Anda di halaman 1dari 19

JURNAL PENELITIAN EKONOMI AKUNTANSI (JENSI), VOL. 1, NO.

2, DESEMBER 2017

Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan Terhadap


Ketimpangan Di Provinsi Aceh

Puti Andiny
Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Samudra, Langsa Aceh
Email: putiandiny@unsam.ac.id

Pipit Mandasari
Fakultas Ekonomi Universitas Samudra
Email: pipitmandasari.gmail.com

Abstrak

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, berupa data Produk
Regional Domestik Bruto (PDRB), kemiskinan dan ketimpangan pembangunan
Provinsi Aceh tahun 2006-2015. Metode analisis data yang digunakan adalah Analisis
Regresi Linear Berganda, hal ini untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan terhadap Ketimpangan di Provinsi Aceh. Dari
hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Pertumbuhan Ekonomi secara parsial
tidak berpengaruh terhadap variabel Ketimpangan di Provinsi Aceh, dengan nilai
thitung < tabel untuk variabel X1 (pertumbuhan ekonomi ) adalah 0,077 < 0,723.
Berdasarkan hasil tersebut maka Ho diterima yang artinya variabel X 1 (pertumbuhan
ekonomi) secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel Ketimpangan di
Provinsi Aceh. Kemudian hasil penelitian menunjukkan nilai -thitung > -ttabel untuk
variabel X2 Kemiskinan adalah -0,107 > -0,829. Berdasarkan hasil tersebut maka Ho
diterima yang artinya variabel X2 (kemiskinan) secara parsial tidak berpengaruh
terhadap variabel Ketimpangan di Provinsi Aceh. Nilai Fhitung < Ftabel adalah 0,073 <
0,930. Berdasarkan hasil tersebut maka Ho diterima, yang artinya variabel
Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan secara simultan tidak berpengaruh terhadap
Ketimpangan di Provinsi Aceh. Nilai R2 sebesar 0,020 atau 2,0 persen. Hasil ini
menunjukkan variabel Ketimpangan dipengaruhi oleh variabel Pertumbuhan Ekonomi
dan Kemiskinan sebesar 2,0 persen, selebihnya Ketimpangan dipengaruhi oleh faktor
lain sebesar 98 persen yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.

Kata kunci: Pertumbuhan Ekonomi, Kemiskinan, Ketimpangan


yang terdapat pada masing-
masing wilayah. Akibat dari
PENDAHULUAN Latar perbedaan ini, kemampuan
Belakang Masalah suatu daerah dalam mendorong
Ketimpangan proses pembangunan juga
pembangunan antar wilayah menjadi berbeda. Karena itu
merupakan aspek yang umum tidaklah mengherankan
terjadi dalam kegiatan ekonomi bilamana pada setiap daerah
suatu daerah. Ketimpangan ini biasanya terdapat wilayah maju
pada dasarnya disebabkan oleh (developed region) dan wilayah
adanya perbedaan kandungan terbelakang (under developed
sumber daya alam dan region).
perbedaan kondisi demografi

Puti Andiny & Pipit Mandasari : Analisis PErtumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan terhadap KEtimpangan di Propinsi Aceh 196
JURNAL PENELITIAN EKONOMI AKUNTANSI (JENSI), VOL. 1, NO. 2, DESEMBER 2017

Terjadinya ketimpangan antar Kemiskinan dan Ketimpangan di


wilayah ini membawa implikasi terhadap Provinsi
tingkat kesejahteraan masyarakat antar Aceh
wilayah. Karena itu, aspek ketimpangan Tahun 2011-2015
pembangunan antar wilayah ini juga
mempunyai implikasi pula terhadap PDRB Atas Laju Kemis Perk Ketim Perk
emb emb
formulasi kebijakan pembangunan Harga Pertum
buhan
kinan
anga
panga
anga
Konstan (Ribu n
wilayah yang dilakukan oleh pemerintah Tah 2010 (Milyar Ekonom Jiwa) n n
(%) (%)
daerah. Disamping itu, un Rp) i (%)
2011 104.874.211,2 - 894.8 - 0.1013 -
hambatanhambatan sosial dan budaya
2012 108.914.897,6 3,85 909.04 1,59 0.3244 22
dalam proses pembangunan hampir tidak
2013 111.755.826,6 2,61 842.42 -7,32 0.3257 4
ada sama sekali. 2014 113.487.799,2 1,55 881.27 4,61 0.3097 -
Dalam kondisi yang demikian, 4,91
setiap kesempatan peluang 2015 112.672.440,9 -0,72 851.59 -3,36 0.3200 3.32

pembangunan dapat di Sumber: Badan Pusat Statistik


manfaatkan secara lebih merata 2017
antar daerah. Akibatnya, proses
pembangunan pada negara maju Terlihat pada Tabel 1.1
akan cenderung mengurangi kondisi perekonomian Provinsi
ketimpangan antar wilayah. Aceh cukup baik, di mana
Mengingat konsep pertumbuhan pertumbuhan ekonomi dalam
ekonomi sebagai tolak ukur kurun waktu 4 tahun terakhir
penilaian pertumbuhan ekonomi selalu positif namun pada tahun
nasional sudah terlanjur diyakini ke lima pertumbuhan ekonomi
serta di terapkan secara luas, negatif, kemudian pada tahun-
maka kita tidak boleh tahun tertentu terjadi fluktuasi
ketinggalan dan mau tidak mau pada kemiskinan dan
harus berusaha mempelajari ketimpangan. Pada tahun 2011-
hakekat dan sumbersumber 2014 laju pertumbuhan ekonomi
pertumbuhan ekonomi tersebut. Provinsi Aceh terus mengalami
Pertumbuhan ekonomi tersebut peningkatan masing-masing
merupakan salah satu indikator sebesar 3,8 persen, 2,61 persen,
keberhasilan pembangunan. 1,55 persen.
Sedangkan pembangunan Kemudian pada tahun 2015 laju
ekonomi ialah usaha pertumbuhan ekonomi penurunan sebesar
meningkatkan pendapatan -0,72 persen, hal ini disebabkan karena
perkapita dengan jalan menurunnya produksi migas baik di
mengolah kekuatan ekonomi pertambangan maupun industri.
potensial manjadi ekonomi riil Terlihat pula pada Tabel 1.1
melalui penanaman modal, tingkat kemiskinan Provinsi Aceh pada
penggunaan teknologi, tahun 2012 meningkat dari tahun 2011
penambahan pengetahuan, yaitu sebesar 1,59 persen. Meningkatnya
peningkatan keterampilan, kemiskinan pada tahun 2012 ini
penambahan kemampuan disebabkan karena tingginya tingkat
berorganisasi dan menajemen pengangguran dibeberapa Kabupaten kota
(Sjafrizal, 2008). seperti Aceh Tenggara, Bener Meriah dan
Tabel 1.1. Kota Langsa. Kondisi ini menunjukkan
Perkembangan Pertumbuhan pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi
Ekonomi, tidak menyebabkan berkurangnya jumlah

Puti Andiny & Pipit Mandasari : Analisis PErtumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan terhadap KEtimpangan di Propinsi Aceh 197
JURNAL PENELITIAN EKONOMI AKUNTANSI (JENSI), VOL. 1, NO. 2, DESEMBER 2017

