KEPERAWATAN STROKE
Modul 20
Manajemen Proses
Penulis:
Stephan V. Bandemer
Diperbarui oleh:
Gilbert Steinfurth
2016
SC-ID-01471
DAFTAR ISI
HALAMAN
9 Daftar Pustaka 19
Unit Stroke telah didirikan sejak tahun 1980an, pertama kali pada negara-negara skandinavia,
kemudian sejak 1990an, pada negara Anglo-Saxon dan di Jerman. Unit stroke adala pusat
spesialisasi dengan tempat tidur khusus, menyediakan treatment multidisiplin stroke dengan tim
khusus stroke memberikan treatment akut dan juga rehabilitasi awal1.
Review Cochrane terbaru yang terdiri dari 21 trial dengan 3,994 partisipan membandingkan unit
pelayanan stroke dengan treatment ruangan/bangsal RS secara umum. Hasil review menunjukkan
adanya outcome yang meningkat secara konsisten pada unit stroke2. Pasien lebih cenderung
bertahan hidup dan juga menjadi lebih mandiri pada unit stroke. Hasil terbaik didapatkan pada unit
stroke dibandingkan ruangan/ bangsal yang ditujukan untuk pelayanan stroke. Outcome ini tidak
tergantung pada usia pasien, jenis kelamin, tingkat keparahan dan tipe stroke.
Oleh karena itu, European Stroke Organisation (ESO), merekomendasikan bahwa seluruh pasien
stroke harus memiliki akses ke unit pelayanan stroke yang telah memenuhi kebutuhan dan kriteria
untuk sertifikasi stroke unit resmi.
Manajemen pelayanan stroke membutuhkan penanganan rantai pasok yang komplit : Kesadaran
public, organisasi dari sistem gawat darurat/ emergensi, treatment pada unit stroke, dan
rehabilitasi serta pencegahan sekunder. Fase-fase ini harus dikoordinasikan dengan baik untuk
mencapai pelayanan stroke yang efektif.
Kesadaran public penting untuk memastikan bahwa orang-orang dapat mengenali stroke dan juga
Sertifikasi Keperawatan Stroke: Module 20 3
Manajemen Proses
bertindak dengan sesuai. Karena treatment stroke yang efektif sangat tergantung kepada waktu,
orang-orang harus sadar dengan konsep “time is brain”. Kampanye public harus menyampaikan
tanda dan gejala stroke, contohnya, dengan membuat orang-orang mengetahui tentang kriteria
FAST. Terlebih lagi, para dokter juga harus mengetahui tentang risiko stroke dan mengedukasi
para pasien tidak hanya demi langkah pencegahan, namun juga dengan tujuan pemberian respon
yang sesuai pada gejala stroke.
Kriteria FAST :
Face dropping (senyum tidak simetris)
Arm weakness (kesulitan dalam mengangkat tangan)
Speech difficulties (artikulasi yang tidak jelas pada kalimat yang simpel)
Time to call emergency
Pada sistem emergensi, Pusat pengiriman tim emergensi dan juga staf ambulans harus dilatih
untuk mengenali stroke. Pasien harus dibawa ke unit stroke terdekat tanpa adanya penundaan.
Perlu terdapat standar operasional prosedur untuk pre-notifikasi unit stroke dan juga penyerahan
pasien di unit stroke. Oleh karena itu, staf emergensi perlu tahu nomor telepon neurologis yang
bertugas pada unit stroke. Prosedur penyerahan pasien di RS harus jelas agar setiap orang yang
terlibat tahu tanggung jawab masing-masing dan dapat menghindari adanya delay.
Didalam unit stroke, status neurologi pasien harus diuji secepatnya menggunakan NIHSS dan
stroke akan didiagnosa dengan CT scan dan juga uji laboratorium. Apabila tidak ada
kontraindikasi, terapi trombolitik harus diberikan dalam 4.5jam setelah onset stroke. Setelah
dilakukan terapi awal, monitoring pasien secara kontinu sangatlah pentung untuk mengenali dan
mencegah adanya komplikasi. Mobilisasi awal dan rehabilitasi awal harus mendukung terapi akut
dan juga pencegahan sekunder akan dibutuhkan untuk menghindari terjadinya kekambuhan.
