Anda di halaman 1dari 97

PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ATAS DASAR

HARGA KONSTAN DAN JUMLAH PENGANGGURAN TERHADAP


GARIS KEMISKINAN DI KABUPATEN MUARO JAMBI TAHUN
2011-2020

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Salah Satu


Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun Oleh :

LANDO JULITRA
NPM : 1710602010022

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI SAKTI ALAM KERINCI


PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
SUNGAI PENUH
2021
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini


Nama : LANDO JULTRA
NPM : 1710602010022
Tempat/Tanggal Lahir : MUKAI MUDIK/7 JULI 1998
Program Studi : EKONOMI PEMBANGUNAN
Alamat : DUSUN 3,TEBING TINGGI,SIULAK MUKAI,
KABUPATEN KERINCI
No HP : 0822-8043-7393
Judul Skripsi : PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
ATAS DASAR HARGA KONSTAN DAN JUMLAH
PENGANGGURAN TERHADAP GARIS KEMISKINAN
DI KABUPATEN MUARO JAMBI TAHUN 2011-2020.
Dengan ini menyatakan sesungguhnya bahwa :
1. Skripsi saya ini adalah asli dan belum pernah di ajukan untuk memperoleh gelar
akademik S. E (SARJANA EKONOMI) baik di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Sakti Alam Kerinci maupun di Perguruan Tinggi lainnya.
2. Skripsi yang saya buat ini adalah murni gagasan, rumusan, penelitian dan pikiran
saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain kecuali arahan dari Tim Pembimbing.
3. Dalam skripsi saya ini tidak terdapat karya atau pendapat orang lain yang telah
ditulis atau dipublikasikan kecuali secara ekspilit tercantum sebagai acuan dalam
naskah dengan cara menyebutkan nam Pengarang dan mencantumkan dalam daftar
pustaka.
4. Apabila salah satu poin tersebut di atas saya langgar, saya bersedia menerima
sanksi akademik berupa pencabutan gelar akedemik yang telah saya peroleh
karena skripsi saya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di
Perguruan Tinggi.

Dengan demikian surat ini saya buat dengan sebenarnya dalam keadaan sadar, agar
dapat dipergunakan seperlunya.

Sungai Penuh, Desember 2021


Saya menyatakan,

Materai 6000
LANDO JULITRA

i
PERSETUJUAN SKRIPSI

Dengan ini pembimbing skripsi dan ketua Program Studi Ekonomi

Pembangunan menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh :


NAMA : LANDO JULITRA
NPM : 1710602010022

PROGRAM STUDI : EKONOMI PEMBANGUNAN

JUDUL SKRIPSI : PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL


BRUTO ATAS DASAR HARGA KONSTAN DAN
JUMLAH PENGANGGURAN TERHADAP
GARIS KEMISKINAN DI KABUPATEN MUARO
JAMBI TAHUN 2011-2020

Telah disetujui dan disahkan sesuai dengan prosedur, ketentuan dan kelaziman

yang berlaku dalam ujian komprehensif dan ujian skripsi pada tanggal

24 Oktober 2021.

Sungai Penuh, 01 Desember 2021

Pembimbing I Pembimbing II

OSI HAYUNI PUTRI, S.E.,M.E MARYANTO, S.E., M.S.Ak NIDN : 10


290985 02 NIDN : 10 240274 01

Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan

HEPPI SYOFYA, S.E.,M.Si


NIDN : 10 290388 01

i
i
Hari : Rabu

Tanggal : 24 Oktober 2021

Pukul : 16.00 wib


Tempat
: Ruang Ujian Skripsi STIE Sakti Alam Kerinci.

TIM PENGUJI

Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua : H.M. AFDHAL CHATRA, P., S.E., M.EC. Dev


PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi dan

Komprehensif Program Studi Ilmu Ekonomi Pembangunan Sekolah

Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Sakti Alam Kerinci Sungai Penuh

pada :

Sekretaris : YELNIM, S.S, M.Hum

Penguji Utama : Hj. MASRIDA ZASRIATI, S.E., M.Si

Penguji Pendamping : DEWI ERNITA, S.E., M.E

Penguji Anggota I : OSI HAYUNI PUTRI, S.E., M.E

Penguji Anggota II : MARYANTO, S.E., M.S.Ak

Mengetahui : Disahkan Oleh :


KETUA STIE KETUA PROGRAM STUDI
SAKTI ALAM KERINCI EKONOMI PEMBANGUNAN

GAMPO HARYONO, S.E., M.M HEPPI SYOFYA, S.E.,M.Si


NIDN : 02 280787 01 NIDN : 10 290388 01

THE EFFECT OF GROSS REGIONAL DOMESTIC PRODUCTS ON CONSTANT


PRICES AND TOTAL UNEMPLOYMENT ONPOVERTY LINE

i
ii
IN MUARO JAMBI REGENCY
YEAR 2011-2020

LANDO JULITRA

Main Supervisor : OSI HAYUNI PUTRI, S.E.,M.E Vice Supervisor : MARYANTO,


S.E., M.S.Ak

Study Program : Development Economics


Sakti Alam Kerinci School of Economics, Sungai Penuh

ABSTRACT

This study uses a type of causality research that belongs to the quantity
approach. This study uses secondary data, and uses the independent variable,
namely DRB ADHK (X1), Total Unemployment (X2) and the dependent variable,
namely the Poverty Line (Y) in Muaro Jambi Regency for 10 years starting from
2011-2020. The time used in this research is 3 months (July-September) 2021.
From the results of the analysis and discussion, it can be concluded as follows: 1.
Simultaneously the GDP of Adhk and the number of unemployed have a
significant effect on the poverty line in Muaro Jambi Regency in 2011 -2020 with t
count > t table and F count > F table. Partially, ADHK's GRDP has a significant
effect on the poverty line in Muaro Jambi Regency in 2011-2020 because the
value of -t-count > -t-table. While the number of unemployed partially does not
significantly affect the poverty line in Muaro Jambi Regency in 2011-2020
because the value of t-count > t-table. 2. The magnitude of the simultaneous
influence between the variables of GDP adhk and the number of unemployed on
the poverty line in Muaro Jambi Regency in 2011-2020 is 82.9% while the
remaining 17.1% is influenced by other factors not examined in this study. While
partially the influence of the GDP of Adhk on the poverty line in Muaro Jambi
Regency in 2011-2020 is 83.356% and the magnitude of the influence of the
variable number of unemployed on the poverty line in Muaro Jambi Regency in
2011-2020 is -0,4752%.

Keywords: GRDP of ADHK, Total Unemployment, Poverty.

PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ATAS DASAR


HARGA KONSTAN DAN JUMLAH PENGANGGURAN TERHADAP
GARIS KEMISKINAN DI KABUPATEN MUARO JAMBI

i
v
TAHUN 2011-2020

LANDO JULITRA

Pembimbing Utama : OSI HAYUNI PUTRI, S.E., M.E


Pembimbing Pendamping : MARYANTO, S.E., M.S.Ak

Program Studi : Ekonomi Pembangunan


Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Sakti Alam Kerinci, Sungai Penuh

ABSTRAK

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kausalitas yang tergolong dalam


pendekatan kuantitas. Penelitian ini menggunakan data sekunder, dan
menggunakan variabel bebas yaitu DRB ADHK (X1), Jumlah Pengangguran (X2)
dan variabel terikat yaitu Garis Kemiskinan (Y) di Kabupaten Muaro Jambi
selama 10 tahun terhitung mulai dari 2011-2020. Waktu yang digunakan dalam
penelitian ini selama 3 bulan (Juli-September) 2021. Dari hasil analsis dan
pembahasan, maka dapat di simpulkan sebagai berikut : 1. Secara simultan pdrb
adhk dan jumlah pengangguran berpengaruh secara signifikan terhadap garis
kemiskinan di Kabuapaten Muaro Jambi tahun 2011-2020 dengan t hitung > t
tabel dan F hitung > F tabel. Secara parsial bahwa PDRB ADHK berpengaruh
secara signifikan terhadap garis kemiskinan di Kabuapaten Muaro Jambi tahun
2011-2020 karena nilai t-hitung > t-tabel. Sedangkan jumlah pengangguran secara
parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap garis kemiskinan di
Kabuapaten Muaro Jambi tahun 2011-2020 karena nilai -t-hitung > -t-tabel. 2.
Besar pengaruh secara simultan antara variabel variabel pdrb adhk dan jumlah
pengangguran terhadap garis kemiskinan di Kabuapaten Muaro Jambi tahun 2011-
2020 adalah 82,9% sedangkan sisanya sebesar 17,1% dipengaruhi oleh faktor lain
yang tidak di teliti di dalam penelitian ini. Sedangkan secara parsial besarnya
pengaruh pdrb adhk terhadap garis kemiskinan di Kabuapaten Muaro Jambi tahun
2011-2020 adalah sebesar 83,356% dan besarnya pengaruh variabel jumlah
pengangguran terhadap garis kemiskinan di Kabuapaten Muaro Jambi tahun 2011-
2020 adalah -0,4752%.

Kata kunci : PDRB ADHK, Jumlah Pengangguran, Kemiskinan.

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan

karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini, dengan judul

‘PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ATAS DASAR

HARGA KONSTAN DAN JUMLAH PENGANGGURAN TERHADAP GARIS

KEMISKINAN DI KABUPATEN MUARO JAMBI TAHUN 2011-2020”.

Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Sakti Alam

Kerinci. Dalam kesempatan ini penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih

kepada yang terhormat :

1. Bapak Gampo Haryono, S.E., M.M selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi

(STIE) Sakti Alam Kerinci.

2. Bapak H. M. Afdhal Chatra. P, S.E., M.Ec. Dev. selaku Wakil Ketua I (Satu)

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Sakti Alam Kerinci.

3. Ibu Dona Elvia Desi, S.E., M.M Selaku Wakil Ketua II (Dua) Sekolah Tinggi Ilmu

Ekonomi (STIE) Sakti Alam Kerinci.

4. Bapak Dr. Indra Budaya, S.E., M.M Selaku Wakil Ketua III (Tiga) Sekolah Tinggi

Ilmu Ekonomi (STIE) Sakti Alam Kerinci.

5. Ibu Heppi Syofya, S.E., M.Si selaku Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Sakti Alam Kerinci.

6. Ibu Osi Hayuni Putri, S.E.,M.E selaku pembimbing utama yang telah membimbing

penulis.

7. Bapak Maryanto, S.E., M.S.Ak selaku pembimbing pendamping yang telah

membantu penulis.

v
i
8. Kedua orang tua saya yang tercinta yang telah memberi segala dorongan, arahan,

kesabaran dan pengorbanannya selama ini, sehingga dapat menyelsaikan studi

dengan baik.

9. Teman-teman di Sekolah Tinggi Imu Ekonomi (STIE) Sakti Alam Kerinci yang

telah pernah memberikan dukungan dan ide-ide sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan baik.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari segala kekurangan, untuk

itu saran dan kritik yang sifatnya membangun dari pembaca sangat diharapkan demi

perbaikan kedepannya.

Sungai Penuh, Desember 2021

Penulis

LANDO JULITRA
NPM : 1710602010022

DAFTAR ISI

v
ii
Halaman

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ......................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................iii

ABSTRACT ................................................................................................................iv

ABSTRAK .................................................................................................................v

KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi

DAFTAR ISI........................................................................................................ viii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang Penelitian …...….………………………….………. 1

1.2. Rumusan Masalah…….…..……………….…………....……............ 9

1.3. Tujuan Penelitian .…………..…….………….................................... 9

1.4. Manfaat Penelitian …..…….…….…………………..……….......... 10

BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA KONSEPTUAL DAN

HIPOTESIS ……………………………………………...………....…. 11

2.1. Kajian Teoritis .………………...………......…….……….............. 11

2.1.1. Pembangunan Ekonomi ...........................................................11

2.1.2. Perencanaan Pembangunan ………….………….........……....12

2.1.3. Kemiskinan ............................................................................. 13

2.1.3.1. Jumlah Penduduk Miskin ........................................... 13


2.1.3.2. Tingkat Kemiskinan ................................................... 14

v
iii
2.1.3.3. Garis Kemiskinan ........................................................15

2.1.3.4. Indikator Kemiskinan ................................................. 17

2.1.3.5. Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan .................. 17

2.1.4. PDRB ...................................................................................... 20

2.1.4.1 Pengertian PDRB ........................................................ 20

2.1.4.2. PDRB AtasDasar Harga Konstan (ADHK) ............... 20

2.1.4.3. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) ................21

2.1.4.4. Indikator PDRB ......................................................... 22

2.1.4.5. Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto Terhadap

Garis Kemiskinan ....................................................... 24

2.1.5. Pengangguran ......................................................................... 25

2.1.5.1. Jumlah Pengangguran ................................................ 25

2.1.5.2. Tingkat Pengangguran ............................................... 27

2.1.5.3. Angkatan Kerja .......................................................... 28

2.1.5.4. Indikator Pengangguran ............................................. 28

2.1.5.5. Faktor Yang Mempengaruhi Pengangguran .............. 32

2.1.5.6. Pengaruh Jumlah Pengangguran Terhadap Garis

Kemiskinan ................................................................ 32

2.1.6. Pengaruh PDRB ADHK dan Jumlah Pengangguran

Terhadap Garis Kemiskinan ................................................. 33

2.2. Penelitian Terdahulu ……..………… …..……………..……..….... 36

2.3. Kerangka Konseptual ………….……………………...………...…. 41

2.4. Hipotesis Penelitian …………………………………..….………… 42

i
x
BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................... 43

3.1. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 43

3.2. Jenis Data …………….…………………......................……........... 43

3.3. Sumber Data ...................................................................................... 43

3.4. Teknik Pengumpulan Data ……………............................................ 43

3.5. Definisi Opersional Variabel ............................................................ 44

3.6. Metode Analisis Data ........................................................................ 44

3.7. Alat Analisis....................................................................................... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 49

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian ........................................................... 49

4.1.1 Gambaran Umum Daerah Kabupaten Muaro Jambi ............. 49

4.1.2 Letak Adminsitrasi Kabupaten Muaro Jambi ........................ 50

4.1.3 Visi Misi Daerah Kabupaten Muaro Jambi ........................... 51

4.2. Deskripsi Data Penelitian .............................................................. 56

4.2.1 Pertumbuhan PDRB ADHK ................................................. 56

4.2.1 Pertumbuhan Jumlah Pengangguran ...................................... 57

4.2.3 Pertumbuhan Garis Kemiskinan ............................................ 58

4.3. Analisis Data ................................................................................. 59

4.3.1 Analisis Regresi Linier Berganda .......................................... 59

4.3.2 Besar Pengaruh Variabel PDRB ADHK (X1) dan

Jumlah Pengangguran (X2) Terhadap Garis Kemiskinan (Y) 61

4.3.2.1 Besar Pengaruh Secara Simultan ................................. 61

4.3.2.2 Besar Pengaruh Secara Parsial ..................................... 62

4.3.4 Pengujian Hipotesis .............................................................. 62

x
4.3.4.1 Hipotesis Uji F .......................................................... 62

4.3.4.2 Hipotesis Uji t ........................................................... 63

4.4. Pembahasan Hasil Penelitian ......................................................... 64

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan ................................................................................... 68

5.2. Saran ............................................................................................. 69

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 70

LAMPIRAN ..............................................................................................................73

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1. Garis Kemiskinan di Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2010-2019 ............ 5

Tabel 1.2. PDRB ADHK, di Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2010-2020 ................. 6

Tabel 1.3. Jumlah Pengangguran di Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2010-2019 ...... 7

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu ................................................................................ 39

Tabel 4.1. Jumlah Desa dan Kelurahan Menurut Kecamatan di Kabupaten

Muaro Jambi Tahun 2020 ........................................................................ 50

Tabel 4.2. Pertumbuhan PDRB ADHK di Kabupaten Muaro Jambi

Tahun 2011-2020 ...................................................................................... 56

Tabel 4.3. Pertumbuhan Jumlah Pengangguran di Kabupaten Muaro Jambi

Tahun 2011-2020....................................................................................... 57

Tabel 4.4. Pertumbuhan Garis Kemiskinan di Kabupaten Muaro Jambi

Tahun 2011-2020 ..................................................................................... 58

Tabel4.5. Log X1, Log X2 dan Log Y 59

Tabel 4.6. Analisis Regresi ....................................................................................... 60

x
i
Tabel 4.7 Besar Pengaruh Secara Simultan .............................................................. 61

Tabel 4.8. Hasil Analisis F Hitung ............................................................................ 62

Tabel 4.9. Pengaruh Secara Parsial ........................................................................... 63

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual ........................................................................... 41


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data SPSS ............................................................................................. 74

Lampiran 2. Output SPSS ......................................................................................... 75

Lampiran 3. t Tabel.................................................................................................... 77

Lampiran 4. F Tabel................................................................................................... 78

Lampiran 5. Data Penelitian ..................................................................................... 79

x
ii
x
iii
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pembangunan merupakan suatu orientasi dan kegiatan usaha yang tanpa

akhir. Proses pembangunan yang sebenarnya adalah merupakan suatu perubahan

sosial ekonomi. Pembangunan agar dapat menjadi suatu proses yang dapat

bergerak maju atau kekuatan sendiri tergantung kepada manusia dan struktur

sosialnya. Tujuan pembangunan ekonomi adalah peningkatan kesejahteraan

masyarakat yang merata. Pemerataan pembangunan adalah pemerataan

pembangunan pusat dan daerah seperti yang diharapkan dalam penyelenggaraan

otonomi daerah.