kemiskinan di daerah tersebut. Pada tahun berpengaruh secara parsial


2013 tingkat kemiskinan mengalami terhadap Ketimpangan
penurunan sebesar -7,32 persen. Pembangunan di Provinsi
Kemudian pada tahun 2014 tingkat Aceh
kemiskinan kembali meningkat sebesar 2. Apakah pertumbuhan
4,61 persen, hal ini terjadi karena ekonomi dan kemiskinan
meningkatnya jumlah penduduk miskin di berpengaruh secara
pedesaan sebesar 20,5 persen. simultan terhadap
Pertumbuhan ekonomi 2014 hanya Ketimpangan Pembangunan
dirasakan oleh penduduk kota sehingga di
terjadi penurunan kemiskinan di perkotaan Provinsi Aceh
dan peningkatan kemiskinan yang tinggi
di daerah pedesaan. Pada tahun 2015 Tujuan Penelitian
tingkat kemiskinan mengalami penurunan Adapun tujuan penelitian ini
sebesar 3,36 persen. yaitu:
Pada Tabel 1.1 terlihat tingkat 1. Untuk mengetahui dan
ketimpangan di Provinsi aceh pada tahun menganalisis besar
2012 mengalami peningkatan dari tahun pengaruh pertumbuhan
2011 yaitu sebesar 22 persen. Kemudian ekonomi dan kemiskinan
pada tahun 2013 tingkat ketimpangan secara parsial terhadap
meningkat sebesar 4 persen, hal ini terjadi ketimpangan di Provinsi
karena tidak meratanya persebaran Aceh.
pertumbuhan ekonomi di kabupaten kota 2. Untuk mengetahui dan
Provinsi Aceh. Pada tahun 2014 menganalisis besar
ketimpangan menurun sebesar -4,91 pengaruh pertumbuhan
persen. Tahun 2015 tingkat ketimpangan ekonomi dan kemiskinan
kembali meningkat sebesar 3,32 persen, secara simultan terhadap
hal ini diakibatkan karena tidak meratanya ketimpangan di Provinsi
persebaran pertumbuhan ekonomi di Aceh.
kabupaten kota di Provinsi Aceh.
Kabupaten Pidie, Pidie Jaya dan beberapa Manfaat Penelitian
daerah lainnya memiliki pertumbuhan Manfaat penelitian ini yaitu:
ekonomi tertinggi, sedangkan Kabupaten 1. Secara umum dapat
Aceh Timur dan Aceh Utara termasuk memberikan gambaran yang
kategori daerah dengan pertumbuhan lebih komprehensip tentang
ekonomi di bawah rata-rata. fundamental ekonomi
Berdasarkan Fenomena di atas, makro, khususnya
maka penulis tertarik untuk pertumbuhan ekonomi yang
melakukan suatu penelitian dalam berkaitan dengan
bentuk skripsi yang berjudul judul kemiskinan dan
“Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan ketimpangan fiskal di
Kemiskinan Terhadap Ketimpangan di Provinsi Aceh.
Provinsi Aceh”.
2. Secara praktis menjadi
masukan bagi pemerintah
Perumusan Masalah daerah Aceh dalam
Adapun perumusan masalah perumusan kebijakan
dalam penelitian ini yaitu: pemerintah di bidang
1. Apakah pertumbuhan pembangunan ekonomi
ekonomi dan kemiskinan

Puti Andiny & Pipit Mandasari : Analisis PErtumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan terhadap KEtimpangan di Propinsi Aceh 198
JURNAL PENELITIAN EKONOMI AKUNTANSI (JENSI), VOL. 1, NO. 2, DESEMBER 2017

3. Secara teoritis, dapat lengkap yang mengakibatkan jumlah


menjadi bahan referensi penduduk yang menganggur di Provinsi
untuk pengembangan yang berkembang akan meningkat.
keilmuan khususnya dalam Pendapatan per kapita ratarata suatu
bidang pembangunan daerah dapat disederhanakan menjadi
ekonomi. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
dibagi dengan jumlah penduduk. Cara lain
LANDASAN TEORI DAN yang bisa digunakan adalah dengan
HIPOTESIS PENELITIAN mendasarkan kepada pendapatan personal
Ketimpangan yang didekati dengan pendekatan
Pengertian dari konsumsi (Sjafrizal, 2008).
ketimpangan pembangunan
atau disparitas adalah Petumbuhan Ekonomi
perbedaan pembangunan antar Menurut Arsyad (2010)
suatu wilayah dengan wilayah Pertumbuhan ekonomi yaitu kenaikan
lainnya secara vertikal dan Gross Domestik Bruto (GDP) dan Gross
horizontal yang menyebabkan National Bruto (GNP) tanpa memandang
disparitas atau ketidak kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil
pemerataan pembangunan. dari tingkat pertumbuhan penduduk, dan
Ketimpangan pembangunan terjadi perbaikan struktur ekonomi atau
antar daerah dengan pusat dan sistem kelembagaan. Menurut Simon
antar daerah satu dengan Kuznets, pertumbuhan ekonomi adalah
daerah lain merupakan suatu kenaikan kapasitas dalam jangka panjang
hal yang wajar, karena adanya dari negara yang bersangkutan untuk
perbedaan dalam sumber daya menyediakan berbagai barang ekonomi
dan awal pelaksanaan bagi penduduknya. Kenaikan kapasitas itu
pembangunan antar daerah sendiri ditentukan atau dimungkinkan oleh
(Sjafrizal, 2008). adanya kemajuan atau
Ketimpangan yang paling lazim penyesuaianpenyesuaian teknologi,
dibicarakan adalah ketimpangan ekonomi. kelembagaan, dan ideologis terhadap
Dalam ketimpangan ada ketimpangan berbagai tuntutan keadaan yang ada. Dari
pembangunan ekonomi antar daerah definisi diatas berarti terdapat tiga
secara absolut maupun ketimpangan komponen pokok dalam pertumbuhan
relatif antara potensi dan tingkat ekonomi sebagai berikut:
kesejahteraan tersebut dapat menimbulkan 1. Kenaikan output secara
masalah dalam hubungan antar daerah. berkesinambungan
Filsafah pembangunan ekonomi yang merupakan perwujudan dari
dianut pemerintah jelas tidak bermaksud pertumbuhan ekonomi,
membatasi arus modal (bahkan yang sedangkan kemampuan
terbang ke luar negeri saja hampir tidak menyediakan berbagai jenis
dibatasi). Arus modal mempunyai logika barang itu sendiri merupakan
sendiri untuk berakumulasi di lokasi- tanda kematangan ekonomi
lokasi yang mempunyai tingkat di suatu negara.
pertumbuhan yang lebih tinggi, dan 2. Perkembangan teknologi
tingkat resiko yang lebih rendah. Sehingga merupakan dasar atau
tidak dapat dihindari jika arus modal lebih prakondisi bagi
terkonsentrasi di daerah-daerah kaya berlangsungnya pertumbuhan
sumber daya alam dan kota-kota besar ekonomi secara
yang sarana dan prasarananya lebih berkesinambungan.

Puti Andiny & Pipit Mandasari : Analisis PErtumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan terhadap KEtimpangan di Propinsi Aceh 199
JURNAL PENELITIAN EKONOMI AKUNTANSI (JENSI), VOL. 1, NO. 2, DESEMBER 2017

3. Untuk mewujudkan potensi Teori pertumbuhan ekonomi Rostow


pertumbuhan yang berdasarkan pengalamannya
terkandung di dalam pembangunan membagi proses
teknologi baru, perlu pembangunan ekonomi suatu negara
diadakan serangkaian menjadi lima tahapan : a. Tahap
penyesuaian kelembagaan, ekonomi tradisional
sikap, dan ideologi. Inovasi b. Tahap ekonomi pra tinggal landas
dalam bidang teknologi harus c. Tahap tinggal landas
disesuaikan dengan inovasi d. Tahap menuju kedewasaan
dalam bidang sosial. e. Tahap konsumsi masyarakat tinggi
Pertumbuhan ekonomi 3. Teori Pertumbuhan Mahzab Keynesian
merupakan masalah Setiap perekonomian dapat
perekonomian jangka panjang menyisihkan sejumlah proporsi tertentu
dan menjadi kenyataan yang dari pendapatan nasionalnya untuk
selalu dialami oleh suatu mengganti barang– barang modal.
bangsa. Ditinjau dari sudut Menurut Harrod Domar, untuk dapat
ekonomi, perkembangan meningkatkan laju perekonomian
ekonomi menimbulkan dua efek diperlukan investasi sebagai tambahan
penting, yaitu kemakmuran atau stok modal (Arsyad, 2010). 4. Teori
taraf hidup masyarakat Pertumbuhan Neo Klasik Model
meningkat dan penciptaan pertumbuhan Neo klasik berpegang
kesempatan kerja baru karena pada skala hasil yang terus berkurang
semakin bertambahnya jumlah dari input tenaga kerja, modal, dan
penduduk. kemajuan teknologi ditetapkan sebagai
faktor residu untuk menjelaskan
Teori Pertumbuhan Ekonomi pertumbuhan ekonomi jangka panjang
1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik dan tinggi rendahnya pertumbuhan itu
Proses pertumbuhan ekonomi sendiri (Todaro, 2006). 5. Teori
dalam jangka panjang secara Pertumbuhan Endogen
sistematis yaitu Model pertumbuhan ini menjelaskan
pengembangan- keanehan aliran modal internasional
pengembangan hak milik, yang memperparah ketimpangan antara
spesialisasi, pembagian kerja negara maju dan negara berkembang
merupakan faktor yang (Todaro,2006). Teori ini mencoba
terjalin dalam proses mengidentifikasi dan menganalisis
pertumbuhan ekonomi secara faktorfaktor yang mempengaruhi
historis dan laju proses pertumbuhan ekonomi yang
perkembangan perekonomian berasal dari dalam sistem ekonomi itu
masyakatakan bergerak dari sendiri. Faktorfaktor utama penyebab
masyarakat tradisional terjadinya perbedaan tingkat
menuju masyarakat kapitalis. pendapatan perkapita antar negara
Menurut Adam Smith proses adalah karena adanya perbedaan fiskal,
pertumbuhan ekonomi modal insan, dan infrastruktur
dibedakan dalam dua aspek (Arsyad,2010).
utama yaitu pertumbuhan
output total dan pertumbuhan Kemiskinan
penduduk (Arsyad, 2010). Pengertian mengenai arti dari
2. Teori Pertumbuhan Rostow kemiskinan sangatlah beragam,
keberagaman dalam definisi kemiskinan

