Anda di halaman 1dari 34

STUDI KELAYAKAN (FEASIBILITY STUDY)

RUMAH SAKIT

RSK SANTO ANTONIUS


JALAN KOPERASI NO. 61 KARANG UJUNG
TELP. (0370) – 636767
AMPENAN - MATARAM

2016

DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. PENDAHULUAN

Kesehatan merupakan kebutuhan yang utama bagi setiap orang yang hidup di dunia ini,
dan pembangunan kesehatan pada dasarnya menyangkut baik kesehatan fisik maupun mental.
Keadaan kesehatan seseorang dapat berpengaruh pada segi kehidupan sosial ekonomi, maupun
kelangsungan kehidupan suatu bangsa dan negara dimanapun di dunia ini, baik di negara yang
sudah maju maupun di negara yang sedang berkembang seperti Indonesia.

Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 Pasal 28


Bagian H ayat (1) telah menegaskan bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan
kesehatan, kemudian dalam Pasal 34 ayat (3) dinyatakan negara bertanggung jawab atas
penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Undang-
Undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pada pasal 19 menyebutkan bahwa Pemerintah
bertanggung jawab atas ketersediaan segala bentuk upaya kesehatan yang bermutu, aman, efisien
dan terjangkau.
Jumlah penduduk di Nusa Tenggara Barat pada tahun 2010 – 2014 diperoleh
berdasarkankan dari data yang dikeluarkan oleh Badan Statistik Nusa Tenggara Barat tahun 2010-
2014 menunjukkan pada tahun 2010 jumlah penduduk penduduk NTB sebayak 9000424 jiwa,
tahun 2011 sebanyak 9091300 jiwa, tahun 2012 sebanyak 9175124 jiwa, tahun 2013 sebanyak
9260604 jiwa, dan pada tahun 2014 sebanyak 8393817 jiwa.
Kepadatan penduduk merupakan jumlah jiwa yang menempati satu luasan lokasi tertentu
dihitung dengan satuan jiwa/km2. Kepadatan penduduk di wilayah Nusa Tenggara Barat
mempunyai kecenderungan meningkat selama tahun 2010-2013.
Kelayakan entik yang dimiki wilayah Nusa Tenggara Barat Berpengaruh terhadap
kesenian tradisional yang ada Salah satunya adalah tari perusaian.
Masalah kesehatan masih menjadi masalah di Indonesia, namun pada umumnya
masyarakat masih enggan berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan, baik itu di puskesmas sebagai
ujung tombak pelayanan kesehatan terdepan maupun rumah sakit sebagai pemberi pelayanan
tingkat lanjut. berdasarkan profil kesehatan di Indonesia dari tahun 2010 – 2014 menunjukkan
bahwa masalah kesehatan setiap tahunnya semakin meningkat. Dimana pada tahun 2010
sebanyak…tahun 2011 sebanyak …tahun 2012 sebanyak…tahun 2013 sebanyak…tahun 2014
sebanyak..
Nusa Tenggara Barat untuk masalah kesehatan juga terdapat peningkatan, hal ini dapat di
lihat dari profil kesetan kota mataram dari tahun 2010- 2014. Dimana pada tahun 2010
sebanyak…tahun 2011 sebanyak …tahun 2012 sebanyak…tahun 2013 sebanyak…tahun 2014
sebanyak..
Dalam Undang Undang nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit pasal 7 ayat (1)
menyebutkan rumah sakit harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, sumber daya
manusia, kefarmasian, dan peralatan. Pada pasal 8 ayat (1) disebutkan bahwa persyaratan lokasi
sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 7 ayat (1) harus memenuhi ketentuan mengenai
kesehatan, keselamatan lingkungan, tata ruang, serta sesuai dengan hasil kajian kebutuhan dan
kelayakan penyelenggaraan Rumah Sakit, demikian juga pada ayat (3) disebutkan bahwa
ketentuan mengenai tata ruang sebagaimana dimaksud ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan
peruntukan lokasi yang diatur dalam rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota, rencana tata
ruang kawasan perkotaan dan/atau rencana tata bangunan dan lingkungan. Rencana tata ruang
bagian ketiga tentang bangunan, pasal 9 butir b menyebutkan bahwa persyaratan teknis bangunan
rumah sakit, sesuai fungsi, kenyamanan dan kemudahan dalam pemberian pelayanan serta
perlindungan dan keselamatan bagi semua orang termasuk penyandang cacat, anak – anak, dan
orang usia lanjut. Hal ini sejalan dengan undang – undang nomor 28 tahun 2002 tentang
bangunan gedung dimana pada pasal 7 ayat (3) disebutkan bahwa persyaratan keandalan teknis
bangunan gedung meliputi persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan yang
meliputi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan.
Rumah sakit merupakan penyelenggara jasa layanan di bidang kesehatan dengan
menggunakan berbagai kesatuan personal terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani
masalah medik guna mencapai pemulihan maupun pemeliharaan kesehatan yang baik.
Mendukung peran rumah sakit sebagai penyelenggara jasa kesehatan dengan pendapat yang
dikemukakan, bahwa rumah sakit menyelenggarakan pelayanan yang berkaitan dengan
kesehatan, asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit
yang diderita oleh pasien. Berdasarkan data …rumah sakit di wilayah nusa tenggara barat
sebanyak…
Rumah Sakit Katolik Santo Antonius merupakan organisasi penyelenggara jasa kesehatan
dalam bentuk rawat inap dan rawat jalan. RSK St. Antonius berdiri sejak tahun 1950 dan sampai
