Anda di halaman 1dari 10

Makalah

pengantar bisnis
Tentang
Pengaruh budaya dalam konteks ruang lingkup bisnis

Dosen pengampu
Alfi syukri rama SE.,M

Kelompok 5
Rangga gusra ramadhan : 2216030020
Raja selji alparis siregar : 2216030029
Al aris akmal : 2216030003
Muhammad falah mubarak :2216030028
Muhammad hafiz :2216030036
Nabyil sahru ramadan :2216030035
Prodi manajemen bisnis syariah
Fakultas ekonomi dan bisnis islam
Universitas islam negri imam bonjol padang
Bp 2022/2023

1
Kata pengantar
Puji syukur ke badirat Allah swt kaca atas petunjuk, taufik, cabaya ilmu dan rahmat-Nya
sehinıza makalah dengan judul "pengaruh budaya dalam konteks ruang lingkup bisnis , dapat
terselesaikan Makalah ini diainkan guna memenuhi tugas individu mata kuliah Pengantar
Bisnis pada Program Studi Pengantar Bisnis Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol.
Sholawat dan salam semoga terlimpah kepada Nabi Muhammad saw, beserta keluarna,
sahabat dan kepada seluruh umat

Selesainya makalah ini tidak lain dari usaha penulis dan juga doa dariorang tua, serta
dukungan dari Bapak Alfi Syukri Rama SE.M Penulis berharap makalah ini dapat membantu
menambah wawasan para pembaca tentang konsep Lingkungan Eksternal Bisnis dalam
Lingkup Ekonomi

Poulia menyadari bahwa, makalah yang disun ini masih jauh dari kata sempurna. Karena itu,
penulis meminta maaf dan juga mengucapkan terima kasih apabila ada dari pembaca yang
memberikan kritik serta saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini

Padang, 12 Oktober
2022
Penulis

Daftar isi
Catalog
Daftar isi....................................................................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................................................4
Bab II.........................................................................................................................................................................6
BAB III.....................................................................................................................................................................12

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Budaya dalam Bisnis ini didasari dengan beberapa pemikiran. Pembahasaan ini mendasarkan pemikir
annya bahwa Komunikasi berlangsung dengan berlatarkan berbagai konteks. Konteks yang melatarbelaka
ngi komunikasi melahirkan sebuah peraturan. Peraturan inilah yang mengatur bagaimana sebuah proses
komunikasi berjalan. Berbedanya budaya juga tentang menyebabkan peraturan dalam berkomunikasi ber
beda-beda.

Konteks-konteks yang berbeda dalam setiap budaya tersebut juga dipengaruhi beberapa dimensi dal
am budaya. Pertama hal formal dan tidak formal. Dimensi ini berkenaan dengan kecenderungan gaya ko

3
munikasi yang formal dan tidak formal. Kedua, Ketegasan dan keharmonisan interpersonal. Dimensi ini m
enyinggung keadaan emosi komunikan  dalam menghadapi peristiwa dalam komunikasi. Dimensi ketiga a
dalah hubungan status. Dimensi ini berhubungan dengan strata dalam kelas sosial.

Dasar-dasar pemikiran dan dimensi-dimensi yang ditentukan tersebut dibawa dalam ruang lingkup bi
snis internasional sebagai kategorisasi dan landasan pembahasan. Asumsi dalam tulisan ini memandang b
ahwa globalosasi bisnis yang terjadi di dunia bukan karena faktor dominasi tetapi lebih karena faktor kete
rgantungan diantara negara-negara.   

Ketrampilan dalam melaksanakan komunikasi bisnis multikultural diperlukan pemetaan dalam aktifit
as bisnis. Pembahasan dalam bisnis multikultural ini akan membahas beberapa budaya bisnis seperti prot
okol bisnis, manajemen, negosiasi, dan manajemen konflik.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini
sebagai berikut.
1. Apa itu protokol bisnis ?
2. Bagaimana pola manejemen antar budaya ?
3. Bagaimana pengembangan kemampuan negosiasi antarbudaya ?
4. Apa yang dimaksud dengan manajemen konflik antar budaya ?

