Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH JANTUNG CORONER

Disusun dalam rangka untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

Keperawatan Medikal Bedah I

Dosen Pembimbing:
Supriliyah Praningsih, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun Oleh:
Kelompok 3
Dini Fatimatuzzahroh (201501043)
Eva Rahmawati (201501046)
Ismawati Khasanah (201501049)
Meisyah Maulina Putri (201501052)
Muhammad Zulfikar B.A (201501055)
Nurfiana Dwi Pramita (201501058)
Rahma Laila Julva (201501061)
Septia Tri Cahyaningtias (201501064)
Cory Adhisti Anggraini (201501070)
Alda Afifatur Rizma (201501073)
Ella Damayanti (201501076)
Iva Elfina (201501079)

STIKES PEMKAB JOMBANG


TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya makalah
yang berjudul Jantung Coroner. Atas dukungan moral dan materi yang diberikan dalam
penyusunan makalah ini, maka kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu
Supriliyah Praningsih, S.Kep.,Ns,M.Kep selaku dosen pembimbing kami yang memberikan
masukan dan saran kepada penulis.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saran
dan kritik yang membangun dari rekan-rekan pembaca sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaan makalah ini. Dengan menyelesaikan makalah ini kami mengharapkan
banyak manfaat yang dapat dipetik dan diambil dari karya ini.

Jombang, 21 September
2021

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata Pengantar ....................................................................................... i
Daftar Isi ................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................. 2
1.3 Tujuan Masalah ..................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Metode Pemeriksaan Cairan Dahak (SPUTUM) ..................
2.2 Metode Pemeriksaan Cairan Vagina .....................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ..........................................................................
3.2 Saran .....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit Jantung Koroner (PJK) atau penyakit kardiovaskular saat ini merupakan
salah satu penyebab utama dan pertama kematian di negara maju dan berkembang,
termasuk Indonesia. Pada tahun 2010, secara global penyakit ini akan menjadi penyebab
kematian pertama di negara berkembang, menggantikan kematian akibat infeksi.
Diperkirakan bahwa diseluruh dunia, PJK pada tahun 2020 menjadi pembunuh pertama
tersering yakni sebesar 36% dari seluruh kematian, angka ini dua kali lebih tinggi dari
angka kematian akibat kanker. Di Indonesia dilaporkan PJK (yang dikelompokkan
menjadi penyakit sistem sirkulasi) merupakan penyebab utama dan pertama dari seluruh
kematian, yakni sebesar 26,4%, angka ini empat kali lebih tinggi dari angka kematian
yang disebabkan oleh kanker (6%). Dengan kata lain, lebih kurang satu diantara empat
orang yang meninggal di Indonesia adalah akibat PJK. Berbagai faktor risiko mempunyai
peran penting timbulnya PJK mulai dari aspek metabolik, hemostasis, imunologi, infeksi,
dan banyak faktor lain yang saling terkait (Anonimª, 2006).

Jantung sanggup berkontraksi tanpa henti berkat adanya suplai bahan bahan energi
secara terus menerus. Suplai bahan energi berupa oksigen dan nutrisi ini mengalir melalui
suatu pembuluh darah yang disebut pembuluh koroner. Apabila pembuluh darah
menyempit atau tersumbat proses transportasi bahan bahan energi akan terganggu.
Akibatnya sel-sel jantung melemah dan bahkan bisa 1 2 mati. Gangguan pada pembuluh
koroner ini yang disebut penyakit jantung koroner (Yahya, 2010).

