Anda di halaman 1dari 57

MAKALAH KELOMPOK

MATA KULIAH MENGULANG FALSAFAH

Disusun oleh :

1. Alda Rimba Alfiana Sari (1910008)

2. Andini Anjani Maharani (1910012)

3. Dewi Ayu Pristiwahyuni (1910027)

4. Dini Maulidia (1910037)

5. Ifa Anggi N (1910056)

6. Messias Daniela Yuniar (1910072)

7. Natasya Raditya Rini (1910079)

8. Naufal Hafizh Afrianto (1910080)

9. Oktaningtiyas (1910084)

10. Wahyu Dwi Listanti (1910109)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES HANG TUAH SURABAYA

TA.2022/2023
FALSAFAH DAN PARADIGMA
A. Falsafah keperawatan

1. Falsafah keperawatan adalah pandangan dasar tentang hakikat manusia sebagai


makhluk holistik (yang memiliki kebutuhan biologis, psikologis, sosial-kultural dan
spiritual) dan esensi keperawatan yang menjadikan kerangka dasar dalam praktik
keperawatan (Nur Aini, 2018).

2. Falsafah keperawatan merupakan sebuah pandangan dasar tentang hakikat seorang


manusia dan esensi keperawatan yang menjadikan kerangka dasar dalampelaksanaan
praktek keperawatan. Hakikat manusia yang dimaksud di sini ialah manusia sebagai
makhluk hidup biologis, psikologis, sosial dan spiritual, sedangkan esensinya ialah
falsafah keperawatan yang terdiri dari:

Pertama memandang bahwa pasien sebagai manusia holistik yang harus dipenuhi segala
kebutuhannya baik kebutuhan biologis, psikologis, sosial dan spritual yang diberikan
secara komprehensif dan tidak bisa dilakukan hanya secara sepihak atau sebagian dari
kebutuhannya;

Kedua, bentuk pelayanankeperawatan yang diberikan harus secara langsung dengan tetap
memperhatikan aspek kemanusian;

Ketiga, setiaporang berhak memperoleh perawatan tanpa memandang perbedaan atas


suku, kepercayaan, status sosial, agama, dan ekonomi; keempat, pelayanan keperawatan
merupakan bagian integral dari sistem kesehatan mengingat bahwa perawat bekerja
dalam lingkup tim kesehatan, bukan sendiri sendiri; dan kelima, pasien adalah mitra yang
selalu aktif dalam pelayanan kesehatan, bukan sebagai seorang penerima jasa yang pasif
(Hidayat, 2009).

B. Paradigma

Paradigma adalah suatu cara pandang mendasar atau cara kita melihat, memikirkan,
memaknai, menyikapi serta memilih tindakan atas fenomena yang ada.

Paradigma merupakan sebuah diagram atau kerangka berpikir yang menjelaskan


fenomena. Paradigma mengandung beberapa konsep yang terkait dengan fokus
keilmuannya (Asmadi, 2009).

Paradigma keperawatan merupakan suatu pandangan global yang dianut oleh


mayoritas kelompok ilmiah (keperawatan) atau hubungan berbagai teori yang membentuk
suatu susunan yang mengatur hubungan diantara teori tersebut guna mengembangkan
model konseptual dan teori-teori keperawatan sebagai kerangka kerja keperawatan.

Paradigma keperawatan terdiri dari 4 unsur, yaitu keperawatan, manusia, sehat sakit,
dan lingkungan. Keempat unsur inilah yang membedakan paradigma keperawatan dengan
teori lain. Teori keperawatan didasarkan pada keempat konsep tersebut yakni konsep
manusia, konsep sehat sakit, konsep lingkungan, konsep keperawatan (Asmadi, 2009)

1. Manusia

Manusia adalah makhluk hidup lebih sempurna dibandingkan makhluk hidup yang
lain. profesi keperawatanmempunyai konsep tentang manusia yang memandang dan
meyakini manusia sebagai makhluk yang unik, sebagai sisItem adaptif, dan sebagai
makhluk holistic (Asmadi, 2009).

a. Manusia sebagai makhluk unik

Manusia sebagai makhluk unik mengandung pengertian bahwa manusia mempunyai


sifat dan karakteristik yang berbeda satu sama lain, begitupun responnya terhadap
stimulus. Sebagai contoh ada 2 orang yang sama-sama merasa lapar karena sejak pagi
belum mendapat makanan. Orang pertama berespons dengan menahan/mengganjal
perutnya dengan kedua tangannya.sedangkan orang kedua berteriak meminta makan.
Contohnya ini membuktikan bahwa dari stimulasi yang sama dihasilkan respons yang
berbeda. Ini menunjukkan keadaan manusia dalam konteks keperawatan(Asmadi, 2009).
b. Manusia sebagai sistem adaptif

Manusia sebagai sistem adaptif/terbuka memandang manusia sebagai sistem terbuka


yang dinamis yang memerlukan berbagai masukan dari subsisten maupun suprasistem.
Subsistem terdiri atas komponen sel, organ, dan sistem organ (misalnya sistem
pernafasan, sistem kardiovaskuler,dan sistem lainnya) suprasistem meliputi keluarga,
komunitas, masyarakat, dan sosial budaya dlam mempertahankan suatau keadaan
seimbang (Asmadi, 2009).

c. Manusia sebagai makhluk holistik

Keperawatan memandang manusia sebagai makhluk holistik yang meliputi bio-


psiko-sosio-spiritual-kultural. Ini menjadi prinsip keperawatan bahwa asuhan
keperawatan yang diberikan harus memerhatikan aspek tersebut. Klien yang dirawat di
rumah sakit harus mendapatkan perhatian bukan hanya pada aspek biologis, tetapi juga
aspek-aspek yang lain (Asmadi, 2009).

2. Konsep sehat sakit

Rentang sehat sakit adalah sebuah skala ukur hipotesis yang diperuntukkan untuk
melakukan pengukuran pada keadaan sehat atau kesehatan seseorang. Dipengaruhi oleh
faktor pribadi dan lingkungan maka kedudukan seseorang di skala tersebut memiliki sifat
dinamis. Di skala ini, sewaktuwaktu seseorang dapat berada dalam keadaan sehat, namun
di lain waktu bisa mengalami pergeseran pada kondisi sakit (Asmadi, 2009).

Konsep sehat secara fisik dan bersifat individual adalah seseorang dikatakan sehat
bila semua organ tubuh dapat merfungsi dalam batas-batas normal sesuai dengan umur
dan jenis kelamin.

Konsep sehat berdasarkan ekologi adalah sehat berarti proses penyesuaian antara
individu dengan lingkungannya. Menurut WHO (1948) sehat adalah suatu keadaan yang
sempurna baik secara fisik, mental, dan sosial serta tidak hanya terbebas dari penyakit
dan kelemahan (Asmadi, 2009). Sakit adalah keadaan dimana fisik, emosional,
intelektual, sosial, perkembangan, atau seseorang berkurang atau terganggu, bukan hanya
keadaan terjadinya proses penyakit (Asmadi,2009).

3. Lingkungan

Lingkungan adalah agregat dari seluruh kondisi dan pengaruh luar yang
mempengaruhi kehidupan dan perkembangan suatu organisme. Mencakup benda hidup
dan benda mati yang terdapat di sekitar manusia. Komponen internal seperti: faktor
genetik, struktur anatomis, fisiologis, psikologis, nilai, keyakinan serta faktor internal lain
yangpotensial mempengaruhi perubahan sistem manusia. Faktor eksternal terdiri dari:
keadaan fisik, demografis, ekologis, hubungan interpersonal dan nilai sosial budaya dan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, serta faktor eksternal lain yang potensial
mempengaruhi perubahan pada sistem manusia. Perawat memberikan perhatian khusus
pada hubungan interpersonal manusia, karena memandang manusia sebagai makhluk
sosial. Unit sosialterdiri dari keluarga, kelompok dan komunitas. Pada tiap unit sosial
individu membawa sifatnya yang unit dan secara bersamaan juga berbagi tujuan, nilai dan
budaya dalam tiap interaksi yang dilakukan (Asmadi, 2009).

4. Keperawatan

Merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan
bio-psiko-sosiokultural-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok dan komunitas, baik sakit maupun sehat serta mencakup seluruh siklus hidup
manusia. Keperawatan berupa bantuan yang diberikan karena adanya kelemahan fisik dan
atau mental, keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemauan melaksanakan kegiatan
sehari-hari secara mandiri. Bantuan juga ditujukan kepada penyediaan pelayanan
kesehatan utama dalam upaya mengadakan perbaikan sistem pelayanan kesehatan
sehingga memungkinkan setiap orang mencapai hidup sehat dan produktif (Asmadi,
2009).
DEFINISI TEORI DAN TEORI KEPERAWATAN

Definisi teori dan teori keperawatan

Teori adalah deskripsi atau penjelasan dari suatu fenomena dan hubungan antara
fenomena-fenomena semacam itu. Secara inti, konsep seperti deskripsi simbolik dari
fenomena dihubungkan dengan preposisi yang menyatakan hubungan di antara
fenomena-fenomena tersebut (Aini Nur, 2018)

Teori adalah seperangkat konsep dan proposisi yang memberikan cara yang teratur
untuk melihat fenomena, pernyataan yang menjelaskan atau memberi ciri fenomena
tertentu.

Menurut defenisi tradisional, teori adalah seperangkat konsep yang terorgansir,


koheren, dan saling berhubungan satu sama yang menawarkan deskripsi penjelasan dan
prediksi tentang fenomena (DeLaune and Ladner, 2011)

Teori adalah deskripsi atau penjelasan dari suatu fenomena dan hubungan antara
fenomena-fenomena semacam itu (Steves, 1979). Secara inti, konsep seperti deskripsi
simbolik dari fenomena dihubungkan dengan preposisi yang menyatakan hubungan di
antara fenomenafenomena tersebut.

Tujuan teori dalam disiplin keilmuan adalah memandu penelitian untuk


meningkatkan ilmu dengan mendukung pengetahuan yang ada atau menghasilkan
pengetahuanbbaru. Sebuah teori tidak hanya membantu kita untuk mengatur pikiran dan
ide-ide, tetapi juga dapat membantu mengarahkan kita pada apa yang harus dilakukan dan
kapan serta bagaimana melakukannya

a. Ciri-ciri Teori :

1) Pada dasarnya, teori harus rasional dan masuk akal

2) Dapat digeneralisasikan

3) Teori tersusun ats ide-ide yang terkoneks sedemikian rupa


4) Dasar-dasar untuk teori yang dapat diuji

5) Digunakan oleh praktisi untuk membimbing dan meningkatkan praktik mereka

6) Konsisten dengan teori-teori, hukum dan prinsipprinsip yang sudah dibuktikan


sebelumnya. Tetapi tetap
meninggalkan pertanyaan yang belum terjawab sehingga memungkinkan untuk diteliti
dan diuji lebih lanjut (Arora,2015).

b. Komponen Suatu Teori

Komponen suatu teori secara umum yaitu:

1) Konsep adalah blok bangunan dasar dari sebuah teori, bentuk pikiran atau gagasandari
pemahaman manusia yang mencerminkan tanda penting dan umum dari objek tertentu
yang dipahami. Konsep dapat juga diartikan istilah atau label yang menjelaskan
fenomena. konsep merupakan suatu pondasi untuk membangun suatu teori yang di
dalamnya menggambarkan suatu fenomena tertentu.

2) Fenomena adalah fakta yang dapat diamati oleh pancaindra dan dapat dijelaskan.
Fenomena yang dijelaskan dapat berupa empirik atau abstrak. Fenomena empirik adalah
sesuatu yang bisa dialami atau diamati melalui pancaindra Fenomena abstrak adalah
sesuatu yang tidak bisa diamati seperti harapan (Aini Nur, 2018).
Komponen suatu teori berdasarkan F. Nightingale yaitu:

1) Defenisi: Menjelaskan/menggambarkan teori, konsep ataupun komponen-komponen


yang menyusun teori tersebut.

