Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pola Pembangunan bidang ekonomi diarahkan pada terwujudnya

atau terciptanya perekonomian yang handal dan mandiri. Dengan

demikian pertumbuhan ekonomi harus diarahkan untuk meningkatkan

pendapatan masyarakat secara keseluruhan serta mengatasi

ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial.

Salah satu sektor yang mendapat perhatian yang sangat baik

dalam pembangunan perekonomian di Kabupaten Berau saat ini adalah

sektor pertanian. Peran serta semua pihak dalam rangka pengembangan

sektor pertanian terus didorong dan digalakkan melalui penciptaan

iklim yang menumbuhkan kompetisi yang sehat dan saling mendukung,

disamping juga dengan penyediaan sarana dan prasarana yang

diharapkan dapat lebih mendorong kemajuan sektor pertanian tersebut.

Kabupaten Berau merupakan kabupaten yang sebagian besar

penduduk memiliki mata pencaharian dalam bidang lingkup pertanian.

Oleh karena hal tersebut sektor pertanian terus dituntut untuk berperan

dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB), penyediaan pangan, dan bahan baku industri,

penanggulangan kemiskinan, penyediaan lapangan pekerjaan dan


2

peningkatan pendapatan masyarakat. Pada masa krisis, sektor pertanian

telah terbukti lebih tangguh bertahan dan mampu pulih lebih cepat

dibandingkan dengan sektor-sektor yang lain, sehingga berperan

sebagai penyangga pembangunan nasional. Untuk dapat terus berperan

dalam perekonomian nasional, sektor pertanian membutuhkan sarana

produksi yang memiliki peranan penting dalam peningkatan

produktivitas dan kualitas hasil pertanian, yaitu pupuk. Pupuk

merupakan material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman

untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga

mampu berproduksi dengan baik.

Ayat Al qur’an yang berkaitan dengan Pertanian dijelaskan

dalam surat An Nahl ayat 99, yaitu sebagai berikut:

Artinya:
Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu kami
tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan, maka
Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau,
Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak;
dan dari mayang kurma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan
3

kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima


yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu
pohonnya berbuah, dan (perhatikan pulalah) kematangannya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan
Allah) bagi orang-orang yang beriman. (Q.S. Al An’am : 99)

Dari Jabir bin Abdullah Rodhiyallohu ‘Anhu dia berkata bahwa

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:

ً‫ص َدقَة‬
َ ُ‫ق ِم ْنهُ لَه‬ ُ ‫ص َدقَةً َو َما‬
َ ‫س ِر‬ َ ُ‫سا ِإالَّ َكانَ َما ُأ ِك َل ِم ْنهُ لَه‬
ً ‫س َغ ْر‬ ُ ‫سلِ ٍم يَ ْغ ِر‬ْ ‫َما ِمنْ ُم‬
‫ص َدقَة‬ َ ُ‫ص َدقَةً َو الَ يَ ْرزَُؤ هُ َأ َح ٌد ِإالَّ َكانَ لَه‬
َ ُ‫ت الطَّ ْي ُر فَ ُه َو لَه‬ِ َ‫َو َما َأ َكل‬ ً

Artinya:
Tidaklah seorang muslim menanam suatu pohon melainkan apa yang
dimakan dari tanaman itu sebagai sedekah baginya, dan apa yang
dicuri dari tanaman tersebut sebagai sedekah baginya dan tidaklah
kepunyaan seorang itu dikurangi melainkan menjadi sedekah
baginya.” (HR. Imam Muslim)

Kemudian dari Anas bin Malik Rodhiyallahu ‘Anhu bahwa

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:

َ ‫ع زَ ْرعًا فَيَْأ ُك َل ِم ْنهُ طَ ْي ٌر َأ ْو ِإ ْن‬


َّ‫سانٌ َأ ْو َب ِه ْي َمة ٌ ِإال‬ ُ ‫ َأ ْو َي ْز َر‬,‫سا‬
ً ‫س َغ ْر‬
ُ ‫سلِ ٍم يَ ْغ ِر‬
ْ ‫َما ِمنْ ُم‬

ٌ‫ص َدقَة‬
َ ‫َكانَ لَهُ بِ ِه‬

Artinya:
Tidaklah seorang muslim menanam pohon, tidak pula menanam
tanaman kemudian pohon/ tanaman tersebut dimakan oleh burung,
manusia atau binatang melainkan menjadi sedekah baginya.” 
(HR. Imam Bukhari)

Dengan semakin meningkatnya perkembangan sektok-sektor

ekonomi di wilayah Kabupaten Berau, telah mendorong semakin

berkembangnya dunia usaha diantaranya usaha yang bergerak dalam

sektor usaha perdagangan, ini bisa dilihat dari bermunculannya


4

berbagai bidang usaha perdagangan, baik yang dikelola secara

perorangan maupun bersama, baik yang tidak terdaftar maupun

terdaftar (memiliki ijin yang resmi dari dinas terkait di Kabupaten

Berau).

Salah satu perusahaan yang bergerak di bidang usaha

perdagangan tersebut di atas adalah PT. Angin Ribut Tbk yang

berkedudukan di Jl. Santai Tanjung Redeb Kabupaten Berau. PT. Angin

Ribut Tbk hadir mendukung kemajuan sektor pertanian. Perusahaan ini

bergerak khususnya dibidang suplai dan distribusi pupuk untuk

mendukung kebutuhan sektor pertanian dan perkebunan di wilayah

Kabupaten Berau.

Dalam suatu perusahaan dagang, persediaaan barang dagangan

merupakan salah satu bagian yang amat penting bagi kelancaran

kegiatan perusahaan. Seringkali suatu perusahaan terbentur dengan

masalah persediaan barang dagangan yang harus selalu tersedia dalam

perusahaan untuk menunjang kelancaran usahanya. Kesalahan di dalam

pengendalian jumlah persediaan barang dagangan akan turut

mempengaruhi laba yang akan diterima oleh perusahaan dan oleh

karena itu perlu mendapat perhatian yang serius.