Puti Andiny & Pipit Mandasari : Analisis PErtumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan terhadap KEtimpangan di Propinsi Aceh 200
JURNAL PENELITIAN EKONOMI AKUNTANSI (JENSI), VOL. 1, NO. 2, DESEMBER 2017

dikarenakan masalah tersebut telah perbulan di bawah garis


merambat pada level multidimensional, kemiskinan (Kuncoro, 2006).
artinya kemiskinan berkaitan satu sama Penetapan perhitungan garis
lain dengan berbagai macam dimensi kemiskinan dalam masyarakat
kebutuhan manusia. adalah masyarakat yang
Ketidakmampuan untuk berpenghasilan di bawah Rp
memenuhi standar hidup 7.057 per orang per hari.
minimum yang sesuai dengan Penetapan angka Rp 7.057 per
tingkat kelayakan hidup dapat orang per hari tersebut berasal
dikatakan sebagai kemiskinan dari perhitungan garis
(Todaro, 2006). kemiskinan yang mencakup
Kemiskinan didefinisikan kebutuhan makanan dan non
sebagai standar hidup yang makanan. Untuk kebutuhan
rendah, yaitu adanya suatu minimum makanan yang
tingkat kekurangan materi disetarakan dengan 2.100
dibandingkan dengan standar kilokalori perkapita per hari.
kehidupan yang umum berlaku Garis kemiskinan non makanan
dalam masyarakat yang adalah kebutuhan minimum
bersangkutan. Secara ekonomis, untuk perumahan (luas lahan
kemiskinan juga dapat diartikan bangunan, penggunaan air
sebagai kekurangan sumber bersih, dan fasilitas tempat
daya yang dapat digunakan pembuangan air besar);
untuk meningkatkan pendidikan (angka melek huruf,
kesejehtaraan sekelompok orang wajib belajar 9 tahun, dan angka
(Yasa,2008). Kemiskinan juga putus sekolah); dan kesehatan
dapat didefinisikan (rendahnya konsumsi makanan
sebagai“ketidakmampuan untuk bergizi, kurangnya sarana
memenuhi standar hidup kesehatan serta keadaan sanitasi
minimum”. dan lingkungan yang tidak
Kebutuhankebutuhan dasar memadai), BPS (2010).
yang harus dipenuhi tersebut Sen dalam (Todaro, 2006),
meliputi pangan, sandang, berpendapat bahwa masalah kemiskinan
papan, pendidikan, dan tidak hanya masalah income semata
kesehatan. Menurut Badan melainkan terkait dengan kapabilitas-
Pusat Statistik, kemiskinan kapabilitas yang harus dimiliki oleh
adalah ketidakmampuan seseorang dalam hal ini salah satunya
memenuhi standar minimum menyangkut masalah aksesakses, baik
kebutuhan dasar yang meliputi terhadap pendidikan, kesehatan dan
kebutuhan makan maupun non kesempatan kerja. Dengan demikian
makan. penanganan kemiskinan akan lebih
Kemiskinan dapat diukur komprehensif. Menurut Todaro dalam
dengan membandingkan tingkat (Permana, 2012) melihat kemiskinan dari
konsumsi seseorang dengan dua sisi yaitu :
garis kemiskinan atau jumlah 1. Kemiskinan Absolut
rupiah yang dikeluarkan untuk Kemiskinan absolut merupakan
konsumsi orang perbulan. kemiskinan yang dikaitkan dengan
Sedangkan penduduk miskin perkiraan tingkat pendapatan dan
adalah penduduk yang memiliki kebutuhan yang hanya dibatasi pada
rata-rata pengeluaran perkapita kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar

Puti Andiny & Pipit Mandasari : Analisis PErtumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan terhadap KEtimpangan di Propinsi Aceh 201
JURNAL PENELITIAN EKONOMI AKUNTANSI (JENSI), VOL. 1, NO. 2, DESEMBER 2017

minimum yang memungkinkan juga tenaga kerja terampil (Sjafrizal,


seseorang untuk hidup secara layak. 2009).
Dengan demikian kemiskinan diukur Disamping itu adanya
dengan membandingkan tingkat ketimpangan retribusi
pendapatan orang dengan tingkat pembagian pendapatan dan
pendapatan yang dibutuhkan untuk pemerintah pusat kepada
memenuhi kebutuhan dasarnya yakni daerah juga dapat
makanan, pakaian dan perumahan agar menyebabkan perbedaan
dapat menjamin kelangsungan kemajuan (pertumbuhan
hidupnya. ekonomi) antar daerah.
2. Kemikinan Relatif Pertumbuhan ekonomi
Kemiskinan relatif merupakan berpengaruh terhadap
kemiskinan yang dilihat dari aspek ketimpangan wilayah dengan
ketimpangan sosial, kerena ada orang arah yang negatif. Artinya
yang sudah dapat memenuhi kebutuhan semakin tinggi pertumbuhan
dasar minimumnya tetapi masih jauh ekonomi maka akan semakin
lebih rendah dibanding masyarakat meningkat kapasitas produksi
sekitarnya. Semakin besar ketimpangan sehingga output juga akan
antara tingkat penghidupan golongan meningkatkan pendapatan
atas dan golongan bawah maka akan perkapita dan selanjutnya
semakin besar pula jumlah penduduk ketimpangan pendapatan antar
yang dapat dikatagorikan miskin, wilayah akan semakin
sehingga kemiskinan relatif erat mengecil. Hal ini juga dapat
hubungannya dengan masalah dijelaskan melalui mekanisme
distribusi pendapatan. pusat pertumbuhan dimana
pertumbuhan ekonomi suatu
Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi daerah dapat membawa
Terhadap Ketimpangan pengaruh bagi daerah lain baik
Tolak ukur keberhasilan dari sisi positif maupun sisi
pembangunan dapat dilihat dari negatif. Jika pertumbuhan di
pertumbuhan ekonomi dan semakin suatu daerah menyebabkan
kecilnya ketimpangan pendapatan antar perbedaan antara kedua daerah
penduduk atau daerah dan antar sektor. tersebut semakin menyempit
Akan tetapi pada kenyataannya berarti terjadi imbas yang baik
pertumbuhan tidak selamanya diikuti (positif) karena terjadi proses
pemerataan secara memadai. Ketimpangan penetesan ke bawah (trickling
antar daerah sering kali menjadi masalah down effect). Sedangkan jika
serius. Beberapa daerah mencapai perbedaan antara kedua daerah
pertumbuhan yang cepat, sementara tersebut semakin jauh berarti
beberapa daerah lain mengalami terjadi imbas yang kurang baik
pertumbuhan yang lambat. Daerah-daerah (negatif) karena terjadi prorses
tersebut tidak mengalami kemajuan yang pengkutuban (polarization
sama disebabkan beberapa hal misalnya effect), Pangkiro (2016).
karena kurangnya sumber-sumber yang Menurut Sjafrizal
dimiliki, adanya kecenderungan penanam (2009) ketimpangan
modal (investor) memilih daerah pembangunan antar wilayah
perkotaan atau daerah yang telah memiliki dipicu oleh beberapa hal antara
fasilitas seperti prasarana perhubungan, lain perbedaan potensi daerah
jaringan listrik, jaringan telekomunikasi, yang sangat besar, pebedaan