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana Pemerintah Daerah

dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola

kemitraan antara Pemerintah Daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan

suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi

(pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut. Sebagai tolak ukur keberhasilan

pembangunan dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi dan

semakin kecilnya ketimpangan pendapatan antar penduduk, antar daerah dan antar

sektor. Namun pada kenyataanya bahwa pertumbuhan ekonomi tidak selamanya

diikuti pemerataan secara memadai.

Pertumbuhan ekonomi atau peningkatan PDRB merupakan salah satu ukuran dan

indikasi penting untuk menilai keberhasilan dari pembangunan ekonomi suatu

daerah ditinjau dari sisi ekonominya. Namun demikian tingginya

1
2

PDRB tidak menjamin bahwa seluruh penduduk disuatu wilayah telah menikmati

kemakmuran. PDRB hanya merupakan gambaran secara umum dari kesejahteraan

masyarakat.

Thamrin (2001:17) membaiknya indikator pertumbuhan ekonomi

diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap masalah kemiskinan yang

menjadi isu penting. PDRB sering digunakan sebagai indikator pembangunan.

Semakin tinggi PDRB suatu daerah, maka semakin besar pula potensi sumber

penerimaan daerah tersebut dikarenakan semakin besar pendapatan masyarakat

daerah tersebut. Hal ini berarti juga semakin tinggi PDRB semakin sejahtera

penduduk suatu wilayah. Dengan kata lain jumlah penduduk miskin akan

berkurang. PDRB merupakan data statistik yang merangkum perolehan nilai

tambah yang tercipta akibat proses peroduksi baik barang ataupun jasa di suatu

wilayah/region pada satu periode tertentu, biasanya setahun atau triwulan tanpa

memperhatikan asal/domisili pelaku produksinya PDRB merupakan salah satu

indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat

perkembangan dan steruktu perekopnomian di suatu daerah.

Pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang merupakan motor utama untuk

meningkatkan standar hidup secara umum. Bagi masyarakat yang menikmatinya,

pertumbuhan ekonomi merupakan senjata ampuh untuk mengatasi pengangguran.

Laju pertumbuhan yang cepat membuat upaya mengurangi pengangguran secara

politik lebih diterima. Pertumbuhan ekonomi akan menaikkan permintaan

terhadap output, menaikkan kapasitas produktif para pekerja, dan membuka

lapangan baru. Semua akan bermuara pada peningkatan pendapatan para pekerja.

Pendapatan yang meningkat akan berdampak pada peningkatan pengeluaran,

seperti pengeluaran terhadap penduduk, kesehatan dan pengembangan keahlian

(pengurangan kemiskinan dan pengangguran). Menurut BPS (2020:5) garis


3

kemiskinan (GK) mencerminkan nilai rupiah pengeluaran minimum yang

diperlukan seseorang untuk memenuhi kebutuhan pokok hidupnya selama

sebulan, baik kebutuhan makanan maupun non-makanan.

GK terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan

NonMakanan (GKNM).

Menurut Tambunan (2011:128), ada suatu korelasi menemukan bahwa terdapat

hubungan yang negatif antara pertumbuhan ekonomi yang diukur dari

perkembangan PDRB terhadap kemiskinan. Kenaikan pertumbuhan ekonomi akan

menurunkan tingkat kemiskinan. Hubungan ini menunjukkan pentingnya

mempercepat pertumbuhan ekonomi untuk menurunkan tingkat kemiskinan.

Demikian juga dengan Hukum Okun’s, yang mengatakan adanya hubungan

negatif antara pertumbuhan ekonomi dan pengangguran. Dengan artian jika

pertumbuhan ekonomi naik maka pengangguran akan menurun. Namun nyatanya

pertumbuhan ekonomi yang meningkat tidak diimbangi dengan peningkatan

jumlah lapangan pekerjaan yang tercipta, sehingga mengakibatkan masih

tingginya angka pengangguran yang akan meningkatnya angka kemiskinan.

Menurut Supriatna (2003:56) menyatakan bahwa kemiskinan adalah

situasi yang serba terbatas yang terjadi bukan atas kehendak orang yang

bersangkutan. Suatu penduduk dikatakan miskin bila ditandai oleh rendahnya

tingkat pendidikan, produktivitas kerja, pendapatan, kesehatan dan gizi serta

kesejahteraan hidupnya, yang menunjukkan lingkaran ketidakberdayaan.

Pengertian kemiskinan dalam arti luas adalah keterbatasan yang disandang

oleh seseorang, sebuah keluarga, sebuah komunitas, atau bahkan sebuah negara

yang menyebabkan ketidaknyamanan dalam kehidupan, terancamnya penegakan

hak dan keadilan, terancamnya posisi tawar (bargaining) dalam pergaulan dunia,

hilangnya generasi, serta suramnya masa depan bangsa dan negara. Negara-negara
4

maju yang lebih menekankan pada “kualitas hidup” yang dinyatakan dengan

perubahan lingkungan hidup melihat bahwa laju pertumbuhan industri tidak

mengurangi bahkan justru menambah tingkat polusi udara dan air, mempercepat

penyusutan sumber daya alam, dan mengurangi kualitas lingkungan. Sementara

untuk negara-negara yang sedang berkembang, pertumbuhan ekonomi yang relatif

tinggi pada tahun 1960 sedikit sekali pengaruhnya dalam mengurangi tingkat

kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dapat mencerminkan

keberhasilan pembangunan pada wilayah tersebut.

Apabila suatu wilayah dapat meningkatkan laju pertumbuhan ekonominya maka

wilayah tersebut dapat dikatakan sudah mampu melaksanankan pembangunan

ekonomi dengan baik. Akan tetapi yang masih menjadi masalah dalam

pembangunan ekonomi ini adalah apakah pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada

suatu wilayah sudah merata diseluruh lapisan masyarakat. Harapan pertumbuhan

ekonomi yang tinggi akan dapat meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat.

Menurut Dartanto dan Nurkholis (2013:12) faktor-faktor penentu dinamika

kemiskinan di Indonesia antara lain pendapatan (PDRB), pendidikan, aset fisik,

pengangguran, guncangan kesehatan dan perubahan pada sektor pekerjaan.

Menurut Sharp et al. dalam Kuncoro (2004:7) terdapat tiga penyebab kemiskinan

jika dipandang dari sisi ekonomi. Pertama, secara mikro kemiskinan muncul

karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya yang menimbulkan

distribusi pendapatan yang timpang. Penduduk miskin hanya memiliki sumber

daya dalam jumlah terbatas dan kualitasnya rendah. Kedua, kemiskinan muncul

akibat perbedaan dalam kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya

manusia yang rendah berarti produktivitasnya rendah, yang pada gilirannya

mengakibatkan angka pengangguran yang cenderung meningkat. Rendahnya

kualitas sumber daya manusia ini karena rendahnya pendidikan, nasib yang
5

kurang beruntung, adanya diskriminasi, atau karena keterunan. Ketiga,

kemiskinan muncul akibat perbedaan akses dalam modal.

Sukirno (2000:122) mengatakan bahawa, pertumbuhan ekonomi dapat dikatakan

ketika kenaikan PDRB tanpa memandang kenaikan itu lebih besar maupun lebih

kecil. Sehingga ketika PDRB menurun akan berdampak kepada menurunnya

kualitas dan konsumsi rumah tangga. Dan ketika pendapatan masyarakat

berkurang makan banyak rumah tangga yang menjadi miskin yang berakibat pada

perubahan pola makanan pokok nya menjadi bahan pokok yang murah dan

dengan jumlah yang berkurang. Menurut Sukirno (2000:124), pengangguran akan

menimbulkan efek mengurangi pendapatan masyarakat, dan itu akan mengurangi

tingkat kemakmuran yang telah tercapai. Semakin turun tingkat kemakmuran,

maka masalah lain yaitu kemiskinan akan muncul. Pada tabel berikut ini dapat

dilihat kondisi garis kemiskinan di Kabupaten

Muaro Jambi tahun 2011-2020.

Tabel 1.1.
Garis Kemiskinan di Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2011-2020
Garis Kemiskinan
Tahun
(Rupiah)
2011 2.611.908
2012 2.702.028
2013 2.805.276
2014 2.863.404
2015 2.941.476
2016 3.071.016
2017 3.551.796
2018 4.242.996
2019 4.504.464
2020 4.909.248
Sumber : BPS, Muaro Jambi 2021.
6

Garis kemiskinan di Kabupaten Muaro Jambi sepertinya sudah mengalami

peningkatan selama periode tahun 2011-2020, dimana pada tahun 2011 penduduk

yang berada dibawah garis kemiskinan sebesar Rp. 2.611.908 mampu meningkat

menjadi Rp. 4.909.248 pada tahun 2020.

PDRB yang menjadi ukuran perekonomian menunjukkan

perkembangannya di Kabupaten Muaro Jambi yang selalu mengalami

peningkatan setiap tahun seperti yang terlihat pada tabel 1.2. berikut.

Tabel 1.2.
PDRB ADHK, di Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2011-2020
PDRB ADHK
Tahun
(Milyar Rupiah)
2011 10.134,02
2012 10.866,52
2013 11.643,60
2014 12.578,25
2015 13.238,01
2016 13.964,19
2017 14.655,06
2018 15.389,57
2019 16.151,72
2020 16.194,86
Sumber : BPS, Muaro Jambi 2021.

PDRB ADHK di Kabupaten Muaro Jambi selalu mengalami

perkembangan yang positif selama periode penelitian, meskipun pada tahun 2020

dimana banyak daerah di Indonesia mengalami penurun perekonomian akibat

pandemi Covid-19, namun hal ini tidak begitu berdampak dengan perekonomian

di Kabupaten Muaro Jambi dengan PDRB ADHK yang tetap meningkat meski

tidak begitu tinggi yaitu dari Rp. 16.151,72 Milyar tahun 2019 menjadi Rp.
7

16.194,86 Milyar tahun 2020. Hal ini menandakan bahwa perekonomian di

Kabupaten Muaro Jambi dapat bertahan dalam kondisi krisis.

Pengangguran bisa disebabkan oleh bertambahnya angkatan kerja baru yang

terjadi tiap tahunnya, sementara itu penyerapan tenaga kerja tidak bertambah.

Selain itu adanya industri yang bangkrut sehingga harus merumahkan tenaga

kerjanya. Hal ini berarti, semakin tinggi jumlah pengangguran maka akan

meningkatkan jumlah penduduk miskin. Jika jumlah pengangguran tinggi, berarti

banyak masyarakat yang tidak memiliki pendapatan untuk memenuhi

kebutuhannya sehingga mengakibatkan harus mengurangi kebutuhan.

Tabel 1.3.
Jumlah Pengangguran di Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2011-2020
Jumlah Pengangguran
Tahun
(Jiwa)
2011 10.452
2012 3.614
2013 4.305
2014 7.429
2015 9.510
2016 10.184
2017 10.276
2018 9.464
2019 10.302
2020 11.184
Sumber : BPS, Muaro Jambi 2021.

*Data tahun 2016 dicari dengan rata-rata pertumbuhan.

Dari tabel 1.3. diatas jumlah pengangguran di Kabupaten Muaro Jambi

berfluktuasi setiap tahun dengan angka tertinggi terjadi di tahun 2020 sebanyak

11.184 jiwa dan angka terendah di tahun 2012 sebesar 3.614 jiwa.
8

Dapat dilihat dari tabel 1.1 sampai 1.3. di atas, terdapat fenomena yang terlihat

bahwa penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan yang mengalami

peningkatan diikuti dengan kenaikan PDRB ADHK. Kondisi lain terjadi pada

masalah pengangguran dimana semestinya jika garis kemiskinan meningkat

seharusnya dapat menurunkan angka pengangguran, tetapi kondisi yang terjadi

malah pada saat garis kemiskinan dan PDRB meningkat justru jumlah

pengangguran juga meningkat seperti yang terjadi pada tahun 2017-2020. Dimana

pada saat garis kemiskinan dan PDRB ADHK meningkat pengangguran juga

meningkat dari 10.276 jiwa tahun 2017 meningkat menjadi 11.184 jiwa tahun

2020.

Dari data-data diatas menjadi fenomena yang akan diteliti lebih lanjut

dalam penelitian ini, dimana secara teori adanya hubungan dari variabel PDRB

dan pengangguran terhadap kemiskinan.

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulisan tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul : “Pengaruh PDRB ADHK Dan Jumlah

Pengangguran Terhadap Garis Kemiskinan Di Kabuapaten Muaro Jambi Tahun

2011-2020”.

1.2. Rumusan Masalah

Dari permasalahan diatas muncul pertanyaan yang perlu mendapat

jawaban dari penelitian ini yaitu :

1. Apakah terdapat pengaruh PDRB ADHK dan Jumlah Pengangguran terhadap

Garis Kemiskinan di Kabuapaten Muaro Jambi Tahun 2011-2020 secara

simultan dan parsial ?

2. Berapa besarkah pengaruh PDRB ADHK dan Jumlah Pengangguran terhadap

Garis Kemiskinan di Kabuapaten Muaro Jambi Tahun 2011-2020 secara

simultan dan parsial ?.


9

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh PDRB ADHK dan Jumlah Pengangguran terhadap

Garis Kemiskinan di Kabuapaten Muaro Jambi Tahun 2011-2020 secara

simultan dan parsial ?

2. Untuk menghitung besarnya pengaruh PDRB ADHK


dan Jumlah

Pengangguran terhadap Garis Kemiskinan di Kabuapaten Muaro Jambi Tahun

2011-2020 secara simultan dan parsial.

1.4. Manfaat Penelitian

Dari rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah diuraikan di

atas,maka penelitian ini diharapkan akan dapat bermanfaat :

1. Manfaat Akademis

a. Bagi penelitian yang mengadakan penelitian yang sama semoga penelitian

ini menjadi bahan referensi bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian

yang sama

b. Bagi penulis sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana

ekonomi di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Sakti Alam Kerinci.

2. Manfaat Praktis

Dapat memberikan data dan informasi serta gambaran mengenai pengaruh

PDRB ADHK dan Jumlah Pengangguran Terhadap Garis Kemiskinan di

Kabuapaten Muaro Jambi Tahun 2011-2020 dan dapat dipergunakan sebagai


bahan masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan lansung dengan

penelitian ini.
10

BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

2.1. Kajian Teori

2.1.1. Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi adalah sebuah proses yang bertujuan untuk meningkatkan

pendapatan perkapita penduduk atau masyarakat disebuah negara dalam jangka

panjang yang disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi dan

pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu negara. Pembangunan ekonomi

tersebut akan memberikan perubahan pada masyarakat, baik itu dari sisi teknologi,

mindset masyarakat, maupun kelembagaan.

Menurut Suryana (2000:12) pembangunan adalah suatu perubahan untuk

mencapai tujuan tertentu. Usaha-usaha pembangunan diarahkan pada perbaikan

tingkat hidup, harga diri, dan kebebasan. Tujuannya adalah usaha-usaha untuk

mencapai arah yang lebih baik dimasa yang akan datang dan proses transformasi

struktural yaitu suatu proses dari pembangunan yang dilakukan oleh manusia dari

kebutuhan primer, sekunder, dan tersier menjadi kebutuhan pokok dalam arti

kebutuhan suatu barang yang semula dianggap mewah menjadi kebutuhan biasa.

Menurut Todaro (2000 : 41) berpendapat bahwa pembangunan ekonomi adalah

kapasitas perekonomian nasional, yang kondisi ekonomi awalnya kurang lebih

berada dalam keadaan statis untuk jangka waktu yang lama, untuk menghasilkan

dan mempertahankan tingkat kenaikan produk nasional kotor (PNK) sekitar 5

sampai 7% atau lebih setahun.

12
Menurut Badrudin (2009 : 28) pengertian pembangunan dijabarkan oleh para ahli

sebagai berikut : Siagian (2004 : 21) memberikan pengertian tentang


11

pembangunan sebagai suatu usaha untuk rangkaian pertumbuhan dan perubahan

yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa (nation building).

Sedangkan Kartasasmita (2004 : 37) memberikan pengertian yang lebih sederhana

yaitu sebagai suatu proses perubahan kearah yang lebih baik melalui upaya yang

dilakukakan secara terencana.

Dari uraian diatas dapat peneliti simpulkan bahwa dalam pengertian

pembangunan ekonomi yang dijadikan pedoman adalah sebagai suatu proses yang

menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam

jangka panjang.

