain itu, mampu berinteraksi dengan orang Hasil praktikum menunjukkan bahwa
lain adalah kunci sukses untuk pengalaman siswa sudah dapat membuat semir sepatu yang
yang memperkaya kehidupan (Chen, 2006). baik dan layak dijual. Semir sepatu yang layak
Aspek kerjasama mengalami dijual dan dapat dijadikan peluang usaha adalah
peningkatan dari 61% menjadi 85%, dengan semir sepatu yang berwarna hitam pekat,
nilai rata-rata yang tergolong dalam kategori teksturnya rata, dan tidak terlalu keras. Siswa
tinggi. Siswa mampu bekerja sama dengan sudah dapat membuat lilin yang berkreasi dan
teman satu kelompok untuk mempersiapkan dapat memancarkan aroma terapi saat dibakar
alat dan bahan yang digunakan dalam dalam praktikum pembuatan lilin aromaterapi.
praktikum. Siswa juga mampu membagi kerja Lilin aromaterapi yang layak dijual adalah lilin
kelompok dan memberikan bantuan kepada yang dapat memancarkan aroma terapi ketika
teman satu kelompoknya ketika ia sedang sibuk dibakar, tekstrurnya rata, tidak ada bintik-bintik
atau tidak selama kegiatan praktikum berwarna putih, sumbu harus bisa dibakar,
(Kadarwati, et al., 2010). warna yang dihasilkan dan kemasan lilin juga
Aspek tanggung jawab mengalami harus menarik sehingga dapat dijadikan
peningkatan sebesar 29% dari 59% menjadi peluang bisnis penjualan lilin aromaterapi.
88%, dengan nilai rata-rata yang tergolong Balsem yang baik dan dapat dijual adalah
dalam kategori tinggi yaitu sebesar 3,5. Masing- balsem yang tidak terlalu keras dan memiliki
masing kelompok dapat membersihkan dan khasiat menghilangkan pegal-pegal. Siswa
mengembalikan alat ke tempat semula. Siswa sudah dapat membuat semir sepatu, lilin
dapat menyelesaikan tugas dengan tepat waktu. aromaterapi, dan balsem yang dapat dijual dan
Siswa juga dapat menggunakan alat sesuai dijadikan peluang usaha dengan
fungsinya dengan baik misalnya untuk mempertimbangkan laba yang diperoleh.
memanaskan dengan pembakar spirtus Pemahaman konsep siswa kelas
digunakan digunakan beaker glass pyrex. eksperimen dan kelas kontrol dapat diketahui
Kecakapan merumuskan masalah dan dengan hasil posttest yang dilaksanakan diakhir
kecakapan membuat hipotesis dikembangkan pembelajaran. Rata-rata hasil pemahaman
dengan memberikan sebuah permasalahan konsep siswa kelas eksperimen adalah 80,11
kepada siswa mengenai materi minyak bumi. dengan nilai tertinggi 96 dan nilai terendah 56.
Kecakapan merumuskan masalah mengalami Rata-rata hasil pemahaman konsep kelas
peningkatan yaitu sebesar 55% menjadi 76%. kontrol adalah 74,32 dengan nilai tertinggi 92
Kecakapan membuat hipotesis juga mengalami dan nilai terendah 52. Hasil nilai rata-rata
peningkatan sebesar 20% yaitu dari 54% posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol
menjadi 74%. Siswa dilatih untuk dapat lihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Nilai rata-rata posttest kelas eksperimen dan kontrol

#
N Nurmasari/Chemistry in Education 3 (2) (2014)

Rata-rata hasil pemahaman konsep Kemampuan life skill siswa juga meningkat dari
kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai 61% menjadi 84%.