Puti Andiny & Pipit Mandasari : Analisis PErtumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan terhadap KEtimpangan di Propinsi Aceh 202
JURNAL PENELITIAN EKONOMI AKUNTANSI (JENSI), VOL. 1, NO. 2, DESEMBER 2017

kondisi demografi, belum mampu menjangkau seluruh lapisan


ketenagakerjaan, dan masyarakat sehingga menyebabkan
perbedaan kondisi sosial ketimpangan distribusi pendapatan.
budaya antar wilayah. Kemiskinan dan ketimpangan
Disamping itu kurang pembanguanan layaknya satu unsur yang
lancarnya mobilitas barang- tak dapat dipisahkan. Kemiskinan ada
barang dan orang antar daerah diakibatkan karena adanya ketimpangan
juga turut mendorong sosial dalam suatu Negara. Dimana
terjadinya ketimpangan sebagian besar pendapatan suatu negara
pembangunan regional. Akibat hanya dapat dinikmati oleh segelintir
dari perbedaan ini, kemampuan orang dan lainnya hanya mendapatkan
suatu daerah dalam mendorong porsi yang kecil atau malah tidak
proses pembangunan juga mendapatkannya. Pengaruh tingkat
menjadi berbeda. Karena itu kemiskinan terhadap ketimpangan
tidaklah mengherankan bila memiliki pengaruh yang negatif, yaitu di
mana pada setiap daerah mana ketika tingkat kemiskinan
biasanya terdapat wilayah maju meningkat maka akan meningkatkan pula
(developed region) dan disparitas ekonomi yang akan terjadi.
wilayah terbelakang Ketimpangan sosial adalah masalah serius
(underveloped regional). terutama di daerah berkembang, karena
Pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pembangunan adalah cikal
ketimpangan wilayah bakal terbentuknya kemiskinan serta
merupakan fungsi dari waktu. berbagai macam masalah sosial yang
Pada tahap awal pembanguanan penanganannya membutuhkan waktu yang
perbedaan laju pertumbuhan ekonomi tidak sebentar. Oleh karena itu
yang cukup besar antar daerah telah pembangunan yang merata hendaknya
mengakibatkan ketimpangan dalam harus segera terealisasikan sehingga tidak
distribusi pendapatan antar daerah. Namun menimbulkan kesenjangan antar daerah.
dalam jangka penjang ketika faktor-faktor
produksi di daerah semakin dioptimalkan METODOLOGI
dalam pembangunan maka perbedaan laju PENELITIAN Ruang
pertumbuhan output antar daerah akan Lingkup Penelitian
cenderung menurun. Penelitian ini merupakan
konsentrasi ilmu Ekonomi
Pengaruh Kemiskinan Terhadap Pembangunan yang mengkaji
Ketimpangan tentang ketimpangan
Miller (Arsyad, 2006) berpendapat pembangunan di Provinsi Aceh.
bahwa walaupun pendapatan sudah Penelitian ini merupakan
mencapai tingakat kebutuhan dasar penelitian yang bertujuan untuk
minimum, tetapi masih jauh lebih rendah melihat pengaruh Pertumbuhan
dibandingkan dengan masyarakat Ekonomi dan Kemiskinan
disekitarnya, maka orang tersebut masih terhadap Ketimpangan di
berada dalam keadaan miskin. Ini terjadi Provinsi Aceh. Data yang
karena kemiskinan lebih banyak digunakan dalam penelitian ini
ditentukan oleh keadaan sekitarnya dari adalah berupa data sekunder
pada lingkungan orang yang yaitu berupa data PDRB,
bersangkutan. Kemiskinan relatif kemiskinan, dan ketimpangan
merupakan kondisi miskin karena pembangunan Provinsi Aceh
pengaruh kebijakan pembangunan yang tahun 2006-2015. Penelitian ini

Puti Andiny & Pipit Mandasari : Analisis PErtumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan terhadap KEtimpangan di Propinsi Aceh 203
JURNAL PENELITIAN EKONOMI AKUNTANSI (JENSI), VOL. 1, NO. 2, DESEMBER 2017

dilakukan selama 4 (empat) Analisis Regresi Linear Berganda


bulan yang di mulai sejak Metode analisis yang digunakan
Desember 2016 sampai dengan adalah modal regresi linier berganda.
Maret 2017. Menurut Sugiyono (2013) bahwa analisis
regresi linier berganda bermaksud
Jenis Data dan Sumber Data meramalkan bagaimana keadaan (naik
Jenis data yang turunnya) variabel dependen, bila dua atau
digunakan dalam penelitian ini lebih variabel independen sebagai faktor
adalah data sekunder yaitu prediktor di manipulasi (dinaik turunkan
sumber data penelitian yang nilainya). Jadi analisia regresi linier
diperoleh melalui media berganda akan di lakukan bila jumlah
perantara atau secara tidak variabel independennya minimal dua. Inti
langsung berupa buku, catatan, persoalan dari analisis regresi adalah
bukti yang telah ada atau arsip memperkirakan dan meramalkan nilai X
baik yang dipublikasikan apabila variabel X sudah diketahui
maupun yang tidak di nilainya. Hubungan variabel pertumbuhan
publikasikan secara umum. Data ekonomi dan tingkat kemiskinan terhadap
penelitian ini berupa data ketimpangan pembangunan, untuk
PDRB, Kemiskinan dan keperluan penelitian ini maka formulasi
Ketimpangan Provinsi Aceh dimodifikasi sesuai dengan penelitian.
yang telah diolah oleh Badan Adapun formulasi regresi linear berganda
Pusat Statistik Provinsi dalam penelitian ini sebagai berikut
Aceh Tahun 2006-2015 :
Y= 0 1X1+ 2X2+
Ketimpangan Pembangunan
Ukuran ketimpangan Dimana :
pembangunan adalah untuk Y = Ketimpangan
menganalisis seberapa besar X1 = Pertumbuhan Ekonomi
kesenjangan antar wilayah/daerah X2 = Kemiskinan
dengan menggunakan metode = Konstanta
perhitungan Indeks Williamson. 1 2 = Koefisien regresi
Rumus Indeks Williamson adalah = error
sebagai berikut : Dalam suatu analisis regresi berganda,
untuk mengetahui tingkat signifikansi dari
n 2 fi  suatu koefisien regresi dapat dilakukan
 y  y  n 
i1 i 0 <Vw < 1 dengan uji t dan uji F.
Vw y
Uji t
Uji t pada dasarnya menunjukkan
Keterangan : seberapa jauh pengaruh suatu variabel
Vw = Indeks Williamson yi = Jumlah bebas secara individual menerangkan
penduduk Kabupaten/ kota kei (jiwa) variasi variabel terikat (Ghozali, 2011).
y = Jumlah penduduk Provinsi Aceh Uji t dimaksudkan untuk mengetahui
(jiwa) fi = PDRB per kapita tingkat signifikan pengaruh masing-
Kabupaten/kota ke-i masing variabel bebas terhadap variabel
(Rupiah) n = PDRB per kapita terikat dengan asumsi variabel bebas yang
rata-rata Provinsi lain tidak berubah. Menurut Sugiyono
(Rupiah) (2013), menggunakan rumus :