saat ini. Sejarah terbentunya rumah sakit ini adalah inisiatif dari Chung Hua Chung Hueei, sebuah
perkumpulan sosial orang – orang Tionghoa, pada tahun 1948 – 1949, atas anjuran dokter Liem
yang bekerja sebagai dokter pemerintah. Perkumpulan ini kemudian mengadakan perjanjian
dengan misi Katolik di Lombok dimana mereka berjanji menyediakan tanah, membangun dan
menyediakan fasilitas sebuah rumah sakit berkapasitas 200 tempat tidup. Sedangkan pihak misi
diminta menyediakan staf medis untuk jangka waktu 10 tahun dan setelah itu rumah sakit akan
diambil alih oleh Chung Hua Chung Hueei untuk dikelola. Saat itu Pastoor A de Boer SVD
menjadi satu – satunya Pastor di Mataram – Lombok. Sebagai kelanjutan perjanjian itu. Pimpinan
Misi Katolik Pater Simon Buis SVD berkorespondensi denagn dokter Med, C.J Liu, seorang
dokter asal Kwantung yang berijasah universitas Munchen, Jerman. Korespondensi itu kemudian
dilanjutkan oleh pater Gierling SVD yang tiba dari Tiongkok tahun 1949.
Tahun 1950, terjadi krisis ekonomi, devaluasi 50 % akibatnya, Chung Hua secara pribadi
berjanji membantu, tetapi hanya satu yang setia pada janjinya dengan membantu Rp. 10.000,-
mengahadapi kenyataan ini, P. Gierlings tetap melanjutkan misi pendirian rumah sakit bitu, dan
untuk tujuan uji – coba melihat sejauh mana kemungkinan realisasinya, dimanfaatkan sebuah
bekas gedung sekolah Tionghoa. Ruang – ruang kelas pakai sebagai poliklinik sedangkan ruang
guru untuk dokter.
Beberapa waktu kemudian dimulai pembangunan rumah susteran. Awal bulan oktober
1952 para suster sudah menempatinya.Hari minggu tanggal 11 mei para suster secara resmi
diterima sebagai mosionaris di Lombok oleh Mgr. Hermens SVD, Perfeck Apostolik.Pelayanan
pengobatan dan perawatan mulai berjalan termasuk juga dibagian persalinan yang cukup banyak
kesibukan. Sejalan denagn meningkatnya kebutuhan akan pelayanan kesehatan, pada tanggal 19
juni 1952 Sr. Godeliva dating ke Lombok sebagai bidang dan berkarya selama 34 tahun. Sr.
Godelive berhasil sebagai wanita pertama masuk kampong arap untuk melayani ibu – ibu arap.
Rumah sakit katolik santo Antonius mempunyai tujuan umum yaitu melaksanakan
pelayanan kesehatan secara terpadu dan berkualitas sesuai tuntutan masyarakat dan
perkembangan teknologi. Sebuah rencana pengembangan investasi dalam rangka peningkatan
mutu layanan pada rumah sakit seharusnya diawali dengan studi kelayakan terhadap rencana
tersebut, sekalipun terdapat bukti bahwa ada pengusaha yang berhasil melaksanakan proyek
secara menguntungkan tanpa didahului studi kelayakan, sedangkan pengusaha lainnya justru
gagal mengoperasikan proyek, dimana sebelumnya sudah diadakan studi kelayakan oleh tim
yanag handal, namun studi kelayakan yang dimaksud tetap penting artinya, untuk menentukan
apakah proyek tersebut layak untuk dilanjutkan atau dilaksanakan. Beberapa alasan dilakukannya
studi kelayakan antara lain :
1. Investasi yang ditanamkan biasanya dalam jumlah besar, sehingga diperlukan suatu kajian
yang tepat untuk memastikan tidak terjadinya potensi kerugian serta untuk mengurangi risiko.
2. Kelangsungan usaha dilakukan dalam jangka panjang, investor selaku penanam modal
berharap investasi yang ditanamkan tidak sia-sia.
3. Return masa depan yang diharapkan oleh investor.
Sebuah Rumah Sakit biasanya berperan serta dalam misi sosial, namun untuk
keberlanjutan (sustainable) serta eksisnya, penting juga untuk memasukan unsur profit, sehingga
untuk alasan tersebut diperlukan suatu studi kelayakan yang nantinya dapat memberikan
gambaran return di masa depan. Study kelayakan (feasibility study) adalah hasil analisis dan
penjelasan kelayakan dari segala aspek yang akan mendasari pendirian atau perkembangan suatu
rumah sakit, terkait dengan penentuan rencana kerja pelayanan kesehatan rumah sakit yang baru
akan dilakukan maupun lanjutan dari yang sudah ada dalam melakukan rencana pengembangan
atau peningkatan kelas dari suatu rumah sakit.
Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam pengembangan Rumah Sakit katolik santo
Antonius ini antara lain :
1. Aspek Operasional. Sebuah Rumah Sakit swasta yang memerlukan sarana dan prasarana yang
memadai untuk melakukan pelayanan medis.
2. Aspek Finansial. Aspek yang menyangkut investasi yang besar diperlukan untuk mendukung
berdirinya suatu RSK, bagaimana proyeksi pendapatan serta biaya-biaya yang akan
dikeluarkan.
Layak tidaknya suatu investasi dikatakan dapat dilaksanakan apabila memberi
keuntungan secara keuangan maupun non keuangan. Dikatakan layak secara keuangan apabila
terjadi selisih lebih antara hasil yang diperoleh dari investasi dengan biaya yang dikeluarkan.
Studi Kelayakan ini dilakukan di Rumah Sakit katolik santo antonius yang merupakan
salah satu Rumah Sakit swasta yang ada di NTB. Berdasarkan data dari Rumah Sakit katolik
santo antonius, menyatakan jumlah kunjungan pasien rawat inap dan rawat jalan dari tahun 2010
sampai 2015 dari masing-masing poli yang ada, dapat dilihat pada tabel 1.1 :

