Anda di halaman 1dari 5

UJIAN TENGAH SEMESTER MANAJEMEN UMKM DAN KOPERASI

DOSEN : WAHID HASYIM, SE, M.Si

Nama : Triyas Agustina Anggraieni

Nim : 18610136
Kelas : Manajemen Keuangan

Soal :

1. Berdasarkan data dibawah , tugas anda adalah :


a. Analisa dan gambarkan secara detail menurut pandangan Saudara /I Tabel Kontribusi
UMKM terhadap Perekonomian Indonesia
b. Menggunaan Tabel Klasifikasi UMKM berdasarkan UU No. 20 Tahun 2008 ,
interpretasikan Kondisi dan Performance UMKM dengan Asumsi waktu aktif berbisnis
adalah 300 hari dalam setahun dan jelaskan sehatkah UMKM di Indonesia ?
c. Buat Komparasi antara UMKM diIndonesia dengan UMKM di Eropa berdasarkan Tabel 1
dan 2 , berikan analisa anda !
d. Untuk mencapai kondisi UMKM seperti di Eropa Strategi apa yang sebaiknya dilakukan
oleh Pemerintah untuk percepatan proses peningkatan Performance bisnis Sektor UMKM,
jelaskan !

Tabel Klasifikasi UMKM diindonesi berdasarkan UU No 20 Tahun 2008


Tabel 2 Kontribusi UMKM terhadap Perekonomian Indonesia

Sumber: Kemenkop UKM RI 2017, BPS, diolah penulis (note: menurut keterangan tim data
Kemenkop UKM RI yang diterima penulis, total pendapatan yang disajikan adalah total PDB
nasional 2017 dikurangi dengan kontribusi pemerintah; total PDB Indonesia tahun 2017 adalah
sekitar Rp13,600 trilyun).

Sumber: Annual Report of European SMEs 2016/2017


JAWAB :

1. Secara gabungan, skala kegiatan ekonomi UMKM memberikan kontribusi sekitar 60% terhadap
total Pendapatan Domestik Bruto Indonesia. Pada 2017 lalu PDB Indonesia sekitar Rp13600
trilyun. Dengan demikian, artinya total pendapatan UMKM adalah sekitar Rp8160 trilyun! Usaha
Mikro menyumbang sekitar Rp5000 trilyun per tahun, Usaha Kecil Rp1300 trilyun, Usaha
Menengah sekitar Rp1800 trilyun; dan Usaha Besar sekitar Rp5400 trilyun
Tabel di atas menunjukkan bahwa produktifitas per unit usaha memang mengalami
peningkatan sejalan dengan kategori skala usahanya. Usaha Mikro hanya memiliki rata-rata
pendapatan usaha sekitar Rp76 juta per tahun atau Rp253 ribu per hari; Usaha Kecil Rp1,63
milyar per tahun atau Rp.5,4 juta per hari; dan Usaha menengah Rp29.7 milyar per tahun atau
sekitar Rp99 juta per hari. Sementara rata-rata pendapatan Usaha Besar adalah sekitar Rp941
milyar per tahun atau Rp3,15 milyar per hari (asumsi 300 hari per tahun). Hal ini berarti
produktifitas Usaha Besar 12.394 kali lipat lebih besar daripada Usaha Mikro, 583 kali lipat
daripada Usaha Kecil, dan 32 kali lipat daripada Usaha Menengah.
Jika dibandingkan dengan batas atas kriteria omsetnya, rata-rata omset Usaha Mikro saat ini
hanya sekitar 25% dari batas atas omset Rp300 juta; Usaha Kecil 65%, dan Usaha Menengah
59%. Hal ini seakan menyiratkan bahwa produktifitas Usaha Mikro masih jauh lebih rendah
daripada Usaha Kecil maupun Menengah yang membuatnya secara umum lebih rapuh dan
mungkin saja mudah tergilas oleh tekanan persaingan. Mau tidak mau memang harus ada
pendampingan melekat dan terstruktur agar Usaha Mikro dapat meningkatkan efisiensi produksi,
produktifitas, dan daya tahannya dalam menghadapi persaingan. Di sisi lain, pelaku Usaha Mikro
juga perlu membuka diri terhadap kebaruan teknologi, khususnya dalam memanfaatkan berbagai
solusi digital yang dapat memperluas pasar sekaligus menekan berbagai biaya produksi.