2.1.2. Perencanaan Pembangunan

Secara umum perencanaan pembangunan adalah cara atau teknik untuk

mencapai tujuan yang diinginkan dalam proses pembangunan sehingga mampu

mewujudkan masyarakat yang maju, makmur dan sejahtera.

Menurut Lewis dalam Sjafrizal (2009 : 15) perencanaan pembangunan

merupakan tahap awal dalam proses pembangunan dengan demikian perencanaan

pembangunan menjadi pedoman dan dasar dalam pelaksanaan pembangunan.

Menurut Riyadi dan Bratakusumah (2004 : 7) perencanaan pembangunan adalah

suatu proses perumusan alternatif-alternatif atau keputusan-keputusan yang

didasarkan pada data-data pada fakta-fakta yang akan digunakan sebagai bahan

untuk melaksanakan suatu rangkaian kegiatan/aktivitas kemasyarakatan, baik

yang bersifat fisik (material) maupun nonfisik (mental dan spiritual) dalam rangka

mencapai tujuan yang lebih baik.

Menurut Tjokroamidjojo dalam Syafalevi (2011 : 28) perencanaan dalam arti

seluas-luasnya merupakan suatu proses mempersiapkan secara sistematis

kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Perencanaan


12

adalah suatu cara bagaimana mencapai tujuan sebaik-baiknya dengan

sumbersumber yang ada supaya efektif dan efesien.

Dari penelitian diatas dapat peneliti simpulkan bahwa perencanaan pembangunan

adalah suatu proses bersenambung yang mencakup keputusankeputusan atau

pilihan-pilihan sebagai alternatif penggunaan sumber daya dalam mengendalikan

suatu perekonomian untuk mencapai sasaran dan tujuan tertentu dalam jangka

waktu agar mencapai tujuan-tujuan pada yang akan datang.

2.1.3. Kemiskinan

2.1.3.1. Jumlah Penduduk Miskin

Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per

kapita perbulan di bawah Garis Kemiskinan (GK), yang diperoleh dari hasil survei

(sampel). Angka kemiskinan yang dirilis BPS merupakan data makro dan

merupakan hasil Susenas (Survey Sosial Ekonomi Nasional) yang menunjukkan

persentase penduduk miskin terhadap jumlah penduduk dalam suatu wilayah.

Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi

kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan

dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan

dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Jadi

Penduduk Miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita

perbulan dibawah garis kemiskinan.

Menurut Suryawati, (2005:6) kemiskinan dapat di lihat dari ciri-ciri kelompok

penduduk sebagai berikut :

1. Mempunyai pendidikan yang rendah

2. Kebanyakan mempunyai usaha sendiri atau bekerja dalam sektor informal,

yang sifatnya kecil


13

3. Tidak mempunyai faktor produksi sendiri misalnya tanah, keterampilan dan

peralatan untuk bekerja

4. Kurangnya memperoleh fasilitas umum.

2.1.3.2. Tingkat Kemiskinan

Mankiw (2012:89) tingkat kemiskinan adalah persentase pada populasi

dengan keluarga yang pendapatannya berada pada tingkat absolut. Garis

kemiskinan ditentukan oleh pemerintah dan disesuaikan sekitar setiap tahun untuk

menjelaskan perubahan pada tingkat harga dan tergantung pada ukuran keluarga.

Kemiskinan adalah keadaan saat ketidak mampuan untuk memenuhi

kebutuhan dasar seperti makan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan

kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelagkaan alat pemenuh kebutuhan

dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan.

Suryawati (2005 : 122) secara umum, kemiskinan diartikan sebagai kondisi

ketidakmampuan pendapatan dalam mencukupi kebutuhan pokok sehingga kurang

mampu untuk menjamin kelangsungan hidup. Sedangkan menurut badan pusat

statistik dan Departemen sosial (2002 : 3-4) kemiskinan adalah ketidakmampuan

individu dalam memenuhi kebutuhan dasar minimum untuk hidup layak.

2.1.3.3. Garis Kemiskinan

BPS (2004:121) garis kemiskinan merupakan salah satu indikator kemiskinan

yang menyatakan rata-rata pengeluaran makanan dan non-makanan per kapita

pada kelompok referensi (reference population) yang telah ditetapkan. Kelompok

referensi ini didefinisikan sebagai penduduk kelas marjinal, yaitu mereka yang

hidupnya dikategorikan berada sedikit di atas garis kemiskinan.

Garis Kemiskinan merupakan representasi dari rupiah yang diperlukan atau harga

yang dibayarkan agar penduduk dapat hidup layak secara minimum yang
14

mencakup pemenuhan kebutuhan minimum makanan (setara dengan 2.100

kilokalori per kapita per hari) dan non makanan essential.

Menurut BPS (2016:4) kemiskinan adalah ketidakmampuan dari sisi ekonomi,

materi dan fisik untuk mencukupi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan

yang diukur dengan pengeluaran. Ukuran kemiskinan yaitu menggunakan Garis

kemiskinan. Yang terdiri dari garis kemiskinan makanan (GKM), dan garis

kemiskinan non makanan (GKNM). Garis kemiskinan makanan adalah nilai

pengeluaran yang di hasilkan dari nilai kebutuhan minimum makanan yang di

hitung dalam 2.100 kalori perkapita per hari, sedangkan garis kemiskinan non

makanan di hitung dari kebutuhan minimum untuk sandang, pendidikan, dan

kesehatan dan kebutuhan dasar lainya.

Garis Kemiskinan (GK) merupakan penjumlahan dari Garis Kemiskinan

Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). Penduduk yang

memiliki rata-rata pengeluaran perkapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan

dikategorikan sebagai penduduk miskin.

A. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan

minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kilokalori perkapita perhari.

Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi

(padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran,

kacangkacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll)

B. Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum untuk

perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan

dasar non makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis

komoditi di pedesaan.

Rumus Penghitungan :

GK = GKM + GKNM
15

Dimana :

GK = Garis Kemiskinan GKM = Garis

Kemiskinan Makanan GKNM = Garis

Kemiskinan Non Makan.

Teknik penghitungan GKM :

1. Tahap pertama adalah menentukan kelompok referensi (reference populaion)

yaitu 20 persen penduduk yang berada diatas Garis Kemiskinan Sementara

(GKS). Kelompok referensi ini didefinisikan sebagai penduduk kelas marginal.

GKS dihitung berdasar GK periode sebelumnya yang di-inflate dengan inflasi

umum (IHK). Dari penduduk referensi ini kemudian dihitung Garis Kemiskinan

Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM).

2. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) adalah jumlah nilai pengeluaran dari 52

komoditi dasar makanan yang riil dikonsumsi penduduk referensi yang

kemudian disetarakan dengan 2100 kilokalori perkapita perhari. Patokan ini

mengacu pada hasil Widyakarya Pangan dan Gizi 1978. Penyetaraan nilai

pengeluaran kebutuhan minimum makanan dilakukan dengan menghitung

harga rata-rata kalori dari ke-52 komoditi tersebut.

2.1.3.4. Indikator Kemiskinan

Adisasmita (2005:193) indikator-indikator kemisinan yang digunakan

secara umum adalah tingkat upah pendapatan, konsumsi, mortalitas anak usia

balita, imunisasi, kekurangan gizi anak, tingkat fertilitas, tingkat kematian ibu,

harapan hidup rata-rata, tingkat penyerapan anak usia sekolah dasar, proporsi

pengeluaran pemerintah untuk pelayanan kebutuhan dasar masyarakat,

pemenuhan bahan pangan, air bersih, perkembangan penduduk, melek huruf,

urbanisasi, pendapatan perkapita dan distribusi pendapatan. Agar seseorang dapat

hidup dengan layak, perlu adanya pemenuhan kebutuhan tersebut.


16

2.1.3.5. Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan

Menurut Hartumo dan Aziz dalam Hudayana (2009:28-29) faktor yang

mempengaruhi kemiskinan yaitu :

1. Pendidikan yang terlampau rendah

Tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang kurang mempunyai

ketrampilan tertentu yang diperlukan di kehidupannya

2. Malas bekerja

Adanya sikap malas (bersikap pasif atau berstandar pada nasip) menyebabkan

seseorang bersikap acuh tak acuh dan tidak bergairah untuk berkerja

3. Keterbatasan sumber alam

Suatu masnyarakat akan dilanda kemiskinan apabila sumber alamnya tidak lagi

memberikan keuntungan bagi kehidupan mereka

4. Terbatasnya lapangan kerja

Keterbatasan lapangan kerja akan membawa konsekuensi kemiskinan bagi

masyarakat, karena banyaknya angkatan kerja yang tidak terserap oleh lapagan

pekerjaan yang akan berimplikasi kepada jumlah pengangguran yang ada

5. Keterbatasan modal

Seseorang miskin sebab mereka tidak mempunyai modal untuk melengkapi alat

mauoun bahan dalam rangka menerapkan ktrampilan yang mereka miliki

dengan suatu tujuan untuk memperoleh penghasilan.

6. Beban keluarga

Seseorang yang mempunyai anggota keluarga bannyak apabila tidak diimbangi

dengan usaha peningkatan pendapatan akan menimbukkan kemiskinan karena

semakin bnayak anggota keluarga akan semakin meningkat tuntukan atau

beban untuk hidup yang harus dipenuhi.

Menurut Sharp dalam Kuncoro (2010:28) terdapat tiga faktor penyebab


17

kemiskinan jika dipandang dari sisi ekonomi, yaitu :


1. Kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan

sumberdaya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang. Penduduk

miskin hanya memiliki sumberdaya yang terbatas dan kualitasnya rendah.

2. Kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas sumberdaya manusia.

Kualitas sumberdaya manusia yang rendah berarti produktifitanya rendah, yang

pada gilirannya upahnya rendah. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia ini

karena rendahnya pendidikan, nasib yang kurang beruntung, adanya

diskriminasi atau keturunan.

3. Kemiskinan muncul karena perbedaan akses dalam modal.

Menurut Rencana Kerja Pemerintah Bidang Prioritas Penanggulangan

Kemiskinan dalam Whisnu (2011:16), penyebab kemiskinan adalah pemerataan

pembangunan yang belum menyebar secara merata terutama di daerah pedesaan.

Penduduk miskin di daerah pedesaan pada tahun 2006 diperkirakan lebih tinggi

dari penduduk miskin di daerah perkotaan. Kesempatan berusaha di daerah

pedesaan dan perkotaan belum dapat mendorong penciptaan pendapatan bagi

masyarakat terutama bagi rumah tangga miskin. Penyebab yang lain adalah

masyarakat miskin belum mampu menjangkau pelayanan dan fasilitas dasar

seperti pendidikan, kesehatan, air minum dan sanitasi, serta transportasi. Gizi

buruk masih terjadi di lapisan masyarakat miskin. Hal ini disebabkan terutama

oleh cakupan perlindungan sosial bagi masyarakat miskin yang belum memadai.

Bantuan sosial kepada masyarakat miskin, pelayanan bantuan kepada masyarakat

rentan (seperti penyandang cacat, lanjut usia, dan yatim-piatu), dan cakupan

jaminan sosial bagi rumah tangga miskin masih jauh dari memadai.
18

2.1.4. PDRB

2.1.4.1. Pengertian PDRB

Menurut BPS (2011 : 38) PDRB adalah nilai tambah bruto yang timbul dari

seluruh sekstor perekonomian di daerah tersebut. Menghitung PDRB bertujuan

untuk membantu membuat kebijakan daerah atau perencanaan, evaluasi hasil

pembangunan, memberikan informasi yang dapat menggambarkan kinerja

perekonomian daerah.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator

penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah dalam suatu periode

tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan.

BPS (2011 : 38) PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah

yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu, atau

merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit

ekonomi pada suatu daerah.

2.1.4.2. PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK)

PDRB ADHK digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke

tahun, untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan/setiap

sektor dari tahun ke tahun. Data PDRB ADHK lebih menggambarkan

perkembangan produksi riil barang dan jasa yang dihasilkan oleh kegiatan

ekonomi daerah tersebut.

PDRB ADHK digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi secara riil dari

tahun ke tahun atau pertumbuhan ekonomi yang tidak dipengaruhi oleh faktor

harga.

2.1.4.3. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)

PDRB ADHB digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi.

PDRB ADHB menunjukkan pendapatan yang memungkinkan dapat dinikmati


19

oleh penduduk suatu daerah serta menggambarkan nilai tambah barang dan jasa

yang dihitung menggunakan harga pada setiap tahun.

PDRB ADHB menurut sektor menunjukkan peranan sektor ekonomi

dalam suatu daerah, sektor-sektor yang mempunyai peranan besar

menunjukkanbasis perekonomian suatu daerah. Dengan demikian PDRB secara

agregatif menunjukkan kemampuan suatu daerah dalam menghasilkan

pendapatan/balasjasa terhadap faktor produksi yang ikut berpartisipasi dalam

proses produksi di daerah tersebut.

Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga pasar adalah jumlah nilai

tambah bruto (gross value added) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian

di suatu wilayah. Nilai tambah adalah nilai yang ditambahkan dari kombinasi

faktor produksi dan bahan baku dalam proses produksi. Penghitungan nilai

tambah adalah nilai produksi (output) dikurangi biaya antara. Nilai tambah bruto

di sini mencakup komponen-komponen pendapatan faktor (upah dan gaji, bunga,

sewa tanah dan keuntungan), penyusutan dan pajak tidak langsung neto. Jadi

dengan menjumlahkan nlai tambah bruto dari masing-masing sektor dan

menjumlahkan nilai tambah bruto dari seluruh sektor tadi, akan diperoleh Produk

Domestik Regional Bruto atas dasar harga pasar.

PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa

yang dihitung menggunakan harga pada tahun berjalan, PDRB menurut harga

berlaku digunakan untuk mengetahui kemampuan sumber daya ekonomi,

pergeseran, dan struktur ekonomi suatu daerah.

2.1.4.4. Indikator Produk Domestik Regional Bruto

Menurut Adiatmojo (2003:57) menjelaskan pengertian PDRB adalah indikator

untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi suatu daerah secara sektoral,

sehingga dapat dilihat penyebab pertumbuhan ekonomi suatu wilayah


20

tersebut.

Menurut Badan Pusat Statistik (2016:7) PDRB dapat diartikan sebagai

jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh unit usaha atau merupakan jumlah

seluruh nilai barang dan jasa oleh seluruh unit ekonomi disuatu wilayah.

BPS (2016:21) Indikator penting untuk dapat mengetahui kondisi ekonomi

suatu daerah dalam kurun waktu tertentu ialah menggunakan data Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB), dapat menggunakan atas dasar harga berlaku

ataupun atas dasar harga konstan. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan untuk seluruh wilayah usaha dan

jasa dalam suatu wilayah, menerapkan jumlah seluruhnilai barang dan jasa akhir

yang dihasilkan seluruh unit ekonomi. PDRB sendiri dapat diartikan sebagai

jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha atau merupakan

jumlah seluruh nilai barang dan jasa oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah.

Sjafrizal (2014:56) semakin tinggi nilai PDRB suatu daerah maka ini

menunjukkan tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi serta menggambarkan

bahwa daerah tersebut mengalami kemajuan dalam perekonomian. Pada

hakekatnya pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat terjadi ketika

penentupenentu endogen (faktor dari dalam daerah) maupun eksogen (faktor dari

luar daerah) bersangkutan serta berkombinasi. Pendekatan yang biasa digunakan

dalam menjelaskan pertumbuhan regional ialah dengan menggunakan

modelmodel ekonomi makro.

Menurut Kuncoro (2010:43) menyatakan bahwa pendekatan pembangunan

tradisional lebih diartikan sebagai pembangunan yang mana lebih menitiberatkan

pada peningkatan PDRB suatu provinsi, kabupaten maupun kota. Sedangkan

untuk pertumbuhan ekonomi sendiri dapat dilihat dari pertumbuhan angka PDRB.

Sedangkan Nasution (2010) dalam Rahman (2015:27-28) menyatakan bahwa


21

faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan PDRB di Indonesia yakni

Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Bagi Hasil

(DBH), Inflasi, Penanaman Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam

Negeri (PMDN), Pengeluaran Pemerintah Daerah, serta Tenaga Kerja.

Perubahan tahun dasar dalam penyusunan Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB) telah dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dari tahun 2000

menjadi tahun 2010. Tahun dasar ini dilakukan perubahan karena selama sepuluh

tahun terakhir telah terjadi banyak perubahan baik tatanan global maupun lokal

yang berpengaruh pada perekonomian nasional.PDRB tahun dasar 2010 ini

mengacu pada Sistem Neraca Nasional (SNN) 2008.