Table 1.1 Data Jumlah Kunjungan Pasien Poli Di RSK St. Antonius AmpenanTahun 2010 -
2015
Tahun P.Umum P. Gigi Igd P. Kia Rawat inap Rad lab P. Bedah
2010 4247 344 2019 951 2802 414 7343 0
2011 4108 293 2972 789 2405 181 3966 0
2012 4222 372 3765 1507 1561 234 4050 195
2013 2959 269 5118 1144 1486 343 4033 1005
2014 2532 285 6309 750 1602 315 4123 277
2015 1997 240 6081 822 1408 83 3954 166
Sumber : data rekam medis RSK. St. Antonius Ampenan
Berdasarkan data di atas maka kami membuat study kelayakan untuk mengetahui apakah
Rumah Sakit Katolik Santo Antonius masih layak beroperasional atau tidak.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka yang menjadi rumusan masalah
adalah :
Apakah pengembangan investasi pembangunan atau perombakan rumah sakit dan
peralatannya pada Rumah Sakit katolik santo Antonius ampenan dari aspek pasar dan aspek
finansial layak dilakukan?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk menentukan kelayakan suatu proyek, dalam hal ini untuk mengetahui tingkat
kelayakan pembangunan atau perombakan rumah sakit dan peralatannya pada Rumah Sakit
katolik santo Antonius ampenan dari aspek pasar dan aspek finansial layak dilakukan.
2. Tujuan khusus
1) Adakah pengaruh antara kualitas petugas terhadap study kelayakan pembangunan atau
perombakan rumah sakit katolik santo Antonius ampenan tahun 2016
2) Adakah pengaruh antara kuantitas petugas terhadap study kelayakan pembangunan atau
perombakan rumah sakit katolik santo Antonius ampenan tahun 2016
3) Adakah pengaruh antara kualitas petugas terhadap study kelayakan pembangunan atau
perombakan rumah sakit katolik santo Antonius ampenan tahun 2016
4) Adakah pengaruh antara menejemen pemasaran (media) terhadap study kelayakan
pembangunan atau perombakan rumah sakit katolik santo Antonius ampenan tahun 2016
5) Adakah pengaruh antara menejemen pemasaran (direct marketing) terhadap study
kelayakan pembangunan atau perombakan rumah sakit katolik santo Antonius ampenan
tahun 2016
6) Adakah pengaruh antara penunjang medis (radiologi) terhadap study kelayakan
pembangunan atau perombakan rumah sakit katolik santo Antonius ampenan tahun 2016
7) Adakah pengaruh antara penunjang medis (ruang operasi) terhadap study kelayakan
pembangunan atau perombakan rumah sakit katolik santo Antonius ampenan tahun 2016
8) Adakah pengaruh antara penunjang medis (kamar bersalin) terhadap study kelayakan
pembangunan atau perombakan rumah sakit katolik santo Antonius ampenan tahun 2016
9) Adakah pengaruh antara penunjang medis (laboratorium) terhadap study kelayakan
pembangunan atau perombakan rumah sakit katolik santo Antonius ampenan tahun 2016
10) Adakah pengaruh antara penunjang non medis (instalasi gizi) terhadap study kelayakan
pembangunan atau perombakan rumah sakit katolik santo Antonius ampenan tahun 2016
11) Adakah pengaruh antara penunjang non medis (laundry atau linen) terhadap study
kelayakan pembangunan atau perombakan rumah sakit katolik santo Antonius ampenan
tahun 2016
12) Adakah pengaruh antara penunjang non medis (administrasi) terhadap study kelayakan
pembangunan atau perombakan rumah sakit katolik santo Antonius ampenan tahun 2016
13) Adakah pengaruh antara teknologi terhadap study kelayakan pembangunan atau
perombakan rumah sakit katolik santo Antonius ampenan tahun 2016
14) Adakah pengaruh antara tarif terhadap study kelayakan pembangunan atau perombakan
rumah sakit katolik santo Antonius ampenan tahun 2016

D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam bentuk bukti empiris berupa
Analisis Studi Kelayakan Pengembangan Investasi Pada Rumah Sakit katolik santo Antonius
ampenan.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi yayasan
dan manajemen untuk mengambil keputusan melakukan investasi serta kepada pihak
perbankan dalam mengambil keputusan pemberian penyaluran dana untuk investasi.
Kajian masalah

RSK. ST. Antonius Ampenan

RSK. ST. ANTONIUS

1. Sumber Daya Manusia (petugas)


a. Kuantitas
b.Kualitas Study Kelayakan
2. Menejemen pemasaran
pembangunan atau
a. Media Pemasaran
b. Direct Marketing perombakan Rumah
3. Penunjang medic dan non medic Sakit Katolik Santo
a. radiologi Antonius ampenan
b. ruang operasi
c. kamar bersalin
tahun 2016
d. laboratorium
e. instalasi gizi
d. laundry
f. administrasi
4. Teknologi
5. Tarif

Lingkungan
1. Rencana pengelolaan lingkungan
2. Rencana pemantauan lingkungan

Rumah Sakit Pesaing


1. Sumber Daya Manusia (petugas)

a. Kuantitas

SDM merupakan penggerak bagi sumber daya yang lain. SDM berkaitan dengan kinerja. Rumah

sakit katolik santo Antonius ini berada di bawah naungan Yayasan Santo Antonius Ampenan yang

diketuai oleh Sr Vincencia SSpS. Direktur Rumah Sakit Katolik Santo Antonius Ampenan adalah

Dr Agustinus Sutanto dengan jumlah karyawan sebanyak 95 orang. Karyawan Rumah Sakit

Katolik Santo Antonius Ampenan mempunyai pendidikan yang berbeda dari tingkat SMP sampai

S2. Rumah Sakit Katolik Santo Antonius Ampenan juga sering mengikut sertakan karyawannya

dalam pelatihan atau seminar sesuai dengan bidang yang di tempati, yang diharapkan dapat

menambah wawasan sehingga dapat meningkatkan kinerja bagi karyawan.

b. Kualitas

untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan karyawan pihak menejemen harus

senantiasa memperhatikan faktor – faktor yang mendorong karyawan bekerja dengan produktif,

salah satunya yaitu memperhatikan kepuasan kerja karyawan dengan memperhatikan faktor

kepuasan kerja karyawan makakaryawan dalam bekerja akan senantiasa disertai dengan perasaan

senang dan tidak terpaksa serta mempunyai semangat yang tinggi.

Kualitas petugas terhadap parameter kecepatan petugas dalam melayani pasien lambat sehingga

banyak pasien yang …………….

2. Promosi

Promosi merupakan teknik komunikasi yang secara penggunaannya atau

penyampaiannya dengan menggunakan media yang bertujuannya untuk menarik minat konsumen

terhadap hasil produksi suatu perusahaan. Promosi sebagai media untuk menjadi jembatan
kepentingan produsen dengan konsumen. Promosi rumah sakit memberikan dampak kepada

pelanggan eksternal berupa pemahaman pelanggan mengenai produk atau pelayanan yang di

tawarkan oleh rumah sakit beserta harganya.

a. Media

Sejauh ini media promosi yang ada yaitu melalui web Rumah Sakit Katolik Santo Antonius.