Puti Andiny & Pipit Mandasari : Analisis PErtumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan terhadap KEtimpangan di Propinsi Aceh 204
JURNAL PENELITIAN EKONOMI AKUNTANSI (JENSI), VOL. 1, NO. 2, DESEMBER 2017

independen secara
berasamasama tidak
berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel
Keterangan :
dependen.
T = Nilai uji t r
= Koefision - HO ditolak bila Fhitung >Ftabel,
korelasi pearson r2 artinya variabel independen
= Koefision secara bersama-sama
determinasi berpengaruh signifikan
n = Jumlah sampel terhadap variabel dependen.
Kriteria yang digunakan adalah
sebagai berikut : Koefisien Determinasi (R2)
- HO diterima jika nilai hitung Koefisien determinasi bertujuan untuk
statistik uji (thitung) berada di mengetahui seberapa jauh kemampuan
daerah penerimaan model regresi dalam menerangkan variasi
- HO, dimana thitung <ttabel atau - dari variabel terikat. Nilai koefisien
thitung > - ttabel atau nilai sig >a determinasi diperoleh dengan
- HO ditolak jika nilai hitung menggunakan formula
statistik uji (thitung) berada di
daerah penolakan
Nilai koefisien determinasi berada
- HO, dimana thitung >ttabel atau –
diantara nol dan satu (0 <R2< 1). Nilai R2
thitung < -ttabel atau nilai sig <a
yang kecil atau mendekati nol berarti
kemampuan variabel bebas dalam
Uji F menjelaskan variabel terikat sangat
Pengujian yang dilakukan terbatas. Sebaliknya nilai R2 yang
ini adalah dengan uji parameter mendekati satu berarti variabel bebas
b (uji korelasi) dengan memberikan semua informasi yang
menggunakan uji F statistik. dibutuhkan untuk memprediksi variabel
Untuk menguji pengaruh terikat.
variabel bebas secara bersama-
sama (simultan) terhadap Definisi Operasional
variabel terikat digunakan uji F.
a. Ketimpangan adalah suatu kondisi di
Menurut Sugiono (2013) di
mana suatu daerah mendapatkan
rumuskan sebagai berikut :
transfer yang tidak sesuai dengan
kebutuhan fiskalnya di bandingkan
dengan daerah lain, atau adanya
Keterangan : perbedaan pembangunan antara suatu
R = Koefisien korelasi ganda wilayah dengan wilayah lainnya baik
K = Jumlah variable independen secara vertikal maupun horizontal,
N = Jumlah anggota sampel dalam satuan indeks.
b. Pertumbuhan Ekonomi adalah proses
Distribusi F ini ditentukan kenaikan output perkapita yang terus
oleh derajat kebebasan menerus dalam jangka panjang. Dalam
pembilang dan penyebut, yaitu k penelitian ini pertumbuhan ekonomi
dan (n-k-1) untuk F kriteria dilihat dari nilai laju pertumbuhan
yang dipakai adalah : PDRB (Produk Domestik Regional
- HO diterima bila Fhitung Bruto) di Provinsi Aceh tahun 2006-
<Ftabel, artinya variabel 2015, dimana PDRB (Produk Domestik

Puti Andiny & Pipit Mandasari : Analisis PErtumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan terhadap KEtimpangan di Propinsi Aceh 205
JURNAL PENELITIAN EKONOMI AKUNTANSI (JENSI), VOL. 1, NO. 2, DESEMBER 2017

Regional Bruto) adalah jumlah nilai Ha dengan garis pantai 2.666,27


tambah bruto (gross value added) yang km2. Secara administratif pada
timbul dari seluruh sektor tahun 2009, Provinsi Aceh
perekonomian di Provinsi Aceh, dalam memiliki 23 kabupaten/kota
satuan milyar rupiah. yang terdiri dari 18 kabupaten
c. Kemiskinan adalah persentasi jumlah dan 5 kota, 276 kecamatan, 755
penduduk miskin yang berada dibawah mukim dan 6.423 gampong atau
garis kemiskinan di Provinsi Aceh desa.
tahun 2006-2015, dinyatakan dalam
satuan jiwa.. Ketimpangan Provinsi Aceh
Untuk mengetahui
tingkat keberhasilan
pembangunan ekonomi dalam
pemerataan antar daerah maka
dapat digunakan indikator
HASIL DAN pemerataan yaitu Indeks
PEMBAHASAN Hasil Williamson. Perbandingan
Penelitian Gambaran Umum indeks ini dari tahun ke tahun
Provinsi Aceh akan menunjukkan apakah ada
Provinsi Aceh yang terletak perubahan atau tidak. Dimana
di bagian paling Barat gugusan nilai koefisien Indeks
kepulauan Nusantara, Williamson yaitu dari 0 sampai
menduduki posisi strategis 1, jika nilai koefisien mendekati
sebagai pintu gerbang lalu lintas 0 maka tingkat ketimpangan
perniangaan dan kebudayaan yang terjadi semakin kecil dan
yang menghubungkan Timur jika nilai koefisien mendekati 1
dan Barat dengan batas berarti tingkat ketimpangannya
wilayahnya : sebelah Utara semakin tinggi (RPJM Aceh,
berbatasan dengan Selat 2012).
Malaka dan Teluk Benggala, Tabel 1.2
sebelah Selatan berbatasan Perkembangan Indeks
dengan Provinsi Sumatera Utara Williamson Provinsi
dan Samudera Hindia, sebelah Aceh Tahun 2006-2015
Barat berbatasan dengan Tahu Ketimpang Perkembang
Samudera Hindia dan sebelah n an (indeks) an
Timur berbatasan dengan Selat 2006 0.3035 -
Malaka dan Provinsi Sumatera 2007 0.2970 -2,14
Utara.
2008 0.2073 -30,2
Provinsi Aceh terletak di
ujung Barat 2009 0.3010 45,2
Laut Sumatera (2°00’00’’- 2010 0.1064 -64,6
6°04’30’’ Lintang Utara dan 2011 0.1013 -4,79
94°58’34’’-98°15’03’’ Bujur 2012 0.3244 22
Timur) dengan Ibu Kota Banda 2013 0.3257 4
Aceh, memiliki luas wilayah 2014 0.3097 -4,91
56.758,85 km2 atau 5.675.850 2015 0.3200 3,32
Ha (12,26 persen dari luas pulau Sumber: Badan Pusat Statistik 2017
sumatera), wilayah lautan
sejauh 12 mil seluas 7.479.802

Puti Andiny & Pipit Mandasari : Analisis PErtumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan terhadap KEtimpangan di Propinsi Aceh 206
JURNAL PENELITIAN EKONOMI AKUNTANSI (JENSI), VOL. 1, NO. 2, DESEMBER 2017

Terlihat pada Tabel 1.2 diatas 2006-2015 atas harga konstan


bahwa perkembangan ketimpangan di tahun 2010 mengalami
Provinsi Aceh selama tahun 2006-2015 fluktuasi, hal ini dapat di lihat
dari hasil indeks Williamson mengalami dalam Tabel 1.3.
fluktuasi. Menurut Badan Pusat Statistik Pada Tabel 1.3 terlihat
Provinsi Aceh hal ini terjadi karena kondisi pertumbuhan ekonomi
tidak meratanya persebaran Provinsi Aceh pada tahun 2007,
pertumbuhan ekonomi di beberapa 2008, dan 2009 pertumbuhan
Kabupaten kota Provinsi Aceh. Tingkat ekonomi mengalami penurunan
ketimpangan paling rendah terjadi pada yaitu sebesar -2,36 persen, -5,27
tahun 2008 dan 2010 di mana persen dan -5,58 persen. Hal ini
ketimpangan yang terjadi hanya -30,2 di sebabkan karena menurunnya
persen, -64,6 persen. Sedangkan tingkat produksi migas yang juga
ketimpangan yang paling tinggi terjadi berpengaruh terhadap industri
pada tahun 2009 dan 2012 dengan pengolahan berbahan baku gas,
masing-masing sebesar 45,2 persen dan penurunan ekonomi pada
22 persen. Semakin tinggi tingkat sektor-sektor utama ini di
ketimpangan yang terjadi maka akan proyeksikan akan terus
memperburuk keadaan perekonomian berlangsung seiring dengan
suatu daerah. menurunnya cadangan migas di
pantai timur Aceh.
Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Pada tahun 2010-2014
Aceh pertumbuhan ekonomi di
Untuk melihat seberapa besar Provinsi Aceh terus mengalami
pertumbuhan ekonomi yang terjadi di peningkatan masing-masing
Provinsi Aceh hal ini diukur berdasarkan sebesar 2,76 persen, 3,27
Produk Domestik Regional Bruto persen, 3,85 persen, 2,61 persen
(PDRB) atas harga konstan yang dan 1,55 persen. Namun pada
berhasil diciptakan pada tahun tertentu tahun 2015 pertumbuhan
dibanding dengan nilai tahun ekonomi menurun sebesar -0,72
sebelumnya. Penggunaan atas dasar persen, hal ini di sebabkan
harga konstan ini dimaksudkan untuk karena menurunnya produksi
menghindari pengaruh perubahan harga, migas baik di pertambangan
sehingga perubahan yang di ukur maupun industri.
merupakan pertumbuhan rill ekonomi
dan pula merupakan dasar pengukuran
atas nilai tambah yang timbul akibat Tabel 1.3
adanya kegiatan ekonomi dalam salah Perkembangan
satu daerah. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan dan Provinsi Aceh
perkembangan PDRB Provinsi Tahun 2006-2015
Aceh dapat ditinjau dari beberapa Produk
indikator makro, yaitu antara lain dari Domestik
nilai tambah yang dihasilkan struktur Regional Laju
perekonomian daerah dan laju Tahun Bruto Atas Pertumbuhan
pertumbuhan Produk Domestik Regional Harga (%)
Bruto (PDRB). Konstan 2010
Produk Domestik Regional (Milyar Rp)
Bruto Provinsi Aceh pada tahun 2006 113.160.151,1 -