2) Konsep: Formulasi tentang objek/kejadian yang dapat diamati/dirasakan karena konsep


itu abstrak.

3) Asumsi: Pernyataan-pernyatan yang menjelaskan konsep dan merupakan suatu


kenyataan, yang di terima sebagai suatu kebenaran.

4) Fenomena: Sesuatu yang dapat disaksikan, dilihat dengan panca indera (Suara Mahyar,
Dalami Ermawati, Rochimah, Raenah Een, Rusmianti, 2013).

Teori Keperawatan

Teori keperawatan adalah seperangkat ide, defenisi, hubungan,dan harapan atau


saran yang berasal dari model keperawatan atau dari disiplin (bidang ilmu) lain dan
rancangan purposif, pandangan metodis fenomena dengan merancang inter-relationship
khusus di antara ide-ide yang bertujuan menggambarkan, menjelaskan, peramalan, atau
merekomendasikan (Arora, 2015).
Teori keperawatan membedakan keperawatan dari disiplin lain, dimana teori ini
memiliki tujuan untuk menggambarkan, menjelaskan, memprediksi, dan mengendalikan
hasil yang diinginkan dari praktik asuhan keperawatan (Ahmad, 2016).

Pelaksanaan Asuhan Keperawatan dengan menggunakan pendekatan secara ilmiah


melalui proses keperawatan secara umum telah diterapkan pada sebagian besar rumah
sakit di Indonesia. Profesi keperawatan ialah sebuah profesi yang kompleks, unik,
holistik dan komprehensif. Pada pelaksanaan prakteknya, seharusnya perawat selalu
menggunakan acuan pada model konsep dan berbagai teori keperawatan yang telah
ada.Karakteristik ilmu keperawatan meliputi beberapa hal, yaitu: (Asmadi, 2009)

1. Pengetahuan umum (public knowledge).

Siapa saja yang mempunyai minat akan mampu mempelajari ilmu keperawatan.

2. Objektif.

Ilmu keperawatan mampu menginterprestaikan objek yang sama dengan cara yang
sama hingga pada akhirnya akan diperoleh hasil yang sama pula.

3. Abstraksi.

Ilmu keperawatan diperuntukkan bagi seluruh umat manusia yang tidak akan lepas
dari kebutuhan sepanjang hidupnya.

4. Konseptual.

Ilmu keperawatan memiliki konsepsi yang membangun dari teori keperawatan.

1.) Pentingnya Teori Keperawatan

Teori keperawatan bertujuan untuk menggambarkandan menjeaskan fenomena


keperawatan, memberikan dasar dalam praktik keperawatan, membantu menciptakan
pengetahuan (body of knowledge) yang lebih maju dan menunjukkan bagaimana
keperawatan akan berkembang di masa depan. Teori keperawatan sangat penting karena
membantu memutuskan apa yang kita ketahui dan apa yang ingin kita ketahui (Arora,
2015).

2.) Tujuan Teori Keperawatan


Kerangka Kerja Praktik: Teori ini mencakup filosofi dan ilmu tentang caring; caring
merupakan proses interpersonal yang terdiri dari intervensi yang menghasilkan
pemenuhan kebutuhan manusia (Torres, 1986) Teori keperawatan sebagai salah satu
bagian kunci perkembangan ilmu keperawatan dalam perkembangan profesi keperawatan
memiliki tujuan yang ingin dicapai di antaranya :

a. Dapat memberikan alasan-alasan tentang kenyataan-kenyataan yang dihadapi


dalam pelayanan keperawatan.

b. Membantu para anggota profesi perawat untuk memahami berbagai pengetahuan.

c. Membantu proses penyelesaian masalah dalam keperawatan dengan memberikan


arah yang jelas.
JENIS TEORI MIDDLE

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dikemukakan oleh sosiolog America Robert Merton dalam “Social Theory and Social
Structure (1957)” untuk menghubungkan pemisah diantara hipotesis-hipotesis terbatas
dari study empirisme. Teori Middle-Range memiliki hubungan yang lebih kuat dengan
penelitian dan praktik. Hubungan antara penelitian dan praktik menurut Merton (1968),
menunjukkan bahwa Teori MidRange amat penting dalam disiplin praktik.

Sebagai petunjuk riset dan praktek, middle range theory lebih banyak digunakan dari
pada grand theory, dan dapat diuji dalam pemikiran empiris . Perlu diyakini bahwa
penerapan suatu teori keperawatan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan akan
berdampak pada peningkatan kualitas asuhan keperawatan . Pelayanan keperawatan
mrpkn bagian penting dalam pelayanan kesehatan yang bersifat komprehensif meliputi
biopsikososiokultural dan spiritual yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat, baik dalam keadaan sehat maupun sakit dengan pendekatan proses
keperawatan .

Asuhan keperawatan merupakan pendekatan ilmiah dan rasional dalam menyelesaikan


masalah keperawatan yang ada, dengan pendekatan yang dilakukan tersebut bentuk
penyelesaian masalah keperawatan dapat terarah dan terencana dengan baik, dimana
dalam asuhan keperawatan terdapat beberapa tahap yaitu pengkajian, penegakkan
diagnosa, perencanaan, implimentasi tindakan, dan evaluasi . Model konseptual
keperawatan dikembangkan oleh para ahli keperawatan dengan harapan dapat menjadi
kerangka berpikir perawat, sehingga perawat perlu memahami konsep ini sebagai
kerangka konsep dalam memberikan askep dalam praktek keperawatan

1.2 Tujuan
1. Memahami Pengertian Middle Range Theory
2. Memahami Ciri-ciri Middle Range Theory
3. Memahami Kegunaan Middle Range Theory
4. Memahami contoh Middle Range Theory
BAB 2

PEMBAHASAN
2.1 Definisi Middle Range Theory
Serangkaian ide/ gagasan yang saling berhubungan dan berfokus pada suatu
dimensi terbatas yaitu pada realitas keperawatan (Smith dan Liehr, 2008).

Teori ini menjelaskan fenomena spesifik dan telah diuji dalam penelitian dan
digunakan untuk memandu praktek keperawatan. Mid-range teori memberikan
manfaat bagi perawat, mudah diaplikasikan dalam praktik dan cukup abstrak
secara ilmiah.

Kramer (1995) mengatakan bahwa mid-range theory sesuai dengan lingkup


fenomena yang relatif luas tetapi tidak mencakup keseluruhan fenomena yang ada
dan merupakan masalah pada disiplin ilmu. Merton (1968) yang berberperan
dalam pengembangan middle range theory, mendefinisikan teori ini sebagai
sesuatu yang minor tetapi penting dalam penelitian dan pengembangan suatu teori.

2.2 Middle Range Theory Jika Dibandingkan Dengan Grand Theory


1. Ruang lingkupnya lebih sempit
2. Lebih konkrit, fenomena yang disajikan lebih spesifik
3. Terdiri dari konsep dan proposisi yang lebih sedikit
4. Merepresentasikan bidang keperawatan yang lebih spesifik/ terbatas Lebih
dapat diuji secara empiris
5. Lebih dapat diaplikasikan secara langsung dalam tatanan praktik

2.3 Ciri – ciri Middle Range Theory


a) Menurut Mc. Kenna H.P. (1997)
1. Biasa digunakan secara umum pada berbagai situasi
2. Sulit mengaplikasikan konsep kedalam teori
3. Tanpa indicator pengukuran
4. Masih cukup abstrak
5. Konsep dan proposisi yang terukur
6. Inklusif
b) Menurut Meleis A.I. (1997)
1. Ruang lingkup yang terbatas
2. Memiliki sedikit abstrak
3. Membahas fenomena / konsep yang lebih spesifik
4. Merupakan cerminan praktik (administrasi, klinik, pengajaran
2.4 Kegunaan Middle Range Theory
Middle range Teori dapat membantu praktik dengan memfasilitasi pemahaman terhadap
perilaku klien dan memungkinkan untuk menjelaskan beberapa efektifitas dari intervensi.

1. Dalam bidang praktik dan penelitian mudah diaplikasikan dan cukup abstrak
secara ilmiah. Tingkatnya menengah diorganisasi dalam lingkup terbatas, variable
terbatas, serta dapat diuji secara langsung.
2. Mampu menstimulasi dan mengembangkan pemikiran rasional dari penelitian.
3. Membimbing dalam penilitian variable dan pernyataan dalam penelitian.
4. Membantu praktik dengan memfasilitasi pemahaman terhadap perilaku klien.

2.5 Perkembangan Middle Range Theory


1. Teori induktif yang membangun teori melalui riset.
2. Teori deduktif yang berasal dari Grand Theory.
3. Kombinasi dari teori keperawatan dan non keperawatan.
4. Sintesa teori yang berasal dari penelitian yang telah terpublikasikan.
5. Mengembangkan teori dari pedoman praktik klinik.

CONTOH MIDDLE RANGE THEORY

A. Katharine Kolcaba mengembangkan Teori Kenyamanan melalui tiga jenis


pemikiran logis antara lain:
1. Induksi
2. Deduksi
3. Retroduksi
Teori ini melibatkan semua aspek (holistik) yang meliputi fisik, psikospiritual,
lingkungan dan sosial kultural. Namun untuk menilai semua aspek tersebut
dibutuhkan komitmen tinggi dan kemampuan perawat yang trampil dalam hal
melakukan asuhan keperawatan berfokus kenyamanan (pengkajian hingga evaluasi),
yang di dalamnya dibutuhkan teknik problem solving yang tepat.