Proses pelepasan pasien dari unit stroke disertai oleh inisiasi aktivitas rehabilitasi lebih lanjut dan
pencegahan sekunder sistematik dari faktor risiko.
Pasien dan anggota keluarga harus diinformasikan tentang prosedur lebih lanjut dan pentingnya
pencegahan risiko. Manajemen proses pemulangan/pelepasan pasien harus memastikan bahwa
treatment follow-up di pusat rehabilitasi atau di rumah pasien terorganisir dengan baik. Hal ini
penting untuk menghindari diskontinuitas karena stroke membutuhkan treatment kontinu, jangka
panjang.
Hal tersebut juga penting untuk memastikan kapasitas dari unit stroke tidak akan penuh/ macet,
dan akan selalu tersedia untuk treatment akut bagi pasien baru.
Untuk membentuk opini konsensus terkait bagaimana cara mengatur unit stroke berdasarkan
standar internasional berbasis bukti (evidence-based), European Stroke Organisation (ESO)
menominasikan panita unit stroke pada tahun 2007 yang membuat suatu paper consensus pada
organisasi unit stroke4.
Rekomendasi ini memberikan kriteria state-of-the-art untuk organisasi unit stroke dan pusat
pelayanan stroke. Berdasarkan kriterianya, unit stroke meneapkan persyaratan minimal untuk
Diagnostik awal penting untuk mendiferensiasi stroke iskemik, pendarahan serebral, pendarahan
subarachnoid dan trombosiis vena serebral. Monitoring/pemantauan secara kontinu dan
terotomatisasi terhadap saturasi oksigen, tekanan darah atrial, ritme jantung, suhu tubuh dan
kadar glukosa darah sangat penting dan juga pengukuran status neurologi menggunakan skala
NIHSS.
Pada kasus stroke iskemik, trombolisis intravena harus dilakukan pada pasien yang tepat dalam
waktu maksimum 60 menit setelah tiba di RS. Untuk dapat melakukan demikian, CT scan harus
dilakukan kurang dari 30 menit. Dan juga akses untuk intervensi intracranial dan hemikraniektomi
harus tersedia.
Perawatan dasar di unit stroke meliputi evaluasi risiko penempatan tidur dan area tekanan,
monitoring neurologi menggunakan skala seperti NIHSS, mRS, Barthel index, asesmen
keseimbangan cairan, monitoring ekskresi dan parameter vital, serta asesmen disfagia. Prosws
perawatan diarahkan untuk menghindari terjadinya komplikasi seperti dehidrasi, pneumonia
aspirasi, thrombosis deep venous, dll. Perawatan dasar juga meliputi informasi bagi pasien dan
anggota keluarga tentang layanan stroke dan pasca-stroke. Dalam tim multi-profesional,
perawatan mendukung mobilisasi awal dan rehabilitasi awal pasien, skrining sistematik, dan
manajemen dari gangguan menelan serta rencana pemulangan pasien.
Rehabilitasi pasien harus dimulai dalam 24 jam dan mobilisasi serta terapi fisik harus dilakukan
setidaknya satu kali sehari. Terapi bahasa dan bicara dan juga asesmen neurofisiologi dan juga
rehabilitasi kognitif dimulai di unit stroke.