SNN 2008 merupakan rekomendasi internasional mengenai bagaimana

penyusunan ukuran aktivitas ekonomi yang sesuai dengan standar neraca baku

yang mana didasarkan pada prinsip-prinsip ekonomi. Menurut BPS (2016:24-25),

salah satu indikator ekonomi makro yang dapat menunjukkan kondisi

perekonomian daerah setiap tahunnya ialah data PDRB. Dari data PDRB ini

berguna untuk :

1. PDRB atas dasar harga berlaku (nominal) menunjukkan kemampuan sumber

daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Nilai PDRB yang besar akan

menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang besar, ini berlaku

sebaliknya

2. PDRB atas dasar harga konstan (riil) dapat digunakan untuk menunjukkan laju

pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap sektor dari tahun ke

tahun Dalam distribusi PDRB atas dasar harga berlaku berdasarkan lapangan

usaha menunjukkan struktur ekonomi atau peranan setiap lapangan usaha

dalam suatu daerah. Lapangan usaha sendiri memiliki peran besar dalam

menunjukkan basis ekonomi suatu daerah.


22

3. Dalam PDRB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDRB per

kepala atau per satu orang penduduk.

4. Dalam PDRB per kapita atas dasar harga konstan bermanfaat untuk

mengetahui pertumbuhan yang nyata ekonomi per kapita penduduk suatu

daerah.

2.1.4.5. Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto Terhadap Garis

Kemiskinan

Menurut Kuncoro (2010:30) pendekatan pembangunan tradisional lebih

dimaknai sebagai pembangunan yang lebih memfokuskan pada peningkatan

PDRB suatu provinsi, kabupaten, atau kota. Selanjutnya pembangunan ekonomi

tidak semata-mata diukur berdasarkan pertumbuhan produk domestik regional

bruto (PDRB) secara keseluruhan, tetapi harus memperhatikan sejauh mana

distribusi pendapatan telah menyebar ke lapisan masyarakat serta siapa yang telah

menikmati hasil-hasilnya. Sehingga menurunnya PDRB suatu daerah berdasarkan

pada kualitas dan pada konsumsi rumah tangga. Dan apabila tingkat pendapatan

penduduk sangat terbatas, banyak rumah tangga miskin terpaksa merubah pola

makanan pokoknya ke barang paling murah dengan jumlah barang yang

berkurang.

Menurut Tambunan (2011:41) pertumbuhan ekonomi dari nilai PDRB merupakan

indikator untuk melihat keberhasilan pembangunan dan merupakan syarat bagi

pengurangan kemiskinan. Ada suatu korelasi menemukan bahwa terdapat

hubungan yang negatif antara pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan.

Kenaikan pertumbuhan ekonomi akan menurunkan tingkat kemiskinan. Hubungan

ini menunjukkan pentingnya mempercepat pertumbuhan ekonomi untuk

menurunkan tingkat kemiskinan. Menurut


23

Todaro (2006:116) menyatakan pada beberapa negara berkembang, pertumbuhan

ekonomi tinggi yang mereka rasakan kurang dapat memberikan manfaat kepada

kaum miskin. Roemer dan Gugerty menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi

yang terjadi tanpa penurunan kemiskinan, maka distribusi harus lebih setara.

2.1.5. Pengangguran

2.1.5.1. Jumlah Pengangguran

Jumlah pengangguran biasanya seiring dengan pertambahan jumlah penduduk

serta tidak didukung oleh tersedianya lapangan kerja baru atau keengganan untuk

menciptakan lapangan kerja (minimal) untuk dirinya sendiri atau memang tidak

memungkinkan untuk mendapatkan lapangan kerja atau tidak memungkinkan

untuk menciptakan lapangan kerja. Sebenarnya, kalau seseorang menciptakan

lapangan kerja, menciptakan lapangan kerja (minimal) untuk diri sendiri akan

berdampak positif untuk orang lain juga, misalnya dari sebagian hasil yang

diperoleh dapat digunakan untuk membantu orang lain walau sedikit saja. Pada

perekonomian yang maju, sebagian besar orang yang menjadi pengangguran

memperoleh pekerjaan dalam waktu singkat. Meskipun demikian, sebagian besar

pengangguran yang diamati dalam periode tertentu dapat disebabkan oleh

sekelompok orang yang tidak bekerja untuk waktu yang lama

Jumlah pengangguran adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali,

sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau

seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak.

Menurut Bagoes (2004:7) menjelaskan bahwa pengangguran adalah bagian

dari angkatan kerja yang sekarang ini tidak bekerja atau aktif mencari pekerjaan.

Konsep ini sering dinamakan sebagai keadaan pengangguran terbuka. Menurut

Sukirno (2004:28) pengangguran adalah jumlah tenaga kerja dalam

perekonomian yang secara aktif mencari pekerjaan tapi belum memperolehnya.


24

Menurut Menakertrans (2004:66) menjelaskan bahwa pengangguran adalah

seseorang yang tidak sama sekali mempunyai sebuah pekerjaan, sedang mencari

pekerjaan, mempersiapkan usaha sendiri, ataupun orang yang sedang sengaja tidak

mencari pejerjaan karna merasa tidak ada yangb mau memperkerjakannya.

Menurut Nanga (2005 ;249) merupakan suatu keadaan dimana seseorang

yang tergolong dalam kategori angkatan kerja tidak mempunyai pekerjaan dan

juga secara aktif tidak sedang mencari pekerjaan.

Mankiw (2012:18) pengangguran merupakan masalah makro ekonomi yang

mempengaruhi kelangsungan hidup manusia secara langsung. Bagi kebanyakan

orang kehilangan suatu pekerjaan merupakan penurunan suatu standar kehidupan.

Jadi tidak mengejutkan apabila pengangguran menjadi topik yang sering

diperbincangkan dalam perdebatan poltik oleh para politisi yang seringkali

mengkaji bahwa kebijakan yang mereka tawarkan akan membantu terciptanya

lapangan pekerjaan.

2.1.5.2. Tingkat Pengangguran

Tingkat pengangguran adalah persentase mereka yang ingin bekerja, namun tidak

memiliki pekerjaan. Tingkat pengangguran diperoleh melalui survei terhadap

ribuan rumah tangga. Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara

membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang

dinyatakan dalam persen. Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus

mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat

kemakmuran dan kesejahteraan.

Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek

psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya. Tingkat

pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan


25

kekacauan politik keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan

pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya produk

nasional bruto (PNB, GNP) dan pendapatan per kapita suatu negara. Di

negaranegara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah "pengangguran

terselubung" di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga

kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.

2.1.5.3. Angkatan Kerja

Angkatan kerja adalah penduduk yang sudah memasuki usia kerja, baik

yang sudah bekerja, belum bekerja, atau sedang mencari pekerjaan. Menurut

ketentuan pemerintah Indonesia, penduduk yang sudah memasuki usia kerja

adalah mereka yang berusia minimal 15 tahun sampai 65 tahun. Namun, tidak

semua penduduk yang memasuki usia tadi disebut angkatan kerja. Sebab

penduduk yang tidak aktif dalam kegiatan ekonomi tidak termasuk dalam

kelompok angkatan kerja, seperti ibu rumah tangga, pelajar, dan mahasiswa, serta

penerima pendapatan (pensiunan). Pembagian usia angkatan kerja dan bukan

angkatan kerja Selain jumlah penduduk, pertumbuhan angkatan kerja dipengaruhi

pula oleh struktur penduduk berdasarkan: jenis kelamin, usia penduduk, dan

tingkat pendidikan.

2.1.5.4. Indikator Pengangguran

Menurut BPS (2016:88) dalam indikator ketenagakerjaan, pengangguran adalah

penduduk yang tidak bekerja namun sedang mencari pekerjaan atau sedang

mempersiapkan suatu usaha baru atau penduduk yang tidak mencari pekerjaan

karena sudah diterima bekerja tetapi belum mulai bekerja.

Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang Toeri-Teori Pengangguran

di Indonesia yaitu :
1. Teori Klasik
26

Teori Klasik dalam Gilarso (2003:23-25) menjelaskan pandangan bahwa

pengangguran dapat dicegah melalui sisi penawaran dan mekanisme harga di

pasar bebas supaya menjamin terciptanya permintaan yang akan menyerap

semua penawaran. Menurut pandangan klasik, pengangguran terjadi karena

mis-alokasi sumber daya yang bersifat sementara karena kemudian dapat

diatasi dengan mekanisme harga. Tohar (2000:18) dalam Teori Klasik jika

terjadi kelebihan penawaran tenaga kerja maka upah akan turun dan hal

tersebut mengakibatkan produksi perusahaan menjadi turun. Sehingga

permintaan tenaga akan terus meningkat karena perusahaan mampu melakukan

perluasan produksi akibat keuntungan yang diperoleh dari rendahnya biaya

tadi. Peningkatan tenaga kerja selanjutnya mampu menyerap kelebihan tenaga

kerja yang ada di pasar, apabila harga relatif stabil.

2. Teori Keynes

Teori Keynes dalam menanggapi masalah pengangguran, Teori Keynes

mengatakan hal yang berlawanan dengan Teori Klasik, menurut Teori Keynes

sesungguhnya masalah pengangguran terjadi akibat permintaan agregat yang

rendah. Sehingga terhambatnya pertumbuhan ekonomi bukan disebabkan oleh

rendahnya produksi akan tetapi rendahnya konsumsi. Menurut Keynes, hal ini

tidak dapat dilimpahkan ke mekanisme pasar bebas. Ketika tenaga kerja

meningkat, upah akan turun hal ini akan merugikan bukan menguntungkan,

karena penurunan upah berarti menurunkan daya beli masyarakat terhadap

barang-barang. Akhirnya produsen akan mengalami kerugian dan tidak dapat

menyerap tenaga kerja. Keynes menganjurkan adanya campur tangan

pemerintah dalam mempertahankan tingkat permintaan agregat agar sektor

pariwisata dapat menciptakan lapangan pekerjaan. Perlu dicermati bahwa

pemerintah hanya bertugas untuk menjaga tingkat permintaan agregat,


27

sementara penyedia lapangan kerja adalah sektor wisata. Hal ini memiliki

tujuan mempertahankan pendapatan masyarakat agar daya beli masyarakat

terjaga. Sehingga tidak memperparah resesi serta diharapkan mampu mengatasi

pengangguran akibat resesi.

3. Teori Kependudukan dari Malthus

Teori Malthus menjelaskan bahwa pertumbuhan penduduk cenderung melampaui

pertumbuhan persediaan makanan. Malthus mengatakan penduduk cenderung

tumbuh secara “deret ukur” (misalnya, dalam lambang 1, 2, 4, 8, 16 dan

seterusnya) sedangkan persediaan makanan cenderug tumbuh secara “deret

hitung” (misalnya, dalam deret 1,2 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan seterusnya). Dalam

karyanya yang terbit belakangan, Malthus menekankan lagi tesisnya, namun

tidak sekaku semula, hanya saja dia berkata bahwa penduduk cenderung

tumbuh secata tidak terbatas hingga mencapai bata persediaan makanan. Dari

kedua uraian tersebut Malthus menyimpulkan bahwa kuantitas manusia akan

terjerumus ke dalam kemiskinan kelaparan. Dalam jangka panjang tidak ada

kemajuann teknologi yang mampuu mengalihkan keadaan karena kenaikan

supply makanan terbatas sedangkan “pertumbuhan penduduk tak terbatas, dan

bumi tak mampu memprodusir makanan untung menjaga kelangsungan hidup

manusia”. Apabila ditelaah lebih dalam toeri Malthus ini yang menyatakan

penduduk cederung bertumbuh secara tak terbatas hingga mencapai batas

persediaan makanan, dalam hal ini menimbulkan manusia saling bersaing

dalam menjamin kelangsungan hidupnya dengan cara mencari sumber

makanan, dengan persaingan ini maka akan ada sebagian manusia yang tersisih

serta tidak mampu lagi memperoleh bahan makanan. Pada masyarakat modern

diartikan bahwa semakin pesatnya jumlah penduduk akan menghassilkan

tenaga kerja yang semakin banyak pula, namun hal ini tidak diimbangi dengan
28

kesempatan kerja yang ada. Karena jumlah kesempatan yang sedikit itulah

maka manussia saling bersaing dalam memperoleh pekerjaan dan yang tersisih

dalam persaingan tersebut menjadi golongan penganggur.

4. Teori Sosiologi Ekonomi Neo-Marxian

Berawal dari analisis Marx pada awal abad 20 tentang struktur dan proses

ekonomi yang dapat dibayangkan sebagai sistem kapitalisme kompetitif.

Industri kapitalis yang ada pada zaman itu tergolong masih kecil dan belum

ada satupun yang memegang perekonomian dan mengendalikan pasar. Namun

Marx yakin pada suatu saat apabila kapitalisme sudah muncul dengan

demikian pesatnya maka akan memunculkan kompetisi antar industri yang

menjadi semakin pesat dan kemudian menghasilkan sistem monopoli dari

industri yang paling kuat dalam persaingan tersebut. Dengan munculnya

monopoli modal ini maka akan ada satu perusahaaan besar yang akan

mengendalikan perusahaanperusahaan lain dalam perekonomian kapitalis.

Dalam pengembangan analisis Marx yang dianut oleh para penganut Marxian

yang baru ini konsep “kelas buruh “ tidak mendeskripsikan sekelompok orang

atau sekelompok pekerjaan tertentu, tetapi lebih merupakan pembelian dan

penjualan tenaga kerja. Para tenaga kerja tidak mempunyai alat produksi sama

sekali sehingga segolongan orang terpaksa menjual tenaga mereka kepada

sebagian kecil orang yang mempunyai alat produksi.

2.1.5.5. Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Pengangguran

Menurut Sukirno (2004:119), jumlah pengangguran adalah suatu keadaan dimana

seseorang yang termasuk dalam angkatan kerja ingin memperoleh pekerjaan akan

tetapi belum mendapatkannya. Seseorang yang tidak bekerja namun tidak secara

aktif mencari pekerjaan tidak tergolong sebagai pengangguran. Faktor utama yang

menyebabkan terjadinya pengangguran adalah kurangnya pengeluaran agregat.


29

Pengusaha memproduksi barang dan jasa dengan maksud memperoleh

keuntungan, akan tetapi keuntungan tersebut akan diperoleh apabila pengusaha

tersebut dapat menjual barang dan jasa yang mereka produksi. Semakin besar

permintaan, semakin besar pula barang dan jasa yang mereka wujudkan. Kenaikan

produksi yang dilakukan akan menambah penggunaan

tenaga kerja.

2.1.5.6. Pengaruh Jumlah Pengangguran Terhadap Garis Kemiskinan

Menurut Sukirno (2004:119) jumlah pengangguran yang relatif tinggi tidak

memungkinkan masyarakat mencapai pertumbuhan ekonomi yang tangguh. Hal

ini dapat dengan jelas dilihat dari berbagai akibat buruk yang bersifat ekonomi

yang ditimbulkan oleh masalah pengangguran. Pengangguran menyebabkan

kehilangan mata pencaharian dan pendapatan tentunya kan membawa masyarakat

kepada kondisi kemiskinan.

Kesejahteraan faktor produksi yang turut serta menciptakan kesejahteraan

tersebut merupakan gambaran dari pertumbuhan ekonomi yang tinggi, artinya

tingginya produktivitas faktor produksi disebabkan oleh tingginya laju

pertumbuhan ekonomi maka semakin tinggi pula upah yang diterima oleh para

pekerja. Proses pembangunan memerlukan pertumbuhan ekonomi yang cepat.

Biasanya pertumbuhan ekonomi merupakan sesuatu yang sangat di butuhkan

tetapi pertumbuhan ekonomi memang tidak cukup untuk mengentas kemiskinan.

Faktor-faktor utama yang mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi yaitu

seperti akumulasi modal, jumlah penduduk, angkatan kerja dan kemajuan

teknologi. Semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi pada suatu Negara,

maka semakin tinggi pula investasi suatu Negara, semakin tingginya investasi,

pengangguran akan menurun, apabila tingkat pengangguran rendah maka akan

berbanding lurus terhadap penurunan kemiskinan.


30

2.1.6. Pengaruh PDRB ADHK dan Jumlah Pengangguran Terhadap Garis

Kemiskinan

Menurut Tambunan (2011:128), ada suatu korelasi menemukan bahwa terdapat

hubungan yang negatif antara pertumbuhan ekonomi yang diukur dari

perkembangan PDRB terhadap kemiskinan. Kenaikan pertumbuhan ekonomi akan

menurunkan tingkat kemiskinan. Hubungan ini menunjukkan pentingnya

mempercepat pertumbuhan ekonomi untuk menurunkan tingkat kemiskinan.

Demikian juga dengan Hukum Okun’s, yang mengatakan adanya hubungan

negatif antara pertumbuhan ekonomi dan pengangguran. Dengan artian jika

pertumbuhan ekonomi naik maka pengangguran akan menurun. Namun nyatanya

pertumbuhan ekonomi yang meningkat tidak diimbangi dengan peningkatan

jumlah lapangan pekerjaan yang tercipta, sehingga mengakibatkan masih

tingginya angka pengangguran yang akan meningkatnya angka kemiskinan.

Menurut Dartanto dan Nurkholis (2013:12) faktor-faktor penentu

dinamika kemiskinan di Indonesia antara lain pendapatan, pendidikan, aset fisik,

pegangguran, guncangan kesehatan, dan perubahan pada sektor pekerjaan.