B. Pamela G.Reed (Teori Self Transendensi)


1. Vulnerability Kesadaran seseorang akan adanya kematian, Konsep vulnerable
meningkatkan kesadaran akan situasi mendekati kematian termasuk di dalamnya
adalah keadaan gawat seperti disabilitas, penyakit kronik, kelahiran, dan
pengasuhan.
2. Self-Transcendence suatu gerak melampaui apa yang telah dicapai, suatu gerak
dari yang kurang baik menjadi baik dan dari yang baik menjadi lebih baik.
3. Well-Being Didefiniskan sebagai perasaan sehat secara menyeluruh baik fisik,
psikologis, sosial, budaya dan spiritual yang menunjukkan suatu kesejahteraan
dan keadan yang baik.
C. Cheryl Tatano Beck Teori Depresi Postpartum/ Postpartum Depression Theory
Depresi Postpartum adalah gangguan mood yang secara historis sering diabaikan
dalam perawatan kesehatan, membiarkan ibu menderita dalam ketakutan,
kebingungan, dan keheningan. Jika hal ini tidak terdiagnosa, dapat mempengaruhi
hubungan ibu-bayi dan menyebabkan masalah emosional jangka panjang bagi
anak
D. Cheryl memperkenalkan NURSE program untuk menangani depresi postpartum.
NURSE program ini meliputi 5 aspek perawatan yang diperlukan untuk
menyembuhkan depresi postpartum, yaitu:
1. Nourishment and needs (nutrisi dan kebutuhan lain)
2. Understanding (pemahaman)
3. Rest and relaxation (istirahat dan relaksasi)
4. Spirituality (spiritualitas)
5. Exercise (latihan)
E. Merle Helaine Mishel. Teori Keraguan terhadap penyakit/ Uncertainty in Illness
Theory Teori ini menjelaskan bahwa keraguan dapat mempengaruhi kemampuan
pasien untuk beradaptasi pada suatu penyakit. Keraguan terhadap penyakit
berhubungan dengan penyesuaian yang buruk, dan sering perlu dinilai sebagai
ancaman yang memiliki efek merusak.
F. Kristen Swanson Theory of Caring Asal teori Swanson dapat ditemukan dalam
wawancara yang dilakukannya pada wanita yang mengalami keguguran, orangtua
yang memiliki anak di unit perawatan intensif, dan ibu yang secara sosial berisiko
dan telah melalui system untuk menerima berbagai macam bentuk perawatan
kesehatan (Potter et al. 2005).
G. Caring adalah cara mengasihi orang lain dengan adanya komitmen dan
tanggungjawab terhadap orang tersebut (Swanson,1991).
H. Knowing dalam hal ini dimaksudkan memahami arti sebuah peristiwa yang terjadi
dalam hidup orang lain, menghindari asumsi-asumsi, berfokus pada orang yang
dirawat / pasien, mengkaji, serta melibatkan orang yang memberi asuhan dan
orang yang diberi asuhan dalam proses “knowing” atau pengenalan
(Swanson,1991).
I. Being with dalam hal ini dimaksudkan mendukung orang lain secara emosional
termasuk keberadaannya untuk orang lain dan berbagi kesedihan dengan orang
tersebut (Swanson,1991).
J. Doing for yang dimaksud adalah melakukan sesuatu demi kepentingan orang lain
termasuk memenuhi kebutuhan, kenyamanan, dan melindungi orang tersebut
(Swanson,1991).
K. Enabling yaitu memfasilitasi orang lain untuk melalui masamasa transisi dalam
hidupnya dan melewati setiap peristiwa hidupnya dengan berfokus pada peristiwa
tersebut, mendukungnya, memberi penjelasan, memvalidasi apa yang dirasakan,
menemukan alternatif penyelesaian, dan memberikan feedback / umpan balik
(Swanson,1991).
L. Maintaining belief yaitu menumbuhkan keyakinan seseorang dalam melalui setiap
peristiwa hidup dan masamasa transisi dalam hidupnya serta menghadapi masa
depan dengan penuh keyakinan, meyakini kemampuan orang lain, menumbuhkan
sikap optimis, membantu menemukan arti atau mengambil hikmah dari setiap
peristiwa, dan selalu ada untuk orang lain dalam situasi apa pun
M. Shirly M. Moore Teori Hidup damai di akhir Sumber Teoritis Akhir Hidup Damai
(EOL). Teori ini adalah informasi oleh sejumlah kerangka teoritis. Hal ini
didasarkan terutama pada model klasik Donabedians struktur, proses dan hasil
(Ruland & Moore, 1998) yang sebagian, dikembangkan dari teori besar pengaruh
systems. Dalam teori EOL, pengaturan struktur adalah sistem keluarga (pasien
sakit parah dan semua orang lain yang signifikan) yang menerima perawatan dari
profesional pada unit rumah sakit perawatan akut. Proses didefinisikan sebagai
tindakan-tindakan (intervensi keperawatan) yang dirancang untuk
mempromosikan positif hasil dari berikut:
1. bebas dari rasa sakit,
2. mendapatkan penghiburan,
3. mendapatkan martabat dan rasa hormat,
4. berada dalam kedamaian dan
5. mengalami kedekatan kepada orang lain yang signifikan dan mereka yang
peduli.
N. Ramona T. Mercer mengembangkan salah satu model konseptual keperawatan
yang mendasari keperawatan meternitas yaitu Maternal Role Attainment-
Becoming a Mother.
1. Fokus utama dari teori ini adalah gambaran proses pencapaian peran ibu
dan proses menjadi seorang ibu dengan berbagai asumsi yang
mendasarinya.
2. Model ini juga menjadi pedoman bagi perawat dalam melakukan
pengkajian pada bayi dan lingkungannya, digunakan untuk
mengidentifikasi kebutuhan bayi, memberikan bantuan terhadap bayi
dengan pendidikan dan dukungan, memberikan pelayanan pada bayi yang
tidak mampu untuk melakukan perawatan secara mandiri dan mampu
berinteraksi dengan lingkungannya.
BAB 3

PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan
Teori ini menjelaskan fenomena spesifik dan telah diuji dalam penelitian dan
digunakan untuk memandu praktek keperawatan. Mid-range teori memberikan
manfaat bagi perawat, mudah diaplikasikan dalam praktik dan cukup abstrak
secara ilmiah.

Kramer (1995) mengatakan bahwa mid-range theory sesuai dengan lingkup


fenomena yang relatif luas tetapi tidak mencakup keseluruhan fenomena yang ada
dan merupakan masalah pada disiplin ilmu. Merton (1968) yang berberperan
dalam pengembangan middle range theory, mendefinisikan teori ini sebagai
sesuatu yang minor tetapi penting dalam penelitian dan pengembangan suatu teori.

3.2 Saran
Saran bagi mahasiswa agar lebih memahami, mengerti serta dapat
mengaplikasikan teori middle range theory ke dalam asuhan keperawatan untuk
mengaplikasikan teori keperawatan
DAFTAR PUSTAKA

Kolcaba. 1997. Comfort Theory and Practice . www.thecomfortline .com . Diunduh


tanggal 24 September 2017 , jam 20 .15

McKenna, Hugh .1997 . Nursing Theories and Models . New York : Routledge .

Meleis, Afaf Ibrahim . 2010 .Transitionstheory : middle -range and situation specific
theories in nursing research and practice . New York : SpringerPublishingCompany.

Parker,Marilyn E . & Smith, Marlaine Cappelli . 2010 . Nursing theories and nursing
practice . 3rd ed . Philadelphia : F . A . Davis Company.

Peterson,Sandra J . & Bredow, Timothy S .2009 . Middle Range Theories, Application to


Nursing Research . Second edition . Philadelphia : Lippincott William & Wilkins .

Sieloff, Christina Leibold and Frey, Maureen A . 2007 . Middle Range Theory
Development Using King’s Conceptual System . New York : Springer Publishing
Company .

Smith,Mary Jane & Liehr, Patricia R . 2008 . Middle range theory for nursing . 2nd ed .
New York : Springer Publishing Company.

Tomey, Alligood . 2006 . Nursing Theorist and Their Work . Sixth edition . Toronto : The
CV Mosby Company St . Louis
FLORANCE

NIGHTINGALE

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan adalah pelayanan atau asuhan keperawatan profesional yang
bersifat humanistik, menggunakan pendekatan holistik, dilakukan berdasarkan
ilmu dan kiat keperawatan yang berorientasi pada kebutuhan obyektif klien,
mengacu pada standar profesional keperawatan dan menggunakan etika
keperawatan sebagai tuntunan utama. Teori keperawatan berperan dalam
membedakan keperawatan dengan disiplin ilmu lain dan bertujuan untuk
menggambarkan, menjelaskan memperkirakan, dan mengontrol hasil asuhan
keperawatan atau pelayanan keperawatan yang dilakukan.Teori Evironmental
Nightingale dicetuskan oleh Florence Nightingale “Ibu dari keperawatan modern”
meletakkan keperawatan menjadi sesuatu yang sakral untukdipenuhi oleh seorang
wanita. Konsep utama bagi kesehatan adalah ventilasi kehangatan, cahaya, diet,
kebersihan, dan ketenangan. Hampir semua model keperawatan yang
diaplikasikan dalam praktik keperawatan profesional menggambarkan empat
jenis konsep yang sama, yang disebut dengan paradigma keperawatan, yakni :

a) Orang yang menerima asuhan keperawatan


b) Lingkungan
c) Kesehatan

Keperawatan Teori Keperawatan Nightingale sangat bermanfaat bagi dunia keperawatan, yang
meletakan dasar teori keperawatan melalui filosofi keperawatan yakni dengan mengidentifikasi
peran perawat dalam menemukan kebutuhan dasar manusia pada klien serta pentingnya
pengaruh lingkungan di dalam perawatan orang sakit yang dikenal dengan teori lingkungannya.
Selain itu Florence juga membuat standar pelaksanaan asuhan keperawatan yang efisien.
B. Tujuan Penulisan

1. .Tujuan Umum : Agar mahasiswa/i mampu mengaplikasikan teori


keperawatan menurut Florence Nightingale.
2. Tujuan Khusus : Adapun tujuan khusus penulisan makalah ini :
a) Menjelaskan biografi Florence Nightingale
b) Menjelaskan Konsep teori keperawatan menurut
Florence Nightingale.
c) Menjelaskan paradigma keperawatan menurut
Florence Nightingale.
d) Menjelaskan hubungan perawat dengan klien,
perawat dengan sesama perawat, dan perawat
dengan tim kesehatan lainnya menurut
Florence Nightingale.
e) Menjelaskan proses keperawatan menurut
Florence Nightingale.
f) Menjelaskan hubungan teori Florence Nightingale
dengan teori lain.

C. Metode Penulisan
Dalam menyusun makalah ini, kami menggunakan literature yaitu dengan metode
media internet

D.Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan makalah ini sebagai berikut:
BAB I:
Pendahuluan, terdiri dari Latar Belakang, Tujuan Penulisan,Metode Penulisan,
dan sistematika penulisan.
BAB II:
Tinjauan Teoritis,terdiri dari riwayat hidup florence nightingale, biografi florence
nightingale, perjalanan keperawatan florence nightingale, perang krimea, kembali
ke Inggris, meninggal dunia, aplikasi teori florence nightingale.
BAB III: Penutup, terdiri dari kesimpulan dan saran
BAB II

PEMBAHASAN

A.Riwayat Hidup Florence Nightingale


1. Biografi Florence Nightingale
Florence Nightingale lahir di Florence, Italia 12 Mei 1820 dan meninggal di
London, Inggris 13 Agustus 1910 pada usia 90 tahun. Ia adalah pelopor perawat
modern, penulis dan ahli statistik. iadikenal dengan nama bidadari berlampu atas
jasanya yang tanpa pernah takut mengumpulkan korban perang Krimea, di
Semenanjung Krimea, Rusia. Florence menghidupkan kemba li konsep penjagaan
kebersihan rumah sakit dan kiat-kiat juru rawat.

2. Masa Kecil
Florence Nightingale lahir di Florence, Italia pada 2 Mei 1820 dan diberi
nama berdasarkan kota dimana ia dilahirkan. nama depannya, Florence
menunjukkan kota kelahirannya, Firenze dalam bahasa Italia dan dalam bahasa
Inggrisnya Florence. semasa kecilnya ia tinggal di Lea Hurst, sebuah rumah besar
dan mewah milik ayahnya,William Nightingale yang merupakan seorang tuan
tanah kaya di Derbyshire, London, Inggris. ibunya adalah keturunan ningrat dan
keluarga Nightingale adalah keluarga terpandang. florence mempunyai saudara
perempuan yang bernama Parthenope.

3. Masa Remaja
Pada masa remaja mulai terlihat perilaku mereka yang kontras dan
Parthenope hidup sesuai dengan martabatnya sebagai putri seorang tuan tanah.
sementara Florence lebih banyak keluar rumah dan membantu warga sekitar yang
membutuhkan. Pada saat Florence berusia dua puluh tahun, dia merasa yakin
bahwa panggilannya adalah merawat orang sakit. Tetapi pada tahun 1840-an, para
gadis Inggris terhormat tidak akan bersedia menjadi perawat.