Manual medis harus mencakup informasi-informasi berikut (German Stroke Society, Stroke unit
certification criteria, 2012):
1. Deskripsi ruangan/bangsal
2. Standar mengenai tugas-tugas spesifik dalam sistem shift
3. Standar mengenai penerimaan pasien stroke baru
4. Standar mengenai diagnostik pada saat penerimaan pasien
5. Standar mengenai diagnostik lebih lanjut
6. Standar mengenai trombolisis
7. Standar mengenai antikoagulasi
8. Standar mengenai manajemen tekanan darah
9. Standar mengenai monitoring dan intervensi kadar gula darah
10. Standar mengenai monitoring dan intervensi suhu tubuh
11. Standar mengenai hidrasi
12. Standar mengenai pemberian oksigen
13. Standar mengenai strategi nutrisi (mempertimbangkan kemampuan pasien untuk
menelan)
14. Standar mengenai strategi mobilisasi
15. Standar mengenai akses arteri dan vena
16. Standar mengenai profilaksis sekunder stroke
17. Standar mengenai persyaratan monitoring
18. Standar mengenai pengukuran yang akan diimplementasikan pada kasus deteorisasi
klinis
19. Standar mengenai pemulangan dan transfer pasien
20. Standar mengenai pelaporan ke dokter pasien
21. Standar mengenai pemberian informasi dan saran bagi pasien
Manual perawatan harus mencakup informasi-informasi berikut (German Stroke Society, Stroke
unit certification criteria, 2012):
1. Deskripsi ruangan/bangsal
2. Guideline pelayanan perawatan
3. Standar mengenai tugas-tugas spesifik dalam sistem shift
4. Standar mengenai monitoring pasien (terutama monitoring non-invasif)
5. Standar pada observasi pasien
6. Standar pada keseimbangan metabolik
7. Standar pada sistem infus
8. Standar mengenai perawatan telinga, hidung, dan mulut
Sertifikasi Keperawatan Stroke: Module 20 6
Manajemen Proses
9. Standar mengenai proteksi terhadap peningkatan tekanan intrakranial
10. Standar mengenai monitoring higienitas
11. Standar mengenai penyerahan pasien
12. Standar mengenai grafik dan legenda
13. Standar mengenai konferensi tim
14. Standar mengenai stimulasi basal
15. Standar mengenai tata letak dan posisi tidur
16. Standar mengenai pencatatan gangguan menelan/ disfagia (metode dan indikasi asesmen
menelan menggunakan endoskopi serat optik)
17. Standar mengenai nutrisi enteral
18. Standar mengenai delegasi aktivitas medis
Tujuan dibuatnya standar-standar ini adalah untuk memberikan treatment akut secepat (time is
brain), untuk menghindari komplikasi dan iuntuk memastikan rehabilitasi dan pencegahan
sekunder yang memadai. Standar operasional prosedur memberikan gambaran yang pasti dari
alur kerja (workflow) dan juga parameter ceklis yang harus dimonitor.
Oleh sebab itu, workflow dari setiap aktivitas yang telah disebutkan diatas dan parameter
monitoring harus ditetapkan. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan flowchart dan ceklis
yang didokumentasikan dan digambarkan pada manual unit stroke. Seluruhnya harus berdasarkan
guideline klinis yang diimplementasikan pada proses rutin5. Meskipun seluruh proses harus
dijelaskan sesuai dengan evidence-based guidelines dan persetujuan internasional dari para ahli,
implementasinya harus diatur pada level lokal.
Oleh karena itu, guideline harus diubah menjadi suatu standar operasional prosedur dan juga
dampak (outcome) harus diukur dan dibandingkan dengan outcome dari unit stroke lainnya (lihat
dibawah). Pertukaran ilmu dari praktik terbaik dan juga kunjungan ke institusi-institusi dengan
praktik terbaik dapat mendukung proses pengembangan ini, dan juga prosedur sertifikasi dimana
para ahli memberikan pengetahuan mereka untuk pengembangan sehubungan dengan state-of-
the-art dari pelayanan stroke.
Inventaris dari guideline-guideline praktik terbaik stroke-related disusun oleh World Stroke
Organisation (World Stroke Organisation 2012)6 dan dapat digunakan sebagai landasan untuk
pengembangan standar operasional prosedur (SOP) masing-masing unit stroke.