Persediaan barang dagangan yang terlalu kecil akan

menimbulkan resiko kehabisan persediaan yang berarti hilangnya

kesempatan untuk memperoleh laba dan akan mempengaruhi


5

kepercayaan konsumen terhadap perusahaan. Sebaliknya, bila jumlah

persediaan yang dimiliki oleh perusahaan terlalu besar akan

mengakibatkan naiknya biaya penyimpanan persediaan.

Untuk menjamin kelancaran usaha diperlukan persediaan barang

dagangan yang cukup. Hal ini tidak berarti bahwa persediaan barang

dagangan tersebut harus tersedia dalam jumlah yang besar melampaui

kebutuhan yang sebenarnya, akan tetapi kuantitasnya harus seoptimal

mungkin yang dapat menjamin kelancaran kegiatan usaha perusahaan

dengan biaya serendah mungkin.

PT. Angin Ribut Tbk dalam kegiatan operasionalnya selalu

berusaha untuk terus berkembang dan maju. Tetapi untuk mencapai

tujuan tersebut tidaklah mudah, banyak permasalahan yang harus

dihadapi perusahaan. Salah satu permasalahan yang paling krusial saat

ini menurut pihak manajemen adalah masalah persediaan barang

dagangan berupa pupuk untuk pelanggan. Masalah persediaan (stock)

pupuk merupakan masalah yang sangat penting bagi perusahaan karena

hal tersebut sangat berpengaruh terhadap kelancaran proses kegiatan

perdagangan. Untuk pengadaan persediaan pupuk tersebut, perusahaan

selama ini membeli atau mendatang dari Balikpapan.

Dalam suatu perusahaan dagang, pengendalian persediaaan

barang dagangan merupakan salah satu bagian yang amat penting agar

kegiatan operasi perusahaan dapat berjalan dengan lancar dan efisien.


6

Persediaan barang dagangan yang terlalu kecil akan menimbulkan

resiko kehabisan persediaan yang akan mempengaruhi kelancaran

proses perdagangan yang berarti hilangnya kesempatan untuk

memperoleh keuntungan. Sebaliknya, bila jumlah persediaan barang

dagangan yang dimiliki oleh perusahaan terlalu besar akan

mengakibatkan naiknya biaya penyimpanan yaitu biaya-biaya yang

dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan penyimpanan barang

dagangan yang dibeli. Biaya ini berubah-ubah sesuai dengan besar

kecilnya barang dagangan yang disimpan. Semakin besar jumlah

persediaan barang dagangan yang disimpan maka semakin besar pula

biaya penyimpanannya. Biaya penyimpanan ini meliputi seperti biaya

pemeliharaan, biaya sewa gudang dan biaya-biaya yang terjadi

sehubungan dengan kerusakan barang yang disimpan dalam gudang.

Perencanaan dan pengendalian barang dagangan sangat penting

dilakukan dalam upaya meminimumkan biaya dengan tujuan untuk

memaksimumkan laba perusahaan. Masalah utama dalam perencanaan

dan pengendalian barang dagangan adalah menetapkan persediaan

barang dagangan secara tepat atau optimal agar kegiatan perdagangan

tidak terganggu dan dana yang ditanamkan dalam persediaan barang

dagangan tidak berlebihan.

Pihak manajemen PT. Angin Ribut Tbk sangat menyadari bahwa

perencanaan dan pengendalian persediaan pupuk sangat penting


7

dilakukan sehingga persediaan pupuk dapat optimal dan proses kegiatan

perdagangan yang dilaksanakan dapat berjalan terus secara lancar.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, penulis bermaksud

untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengendalian Persediaan

Pupuk dengan Metode EOQ (Economic Order Quantity) pada

PT. Angin Ribut Tbk di Tanjung Redeb”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan tersebut

diatas, maka dapat penulis kemukakan rumusan masalah dalam

penelitian ini yaitu: “Apakah persediaan pupuk pada PT. Angin Ribut

Tbk di Tanjung Redeb sudah optimal ?”.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah

penulis kemukakan, maka tujuan dari penelitian adalah :

1. Untuk menghitung EOQ (Economic Order Quantity) yaitu jumlah

persediaan pupuk yang akan dipesan dalam setiap kali dilakukan

pembelian.

2. Untuk menentukan berapa jumlah minimum kuantitas persediaan

pupuk yang harus selalu ada sebagai persediaan pengaman (safety

stock).
8

3. Untuk menentukan pada batas jumlah persediaan pupuk berapa,

perusahaan harus melakukan pemesanan kembali (reorder point).

Adapun kegunaannya, penulis berharap hasil penelitian ini

nantinya dapat memberikan masukan sekaligus bahan pertimbangan

bagi pihak PT. Angin Ribut Tbk dalam menyusun kebijakan persediaan

pupuk. Selain itu diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan

perbandingan bagi mereka yang ingin mengadakan penelitian lanjut

terhadap masalah pengelolaan persediaan.

D. Sistimatika Penulisan

Bab satu, yang berisi uraian yang melatar belakangi dalam

penulisan skripsi ini, perumusan masalah, tujuan dan kegunaan

penelitian serta pada bagian akhir adalah sistematika penulisan.

Bab dua, merupakan kajian pustaka yang menguraikan tentang

manajemen operasional, misalnya pengertian tentang manajemen

operasional, pengertian pengendalian, pengertian persediaan, kebijakan

dan manfaat pengendalian persediaan, tujuan pengendalian persediaan,

jenis-jenis persediaan, economic order quantity, safety stock, reorder

point, yang dilanjutkan dengan kajian empiris, kerangka pikir penelitian

dan hipotesis penelitian.

Bab tiga, merupakan metode penelitian yang digunakan penulis

dalam melakukan penelitian, yang terdiri dari definisi operasional yang


9

yang menjelaskan indikator-indikator yang dipakai dalam penelitian.