perbedaan yang signifikan. Nilai rata-rata Pembelajaran berorientasi CEP ini
posttest kelas eksperimen lebih tinggi daripada memberikan keefektifan yang signifikan pada
kelas kontrol yaitu masing-masing sebesar 80,11 pemahaman konsep dan kemampuan life skill
dan 74,32. Perbedaan nilai rata-rata ini siswa karena siswa lebih termotivasi dan lebih
disebabkan siswa pada kelas eksperimen dan tertarik mempelajari kimia. Pembuatan semir
kelas kontrol diberi perlakuan yang berbeda. sepatu, lilin aromaterapi, dan balsem ini juga
Kelas eksperimen pembelajaran menggunakan dapat memberikan pengalaman bagi siswa
pendekatan CEP, sedangkan kelas kontrol dalam membuat suatu produk dengan nilai daya
menggunakan CEP metode ceramah. Hasil jual yang tinggi, selain itu pembelajaran
penelitian ini menunjukkan bahwa berorientasi CEP juga dapat meningkatkan jiwa
pembelajaran dengan pendekatan dapat berwirausaha siswa (Sumarti, 2008).
meningkatkan pemahaman konsep siswa
Beberapa hal yang perlu diperhatikan
(Supartono et al., 2009).
untuk melaksanakan pembelajaran berorientasi
Hasil analisis dengan menggunakan uji CEP dalam penelitian ini diantaranya adalah
kesamaan dua varians diperoleh Fhitung (1,07) (1) perlu persiapan yang lebih matang untuk
kurang dari Fkritis (1,94) dengan derajat melakukan praktikum ini, salah satunya adalah
kebebasan pembilang sebesar 35 dan derajat mempersiapkan bahan-bahan yang digunakan,
kebebasan penyebut sebesar 37, sehingga dapat karena bahan-bahan yang dipakai dalam
disimpulkan bahwa kedua kelompok memiliki penelitian ini tidak tersedia di laboratorium
varians yang sama. sekolah, (2) waktu yang diperlukan untuk
Hasil analisis uji perbedaan dua rata- menerapkan pendekatan tersebut lebih lama
rata satu pihak kanan diperoleh harga thitung dibandingkan dengan pembelajaran secara
sebesar 2,87 sedangkan harga tkritis sebesar 1,99 konvensial, oleh karena itu guru harus mampu
dengan derajat kebebasan sebesar 72, sehingga menguasai materi dan tahapan-tahapan dalam
dapat disimpulkan bahwa kelompok eksperimen penelitian, (3) perlu persiapan dalam membuat
lebih baik dari kelompok kontrol karena thitung RPP berorientasi CEP agar pembelajaran dapat
lebih besar dari tkritis. Salah satu indikator terlaksana dengan baik.
untuk menyatakan pembelajaran efektif adalah
apabila proporsi ketuntasan belajar kelas
eksperimen telah memenuhi ketuntasan klasikal SIMPULAN
lebih besar dari 85%. Hasil ketuntasan klasikal Hasil Penelitian menunjukkan bahwa
menunjukkan bahwa ketuntasan klasikal pada penerapan pembelajaran berorientasi CEP
kelas eksperimen sebesar 88,89% dengan siswa memberikan keefektifan yang signifikan pada
yang tuntas sebanyak 32 siswa dan kelas kontrol pemahaman konsep dan kemampuan life skill
sebesar 78,95% dengan siswa yang tuntas siswa kelas X-3 SMA N 9 Semarang. Proporsi
sebanyak 30 siswa. Hal ini menunjukkan bahwa ketuntasan klasikal kelas X-3, telah memenuhi
kelompok eksperimen telah mencapai proporsi ketuntasan klasikal sebesar 88,89%.
ketuntasan klasikal, sedangkan kelompok Rata-rata pemahaman konsep kelas eksperimen
kontrol belum mencapai ketuntasan klasikal. sebesar 80,11 lebih baik daripada kelas kontrol
yaitu sebesar 74,32. Kemampuan life skill siswa
Penerapan pembelajaran berorientasi
meningkat dari 61% menjadi 84%.
CEP pada materi minyak bumi memberikan
keefektifan yang signifikan pada pemahaman
konsep dan kemampuan life skill siswa kelas X. DAFTAR PUSTAKA
Hal ini ditunjukkan dengan dengan proporsi Asmorowati, D.S. 2009. Pembelajaran kimia
ketuntasan belajar siswa kelas yang diajar hidrokarbon menggunakan kolaborasi konstruktif
dengan pendekatan pembelajaran berorientasi dan inkuiri berorientasi chemoentrepreneurship
(CEP) untuk meningkatkan hasil belajar dan
CEP telah memenuhi proporsi ketuntasan
minat berwirausaha siswa. Skripsi. Semarang:
belajar klasikal lebih dari 85% yaitu sebesar Jurusan Kimia FMIPA UNNES.