C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan pasti memiliki tujuan, ada beberpa tujuan kami dalam
membuat penelitian ini.
1. Untuk mengetahui keterkaitan budaya dalam ruang lingkup bisnis
2. Untuk mengetahui apa itu protokol bisnis
3. Agar mengetahui negosiasi antar budaya

Bab II

PEMBAHASAN 
A.Protokol Bisnis

            Protokol bisnis ini melibatkan bentuk perayaan, etiket, dan kode perilaku yang benar. Beberapa v
ariasi protokol bisnis perlu diperhatikan untuk mencapai tujuan komunikasi bisnis multikultural ini.  Varias

4
i tersebut seperti hubungan awal, cara menyapa, penampilan pribadi, pemberian hadiah, dan topik perca
kapan yang tabu.

            Hubungan awal yang efektif dalam suatu bisnis berbeda-beda dalam setiap budaya. Budaya bisnis
Amerika terbiasa dengan apa yang dinamakan cold call , yaitu membuka hubungan bisnis dengan menele
pon calon pelanggan yang tidak dikenal. Cold call langsung kepada topik pembicaraan yaitu bisnis tanpa a
da basa basi terlebih dahulu. Budaya ini sesuai dengan tipikal dasar orang Amerika yang tidak suka bertel
e-tele dan mengutamakan efisiensi. Berbeda dengan Afrika yang hubungan awal dalam suatu bisnis mem
erlukan perantara. Perantara ini dapat membukakan pintu, memastikan kunjungan diterima dengan hann
gat, serta menilai prospek proposal yang akan diajukan. 1

            Variasi kedua yang perlu diperhatikan dalam protokol bisnis adalah cara menyapa. Cara menyapa y
ang berbeda-beda juga harus diperhatikan seperti apakah budaya yang akan dihadapi terbiasa dengan m
embungkukkan badan, berpelukan, berciuman pipi, tatapan mata, anggukan, ataupun sapaan yang biasa
dilakukan. Selain perhatian terhadap kebiasaan berbisnis, suatu pemahaman juga harus diperhatikan sep
erti dengan kompleksnya tindakan membungkuk. Orang Jepang sadar hal itu susah dimengerti orang asin
g, sehingga mereka tidak mengharapkan orang asing untuk membungkuk.  

            Variasi berikutnya adalah penampilan diri.  Penampilan dalam berbisnis mempunyai caranya masin
g-masing dan mempunyai batas toleransi yang bermacam-macam dalam setiap budaya. Dalam hal penam
pilan ini, Amerika mempunyai budaya yang lebih informal dalam berbisnis.

            Variasi selanjutnya adalah mengenai pemberian hadiah. Urusan pemberian hadiah ini perlu menda
pat perhatian dalam berbisnis lintas budaya. Pemberian hadiah yang tidak memperhatikan kebiasaan dan
peraturan  yang berlaku bisa menjadi masalah yang sangat serius dalam berbisnis. Budaya tertentu seper
ti Amerika Serikat mengharamkan segala bentuk hadiah dalam berbisnis, karena hal tersebut diartikan se
bagai penyuapan. Budaya yang lain seperti Timur Tengah menganggapnya sebagai hal yang sangat pentin
g dalam berbisnis. Selain pandangan tentang apa itu hadiah, perlu diperhatikan juga peraturan yang berla
ku, waktu pemberian, bentuk hadiah, dan cara memberikan.