Puti Andiny & Pipit Mandasari : Analisis PErtumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan terhadap KEtimpangan di Propinsi Aceh 207
JURNAL PENELITIAN EKONOMI AKUNTANSI (JENSI), VOL. 1, NO. 2, DESEMBER 2017

2007 110.486.419,4 -2,36 persen, 21,8 persen, 20,98 persen. Terlihat


2008 104.659.783,6 -5,27 jumlah persentasi penduduk miskin masih
2009 98.817.666,7 -5,58 tergolong tinggi walaupun tingkat
2010 101.545.236,8 2,76 kemiskinan mengalami penurunan.
2011 104.874.211,2 3,27 Selanjutnya pada tahun 2011-2012
2012 108.914.897,6 3,85 perkembangan kemiskinan meningkat
2013 111.755.826,6 2,61 masing-masing sebesar 3,82 persen, dan
2014 113.487.799,2 1,55 1,59 persen. Ketika perkembangan
2015 112.672.440,9 -0,72 kemiskinan meningkat di tahun 2011-
2012 jumlah persentasi penduduk miskin
Sumber: Badan Pusat Statistik
menurun dari tahun sebelumnya, masing-
2017 Kemiskinan di Provinsi
masing 19,57 persen, 19,46 persen.
Aceh
Meningkatnya perkembangan
Adapun jumlah dan perkembangan
kemiskinan pada tahun 2011-2012 hal ini
kemiskinan di Provinsi Aceh dapat dilihat
disebabkan karena tingginya
pada Tabel 1.4 berikut:
tingkat pengangguran di beberapa
Tabel 1.4 Kabupaten kota Provinsi Aceh. Pada
Perkembangan Kemiskinan Provinsi tahun 2013 perkembangan kemiskinan
Aceh Tahun 2006-2015 (Ribu mengalami penurunan dibandingkan tahun
Jiwa) 2012 yaitu sebesar -7,32 persen, kemudian
Persentasi Perkembangan perkembangan kemiskinan yang terendah
Kemiskinan Penduduk
Tahun (%) terjadi pada tahun 2015 sebesar -3,36
(Ribu Jiwa) Miskin (%)
persen. Jumlah persentasi penduduk
2006 1.149,7 28,28 - miskin tahun 2013-2015 kembali menurun
2007 1.083,5 26,65 -5,75 dibandingkan tahun sebelumya, masing-
2008 959,7 23,53 -11,4 masing sebesar 17,6 persen, 18,05 persen,
2009 892,87 21,80 -6,96 dan 17,08 persen. Menurunnya
2010 861,85 20,98 -3,47 perkembangan kemiskinan pada tahun
2011 894.8 19,57 3,82 2013 Kemiskinan Provinsi Aceh masih
2012 909.04 19,46 1,59 jauh di atas rata-rata nasional.
2013 842.42 17,60 -7,32 Berdasarkan data BPS
2014 881.27 18,05 4,61 Provinsi Aceh pada September
2015 851.59 17,08 -3,36 2015, jumlah penduduk miskin
Sumber: Badan Pusat Statistik 2017 (penduduk dengan pengeluaran
per kapita perbulan dibawah
Pada Tabel 1.4 di atas terlihat garis kemiskinan) di Aceh
selama tahun 2006-2015 pada tahun-tahun mencapai 859 ribu orang (17,11
tertentu kemiskinan mengalami persen). Persentasi penduduk
fluktuasi. miskin perkotaan mengalami
Perkembangan kemiskinan yang paling penurunan sebesar 0,21 persen
tinggi di Provinsi Aceh terjadi pada tahun (dari 11.13 persen), sedangkan
2014 yaitu sebesar 4,61 persen, sedangkan di daerah perdesaan kemiskinan
persentasi peduduk tertinggi pada tahun mengalami peningkatan 0,12
2006 sebesar 28,28 persen. Pada tahun persen (dari 19,44 persen
2007-2010 tingkat kemiskinan mengalami menjadi 19,56 persen). Kondisi
penurunan masing-masing sebesar -5,75 tingginya angka kemiskinan ini
persen, -11,4 persen, -6,96 persen, -3,47 merupakan salah satu indikator
persen. Jika dilihat dari persentasi jumlah tingkat kesejahteraan
penduduk miskin pada tahun 2007-2010 masyarakat aceh yang masih
yaitu masing-masing, 26,65 persen, 23,53 terjerat dangan persoalan

Puti Andiny & Pipit Mandasari : Analisis PErtumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan terhadap KEtimpangan di Propinsi Aceh 208
JURNAL PENELITIAN EKONOMI AKUNTANSI (JENSI), VOL. 1, NO. 2, DESEMBER 2017

kemiskinan. Jika dibandingkan mengalami kenaikan sebesar 1 persen,


dengan aliran dana APBA maka nilai ketimpangan mengalami
belasan triliun yang mengalir ke kenaikan sebesar 0,077.
Provinsi Aceh tiap tahunnya, Koefisien regresi variabel
maka berlimpahnya anggaran kemiskinan (X2) nilainya
masih belum berdampak positif adalah -0,107 hal ini
terhadap penurunan angka menunjukkan jika variabel
kemiskinan. Termasuk kemiskinan mengalami kenaikan 1
persoalan pengangguran yang persen, maka nilai ketimpangan
merupakan salah satu penyebab mengalami kenaikan sebesar 0,107.
kemiskinan.

Hasil Pengujian Hipotesis Tabel 1.5


Untuk mengetahui Hasil Pengujian
seberapa besar pengaruh Hipotesis
Unstand Standard Standard
pertumbuhan ekonomi dan ardized ized ized
kemiskinan secara parsial Model
Coeffici
ents
Coeffici
ents
Coeffici
ents t Sig.
terhadap ketimpangan di B Std. Beta
Error
Provinsi Aceh maka penelitian (Constant) .350 .596 .588 .575
ini menggunakan Uji t statistik
Pertumbuhan .077 .209 .148 .369 .723
untuk menguji variabel tersebut. Ekonomi
Pengujian ini dilakukan untuk Kemiskinan -.107 .476 -.090 -.224 .829
R = 0,143 F hitung = 0,073 Sig = 0,930
menguji apakah variabel R2= 0,020
independen (Pertumbuhan
Sumber: Data diolah 2017
Ekonomi dan Kemiskinan)
berpengaruh secara parsial
Uji Signifikansi Parameter Individual
terhadap variabel dependen
(Uji t)
(Ketimpangan). Pengujian ini
Dari hasil pengujian hipotesis
dilihat dari masing-masing
dengan menggunakan SPSS Statistik 24,
tstatistik dari regresi dengan t
diperoleh nilai thitung < ttabel (0,077 <
tabel dalam menolak dan
0,723) berdasarkan hasil pengujian
menerima hipotesis. Pengujian
hipotesis tersebut maka Ho diterima,
regresi linier berganda
yang artinya secara parsial tidak ada
dilakukan dengan menggunakan
pengaruh signifikan antara variabel X1
SPSS versi 24. Berdasarkan
(pertumbuhan ekonomi) terhadap
Tabel IV-5 dapat diperoleh
variabel depenken (ketimpangan). Jadi
persamaan dimana: Y = 0,350 +
dari hasil pengujian hipotesis tersebut
0,077 X1 - 0,107 X2
dapat disimpulkan bahwa secara parsial
Persamaan regresi tersebut
menjelaskan konstanta dengan nilai variabel X1 (pertumbuhan ekonomi)
sebesar 0,350 hal ini menunjukkan jika tidak berpengaruh terhadap variabel
variabel pertumbuhan ekonomi dependen (ketimpangan) di Provinsi
dan kemiskinan nilainya tetap Aceh.
(konstan) maka nilai Kemudian hasil
ketimpangan adalah sebesar 0,350. pengujian hipotesis untuk
Koefisien regresi variabel variabel X2 (kemiskinan)
pertumbuhan ekonomi (X1) nilainya diperoleh thitung > -ttabel (-0,107 > -
adalah 0,077 hal ini menunjukkan jika 0,829) berdasarkan hasil
variabel pertumbuhan ekonomi tersebut maka Ho diterima, yang