Menurut Sharp et al. dalam Kuncoro (2004:7) terdapat tiga penyebab kemiskinan

jika dipandang dari sisi ekonomi. Pertama, secara mikro kemiskinan muncul

karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya yang menimbulkan

distribusi pendapatan yang timpang. Penduduk miskin hanya memiliki sumber

daya dalam jumlah terbatas dan kualitasnya rendah. Kedua, kemiskinan muncul

akibat perbedaan dalam kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya

manusia yang rendah berarti produktivitasnya rendah, yang pada gilirannya

mengakibatkan angka pengangguran yang cenderung meningkat. Rendahnya

kualitas sumber daya manusia ini karena rendahnya pendidikan, nasib yang
31

kurang beruntung, adanya diskriminasi, atau karena keterunan. Ketiga,

kemiskinan muncul akibat perbedaan akses dalam modal.

Prasetyoningrum dan Sukmawari (2018:219), menyatakan faktor-faktor

penentu kemiskinan terdiri sebagai berikut :

1. Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan Penduduk

Pengurangan kemiskinan diasosiasikandengan meningkatnya pencapaian

pendidikan dan peningkatan pendapatan dari tenaga kerja terdidik.

2. Pendapatan Per Kapita Penduduk (PC)\

Tingginya pertumbuhan pendapatan per kapita tidak akan terlalu berdampak

apabila tidak disertai dengan perbaikan distribusi pendapatn.perubahan

pendapatan per kapita mempunyai penaruh yang negatif terhadap kemiskinan.

Peningkatan pendapatan per kapita dan pertumbuhan ekonomi yang telah

dicapai oleh indonesia hanya dinikmati oleh sebagian kecil penduduk.

3. Rasio Ketergantungan Penduduk

Faktor penyebab munculnya ketergantungan adalah adanya tingkat kelahiran

(fertilitas) yang tinggi.

4. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi yang diukur dari nilai PDRB selama ini

dicapai oleh indonesia ternyata tidak mampu mengurangi faktor penyebab

kemiskinan. Pesatnya pertumbuhan ekonomi tersebut hanya bisa dinikmati

oleh sebagian kecil orang di Indonesia. Hal itu akan menimbulkan kemiskinan

struktural di mana pertumbuhan ekonomi yang tinggi hanya bisa dinikmati

oleh sebagian kecil orang kaya, sementara sebagian besar masyarakat tetap

miskin.
32

Keadaan ini sesuai dengan teori “trade-off between growth and equity” yang

menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan menimbulkan

ketimpangan yang semakin besar dalam pembagian pendapatan.

5. Persentase Tenaga Kerja Di Sektor Pertanian

Penduduk miskin di Indonesia umumnya bekerja di sektor pertanian dan

mempunyai tingkat pendidikan SD kebawah yang tidak memiliki keahlian,

sehingga dapat menyebabkan tingginya angka penangguran.

6. Persentase Tenaga Kerja Di Sektor industri

Mengindikasikan bahwa pendapatan pekerja usaha kecil yang bekerja di sektor

industri non-pertanian lebih besar daripada penghasilan tenaga kerja usaha

kecil yang bekerja di sektor industri yang bergerak di sektor pertanian.

Dari beberapa teori di atas maka dapat disimpulkan bahwa secara teori adanya

pengaruh antara variabel PDRB ADHK dan jumlah pengangguran terhadap garis

kemiskinan. Jika pertumbuhan PDRB meningkat hal ini berarti pendapatan

masyarakat dapat meningkat sehingga kemiskinan dapat berkurang. Sealnjutnya,

berkurangnya penyediaan lapangan pekerjaan maka akan meningkatnya tenaga

kerja yang menganggur tidak dapat terserap yang pada akhirnya akan menambah

jumlah penduduk miskin akibat pendapatan yang rendah begitu pula sebaliknya.

2.2. Penelitian Terdahulu

Penelitian Pengaruh Jumlah Penduduk, Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) dan Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan di Kabupaten Aceh

Barat, oleh Cut Laila. Pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini

merupakan data kuantitatif menggunakan data sekunder dengan perbandingan

selama 12 tahun terhitung dari tahun 2003-2014. Analisis data menggunakan

analisis regresi linier berganda.Berdasarkan hasil penelitian, persamaan akhir yang

diperoleh yaitu Yi = 57096,675 – 0,147X1i+ 000X2i + 1,630X3i + ui dan Nilai


33

koefisien determinasi adjusted (R2 )yaitu sebesar 0,922. Hal ini menunjukkan

bahwa variabel bebas (jumlah penduduk, PDRB, dan penganguran) memberi

sumbangan sebesar 92,2 persen terhadap variabel terikat (tingkat kemiskinan),

sedangkan sisanya sebesar 7,8 persen ini dipengaruhi oleh variabel yang terdapat

diluar model regresi penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara

parsial jumlah penduduk dan PDRB tidak berpengaruh secara nyata terhadap

tingkat kemiskinan, sedangkan pengangguran berpengaruh secara nyata terhadap

tingkat kemiskinan. Pengujian secara bersama-sama (Uji F) menunjukkan bahwa

variabel jumlah penduduk, PDRB, dan pengangguran berpengaruh secara nyata

terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Aceh Barat.

Penelitian Pengaruh Pertumbuhan PDRB, Tingkat Pendidikan Dan

Pengangguran Terhadap Kemiskinan (Study Kasus Wilayah Desa Parung Kab.

Bogor), oleh Widia Astuti. Secara Khusus penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pengaruh signifikan tingkat pendidikan terhadap tingkat kemiskinan

di Desa Parung, mengetahui pengaruh signifikan pengangguran terhadap tingkat

kemiskinan di Desa Parung. Kemiskinan merupakan masalah yang menyangkut

banyak aspek karena berkaitan dengan pendapatan yang rendah, buta huruf,

derajat kesehatan yang rendah dan ketidaksamaan derajat antar jenis kelamin serta

buruknya lingkungan hidup (Word Bank, 2004). Mengatasi masalah kemiskinan

tidak dapat dilakukan secara terpisah dari masalah-masalah pengangguran,

pendidikan, kesehatan dan masalah-masalah lain yang secara eksplisit berkaitan

erat dengan masalah kemiskinan. Permasalahan strategis di pemerintahan Desa

Parung tidak jauh berbeda dengan di pemerintahan pusat (problem nasional),

yakni tingginya angka kemiskinan dan semakin meningkatnya jumlah

pengangguran. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) serta browsing website internet
34

sebagai pendukung. Sedangkan metode analisis yang digunakan dalam penelitian

ini adalah metode analisis regresi linier. Hasil dari penelitian ini menunjukkan

bahwa variabel PDRB berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap tingkat

kemiskinan, variabel pendidikan yang diproksi dengan angka melek huruf

berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat kemiskinan, variabel

pengangguran berpengaruh negatif serta signifikan terhadap tingkat kemiskinan di

Parung.

Penelitian Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pengangguran, Pertumbuhan

Ekonomi Dan Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Kemiskinan Di

D.I.Yogyakarta Periode 2010-2017, oleh Suripto dan Lalu Subayil. Hasil dalam

penelitian dengan tingkat signifikansi 5% menunjukkan bahwa (1) Variabel

Tingkat Pendidikan tidak berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan; (2)

variabel pengangguran tidak berpengaruh terhadap kemiskinan; (3) Variabel

Pertumbuhan Ekonomi memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap

kemiskinan; (4) Variabel Indeks Pembangunan Manusia memiliki pengaruh

negatif dan signifikan terhadap kemiskinan.

Penelitian Saharuddin (2016) dan ferri Fauzi (2016) dengan judul Pengaruh

Jumlah Penduduk, Pendidikan, dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Kemiskinan

di Kabupaten Lebak. Jumlah Penduduk (X1) berpengaruh negatif secara

signifikan terhadap Kemiskinan (Y) di Kebupaten Lebak.Pendidikan (X)

berpengaruh negatif secara signifikan terhadap Kemiskinan (Y) di Kabupaten

Lebak.Dan pertumbuhan Ekonomi (X3) berpengaruh negatif dan signifikan

terhadapa Kemiskinan (Y) di Kabupaten Lebak.


40

Tabel 2.1
Mapping Penelitian Terdahulu
No. Nama Publikasi Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian

Peneliti X Y

1. Cut Laila JESP. Vol. 1 Pengaruh Jumlah Jumlah Tingkat Secara parsial jumlah penduduk
No. 1, Tahun Penduduk, Produk Penduduk Kemiskinan dan PDRB tidak berpengaruh
2015 Domestik Regional (X1) secara nyata terhadap tingkat
Bruto (PDRB) dan kemiskinan, sedangkan
Pengangguran PDRB (X2) pengangguran berpengaruh secara
Terhadap Tingkat nyata terhadap tingkat kemiskinan.
Kemiskinan di Pengangguran
Kabupaten Aceh Barat (X3)
2. Widia Jurnal Pengaruh Pertumbuhan Pertumbuhan Kemiskinan PDRB berpengaruh negatif tetapi
Astuti Progres PDRB, Tingkat PDRB (X1) tidak signifikan terhadap tingkat
Ekonomi Pendidikan Dan kemiskinan, variabel pendidikan
yang diproksi dengan angka melek
Pembangunan Pengangguran Tingkat
huruf berpengaruh negatif
Volume 1, Terhadap Kemiskinan Pendidikan
signifikan terhadap tingkat
Nomor 1, (Study Kasus Wilayah (X2)
kemiskinan, variabel pengangguran
2016 e-ISSN Desa Parung Kab. berpengaruh negatif serta signifikan
Bogor) Pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di
: 2502-5171
(X3) Parung.

41
3. Suripto dan Jurnal Pengaruh Tingkat Tingkat Kemiskinan (1) Variabel Tingkat Pendidikan
Lalu Ekonomi Pendidikan, Pendidikan tidak berpengaruh signifikan
Subayil Berkala Pengangguran, (X1) terhadap kemiskinan; (2) variabel
Ilmiah Pertumbuhan Ekonomi pengangguran tidak berpengaruh
Efisiensi Dan Indeks Pertumbuhan terhadap kemiskinan; (3) Variabel
Pembangunan Manusia Ekonomi Pertumbuhan Ekonomi memiliki
Volume 17 Terhadap Kemiskinan (X2) pengaruh negatif dan signifikan
No. 01 Di D.I.Yogyakarta terhadap kemiskinan; (4) Variabel
Tahun 2018 Periode 2010-2017 IPM (X3) Indeks Pembangunan Manusia
memiliki pengaruh negatif dan
signifikan terhadap kemiskinan
4. Saharuddin, E-Jurnal EP Pengaruh Jumlah Jumlah Kemiskinan Jumlah Penduduk (X1)
Ferri Fauzi Unud, 7 [11] : Penduduk, Pendidikan, Penduduk (Y) berpengaruh negatif secara
2461-2489 dan Pertumbuhan (X1) signifikan terhadap Kemiskinan (Y)
ISSN: Ekonomi Terhadap di Kebupaten Lebak. Pendidikan
23030178 Kemiskinan di Pendidikan (X2) berpengaruh negatif secara
Kabupaten Lebak signifikan terhadap Kemiskinan (Y)
(X2)
di Kabupaten Lebak. Dan
pertumbuhan Ekonomi (X3)
Pertumbuhan berpengaruh negatif dan signifikan
Ekonomi terhadapa Kemiskinan (Y) di
(X3) Kabupaten Lebak
37

2.3. Kerangka Konseptual

Kerangka pemikiran merupakan penjelasan sementara terhadap gejalagejala yang

menjadi obyek permasalahan. Tentang sintesa hubungan antara variabel yang

disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan, selanjutnya dianalisis secara

kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan antar

variabel yang diteliti, selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesis.

Adapun kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

data-data yang di peroleh data website BPS Kabupaten Muaro Bungo yang terdiri

dari data produk domestik regional bruto, pengangguran dan kemiskinan. Berikut

adalah bagan yang menggambarkan kerangka konseptual.

PDRB ADHK
(X 1)

Garis K emiskinan
(Y )

Jumlah Pengangguran
(X 2)

Keterangan :

Pengaruh Parsial ::

Pengaruh Simultan : .
38

2.4.Hipotesis

Berdasarkan pada kerangkan konseptual di atas, maka hipotesis yang dapat

dirumuskan dalam penelitian ini adalah :

1. Ho : r = 0, Diduga bahwa secara simultan tidak terdapat pengaruh PDRB

ADHK dan jumlah pengangguran terhadap garis kemiskinan di Kabupaten

Muaro Jambi tahun 2011-2020.

2. Ha : r ≠ 0, Diduga bahwa secara simultan terdapat pengaruh PDRB ADHK dan

jumlah pengangguran terhadap garis kemiskinan di Kabupaten

Muaro Jambi tahun 2011-2020.

3. Ho : r = 0, Diduga bahwa secara parsial tidak terdapat pengaruh PDRB ADHK

terhadap garis kemiskinan di Kabupaten Muaro Jambi tahun

20112020.

4. H₁ : r ≠ 0, Diduga bahwa secara parsial terdapat pengaruh PDRB ADHK

terhadap garis kemiskinan di Kabupaten Muaro Jambi tahun

20112020.

5. Ho : r = 0, Diduga bahwa secara parsial tidak terdapat pengaruh jumlah

pengangguran terhadap kemiskinan di Kabupaten Muaro Jambi

tahun 2011-2020.

6. H₂ : r ≠ 0, Diduga bahwa secara parsial terdapat pengaruh jumlah pengangguan

terhadap kemiskinan di Kabupaten Muaro Jambi tahun 2011-2020.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kausalitas yang tergolong dalam

pendekatan kuantitas. Penelitian ini menggunakan data sekunder, dan


39

menggunakan variabel bebas yaitu DRB ADHK (X1), Jumlah Pengangguran (X2)

dan variabel terikat yaitu Garis Kemiskinan (Y) di Kabupaten Muaro Jambi

selama 10 tahun terhitung mulai dari 2011-2020. Waktu yang digunakan dalam

penelitian ini selama 3 bulan (Juli-September) 2021.

3.2. Jenis Data

Sekaran (2011:33) data sekunder adalah data yang mengacu pada

informasi yang dikumpulkan dari sumber yang telah ada. Sumber data sekunder

adalah catatan atau dokumentasi perusahaan, publikasi pemerintah, analisis

industri oleh media, situs web, internet dan seterusnya. Jenis data yang

dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data yang dikumpulkan berupa

dokumen-dokumen, laporan dan buku-buku yang berkaitan erat dengan penelitian.

3.3. Sumber Data

Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Badan

Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Muaro Jambi.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian kepustakaan (library research), yaitu penelitian yang dilakukan

dengan mempelajari buku-buku atau literatur, hasil-hasil penelitian (skripsi, tesis)

dan sumber-sumber lain (web site) yang dipublikasikan.

44

3.5. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional adalah definisi dari variabel-variabel yang digunakan dalam

penelitian ini dan menunjukkan cara mengukur dari masing-masing variabel.

Berdasarkan variabel yang digunakan dalam penelitian ini, maka dapat diuraikan

dalam berbagai variabel operasional yang didefinisikan sebagai berikut:


40

1. Garis Kemiskinan (Y)

Garis kemiskinan (GK) adaah nilai rupiah pengeluaran minimum yang

diperlukan seseorang untuk memenuhi kebutuhan pokok hidupnya selama

sebulan, baik kebutuhan makanan maupun non-makanan di Kabupaten Muaro

Jambi tahun 2011-2020 yang diukur dalam satuan rupiah.

2. PDRB ADHK (X1)

PDRB ADHK adalah total PDRB ADHK di Kabupaten Muaro Jambi tahun

2011-2020 yang dinyatakan dalam satuan juta rupiah.

3. Jumlah Pengangguran (X2)

Jumlah pengangguran adalah jumlah penduduk yang menganggur di

Kabupaten Muaro Jambi tahun 2011-2020 yang dihitung dengan satuan jiwa.

3.6. Metode Analisis

1. Deskriptif kualitatif

Adalah yang mana diuraikan secara menyeluruh tentang keadaan yang akan

diteliti kemudian membandingkan dengan teori yang ada.

2. Deskriptif kuantitatif

Merupakan metode untuk meneliti dengan menggunnakan angka-angka atau

dapat dinyatakan dalam angka.

3.7. Alat Analisis

Dalam menganalisis pengaruh PDRB ADHK dan Jumlah Pengangguran

Terhadap Garis Kemiskinan Di Kabupaten Muaro Jambi, digunakan pendekatan

sebagai berikut :
41

1. Analisis Regresi Linear Berganda

Sugiono (2005:176) analisis regresi linear berganda adalah suatu alat analisis

peramalan nilai pengaruh sua variabel bebas atau lebih terhadap variabel terikat

untuk membuktikan ada atau tidaknya pengaruh fungsi atau pengaruh kausal

antara dua variabel bebas atau lebih dengan satu variabel terikat. Dalam penelitian

ini teknik analisa data yang digunakan adalah regresi linear berganda dengan

penyelesaian dengan menggunakan SPSS versi 20 Model persamaan untuk

menganalisa regresi berganda.