Pengobatan penyakit jantung koroner dimaksudkan tidak sekedar menggurangi atau


bahkan menghilangkan keluhan. Yang paling penting adalah memelihara fungsi jantung
sehingga harapan hidup akan meningkat (Yahya, 2010). Sebagian besar bentuk penyakit
jantung adalah kronis, pemberian obat umumnya berjangka panjang, meskipun obat-obat
itu berguna tetapi juga memberikan efek samping (Soeharto, 2001). Hal yang perlu
diperhatikan dalam pengobatan ada beberapa obat, meskipun memulihkan keadaan, tidak
selalu membuat lebih baik, penggunaan obat harus secara teratur. Penghentian
penggobatan tanpa konsultasi dengan dokter dapat menimbulkan masalah baru (Soeharto,
2001).
Penggunaan obat yang tidak tepat, tidak efektif dan tidak aman, telah menjadi
masalah tersendiri dalam pelayanan kesehatan. Penggunaan obat dinilai tidak tepat jika
indikasi tidak jelas, pemilihan obat tidak sesuai, cara penggunaan obat tidak sesuai,
kondisi pasien tidak dinilai, reaksi yang tidak dikehendaki, polifarmasi, penggunaan obat
tidak sesuai dan lain-lain. Maka dari itu perlu dilaksanakan evaluasi ketepatan obat, untuk
mencapai pengobatan yang efektif, aman dan ekonomis (Anonim, 2000).

Adanya keterkaitan penyakit jantung koroner dengan faktor resiko dan penyakit
penyerta lain seperti DM dan hipertensi, serta adanya kemungkinan perkembangan
iskemik menjadi infark menyebabkan kompleksnya terapi yang diberikan. Oleh karena
itu, pemilihan jenis obat akan sangat menentukan kualitas 3 pengguanan obat dalam
pemilihan terapi. Obat berperan sangat penting dalam pelayanan kesehatan. Berbagai
pilihan obat saat ini tersedia, sehingga diperlukan pertimbangan-pertimbangan yang
cermat dalam memilih obat untuk suatu penyakit. Terlalu banyaknya jenis obat yang
tersedia dapat memberikan masalah tersendiri dalam praktik, terutama menyangkut
pemilihan dan penggunaan obat secara benar dan aman (Anonim, 2000). Banyak
penderita serangan jantung yang kembali ke rumah setelah perawatan beberapa hari.
Sebagian perlu perawatan berminggu-minggu sebelum dipulangkan karena fungsi jantung
sudah menurun. Di antara penderita serangan jantung itu, ada pula yang tidak dapat
diselamatkan (Yahya, 2010). Dari uraian diatas mendorong peneliti untuk melakukan
evaluasi pengobatan jantung koroner.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana gejala yang timbul pada pasien yang menderita Jantung Koroner?
2. Bagaimanakah asuhan keperawatan pasien dengan pasien yang menderita Jantung
Koroner?

1.3 Tujuan Masalah


1. Mampu mengetahui gejala pada pasien Jantung Koroner
2. Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami Jantung
Koroner.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.1 Gejala Jantung Koroner

A. Definisi
Penyakit jantung koroner adalah suatu keadaan dimana terjadi penyempitan,
penyumbatan, atau kelainan pembuluh darah koroner. penyempitan atau penyumbatan
ini dapat menghentikan aliran darah ke otot jantung yang sering ditandai dengan rasa
nyeri. Kondisi lebih parah kemampuan jantung memompa darah akan hilang,
sehingga sistem kontrol irama jantung akan terganggu dan selanjutnya bisa
menyebabkan kematian (Soeharto, 2001)