2. Usaha kita dapat dikategorikan ke dalam Usaha Mikro apabila memiliki aset maksimal Rp 50 juta
dan omzet maksimal Rp 300 juta per tahun atau sekitar Rp1.000.000 per hari (asumsi beroperasional
aktif selama 300 hari/tahun); sementara batas atas omzet untuk Usaha Kecil adalah sekitar Rp8,3
juta per hari; dan batas atas omzet Usaha Menengah adalah sekitar Rp167juta per hari. Kini kita
dapat menentukan sendiri apakah usaha yang kita jalankan termasuk dalam usaha skala mikro, kecil,
atau menengah dengan merujuk pada kriteria UMKM di atas.

Apakah struktur UMKM Indonesia yang sangat didominasi oleh Usaha Mikro ini sehat?
Sekitar 98.7% UMKM kita adalah Usaha Mikro, dan struktur seperti ini tidak berubah dari 10 tahun
lalu, mengindikasikan bahwa Usaha Mikro kita tak kunjung naik kelas menjadi Usaha Kecil atau
Menengah. Akhirnya saya coba mencari tahu struktur UMKM di negara yang sudah lebih maju
ekonominya, dan yang saya temukan adalah data struktur UMKM di Uni Eropa.

3. Dari data di atas dapat dilihat bahwa ternyata di negara maju jumlah UMKM juga mendominasi
proporsi jumlah unit usaha, yaitu 99.8%. Namun jika dilihat komposisi Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengahnya, ada sedikit perbedaan dengan Indonesia; karena di Uni Eropa proporsi Usaha Mikro
hanya 93%; sementara di Indonesia 98.7%. Terlepas terdapat perbedaan kriteria UMKM di Uni
Eropa dengan di Indonesia, melalui tulisan ini saya berasumsi bahwa struktur UMKM di negara
yang sudah lebih maju sejatinya lebih sehat daripada yang kita miliki saat ini. Terlebih karena saya
sepakat dengan fenomena missing middle pada struktur UMKM Indonesia, dimana pelaku usaha
terlalu didominasi oleh Usaha Mikro, dan terlalu sedikit di usaha kecil maupun menengahnya.

4. Dengan asumsi total unit usaha sekitar 62.9 juta unit, maka jumlah Usaha Mikro kita agar
proporsinya hanya 93% adalah sekitar 58.5 juta unit saja; yang artinya sekitar 4.38 juta Usaha Mikro
yang ada di Indonesia saat ini perlu dinaikkan skalanya ke Usaha Kecil. Untuk itu, agar proporsi
Usaha Kecil hanya menjadi 5.82% seperti di Uni Eropa, maka jumlah Usaha Kecil yang dibutuhkan
adalah sekitar 3.66 juta unit, sehingga kelak jumlah Usaha Kecil yang perlu dinaikkelaskan ke skala
Usaha Menengah adalah sekitar 717 ribu unit. Implikasi lanjutannya agar jumlah Usaha Menengah
kita sekitar 0.9% dari total unit usaha seperti di Uni Eropa, kita hanya membutuhkan sekitar 592 ribu
Usaha Menengah; sehingga sekitar dinaikkelaskan menjadi Usaha Besar yaitu sebanyak 126 ribu unit.
Dengan kondisi eksisting saat ini yang diperkirakan jumlah Usaha Besar kita hanya sekitar 5000 unit
(0,01% dari total unit usaha), artinya untuk bisa mencapai 0.2% Usaha Besar kita masih perlu 121
ribu UMKM (saat ini) bisa menjadi Usaha Besar!.

Untuk menghadapi persaingan pasar bebas Asean, tentunya semua segmen harus mendapat
perhatian dari pemerintah, namun yang perlu diperhatikan tentu yang terpenting adalah kualitas SDM
dari pelaku UMKM dan Koperasi. Segmen ini merupakan faktor utama penentu keberhasilan suatu
unit usaha dalam meningkatkan daya saing produk dalam menghadapi persaingan pasar bebas asean
dari negara lain.
Strategi yang dilakukan oleh UMKM dan koperasi guna meningkatkan daya saing dalam
menghadapi pasar bebas Asean antara lain dengan melakukan kemitraan dalam hal permodalan,
teknologi digital dan pelatihan serta pembinaan baik tenaga kerja maupun pelaku bisnis.

Anda mungkin juga menyukai