Y = a +b1X1+b2X2+e .................................................................................(1)
Keterangan :

Y = Garis Kemiskinaan (Rupiah)

a = Konstanta atau nilai Y apabila X1 dan X2 = 0

b1 = Koefisien regresi variabel PDRB (X1)

b2 = Koefisien regresi variabel Tingkat Pengangguran (X2)

X1 = PDRB (Rupiah)

X2 = Jumlah Pengangguran (Jiwa)

e = error.
Karena satuan tidak sama masing-masing variabel maka terlebih dahulu data

yang diolah dilogkan, sehingga rumusnya menjadi :

Log Y = a + b1LogX1 b2LogX2 + e ..........................................................(2)

2. Koefisien Determinasi

A. Secara Parsial

Untuk mengetahui besarnya pengaruh pengaruh variabel independen terhadap

variabel dependen secara parsial digunakan rumus menurut Ghozali (2007:27)

dengan rumus sebagai berikut :


42

KD = Beta x Zero Order x 100% .....................................................................(3)

B. Secara Simultan

Sugiono (2005:180) koefisien determinasi adalah uji yang digunakan untuk

mengetahui kemampuan dari variabel independen dalam menjelaskan variasi

pengaruh terhadap variabel dependen secara simultan yang dinyatakan dalam

persentase. Untuk mengetahui besarn kecilnya pengaruh X terhadap Y dapat

ditentukan dengan rumus koefisien determinasi sebagai berikut :

KD = r² x 100% ........................................................................................(4)

Keterangan :

KD = Koefisien Determinasi

r² = Koefisien Korelasi.

4. Uji Hipotesis

A. Uji F (Secara Simultan)

Untuk mengetahui signifikan korelasi ganda dicari dulu F hitung kemudian

dibandingkan dengan F tabel, dengan menggunakan rumus meurut Sugiono

(2005:183) :

F= r² /(k-1) ...........................................................................................(5)
(1-r) /(n-k)
Keterangan :
R = Nilai koefisien korelasi

K = Jumlah variabel

N = Jumlah sampel

F = Nilai F yang dihitung


Dimana :

1. Jika F hitung > F tabel : Maka Ho ditolak Ha diterima artinya ada

pengaruh yang signifikan antara Produk Domestik Regional Bruto Atas


43

Dasar Harga Konstan dan Jumlah Pengangguran Terhadap Garis

Kemiskinan di Kabupaten Muaro Jambi 2011-2020.

2. Jika F hitung < F tabel : Maka Ho diterima Ha ditolak artinya tidak ada

pengaruh yang signifikan antara Produk Domestik Regional Bruto Atas

Dasar Harga Konstan dan Jumlah Pengangguran Terhadap Garis

Kemiskinan di Kabupaten Muaro Jambi 2011-2020.

B. Uji t (Secara Parsial)

Uji t adalah uji statistik yang merupakan uji koefisien parsial yang digunakan

untuk membuktikan pengaruh variabel independen terhadap dependen, dimana

salah satu variabel tetap/dikendalikan, dengan menggunakan rumus (Sugiono,

2005:186):

t = r√n-2 ................................................................................................(6)
√1-r²

Dimana :

1. t hitung > t tabel : Ho ditolak dan hipotesa alternatif diterima. Berarti

terdapat pengaruh yang signifikan antara Produk Domestik Regional Bruto

Atas Dasar Harga Konstan dan Jumlah Pengangguran Terhadap Garis

Kemiskinan di Kabupaten Muaro Jambi 2011-2020.

2. t hitung < t tabel : Hipotesa Ho diterima dan hipotesa alternatif ditolak.

Berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Produk Domestik

Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan dan Jumlah Pengangguran

Terhadap Garis Kemiskinan di Kabupaten Muaro Jambi 2011-2020.


44

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Daerah Kabupaten Muaro Jambi

Kabupaten Muaro Jambi adalah salah satu kabupaten yang berada di provinsi

Jambi, Indonesia. Kabupaten ini merupakan salah satu kabupaten pemekaran dari

kabupaten Batanghari berdasarkan Undang-undang nomor 54 Tahun 1999 dengan

luas wilayah 5.246 km². Secara administratif terdiri dari

11 kecamatan, 150 desa dan 5 kelurahan. Pada tahun 2020, jumlah penduduk

Muaro Jambi sebanyak 397.351 jiwa dengan tingkat pertumbuhan 3,93 persen per

tahun. Kabupaten ini mengelilingi wilayah Kota Jambi yang merupakan ibukota

Provinsi Jambi. Pusat Pemerintahan di Kota Sengeti sebagai ibu Kota Kabupaten

Muaro Jambi dengan Pusat Perkantoran di Bukit Baling Kecamatan Sekernan.

Secara Geografis Kabupaten Muaro Jambi terletak antara 1 0 51 Lintang Selatan

sampai dengan 20 51 Lintang Selatan dan diantara 1030 Bujur Timur

sampai dengan 1040 301 Bujur Timur. Kabupaten Muaro Jambi Termasuk daerah

yang beriklim tropis dengan curah hujan merata sepanjang tahun rata-rata 186 mm

per hari dengan Intensitas hujan rata-rata 16 hari hujan. Temperatur rata-rata 32 C

dengan variasi Temperatur antara musim hujan dengan kemarau relatif kecil.

Kabupaten Muaro Jambi memiliki letak geografis wilayah yang cukup

strategis berada di hinterland Kota Jambi, hal ini memberikan keuntungan bagi

Kabupaten Muaro Jambi karena Kabupaten ini memiliki peluang yang cukup

besar sebagai daerah pemasok kebutuhan kota Jambi, seperti pemasaran untuk

hasil pertanian, perikanan, industri dan jasa.


45

50
4.1.2. Letak Administratif KabupatenMuaro Jambi

Kabupaten Muaro Jambi mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tanjung Jabung Barat

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Propinsi Sumatera Selatan

3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Batang Hari

4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

Secara administratif Kabupaten Muaro Jambi terdiri dari 11 (sebelas)

Kecamatan, 150 Desa dan 5 Kelurahan, seperti pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.1.
Jumlah Desa dan Kelurahan Menurut Kecamatan di Kabupaten Muaro
Jambi Tahun 2020
Kecamatan Jumlah Kelurahan Jumlah Desa

Bahar Selatan - 10

Bahar Utara - 11

Jambi Luar Kota 1 19

Kumpeh 1 16

Kumpeh Ulu - 18

Maro Sebo 1 11

Mestong 1 14

Sekernan 1 15

Sungai Bahar - 11

Sungai Gelam - 15

Taman Rajo - 10

Total 5 150
Sumber : BPS Muaro Jambi, Tahun 2021.
46

Pada tahun 2010 dilakukan pemekaran terhadap Kecamatan Sungai Bahar

menjadi 3 Kecamatan yaitu Kecamatan Sungai Bahar, Kecamatan Sungai Bahar

Utara dan Kecamatan Sungai Bahar Selatan, Kecamatan Maro Sebo dimekarkan 1

Kecamatan yaitu Kecamatan Taman Rajo dan pada Tahun 2011 ada beberapa

desa yang dimekarkan diantaranya di Kecamatan Kumpeh Ulu dibentuk 1 Desa

baru yaitu Desa Kasang Kota Karang (Perda Nomor 06 Tahun 2011), di

kecamatan Sungai Gelam 2 Desa Baru yaitu Desa Sido Mukti (Perda Nomor 06

Tahun 2011) dan Desa Gambut Jaya (Desa Persiapan), Selanjutnya di

Kecamatan Jambi Luar

Kota dibentuk 2 Desa Baru yaitu Desa Mendalo Indah dan Desa Pematang Gajah

(Perda Nomor 06 Tahun 2011). Hal ini dilakukan dalam upaya percepatan

pembangunan antar wilayah sehingga pelayanan terhadap masyarakat lebih

optimal, sedangkan untuk kelurahan dari 4 kelurahan pada tahun 2007 menjadi 5

kelurahan pada tahun 2008, bertambah 1 kelurahan yaitu kelurahan Jambi Kecil

Kecamatan Maro Sebo. Dengan adanya pemekaran ini merupakan cerminan

kepedulian pemerintah untuk meningkatkan palayanan secara merata dan

diharapkan mampu memperpendek rentang kendali dalam penyelenggaraan

pemerintahahan dan pelayanan kepada masyarakat.

4.1.3. Visi dan Misi Daerah Kabupaten Muaro Jambi

Visi daerah Kabupaten Muaro Jambi yaitu Tertib, Unggul Nyaman,

Tentram, Adil dan Sejahtera (Muaro Jambi Tuntas 2022).

1. TERTIB :

Terkelolanya pemerintahan yang bersih, transparan dan akuntabel.


47

Terciptanya hubungan yang harmonis antara pemerintahan kabupaten / kota

dengan provinsi untuk mewujudkan pemerataan pembangunan. Terwujudnya

kesadaran dan ketaatan publik terhadap perundangan – undangan.

2. UNGGUL :

Terwujudnya kualitas sumber daya manusia dan daya saing daerah. Dalam artian

sumber daya manusia yang kompetitif, terampil dan menguasai teknologi

informasi. Sumber daya manusia yang produktif, sehat, mandiri, dinamis, kreatif

dan inovatif. Sumber daya manusia yang sejahtera, jujur, beretika dan mempunyai

integritas.Dengan demikian, maka akan dapat memenangkan persaingan, sehingga

dapat meningkatkan nilai tambah (value added) dan rantai nilai (value chain) dari

produk daerah dan sumber daya alam dan pada gilirannya meningkatkan

kesejahteraan masyarakat.

3. NYAMAN :

Terwujudnya kehidupan yang harmonis, rasa aman, yang tercermin dari

kehidupan masyarakat yang agamis, sosial dan politik masyarakat yang santun,

serta memiliki rasa keyakinan yang tinggi terhadap amanah pembangunan kepada

pemerintah sehingga dapat menikmati kehidupan yang lebih berkualitas dengan

nuansa yang demokratis dilandasi supremasi hukum dan HAM. Artinya, sikap

dan kondisi masyarakat Kabupaten Muaro Jambi yang memiliki harkat

kemanusiaan dan harga diri sehingga berada pada tatanan kehidupan masyarakat

yang mulia.

4. TENTERAM :

Mengandung makna keadaan yang menggambarkan perwujudan


48

kerukunan masyarakat dengan rasa aman dan tentram. Tercermin dari pelaksanaan

pemerintahan yang baik (good governance) disemua tingkatan. Berasaskan

demokratis,mendapatkan jaminan kesamaan hak dan kewajiban dalam

penyelenggaraan pemerintahan daerah yang menjunjung tinggi supremasi hukum

dan HAM.

5. ADIL :

Meningkatnya anggaran daerah yang pro-rakyat, terwujudnya pemerataan

pembangunan sesuai dengan pengembangan potensi daerah. Penciptaan ruang

pembangunan agraria yang lebih adil bagi rakyat. Pelayanan informasi publik

yang berimbang dan transparan. Adil juga mengandung makna perwujudan

pembangunan yang adil dan merata, tanpa diskriminasi, baik antar golongan

maupun wilayah, sehingga hasil pembangunan dapat dinikmati masyarakat.

6. SEJAHTERA :

Mengandung makna suatu kondisi yang bergerak dinamis kearah yang

lebih baik yang tergambar dari laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan merata,

diiringi peningkatan pendapatan pendapatan perkapita di semua lapisan, dengan

laju inflasi yang terkendali sehingga daya beli masyarakat tetap tinggi yang

mendorong permintaan barang dan jasa dan pada gilirannya produksi meningkat

dan memberikan multiplier pada penciptaan kesempatan kerja, sehingga

berdampak pada berkurangnya angka pengangguran dan kemiskinan.

Pengurangan kesenjangan pembangunan dan kemiskinan yang mengedepankan

kearifan lokal akan mendorong terjaganya kelestarian alam dan lingkungan hidup.

Misi Pembangunan :
49

Dalam rangka mewujudkan visi tersebut, ditetapkan 6 (lima) Misi Pembangunan

Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2017 – 2022, sebagai berikut:

1. Meningkatkan Tata Kelola Pemerintahan Daerah Yang Bersih, Transparan,

Akuntabel Dan Partisipatif Yang Berorientasi Pada Pelayanan Publik. Yaitu

prinsip–prinsip tata kelola pemerintahan yang baik, meningkatkan kuantitas

aparatur pemerintahan yang profesional, berkinerja tinggi dan berorientasi

melayani masyarakat.

2. MeningkatkanKualitas Sumber Daya Manusia Dan Daya Saing Daerah. Yaitu

pembangunan yang menekankan pada kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)

ini ditandai dengan membaiknya taraf pendidikan dan derajat kesehatan

penduduk, yang didukung oleh meningkatnya ketersediaan dan kualitas

pelayanan sosial dasar bagi masyarakat agar lebih produktif serta berdaya saing

untuk mencapai kehidupan yang lebih makmur dan sejahtera.

3. Meningkatkan Kehidupan Masyarakat Yang Harmonis, Rukun, Aman dan

Demokratis. Yaitu Pembangunan yang mengedepankan keselarasan kehidupan

yang Agamis, kehidupan sosial politik masyarakat yang berkeadilan dengan

menjamin kepastian hukum, kesamaan hak dan kewajibandalam berbagai

bidang serta penerapan demokrasi disemua tingkatan pemerintahan.

4. Meningkatkan Tata Kelola Pemerintahan Daerah Yang Baik, Mengembangkan

Infrastruktur Wilayah Dan Utilitas Lainnya Sesuai Dengan Tata Ruang Yang

Memiliki Daya Dukung Lingkungan.Yaitu meningkatkan kuantitas dan

aksesibilitas pelayanan umum dan utilitas lainnya yang memiliki daya dukung

dan daya gerak terhadap pertumbuhan ekonomi dan sosial serta berkeadilan

dan mengutamakan kepentingan masyarakat umum untuk menunjang produksi,


50

produktivitas, efisiensi dan mobilitas publik sehingga kondisi semua lapisan

masyarakat secara menyeluruh dapat terpenuhi hak-hak dasarnya, baik

dibidang sosial, ekonomi, politik dan budaya.

5. Meningkatkan Ekonomi Kerakyatan Yang Berbasis Pada Sumber Daya

Daerah, Investasi, Pariwisata Dan Daya Saing Daerah Yang Berwawasan

Lingkungan. Yaitu Membangun ekonomi daerah yang berbasiskan ekonomi

kerakyatan dengan seluruh kekuatan sumber daya daerah, menciptakan iklim

investasi yang kondusif, serta penyediaan sarana dan prasarana untuk

mendorong pertumbuhan ekonomi dari semua sektor dan meningkatkan daya

saing daerah dengan tetap menjaga keseimbangan SDA dan kelestarian

lingkungan hidup.

6. Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Berbasis Ekonomi Kerakyatan, Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi.Yaitu mengatasi permasalahan ketidakmampuan

masyarakat dalam memenuhi standar minimum kebutuhan hidupnya.

Mendorong berkembangnya kegiatan ekonomi masyarakat yang bertumpu pada

ekonomi kerakyatan. Pembangunan kesejahteraan sosial beroriantasi kelompok

masyarakat yang kurang beruntung, termasuk masyarakat miskin dan

masyarakat yang tinggal di daerah terpencil, tertinggal, dan daerah rawan

bencana serta masyarakat di daerah perbatasan.

4.2. Deskripsi Data Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari BPS Kabupaten Muaro

Jambi tahun 2021, dimana terdiri dari data PDRB ADHK, jumlah pengangguran

dan garis kemiskinan dari tahun 2011-2020.


51

4.2.1. Pertumbuhan PDRB ADHK

Pertumbuhan PDRB ADHK merupakan pertumbuhan PDRB dari tahun

2011-2020 seperti yang terlihat pada tabel berikut.

Tabel 4.2.
Pertumbuhan PDRB ADHK di Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2011-2020
PDRB ADHK Pertumbuhan
Tahun
(Rupiah) (%)
2011 10.134.020.000.000 -
2012 10.866.520.000.000 7,23
2013 11.643.600.000.000 7,15
2014 12.578.250.000.000 8,03
2015 13.238.010.000.000 5,25
2016 13.964.190.000.000 5,49
2017 14.655.060.000.000 4,95
2018 15.389.570.000.000 5,01
2019 16.151.720.000.000 4,95
2020 16.194.860.000.000 0,27
Rata-rata 5,37
Sumber : BPS, Muaro Jambi 2021.

Pertumbuhan PDRB ADHK tertinggi selama periode penelitian terjadi pada tahun 2014

sebesar 8,03%. Sedangkan pertumbuhan PDRB ADHK terendah terjadi pada

tahun 2020 yang secara umum dipengaruhi oleh kondisi pandemi yang hampir

terjadi di seluruh wilayah di Indonesia.