B. Perjalanan Keperawatan Florence Nightingale


a) Perjalanan Ke Jerman
Pada tahun 1846 ia mengunjungi kaiserswerth, jerman, dan
mengenal lebih jauh tentang rumah sakit modern pionir yang di pelopori
oleh pendeta Theodor dan istrinya dan di kolola oleh biarawati Loteran
(katolik). Di sana Florence terpesona akan komitmen dan kepedulian
yang dipraktekkan oleh para biarawati terhadap pasien. Ia jatuh cinta
pada pekerjaan sosial keperawatan, serta pulang kembali ke Inggris
dengan membawa angan-angan tersebut. Di usia dewasa Florence
menolak untuk menikah karena merasa terpanggil untuk mengurus hal-
hal yang berkaitan dengan kemanusiaan.
b) Belajar Merawat
Tahun 1851 saat Florence menginjak usia 31 tahun ia dilamar oleh
Richard Monckton Milnes (seorang penyair dan seorang ningrat) namun
lamaran tersebut ditolaknya karena pada tahun tersebut Florence sudah
membulatkan tekadnya untuk mengabdikan dirinya didunia keperawatan.
Keinginan Florence menjadi perawat ditentang keras oleh ibu dan
kakaknya karena pada saat itu ditempatnya perawat dianggap sebagai
pekerjaan hina. Perawat pada masa itu hina karena: Perawat disamakan
dengan wanita tuna susila atau "buntut" (keluarga tentara yang miskin)
yang mengikuti kemana tentara pergi.Profesi perawat banyak berhadapan
langsung dengan tubuh dalam keadaan terbuka, sehingga dianggap
profesi ini bukan profesi sopan wanita baik-baik dan banyak pasien
memperlakukan wanita tidak berpendidikan yang berada di rumah sakit
dengan tidak senonoh Perawat di Inggris pada masa itu lebih banyak laki-
laki daripada perempuan karena alasan-alasan tersebut di atas.Ayahnya
setuju jika Florence mengabdikan diri untuk kemanusiaan, namun
ayahnya tidak setuju jika ia menjadi perawat di rumah sakit, karena saat
itu rumah sakit adalah tempat yang kotor dan menjijikan. Tetapi Florence
berkeras dan tetap pergi ke Kaiserswerth, Jerman untuk mendapatkan
pelatihan bersama biarawati di sana. Selama empat bulan ia belajar di
Kaiserwerth, Jerman di bawah tekanan dari keluarganya yang takut akan
implikasi sosial yang timbul dari seorang gadis yang menjadi perawat
dan latar belakang rumah sakit yang Katolik sementara keluarga Florence
adalah Kristen Protestan.

C. Bidadari Berlampu
Saat pertempuran dahsyat di luar kota telah berlalu, seorang bintara datang
dan melapor pada Florence bahwa dari kedua belah pihak korban yang berjatuhan
banyak. Berangkatlah Florence bersama bintara. Mereka berenam ke bekas medan
pertempuran, semuanya pria, hanya Florence satu-satunya wanita. Florence
dengan berbekal lentera membalik dan memeriksa tubuh-tubuh yang
bergelimpangan, membawa siapa saja yang masih hidup dan masih bisa
diselamatkan, termasuk prajurit Rusia. Semenjak saat itu setiap terjadi
pertempuran, pada malam harinya Florence berkeliling dengan lampu untuk
mencari prajurit-prajurit yang masih hidup dan mulailah ia terkenal sebagai
bidadari berlampu yang menolong di gelap gulita. Banyak nyawa tertolong yang
seharusnya sudah meninggal.

D. Pulang ke Inggris
Florence Nightingale kembali ke Inggris sebagai pahlawan pada tanggal 7
Agustus 1857. Nightingale pindah dari rumah keluarganya di Middle Claydon,
Buckinghamshire, ke Burlington Hotel di Piccadilly. Sekembalinya Florence ke
London, ia diundang oleh tokoh- tokoh masyarakat. Mereka mendirikan sebuah
badan bernama “Dana Naightingale”, Florence menggunakan dana itu untuk
pembangunan sebuah sekolah perawat khusus untuk wanita yang pertama, saat itu
bahkan perawat- perawat pria pun jarang ada yang berpendidikan.
Florence beragumen bahwa dengan adanya sekolah perawat, maka profesi
perawat akan menjadi lebih di hargai.Sekolah tersebut didirikan di lingkungan
rumah sakit St. Thomas Hospital, London. Dunia kesehatan pun menyambut baik
pembukaan sekolah perawat tersebut. Pada tahun 1860 Florence menulis buku
CatatanTentang Keperawatan (Notes On Nursing), dan menjadi buku acuan pada
kurikulum di sekolah Florence dan sekolah keperawatan lainnya. Pada tahun 1883
Florence dianugerahkan kedali Palang Merah Kerajaan (the Royal Red Cross)
oleh Ratu Victoria.
Pada tahun 1908 ia di anugerahkan Honorary Freedom Of the City dari kota
London.Pada tahun 1869, Naightingale dan Elisabeth Blackwewell mendirikan
Universitas Medis Wanita.

E. Meninggal Dunia
Florence Naightingale meninggal dunia di usia 90 tahun pada tanggal 13
agustus 1910. ia dimakamkan di Gereja St. Margaret yang terletak di East
Wellow, Hampshire, Inggris.
Untuk mengenang jasa Florence Naightingale, maka Internasional cauncil of
nurses (ICN) menetapkan tanggal lahir Florence Nightingale menjadi hari
keperawatan Sedunia, (12 mei) yang di peringati oleh perawat sedunia setiap
tahunnya.

F. Aplikasi teori Florence


Nightingale
1. Penyesuaian terhadap lingkungan
2. Pengaruh stressor lingkungan terhadap efektivitas asuhan
3. Perencanaan Upaya dasar dalam mempengaruhi pertumbuhan klien
dalam konteks lingkungan yang sehat dan nyaman.
4. Implementasi Mempengaruhi lingkungan yang memungkinkan
terciptanya kondisi lingkungan yang baik untuk mempengaruhi kehidupan,
pertumbuhan, dan perkembangan individu.
5. Evaluasi Mengobservasi dampak lingkungan terhadap kesehatan individu.
6. Hubungan Teori Florence Nightingale dengan Teori – teori lain Teori
keperawatan Florence Nightingale merupakan teori keperawatan
pertama yang da di dalam dunia keperawatan, teori ini merupakan induk
dari semua teori – teori yang berkembang setelahnya, dengan kata lain
dari teori Florence ini dapat diturunkan menjadi berbagai teori – teori
keperawatan
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan.
Teori Keperawatan Florence Nightingale lebih memprioritaskan
Lingkungan sebagai aspek yang paling utama dalam proses penyembuhan
pasien. Jika ada seseorang yang sakit maka lingkungannya harus
diperbaiki sedemikian rupa agar mendukung proses penyembuhan pasien.
Menurut Florence Pelajaran paling penting yang dapat diberikan kepada
perawat adalah mengajari mereka apa yang harus diamati, bagaimana
mengamati, apa gejala menunjukkan keadaan pasien yang membaik, apa
yang penting dari tidak ada, apa bukti kelalaian dan tentang apa jenis
kelalaian. Florence mengajarkan kepada perawat untuk berfikir tentang
memberikan kenyamanan lingkungan pada pasien baik secara fisik
maupun psikologi. Disamping itu Florence percaya bahwa tindakan
pencegahan dan promosi kesehatan adalah hal yang tak kalah penting
dibanding dengan merawat pasien hingga sembuh. Kelebihan teori
Florence adalah pengkajian menggunakan data angka sedangkan
kekurangan dari teori Florence adalah belum adanya model keperawatan
seperti model keperawatan Betty Neuman, Teori Florence ini masih
bersifat filosofi yakni hanya sebatas pengalaman Florence saat merawat
korban perang.

B. Saran
Saran bagi mahasiswa agar lebih memahami , mengerti serta dapat
mengaplikasikan teori Florence Nightingale ke dalam praktik asuhan
keperawatan. Untuk perawat agar dapat mengaplikasikan teori
keperawatan florence nightingale dalam melakukan asuhan keperawatan
kepada pasien. Saran bagi pembaca agar memberikan masukan untuk
melengkapi makalah teori keperawatan Florence Nightle

24
TEORI VIRGINIA HENDERSON

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Teori merupakan sekelompok konsep yang membentuk pola dan
menjelaskan suatu proses atau peristiwa yang telah dibuktikan dengan observasi
secara langsung. Teori keperawatan merupakan suatu usaha untuk menguraikan
atau menjelaskan fenomena mengenai keperawatan (Alligood,2014). Saat ini
banyak sekali teori keperawatan yang sedang berkembang dalam dunia
keperawatan, salah satunya teori dari Virginia Henderson.
Virginia Henderson memaknai keperawatan harus disertai dengan prinsip
kesetimbangan fisiologis. Selain itu, Henderson juga mengembangkan sebuah
model keperawatan the activities of living. Model tersebut menjelaskan bahwa
tugas perawat adalah untuk membantu individu dalam meningkatkan
kemandiriannya secepat mungkin. Perawat harus mandiri dalam mengerjakan
tugasnya dan tidak tergantung pada dokter. Akan tetapi, perawat harus
menyampaikan rencananya pada dokter sewaktu mengunjungi pasien (Alligood,
2014).
Dalam pelayanan keperawatan yang dapat dikaitkan dengan teori
Henderson dapat dilihat dari kondisi yang dialaminya. Kondisi pasien dengan
kelemahan atau stroke merupakan salah satu yang membutuhkan pengawasan
serta perlu ditingkatkan kemandiriannya yang dapat didasarkan dengan teori ini.
Maka dari itu, perawat sangat perlu memahami lebih mendalam mengenai teori
Henderson dalam praktik keperawatan.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana Teori keperawatan dalam perspektif Virginia Henderson ?
1.2.2 Bagaimana Pengkajian Menurut Virginia Henderson ?
1.2.3 Bagaimana Asuhan Keperawatannya ?
1.3 Tujuan

8
1.3.1 Mengetahui tentang teori keperawatan dalam perspektif Virginia
Henderson
1.3.2 Menjelaskan tentang pengkajian menurut
1.3.3 Mengetahui tentang Asuhan Keperawatan
1.4 Manfaat
1.4.1 Memberikan informasi tentang teori keperawatan dalam perspektif
Virginia Henderson
1.4.2 Memudahkan pembaca dalam memahami tentang analisa masalah dan
pembahasan
1.4.3 Memberikan pemahaman terkait dengan asuhan keperawatannya

9
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keperawatan dalam Perspektif Virginia Henderson


Henderson mendefinisikan keperawatan dalam istilah fungsional.
Fungsi untuk perawat adalah untuk membantu individu, sakit atau sehat
dalam melakukan kegiatan tersebut yang bertujuan untuk kesehatan,
pemulihannya atau kematian yang damai dan individu akan dapat
melakukannya sendiri jika memiliki kekuatan, kemauan, atau pengetahuan
yang diperlukan untuk meraih kemandirian (Potter & Perry, 2009).
Enderson memandang kesehatan dalam kaitannya dengan kemampuan
pasien untuk melakukan 14 komponen asuhan keperawatan tanpa bantuan.
Komponen asuhan keperawatan Henderson yang dimulai dengan
kebutuhan fisik dan berlanjut sampai ke psikososial (Alligood, 2014).
Menurut Henderson perawat memiliki fungsi yang unik, yaitu
membantu individu baik dalam keadaan sehat maupun sakit. Sehat adalah
siklus hidup yang menjadi dasar seseorang dapat berfungsi bagi
kemanusiaan. Memperoleh kesehatan lebih penting daripada mengobati
penyakit (McEwen & Wills, 2014). Untuk mencapai kondisi sehat,
diperlukan kemandirian dan saling ketergantungan.

Menurut Henderson beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait dengan


aspek lingkungan yakni :
1. Individu yang sehat mampu mengontrol lingkungan, tetapi kondisi
sakit akan menghambat kemampuan tersebut
2. Perawat harus mampu melindungi pasien dari cedera mekanis
3. Perawat harus memiliki pengetahuan tentang keamanan lingkungan
4. Dokter menggunakan hasil observasi dan penilaian perawat sebagai
dasar dalam memberikan resep

10
5. Perawat harus meminimalkan peluang terjadinya luka melalui saran-
saran tentang konstruksi bangunan dan pemeliharaannya
6. Perawat harus tahu tentang kebiasaan sosial dan praktik keagamaan
untuk memperkirakan adanya bahaya
7. Dalam pemberian layanan kepada klien, terjalin hubungan antara
perawat dan klien. Menurut Henderson, hubungan perawat dengan
klien terbagi menjadi tiga tingkatan, mulai dari hubungan sangat
bergantung hingga hubungan sangat mandiri
8. Perawat sebagai pengganti (substitude) pagi pasien
9. Perawat sebagai penolong (helper) bagi pasien
10. Perawat sebagai mitra (partner) bagi pasien
11. Pada situasi pasien yang gawat, perawat berperan sebagai pengganti di
dalam memenuhi kekurangan pasien akibat kekuatan fisik,
kemampuan atau kemauan pasien yang berkurang.