B. Etiologi Penyakit Jantung Koroner


Penyebab terjadinya penyakit kardiovaskuler pada perinsipnya disebabkan
oleh dua faktor utama yaitu:
i. Aterosklerosis pembuluh koroner merupakan penyebab penyakit arteri
koroneria yang paling sering ditemukan. Aterosklerosis menyebabkan
penimbunan lipid dan jaringan fibrosa dalam arteri koronaria, sehingga secara
progresif mempersempit lumen pembuluh darah. Bila lumen menyempit maka
5 resistensi terhadap aliran darah akan meningkat dan membahayakan aliran
darah miokardium (Brown, 2006).
ii. Trombosis Endapan lemak dan pengerasan pembuluh darah terganggu dan
lama-kelamaan berakibat robek dinding pembuluh darah. Pada mulanya,
gumpalan darah merupakan mekanisme pertahanan tubuh untuk mencegahan
perdarahan berlanjut pada saat terjadinya luka. Berkumpulnya gumpalan darah
dibagian robek tersebut, yang kemudian bersatu dengan keping-keping darah
menjadi trombus. Trombosis ini menyebabkan sumbatan di dalam pembuluh
darah jantung, dapat menyebabkan serangan jantung mendadak, dan bila
sumbatan terjadi di pembuluh darah otak menyebabkan stroke (Kusrahayu,
2004).
C. Patofisiologis penyakit jantung koroner
i. Angina pektoris stabil Angina pektoris ditegakkan berdasarkan keluhan
nyeri dada yang khas, yaitu rasa tertekan atau berat di dada yang sering
menjalar ke lengan kiri. Nyeri dada terutama saat melakukan kegiatan
fisik, terutama dipaksa bekerja keras atau ada tekanan emosional dari luar.
Biasanya serangan angina pektoris berlangsung 1-5 menit, tidak lebih dari
10 menit, bila serangan lebih dari 20 menit, kemungkinan terjadi serangan
infark akut. Keluhan hilang setelah istirahat (Kusrahayu, 2004).
ii. Angina pektoris yang tidak stabil Pada angina pektoris yang tidak stabil
serangan rasa sakit dapat timbul pada waktu istirahat, waktu tidur, atau
aktifitas yang ringan. Lama sakit dada lebih lama daripada angina biasa,
bahkan sampai beberapa jam. Frekuensi serangan lebih sering dibanding
dengan angina pektoris biasa (Kusrahayu, 2004).
iii. Angina varian (prinzmetal) Terjadi hipoksia dan iskemik miokardium
disebabkan oleh vaso spasme (kekakuan pembuluh darah), bukan karena
penyempitan progesif arteria koroneria. Episode terjadi pada waktu
istirahat atau pada jam-jam tertentu tiap hari. EKG peningkatan segmen
ST (Sutedja, 2008).
iv. Sindrom koroner akut (SKA) Sindrom klinik yang mempunyai dasar
patofisiologi yang sama yaitu erosi, fisur, ataupun robeknya plak atheroma
sehingga menyebabkan thrombosis yang menyebabkan ketidak
seimbangan pasokan dan kebutuhan oksigen miokard. Termasuk SKA
adalah angina pektoris stabil dan infark miokard akut (Majid, 2007).
Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah salah satu manifestasi klinis
Penyakit Jantung Koroner (PJK) yang utama dan paling sering
mengakibatkan kematian(Anonima , 2006).

D. Gejala umum
Sumber rasa sakit berasal dari pembuluh koroner yang menyempit atau
tersumbat. Rasa sakit tidak enak seperti ditindih beban berat di dada bagian tengah
adalah keluhan klasik penderita penyempitan pembuluh darah koroner. Kondisi 7
yang perlu diwaspadai adalah jika rasa sakit di dada muncul mendadak dengan
keluarnya keringat dinggin yang berlangsung lebih dari 20 menit serta tidak
berkurang dengan istirahat. Serangan jantung terjadi apabila pembuluh darah
koroner tiba-tiba menyempit parah atau tersumbat total. Sebagian penderita PJK
mengeluh rasa tidak nyaman di ulu hati, sesak nafas, dan mengeluh rasa lemas
bahkan pingsan (Yahya, 2010).