4.2.2. Pertumbuhan Jumlah Pengangguran

Pengangguran merupakan penduduk yang tidak memiliki pekerjaan yang

Kabupaten Muaro Jambi seperti yang terlihat pada tabel berikut.

Tabel 4.3.
Pertumbuhan Jumlah Pengangguran di Kabupaten Muaro Jambi
Tahun 2011-2020
52

Tahu Jumlah Pengangguran Pertumbuhan (%)


n (Jiwa)
2011 10.452 -
2012 3.614 -65,42
2013 4.305 19,12
2014 7.429 72,57
2015 9.510 28,01
2016 10.184 7,09
2017 10.276 0,90
2018 9.464 -7,90
2019 10.302 8,85
2020 11.184 8,56
Rata-rata 7,09
Sumber : BPS, Muaro Jambi 2021.

*Data tahun 2016 dicari dengan rata-rata pertumbuhan.

Secara rata-rata dapat dilihat bahwa jumlah pengangguran di Kabupaten Muaro

Jambi sebesar 7,09% setiap tahun. Pada tahun 2016 data jumlah pengangguran

tidak tersedia mulai dari level provinsi hingga ke daerah karena memang tidak

dilakukan survey statistik pada tahun tersebut. Sehingga dari data yang tidak

tersedia maka dapat dapat diperoleh angka pertumbuhannya.

4.2.3. Pertumbuhan Garis Kemiskinan

Garis kemiskinan (GK) mencerminkan nilai rupiah pengeluaran minimum yang

diperlukan seseorang untuk memenuhi kebutuhan pokok hidupnya selama

sebulan, baik kebutuhan makanan maupun non-makanan, adapun pertumbuhan

garis kemiskinan di Provinsi Muaro Jambi seperti pada tabel berikut.

Tabel 4.4.
53

Pertumbuhan Garis Kemiskinan di Kabupaten Muaro Jambi


Tahun 2011-2020
Garis Kemiskinan Pertumbuhan
Tahun
(Rupiah) (%)
2011 2.611.908 -
2012 2.702.028 3,45
2013 2.805.276 3,82
2014 2.863.404 2,07
2015 2.941.476 2,73
2016 3.071.016 4,40
2017 3.551.796 15,66
2018 4.242.996 19,46
2019 4.504.464 6,16
2020 4.909.248 8,99
Rata-rata 6,67
Sumber : BPS, Muaro Jambi 2021.

Garis kemiskinan di Kabupaten Muaro Jambi menunjukkan hasil

pertumbuhan yang berfluktuasi selama periode penelitian, dengan pertumbuhan

rata-rata sebesar 6,67%. Dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2018

yaitu sebesar 19,46%.

Dari data-data pada tabel diatas terlihat bahwa satuan dari masing-masing data yang

diperoleh tidaklah sama, sehingga untuk menyamakan satuan dari semua variabel

tersebut dalam bentuk logaritma seperti yang terlihat pada tabel berikut.

Tabel 4.5.
Log X1, Log X2 dan Log Y
Tahun Log X1 Log X2 Log Y
2011 13,01 4,02 6,42
2012 13,04 3,56 6,43
2013 13,07 3,63 6,45
54

2014 13,10 3,87 6,46


2015 13,12 3,98 6,47
2016 13,15 4,01 6,49
2017 13,17 4,01 6,55
2018 13,19 3,98 6,63
2019 13,21 4,01 6,65
2020 13,21 4,05 6,69
Sumber : BPS, Muaro Jambi 2021.

4.3. Analisis Data

4.3.1. Analisis Regresi Linear Berganda

Persamaan Regresi Linear Berganda dari penelitian Pengaruh PDRB ADHK

Dan Jumlah Pengangguran Terhadap Garis Kemiskinan Di Kabuapaten Muaro

Jambi Tahun 2011-2020, maka dapat dijelaskan pada tabel hasil perhitungan

program SPSS versi 23 di bawah ini.

Tabel 4.6.
Analisis Regresi

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Correlations

Std. Zeroorde
Model B Error Beta T Sig. r Partial Part
1 (Constant) -10,301 3,313 -3,109 ,017

PDRB ADHK 1,283 ,270 ,916 4,745 ,002 ,910 ,873 ,742

Jumlah
-,005 ,111 -,009 -,046 ,965 ,528 -,017 -,007
Pengangguran
a. Dependent Variable: Garis Kemiskinan

Dari tabel di atas 4.6 dapat di jelaskan persamaan regresi berganda sbb :
55

Y = -10,301 + 1,283X1 - 0,005X2

Penjelasan :

Berdasarkan persamaan regresi linear berganda tersebut di atas maka dapat

di jelaskan sebagai berikut :

1. Nilai konstanta sebesar -10,301 artinya jika semua variabel independent

(PDRB ADHK dan jumlah pengangguran) bernilai konstan maka garis

kemiskinan di Kabuapaten Muaro Jambi tahun 2011-2020 (variabel pependen)

sebesar -10,301.

2. Nilai koefisien PDRB ADHK (X1) sebesar 1,283, artinya setiap peningkatan

PDRB ADHK sebesar Rp.1 maka garis kemiskinan di Kabuapaten Muaro

Jambi tahun 2011-2020 akan meningkat sebesar Rp. 1,283.

3. Nilai koefisien jumlah pengangguran (X2) sebesar -0,005, artinya setiap

peningkatan jumlah pengangguran sebanyak 1 orang, maka garis kemiskinan di

Kabuapaten Muaro Jambi tahun 2011-2020 akan menurun sebesar Rp. 0,005.

4.3.2. Besar Pengaruh Variabel PDRB ADHK (X1) dan Jumlah

Pengangguran (X2) Terhadap Kemiskinan (Y)

Untuk melihat besarnya Pengaruh Pengaruh PDRB ADHK Dan Jumlah

Pengangguran Terhadap Garis Kemiskinan Di Kabuapaten Muaro Jambi Tahun

2011-2020 maka dapat dijelaskan seperti berikut.

4.3.2.1. Besar Pengaruh Secara Simultan

Pengaruh secara simultan antara variabel Pengaruh PDRB ADHK Dan

Jumlah Pengangguran Terhadap Garis Kemiskinan Di Kabuapaten Muaro Jambi

Tahun 2011-2020 dapat dilihat dari koefisien determinasi R square pada tabel

berikut.
56

Tabel 4.7
Besar Pengaruh Secara Simultan

Model Summaryb

Std. Error of the Durbin-


Model R R Square Adjusted R Square Estimate Watson

1 ,911a ,829 ,780 ,04710 1

a. Predictors: (Constant), Jumlah Pengangguran, PDRB ADHK


b. Dependent Variable: Garis Kemiskinan

Nilai R-Square adalah persentase konstribusi variabel Pengaruh PDRB ADHK

Dan Jumlah Pengangguran Terhadap Garis Kemiskinan Di Kabuapaten Muaro

Jambi Tahun 2011-2020 dengan angka 0,829, yang merupakan kuadratan dari

koefisien korelasi (0,911). Artinya besar pengaruh variabel PDRB ADHK Dan

Jumlah Pengangguran Terhadap Garis Kemiskinan Di Kabuapaten Muaro Jambi

Tahun 2011-2020 adalah sebesar 82,9% sedangkan sisanya sebesar 17,1 % di

pengaruhi oleh faktor lain yang tidak di teliti di dalam penelitian ini.

4.3.2.2. Besar Pengaruh Secara Parsial

Pengaruh secara parsial antara variabel Pengaruh PDRB ADHK Dan Jumlah

Pengangguran Terhadap Garis Kemiskinan Di Kabuapaten Muaro Jambi Tahun

2011-2020 dapat dilihat dari nilai zero order pada tabel 4.6 di atas, yaitu :

1. Nilai zero-order variabel pdrb adhk (X1) sebesar 0,581 maka KD = (0,916 x 0,

910) x 100% = 0,83356 x 100% = 83,356%. Besarnya pengaruh PDRB ADHK

terhadap garis kemiskinan di Kabupaten Muaro Jambi tahun 2011-2020 yaitu

sebesar 83,356%.

2. Nilai zero-order variabel jumlah pengangguran (X2) sebesar 0,953 maka KD =

(-0,009 x 0,528) x 100% = -0,004752 x 100% = -0,4752%. Besarnya pengaruh


57

jumlah pengangguran terhadap garis kemiskinan di Kabupaten Muaro Jambi

tahun 2011-2020 yaitu sebesar -0,4752%

4.3.3. Pengujian Hipotesis

4.3.3.1. Hipotesis Uji-F

Untuk melihat uji Hipotesis secara simultan Pengaruh PDRB ADHK Dan

Jumlah Pengangguran Terhadap Garis Kemiskinan Di Kabuapaten Muaro Jambi

Tahun 2011-2020 maka dapat di jelaskan pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.8.
Hasil Analisis F Hitung
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 2 ,038 16,974 ,002b
,075
Residual 7 ,002
,016
Total ,091 9
a. Dependent Variable: Garis Kemiskinan
b. Predictors: (Constant), Jumlah Pengangguran, PDRB ADHK
Berdasarkan tabel 4.8 di atas dari uji Anova atau F tes ternyata di

dapatkan hasil F-hitung adalah 16,974. Berdasarkan analisis di atas dapat di

dilihat sebagai berikut : di mana F-hitung  F-tabel atau 16,974  5,99 (Df regresi

=2, Df residual = 6) atau dapat dilihat dari uji signifikansi yaitu 0,002 < 0,050,

maka Ho di tolak dan Ha di terima, artinya terdapat pengaruh yang signifikan

secara simultan antara PDRB ADHK dan jumlah pengangguran terhadap garis

kemiskinan di Kabuapaten Muaro Jambi tahun 2011-2020.

4.3.3.2. Hipotesis Uji-t

Uji hipotesis digunakan untuk mengetahui pengaruh parsial dari masig-

masing variabel independen terhadap variabel dependen yang dapat dilihat seperti

pada tabel berikut.


58

Tabel 4.9. Pengaruh


Secara Parsial
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Correlations

Std. Zeroorde
Model B Error Beta T Sig. r Partial Part
1 (Constant) -10,301 3,313 -3,109 ,017

PDRB ADHK 1,283 ,270 ,916 4,745 ,002 ,910 ,873 ,742

Jumlah
-,005 ,111 -,009 -,046 ,965 ,528 -,017 -,007
Pengangguran
a. Dependent Variable: Garis Kemiskinan

Dari tabel 4.9. di atas dapat dilihat besarnya pengaruh parsial yaitu :

a. Pengaruh PDRB ADHK Terhadap Garis Kemiskinan Di Kabuapaten Muaro

Jambi Tahun 2011-2020


Berdasarkan tabel diatas untuk variabel PDRB ADHK didapatkan t-hitung

sebesar 4,745 hal ini berarti bahwa t-hitung > t-tabel atau 4,745 > 2,44691 (α =

0,05 : Df residual = 6), serta dari uji signifikansi yaitu 0,002 < 0,050, maka H1 di

terima dan H0 tolak di dengan demikan dapat dikatakan bahwa PDRB ADHK

secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap garis kemiskinan di

Kabuapaten Muaro Jambi tahun 2011-2020.

b. Pengaruh Jumlah Pengangguran Terhadap Garis Kemiskinan Di Kabuapaten

Muaro Jambi Tahun 2011-2020

Berdasarkan tabel diatas untuk variabel jumlah pengangguran didapatkan

t-hitung sebesar -0,046 hal ini berarti bahwa -t-hitung > -t-tabel atau -0,046 > -

2,44691 (α = 0,05 : Df residual = 6), serta dari uji signifikansi yaitu 0,965 > 0,050,

maka H0 diterima dan H1 ditolak dengan demikan dapat dikatakan bahwa jumlah
59

pengangguran secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap garis

kemiskinan di Kabuapaten Muaro Jambi tahun 2011-2020.

4.4. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Pengaruh PDRB ADHK Terhadap Garis Kemiskinan di Kabupaten

MuaroJambi Tahun 2011-2020

PDRB ADHK secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap garis

kemiskinan di Kabuapaten Muaro Jambi tahun 2011-2020 karena nilai t-hitung

> t-tabel atau 4,745 > 2,44691, serta dari uji signifikansi yaitu 0,002 > 0,050.

Hal ini mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi dari PDRB ADHK

dapat meningkatkan standar terendah bagi masyarakat dalam memenuhi

kebutuhanya yang disebut dengan garis kemiskinan. Meningkatnya PDRB

ADHK yang diikuti oleh upaya penyediaan lapangan pekerjaan, sehingga jika

PDRB ADHK meningkat maka dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

PDRB ADHK yang berpengaruh tersebut mencerminkan bertambahnya

kualitas pertumbuhan ekonomi yang ada karena mampu dalam mengurangi

kemiskinan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori menurut Sukirno (2000:122) mengatakan

bahawa, pertumbuhan ekonomi dapat dikatakan ketika kenaikan PDRB tanpa

memandang kenaikan itu lebih besar maupun lebih kecil. Sehingga ketika

PDRB menurun akan berdampak kepada menurunnya kualitas dan konsumsi

rumah tangga. Dan ketika pendapatan masyarakat berkurang makan banyak

rumah tangga yang menjadi miskin yang berakibat pada perubahan pola

makanan pokok nya menjadi bahan pokok yang murah dan dengan jumlah

yang berkurang.
60

2. Pengaruh Jumlah Pengangguran Terhadap Garis Kemiskinan di

Kabupaten MuaroJambi Tahun 2011-2020

Jumlah pengangguran secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

garis kemiskinan di Kabuapaten Muaro Jambi tahun 2011-2020 karena nilai -

thitung > -t-tabel atau -0,046 > -2,44691, serta dari uji signifikansi yaitu 0,965

< 0,050. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori menurut Sukirno

(2000:124), dimana pengangguran akan menimbulkan efek mengurangi

pendapatan masyarakat, dan itu akan mengurangi tingkat kemakmuran yang

telah tercapai. Semakin turun tingkat kemakmuran, maka masalah lain yaitu

kemiskinan akan muncul.

Kondisi ini kemungkinan disebabkan oleh jumlah pengangguran masih relatif

sedikit, sehingga meskipun mengalami peningkatan tetapi tidak mempengaruhi

garis kemiskinan.

3. Pengaruh PDRB ADHK dan Jumlah pengangguran Terhadap Garis

Kemiskinan di Kabupaten MuaroJambi Tahun 2011-2020

Sesuai dengan hasil analisis yang telah diuraikan, mengemukakan bahwa

secara simultan variabel PDRB ADHK dan jumlah pengangguran secara

simultan atau bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

garis kemiskinan di Kabuapaten Muaro Jambi tahun 2011-2020. Hal ini

dibuktikan dengan hasil uji F-hitung  F-tabel atau 16,974  5,99 (Df 1 =2, Df

2 = 6) atau dapat dilihat dari uji signifikansi yaitu 0,002 < 0,050. Hasil

penelitian ini sejaan dengan teori menurut Dartanto dan Nurkholis (2013:12)

faktor-faktor penentu dinamika kemiskinan di Indonesia antara lain pendapatan


61

(PDRB), pendidikan, aset fisik, pengangguran, guncangan kesehatan dan

perubahan pada sektor pekerjaan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya dengan judul Pengaruh

Tingkat Pendidikan, Pengangguran, Pertumbuhan Ekonomi Dan Indeks

Pembangunan Manusia Terhadap Kemiskinan Di D.I.Yogyakarta Periode

20102017, oleh Suripto dan Lalu Subayil. Penelitian ini menggunakan data

sekunder dengan alat analisis data panel, yang terdiri dari data deret waktu selama

periode 2010-2017 dan data cross section 5 Kabupaten / kota di Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta. Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini untuk

mengestimasi model regresi data panel adalah dengan menggunakan model efek

tetap. Hasil dalam penelitian dengan tingkat signifikansi 5% menunjukkan bahwa

(1) Variabel Tingkat Pendidikan tidak berpengaruh signifikan terhadap

kemiskinan; (2) variabel pengangguran tidak berpengaruh terhadap kemiskinan;

(3) Variabel Pertumbuhan Ekonomi memiliki pengaruh negatif dan signifikan

terhadap kemiskinan; (4) Variabel Indeks Pembangunan Manusia memiliki

pengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan.

.
62

BAB

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dari hasil analsis dan pembahasan tentang pengaruh pdrb adhk dan jumlah

pengangguran terhadap garis kemiskinan di Kabuapaten Muaro Jambi tahun

20112020 maka dapat di simpulkan sebagai berikut :

1. Secara simultan PDRB ADHK dan jumlah pengangguran berpengaruh secara

signifikan terhadap garis kemiskinan di Kabuapaten Muaro Jambi tahun

20112020 dengan t hitung > t tabel dan F hitung > F tabel. Secara parsial

bahwa PDRB ADHK secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap

garis kemiskinan di Kabuapaten Muaro Jambi tahun 2011-2020 karena nilai t-

hitung > t-tabel. Sedangkan jumlah pengangguran secara parsial tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap garis kemiskinan di Kabuapaten Muaro

Jambi tahun 2011-2020 karena nilai -t-hitung > -t-tabel.