Dilanjutkan penjelasan tentang unit analisis, populasi dan sampel

penelitian, jenis dan sumber data penelitian, metode pengumpulan data

serta alat analisis yang digunakan dalam penelitian.

Bab empat, merupakah uraian tentang hasil penelitian yang

meliputi gambaran umum PT. Angin Ribut Tbk Unit Distribusi Tanjung

Redeb, struktur organisasi, dan perkembangan volume penjualan PT.

Angin Ribut Tbk di Tanjung Redeb.

Bab lima, analisis dan pembahasan meruminyak perhitungan dan

analisis dari data yang telah dikumpulkan sebagaimana disajikan dalam

bab empat guna mencari mencari solusi terhadap rumusan masalah

penelitian dengan metode EOQ (economic order quantity).

Bab enam, kesimpulan dan saran, terdiri atas kesimpulan dan

saran-saran dari penulis sesuai dengan hasil penelitian yang telah

dilaksanakan.
10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pengertian Manajemen Operasional

Sebelum mengemukakan pengertian manajemen operasional

penulis mencoba mengemukan pengertian manajemen terlebih dahulu.

Kata manajemen sendiri berasal dari bahasa Prancis kuno yaitu

ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur.

Menurut Handoko (2010:2) manajemen adalah proses perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para

anggota organisasi dan penggunaan sumberdaya-sumberdaya organisasi

lainnnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

Menurut Mary Parker Follet yang dikutip oleh Handoko (2010:4)

manajemen merupakan seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui

orang lain. Definisi ini mengandung arti bahwa para manajer mencapai

tujuan-tujuan organisasi melalui pengaturan orang-orang lain untuk

melaksanakan berbagai tugas yang mungkin diperlukan.

Dari dua pengertian manajemen diatas, penulis merangkum

pengertian dari manajemen adalah “seni dalam mencapai tujuan

organisasi dengan cara pengordinasian sumber daya dari mulai


11

perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan kepemimpinan

sehingga dapat terselesaikan secara efisien dan efektif”.

Dewasa ini terdapat persaingan yang semakin ketat dalam dunia

usaha dan semakin maju cara-cara yang dikembangkan untuk mencapai

tujuan dan sasaran secara efektif dan efisien. Dalam rangka ini

dikembangkan pemikiran-pemikiran dan pengkajian-pengkajian untuk

mendapatkan cara-cara yang lebih baik guna menghasilkan keluaran

secara optimal sehingga dapat mencapai sasaran secara tepat waktu,

tepat jumlah, tepat mutu dengan biaya yang lebih efisien.

Perkembangan tersebut meruminyak perkembangan dalam cara-cara

bagaimana mengelola usaha yang mentrasformasikan masukan menjadi

keluaran, yang sering dikenal sebagai Manajemen Produksi atau

Manajemen Operasional.

Istilah Manajemen Produksi atau Manajemen Operasional

digunakan dengan saling dapat dipertukarkan atau mempunyai

pengertian yang sama. Istilah Manajemen Produksi sendiri telah

banyak dipakai sebelumnya, tapi dalam perkembangannya dipandang

kurang mencakup seluruh kegiatan sistem-sistem produktif dalam

masyarakat ekonomi kita. Oleh karena itu, diperlukan suatu istilah

yang lebih tepat dan mempunyai cakupan luas, yaitu Manajemen

Operasional (secara implisit berarti operasional-operasional).


12

Berkaitan dengan pengertian manajemen operasional menurut

Handoko (2005:4) dikemukakan manajemen operasional adalah usaha-

usaha pengelolaan secara optimal penggunaan sumber daya-sumber

daya: tenaga kerja, mesin-mesin, peralatan, bahan mentah dan

sebagainya dalam proses transformasi bahan mentah dan tenaga kerja

menjadi berbagai produk atau jasa.

Selanjutnya pengertian manajemen operasional menurut Sofyan

Assauri (2009:11) yaitu: “kegiatan untuk mengatur dan

mengoordinasikan penggunaan sumber daya-sumber daya yang berupa

sumber daya manusia, sumber daya alat dan sumber daya dana serta

bahan, secara efektif dan efisien, untuk menciptakan dan menambah

kegunaan (utility) sesuatu barang atau jasa”.

Dari definisi manajemen operasional di atas, dapat kita ambil

kesimpulan bahwa manajemen operasional merupakan proses

pencapaian dan transformasi sumberdaya organisasi untuk

memproduksi atau menghasilkan barang-barang atau jasa-jasa yang

berguna sebagai usaha untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi.

Manajemen produksi atau operasional dalam sejarahnya sudah

lama ada, yaitu sejak manusia mulai memproduksi barang dan jasa.

Tetapi dalam kenyataannya manajemen operasional baru mulai

diperhatikan dan dipelajari sekitar dua abad yang lalu. Pengkajian-

pengkajian yang dilakukan adalah dalam rangka mencari usaha-usaha


13

untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Disiplin ilmu

manajemen operasional telah memberikan banyak sumbangan

pemikiran untuk meningkatkan kehidupan kita saat ini.

2. Pengertian Pengendalian

Pengendalian merupakan usaha untuk mengarahkan kegiatan dan

membatasi penyimpangan arah dan jalur yang sudah ditentukan,

sehingga dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan adanya

pengendalian diharapkan penyimpangan-penyimpangan yang mungkin

terjadi dapat dihilangkan atau setidak-tidaknya dapat diperkecil.

Seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi, khususnya dalam bidang ekonomi telah berhasil menemukan

berbagai macam teori atau pendapat yang bisa diterapkan untuk

menunjang kelancaran dan keberhasilan tujuan yang ingin dicapai.

Untuk lebih jelasnya apa yang dimaksud dengan pengendalian, maka

berikut ini dikemukakan definisi pengendalian dan beberapa pengertian

pengendalian sebagaimana yang telah dikemukakan oleh para ahli.