2.1.2 Asuhan Keperawatan Pasien Jantung Koroner

A. Gejala dan Tanda


Gejala dan tanda Nyeri akut Nyeri kronis
Secara mayor: Mengeluh nyeri 1. Mengeluh nyeri
1. Subjektif 2. Merasa depresi
(tertekan)

2. Objektif 1. Gelisah 1. Tidak mampu


menuntaskan aktivitas
2. Tampak meringis
2. Gelisah
3. Sulit tidur
3. Tampak meringis
4. bersifat protektif
(misal posisi
menghindari nyeri,
waspada)
5. Frekuensi nadi
meningkat

Secara minor: Tidak tersedia Merasa takut


mengalami cedera
1. Subjektif berulang
2. Objektif 1. Berfokus pada diri 1. Waspada
sendiri
2. Bersikap proktetif
2. Tekanan darah (misal posisi
meningkat menghindari nyeri)
3. Nafsu makan 3. Pola tidur berubah
berubah
4. Berfokus pada diri
4. Pola nafas berubah sendiri
5. Diaforesis 5. Fokus menyempit
6. Proses berfikir 6. Anoreksia
terganggu
7. Menarik diri
B. Kondisi Klinis Terkait
Menurut Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia (2018), yaitu:
1. Nyeri akut
 Sindrom koroner akut
 Kondisi pembedahan
 Glaukoma
 Cedera traumatis
 Infeksi

2. Nyeri kronis
 Kondisi kronis (misal arthritis, reumatoid)
 Kondisi pasca trauma
 Cedera medula spinalis
 Infeksi
 Tumor

C. Faktor yang memengaruhi Nyeri


Menurut Sulistyo Andarmoyo (2013), yaitu:
1. Usia
Usia mempengaruhi presepsi dan ekspresi individu terhadap nyeri. Anak yang
masih kecil mempunyai kesulitan memahami nyeri, karena anak terkadang
segan mengungkapkan keberadaan nyeri yang dialami. Pada lansia cenderung
untuk mengabaikan nyeri dan menahan nyeri dalam waktu yang lama sebelum
melaporkan atau mencari perawatan nyeri. Hal itu karena lansia merasa takut
nyeri tersebut menandakan penyakit yang serius.

2. Jenis kelamin

Secara umum seorang laki-laki tidak boleh menangis dan harus berani dalam
merespon nyeri daripada wanita ketika dalam situasi bagaimanapun dan dalam
keadaan yang sama.
3. Kebudayaan

Budaya dan etnis berpengaruh pada bagaimana seseorang merespons


terhandap nyeri. Nilai-nilai setiap budaya akan berbeda beda baik perawat
dan budaya pasien lain. Cara pasien dalam memperlihatkan budayanya
berbeda, seperti hanya diam daripada menampakkan nyeri. Karena setiap
budaya memiliki ciri khas masing-masing maka kita harus menghargai adat
yang dimiliki.

4. Ansietas (kecemasan)

Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks. Ansietas sering kali
meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat menimbulkan sesuatu
perasaan ansietas.

Karakteristik nyeri dapat dilihat atau diukur berdasarkan lokasi nyeri,


durasi nyeri (menit, jam, hari atau bulan), irama/periodenya (terus menerus,
hilang timbul, periode bertambah atau berkurangnya intensitas) dan kualitas
(nyeri seperti ditusuk, terbakar, sakit nyeri dalam atau supervisial, atau bahkan
seperti dipencet.

D. Konsep Asuhan Keperawatan

Proses keperawatan adalah metode sistemik untuk mengkaji respon manusia


terhadap masalah-masalah dan membuat rencana keperawatan bertujuan untuk
mengatasi masalah-masalah tersebut. Masalah-masalah kesehatan dapat
berhubungan dengan klien keluarga juga orang terdekat atau masyarakat. Proses
keperawatan mendokumentasikan kontribusi perawat dalam mengurangi atau
mengatasi masalah-masalah kesehatan. Proses keperawatan terdiri dari lima
tahapan, yaitu : pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi (Bararah & Jauhar, 2013).
I. Pengkajian

1. Identitas Pasien

Nama: Tn.B

Jenis Kelamin: Laki-laki

Umur: 50 tahun

Pekerjaan: Pensiun

Alamat: Jalan Raden Patah No.21E

Tanggal masuk: 16 Agustus 2020

No. Register:17-46-50

Golongan Darah: O

Tanggal Pengkajian: 18 Agustus 2020

Diagnosis keperawatan: Jantung Koroner

2. Keluhan Utama

Pasien merasa nyeri pada dada, jantung berdebar-debar bahkan sampai


sesak nafas.