            Variasi terakhir yang harus diperhatikan adalah topik-topik pembicaraan apa saja yang dianggap ta
bu2. Pemillihan topik pembicaraan harus mengikuti peraturan budaya. Aturan ini menuntun dalam memp
elajari topik apa yang dapat diterima dalam budaya relasi bisnis yang dihadapi. Topik basa-basi yang palin
g populer adalah masalah cuaca atau komentar seputar lingkungan fisik sekitar, seperti pengaturan ruang
an rapat atau beberapa aspek dari suatu bangunan. Sebuah topik yang tabu membuat proses bisnis menj
adi sangat terganggu. Pebisnis Chili, Argentina dan Venezuela menganggap topik politik menjadi hal tabu
dalam perbincangan bisnis. Pebisnis Amerika menganggap perbincangan tentang keluarga adalah suatu h
al lumrah dalam bisnis, namun tidak begiitu dengan Arab Saudi yang menganggap hal tersebut sebagi tab
u.

A. Manajemen Antarbudaya
Pola manajemen antar budaya memiliki perbedaan yang perlu diperhatikan setiap pebisnis. Menurut
Early dan Ang terdapat dua hal yang harus diperhatikan dalam melihat perbedaan manajemen di tiap bud

1
https://muhammadirawansaputra.wordpress.com/2012/11/27
2
https://www.academia.edu/27984928.

5
aya. Pertama Kepemimpinan manajerial, dan bagaimana manajer menghadapi proses pengambilan keput
usan.

            Gaya kepemimpinan di Amerika Serikat sangat menghargai prestasi, inisiatif pribadi, tindakan serta
akibat, dan berusaha mengurangi perbedaan status. Sementara gaya kepemimpinan di Jepang lebih men
gutamakan kebersamaan dan terdapat pembedaan yang jelas antara senior dan junior. 3

            Gaya pengambilan keputusan juga menjadi hal yang sangat perlu diperhatikan. Untuk efektifitas ko
munikasi, seorang manajer internasional harus menyadari siapa yang membuat keputusan, dan bagaiman
a keputusan tersebut diambil. Bagaimana tipe pengambilan keputusan apakah itu model top to down ata
ukah Down to top yang diterapkan dalam budaya organisasi.

 
B. Negosiasi
Negosiasi ini melibatkan perwakilan dari organisasi yang berbeda bekerja untuk mencapai keputusan
yang saling menguntungkan. Di waktu yang sama, dalam negosiasi berusaha mengurangi perbedaan, kesa
lahpahaman dan konflik.

            Budaya memiliki kepribadian yang sangat berbeda ketika terlibat dalam negosiasi antarbudaya. Ad
a perbedaan yang menyangkut sifat langsung dan tidak langsung dalam berbicara, pandangan terhadap u
sia, sifat formal ataukah informal, ritme kerja lambat ataukah cepat, cenderung aserrtif ataukah harmonis
dan model kolektif ataukah individual.

Hal-hal yang harus diperhatikan untuk mencapai negosiasi yang efektif adalah pemilihan negosiat
or, Etika bisnis dan negosiasi, Formalitas dan status, kecepatan dan kesabaran dalam bernegosiasi, ekspre
si emosi, bahasa langsung dan tidak langsung, pemahaman tentang bukti dan kebenaran.

            Pemilihan negosiator merupakan hal yang sangat penting dalam berbisnis. Tiap budaya mempunya
i berbagai macam pandangan tentang negosiator. Pemilihan negosiator ini setidaknya harus memperhati
kan status dari negosiator, jumlah anggota para negosiator, gender, dan usia. Hal-hal itu sering menjadi p
ertimbangan penting tergantung budaya apa yang dihadapi para negosiator.

            Perhatian tentang formalitas dan status juga menjadi perhatian yang penting. Gelar dan status bisa
menjadi hal yang sangat penting di budaya tertentu dan menjadi hal yang tidak penting di budaya seperti
Amerika. Selain itu bagaimana pandangan dan cara suatu budaya melihat perayaan juga terdaapat perbe
daan satu sama lain.  