Namun bentuk promosi masih kurang begitu lengkap karena tidak di cantumkan bentuk pelayanan

dan dokter yang menganganinya sehingga banyak pasien yang kurang mengetahuinya.

b. Direct Marketing

Sistem marketing dimana organisasi berkomunikasi secara langsung dengan target customer untuk

menghasilkan respon atau transaksi. Dalam hal ini Rumah Sakit Katolik Santo Antonius

mengunjungi beberapa perusahaan atau universitas untuk menawarkan jasa pelayanan dalam hal

bentuk pemeriksaan lab, rawat jalan dan rawat inap.

3. Penunjang medis

a. Radiologi

Salah satu sarana penujang medis yang memberikan pelayanan pemeriksaan radiologi

dengan hasil pemeriksaan berupa foto/ gambar/ imaging yang dapat membantu dokter dalam

melayani pasien. Berdasarkan data kunjungan pasien radiologi di rumah sakit katolik santo

Antonius dari tahun 2010-2015 mengalami penurunan hal ini kemungkinan di karenakan alat

radiologi masih dalam perbaikan sehingga pasien melakukan pemeriksaan di luar rumah sakit.

b. Ruang operasi

Bagian dari sebuah pelayanan rumah sakit yang diperlukan untuk memberikan sarana dan

prasarana tindakan bedah. Berdasarkan data dari rumah sakit katolik santo Antonius di

dapatkan pada tahun 2010 – 2015 jumlah kunjungan kamar operasi mengalami penurunan hal

ini di karenakan fasilitas yang ada kurang memadai…blab ala bal (Tanya kak nela)
c. Kamar bersalin

wadah pelayanan masyarakat yang berperan sebagai tempat kegiatan dan tindakan dibidang

kesehatan khususnya kebidanan. Berdasarkan data dari rumah sakit katolik santo Antonius ampenan

di dapatkan pada tahun 2010 – 2015 mengalami penurunan hal ini di karenakan …bla bl

d. Laboratorium

Unit pemeriksaan diagnostic untuk membantu menegakkan diagnosis yang ditangani oleh

dokter. Unit Laboratorium rumah sakit katolik santo Antonius mempunyai 4 orang tenaga

sebagai analis laboratorium, karyawan terbagi dalam 2 shift (pagi dan sore) selama 15 jam.

Unit ini telah mempunyai standar kompetensi yang harus dimiliki tenaga laboratorium.

Untuk mencapai standar tersebut, setiap tahunnya selalu ada pendidikan berkala yang harus

diikuti oleh tenaga unit ini secara bergantian, baik itu melalui pendidikan resmi D3 Analis

Medis, maupun melalui seminar, kongres dan lain-lain. Berdasarkan data kunjungan pasien lab

dari tahun 2010 – 2015 mengalami penurunan kemungkinan dikarenakan jumlah SDM yang

kurang atau manajemen pengelolanya kurang bagus.

e. Instalasi gizi

Unit yang mengelola pelayanan bagi pasien rawat inap, rawat jalan maupun keluarga pasien,

dengan kegiatannya :

- Pengadaan/ penyediaan makanan

- Pelayanan gizi ruang rawat inap

- Penyuluhan, konsultasi dan rujukan gizi

- Penelitian dan pengembangan gizi terapan

Penerapan

f. Laundry atau linen


Laundry (Binatu) adalah Proses pencucian untuk menghilangkan kotoran dan noda pada kain

dengan memakai air dan bahan kimia pencuci, baik dengan menggunakan mesin maupun

tangan.

Proses pencucian linen di rumah sakit katolik santo Antonius ampenan sebagai berikut.

 Mengumpulkan semua linen-linen yang kotor dari semua ruangan. Seksi yang bertugas
memilah-milah semua linen-linen yang ada kemudian petugas sebisa mungkin
meletakkan linen-linen yang ada pada ember yang sudah disiapkan.
 Sortir sewaktu berada di ruang pencucian, linen harus dipilah-pilah berdasarkan jenis dan
kesiapannya untuk dicuci.
 Perhatikan pada noda-noda sebelum memasukkan linen-linen ke pencucian,
 Mencuci dan menghilangkan noda dengan detergen dan penghilang noda
 Memasukkan cucian ke dalam mesin cuci sesuai dengan takaran mesin cuci .
 Mengambil cucian yang sudah bersih dari mesin cuci
 Menjemur linen bersih

g. Adiministrasi

4. Teknologi

Untuk mendukung dan mempermudah dalam pelayanan rumah sakit, maka RSK menggunakan

program HIS sebagai alat bantu dalam pelayanan administrasi rumah sakit. HIS merupakan salah

satu program offline yang digunakan rumah sakit untuk membantu petugas admistrasi untuk

memperoleh data yang lebih akurat seperti : data pasien, dokter, karyawan, dll.

Program HIS ini dapat membantu petugas dalam menyelesaikan tugasnya dengan tepat waktu di

samping itu juga dapat menghemat kertas sehingga dapat meminimalkan pengeluaran rumah sakit.

5. Tariff
Tarif merupakan biaya/patokan yang harus di bayarkan oleh coustemer. Berdasarkan survey yang

sudah di lakukan di beberapa rumah sakit yang ada di nusa tenggara barat dimana Rumah sakit

katolik santo Antonius menawarkan harga lebih murah dibandingkan rumah sakit lainnya dengan

pelayanan yang maksimal. Akan tetapi kurangnya promosi yang dilakukan oleh pihak rumah sakit

sehingga banyak pasien yang tidak mengetahuinya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Rumah Sakit

1) Pengertian Rumah Sakit

Berdasarkan undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, yang dimaksudkan

dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,

dan gawat darurat. Definisi lain menurut Kepmenkes No.129/Menkes/SK/II/2008, rumah sakit

adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan meIiputi

pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang menyediakan pelayanan rawat

inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

Menurut Aditama (2003), Rumah Sakit adalah suatu fasilitas pelayanan kesehatan yang

mempunyai tugas melaksanakan upaya kesehatan yang berdaya guna dan berhasil guna

dengan mengutamakan pada upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara

serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya

rujukan.