Puti Andiny & Pipit Mandasari : Analisis PErtumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan terhadap KEtimpangan di Propinsi Aceh 209
JURNAL PENELITIAN EKONOMI AKUNTANSI (JENSI), VOL. 1, NO. 2, DESEMBER 2017

artinya secara parsial tidak ada Pembahasan


pengaruh signifikan antara Pertumbuhan
variabel X2 (kemiskinan) Ekonomi Terhadap
terhadap variabel dependen Ketimpangan di Provinsi
(ketimpangan). Dari hasil Aceh
pengujian hipotesis tersebut Dari hasil pengujian
dapat disimpulkan bahwa secara hipotesis di peroleh nilai thitung <
parsial variabel X2 (kemiskinan) ttabel (0,077 < 0,723) berdasarkan
tidak berpengaruh terhadap hasil tersebut maka Ho ditolak,
variabel dependen yang artinya secara parsial
(ketimpangan) di Provinsi Aceh. variabel pertumbuhan ekonomi
tidak mempengaruhi variabel
Uji Signifikansi Simultan ketimpangan di Provinsi Aceh.
( Uji F ) Ketimpangan pembangunan
Berdasarkan dari hasil yang terjadi di Provinsi Aceh
pengujian hipotesis diperoleh tergolong pada kelompok
nilai Fhitung < Ftabel (0,073 < ketimpangan yang tinggi.
0,930). Sesuai dengan hasil Penyebab kesenjangan ekonomi
terebut maka Ho diterima, yang dan sosial di Provinsi Aceh
artinya variabel X1 antara lain masih terbatasnya
(pertumbuhan ekonomi) dan jangkauan sarana dan prasarana
variabel X2 (kemiskinan) secara bagi masyarakat. Kondisi
simultan tidak berpengaruh tersebut menghadapkan Provinsi
terhadap variabel dependen Aceh pada tantangan untuk
(ketimpangan) di Provinsi Aceh. meningkatkan, memeratakan,
dan memperluas jangkauan dan
mutu pelayanan kesehatan,
Koefisien Determinasi ( R2 ) pendidikan, dan pelayanan
Berdasarkan hasil sosial lainnya, serta jangkauan
pengujian hipotesis diperoleh informasi sampai ke seluruh
nilai R2 (R square) sebesar pelosok daerah.
0,020 atau 2,0 persen. Hal ini Hasil penelitian ini sama halnya
menunjukkan bahwa persentasi dengan hasil penelitan Pangkiro (2016)
sumbangan pengaruh variabel yang berjudul “Analisis Pertumbuhan
independen (pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan Terhadap
ekonomi dan kemiskinan) Ketimpangan di Sulawesi Utara”. Hasil
terhadap variabel dependen penelitian ini menjelaskan bahwa
(ketimpangan) hanya sebesar pertumbuhan ekonomi tidak
2,0 persen. Sedangkan mempengaruhi ketimpangan. Hal ini
selebihnya sebesar 98 persen di menunjukkan bahwa pertumbuhan
pengaruhi oleh variabel-variabel ekonomi yang terjadi belum memberikan
lain yang tidak di masukkan ke jawaban atas ketimpangan yang terjadi.
dalam model penelitian ini, pertumbuhan ekonomi yang terjadi akibat
antara lain yaitu Pendapatan sumbangan pada sektor yang menyerap
Asli Daerah (PAD), investasi, tenaga kerja sedikit. Sementara sektor
jumlah penduduk dan belanja dengan tenaga kerja yang banyak masih
modal, dan sebagainya. belum menjadi penyumbang bagi
pertumbuhan ekonomi.

Puti Andiny & Pipit Mandasari : Analisis PErtumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan terhadap KEtimpangan di Propinsi Aceh 210
JURNAL PENELITIAN EKONOMI AKUNTANSI (JENSI), VOL. 1, NO. 2, DESEMBER 2017

Namun hal ini berbeda dengan terhadap ketimpangan yang


hasil penelitian Sudarlan (2015) dengan terjadi di Provinsi Aceh. Hasil
penelitiannya yang berjudul penelitian menunjukkan nilai -
“Pertumbuhan Ekonomi, Ketimpangan thitung < ttabel (-0,107 > -0,829)
dan Kemiskinan di Indonesia” hasil berdasarkan hasil tersebut maka
penelitian ini memperlihatkan bahwa Ho ditolak, yang artinya secara
pertumbuhan ekonomi mempunyai parsial variabel kemiskinan
pengaruh positif dan signifikan terhadap tidak mempengaruhi variabel
ketimpangan sebesar 0,1333. Hal ini ketimpangan pembangunan di
menunjukkan bahwa pertumbuhan Provinsi aceh. Dimana ketika
ekonomi Indonesia hanya dinikmati oleh kemiskinan meningkat sebesar -
sebagian kecil kelompok masyarakat atau 0,107 maka ketimpangan
sekitar 20 persen golongan berpendapatan menurun sebesar -0,829, hal ini
tinggi menguasai hampir 50 persen menunjukkan dengan jelas
pertumbuhan. Kelompok ini menguasai bahwa meningkatnya
faktor-faktor produksi penting seperti kemiskinan tidak meningkatkan
modal dan memiliki sumber daya manusia jumlah ketimpangan
dengan produktivitas tinggi. Sehingga pembangunan di Provinsi Aceh.
merekalah yang sebagian kecil kelompok Dalam hasil penelitian
masyarakat yang menikmati sebagian ini menjelaskan bahwa
besar pertumbuhan ekonomi dan variabel lemiskinan
menyebabkan ketimpangan semakin tidak mempengaruhi
tinggi. variabel ketimpangan
Dari kedua hasil penelitian tersebut di
terlihat ada perbedaan Provinsi Aceh. Hal ini sama
dimana dalam penelitian seperti penelitian Sudarlan
Pangkiro (2016) pertumbuhan (2015) yang berjudul “
ekonomi tidak berpengaruh Pertumbuhan
terhadap ketimpangan di Sulawesi Utara, Ekonomi, Ketimpangan dan
namun hasil penelitian Sudarlan (2015) Kemiskinan di
menjelaskan pertumbuhan ekonomi Indonesian” dalam
berpengaruh positif dan signifikan penelitiannya menjelaskan
terhadap ketimpangan di Indonesia. Dalam bahwa kemiskinan tidak
penelitian ini menjelaskan bahwa mempunyai pengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi tidak ketimpangan, hal ini berarti
mempengaruhi variabel ketimpangan bahwa meningkatnya atau
pembangunan di Provinsi Aceh. menurunnya jumlah penduduk
Ketimpangan pembangunan di Provinsi miskin tidak akan
Aceh lebih di pengaruhi oleh faktor-faktor mempengaruhi tingkat
lain yang tidak dimasukkan dalam ketimpangan.
penelitian ini. Tetapi hal ini tidak
sesuai dengan hasil penelitian
Kemiskinan Terhadap Zaman et al (2010) dengan
Ketimpangan melakukan penelitian di
Pembangunan di Provinsi Pakistan dengan judul “Analisis
Aceh empirik Pertumbuhan,
Dari hasil pengujian Ketimpangan dan Kemiskinan
hipotesis dalam penelitian ini di Pakistan”. Pendekatan Ko-
menjelaskan bahwa variabel Integrasi (1964-2006) dengan
kemiskinan tidak berpengaruh