            Kecepatan dalam bernegosiasi mempunyai variasi di satu budaya dengan budaya yang lain. Ada bu
daya yang cenderung to the point seperti Amerika Serikat tetapi ada juga yang lebih bersifat sabar dan m
embutuhkan waktu lama seperti kkebanyakan bangsa timur.

            Ekspresi emosi masing-masing budaya bisa jadi sangat bertolak belakang. Budaya Amerika sangat
memberikan kebebasan dalam berekspresi tidak seperti kebanyakan bangsa Timur. Pengecualian terjadi
di Meksiko dan Timur Tengah, pernyataan emosi diharapkan dan menganggap sebagai cara untuk menek
ankan dan memperkuat posisi negosiasi.

            Penggunaan bahasa langsung dan tdak langsung juga penting diperhatikan. Budaya Jepang dan seb
agian besar budaya Timur mengatakan tidak dengan cara kiasan atau tidak langsung untuk menjaga kehar
monisan sebuah proses komunikasi. Sebaliknya Amerika Serikat lebih cenderung mengatakan ya dan tida
k dengan sangat langsung tanpa berbelit-belit dan tanpa kiasan.

3
https://bbs.binus.ac.id/ibm/2017/06/manajemen-lintas-budaya/

6
            Pemahaman akan bukti dan kebenaran dalam setiap budaya bisa sangat berbeda. Banyak orang A
merika yang cenderung bergantung kepada observasi objektif untuk menyatakan fakta. Sedangkan di Am
erika Latin, keputusan didasarkan kepada data subjektif, dan didukung oleh perasaan subjektif. Berbeda l
agi dengan Korea dan China, mereka memakai sumber informasi subjektif dari pemerintah.

Pengembangan Kemampuan Negosiasi Antarbudaya


Untuk mempertajama kemampuan komunikasi beberapa tips dijabarkan berikut ini:

1. Bersiaplah, Pelajari semua hal yang bisa dipelajari mengenai budaya yang akan dihadapi se
perti formalitas, status, tindakan non-verbal, penggunaan bahasa, dan lain sebagainya.
2. Kembangkan sensitifitas terhadap penggunaan waktu, Belajarlah beradaptasi untuk buda
ya yang memakai negosiasi lambat bila kita berasal dari budaya dominan Amerika dan men
ghadapi tipe negosiasi lambat, begitupun sebalinya.
3. Dengarkan dengan seksama, Bagian dari konsentrasi adalah dengan belajar untuk tetap n
yaman terhadap keheningan dan menyadari bahwa sikap diam juga merupakan bentuk ko
munikasi.
4. Belajar untuk menoleransi ambiguitas. Sikap toleran ini akan berguna untuk mengetahui a
pa yang baru dan kadang sulit untuk dikenali.
5. Cobalah untuk menempatkan persetujuan. Karena kedua belah pihak dalam negosiasi ingi
n memperoleh sesuatu, maka merupakan hal yang sederhana untuk memisahkan area per
setujuan. Jika kedua belah pihak dapat melihat area ini, semua akan memperoleh keuntun
gan.

 
C. Manajemen Konflik Antarbudaya
            Konflik dalam perspektif Amerika berbeda dengan budaya lain. Konflik dalam budaya bisnis Amerik
a banyak timbul karena lima area pertentangan menurut Beamer dan Varner.  Area tersebut diantaranya,
Ketidaksetujuan terhadap tugas(apa), ketidaksetujuan terhadap proses(bagaimaan), ketidaksetujuan terh
adap alokasi sumber (dengan apa), ketidaksetujuan terhadap tujuan(mengapa), ketidaksetujuan terhadap
kekuasaan(bagaimana).