2) Fungsi Rumah Sakit

Berdasarkan penjelasan BAB III Pasal 4 dan 5 UU No.44 Tahun 2009 tentang rumah

sakit, rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara

paripurna. Sedangkan fungsi rumah sakit adalah sebagai berikut:

a) Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar

pelayanan rumah sakit;

b) Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang

paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis;


c) Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka

peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan, dan;

d) Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan

dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu

pengetahuan bidang kesehatan;

B. PEMASARAN

1) Pengertian Pemasaran

Kegiatan pemasaran timbul apabila manusia memutuskan untuk memuaskan kebutuhan

dan keinginannya dengan cara tertentu yang disebut pertukaran. Jadi pemasaran merupakan

suatu interaksi yang berusaha untuk menciptakan hubungan pertukaran. Kegiatan tersebut

tidak lain bertujuan memberikan kepuasan baik kepada penjual maupun kepada pembeli. Pada

pokoknya pemasaran mencakup usaha perusahaan yang dimulai dengan mengidentifikasikan

kebutuhan dan keinginan konsumen yang perlu untuk dipuaskan dan usaha tersebut

merupakan suatu system yang saling berhubungan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan

Kotler (2009) yang menyatakan bahwa pemasaran adalah mengidentifikasi dan memenuhi

kebutuhan manusia dan sosial.

Kotler (2009) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan manajemen pemasaran sebagai

seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan meraih, mempertahankan, serta menumbuhkan

pelanggan dengan menciptakan, menghantarkan, dan mengomunikasikan nilai pelanggan yang

unggul. Manajemen pemasaran yang baik sangat penting pengaruhnya untuk mencapai tujuan

pemasaran sebab melalui manajemen pemasaran, pemasar dapat menggunakan sebagai

pedoman atau dasar melakukan kegiatan pemasaran dengan ketepatan memilih pasar sasaran

serta menjaga dan menambah jumlah pelanggan melalui penciptaan, penyerahan, dan

pengkomunikasian nilai pelanggan yang unggul.

2) Konsep Kegiatan Pemasaran


Kotler (2009) menyatakan ada lima konsep yang dapat dipilih perusahaan dalam

melaksanakan kegiatan pemasaran, antara lain:

1. The production concept

Konsep ini menyatakan bahwa konsumen lebih menyukai produk yang

tersebar luas di pasar dengan harga terjangkau. Tetapi konsep tersebut berlaku

paling tidak dalam dua situasi, yaitu jika permintaan akan produk melebihi

penawaran dan jika biaya produk yang tinggi dapat ditekan untuk memperluas

pasar.

2. The product concept

Konsep ini menyatakan bahwa konsumen lebih menyukai produk yang

menawarkan mutu, kinerja, dan pelengkap inovatif yang terbaik. Konsep ini

mendorong perusahaan untuk meningkatkan kualitas atau memperbaiki kualitas

produk yang bersangkutan.

3. The selling concept

Konsumen yang diabaikan tidak membeli produk perusahaan. Kondisi

yang ada mendatangkan tuntutan agar perusahaan melakukan kegiatan penjualan

dan promosi yang agresif. Kebanyakan perusahaan menjalankan konsep ini bila

terjadi kelebihan kapasitas.

4. The marketing concept

Konsep ini menyatakan bahwa kunci untuk mencapai tujuan perusahaan

adalah menjadi lebih efektif daripada pesaing dalam menetapkan dan memuaskan

kebutuhan dan keinginan pasar sasaran. Konsep pemasaran ini dimulai dengan

pasar yang didefinisikan dengan baik, memusatkan perhatian pada kebutuhan

pelanggan, memadukan semua kegiatan yang akan mempengaruhi pelanggan,

dan menghasilkan laba melalui pemuasan pelanggan.


5. The societal marketing concept

Konsep ini menyatakan bahwa tugas organisasi adalah menentukan

kebutuhan, keinginan, dan kepentingan pasar sasaran dan untuk memberikan

kepuasan yang diinginkan lebih efektif dan efisien daripada pesaing dengan cara

memelihara atau meningkatkan kesejahteraan konsumen dan masyarakat.

Perusahaan yang melaksanakan konsep ini harus menyelaraskan dan

menyeimbangkan tiga faktor yang sering menjadi perdebatan, yaitu laba

perusahaan, pemuasan keinginan konsumen, dan kepentingan publik.

3) Pengembangan internal marketing

1. Teori internal marketing

Ahmed dan Rafiq (2003) menyatakan bahwa internal marketing pada

mulanya dikemukakan sebagai suatu pendekatan bagi manajemen jasa yang

berupa penanaman konsep pemasaran tradisional dan bauran pemasaran pada

semua karyawan sebagai pelanggan dalam organisasi sehingga karyawan bisa

meningkatkan efektivitas organisasi dengan meningkatkan hubungan pasar

internal. internal marketing diyakini dapat meningkatkan motivasi semua

anggota organisasi untuk melihat peran mereka sendiri dan memperhatikan apa

yang dikehendaki pelanggan dengan cara berorientasi pada pelayanan.

Varey dan Barbara (2000) menyatakan internal marketing merupakan

upaya untuk mengkombinasikan sisi eksternal dan pemasaran strategik melalui

fasilitas interpersonal karyawan dengan pelanggan. Internal marketing berfokus

pada upaya memenuhi kebutuhan pelanggan dengan memaksimalkan keberadaan

seluruh karyawan yang ada di organisasi. Persaingan yang ketat menyebabkan

pelanggan memiliki banyak pilihan untuk memenuhi kebutuhan yang dimiliki,

sehingga organisasi yang memenuhi kebutuhan menjadi pilihan pelanggan.

Kondisi yang ada menyebabkan tuntutan untuk melakukan orientasi dengan


pelanggan. Upaya orientasi dengan pelanggan harus memperhatikan kondisi

internal organisasi, sehingga ada kinerja yang maksimal dalam operasional untuk

menyampaikan nilai terbaik. Kondisi yang ada mampu diciptakan karena dalam

pengembangan internal marketing juga mengembangkan jalinan hubungan baik

untuk jangka panjang bersama dengan pelanggan.