2.2 Pengkajian menurut Virginia Henderson


Definisi ilmu keperawatan Henderson dalam kaitannya dengan praktik
keperawatan menunjukkan bahwa perawat memiliki tugas utama sebagai
pemberi asuhan keperawatan langsung kepada pasien. Manfaat asuhan
keperawatan ini terlihat dari kemajuan kondisi pasien, yang semula
bergantung pada orang lain menjadi lebih mandiri. Harapannya perawat
dapat membantu pasien beralih dari kondisi bergantung menjadi mandiri
dengan mengkaji, merencanakan, mengimplementasikan, serta
mengevaluasi 14 komponen perawatan dasar, yaitu:
a. Pada tahap pengkajian, perawat menilai kebutuhan dasar pasien
berdasarkan 14 komponen di atas. Dalam mengumpulkan data,
perawat menggunakan metode observasi, indra penciuman, peraba,
dan pendengaran
b. Setelah data terkumpul, perawat menganalisis data tersebut dan
membandingkan dengan pengetahuan dasar tentang sehat-sakit.
Analisis tersebut menghasilkan diagnosis keperawatan yang akan
11
muncul. Diagnosis keperawatan, menurut Henderson, dibuat dengan
mengenali kemampuan individu dalam memenuhi kebutuhannya
dengan atau tanpa bantuan, serta dengan mempertimbangkan kekuatan
atau pengetahuan yang dimiliki individu
c. Tahap perencanaan, menurut Henderson, meliputi aktivitas
penyusunan rencana perawatan sesuai kebutuhan individu termasuk di
dalamnya perbaikan rencana jika ditemukan adanya perubahan serta
dokumentasi bagaimana perawat membantu individu dalam keadaan
sehat atau sakit
d. Selanjutnya, pada tahap implementasi, perawat membantu individu
memenuhi kebutuhan dasar yang telah disusun dalam rencana
perawatan untuk membantu pasien. Intervensi yang diberikan
keperawatan juga sifatnya individual, bergantung pada prinsip
fisiologis, usia, latar belakang budaya, keseimbangan emosional, dan
kemampuan intelektual serta fisik individu
e. Mengevaluasi pencapaian kriteria yang diharapkan dengan menilai
kemandirian pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
2.3 Kasus
Tn.D berusia 58 tahun dirawat di bangsal bedah dengan keluhan
bahwa kedua kakinya lemas dan susah digerakkan sejak 1 bulan yang lalu.
Pasien terdiagnosa paraplegia inferior. Pasien mengatakan bahwa Tn.D
memiliki riwayat jatuh tiga kali dan yang terakhir jatuh sekitar satu bulan
yang lalu dengan posisi yang sama yaitu terduduk. Keluarga pasien
mengatakan bahwa belum pernah dilakukan pengobatan sebelumnya dan
ini merupakan pertama kali pengobatannya. Pasien juga mengatakan
bahwa hanya memiliki riwayat penyakit asam urat sekitar 3 tahun yang
lalu. Pasien mengatakan tidak merokok, tidak mengkonsumsi jamu, obat-
obatan dan alkohol. Berdasarkan hasil pemeriksaan TD 150/90 mmhg, N:
73x/menit, S: 36,2°C, RR: 22x/menit. Kekuatan otot pasien 5/5,3/3.
Semua kebutuhan pasien dibantu oleh keluarganya. Berdasarkan hasil
pemeriksaan kandung kemih pasien terhadap penuh, urine output pasien
12
<400cc/24 jam, serta pasien mengatakan bahwa terasa seperti sudah BAK
dan BAB tetapi ternyata tidak ada yang keluar. Kondisi pasien saat ini
hanya berbaring lemas dan tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari
seperti biasanya.
1. Pengkajian
a) Identitas

Nama : Tn.D

Umur : 58 Tahun
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Menikah
Suku Bangsa : Jawa
Alamat : Temanggung
Tanggal Masuk : 18 Februari 2019
Tanggal Pengkajian : 19 Februari 2019
No. Register : 277516
Diagnosa Medis : Paraplegia
b) Pengkajian berdasarkan 14 komponen Henderson
(Data Bio-Psiko-Sosio-Kultural-Spiritual)
1) Pola Bernapas
Sebelum sakit: pasien mengatakan tidak ada keluhan terkait
pernapasan Saat sakit: pasien mengatakan tidak ada sesak dan
tidak ada keluhan, RR: 22x/menit
2) Pola Makan-Minum
Sebelum sakit: pasien mengatakan sebelum sakit makan selalu
habis dengan porsinya dan biasanya makan teratur 3 kali/hari
Saat sakit: pasien mengatakan masih nafsu makan hanya saja
porsi yang dimakan lebih sedikit dari biasanya
3) Pola Eliminasi

13
Sakit: pasien mengatakan tidak ada keluhan terkait BAB dan
BAK serta biasanya BAB 1-2x/hari, BAK 2-4x/hari
Saat Sakit: pasien mengatakan bahwa merasa BAK dan BAB
beberapa kali, tetapi ternyata tidak ada yang keluar. Oliguri
(<400cc/24 jam), warna BAK kuning dan tidak menggunakan
kateter urine. Kandung kemih teraba penuh. BAK hanya keluar
sedikit.
4) Pola Aktivitas dan Latihan
Sebelum sakit: pasien mengatakan tidak ada hambatan dan
masih dapat melakukan kegiatan sehari-hari pada umumnya
Saat sakit: pasien mengatakan bahwa sekarang kedua kakinya
terasa lemas dan sulit untuk digerakkan. Saat ini pasien
membutuhkan bantuan total untuk melakukan aktivitas. Pasien
tidak dapat berjalan karena paralisis ekstremitas bawah kanan
dan kiri. Kekuatan otot pasien 5/5, 3/3. Pasien mengatakan
memiliki riwayat 3 kali jatuh dengan posisi yang sama yaitu
duduk. Pasien mengatakan bahwa terakhir jatuh adalah satu
bulan yang lalu.
5) Pola Istirahat dan Tidur
Sebelum sakit: pasien mengatakan biasanya tidur 7 jam
setiap hari dan tidak terbiasa tidur siang
Saat sakit: pasien mengatakan sedikit sulit untuk
menggerakkan badan untuk mengubah posisi saat istirahat
ataupun tidur. Selain itu pasien mengatakan saat ini
memiliki lebih banyak waktu istirahat namun mudah bosan
6) Pola Berpakaian
Sebelum sakit: pasien mengatakan bahwa dapat melakukan
dengan sendirinya mulai dari memilih baju dan memakainya
Saat sakit: pasien mengatakan bahwa saat ini menggunakan
pakaian harus dibantu dan bahkan tidak dapat melakukan

14
sendiri kecuali baju masih dapat melakukan sendiri dengan
perlahan namun diawasi
7) Pola Rasa Nyaman (Suhu tubuh)
Sebelum sakit: pasien mengatakan tidak ada keluhan dan
merasa nyaman
Saat sakit: pasien mengatakan tidak ada yang dikeluhkan, tetapi
pasien mengatakan merasa bosan berbaring saja. S: 36,2°C.
8) Pola Kebersihan Diri
Sebelum sakit: pasien mengatakan biasanya mandi 3x/hari,
mencuci rambut 2x/Minggu dan menggosok gigi 3x/hari
Saat sakit: pasien mengatakan saat ini tidak dapat mandi seperti
biasanya namun hanya dibersihkan dan dilap badannya oleh
istrinya. Serta sesekali menggosok gigi dengan dibantu istrinya.
Pasien mengatakan jika BAB dibantu istrinya untuk
membersihkan dan kadang meminta tolong perawat juga.
Pasien terlihat lemas dan kekuatan ototnya 5/5, 3/3.
9) Pola Aman
sakit: pasien mengatakan merasa aman dan tidak ada yang
mengganggunya
Saat sakit: pasien mengatakan tidak ada keluhan dan merasa
aman dan nyaman karena ada istrinya yang selalu menjaganya
10) Pola Komunikasi
Sebelum sakit: pasien mengatakan sebelumnya tidak ada
hambatan dalam berkomunikasi dengan orang lain, bahkan
pasien sering berkunjung dan mengikuti kegiatan kelompok
bersama di masyarakat.
Saat sakit: pasien mengatakan masih dapat berkomunikasi
dengan kelompok di masyarakat walaupun tidak secara
langsung atau langsung jika ada kerabat yang menjenguk.
Pasien juga mengatakan tidak ada hambatan saat

15
menyampaikan perasaannya dan hal lainnya yang ingin
disampaikan oleh keluarganya.
11) Pola Beribadah
Sebelum sakit: pasien mengatakan selalu salat berjamaah dan
tepat waktu di masjid dekat rumahnya. Selain itu, pasien juga
mengatakan menjadi anggota keagamaan di lingkungan
masyarakatnya.
Saat sakit: pasien mengatakan masih dapat melakukan kegiatan
ibadah walaupun salat dengan berbaring dan istrinya selalu
mendampingi sambil tilawah di dekat pasien
12) Pola Produktivitas (Bekerja)
Sebelum sakit: pasien mengatakan masih dapat bekerja
mengajar dan mengikuti kegiatan di masyarakat. Selain itu,
juga masih bekerja di sawah yang ia miliki
Saat sakit: pasien mengatakan saat ini tidak dapat mengikuti
kegiatan apapun di masyarakat terutama bekerja mengajar dan
ke sawah karena memang tidak dapat melakukan kegiatan
apapun karena kondisinya
13) Pola rekreasi
Sebelum sakit: pasien mengatakan bahwa sesekali pergi
berlibur dengan keluarganya ke kota, Atau anaknya yang
datang berkumpul di rumah
Saat sakit: pasien mengatakan anaknya akan datang ke sini
mengunjunginya, dan selama sakit hanya berbaring tidak bisa
kemana-mana
14) Pola Kebutuhan Belajar
Sebelum sakit: pasien mengatakan hanya sesekali melihat
berita dan informasi mengenai kesehatan
Saat sakit: pasien mengatakan ingin mengetahui terkait
kondisinya dan bagaimana agar cepat pulih kembali
2.4 Analisis Masalah dan Pembahasan
16
Berdasarkan hasil pengkajian dan analisis kasus menunjukkan
bahwa peran perawat di sini sebagai Helper (menolong) pasien. Hal ini
dikarenakan kondisi pasien yang belum bisa secara mandiri melakukan
dan memenuhi kebutuhan dasarnya. Dapat dilihat dari hasil pengkajian
bahwasanya pasien mengalami kelemahan pada kedua ekstremitas bawah.
Sehingga pasien tidak dapat melakukan kegiatan sehari-hari seperti biasa
dan membutuhkan bantuan dari perawat serta keluarganya. Pasien dengan
kelemahan mengalami hambatan urine dan latihan range of motion (ROM)
secara pasif. Kondisi pasien dengan retensi urine yang diakibatkan trauma
dan mengakibatkan kelemahan pada ekstremitas bawah kanan dan kiri
dapat mengalami gangguan pengosongan kandung kemih. Retensi urine
jika tidak dikeluarkan akan mengakibatkan infeksi saluran kemih
(Cempakaningroem et al., 2017). Sehingga pasien perlu diberikan
penatalaksanaan keperawatan berupa pemasangan kateter urine.
Pemasangan kateter urine merupakan suatu tindakan invasif dengan cara
memasukkan selang ke dalam kandung kemih untuk membantu proses
pengeluaran urine dari dalam tubuh (Nababan, 2020). Kateterisasi urine ini
adalah suatu metode primer dekompresi kandung kemih dan menjadi alat
diagnostik pada keadaan retensi urine akut. Hal ini dilakukan untuk
mengurangi dan membantu proses pengeluaran urine pasien, sehingga
pasien dapat berkemih dengan bantuan kateter urine (Shehab, n.d). Pasien
yang mengalami kelemahan atau stroke dengan retensi biasanya lebih
sering dipasang kateter menetap, sementara kateterisasi intermitten
merupakan suatu terapi pilihan. Kateterisasi ini dilakukan pada pasien
hanya bila benar-benar diperlukan karena tindakan ini sering
menimbulkan infeksi saluran kemih (Cempakaningroem et al., 2017).
Kemudian untuk mengembalikan kekuatan otot pada masalah
gangguan mobilitas fisik salah satunya adalah dengan range of motion
(ROM). Latihan ini merupakan salah satu terapi pemulihan dengan cara
latihan otot untuk mempertahankan kemampuan pasien dalam
menggerakkan persendian secara normal (Susanti et Al., 2019).
17
Penggunaan latihan rentang gerak pasif tidak hanya untuk mencegah
komplikasi lokal, tetapi juga dapat memperbaiki fungsi motorik. Dalam
penelitian (Hosseini et al., 2019) and one and tree months after
intervention, motor function wear measure by muscle strength grading
scale (Oxford scale, pada kedua kelompok kontrol dan intervensi
mengalami perbaikan pada kekuatan otot atas dan bawah selama sebulan
pertama. Pada kelompok intervensi di fase akut setelah diberikan ROM
pasif memiliki perubahan skor fungsi motorik dalam interval dari
pengukuran awal hingga satu bulan pada ekstremitas atas dan bawah, serta
dari bulan pertama hingga bulan ketiga pada ekstremitas bawah. Dapat
disimpulkan bahwa perubahan fungsi motorik lebih signifikan pada
pemberian intervensi ROM pasif sejak awal pada pasien. Sehingga secara
bertahap dapat mengembalikan sebagian besar fungsi sensorik dan
motorik pasien. Maka dari hal ini intervensi sangat dianjurkan untuk
menggunakan latihan rentang gerak pasif sejak awal sebagai bagian dari
perawatan untuk pasien dengan stroke atau kelemahan selama fase akut
(Hosseini et al., 2019) and one and tree months after intervention, motor
function wear measure by muscle strength grading scale (Oxford scale.