Fred Weston dan Eguene F. Brigham (2007:372) mengemukakan

bahwa pengendalian adalah tahap dimana rencana diimplementasikan,

pengendalian bersangkutan dengan umpan balik dan proses

penyesuaian yang diperlukan untuk memastikan apakah harus tetap

pada rencana atau mengubah rencana akibat perubahan yang tak


14

terduga. Menurut Hansen dan Mowen (2009:6) menyatakan bahwa:

“Pengendalian merupakan aktivitas manajerial dalam memonitor

pelaksanaan rencana dan melakukan tindakan perbaikan yang

dibutuhkan”.

Berdasarkan pada fungsinya pengendalian merupakan usaha

sistematis perusahaan untuk mencapai tujuan dengan cara

membandingkan prestasi kerja dengan rencana kegiatan yang harus

terus menerus diawasi jika manajer ingin tetap berada dalam batas-

batas yang telah digariskan.

3. Pengertian Persediaan

Istilah “Inventories” (persediaan-persediaan) digunakan untuk

barang dagangan yang disimpan perusahaan untuk dijual kembali sesuai

perputaran normal suatu usaha dagang, bahan-bahan baku, barang

dalam proses produksi dan barang dagangan atau jadi yang disimpan

untuk dijual.

Dibawah ini akan kita jelaskan secara garis besarnya tentang

pengertian-pengertian persediaan yang dikemukakan oleh beberapa

penulis, walaupun apa yang diartikan dengan persediaan pada

hakekatnya sama. Menurut Sofjan Assauri (2001:176) dalam buku

Manajemen Produksi sebagai berikut: “Persediaan adalah sebagai

suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan


15

maksud untuk dijual kembali dalam suatu periode yang normal, atau

persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses

produksi, ataupun persediaan bahan baku yang menunggu

penggunaannya dalam suatu proses produksi.

Dari apa yang dikemukakan oleh sofjan Asaauri dapat diketahui

bahwa persediaan merupakan semua barang yang sifatnya bewujud,

termasuk dalam kelompok persediaan baik yang masih dalam bentuk

bahan mentah, barang setengah jadi maupun barang jadi yaitu barang

yang siap digunakan atau untuk dijual ke konsumen.

Bambang Riyanto (2002:59) mengemukakan bahwa :“Inventory

atau persediaan sebagai elemen dari modal kerja, merupakan aktiva

yang selalu dalam keadaan berputar, di mana secara terus menerus

mengalami perubahan”.

4. Kebijakan dan Manfaat Pengendalian Persediaan

Pada dasarnya setiap perusahaan harus selalu mengadakan

persediaan. Tanpa persediaan maka perusahaan akan dihadapkan pada

resiko bahwa perusahaannya tidak dapat memenuhi keinginan

konsumen atau langganan. Oleh karena itu setiap perusahaan perlu

mengadakan persediaan dengan tujuan untuk dapat menjamin

kelancaran operasi perusahaan.


16

Dari pengertian yang dikemukakan sebelumnya persediaan

secara umum dapat diartikan sebagai jumlah harta kekayaan yang

disediakan untuk dikelola. Kegiatan pengelolaan ini dimaksudkan

untuk memenuhi permintaan dari langganan setiap saat.

Dalam kaitan ini dapat diambil kesimpulan bahwa fungsi dan

tujuan persediaan dalam perusahaan :

a. Menjaga dan memelihara proses operasional. Tanpa persediaan

kelancaran proses operasional akan terganggu sehingga kebutuhan

konsumen tidak dapat dipenuhi dengan tepat pada waktunya,

akibatnya konsumen akan pindah pada perusahaan lain sehingga

kontinuitas perusahaan akan terganggu pula.

b. Untuk memenuhi perubahan permintaan dari langganan, dengan

adanya persediaan yang cukup maka perubahan-perubahan

permintaan yang akan terjadi pada barang dagangan perusahaan

dapat segera terpenuhi dan juga untuk menghindari resiko

terlambatnya ketersediaan barang dagangan.

c. Untuk menghindari resiko barang dagangan yang dipesan kurang

baik sehingga barang dagangan tersebut harus dikembalikan karena

tidak sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan terlebih

dahulu.

d. Untuk mencapai tingkat penjualan yang optimal berdasarkan

perencanaan penjualan yang ditetapkan karena dengan adanya


17

persediaan yang cukup, target perencanaan penjualan dapat dicapai

dengan optimal.

Berkaitan dengan persediaan Prof. Komaruddin Sastradipoera

(2004: 125-126) mengemukakan: ”Persediaan lazimnya dihubungkan

dengan kegiatan penyediaan bahan-bahan yang dianggap dibutuhkan

dalam arti jumlah, mutu, waktu dan tempat yang tepat dengan

memperhitungkan biaya yang terendah selaras dengan mutu yang

direncanakan untuk menjamin kesinambungan proses produksi”.

5. Tujuan Pengendalian Persediaan

Masalah pengendalian persediaan merupakan suatu masalah

yang sangat penting, karena jumlah persediaan akan mempengaruhi

kelancaran operasional. Untuk menjamin kelancaran perdagangan maka

diperlukan pengendalian persediaan. Oleh Ginting dan Sibarani

(2005:165) dalam bukunya Manajemen produksi mengatakan bahwa

pengendalian persediaan yang terpenting adalah :

a. Menyediakan informasi bagi manajemen mengenai keadaan

persediaan.

b. Mempertahankan suatu tingkat persediaan yang ekonomis.

c. Menyediakan persediaan dalam jumlah secukupnya untuk menjaga

jangan sampai operasional terhenti dalam hal pensuplaian tidak dapat

menyerahkan barang tepat pada waktunya.


18

d. Mengalokasikan ruang penyimpanan untuk barang yang sedang

diproses serta barang jadi.

e. Memungkinkan bagian penjualan beroperasi pada berbagai tingkat

melalui penyediaan persediaan barang jadi.

f. Mengaitkan pemakaian bahan dengan tersedianya keuangan.