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Adanya keluhan seperti nyeri pada dada. Keluhan nyeri dikaji


menggunakan PQRST sebagai berikut :

a. Provocatif : nyeri timbul pada saat beraktivitas

b. Quality : nyeri yang dirasakan seperti ditekan, rasa terbakar, ditindih


benda berat seperti ditusuk, rasa diperas dan dipelintir

c. Region : nyeri dirasakan di dada dan bisa menyebar ke bahu

d. Severity : skala nyeri di ukur dengan rentang nyeri 1-10 atau bisa
dilihat dengan ekspresi wajah

e. Timing: nyeri timbul secara tiba-tiba dengan durasi ≤ 30 menit.


4. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien pernah menderita nyeri dada dan hipertensi selama kurang lebih 1
bulan dan sudah pernah masuk rumah sakit sebelumnya.

5. Riwayat Penyakit Keluarga

Pasien mneyatakan adanya penyakit turunan dari keluarga yaitu penyakit


jantung.

6. Riwayat Psikososial

Pasien ini mengalami perubahan ego yaitu pasrah dengan keadaan,


merasa tidak berdaya, takut akan perubahan gaya hidup dan fungsi peran,
ketakutan akan kematian, menjalani operasi, dan komplikasi yang timbul.
Kondisi ini ditandai dengan menghindari kontak mata, insomnia, sangat
kelemahan, perubahan tekanan darah dan pola nafas, cemas, dan gelisah.

7. Pola Kebiasaan Sehari- hari

a. Nutrisi

Pada pasien penyakit jantung koroner mengalami nafsu makan


menurun dan porsi makan menjadi berkurang.

b. Istirahat

Pola tidur dapat terganggu.

c. Eliminasi

 BAK : normal seperti biasanya berkemih sehari 4-6 x dengan


konsisitensi cair

 BAB : normal seperti biasanya sehari 1-2x dengan konsistensi


padat

d. Hygiene

Upaya untuk menjaga kebersihan diri cenderung kurang.


e. Aktivitas

Aktivitas yang dilakukan sehari-hari berkurang bahkan berhenti


melakukan aktivitas yang berat.

II. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum

Keadaan umum klien mulai saat pertama kali bertemu dengan klien
dilanjutkan mengukur tanda-tanda vital. Kesadaran klien juga diamati
apakah kompos mentis (GCS : 14-15 = E4,V5, M6), apatis (GCS: 12-
13), delirium (GCS : 10-11), samnolen (GCS : 7-9), sopor (GCS : 5-6),
semi koma (GCS : 4) atau koma (GCS : 3 = E1,V1, M1).

b. Tanda tanda vital

Pasien mengalami peningkatan pada tekanan darah, nadi, dan


respirasinya. Tekanan darah serkisar antara 124/91 mmHg – 137/97
mmHg, RR sekitar 16-20 x/menit,nadi seerkisar 100-112 x/menit.
Terjadi perubahan sesuai dengan aktivitas dan rasa nyeri yang timbul
(Nurhidayat, 2011).

c. Kepala dan muka

 Inspeksi : bentuk kepala bulat, wajah tidak simetris, rambut kurang


bersih, ekspresi wajah meringis

 Palpasi : rambut tidak rontok, tidak ada benjolan di kepala

d. Mata

 Inspeksi : mata kanan dan kiri tidak simetris, mata tidak juling,
konjungtiva merah muda, sklera putih , pupil kanan dan kiri normal,
reflek pupil terhadap cahaya miosis(mengecil)

 Palpasi :nyeri, tidak ada peningkatan tekanan intraokuler pada


kedua bola
e. Telinga

Inspeksi :telinga kanan dan kiri simetris, tidak menggunakan alat, tidak
ada perdarahan.

f. Hidung

 Inspeksi : tidak ada keberadaan septum tepat, tidak ada secret

 Palpasi :tidak ada fraktur dan nyeri

g. Mulut

 Inspeksi : bibir tidak ada kelainan kogenital, warna bibir hitam,


mukosa kering, gigi berlubang, warna kuning, lidah kotor.