Ahmed dan Rafiq (2003) berpendapat bahwa internal marketing harus

dipandang sebagai suatu teknik manajemen bagi tumbuhnya motivasi dan

dukungan, bukan sebagai program atau kampanye jangka pendek untuk menarik

perhatian pelanggan. Pembentukan orientasi pemasaran bertujuan untuk

menciptakan lingkungan internal yang fleksibel dan responsif, yang memelihara

nilai-nilai dan perilaku yang baik, yang mencerminkan tujuan-tujuan organisasi

dan sinerginya dengan pasar.

Supriyanto dan Ernawati (2010) menyatakan bahwa yang dimaksud

dengan pemasaran internal adalah kegiatan untuk menarik, mengembangkan,

memotivasi dan mempertahankan karyawan berkualitas melalui hasil pekerjaan

yang memuaskan kebutuhan pelanggan. Pemasaran internal adalah filosofi yang

memperlakukan karyawan sebagai pelanggan, dan merupakan strategi mengenai

penentuan produk kerja guna memenuhi kebutuhan.

2. Tujuan internal marketing

Internal marketing memiliki tujuan yang dapat dirumuskan

sebagai berikut:

a) Mengembangkan karyawan melalui motivasi kerja, komitmen pada

orientasi pemenuhan kebutuhan pelanggan, proses layanan, serta

memberikan nilai tambah yang diperoleh dari kerja secara kelompok.

b) Mempertahankan karyawan yang produktif dan loyal.


c) Menyampaikan pelayanan sesuai dengan janji yang diberikan ketika

melakukan kegiatan promosi.

d) Meningkatkan kepuasan karyawan guna meningkatkan kinerja serta

laba.

Berdasarkan paparan dari Ahmed dan Rafiq (2003), Varey dan

Barbara (2000), maupun Supriyanto dan Ernawati (2010) tampak bahwa

teori Varey dan Barbara (2000) mengenai pemasaran internal yang paling

sesuai untuk digunakan. Ketiga teori yang dipaparkan sama-sama meninjau

adanya peran karyawan dalam pemasaran internal serta upaya melakukan

orientasi dengan pelanggan, namun Varey dan Barbara (2000) juga

memperhatikan hubungan organisasi dengan pelanggan dalam pemasaran

sehingga lebih sesuai untuk digunakan.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teoritis dan latar belakang penelitian dapat disampaikan

kerangka konsep penelitian sebagai berikut :

Variabel Bebas Variabel Terikat

KARAKTERISTIK
JUMANTIK

- Pengetahuan
- Sikap STATUS ANGKA
- Peran petugas BEBAS JENTIK (ABJ)
- umur
- Lama kerja
- kelengkapan
Peralatan
- dukungan honor

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

B. Hipotesis

1. Ada Hubungan antara pengetahuan jumantik dengan status Angka Bebas Jentik

2. Ada Hubungan antara sikap jumantik dengan status Angka Bebas Jentik

3. Ada Hubungan antara peran petugas jumantik dengan status Angka Bebas Jentik

4. Ada perbedaan antara umur jumantik dengan status Angka Bebas Jentik

5. Ada Hubungan antara lama kerja jumantik dengan status Angka Bebas Jentik

6. Ada Hubungan antara kelengkapan peralatan jumantik dengan status Angka Bebas

Jentik

7. Ada Hubungan antara dukungan honor jumantik dengan status Angka Bebas Jentik
C. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah studi observasional analitik kuantitatif

dengan pendekatan Cross Sectional Study untuk mengetahui hubungan antara variabel

bebas yaitu pengetahuan, sikap, peran petugas, umur, lama kerja, kelengkapan peralatan

dan dukungan honor dengan variabel terikat yaitu status ABJ.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel independen (variabel bebas)

Merupakan faktor yang diduga sebagai sebagai faktor yang mempengaruhi

variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan,

sikap, peran petugas, umur, lama kerja, kelengkapan peralatan dan dukungan honor.

2. Variabel Dependen (variabel terikat)

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabell bebas atau

independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Status ABJ.

E. Definisi Operasional

1. Variabel Bebas

a. Pengetahuan Juru Pemantau Jentik (jumantik)

Pemahaman petugas jumantik terhadap penyakit DBD dan pemeriksaan jentik rutin

(PJR) yang meliputi pengertian DBD, penyebab DBD, gejala DBD, mekanisme

penularan, siklus nyamuk Aedes aegypti, pemberantasan vektor, pelaksanaan PJR,

serta pelaporan hasil PJR.

Alat ukur :kuesioner


Skala : Ordinal

Kategori : Jika data berdistribusi normal maka :

Pengetahuan baik ≥ mean

Pengetahuan tidak baik < mean

Jika data tidak bersistribusi normal maka :

Pengetahuan baik ≥ median

Pengetahuan tidak baik < median

b. Sikap Juru Pemantau Jentik (jumantik)

Respon responden terhadap usaha – usaha pemberantasan DBD dengan

memberantas jentik nyamuk Aedes aegypti terutama pada kegiatan PSN.

Alat ukur : kuesioner

Skala : ordinal

Kategori : Jika data berdistribusi normal maka :

baik ≥ mean

buruk < mean

Jika data tidak bersistribusi normal maka :

baik ≥ median

buruk < median

c. Peran Petugas Juru Pemantau Jentik (jumantik)

adalah kemampuan melaksanakan tugas / pekerjaan sebagai juru pemantauan jentik

dengan menggunakan anggota badan dan peralatan kerja yang tersedia. Peran

petugas jumantik dalam hal ini meliputi melakukan pemeriksaan jentik, memberikan

penyuluhan, mencatat dan melaporkan hasil PJR, mencatat dan melaporkan kasus

DBD, melakukan PSN dan pemberantasan DBD.

Alat ukur : kuesioner

Skala : nominal
Kategori : Jika data berdistribusi normal maka :

Aktif ≥ mean

Tidak aktif < mean

Jika data tidak bersistribusi normal maka :

Aktif ≥ median

tidak aktif < median

d. Umur

Adalah lamanya hidup responden terhitung sejak tanggal lahir sampai dengan waktu

penelitian yang dinyatakan dalam tahun.