18
Data Subyektif Etiologi Diagnosa Komponen
kebutuhan dasar

Do : Disfungsi Retensi urine Pola eliminasi


Neurologi
- Teraba penuh pada D.0050
kandung kemih oliguria
<400cc/24 jam
Ds :
- Pasien mengatakan
merasa penuh pada
kandung kemihnya
- Pasien mengatakan
berkemih sedikit
- Pasien mengatakan
sudah BAB dan BAK
namun tidak ada yang
keluar sama sekali
Do : Gangguan Gangguan Pola aktivitas
neuromuscular mobilitas fisik latihan
- Kekuatan otot 5/5, 3/5
D.0064
Ds :

- Pasien mengatakan
bahwa kedua kakinya
terasa lemas tidak dapat
digerakkan
- Pasien mengatakan
sebelumnya sekitar 1
bulan yang lalu jatuh
dengan posisi terduduk

19
di lantai dan memiliki
riwayat jatuh tiga kali
dengan posisi yang
sama
Do : kelemahan Gangguan Pola kebersihan
integritas diri
- Pasien terlihat lemas
kulit/jaringan
- Kekuatan otot pasien
5/5, 3/5 (D. 0127)

Ds :

- pasien mengatakan saat


ini tidak dapat mandi
seperti biasanya namun
hanya dibersihkan dan
dilap badannya oleh
istrinya
- Serta pasien mengatakan
sesekali menggosok gigi
dengan dibantu istrinya
- Pasien mengatakan jika
BAB dibantu istrinya
untuk membersihkan
dan kadang meminta
bantuan perawat

20
No Peran Kompone Masalah Kriteria Hasil Tindakan EBN
Perawa n Keperawat Keperawatan
t Kebutuha an
n Dasar

1. Helper Pola Retensi Setelah diberikan Kateterisasi urine impact of


Eliminasi Urine asuhan protokol of
 Periksa kondisi
keperawatan care of
pasien
selama 3x24 jam passion
(kesadaran,
diharapkan under going
tanda vital,
eliminasi urine urinary
daerah perineal,
(L.04034) pasien karakterisza
distensi
dapat teratasi tion owner
kandung kemih,
dengan kriteria knowledge
inkontinensia
hasil: (Shehab,
urine, refleks
n.d.)
 Distensi berkemih)
kandung
 Siapkan
kemih
peralatan,
cukup
bahan-bahan
menurun
dan ruangan
(dari 2
tindakan
menjadi 4)
 Siapkan pasien,
 Frekuensi
bebaskan
bak cukup
pakaian bawah
membaik
dan posisikan
(dari 2
supine (untuk
menjadi 4)
laki-laki)

 Pasang sarung
tangan

21  Bersihkan
daerah perineal
atau
preposisium
dengan cairan
NaCl atau
aquades

 Lakukan kateter
urine dengan
menerapkan
prinsip aseptik

 Sambungkan
kateter urine
dengan urine
bag

 Isi balon dengan


NaCL 0,9%
fiksasi selang
kateter di atas
simpisis atau di
paha

 Pastikan
kantung urin
ditempatkan
lebih rendah
dari kandung
kemih

 Berikan label
waktu
pemasangan
22
 Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemasangan
kateter urine

 Anjurkan
menarik nafas
saat insersi
selang kateter

2. Helper Pola Gangguan Setelah dilakukan Teknik latihan the effect of


Aktivitas Mobilitas tindakan penguatan sendi early
dan Fisik keperawatan passive
 Identifikasi
Latihan selama 3x24 jam range of
keterbatasan
mobilitas fisik nation
fungsi dan gerak
(L.05042) pasien exercise on
sendi
dapat meningkat motor
dengan kriteria  Monitor lokasi function of
hasil: dan sifat people with
ketidaknyamana stroke:
 Pergeraka
n atau rasa sakit randomized
n
selama controlled
ekstremita
gerakan/aktivita trial
s dari
s (Hosseini et
cukup
al., 2019)
menurun  Lakukan
menjadi pengendalian
cukup nyeri sebelum
meningkat latihan

 Kekuatan  Berikan posisi


otot cukup tubuh optimal
meningkat untuk gerakan
23 dari sendi pasif atau
kekuatan aktif
otot
 Fasilitasi
ekstremita
menyusun
s 3/3
jadwal latihan
menjadi
rentang gerak
4/4
aktif maupun
 Rentang pasif
gerak
 Berikan
(ROM)
penguatan
meningkat
positif untuk
dari
melakukan
menurun
latihan bersama
menjadi
sedang  Jelaskan kepada
pasien/keluarga
 Gerakan
tujuan dan
terbatas
rencana latihan
cukup
bersama
menurun
 Ajarkan
 Kelemaha
melakukan
n fisik
latihan rentang
cukup
gerak aktif atau
menurun
pasif secara
sistematis

 Anjurkan
memvisualisasik
an gerak tubuh
sebelum
memulai
gerakan
24
 Kolaborasi
dengan
fisioterapi
dalam
mengembangka
n dan
melaksanakan
program latihan

3. Helper Pola Deficit Setelah dilakukan Dukungan perawatan Empowerm


Kebersiha Perawatan tindakan diri ent of
n Diri Diri keperawatan nurses: A
 Monitor tingkat
selama 4x/24jam key to
kemandirian
perawatan diri stroke
(L.11103)  Identifikasi patients
meningkat dan kebutuhan alat satisfaction
mengarah ke bantu (Alijanpour
mandiri dengan kebersihan diri, et al., 2020)
kriteria hasil: berpakaian,
berhias, dan
 Kemampu
makan
an mandi
meningkat  Sediakan
lingkungan yang
 Kemampu
terapeutik
an
(suasana hangat,
mengenak
rileks, privasi)
an pakaian
meningkat  Siapkan
keperluan
 Kemampu
pribadi
an makan
sendiri  Dumping dalam
25 meningkat melakukan
 Memperta perawatan diri
hankan sampai mandiri
kebersihan
 Fasilitasi untuk
diri
menerima
meningkat
keadaan
 Memperta ketergantungan
hankan
 Fasilitasi
kebersihan
kemandirian,
mulut
bantu jika tidak
meningkat
mampu
melakukan
perawatan diri

 Anjurkan
melakukan
perawatan diri
secara konsisten
sesuai
kemampuan

26
TEORI HILDEN E PAPLAU

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu keperawatan adalah suatu ilmu yang mempelajari pemenuhan


kebutuhan dasar manusia mulai dari biologis, psikologis, sosial, dan
spiritual. Pemenuhan kebutuhan tersebut diterapkan dalam pemberian
asuhan keperawatan. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan
profesional. Pelayanan kesehatan profesional merupakan bentuk
pelayanan kesehatan yang berdasarkan pada ilmu dan etika
keperawatan.

Untuk menjalankan tugas keperawatan banyak teori keperawatan


yang dapat kita pelajari, salah satunya yaitu Hildegard E.Peplau. Teori
ini menjelaskan tentang kemampuan dalam memahami diri sendiri dan
orang lain yang menggunakan dasar hubungan antar manusia yang
mencakup 4 komponen sentral, yaitu klien, perawat, sumber kesulitan,
dan proses interpersonal. Sebagai pedoman dalam setiap praktik
keperawatan, diperlukan
berbagai teori yang dapat digunakan untuk menjalankan tugas
keperawatan. Pada makalah ini, akan dibahas model dan konsep teori
keperawatan menurut Hildegard E. Peplau.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan teori peplau?
2. Bagaimana peran perawat menurut peplau?
3. Jelaskan tahapan proses interpersonal antara perawat dengan klien?
27
4. Bagaiman sejarah teori peplau?
5. Apa tujuan dari teori peplau?
Apa saja kelebihan dan kekurangan dari teori peplau?

1.1 Tujuan Penulisan

1.1.1 Tujuan Umum

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan


penjelasan kepada para pembaca tentang teori peplau. Teori
peplau bertujuan agar kita dapat memahami diri sendiri.
Selain itu, penulisan makalahini dimaksudkan untuk
memenuhi tugas dari dosen mata kuliah Falsafah dan Teori
Keperawatan kami.

1.1.2 Tujuan Khusus

1. Dapat mengetahui apa itu teori peplau


2. Dapat mengetahui peran perawat menurut peplau
3. Dapat mengetahui tahapan proses interpersonal antara perawat
danklien
4. Dapat mengetahui sejarah teori peplau
5. Dapat mengetahui tujuan teori peplau
6. Dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan dari teori peplau

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Model Keperawatan menurut Hildegard Peplau

1. Riwayat keluarga
28
Hildegard peplau( Hilda) di lahirkan di reading pennisylvia
merupakan keluarga imigran dari jerman. Dia merupakan anak kedua
dari 6
bersaudara. Ayahnya seorang pekerja keras sedangkan ibunya
sangat

perfeklsionis. Orangtuanya bernama gustav dan otilie peplau.

Meskipun dalam keluarga tidak pernah mendiskusikan tentang

pendidikan tinggi, Hilda mempunyai motivasi dan visi yang kuat

untuk merubah wanita dari


berpikiran tradisional menjadi yang lebih modern. Dia
menggiginkan
kehidupan yang lebih baik dan mengenalkan keperawatan sebagai
karier wanita di masa datang.