 Palpasi :tidak nyeri tekan pada bibir

h. Leher

 Inspeksi : tidak luka

 Palpasi :ada pembesaran (tidak), ada pembesaran kelenjar (tidak)

i. Thorak :

1. Paru-paru

 Inspeksi :dada simetris, gerakan nafas (frekuensi naik, irama


normal), warna kulit merata, RR mengalami peningkatan.

 Palpasi : tidak ada fraktur pada costae

 Perkusi : normal berbunyi sonor.

 Auskultasi :normal terdengar vasikuler pada kedua paru

2. Jantung

 Inspeksi : ictus cordis tampak

 Perkusi : normal terdengar pekak


j. Ekstermitas

 Inspeksi : tonus otot kuat, jari-jari lengkap, tidak fraktur

 Palpasi : tidak oedema

k. Genetalia

 Inspeksi : tidak terpasang kateter

III. Analisa Data

Analisa data adalah kemampuan mengait data dan menghubungkan data


tersebut dengan konsep, teori dan prinsip yang relavan untuk membuat
kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan dan keperawatan klien
(Wahyuni, 2016).

IV. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan cara memutuskan masalah kesehatan


aktual atau potensial sebagai dasar untuk menyeleksi respon individu pasien
atau masyarakat tentang intervensi keperawatan dalam mencapai tujuan
asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan (Wahyuni, 2016).
Diagnosa yang muncul pada pasien penyakit jantung koroner (PJK) yaitu :

a. Nyeri akut berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai darah dan


oksigen ke miokardium

b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas


miokardium

c. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan


kebutuhan oksigen ke miokardium berkurang.

d. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan proses asidosis


respatorik

e. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan peningkatan natrium


dan air

f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai


darah dan oksigen ke miokard
g. Ansietas berhubungan dengan rasa ketakutan akan, ancaman, dan
perubahan kesehatan atau kematian

V. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi (SIKI)


(SDKI) (SLKI)

Nyeri Akut Luaran : Tingkat nyeri Menejemen nyeri


Definisi : Kemampuan Observasi :
menuntaskan aktivitas
Kerusakan jaringan aktual atau Identifikasi lokasi,
meningkat
fungsional dengan onset yang karakteristik, durasi,
mendadak atau lambat dan Keluhan nyeri frekuensi, kualitas,
berintensitas ringan hingga berat menurun intensitas atau berat
merupakan pengalaman sensori nyeri, dan factor
Meringis menurun
dan emosional yang pencetus
berlangsung kurang dari 3 Sikap protektif
Identifikasi skala nyeri
bulan. menurun
Identifikasi respons
Penyebab : Gelisah menurun
nyeri non verbal
Agen cedera fisik Kesulitan tidur
Identifikasi factor yang
(trauma, abses, prosedur menurun
dapat memperberat dan
operasi, amputasi)
Menarik diri menurun memperingan nyeri
Agen pencedera
Berfokus pada diri Identifikasi
biologis (neoplamasma,
sendiri menurun pengetahuan dan
inflamasi)
keyakinan tentang
Agen pencedera Diaphoresis menurun nyeri
kimiawi (terbakar, Perasaan depresi Identifikasi pengaruh
bahan kimia iritan) menurun budaya terhadap
Gejala & tanda mayor Perasaan takut respons nyeri
Mengeluh nyeri : mengalami cedera Monitor keberhasilan
berulang menurun terapi komplementer
Tampak meringis
Anoreksia menurun yang sudah diberikan
Bersikap waspada,
Ketegangan otot Monitor efek samping
posisi menghindari
menurun penggunaan analgetic
nyeri
Mual menurun Terapeutik :
Gelisah
Muntah menurun Berikan Teknik non
Frekuensi nadi
farmakologi untuk
meningkat Frekuensi nadi mengurangi rasa nyeri
Gejala & tanda minor membaik (mis TENS, hiposis,
akupresur, terapi
Tekanan darah Pola nafas membaik
musik, biofeedback,
meningkat Tekanan darah terapi pijat,
Pola nafas berubah membaik aromaterapi, Teknik
imajinasi terbimbing,
Nafsu makan menurun Pola tidur membaik kompres
hangat/dingin, terapi
Menarik diri
bermain)
Kondisi klinis yang terkait : Berikan terapi murottal
Sindrom coroner akut Al-Quran