Dari fungsi pengendalian persediaan yang dikemukakan dapat

disimpulkan bahwa betapa pentingnya persediaan untuk kelancaran

proses operasional perusahaan.

Selanjutnya oleh Franklin G. Moore dan Thomas E. Hendrick

(2008:185) dalam bukunya Manajemen Produksi dan Operasi

mendefinisikan pengendalian persediaan sebagai berikut: ”Cara

mengarahkan dan mengatur pergerakan barang dalam proses

pengolahan dari bahan baku sampai menjadi produk akhir yang dapat

memuaskan keinginan bagian pelayanan konsumen yang membutuhkan

investasi untuk persediaan dalam jumlah kecil, dapat mengusahakan

adanya efisien yang maksimum dan juga dapat mengembalikan

inventory yang merupakan tehnik yang mengatur penyimpanan/

persediaan barang dalam jumlah/tingkat yang memadai, baik dalam

bentuk bahan baku, barang dalam proses maupun produk jadi.

Dari apa yang dikemukakan pendapat tersebut, pengendalian

persediaan perlu melaksanakan kegiatan :


19

a. Memastikan bahwa suatu yang diperlukan dalam pelaksnaan pesanan

tertentu dapat tersedia pada waktunya.

b. Menetapkan jumlah pesanan yang dapat dikerjakan sekaligus dalam

rangka mencegah terjadinya penumpukan pesanan sesuai dengan

kapasitas yang tersedia.

c. Mengatur transportasi bahan yang sedang diolah dan mengendalikan

tempat-tempat yang terpenting menjadi tempat penumpukan serta

mengusahakan pelaksanaan pembukuan yang akurat baik lingkungan

pabrik maupun di penampungan bahan yang sedang diolah.

d. Mengubah rencana seandainya rencana semula tidak memenuhi

target dan bila terjadi perubahan-perubahan, baik dalam hal

pemesanan maupun dalam waktu pengerjaannya..

Persediaan bagi suatu perusahaan harus menetapkan berapa

besar jumlah yang akan digunakan sebab hal ini sangat penting untuk

penyediaan bahan dalam menjamin kelancaran operasional perusahaan.

Untuk menjamin kelancaran kegiatan operasi perusahaan tersebut

diperlukan suatu pengawasan.

Sofjan Assuari (2001:143-144) mengemukakan pengawasan

persediaan dapatlah dikatakan sebagai suatu kegiatan untuk

menentukan tingkat dan komposisi dari pada persediaan parts, bahan

baku dan barang hasil produksi, sehingga perusahaan dapat melindungi

kelancaran produksi dan penjualan serta kebutuhan-kebutuhan


20

pembelanjaan perusahaan dengan efektif dan efisien. Sedangkan tujuan

dari pengendalian persediaan atau pengawasan persediaan, menurut

Sofjan Assauri secara terinci dapatlah dinyatakan sebagai berikut :

a. Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan sehigga

dapat mengakibatkan terhentinya kegiatan operasi.

b. Menjaga agar supaya pembentukan persediaan oleh perusahaan tidak

terlalu besar atau berlebih-lebihan, sehingga biaya yang timbul dari

persediaan tidak terlalu besar.

c. Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari karena

akan berakibat biaya pemesanan menjadi besar.

Menurut Ginting dan Sibarani (2005:127), fungsi utama suatu

pengendalian persediaan yang efektif adalah :

a. Memperoleh (procure) bahan, yaitu menetapkan prosedur untuk

memperoleh pasokan yang cukup dari bahan yang dibutuhkan baik

dari segi kuantitas maupun kualitas.

b. Menyimpan dan memelihara (maintain) bahan dalam persediaan,

yaitu mengadakan suatu sistem penyimpanan untuk memelihara dan

melindungi bahan yang telah dimasukkan ke dalam persediaan.

c. Pengeluaran bahan yaitu menetapkan suatu pengaturan atas

pengeluaran dan penyimpanan bahan dengan tetap pada suatu saat

serta tempat yang dibutuhkan.


21

d. Meminimalisasi investasi dalam bentuk bahan (memperbahankan

persediaan dalam jumlah yang optimum setiap waktu).

6. Jenis-Jenis Persediaan

Penentuan jenis-jenis persediaan sangat ditentukan oleh jenis

perusahaan, apabila jenis perusahaan adalah perusahaan dagang, yaitu

jenis perusahaan yang membeli barang untuk dijual lagi, maka jenis

persediaan hanya ada satu macam saja yaitu persediaan barang

dagangan. Sedangkan bila perusahaan adalah perusahaan pabrikasi,

yaitu perusahaan yang mengolah bahan mentah menjadi barang jadi,

maka jenis persediaannya terdiri dari persediaan menurut fungsinya dan

persediaan menurut posisi urutan pengerjaannnya.

Oleh Sofyan Assauri (2001:200) dalam bukunya Manajemen

Produksi mengelompokkan sebagai berikut :

a. Menurut fungsinya terdiri atas :

1) Batch stock atau Lot Size Inventory, yaitu persediaan yang

diadakan karena kita membeli atau membuat

bahan-bahan/barang-barang dalam jumlah yang lebih besar dari

jumlah yang dibutuhkan pada saat itu. Jadi dalam hal ini

pembelian atau pembuatan dilakukan untuk jumlah besar, sedang

penggunaan atau pengeluaran dalam jumlah kecil


22

2) Fluctuation stock, adalah persediaan yang diadakan untuk

menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat

diramalkan. Dalam hal ini perusahaan mengadakan persediaan

untuk dapat memenuhi permintaan konsumen, apabila tingkat

permintaan menunjukkan keadaan yang tidak beraturan atau

tidak tetap dan fluktuasi permintaan tidak dapat diramalkan

sebelumnya. Jadi dalam hal ini fluktuation dibutuhkan sangat

besar untuk menjaga kemungkinan naik turunnya permintaan

3) Antisipation stock, yaitu persediaan yang diadakan untuk

menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan,

berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam satu tahun dan

untuk menghadapi penggunaan atau penjualan/permintaan yang

meningkat. Disamping itu anticipation stock dimaksudkan pula

untuk menjaga kemungkinan sukarnya diperoleh bahan-bahan

sehingga tidak mengganggu jalannya produksi atau menghindari

kemacetan produksi.

b. Menurut urutan pengerjaannya terdiri atas :

1) Persediaan Bahan Baku (Raw Material Stock), yaitu persediaan

dari barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses

produksi, barang mana dapat diperoleh dari sumber alam

ataupun dibeli dari supplier atau perusahaan yang menghasilkan

bahan baku bagi perusahaan pabrik yang menggunakannya.