2. Riwayat pendidikan

Peplau memulai karir keperawatan pada tahun 1931 sebagai


lulusan dari sekolah perawat Pottstown, PA school. Beliau kemudian
bekerja sebagai staff nurse di Pennsylvania dan New York city. Di
Bennington college vermant ia mendapat gelar bachelor degree
jurusan psikologi interpersonal pada tahun 1943.

Peplau mendapatkan gelar master dan doctor dari universitaskolumbia


jurusan ilmu pengajaran. Dia juga mendapatkan sertifikat psikoanalisis di
wiliam Alanson white institute new York. Awal tahun 1950mulai
mengajar kelas pertamanya pada psikiatri keperawatan di fakultas
ilmu pendidikan. DR Peplau menjadi pengajar di fakultas keperawatan
university Rutgers dari 1954 – 1974. Peplau juga bekerja sebagai
konsultan pada WHO, US air force, US general surgeon. Setelah
pensiun dari Universitas Rutgers ia bekerja sebagai professor
kunjungan di universitas Leuven Belgium tahun1975 dan 1976.
29
3. Teori Peplau

Model konsep dan teori keperawatan yang dijelaskan oleh


peplau menjelaskan tentang kemampuan dalam memahami diri sendiri
dan orang lain yang menggunakan dasar hubungan antar manusia yang
mencakup 4 komponen sentral yaitu klien, perawat, masalah kecemasan
yang terjadi akibat sakit (sumber kesulitan), dan proses interpersonal.

• Klien

Klien adalah sistem yang berkembang terdiri dari


karakteristik

biokimia, fisiologis, interpersonal dan kebutuhan serta selalu berupaya


memenuhi kebutuhannya dan mengintegrasikan belajar pengalaman.

• Perawat

Perawat berperan mengatur tujuan dan proses interaksi


interpersonal dengan pasien yang bersifat pertisipatif, sedangkan pasien
mengendalikan isi yang menjadi tujuan.

2.2 Peran Perawat

a. Mitra kerja,. Perawat menghadapi klien seperti tamu yang dikenalkan


pada situasi baru. Sebagai mitra kerja, hubungan P-K merupakan
hubungan yang memerlukan kerja sama yang harmonis atas dasar
kemitraan sehingga perlu dibina rasa saling percaya, saling mengasihi
dan menghargai antara perawat dan klien.

b. Nara sumber (resources person) memberikan jawaban yang


spesifik terhadap pertanyaan tentang masalah yang lebih luas dan
selanjutnya

30
mengarah pada area permasalahan yang memerlukan bantuan.
Perawat mampu memberikan informasi yang akurat, jelas dan rasional
kepada kliendalam suasana bersahabat dan akrab.

c. Pendidik (teacher) merupakan kombinasi dari semua peran yang lain.


Perawat harus berupaya memberikan pendidikan , pelatihan, dan
bimbingan

pada klien/keluarga terutama dalam mengatasi masalah kesehatan.

d. Kepemimpinan (Leadership) mengembangkan hubungan yang


demokratis sehingga merangsang individu untuk berperan. Perawat
harus mampu memimpin klien/keluarga untuk memecahkan masalah
kesehatan melalui

proses kerja sama dan partisipasi.

e. Pengasuh pengganti (surrogate) membantu individu belajar tentang


keunikan tiap manusia sehingga dapat mengatasi konflik interpersonal.
Perawat merupakan individu yang dipercaya klien untuk berperan
sebagai orang tua, tokoh masyarakat atau rohaniawan guna untuk
membantu memenuhi kebutuhannya.

f. Konselor (consellor) meningkatkan pengalaman individu menuju


keadaan sehat yaitu kehidupan yang kreatif, instruktif dan produktif.
Perawat harus dapat memberikan bimbingan terhadap masalah klien
sehingga pemecahan masalah akan mudah dilakukan.

• Sumber Kesulitan

Ansietas berat yang disebabkan oleh kesulitan


mengintegrasikan

pengalaman interpersonal yang lalu dengan yang sekarang. Ansietas


terjadi apabila komunikasi dengan orang lain mengancam keamanan
31
psikologik (sakit jiwa) dan biologi individu. Dalam model peplau
ansietas merupakan konsep yang berperan penting karena berkaitan
langsung dengan kondisi sakit. Dalam keadaan sakit biasannya tingkat
ansietas meningkat. Oleh karena itu perawat pada saat ini harus
mengkaji tingkat ansietas klien. Berkurangnya ansietas menunjukkan
bahwa kondisi klien semakin membaik.

32
TEORI JOHN WATSON
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di dunia, kesehatan merupakan hal yang mutlak untuk dimiliki oleh setiap manusia.Oleh
sebab itu maka didirikanlah sebuah Organisasi Kesehatan Dunia (World Health
Organization/WHO) adalah salah satu badan PBB yang bertindak sebagai koordinator kesehatan
umum internasional dan bermarkas di Jenewa, Swiss.WHO didirikan oleh PBB pada 7 April
1948.Direktur Jendral sekarang adalah Margaret Chan menjabat mulai 8 November 2006.Menurut
WHO (1947) Sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang sempurna baik secara
fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan (WHO, 1947).
Definisi WHO tentang sehat mempunyai karakteristik berikut yang dapat meningkatkan konsep
sehat yang positif (Edelman dan Mandle. 1994) : Memperhatikan individu sebagai sebuah sistem
yang menyeluruh, memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal,
dan penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup. Tidak hanya organisasi
kesehatan saja didirikan untuk memajukan kesehatan maka butuhlah tenaga atau profesi
keperawatan sehingga profesi keperawatan berkembang karena tuntutan masyarakat serta
kebutuhan keperawatan kesehatan dan kebijakan.Keperawatan berespons dan beradaptasi terhadap
perubahan, memenuhi tantangan baru yang timbul.

Keperawatan sebagai bagian intergral dari pelayanan kesehatan, ikut menentukan


menentukan mutu dari pelayanan kesehatan.Tenaga keperawatan secara keseluruhan jumlahnya
mendominasi tenaga kesehatan yang ada, dimana keperawatan memberikan konstribusi yang unik
terhadap bentuk pelayanan kesehatan sebagai satu kesatuan yang relatif, berkelanjutan, koordinatif
dan advokatif.Keperawatan sebagai suatu profesi menekankan kepada bentuk pelayanan
professional yang sesuai dengan standart dengan memperhatikan kaidah etik dan moral sehingga
pelayanan yang diberikan dapat diterima oleh masyarakat dengan baik.

Profesi keperawatan adalah profesi yang unik dan kompleks.Dalam melaksanakan


prakteknya, perawat harus mengacu pada model konsep dan teori keperawatan yang sudah
dimunculkan.Konsep adalah suatu ide dimana terdapat suatu kesan yang abstrak yang dapat
diorganisir dengan smbol-simbol yang nyata, sedangkan konsep keperawatan merupakan ide untuk
menyusun suatu kerangka konseptual atau model keperawatan.

Teori adalah sekelompok konsep yang membentuk sebuah pola yang nyata atau suatu
pernyataan yang menjelaskan suatu proses, peristiwa atau kejadian yang didasari fakta-fakta yang
telah di observasi tetapi kurang absolut atau bukti secara langsung. Yang dimaksud Teori
Keperawatan adalah usaha-usaha untuk menguraikan atau menjelaskan fenomena mengenai
keperawatan. Teori keperawatan digunakan sebagai dasar dalam menyusun suatu model konsep
dalam keperawatan,dan model konsep keperawatan 33 digunakan dalam menentukan model praktek
keperawatan.
Watson (1979) Tujuan Keperawatan: Untuk meningkatkan kesehatan, mengembangkan
klien pada kondisi sehatnya, dan mencegah kesakitan (Marriner-Torney, 1994) Kerangka Kerja
Praktik: Teori ini mencakup filosofi dan ilmu tentang caring; caring merupakan proses
interpersonal yang terdiri dari intervensi yang menghasilkan pemenuhan kebutuhan manusia
(Torres, 1986)

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep utama keperawatan menurut Jean Watson?
2. Apakah ada faktor utama yang membentuk aktivitas perawatan menurut Jean
Watson?

C. Tujuan
1. Mengetahui konsep keperawatan menurut Jean Watson.
2. Mengetahui Faktor utama yang membentuk aktivitas perawatan menurut Jean
Watson.
3.

34
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Utama Teori dan Model Keperawatan Jean Watson
Jean Watson lahir pada tahun 1940, dia adalah Bachelor of Science dalam Keperawatan,
Master of Science dalam Psychiatric / Mental Health Nursing dari University of Colorado - Danver,
sertaPhD dalam Educational Psychology. Watson adalah pengarang banyak artikel, chapter/tulisan
-singkat dalam buku, dan buku lainnya. Hasil penelitiannya adalah tentang manusia dan
rasakehilangan.Teori Jean Watson yang telah dipublikasikan dalam keperawatan adalah “Human
Science andHuman Care”. Watson percaya bahwa fokus utama dalam keperawatan adalah pada
faktor care/perhatian pada perawatan yang asalnya dari humanistic perspective dan dikombinasikan
dengandasar ilmu pengetahuan. Dalam keperawatan juga dikembangkan filosofi kemanusiaan, dan
sistemsistem nilai, serta menggunakan seni perawatan yang baik. Teori Jean Watson ini
ternyatamerupakan salah satu dari kebutuhan manusia dalam merawat pasien.

Jean Watson dalam memahami konsep keperawatan terkenal dengan teori pengetahuan
manusia dan merawat manusia.Tolak ukur pandangan Watson ini didasari pada unsur teori
kemanusiaan.Teori JW ini memahami bahwa manusia memiliki empat cabang kebutuhan yang
saling berhubungan, diantaraanya:

1. Kebutuhan Dasar Biofisikal (Kebutuhan untuk hidup) yang meliputi kebutuhan Makan dan
Cairan, Kebutuhan Eliminasi, dan Kebutuhan Ventilasi
2. Kebutuhan Dasar Psikofisikal (Kebutuhan Fungsional) yang meliputi Kebutuhan Aktifitas
dan Istirahat, serta Kebutuhan Sexualitas.
3. Kebutuhan dasar Psikososial (Kebutuhan untuk Integrasi) yang meliputi Kebutuhan untuk
Berprestasi dan Berorganisasi
4. Kebutuhan dasar Intrapersonal dan Interpersonal (Kebutuhan untuk Pengembangan)
35
yaitu Kebutuhan Aktualisasi Diri.
Tolak ukur pandangan Watson ini didasari pada unsur teori kemanusiaan. Pandangan teori
JeanWatson ini memahami bahwa manusia memiliki 4 bagian kebutuhan dasar manusia yang
salingberhubungan antara kebutuhan yang satu dengan kebutuhan yang lain. Berdasarkan dari
empatkebutuhan tersebut, Jean Watson memahami bahwa manusia adalah makhluk yang sempurna
danmemiliki berbagai ragam perbedaan, sehingga dalam upaya mencapai kesehatan, manusia
seharusnyadalam keadaan sejahtera baik fisik, mental, sosial, serta spiritual.