Cidera traumatis Kontrol lingkungan


yang memperberat rasa
Kondisi pembedahan nyeri (mis kebisingan,
Infeksi pencahayaan, suhu
ruangan)
Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Fasilitasi istirahat dan
tidur
Edukasi :
Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu
nyeri
Ajarkan Teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Jelaskan strategi
meredakan nyeri
Anjurkan
menggunakan
analgetic secara tepat
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian
analgetic
Pemberian analgetic
Observasi :
Identifikasi
karakteristik nyeri (mis
lokasi, pencetus,
intensitas, Pereda,
frekuensi, kualitas,
durasi)
Identifikasi riawayat
alergi obat
Identifikasi kesesuaian
jenis analgesic
(narkotika, non-
narkotik, atau NSAID)
dengan tingkat
keparahan nyeri
Monitor efektifitas
analgesic
Monitor tanda-tanda
vital sebe;um dan
sesudah pemberian
analgesic
Terapeutik :
Tetapkan target
efektifitas analgesic
untuk mengoptimalkan
respon pasien
Diskusikan jenis
analgesic yang disukai
untuk mencapai
analgesia optimal, jika
perlu
Pertimbangkan
penggunaan infus
kontinu
Dokumentasikan
respon terhadap efek
analgesic dan efek
yang tidak diinginkan
Edukasi :
Jelaskan efek terapi dan efek
samping obat
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian dosis
dan jenis analgesic
VI. Evaluasi

Evaluasi atau tahap penilaian merupakan tindakan perbandingan yang


sistematis dan terencana yang memiliki tujuan tentang kesehatan pasien.
Dilakukan dengan cara bersinambungan dengan melibatkan klien, keluarga,
dan tenaga kesehatan. Tujuan dari evaluasi yaitu untuk mengetahui
kemampuan klien dalam mencapai tujuan yang telah direncanakan dengan
kriteria hasil pada tahap perencanaan (Wahyuni, 2016).

Diagnosa
Evaluasi TTD
Keperawatan
Nyeri Akut S : Data Objektif
Perkembangan keadaan yang
didasarkan pada apa yang
dirasakan, dikeluhkan, dan
dikemukakan klien.

O : Data Obektif
Perkembangan yang bisa diamati
dan diukur oleh perawat atau tim
kesehatan lain (TTV,
pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.

A : Analisa
Penilaian dari kedua jenis data
(baik subjektif maupun objektif)
apakah berkembang kearah
perbaikan atau kemunduran
(masalah keperawatan sudah
teratasi/teratasi sebagaian/belum
teratasi).

P : Perencanaan
Rencana penanganan klien yang
didasarkan pada hasil analisis
diatas yang berisi melanjutkan
perencanaan sebelumnya apabila
keadaan belum teratasi.

E. Hubungan Antar Konsep

Penyebab :
1.Faktor resiko yang tidak dapat dirubah : umur,jenis kelamin, dan riwayat keluarga
(genetik).
2.Faktor resiko yang dapat diubah yaitu : hipertensi,hiperlipidemia,diabetes melitus,
merokok, obesitas , stress, dan kurang aktifitas fisik.

Terjadi aterosklerosis Penyakit jantung koroner (PJK)

Nyeri akut : terjadi adanya gangguan aliran darah ke miokard dan ketidakseimbanagan suplai
oksigen. Hal tersebut mengakibatkan sel miokardium menjadi iskemik dan perpindah ke
metabolisme anaerobik yang menghasilkan asam laktat sehingga merangsang ujung saraf otot
yang menyebabkan presepsi nyeri.