23

Bahan baku ini diperlukan oleh pabrik untuk diolah, yang

setelah melalui beberapa proses dapat menjadi barang jadi

(finished goods).

2) Persediaan bagian produk atau parts yang dibeli (Purchased

Parts/Component Stock), yaitu persediaan barang-barang yang

terdiri dari parts yang diterima dari perusahaan lain, yang dapat

secara langsung diassembling dengan parts lain, tanpa melalui

proses sebelumnya. Jadi bentuk barang yang merupakan parts ini

tidak mengalami perubahan dalam operasi, misalnya pabrik

mobil, disini parts (bagian-bagian) dari mobil tersebut tidak

dihasilkan sendiri oleh pabrik itu tettapi diproduksi oleh

perusahaan lain, kemudian diassembling menjadi barang jadi

yakni mobil.

3) Persediaan bahan pembantu atau barang-barang perlengkapan

(Suplier Stock), yaitu persediaan barang-barang atau bahan-

bahan yang diperlukan dalam proses produksi untuk membantu

berhasilnya produksi atau yang dipergunakan dalam bekerjanya

suatu perusahaan, tetapi bukan merupakan bagian atau

komponen barang jadi, misalnya solar dan minyak pelumas.

4) Persediaan barang setengah jadi atau barang dalam proses (Work

in Process Stock), yaitu persediaan barang-barang yang keluar

dari tiap-tiap bagian dalam suatu pabrik atau bahan-bahan yang


24

telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses

kembali untuk kemudian menjadi barang jadi tetapi mungkin

saja barang setengah jadi bagi suatu pabrik yang merupakan

bahan jadi pabrik yang lain karena proses produksinya memang

hanya sampai disitu saja. Mungkin pula barang setengah jadi itu

merupakan bahan baku bagi perusahaan lainnya yang akan

memperosesnya menjadi barng jadi. Jadi dalam hal ini barang

setengah jadi adalah merupakan barang-barang yang belum

berupa barang jadi, akan tetapi masih memerlukan proses lebih

lanjut lagi di pabrik itu sehingga menjadi barang jadi yang sudah

siap dijual ke konsumen/langganan.

Berkaitan dengan usaha perdagangan, persediaan pengaman

perlu diadakan untuk menjamin kelancaran proses perdagangan.

Persediaan pengaman atau persediaan tambahan ini dimaksudkan untuk

melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan barang

dagangan. Dalam proses pemesanan biasanya terdapat tenggang waktu

(lead time) yaitu waktu antara pemesanan sampai pesanan tersebut tiba.

Dalam menunggu kedatangan pesanan ini juga sangat tergantung pada

waktu yang bervariasi karena cuaca, pemogokan pihak pensuplai dan

sebagainya. Tetapi dengan adanya persediaan pengaman (safety stock)

dapat menghemat biaya serta mencegah kerugian perusahaan karena

sambil menunggu pesanan perusahaan dapat meneruskan


25

perdagangannya untuk melayani langganan. Akan tetapi dengan

diadakannya persediaan pengaman akan memperbesar carrying costs.

Dengan melihat uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa

untuk melayani langganan serta menjaga nama baik perusahaan dan

untuk mengurangi kerugian yang ditanggung maka perlu diciptakan

suatu persediaan pengaman (safety stock) yang dapat menutupi

kebutuhan/permintaan selama lead time. Soffjan Assauri (2001:218)

dalam bukunya Manajemen Produksi mengartikan persediaan

pengaman (safety stock) sebagai berikut : “Persediaan penyelamat

(safety stock) adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk

melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan “

(stock out)”.

Selanjutnya Bambang Riyanto (2002:63) dalam bukunya Dasar-

dasar Pembelanjaan Perusahaan, mengatakan bahwa banyak

perusahaan merasakan perlunya untuk mempunyai persediaan minimal,

dari bahan mentah yang harus dipertahankan untuk menjamin

kontinuitas usahanya, dan persediaan besi/persediaan inti/persediaan

minimal bahan mentah (safety stock).

Dari uraian tersebut dapat diartikan bahwa persediaan besi

adalah sama dengan persediaan pengaman (safety stock). Dalam hal ini

menentukan jumlah persediaan pengaman bagi suatu perusahaan,

sebaiknya didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan yang rasional


26

dan dapat diukur, sehingga dapat dihasilkan penentuan kebijaksanaan

yang tepat dan efektif.

7. Jumlah Pemesanan Ekonomis (Economic Order Quantity)

Dalam suatu periode tertentu, perusahaan seringkali melakukan

beberapa kali pembelian bahan atau barang dagang. Tetapi adakalanya

jumlah kebutuhan bahan dalam periode tersebut dipenuhi dengan satu

kali pembelian. Oleh karena dalam melakukan pembelian dan

penyimpanan bahan itu timbul adanya beberapa macam biaya maka

perusahaan harus memilih pengeluaran biaya yang paling rendah.

Untuk itu terdapat suatu metode analisis yang disebut Economicl Order

Quantity (EOQ).