Beberapa cara mengatasi konflik diantaranya menghindar. Menghindar dikenal sebagai penyang
kalan atau penarikan diri, merupakan strategi yang berdasarkan asumsi bahwa konflik akan hilang jika dia
cuhkan. Cara mengatasi konflik yang lain adalah dengan akomodasi. Cara ini hampir sama dengan menghi
ndar, namun dalam akomodasi seseorang berusaha menyenangkan orang lain. Menurut Schmidt dan rek
annya, “Orang yang berusaha mencari koneksi, memiliki kebutuhan afiliasi, dan peduli mengenai hubung
an kadang lebih menyukai pendekatan akomodasi terhadap konflik.” Cara berikutnya yang biasanya dilak
ukan untuk menyelesaikan konflik dalam perspektif Amerika adalah kompetisi. Kompetisi secara terbuka
dianjurkan dalam budaya individualistis seperti di Amerika. Petugas penjualan ditantang untuk saling men
galahkan, misalnya Sales of The Year dipilih dalam banyak perusahaan. Cara terakhir yang dibahas dalam
kesempatan ini adalah kolaborasi. Kolaborasi ini merupakan usaha dimaana semua pihak bekerja sama u
ntuk memecahkan masalah. Metode ini merupakan cara yang paling banyak digunakan untuk mengatasi
konflik, karena konflik dilihat dari sisi yang positif.

Semua penjelasan tentang konflik tersebut adalah menurut perspektif Amerika Serikat. Menurut
perspektif Internasional konflik merupakan bagian dari setiap aspek konteks bisnis. Setiap budaya memp
unyai mempunyai cara yang berbeda dalam melihat dan menghadapi konflik. Di Timur Tengah, orang mel
ihat konflik sebagai cara hidup yang alami. Sementara Yahudi menghargai pertentangan dan konflik deng
an kalimat “Di mana ada dua orang Yahudi maka ada tiga pemikiran yang muncul.” Sebaliknya dengan ora

7
ng Jepang, mereka menganggap konflik sebagai hal yang memalukan dan membingungkan, karena berpo
tensi mengacaukan keharmonisan sosial. Pandangan orang Jepang ini juga menyerupai dengan apa yang t
erjadi di China.

Sebuah konflik bila intensitasnya terlalu bannyak tentu akan sangaat menghambat kinerja. Untuk
menghindari terlalu banyaknya konflik yang kemungkinan akan terjadi, beberapa cara ini bisa digunakan.
Prominal kolektif adalah cara yang bagus untuk menghindari terjadinya konflik. Penggunaan kata “kita” d
an “punya kita” memusatkan pembicaraan pada setiap orang dibandingkan pada satu orang, seperti deng
an kata “Aku”, “saya”, dan “Anda”. Cara berikutnya adalah ulangi komentar orang lain seobjektif mungkin.
Cara tersebut memudahan dalam menentukan apakah kita mendengarkan apa yang lawan bicara maksu
dkan. Cara berikutnya adalah menyatakan sebanyak  mungkin poin persetujuan. Kadang persetujuan dap
at lebih banyak dari perbedaan, sehingga konflikpun dapat dihindari.4

Beberapa hal tersebut dapat mencegah terjadinya konflik, namun bila konflik terlanjur terjadi be
berapa tahap ini adalah tahap-tahap penyelesainnya. Tahap penyelesaian tersebut diantaranya, mengide
ntifikasi isu yang mengakibatkan masalah. Sebuah permasalahan penting untuk dicari inti permasalahann
ya bukan pada individu-individunya. Tahap berikutnya adalah tetap menjaga pikiran untuk tetap terbuka.
Roy dan Aludaja menasihatkan,”Dekati konflik dengan keterbukaan. Kenali bahwa ada banyak hal yang pe
r;u dipelajari melalui peserta yang lain sebagai orang dan cara pandang mengenai posisi mereka.” Tahap s
elanjutnya adalah jangan terburu-buru. Menghadapi budaya kolektif Ting-Toomey menyarankan “Sensitifl
ah terhadap pentingnya pengamatan yang tenang dan hati-hati. Gunakanlah keheningan, berhentilah sej
enak, dan tunggulah giliran anda berbicara dengan sabar.” Tahap berikutnya adalah menjaga konflik agar
berpusat pada ide bukan pada orangnya. Terlepas dari budayanya, tidak ada yang suka diancam atau dite
mpatkan dalam posisi yang tidak mengenakkan. Dengan demikian penting untuk memisahkan suatu masa
lah dari seseorang.