Nyeri akut b.d ketidakseimbangan suplai Pengkajian pada pasien penyakit


darah dan oksigen ke miokardium jantung koroner dengan masalah
nyeri akut

Asuhan keperawatan pada pasien penyakit jantung koroner (PJK)


dengan masalah keperawatan nyeri akut

a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
dan faktor presipitasi).
b. Kaji kultur yang mempengaruhi nyeri
c. Kontrol lingkungan yang mempengaruhi nyeri (suhu, cahaya, kebisingan).
d. Lakukan intervensi non farmakologi distraksi (murottal Al-Quran)
e. Gunakan kombinasi analgesik
f. Berikan analgesik tepat waktu
g. Monitor tanda-tanda vital

Implementasi dilakuakan Evaluasi dapat dilihat dari implementasi yang


berdasarkan intervensi telah dilakuakan
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penyakit Jantung Koroner (PJK) atau penyakit kardiovaskular saat ini merupakan
salah satu penyebab utama dan pertama kematian di negara maju dan berkembang. Jantung
sanggup berkontraksi tanpa henti berkat adanya suplai bahan-bahan energi secara terus
menerus. Suplai bahan energi berupa oksigen dan nutrisi ini mengalir melalui suatu
pembuluh darah yang disebut pembuluh koroner. Apabila pembuluh darah menyempit atau
tersumbat proses transportasi bahan-bahan energi akan terganggu. Akibatnya sel-sel jantung
melemah dan bahkan bisa mati. Adanya keterkaitan penyakit jantung koroner dengan faktor
resiko dan penyakit penyerta lain seperti DM dan hipertensi, serta adanya kemungkinan
perkembangan iskemik menjadi infark menyebabkan kompleksnya terapi yang diberikan.
Oleh karena itu, pemilihan jenis obat akan sangat menentukan kualitas 3 pengguanan obat
dalam pemilihan terapi. Obat berperan sangat penting dalam pelayanan kesehatan. Berbagai
pilihan obat saat ini tersedia, sehingga diperlukan pertimbangan-pertimbangan yang cermat
dalam memilih obat untuk suatu penyakit. Terlalu banyaknya jenis obat yang tersedia dapat
memberikan masalah tersendiri dalam praktik, terutama menyangkut pemilihan dan
penggunaan obat secara benar dan aman. Penyakit jantung koroner ini dapat dicegah dengan
melakukan pola hidup sehat dan menghindari fakto-faktor resiko.seperti pola makan yang
sehat, menurunkan kolesterol, melakukan aktivitas fisik dan olehraga secara teratur,
menghindari stress kerja.

3.2 Saran

Dalam mencegah terjadinya penyakit Jantung Koroner, Perlunya Upaya Kesehatan bagi
Penderita penyakit jantung koroner yakni melaksanakan upaya Promotif, Perilaku Hidup
Sehat, Upaya Preventif, Upaya Kuratif, dan Upaya Rehabilitatif,dan Perlunya Program
alternatif yang lebih memperhatikan aspek psikologis penderita penyakit jantung koroner
dengan cara mengintegrasikan dengan program pemerintah yang lainnya.Serta Perlunya
sosialisasi terhadap seluruh kelompok umur masyarakat, agar lebih memahami karakteristik
penderita penyakit jantung koroner serta faktor resiko dan juga karakterisitik penyakit pada
penderita.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Ischemic Heart Disease –


IHD http://www.arupconsult.com/assets/print/IHD.pdf. Diakses tanggal 19
November 2012.
Cristoper. C. 2010. The Experiences of Coronary Heart Disease
http://eprints.umpo.ac.id/6166/3/BAB%202.pdf
http://eprints.ums.ac.id/14926/2/BAB_1.pdf
http://eprints.umpo.ac.id/6166/3/BAB%202.pdf

Anda mungkin juga menyukai