Beberapa guideline bahkan juga menyertakan saran untuk penyusunan SOP dan ceklis sebagai
referensi untuk orientasi dari solusi lokal (Contohnya : Canadian Best Practice Recommendations
for Stroke Care7; the brain attack coalition pathways8).
Jika diimplementasikan dan dipraktikkan, SOP dapat membantu meningkatkan pelayanan stroke
secara luas. Algoritma untuk kerja sama dengan pelayanan dan sistem emergensi dapat
mengurangi waktu dari onset stroke hingga penyerahan di rumah sakit.
CT scan harus dilakukan dalam 25 menit pertama dan waktu door to needle harus kurang dari
satu jam. Oleh karena itu, proses praktik terbaik harus mengikuti algoritma standar, sehingga tidak
ada delay yang akan terjadi. Hal ini dapat meningkatkan tingkat trombolisis, mengurangi
komplikasi seperti pneumonia aspirasi dan juga infeksi saluran kemih, serta meningkatkan
ourcome pasien stroke dalam aspek mortalitas dan tingkat kemandirian.
Sertifikasi Keperawatan Stroke: Module 20 7
Manajemen Proses
5 STUDI BANDING DENGAN DATA REGISTER
Untuk memastikan kualitas dari setiap proses-proses kritis, mengumpulkan data register perlu
dilakukan oleh unit stroke. Data memberikan informasi tentang manajemen pelayanan stroke,
komperhensif terkait pelayanan dan perkembangan efisiensi dan outcome. Sekumpulan data
register minimum tertentu dapat diartikan sebagai landasan umum untuk studi banding antar unit
stroke seperti yang dijelaskan pada tabel 1 dibawah ini.
Usia
Jenis Kelamin
Komorbiditas :
Diabetes Mellitus
Fibrillasi Arteri
Riwayat stroke
Hipertensi
Hiperkolestrolemia
Gejala:
Gangguan motorik (lengan,
tangan/kaki)
Gangguan bahasa
Gangguan berbicara
Gangguan menelan dan
kesadaran
Terbangun
somnolen, stuporous
MRI ya/tidak
Uji menelan
Trombolisis
intra-arterial
intravena
Antikoagulasi
Trombolisis profilaksis
Antidiabetes
Statin
Lokasi pemulangan:
Ke rumah
Ke klinik atau ruangan lain
Institusi rehab
Tempat perawatan
Kematian
Follow- up rehab. diinisiasi (ya/tidak)
Kumpulan data ini yang minimum dibutuhkan untuk menggambarkan dan membandingka kualitas
dari proses di unit stroke. Data ini dapat memastikan bahwa indicator-indikator telah tersedia sejak
awal onset stroke sampai admission, diagnosis, treatment, manajemen komplikasi dan proses
pemulangan pasien. Data register memastikan bahwa seluruh proses pelayanan stroke adalah
evidence-based. Dengan cara ini, data-data tersebut juga dapat menjadi landasan untuk
perbaikan berkelanjutan dari suatu unit pelayanan stroke.
Sebagai tambahan, data akan dikumpulkan untuk tujuan dokumentasi untuk menjamin pertukaran
informasi yang efisien terhadap pasien. Pada beberapa unit stroke, data tambahan dikumpulkan
untuk tujuan riset. Data tersebut, sebagai contoh, dapat berupa nilai INR pasien dengan fibrillasi
atrial yang diketahui untuk mendapatkan informasi terkait manajemen antikoagulasi sebagai
pencegahan primer, identifikasi dari penyebab stroke yang jarang terjadi untuk meningkatkan
pengetahuan tentang etiologic stroke, skrining stroke kriptogenik untuk meningkatkan pencegahan
sekunder, dan sebagainya.