BAB III

A.KESIMPULAN
Budaya bisnis Amerika terbiasa dengan apa yang dinamakan cold call , yaitu membuka hubungan
bisnis dengan menelepon calon pelanggan yang tidak dikenal. Budaya ini sesuai dengan tipikal dasar
orang Amerika yang tidak suka bertele-tele dan mengutamakan efisiensi. Cara menyapa yang berbeda-
beda juga harus diperhatikan seperti apakah budaya yang akan dihadapi terbiasa dengan
membungkukkan badan, berpelukan, berciuman pipi, tatapan mata, anggukan, ataupun sapaan yang
biasa dilakukan. Penampilan dalam berbisnis mempunyai caranya masing-masing dan mempunyai batas
toleransi yang bermacam-macam dalam setiap budaya. Dalam hal penampilan ini, Amerika mempunyai
budaya yang lebih informal dalam berbisnis.

Pemberian hadiah yang tidak memperhatikan kebiasaan dan peraturan yang berlaku bisa
menjadi masalah yang sangat serius dalam berbisnis. Budaya yang lain seperti Timur Tengah

4
https://michaelputra.com/library/2008/07/komunikasi-dan-manajemen-lintas-budaya

8
menganggapnya sebagai hal yang sangat penting dalam berbisnis. Aturan ini menuntun dalam
mempelajari topik apa yang dapat diterima dalam budaya relasi bisnis yang dihadapi. Pebisnis Amerika
menganggap perbincangan tentang keluarga adalah suatu hal lumrah dalam bisnis, namun tidak begiitu
dengan Arab Saudi yang menganggap hal tersebut sebagi tabu.

Menurut Early dan Ang terdapat dua hal yang harus diperhatikan dalam melihat perbedaan
manajemen di tiap budaya. Ada perbedaan yang menyangkut sifat langsung dan tidak langsung dalam
berbicara, pandangan terhadap usia, sifat formal ataukah informal, ritme kerja lambat ataukah cepat,
cenderung aserrtif ataukah harmonis, dan model kolektif ataukah individual. Hal-hal yang harus
diperhatikan untuk mencapai negosiasi yang efektif adalah pemilihan negosiator, Etika bisnis dan
negosiasi, Formalitas dan status, kecepatan dan kesabaran dalam bernegosiasi, ekspresi emosi, bahasa
langsung dan tidak langsung, pemahaman tentang bukti dan kebenaran. Gelar dan status bisa menjadi
hal yang sangat penting di budaya tertentu dan menjadi hal yang penting dalam berbisnis Kecepatan
dalam bernegosiasi mempunyai variasi di satu budaya dengan budaya yang lain.

A. SARAN
Dari penjelasan yang penulis paparkan diatas mengenai pengaruh budaya pada konteks ruang
lingkup bisnis, penulis menarik kesimpulan mengenai isi dan makalah ini. Jangan lah terlalu bergantung
pada makalah ini yang tentunya memiliki banyak kekurangan baik yang diketahui ataupun yang tidak
diketahui, maka bacalah jugamakalah, buku, artikel ataupun referensi lainnya yang berhubungan dengan
materi yang penulis bahas ini yang tentunya akan menambah pengetahuan kita bersama.

DAFTAR PUSTAKA

https://muhammadirawansaputra.wordpress.com/2012/11/27

https://www.academia.edu/27984928

9
https://bbs.binus.ac.id/ibm/2017/06/manajemen-lintas-budaya

https://michaelputra.com/library/2008/07/komunikasi-dan-manajemen-lintas-budaya

10

Anda mungkin juga menyukai