Murti Sumarni dan John Soeprihanto (2006:180) mengemukakan

definisi Economic Order Quantity sebagai berikut: “Economical Order

Quantity (EOQ) adalah jumlah setiap kali pembelian bahan yang

disertai dengan biaya minimal. Atau dengan kata lain EOQ merupakan

jumlah setiap kali pembelian bahan yang ekonomis”. Di sini akan

timbul dua kelompok biaya, yaitu :

a. Biaya Pemesanan (Ordering Cost atau Set UP Cost)

Biaya ini meliputi semua biaya mulai dari mengadakan persiapan

pesanan sampai dengan barang yang dipesan datang. Sifat dari biaya

ini adalah relatif konstant, tidak tergantung besarnya jumlah barang


27

yang dipesan. Jadi semakin tinggi frekuensi pemesanan, maka biaya

ini akan semakin besar. Adapun yang termasuk ke dalam biaya

pemesanan adalah :

1) Biaya untuk mempersiapkan pesanan;

2) Biaya mengirim atau menugaskan karyawan untuk melakukan

pemesanan;

3) Biaya yang terjadi pada saat penerimaan bahan yang dipesan;

4) Biaya penyelesaian pembayaran pemesanan;

b. Biaya Penyimpanan di gudang (Inventory Carrying Cost).

Biaya ini dikeluarkan perusahaan karena adanya penyimpanan bahan

di gudang. Besarnya biaya ini bervariasi tergantung dari besar

kecilnya rata-rata persediaan yang ada. Biaya ini mempunyai sifat

semakin besar jumlah bahan yang disimpan maka semakin besar

biaya penyimpanan. Yang termasuk ke dalam biaya penyimpanan

adalah :

1) Biaya sewa gedung;

2) Biaya pemeliharaan bahan;

3) Biaya asuransi bahan;

4) Biaya tenaga keja penjaga gudang;

5) Dan lain-lain.

Dalam hal ini sering terjadi “pertentangan” antara kedua jenis biaya

tersebut. Di satu pihak biaya pemesanan menghendaki agar jumlah

barang yang dipesan sebesar-sebesarnya. Di lain pihak, biaya


28

penyimpanan menghendaki agar jumlah barang yang dipesan

sekecil-kecilnya sehingga akan dapat menghemat biaya

penyimpanan. Maka dengan melihat sifat kedua jenis biaya tersebut,

dapat dikatakan bahwa jumlah pesanan yang paling ekonomis akan

terletak jumlah biaya pemesanan dan biaya penyimpanan selama satu

periode adalah paling rendah.

8. Persediaan Pengaman (Safety Stock)

Persediaan pengaman (Safety Stock) merupakan persediaan yang

dicadangkan oleh perusahaan untuk menjamin kelancaran operasional

perusahaan. Persediaan pengaman dimaksudkan untuk menjaga

kemungkinan terjadinya kekurangan persediaan yang dapat timbul

sebagai akibat adanya permintaan barang dagangan di dalam proses

perdagangan lebih dari yang diperkirakan sebelumnya, atau karena

pesanan tidak tiba pada waktunya. Sofjan Assauri (2001:198)

mengemukakan definisi mengenai safety stock sebagai berikut:

“Persediaan bersih (safety stock) adalah persediaan tambahan yang

diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya

kekurangan bahan (stock out)”.


29

9. Titik Pemesanan Kembali (Reorder PointI)

Titik pemesanan kembali (Reorder point) merupakan saat atau

titik dimana harus diadakan pemesanan kembali sehingga pesanan tiba

tepat pada waktu persediaan di atas safety stock sama dengan nol. Jadi,

perusahaan harus memperhitungkan pemakaian atau kebutuhan bahan

selama waktu pemesanan.

Bambang Riyanto (2002:65), mengemukakan definisi dari

Reorder point sebagai berikut: ”Reorder Point adalah salah satu atau

titik di mana harus diadakan pesanan lagi sedemikian rupa sehingga

kedatangan atau penerimaan material yang dipesan itu adalah tepat

pada waktu dimana persediaan di atas safety stock sama dengan nol.

B. Kajian Empiris

Hayati Hidayah, Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Tepung Terigu Citarasa Bakery pada PT. Kaltim Multi Boga Utama di

Bontang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana

pengendalian persediaan bahan baku tepung terigu Citarasa Bakery

pada PT. Kaltim Multi Boga Utama dan untuk mengetahui selisih

antara biaya persediaan menurut PT. Kaltim Multi Boga Utama dan

biaya persediaan bahan baku menurut perhitungan analisis

pengendaliaan bahan baku. Teknik pengumpulan data yang digunakan


30

adalah penelitian kepustakaan dan penilitian lapangan, sedangkan alat

analisis data yang digunakan penentuan besarnya Safety Stock,

Perhitungan Quantity Pesanan menggunakan Economic Order Quantity

(EOQ), Dari hasil analisis dan pembahasan, maka total biaya

persediaan untuk bahan baku tepung terigu yang dikeluarkan

perusahaan pada adalah sebesar Rp 817.430.000,- lebih besar

dibandingkan dengan menggunakan perhitungan EOQ yang hanya

sebesar Rp 634.519.475,- dengan demikian dapat menghemat biaya

persediaan apabila perusahaan menggunakan metode EOQ.

Yusuf Afandi, Optimalisasi Persediaan Bahan Bakar Minyak

pada PT. Jaya Berdikari di Tanjung Redeb Kabupaten Berau. Tujuan

penelitian yaitu untuk menghitung EOQ (Economic Order Quantity)

yaitu jumlah bahan bakar minyak yang akan dipesan dalam setiap kali

dilakukan pembelian. Juga untuk menentukan berapa jumlah minimum

kuantitas bahan bakar minyak yang harus selalu ada sebagai persediaan

pengaman (safety stock). Serta untuk menentukan titik pemesanan

kembali (reorder point). Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan

sebagaimana dikemukakan, maka kesimpulan dari hasil penelitian ini

tingkat pemesanan yang paling optimal (ekonomis) berdasarkan metode

EOQ (Economic Order Quantity) sebesar 303.505 liter bahan bakar

minyak untuk setiap pemesanan dengan frekuensi pemesanan sebanyak

16 kali dalam setiap tahunnya. Adapun tingkat pemesanan yang


31

dilakukan PT. Jaya Berdikari di Tanjung Redeb selama ini sebesar

100.000 liter, berarti tingkat pemesanan bahan bakar minyak selama ini

belum optimal artinya hipotesis yang diajukan penulis ditolak.