88,89% dengan siswa yang tuntas sebanyak 32 BBC Indonesia. 2012. Sistem pendidikan Indonesia
siswa. Rata-rata hasil pemahaman konsep kelas terendah di dunia. Tersedia di http://Sistem
eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol Pendidikan Indonesia Terendah di Dunia -
yaitu masing-masing sebesar 80,11 untuk kelas KOMPAS.com.html tanggal 1 Maret 2013.
eksperimen dan 74,32 untuk kelas kontrol. Badan Pusat Statistik. 2012. Data strategis BPS.

#
N Nurmasari/Chemistry in Education 3 (2) (2014)
Jakarta: CV. Nasional Indah. Snyder, L.G. & Snyder, M. J. 2008. Teaching critical
Chen, K. 2006. Social skills intervention for students with thinking and problem solving skills. The
emotional/behavioral disorders: a literature Delta Pi Epsilon Journal. L(2): 90-99.
review from the american perspective. Education Sumarti, S.S. 2008. Peningkatan jiwa kewirausahaan
Research and Reviews. 1(3): 143-149. mahasiswa calon guru kimia dengan
Kadarwati, S., Saputro, S.H. & Priatmoko, S. 2010. pembelajaran praktikum kimia dasar
Upaya peningkatan hasil belajar kimia fisika berorientasi chemo-entrepreneurship. Jurnal
5 dengan pendekatan chemo- Inovasi Pendidikan Kimia. 2(2): 305-311.
entrepreneurship melalui kegiatan lesson Supartono. 2006. Peningkatan kreativitas peserta didik
study. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia. 4(1): melalui pembelajaran kimia dengan pendekatan
531-543. chemoentrepreneurship (CEP). Proposal
Mardapi, D. 2012. Pengukuran penilaian & evaluasi Research Grant – Program Hibah A2.
pendidikan. Yogyakarta: Nuha Medika. Semarang: Jurusan Kimia FMIPA UNNES.
Mulyasa, E. 2007. Kurikulum tingkat satuan pendidikan. Supartono, Saptorini. & Asmorowati, D.S. 2009.
Bandung: Remaja Rosdakarya. Pembelajaran kimia menggunakan
kolaborasi konstruktif dan inkuiri
Mursiti, S., Wahyukaeni, T. & Sudarmin. 2008. berorientasi chemo-entrepreneurship. Jurnal
Pembelajaran dengan pendekatan chemo- Inovasi Pendidikan Kimia. 3(2): 476-483.
entrepreneurship dan penggunaan game
simulation sebagai media chemo- Wicaksana, G.A., Nurhayati, N. & Cahyono, E.
edutainment untuk meningkatkan hasil 2013. Efektivitas media pembelajaran e­learning
belajar, kreativitas, dan life skill. Jurnal Inovasi berbasis chemo­edutainment terhadap hasil
Pendidikan Kimia. 2(2): 278-280. belajar materi hidrokarbon dan minyak bumi
siswa kelas x. Chemistry in Education. 2(1):
Rahmawati, A. & Yonata, B. 2012. Keterampilan 1-10.
sosial siswa pada materi reaksi reduksi
oksidasi melalui penerapan model Yulianto, F. & Nashori , H.F. 2006. Kepercayaan diri
pembelajaran kooperatif tipe numbered dan prestasi atlet tae kwon do daerah
heads together (NHT) SMA Negeri 9 istimewa Yogyakarta. Jurnal Psikologi
Surabaya. Unesa Journal of Chemical Universitas Diponegoro. 3(1): 55-62.
Education. 1(1): 47-55. Yulianingrum & Rahayu, Y.S. 2013. Penerapan
Shakirova, D.M. 2007. Technology for the shaping of pembelajaran IPA terpadu tipe webbed
college students’ and upper­grade students’ critical berorientasi kecakapan hidup (life skill) pada
thinking. Russian Education & Society. 49(9): tema suara kelas VII SMP Al-Amal
42-52. Surabaya. Jurnal Pendidikan Sains e­Pensa.
1(1): 1-7.

Anda mungkin juga menyukai