Selain itu ada 7 (tujuh) asumsi dalam ilmu keperawatan, antara lain :
1. Asuhan keperawatan dapat secara efektif didemonstrasikan dan dipraktekkan hanya secara
interpersonal.
2. Asuhan keperawatan berisi faktor care/perhatian pada perawatan yang hasilnya dapat
memuaskanKebutuhan manusia yang memerlukan bantuan.
3. Asuhan keperawatan yang efektif meningkatkan kesehatan dan berkembang ke arah
perbaikan bagiindividu, serta keluarga.
4. Respon asuhan keperawatan menerima seseorang tidak hanya pada saat di rawat saja, tetapi
jugakemungkinan yang akan terjadi setelah pasien pulang.
5. Asuhan keperawatan juga melibatkan lingkungan pasien, sehingga bisa menawarkan
kepada pasienuntuk mengembangkan potensinya untuk memilih apa yang terbaik untuk
dirinya saat itu.
6. Asuhan keperawatan lebih “ healthogenic” dari pada pengobatan. Praktek asuhan
keperawatanterintegrasi antara pengetahuan biofisikal dengan pengetahuan tentang perilaku
manusia untuk meningkatkan kesehatan dan untuk memberikan bantuan / pertolongan
kepada mereka yang sakit.
7. Praktek asuhan merupakan sentral keperawata

2.2. Hubungan Teori Jean Watson dengan Konsep Utama Keperawatan:


Jean Watson membagi konsep utama keperawatan dalam 4 (empat) bagian, yaitu:
a. Kemanusiaan (Human Beeing).
Menurut pandangan Watson orang yang bernilai nb agi dirinya atau orang lain dalam
memberikanpelayanan keperawatan harus dapat memelihara, menghargai, mengasuh, mau
mengerti danmembantu orang yang sedang sakit. Dalam pandangan filosofi umum, manusia itu
mempunyaifungsi yang kompleks yang terintegrasi dalam dirinya. Selain itu manusia juga dinilai
sempurna,karena bagian-bagian tubuhnya mempunyai fungsi yang sempurna; tetapi dalam fungsi
perkembangannyadia harus selalu beradaptasi dengan lingkungan sosialnya. Jika adaptasi tersebut
tidakberhasil, maka akan terjadi konflik (terutama kngi.onflik psikososial), yang berdampak
padaterjadinya krisis disepanjang kehidupannya. Hal tersebut perlu mendapatkan asuhan, agar
dapatditanggulangi.

b. Kesehatan
Menurut WHO meliputi bagian positif dari fisik, mental, dan sosial yang baik. Akan
tetapiWatson juga mempercayai bahwa ada beberapa faktor lain yang dibutuhkan untuk dimasukan
dalam definisi sehat ini, yaitu:
 Fungsi manusia secara keseluruhan baik fungsi fisik, mental, dan sosial seimbang/serasi
 Adaptasi secara umum terhadap pertahanan dirinya sehari-hari dengan lingkunganny
 Tidak adanya penyakit.
36
Asuhan kesehatan yang benar fokusnya pada gaya hidup, kondisi sosial, dan lingkungan:
 Kesehatan adalah hubungan yang harmonis antara pikiran, tubuh, dan jiwa.
 Kesehatan juga dihubungkan dengan tingkat kesesuaian antara apa yang dirasakan
dengan apayang dialami.

c. Lingkungan sosial
Salah satu variabel yang mempengaruhi masyarakat saat ini adalah lingkungan sosial.
Masyarakatmemberikan nilai yang menentukan terhadap bagaimana seharusnya berkelakuan, dan
tujuan apayang harus dicapai. Nilai - nilai tersebut dipengaruhi oleh lingkungan sosial, kultural,
dan spiritual.
Asuhan keperawatan telah ada dalam masyarakat, karena setiap masyarakat biasanya
mempunyaiseseorang yang care terhadap orang lain. Watson menyatakan bahwa merawat, dan
keperawatan itu ternyata sangat dibutuhkan oleh setiap lingkungan sosial yang mempunyai
beberapaorang yang saling peduli dengan yang lainnya. Sikap merawat tidak diturunkan dari
generasi kegenerasi, melalui gen, tetapi diturunkan dari kebudayaan profesi sebagai suatu koping
yang unik terhadap lingkungan.

d. Keperawatan
Menurut Watson keperawatan fokusnya lebih pada promosi kesehatan, pencegahan
penyakit,merawat yang sakit, dan pemulihan keadaan fisik. Keperawatan pada promosi kesehatan
awalnyasama dengan mengobati penyakit. Dia melihat keperawatan dapat bergerak dari dua area,
yaitu:masalah penanganan stres dan penanganan konflik. Hal ini dapat menunjang tersedianya
perawatan kesehatan yang holistik, yang dia percayai dapat menjadi pusat dari praktik keperawatan.
Salah satuasumsi Watson mengatakan bahwa kondisi sosial, moral, dan ilmu pengetahuan sangat
berkontribusi terhadap kondisi kesehatan manusia dan masyarakat, sehingga perawat perlu
berkomitmen terhadap pemberian asuhan kesehatan yang ideal melalui kajian teori, praktek, dan
riset keperawatan.
Ada 10 faktor utama yang membentuk aktivitas perawatan, antara lain:
1. Membentuk sistem nilai humanistic altruistic
2. Membangkitkan rasa percaya dan harapan
3. Mengembangkan kepekaan kepada diri sendiri, maupun kepada orang lain
4. Mengembangkan hubungan yang sesuai harapan pasien / “helping trust”
5. Meningkatkan intuisi dan peka terhadap ekspresi perasaan baik positif, maupun negatif
6. Menggunakan metoda ilmiah “problem solving” yang sistematik untuk mengambil keputusan
7. Meningkatkan hubungan interpersonal “teaching-learning”
8. Memberi dukungan/support, melindungi, dan membantu memperbaiki kondisi mental,
fisik,sosial-kultural, serta spiritual.
9. Bantuan yang diberikan dapat memuaskan kebutuhan manusia
10. Menghargai terhadap kekuatan yang dimiliki pasien.

37
2.3 Carrative Factor

Carative Factor menurut Watson adalah mencoba menghargai dimensi manusia dalam
perawatan dan pengalaman-pengalaman subjektif dari orang yang kita rawat.

Elemen-elemen yang terdapat dalam carative faktor adalah :


1. Nilai-nilai kemanusiaan dan altruistic (Humanistic-Altruistic System Values)
2. Keyakinan dan harapan (Faith and Hope)
3. Peka pada diri sendiri dan kepada orang lain (Sensitivity to self and others)
4. Membantu menumbuhkan kepercayaan,membuat hubungan dalam perawatan secara
manusiawi
5. Pengekspresian perasaan positif dan negative
6. Proses pemecahan masalah perawatan secara kreativ (creative problem-solving caring
process)
7. Pembelajaran secara transpersonal (transpersonal teaching learning)
8. Dukungan,perlindungan,perbaikan fisik,mental,social dan spiritual
9. Bantuan kepada kebutuhan manusia (Human needs assistance
10. Eksistensi fenomena kekuatan spiritual.

Dari kesepuluh carrative faktors diatas, caring dalam keperawatan menyangkut upaya
memperlakukan klien secara manusiawi dan utuh sebagai manusia yang berbeda dari manusia
lainnya (Watson,1985). Ini berkenaan dengan proses yang humanitis dalam menentukan kondisi
terpenuhi tidaknya kebutuhan dasar manusia dan melakukan upaya pemenuhannya melalui
berbagai bentuk intervensi yang bukan hanya berupa kemampuan teknis tetapi disertai “warmth,
kindness, compassion”.

2.4 Clinical Caritas Process

Watson kemudian memperkenalkan “Clinical Caritas Process” (CCP), untuk


menempatkan carative faktor-nya,yang berasal dari bahasa yunani “cherish”,yang berarti
memberi cinta dan perhatian khusus. Jadi Clinical Caritas Process adalah suatu praktek
perawatan pasien dengan sepenuh hati kesadaran, dan cinta. Merawat pasien dengan penuh
kesadaran,sepenuh hati dan cinta. hadir secara jiwa
38 dan raga,supportif dan mampu
mengekspresikan perasaan negative dan positif dari dasar-dasar nilai spiritual diri dalam
hubunganya dengan pasien sebagai one-being-cared-for. Budidaya nilai spiritual dan
transpersonal,melampaui diri sendiri dan supaya lebih terbuka peka dan iba. kreatif
menggunakan diri dan segala cara dalam proses perawatan,secara artistk,sebagai bagian dari
caring-healing-practice. menciptakan lingkungan penyembuhan di semua level,f isik dan non
fisik, dengan penuh kesadaran dan keseluruhan, yang memperhatikan keindahan, kenyamanan,
kehormatan dan kedamaian. Terlibat dalam proses pengalaman belajar mengajar, yang
dihadirkan sebagai kesatuan “menjadi dan berarti ”(being and meaning)”, dan mencoba melihat
dan mengacu pada kerangka berfikir orang lain.

2.5 Transpersonal Caring Relationship

Menurut Watson (1999), Transpersonal Caring Relationship itu berkarakteriskkan


hubungan khusus manusia yang tergantung pada: Moral perawat yang berkomitmen melindungi
dan meningkatkan martabat manusia seperti dirinya atau lebih tinggi dari dirinya.
Perawat merawat dengan kesadaran yang dikomunikasikan untuk melestarikan dan
menghargai spiritual ,oleh karena itu tidak memperlakukan seseorang sebagai sebuah objek.
Perawatan berkesadaran bahwa mempunyai hubungan dan potensi untuk menyembuhkan
sejak,hubungan,pengalaman dan persepsi sedang berlangsung. Hubungan ini menjelaskan
bagaimana perawat telah melampaui penilain secara objektif,menunjukkan perhatian kepada
subjektifitas seseorang, dan lebih mendalami situasi kesehatan diri mereka sendiri. Kesadaran
perawat menjadi perhatian penting untuk keberlanjutan dan pemahaman terhadap persepsi orang
lain.
Pendekatan ini menyoroti keunikan dari kedua belah pihak,yaitu perawat dan pasien,dan
juga hubungan saling mneguntungkan antara dua individu,yang menjadi dasar dari suatu
hubungan. Oleh karena itu,yang merawat dan yang di rawat keduanya terhubung dalam mencari
makna dan kesatuan,dan mungkin mampu merasakan penderitaan pasien. Istilah transpersonal
berarti pergi keluar diri sendiri dan memungkinkan untuk menggapai kedalaman spiritual dalam
meningkatkan kenyamanan dan penyembuhan pasien. Pada akhirnya,tujuan dari transpersonal
caring relationship adalah berkaitan dengan melindingi, meningkatkan dan mempertahankan
martabat, kemanusiaan,kesatuan dan keselarasan batin

39
2.6 Caring Occation Moment

Caring OccationMoment (tempat dan waktu) pada saat perawat dan orang lain
datang pada saat human caringdilaksanakan , dan dari keduanya dengan fenomena tempat
yang unik mempunyai kesempatan secara bersama datang dalam moment interaksi human
to human.
Bagi Watson (1988 b, 1999) bidang yang luar biasa yang sesuai dengan kerangka
refensi seseorang atau perasaan-perasaan yang dialami seseorang , sensasi tubuh, pikiran atau
kepercayaan spiritual , tujuan-tujuan, harapan-harapan pertimbangan dari lingkungan, arti
persepsi seseorang kesemuanya berdasar pada pengalaman hidup yang dialami seseorang,
sekarang atau masa yang akan datang. Watson (1999) menekankan bahwa perawat dalam hal
ini sebagai care giver juga perlu memahami kesadaran dan kehadiranya dalam moment
merawat dengan pasienya , lebih lanjut dari kedua belah pihak perawat maupun yang dirawat
dapat dipengaruhi oleh perawatan dan tindakan yang dilakukan keduanya , dengan demikian
akan menjadi bagian dari pengalaman hidupnya sendiri. Caring occation bisa menjadi
transpersonal bilamana memungkinkan adanya semangat dari keduanya (perawat dan pasien)
kemudian adanya kesempatan yang memungkinkan keterbukaan dan kemampuan- kemampuan
untuk berkembang". (A.Aziz Alimul Hidayat 2002 hal. 116-117)

DAFTAR PUSTAKA

Potter & Perry.2005 “Fundamental Keperawatan volume 1”, Buku Kedokteran.EGC. Jakarta
http://www.google.co.id, Konsep dan teori keperawatan
http://putrieazzulla.blogspot.com/2010/11/teori-jean-watson.html

40

Anda mungkin juga menyukai