Sedangkan Reorder point (titik pemesanan kembali) adalah pada

jumlah 145.530 liter, ini berarti bahwa pemesanan bahan bakar minyak

harus dilakukan pada saat jumlah persediaan bahan bakar minyak

tinggal 145.530 liter. Tujuannya adalah agar pada saat bahan bakar

minyak yang dipesan datang, perusahaan tidak melanggar atau

memakai bahan bakar minyak dari Safety Stock yang ditetapkan oleh

perusahaan sebesar 6.930 liter.

C. Kerangka Pikir Penelitian

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

Pengendalian Persediaan Pupuk dengan Metode


EOQ (Economic Order Quantity) pada
PT. Pupuk Kalimantan Timur Tbk di Tanjung
Redeb

Economical Reorder Point


Order Safety stock (ROP)
Quantity
(EOQ)

Persediaan Pupuk Optimal


32

D. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah yang penulis kemukakan, maka

penulis mengemukakan hipotesis dalam penelitian ini adalah : ”diduga

persediaan pupuk pada PT. Angin Ribut Tbk di Tanjung Redeb sudah

optimal”.
33

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Definisi Operasional

Agar penelitian ini searah dengan judul yang telah dikemukakan,

maka penulis akan menjelaskan definisi secara operasional variabel-

variabel dalam penelitian ini, yaitu :

1. Persediaan pupuk yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pupuk

yang disalurkan atau dijual oleh PT. Angin Ribut Tbk Tanjung

Redeb, dihitung dalam satuan sak.

2. Biaya penyimpanan adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh

PT. Angin Ribut Tbk Tanjung Redeb dalam kaitannya dengan

penyimpanan persediaan pupuk dihitung dalam satuan rupiah.

3. Biaya pemesanan adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh

PT. Angin Ribut Tbk Tanjung Redeb dalam kaitannya dengan

pemesanan persediaan pupuk mulai proses pesanan sampai dengan

tibanya pesanan di gudang, dihitung dalam satuan rupiah

4. Persediaan optimal adalah suatu jumlah persediaan yang tepat, baik

dari segi waktu maupun jumlah yang dibutuhkan dimana

memberikan biaya penyediaan dan pemeliharaan paling minimum.

B. Unit Analisis Penelitian


34

Unit analisis penelitian ini adalah PT. Angin Ribut Tbk Tanjung

Redeb yang beralamat di Jalan Santai Tanjung Redeb di Kabupaten

Berau Kalimantan Timur. Penelitian difokuskan pada analisis

pengendalian persediaan pupuk dengan menggunakan metode EOQ

(Economic Order Quantity). Waktu penelitian direncanakan selama 1

bulan yaitu selama bulan Desember 2016.

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil penelitian langsung

secara empirik kepada pelaku langsung atau yang terlibat langsung

dengan menggunakan teknik pengumpulan data tertentu, seperti hasil

wawancara dilakukan oleh peneliti.

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari pihak lain atau hasil

penelitian pihak lain, misalnya data yang peneliti peroleh dari buku-

buku, hasil penelitian orang lain dan laporan dari PT. Angin Ribut

Tbk Tanjung Redeb di Kabupaten Berau.

D. Teknik Pengumpulan Data


35

Berdasarkan sumbernya, maka data yang diperlukan dalam

penelitian adalah berupa data primer dan sekunder. Oleh karena itu

teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui dua cara yaitu sebagai

berikut :

1. Observasi Langsung (Field Research), yaitu pengumpulan data atau

bahan informasi dengan cara melaksanakan pengamatan dan

penelitian langsung pada perusahaan yang menjadi objek penelitian.

Metode ini digunakan untuk memperoleh penjelasan tentang

gambaran umum perusahaan dan permasalahan yang dihadapi

perusahaan dalam kaitannya dengan masalah persediaan pupuk.

2. Dokumentasi

Yaitu metode pengumpulan data dengan cara mengumpulkan dan

mempelajari buku-buku maupun data-data laporan perusahaan.

E. Alat Analisis

Alat analisis dan pengujian hipotesis yang digunakan dalam

penelitian ini adalah :

1. Economical Order Quantity (EOQ)

Metode ini merupakan metode untuk menetapkan jumlah pesanan

paling ekonomis dengan biaya sekecil mungkin, rumusnya adalah

sebagai berikut :
36

EOQ =

Dimana :

R = Jumlah Pupuk (sak) yang dibutuhkan selama 1 tahun

S = Biaya pesanan setiap kali pesan (Ordering Cost)

C = Biaya penyimpanan per sak per periode tertentu (Rp).

2. Reorder Point (ROP)

Reorder point (titik pemesanan kembali) merupakan saat atau titik

dimana harus diadakan pemesanan kembali sehingga pesanan tiba

tepat pada waktu persediaan di atas Safety Stock sama dengan nol.

Rumus yang digunakan untuk menghitung reorder point adalah :

ROP = x LT + SS

Dimana :

R = Jumlah pupuk yang dibutuhkan selama periode tertentu

LT = Lead Time atau jangka waktu yang dibutuhkan sejak


pesanan dilakukan sampai barang yang dipesan tiba.

SS = Safety stock

3. Pengujian Hipotesis

Hasil perhitungan dengan Metode Economical Order Quantity

(EOQ) berdasarkan data tahun 2016 dapat membuktikan kebenaran

hipotesis yang telah penulis kemukakan.

Anda mungkin juga menyukai