Puti Andiny & Pipit Mandasari : Analisis PErtumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan terhadap KEtimpangan di Propinsi Aceh 211
JURNAL PENELITIAN EKONOMI AKUNTANSI (JENSI), VOL. 1, NO. 2, DESEMBER 2017

kesimpulan bahwa tekanan sebesar 0,077. Koefisien regresi


terhadap kemiskinan akan variabel kemiskinan (X2) nilainya
berdampak negatif adalah -0,107 hal ini menunjukkan
ketimpangan, sementara tekanan jika variabel kemiskinan mengalami
terhadap pertumbuhan akan kenaikan 1 persen, maka nilai
berdampak negatif terhadap ketimpangan mengalami kenaikan
kemiskinan dan ketimpangan, sebesar -0,107.
respon tekanan dalam 2. Nilai thitung < tabel untuk variabel
kemiskinan dan perumbuhan X1
akan memiliki efek negatif. (pertumbuhan ekonomi ) adalah 0,077
Dari kedua hasil penelitan tersebut < 0,723. Berdasarkan hasil tersebut
terlihat ada perbedaan pendapat tentang maka Ho diterima yang artinya
pengaruh variabel kemiskian terhadap variabel X1 (pertumbuhan ekonomi)
variabel ketimpangan. Dimana dalam secara parsial tidak berpengaruh
penelitian Sudarlan (2015) variabel terhadap variabel ketimpangan di
kemiskinan tidak mempengaruhi variabel Provinsi Aceh. Kemudian hasil
ketimpangan, namun dalam penelitian penelitian menunjukkan nilai -thitung > -
Zaman et al (2010) menjelaskan variabel ttabel untuk variabel X2 kemiskinan
kemiskinan mempengaruhi variabel adalah -0,107 > -0,829. Berdasarkan
ketimpangan. Hasil penelitian ini dapat hasil tersebut maka Ho diterima yang
disimpulkan bahwa variabel kemiskinan artinya variabel X2 (kemiskinan)
tidak mempengaruhi variabel secara parsial tidak berpengaruh
Ketimpangan di Provinsi Aceh, terhadap variabel ketimpangan di
Ketimpangan di Provinsi Aceh lebih di Provinsi Aceh.
pengaruhi oleh faktor-faktor lain yang 3. Nilai Fhitung adalah 0,073 <
tidak dimasukkan dalam penelitian ini. 0,930. Berdasarkan hasil
tersebut maka Ho diterima,
yang artinya variabel
KESIMPULAN DAN SARAN pertumbuhan ekonomi dan
Kesimpulan kemiskinan secara simultan
Berdasarkan hasil penelitian tidak berpengaruh terhadap
dan pembahasan, maka dapat disimpulkan ketimpangan di Provinsi Aceh.
sebagai berikut: 4. Dari hasil penelitian di peroleh
1. Hasil regresi dalam penelitian nilai R2 adalah 0,020 atau 2,0
di peroleh persamaan: persen. Hasil ini menunjukkan
Y = 0,350 + 0,077 X 1 - 0,107 X2 variabel ketimpangan
Persamaan regresi tersebut dipengaruhi oleh variabel
menjelaskan konstanta dengan nilai pertumbuhan ekonomi dan
sebesar 0,350 hal ini menunjukkan kemiskinan sebesar 2,0 persen.
jika variabel pertumbuhan ekonomi Sedangkan selebihnya sebesar
dan kemiskinan nilainya tetap 98 persen dipengaruhi variabel
(konstan) maka nilai ketimpangan lain yang tidak dimasukkan
adalah sebesar 0,350. Koefisien dalam penelitian ini.
regresi variabel pertumbuhan
ekonomi (X1) nilainya adalah 0,077 Saran
hal ini menunjukkan jika variabel 1. Diharapkan kepada
pertumbuhan ekonomi mengalami Pemerintah Aceh untuk
kenaikan sebesar 1 persen, maka nilai dapat meningkatkan
ketimpangan mengalami kenaikan pertumbuhan ekonomi

Puti Andiny & Pipit Mandasari : Analisis PErtumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan terhadap KEtimpangan di Propinsi Aceh 212
JURNAL PENELITIAN EKONOMI AKUNTANSI (JENSI), VOL. 1, NO. 2, DESEMBER 2017

untuk wilayah-wilayah Domestik Regional Bruto,


yang pertumbuhan Povinsi Aceh, Badan Pusat
ekonominya belum Statistik, 2015, Aceh Dalam
menghasilkan Angka, http://aceh.bps.go.id.
kontribusinya terhadap Badan Pusat Statistik, 2016, Aceh Dalam
perekonomian di Provinsi Angka, http://aceh.bps.go.id
Aceh. Badan Pusat Statistik, 2017,
2. Diharapkan kepada http://aceh.bps.go.id
Pemerintah Aceh untuk Ghozali, Imam, 2011, Aplikasi Analisis
melakukan Multivariate Dengan Program IBM
penanggulangan SPSS 19 (edisi kelima), Semarang:
pengurangan kemiskinan Universitas Diponegoro. Henny, A.K.,
untuk mengatasi Pangkiro, 2016, “Analisis
ketimpangan. Kemudian Pertumbuhan Ekonomi Dan
menggerakan sektor- Kemiskinan Terhadap
sektor perekonomian agar Ketimpangan di Provinsi Sulawesi
lebih banyak memberikan Utara”, Jurnal Otonomi
kontribusi bagi Pembangunan. Vol 16 No.01.
pertumbuhan ekonomi di Lincolin, Arsyad, 2010, Ekonomi
Provinsi Aceh, sehingga Pembangunan, Yogyakarta: UPP
dapat menyerap tenaga STIM YKPN.
kerja. IBM, 2015, Aplikasi SPSS Statistik 24
3. Penelitian selanjutnya Murjana, Yasa, I G. W. 2008,
diharapkan dapat meneliti “Penanggulangan Kemiskinan
faktor-faktor lain yang Berbasis Partisipasi Masyarakat di
lebih mempengaruhi Provinsi Bali”, Jurnal Ekonomi
ketimpangan dan Sosial Input, Vol.2, No.2-
pembangunan di Provinsi 2008.
Aceh. Mudrajat, Kuncoro, 2006,
Ekonomi Pembangunan, Teori,
Referensi Masalah, dan Kebijakan,
Badan Pusat Statistik, 2010, Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Teori Mudrajat, Kuncoro, 2006,
Kemiskinan, Jakarta. Dimensi Kemiskinan Desa dan
Badan Pusat Statistik , 2011, Produk Perkotaan:
Domestik Regional Bruto, Jakarta: Rineka Cipta.
Provinsi Aceh. Nurhuda, Rama, 2013, “Analisis
Badan Pusat Statistik, 2012, Produk Ketimpangan Pembangunan
Dometik Regional Bruto, (study kasus di Provinsi Jawa
Timur Tahun 2005-2011)”, Jurnal
Provinsi Aceh.
Administrasi Publik. Vol.1,
Badan Pusat Statistik, 2013,
No.4:110-119. Permana,Yoga,
Produk Domestik Regional
Anggit, 2012, “Analisis
Bruto, Provinsi Aceh.
Pengaruh PDRB,
Badan Pusat Statistik, 2014,
Produk Domestik Regional Pengangguran,
Bruto, Provinsi Aceh. Pendidikan, dan
Badan Pusat Statistik, 2015, Kesehatan terhadap
Produk Kemiskinan di Jawa
Tengah tahun 2004-

Puti Andiny & Pipit Mandasari : Analisis PErtumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan terhadap KEtimpangan di Propinsi Aceh 213
JURNAL PENELITIAN EKONOMI AKUNTANSI (JENSI), VOL. 1, NO. 2, DESEMBER 2017

2009”, Jurnal
Ekonomi, Vol.1, No.1.
Dokumen, 2012-2017,
RPJMA, Provinsi Aceh
Sjafrizal, 2008, Ekonomi
Regional, Teori dan
Aplikasi, Padang:
Badouse Media.
Sjafrizal, 2012, Ekonomi
Wilayah dan
Perkotaan, Jakarta: PT.
Raja
Grafindo Persada.
Sugiyono, 2013, Statistik
untuk Penelitian,
Bandung: Alfabeta.

Sudarlan, 2015, “Pertumbuhan Ekonomi,


Ketimpangan dan Kemiskinan di
Indonesia”. Jurnal EKSIS, Vol.11
No.1:3036-3212.
Todaro, M.P, 2006,
Pembangunan Ekonomi di
Dunia Ketiga, Jakarta: Erlangga.
Todaro, M.P, dan Smith, S.C,
2006, Pembangunan Ekonomi
Jilid 1 Edisi Kesembilan, Jakarta:
Erlangga.
Zaman, Khalid, et al (2010). An Empirical
Analysis of Growth, Inequality and
Poverty Triangle in Pakistan.
Cointegration Approach (1964-
2006). International Research
Juornal of Finance and
Economics Euro
Journal Publishing, Inc.

Puti Andiny & Pipit Mandasari : Analisis PErtumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan terhadap KEtimpangan di Propinsi Aceh 214

Anda mungkin juga menyukai