Tujuan
Tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah untuk membahas dan mencari jalan
keluar yang tepat dalam memecahkan perseteruan antara kedua organisasi IPAI dan HIPANI
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah IPAI
1. Sejarah
atau Mantri Verpleiger yang diberikan pelatihan secara individual oleh ahli bedah
tahun 1976-1979 menyatakan bahwa Tidak ada catatan yang otentik tentang sejarah
Perawat Anestesi di Indonesia, namun dari ceritera yang disampaikan oleh para
orangtua generasi abad ke 19 akhir dan awal abad ke.20 dapat disimpulkan bahwa
Pemerintah Belanda sewaktu berkuasa di negeri ini mulai mendidik orang pribumi
untuk menjadi tenaga kesehatan yang disebut “Juru Rawat” dan “Mantri Verpleiger”,
ini yang dianggap sebagai “Perawat Anestesi” yang mendapat Training secara
individual dan tanpa Sertifikat, namun bekerja sebagai “Anesthetist” dibawah
suvpervisi Ahli Bedah. Perkembangan dari tenaga jenis ini tidak terlalu pesat jika
dilihat dari segi jumlahnya, namun cukup banyak untuk ukuran orang pribumi yang
Pada tahun 1954 seorang Dokter ahli bedah Prof.Dr. Mohammad Kelan
DSAn (Almarhum) bekerja di RSUP CBZ (dikenal masyarakat sebutan rumah sakit
Sibiset ) sekarang RSUPN Cipto Mangunkusumo ( dikenal luas oleh masyarakat dgn
sebutan RSCM ) Jakarta adalah dokter Indonesia pertama yang mengambil Spesialis
dilakukan dibantu oleh “Perawat Anestesi” yang dilatih secara individual dan tanpa
diberikan sertifikat
(http://www.ikatanpenataanestesiindonesia.org/index.php/public/about/information-
history/)
2. Perkembangan
Dr. Ade Kalsid. Beliau-beliau sepakat untuk mendidik Pegawai yang berijazah
banyak muatan ilmu medis meniru Pendidikan Perawat anestesi di Amerika Serikat.
Gagasan itu disambut baik oleh Kepala Bagian Bedah RSUP Cipto Mangunkusumo
pada saat itu Prof.Dr. Soekaryo dan beliau mendukung sepenuhnya dengan
4x6 meter eks Gudang kamar cuci yg berada di Lantai 2 berdinding dan berlantai
kayu. Ruang kuliah tersebut cukup memadai untuk proses belajar mengajar karena
kebutuhan masing2