Alat ukur : kuesioner

Skala : rasio

e. Lama Kerja

Lama kerja dalam penelitian ini adalah lamanya responden bekerja sebagai Juru

Pemantau Jentik di hitung sejak pertama melakukan tugas sampai penelitian ini

dilakukan.

Alat ukur : kuesioner

Skala : nominal

Kategori : Jika data berdistribusi normal maka :

Lama ≥ mean

Baru < mean

Jika data tidak bersistribusi normal maka :

Lama ≥ median

Baru < median

f. Kelengkapan Peralatan
Kelengkapan peralatan yaitu tersedianya alat alat yang di butuhkan oleh jumantik

dalam melakukan Pemeriksaan Jentik Rutin (PJR). Perlatan (alat – alat) dalam hal

ini meliputi : lampu senter, buku catatan pemeriksaan jentik berkala dan PSN, serta

kartu rumah pemeriksaan jentik.

Alat ukur : kuesioner

Skala : nominal

Kategori : Jika data berdistribusi normal maka :

Lengkap ≥ mean

Tidak lengkap < mean

Jika data tidak bersistribusi normal maka :

Lengkap ≥ median

Tidak lengkap < median

g. Dukungan Honor

Dukungan Honor dalam penelitian ini adalah gaji yang di terima oleh jumantik.

Alat ukur : kuesioner

Skala : nominal

Kategori : 1 = mendapatkan dukungan honor

0 = tidak mendapatkan dukungan honor

2. Variabel Terikat

a. Status Angka Bebas Jentik (ABJ)

Status angka bebas jentik dalam penelitian ini adalah rata – rata per bulan

pemeriksaan jentik yang dilakukan oleh jumantik pada bulan April dimana

laporannya diperoleh dari kantor Kelurahan Wonotingal atau di Puskesmas Kagok.

Alat ukur : Lembar observasi

Skala : nominal
Kategori :memenuhi standar apabila persentase Angka Bebas Jentik (ABJ)

≥ 95 %.

tidak memenuhi standar apabila persentase Angka Bebas Jentik (ABJ)

¿ 95 % .

F. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti. Populasi

pada penelian ini adalah seluruh Jumantik di kelurahan Wonotingal wilayah kerja

Puskesmas Kagok yang berjumlah 90 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah populasi yang dianggap dapat mewakili

populasi(26). Sampel dalam penelitian ini adalah para petugas jumantik yang ada di

Kelurahan Wonotingal wilayah kerja Puskesmas Kagok. Penentuan besarnya sampel

diperoleh dengan menggunakan rumus(27) :

N
n= 2
1+ N ( d )

Keterangan :

N : Besar Populasi

n : Besar Sampel

d : Derajat Kesalahan / tingkat Penyimpangan (0,1)

N
n= 2
1+ N ( d )
90
n= 2
1+ 90 ( 0,1 )

90
n=
1,9

n=47,36

Sehingga jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 47 responden.

Kriteria inklusi responden untuk jumantik antara lain:

1) Jumantik dalam keadaan sadar dan mau dijadikan responden

2) Jumantik melakukan pemeriksaan jentik pada bulan April 2014

Kriteria ekslusi:

1) Jumantik tidak dalam keadaan sadar dan tidak mau dijadikan responden

2) Jumantik tidak melakukan pemeriksaan jentik pada bulan April 2014

G. Instrument Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan lembar

observasi. Kuesioner ini digunakan untuk megetahui fator internal dan eksternal dari

jumantik yang meliputi pengetahuan, sikap, peran petugas, umur, lama kerja, kelengkapan

peralatan, dan dukungan honor. Sedangkan lembar observasi ini di gunakan untuk

mencatat persentase Angka Bebas Jentik waktu pelaksanaan Pemeriksaan Jentik Rutin

(PJR). Selain itu digunakan instrumen lain yang mendukung kuesioner dan lembar

observasi seperti alat tulis untuk mengisi kuesioner dll.

1. Validitas

Validitas merupakan pernyataan tentang sejauh mana alat ukur mampu mengukur

apa yang sesungguhnya hendak diukur. Instrumen penelitian dikatakan valid jika

mempunyai signifikansi kurang dari 0,05 pada pengujian validitas di SPSS (28).
Berdasarkan hasil uji validitas menggunakan program aplikasi statistik terhadap status

angka bebas jentik, didapatkan hasil bahwa dari 32 item pertanyaan yang diberikan di

ketahui ada sebanyak 13 item pertanyaan yang vailid yaitu P2, P4, P15, P16, P18,

P20, P22, P23, P24, P25, P26, P27, dan P28.

2. Realibilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menyatakan sejauh mana suatu alat ukur dapat

dipercaya atau dapat diandalkan. Instrumen penelitian dikatakan reliabel jika

mempunyai nilai cronbach – alpha lebih dari 0,5(29). Berdasarkan hasil uji reliabelitas

terhadap kuesioner status angka bebas jentik didapatkan hasil bahwa nilai koefisien

reliabelitas alpha (cronbach’s alpha) sebesar 0,651. Hal ini menunjukkan bahwa

kuesioner tersebut reliabel.

3. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang dikumpulkan

berdistribusi normal atau tidak. Untuk mengetahui normalitas data dapat digunakan uji

Shapiro-Wilk (sampel < 50) pada SPSS. Apabila signifikansi p ≤ 0,05 maka data

tersebut merupakan data yang tidak normal distribusinya. Sebaliknya bila signifikansi

p > 0,05 maka data berdistribusi normal(28).

H. Pengumpulan Data

1. Sumber Data

a. Data primer

merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber nya sebagai sumber

informasi yang dicari yaitu penangggung jawab jumantik serta para jumantik di

Kelurahan Wonotingal.

b. Data sekunder

merupakan data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh

lewat pihak peneliti dari subjek penelitian yaitu data Dinas Kesehatan Kota berupa
data Angka Bebas Jentik (ABJ) serta dari Puskesmas Kagok berupa data

pelaksanaan pemeriksaaan jentik.

2. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

adalah suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dimana

peneliti mendapatkan keterangan secara lisan dari sasaran penelitian

(responden), atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut.

Jadi data tersebut diperoleh langsung dari responden melalui suatu

percakapan. Dengan melakukan wawancara kepada responden untuk

mengetahui nama responden, umur responden, lama kerja dan faktor – faktor

lain yang termasuk dalam penelitian.

b. Obsevasi

Observasi dilakukan dengan pengamatan secara langsung terhadap

responden dan lingkungannya seperti laporan Angka Bebas Jentik (ABJ) saat

pelaksanaan Pemeriksaan Jentik Rutin (PJR), serta buku bantu kasus DBD di

Puskesmas Kagok.

c. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah suatu metode pegumpulan data yang dilakukan

dengan melakukan pencarian data-data yang berhubungan dari berbagai

sumber pustaka untuk kelengkapan data yang dibutuhkan.

I. Pengolahan Data

1. Editing

Mengoreksi data secara langsung apakah data yang didapat sudah sesuai dengan

keinginan.

2. Koding

Memberikan kode angka pada variabel untuk memudahkan analisa data.


3. Skoring

Memberikan skor atas jawaban dari hasil-hasil pertanyaan sesuai dengan penetapan

skor yang ada atau dibuat.

4. Entry

Kegiatan memasukkan data kedalam program computer yaitu SPSS 16.0

5. Tabulating

Kegiatan memasukkan data kedalam suatu tabel sesuai dengan jenis variabel yang

diperoleh.

6. Penyajian Data

Menampilkan data dalam bentuk tabel frekuensi dari data yang telah di entry.

J. Analisis Data

Pengujian hasil penelitian ini menggunakan komputerisasi dengan dengan program

SPSS for widows versi 16.0, dengan menggunakan analisis sebagai berikut :

1. Analisis univariat

Analisa ini digunakan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan hasil pengolahan

data dengan menggunakan tabel frekuensi dan narasi dari masing – masing variabel.

2. Analisis Bivariat

Analisa bivariat yaitu analisa yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan. Analisa data ini menggunakan:

a. Uji chi square

uji statistik chi square (X2) digunakan untuk mengetahui hubungan antara

variabel bebas dan variabel terikat. Dengan tabel 2x2, derajat kemaknaan 95 %

pada tingkat kemaknaan Z yaitu 1,96 untuk α 0,05.


Adapun rumus uji chi square seperti dibawah ini(30) :

(O-E)2

X2 = Ʃ

Keterangan :

O = Hasil yang diobservasi

E = Hasil yang diharapkan

X2 = Nilai chi square

Adapun syarat uji chi square adalah :

a.)Bila dalam populasi terdiri atas dua atau lebih klas hipotesis

b.)Data dalam bentuk nominal

c.) Mempunyai sampel besar

Dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut(30) :

1. Bila nilai p value > nilai α = 0,05 maka Ho diterima, yang artinya tidak ada

hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.

2. Bila nilai p value ≤ nilai α = 0,05 maka Ho ditolak, yang artinya ada hubungan yang

signitifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat.

Apabila uji chi square tidak terpenuhi, maka dipakai uji fisher exact, dengan ketentuan

sebagai berikut :

a.)Bila subyek total n < 20


b.)Jumlah subyek antara 20-40 dengan nilai expected ada yang < 5 Untuk

mengetahui keeratan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat,

digunakan Contingency Coefficient yaitu sebagai berikut:

1. 0,00 – 0,19 = hubungan sangat lemah

2. 0,20 – 0,39 = hubungan lemah

3. 0,40 – 0,59 = hubungan cukup kuat

4. 0,60 – 0.79 = hubungan kuat

5. 0,80 – 1,00 = hubungan sangat kuat

b. Uji Parametrik Independent t-test

Uji independent t-test digunakan untuk menguji hubungan antara variabel skala

nominal / kategori dengan variabel berskala numerik (interval/rasio). Tingkat

signifikan ditentukan dengan batas kesalahan  = 5 % (0,05), didasarkan hasil

perhitungan p value dengan kaidah: bila taraf signifikan nilai p value < 0,05, maka

Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan yang signifikan atau

bermakna. Bila taraf signifikansi nilai p hitung  0,05, maka Ho diterima dan Ha

ditolak yang berarti hubungan yang tidak signifikan/tidak bermakna. Bila uji tidak

memenuhi syarat independent t-test maka digunakan uji non parametrik Mann

Whitney.

Berdasarkan uji normalitas sebaran data normal menggunakan uji Shapiro-

Wilk, dengan hasil uji sebagai berikut :

Tabel 3.1

Hasil Uji Normalitas

No Variabel P value Normalitas


1 Pengetahuan 0,001 Tidak normal
2 Sikap 0,000 Tidak normal
3 Peran Petugas 0,036 Tidak normal
4 Umur 0,370 Normal
5 Lama Kerja 0,000 Tidak normal
6 Kelngkapan Peralatan 0,000 Tidak normal
7 Dukungan Honor 0,000 Tidak normal
8 Status Angka Bebas 0,031 Tidak normal
Jentik

Berdasarkan hasil uji normalitas data dan skala pengukuran masing-masing

variabel maka uji statistik yang digunakan untuk analisis bivariat sebagai berikut:

Tabel 3.2

Pengujian Statistik Untuk Uji Bivariat

Variabel Variabel Skala Uji Statistik


Bebas Terikat Pengukuran
Pengetahuan Status Angka Ordinal-Nominal Uji Fisher’s
Bebas Jentik Exact
Sikap Status Angka Ordinal-Nominal Uji Fisher’s
Bebas Jentik Exact
Peran Status Angka Ordinal-Nominal Uji Fisher’s
Petugas Bebas Jentik Exact
Umur Status Angka Ordinal-Nominal Uji Mann-
Bebas Jentik whitney
Lama Kerja Status Angka Ordinal-Nominal Uji Fisher’s
Bebas Jentik Exact
Kelengkapan Status Angka Ordinal-Nominal Uji Fisher’s
Peralatan Bebas Jentik Exact
Dukungan Status Angka Ordinal-Nominal Uji Fisher’s
Honor Bebas Jentik Exact

Anda mungkin juga menyukai