Untuk memberika pelayanan stroke yang optimal, prosedur sertifikasi telah diatur di banyak
negara. Seluruh prosedur sertifikasi ini memberikan kriteria terkait infrastruktur yang dibutuhkan
untuk pelayanan stroke, persyaratan dan kualifikasi staf, organisasi fisik dari unit stroke,
implementasi guideline dan manajemen kualitas. Keuntungan dari adanya proseduur ini adalah
adanya guideline dan standar serta implementasi dukungan melalui kunjungan ke tempat/site oleh
Sertifikasi Keperawatan Stroke: Module 20 11
Manajemen Proses
para ahli stroke. Sistem dari unit stroke yang sah akan memberikan jalan terbaik untuk
mengimplementasikan state-of-the-art dari pelayanan stroke bagi seluruh pasien.
Kriteria sertifikasi untuk pelayanan stroke yang komperhensif telah dikembangkan. Joint
Commission telah mensertifikasi sekitar 60 rumah sakit di USA9 dan ESO telah menyusun kriteria
untuk sertifikasi pada tahun 201310.
Sejak tahun 1990an, sebuah sistem unit stroke telah dikembangkan dan disertifikasi di Jerman.
Hingga saat ini, lebih dari 200 unit stroke telah tersertifikasi dan terstandardisasi dan pelayanan
stroke telah tersedia di seluruh wilayah di Jerman.
Kriteria sertifikasi selalu dimonitor secara kontinu dan direvisi untuk memberikan state-of-the-art
dari pelayanan stroke. Dalam sistem ini sekitar 60 hingga 70 per cent dari seluruh pasien stroke
ditangani di unit stroke dan proporsi dari pasien masih tetap meninggkat. Selain itu, tingkat
pemberian trombolisis telah meningkat sekitar rata-rata 10 persen pada hampir 70 pasien yang
memenuhi syarat.
Beberapa unit stroke telah mencapai tingkat trombolisis hingga 25 persen dari sleuruh pasien
stroke yang telah dipertimbangkan pada kemungkinan tertinggi. 95 persen dari pasien stroke
menerima imaging CT atau MRI, 90 persen mendapatkan benefit dari skrining disfagia dan 90
persen menerima rehabilitasi awal. Namun, tetap ada ruang untuk perkembangan. Perkembangan
secara kontinu dari proses di sistem emergensi dan di unit stroke.
Program ini juga memfasilitasi pelayanan telestroke pada daerah-daerah tertinggal/ pedalaman
dimana pelayanan stroke komperhensif tidak tersedia. Hal ini juga meningkatkan laju trombolisis
secara umum.
Seluruh unit stroke memiliki tim multi-disiplin dengan perawat-perawat terlatih dan telah
mengimplementasikan pathway/ alur bagi setiap proses. Karena seluruh unit stroke berpartisipasi
dalam register stroke, hal ini memberikan peluang yang baik untuk melakukan studi banding dan
perbaikan/perkembangan.
PERTANYAAN 1: Kembangkan sebuah workflow untuk uji menelan pada unit stroke anda.
PERTANYAAN 2: Kembangkan sebuah workflow untuk mobilisasi awal pada unit stroke anda.
PERTANYAAN 4: Sebutkan alasan utama yang dapat menyebabkan delay dari onset stroke
hingga terapi trombolisis diberikan.
PERTANYAAN 6: Sebutkan indicator kualitas utama yang cocok untuk melakukan studi
banding/ benchmarking dengan stroke unit lain.
Articles:
Bernd M. Hofmann, Udo Zikeli, E. Bernd Ringelstein (2012): Act on Stroke – Optimisation of
clinical processes and workflow for stroke diagnosis and treatment, Perspectives in Medicine,
Volume 1, Issues 1–12, September 2012, Pages 73-76.
Ringelstein et. Al. 2013, European Stroke Organisation Recommendations to Establish a Stroke
Unit and Stroke Center. Stroke 2013; 44: 828-840.
Stroke Unit Trialists’ Collaboration. Organised inpatient (stroke unit) care for stroke. Cochrane
Database of Systematic Reviews 2013, Issue 9
Internet Resources:
Joint Commission Certification Criteria
www.jointcommission.org/certification/advanced_certification_comprehensive_stroke_centers.aspx