2. Besar pengaruh secara simultan antara variabel variabel pdrb adhk dan jumlah

pengangguran terhadap garis kemiskinan di Kabuapaten Muaro Jambi tahun


63

2011-2020 adalah 82,9% sedangkan sisanya sebesar 17,1% dipengaruhi oleh

faktor lain yang tidak di teliti di dalam penelitian ini. Sedangkan secara parsial

besarnya pengaruh PDRB ADHK terhadap garis kemiskinan di Kabuapaten

Muaro Jambi tahun 2011-2020 adalah sebesar 83,356% dan besarnya pengaruh

variabel jumlah pengangguran terhadap garis kemiskinan di Kabuapaten Muaro

Jambi tahun 2011-2020 adalah -0,4752%.

69
5.2. Saran

Setelah penulis melakukan analisa dan menyimpulkan kajian ini penulis

memberi saran sebagai berikut :

1. Kebijakan pemberdayaan penduduk dan perluasan lapangan kerja

2. Perlu ditingkatkannya pemanfaatan sumberdaya manusia yang baik dengan

tujuan menciptakan masyarakat yang produktif sehingga akan membuat

rendahnya tingkat pengangguran.

3. Masyarakat untuk lebih meningkatkan kreatifitas dan lebih mengeksplor

kemampuan yang ada pada dirinya dengan demikian akan meningkatkan

produktifitas bagi dirinya sehingga dirinya mampu untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya. Karena pengentasan masalah pengangguran dan jumlah penduduk

bukanlah semata mata tugas pemerintah.

4. Mengatasi pengangguran dapat dilakukan baik secara langsung maupun tidak

langsung. Secara langsung pemerintah menambah lapangan kerja baru,

sedangkan cara tidak langsung pemerintah hendaknya memberikan


64

pengembangan kewirausahan dan kegiatan pemberdayaan masyarakat.

Pemerintah hendaknya melakukan usahausaha untuk meningkatkan investasi.

Investasi yang dimaksud adalah investasi padat karya, bukan padat modal.

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Rahardjo. 2005. Dasar-dasar Ekonomi Wilayah. Penerbit Graha.

Adiatmojo, Dwi Gatot. 2003. Pembangunan Berkelanjutan dengan


Optimasi. Erlangga : Jakarta.

Badrudin, Ali. 2009. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta : STIE YKPN.

Bagoes, Ida Mantra. 2004. Filsafat Penelitian & Metode Penlitian Sosial.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Badan Pusat Statistik. 2004. Statistik Indonesia Tahun 2001. Jakarta Pusat : Badan
Pusat Statistik.

Badan Pusat Statistik. 2011. Pedoman Pendataan Survei Sosial Ekonomi


Nasional Tahun 2011. Jakarta Pusat : Badan Pusat Statistik.

Badan Pusat Statistik. 2019. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi-Provinsi


di Indonesia menurut Lapangan Usaha. Jakarta Pusat : Badan Pusat
Statistik.

Badan Pusat Statistik. 2016. Booklet Indeks Pembangunan Manusia Metode Baru.
Jakarta. Penghitungan dan Analisis Kemiskinan Makro di Indonesia.
Jakarta Pusat : Badan Pusat Statistik.

Departemen Sosial. 2002. Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan.


Sekretariat Kelompok Kerja Perencanaan Makro Penanggulangan
Kemiskinan. Komite Penanggulangan Kemiskinan.

Gilarso, T., 2004. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro. Edisi Revisi, Kanisius,
Yogyakarta.
65

Gilarso, T. 2007. Ilmu Ekonomi Mikro. Teori Permintaan. PT.Angkasa Bhakti.


Semarang.

Ghozali, Imam. 2007. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.


Universitas Diponogoro, Semarang.

Hudayana, Dadan. 2009. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat


Kemiskinan. Di Indonesia. (Skripsi). Institut Pertanian, Bogor.

Kartasamita. 2004. Ekonomi Perencanaan. Jakarta : FE-UI.


Kuncoro, Mudrajad. 2004. Ekonomi Pembangunan, Teori, Masalah, dan
Kebijakan. Edisi Ketiga, Penerbit UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

Kuncoro, Mudrajad. 2010. Dasar-dasar Ekonometrika. Penerbit UPP AMP


YKPN, Yogyakarta

Mankiw, N. Gregory. 2012. Makroekonomi. Edisi ke Enam, Erlangga, Jakarta.

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. KEP. 102/MEN/VI/2004 tentang


Waktu Kerja Lembur dan Upah Kerja. Lembur. Page 3. C. Internet.

Nanga, Muana. 2005. Makro Ekonomi: Teori, Masalah, dan Kebijakan. Jakarta:
PT. Grafindo Persada.

Rahman, Y. A., & Chamelia, A. L. 2015. Faktor-Faktor yang mempengaruhi


PDRB Kabupaten/Kota Jawa Tengah Tahun 2008-2012. Journal
Economic and Policy, 8(1), 88-99.

Riyadi, Bratakusumah. 2004. Perencanaan Pembangunan Daerah. PT. Gramedia


Pustaka Utama, Jakarta.

Santoso, Budi dan Susilo, Y. Sri. 2002. Bank dan Lembaga kepada Sektor UMKM
di Indonesia. Buletin Studi.

Sekaran, Uma. 2011. Research Methods For Business (Metode Penelitian Untuk.
Bisnis). Jakarta.

Siagian, Sondang. P. 2004. Teori Motivasi Dan Aplikasinya. Bina Aksara Jakarta.

Sjafrizal. 2009. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi. Baduose Media, Cetakan
Pertama. Padang.

Sjafrizal. 2014. Perencanaan Pembangunan Daerah Dalam Era Otonomi. Jakarta


: PT. Raja Grafindo Persada.
66

Sugiono. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta : PT. Raja Grafindo


Persada.

Sukirno, Sadono. 2000. Pengantar Ekonomi Pembangunan. Jakarta : LP3ES UI.

Sukirno, Sadono. 2004. Makro Ekonomi. Jakarta : LP3ES UI.

Sukmawari. 2018. Analisis pengaruh indeks pembangunan manusia (IPM),


pertumbuhan ekonomi dan pengangguran terhadap kemiskinan di
Indonesia. Jurnal Ekonomi Syariah, Vol 6 ,No 2, hal 217-240.

Supriatna, Nugroho. 2003. Kemiskinan, Ketimpangan dan Kesenjangan.


Yogyakarta : Aditya Media. Kawasan Industri. Jakarta: Pusat Penelitian
dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial.

Suryana. 2000. Ekonomi Pembangunan: Problematika dan Pendekatan. Jakarta:


Salemba Empat.

Suryawati. 2005. Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk, Pendidikan dan


Pengangguran terhadap Kemiskinan Di Jawa Timur. Skripsi. Fakultas
Ekonomi, Unesa, Kampus Ketintang Surabaya.

Syafalevi, 2011. Pengantar Administrasi Pembangunan. LP3ES: Jakarta.

Tambunan, Tulus H. 2003. Perekonomian Indonesia. Penerbit Ghalia Indonesia,


Jakarta.

Tambunan, Tulus. 2011. Perekonomian Indonesia: Kajian Teoretis dan Analisis


Empiris. Ghalia Indonesia. Bogor.

Thamrin, 2001. Analisis Potensi Pendapatan Asli Daerah. UPP AMP YKPN,
Yogyakarta.

Todaro, Michael P. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Erlangga,


Jakarta.

Todaro, Michael, P. 2006. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Edisi Ketujuh


(diterjemahkanoleh Haris Munandar). Jakarta : Erlangga.

Tohar. 2000. Membuka Usaha Kecil. Yogyakarta: Kanisius.

Whisnu, Adhi Saputra. 2011. Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk, PDRB, IPM,.
Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan di Kabupaten/Kota Jawa
Tengah. (Skripsi).
67

LAMPIRAN
68

DATA SPSS

Jumlah Garis
Tahun Pengangguran Kemiskinan
PDRB ADHK (Jiwa) (Rupiah)
(Rupiah)
2011 10.134.020.000.000 10.452 2.611.908
2012 10.866.520.000.000 3.614 2.702.028
2013 11.643.600.000.000 4.305 2.805.276
2014 12.578.250.000.000 7.429 2.863.404
2015 13.238.010.000.000 9.510 2.941.476
2016 13.964.190.000.000 10.184 3.071.016
2017 14.655.060.000.000 10.276 3.551.796
2018 15.389.570.000.000 9.464 4.242.996
2019 16.151.720.000.000 10.302 4.504.464
2020 16.194.860.000.000 11.184 4.909.248

COMPUTE x1=LG10(x1).
EXECUTE.
COMPUTE x2=LG10(x2).
EXECUTE.
COMPUTE y=LG10(y). EXECUTE.
REGRESSION
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA ZPP
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
69

/DEPENDENT y
/METHOD=ENTER x1 x2.

Regression
Notes

Output Created 09-DES-2021 10:16:25

Comments
DataSet0
Input Active Dataset

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File 10

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as
missing.

Cases Used
Statistics are based on cases with no
missing values for any variable used.
Syntax REGRESSION
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA
ZPP
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT y
/METHOD=ENTER x1 x2
/RESIDUALS DURBIN.
Resources Processor Time 00:00:00,03

Elapsed Time 00:00:00,03

Memory Required 2944 bytes


70

Additional Memory Required for


Residual Plots 0 bytes

[DataSet0]
Variables Entered/Removeda

Model Variables Entered Variables Removed Method

1 Jumlah Pengangguran,
PDRB ADHKb . Enter
a. Dependent Variable: Garis Kemiskinan
b. All requested variables entered.

Model Summaryb

Durbin-
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Watson

1 ,911a ,829 ,780 ,04710 1

a. Predictors: (Constant), Jumlah Pengangguran, PDRB ADHK


b. Dependent Variable: Garis Kemiskinan

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression ,075 2 ,038 16,974 ,002b

Residual ,016 7 ,002

Total ,091 9

a. Dependent Variable: Garis Kemiskinan


b. Predictors: (Constant), Jumlah Pengangguran, PDRB ADHK

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Correlations

Std. Zeroorde
Model B Error Beta T Sig. r Partial Part
1 (Constant) -10,301 3,313 -3,109 ,017

PDRB ADHK 1,283 ,270 ,916 4,745 ,002 ,910 ,873


71

-,005 ,111 -,009 -,046 ,965 ,528 -,017 ,742


Jumlah
Pengangguran -,007
a. Dependent Variable: Garis Kemiskinan

Tabel Distribusi T
Pr 0.25 0.10 0.05 0.025 0.01 0.005 0.001
Df 0.50 0.20 0.10 0.050 0.02 0.010 0.002
1 1.00000 3.07768 6.31375 12.70620 31.82052 63.65674 318.30884
2 0.81650 1.88562 2.91999 4.30265 6.96456 9.92484 22.32712
3 0.76489 1.63774 2.35336 3.18245 4.54070 5.84091 10.21453
4 0.74070 1.53321 2.13185 2.77645 3.74695 4.60409 7.17318
5 0.72669 1.47588 2.01505 2.57058 3.36493 4.03214 5.89343
6 0.71756 1.43976 1.94318 2.44691 3.14267 3.70743 5.20763
7 0.71114 1.41492 1.89458 2.36462 2.99795 3.49948 4.78529
8 0.70639 1.39682 1.85955 2.30600 2.89646 3.35539 4.50079
9 0.70272 1.38303 1.83311 2.26216 2.82144 3.24984 4.29681
10 0.69981 1.37218 1.81246 2.22814 2.76377 3.16927 4.14370
11 0.69745 1.36343 1.79588 2.20099 2.71808 3.10581 4.02470
12 0.69548 1.35622 1.78229 2.17881 2.68100 3.05454 3.92963
13 0.69383 1.35017 1.77093 2.16037 2.65031 3.01228 3.85198
14 0.69242 1.34503 1.76131 2.14479 2.62449 2.97684 3.78739
15 0.69120 1.34061 1.75305 2.13145 2.60248 2.94671 3.73283
16 0.69013 1.33676 1.74588 2.11991 2.58349 2.92078 3.68615
17 0.68920 1.33338 1.73961 2.10982 2.56693 2.89823 3.64577
18 0.68836 1.33039 1.73406 2.10092 2.55238 2.87844 3.61048
19 0.68762 1.32773 1.72913 2.09302 2.53948 2.86093 3.57940
20 0.68695 1.32534 1.72472 2.08596 2.52798 2.84534 3.55181
21 0.68635 1.32319 1.72074 2.07961 2.51765 2.83136 3.52715
22 0.68581 1.32124 1.71714 2.07387 2.50832 2.81876 3.50499
23 0.68531 1.31946 1.71387 2.06866 2.49987 2.80734 3.48496
24 0.68485 1.31784 1.71088 2.06390 2.49216 2.79694 3.46678
25 0.68443 1.31635 1.70814 2.05954 2.48511 2.78744 3.45019
26 0.68404 1.31497 1.70562 2.05553 2.47863 2.77871 3.43500
27 0.68368 1.31370 1.70329 2.05183 2.47266 2.77068 3.42103
28 0.68335 1.31253 1.70113 2.04841 2.46714 2.76326 3.40816
29 0.68304 1.31143 1.69913 2.04523 2.46202 2.75639 3.39624
30 0.68276 1.31042 1.69726 2.04227 2.45726 2.75000 3.38518
72

31 0.68249 1.30946 1.69552 2.03951 2.45282 2.74404 3.37490


32 0.68223 1.30857 1.69389 2.03693 2.44868 2.73848 3.36531
33 0.68200 1.30774 1.69236 2.03452 2.44479 2.73328 3.35634
34 0.68177 1.30695 1.69092 2.03224 2.44115 2.72839 3.34793
35 0.68156 1.30621 1.68957 2.03011 2.43772 2.72381 3.34005
36 0.68137 1.30551 1.68830 2.02809 2.43449 2.71948 3.33262
37 0.68118 1.30485 1.68709 2.02619 2.43145 2.71541 3.32563
38 0.68100 1.30423 1.68595 2.02439 2.42857 2.71156 3.31903
39 0.68083 1.30364 1.68488 2.02269 2.42584 2.70791 3.31279
40 0.68067 1.30308 1.68385 2.02108 2.42326

Tabel Distribusi F

Df untuk Df untuk pembilang (N1)


penyebut
(N2)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 161 199 216 225 230 234 237 239 241 242 243
2 18.51 19.00 19.16 19.25 19.30 19.33 19.35 19.37 19.38 19.40 19.40
3 10.13 9.55 9.28 9.12 9.01 8.94 8.89 8.85 8.81 8.79 8.76
4 7.71 6.94 6.59 6.39 6.26 6.16 6.09 6.04 6.00 5.96 5.94
5 6.61 5.79 5.41 5.19 5.05 4.95 4.88 4.82 4.77 4.74 4.70
6 5.99 5.14 4.76 4.53 4.39 4.28 4.21 4.15 4.10 4.06 4.03
7 5.59 4.74 4.35 4.12 3.97 3.87 3.79 3.73 3.68 3.64 3.60
8 5.32 4.46 4.07 3.84 3.69 3.58 3.50 3.44 3.39 3.35 3.31
9 5.12 4.26 3.86 3.63 3.48 3.37 3.29 3.23 3.18 3.14 3.10
10 4.96 4.10 3.71 3.48 3.33 3.22 3.14 3.07 3.02 2.98 2.94
11 4.84 3.98 3.59 3.36 3.20 3.09 3.01 2.95 2.90 2.85 2.82
12 4.75 3.89 3.49 3.26 3.11 3.00 2.91 2.85 2.80 2.75 2.72
13 4.67 3.81 3.41 3.18 3.03 2.92 2.83 2.77 2.71 2.67 2.63
14 4.60 3.74 3.34 3.11 2.96 2.85 2.76 2.70 2.65 2.60 2.57
15 4.54 3.68 3.29 3.06 2.90 2.79 2.71 2.64 2.59 2.54 2.51
16 4.49 3.63 3.24 3.01 2.85 2.74 2.66 2.59 2.54 2.49 2.46
17 4.45 3.59 3.20 2.96 2.81 2.70 2.61 2.55 2.49 2.45 2.41
18 4.41 3.55 3.16 2.93 2.77 2.66 2.58 2.51 2.46 2.41 2.37
19 4.38 3.52 3.13 2.90 2.74 2.63 2.54 2.48 2.42 2.38 2.34
20 4.35 3.49 3.10 2.87 2.71 2.60 2.51 2.45 2.39 2.35 2.31
21 4.32 3.47 3.07 2.84 2.68 2.57 2.49 2.42 2.37 2.32 2.28
22 4.30 3.44 3.05 2.82 2.66 2.55 2.46 2.40 2.34 2.30 2.26
23 4.28 3.42 3.03 2.80 2.64 2.53 2.44 2.37 2.32 2.27 2.24
24 4.26 3.40 3.01 2.78 2.62 2.51 2.42 2.36 2.30 2.25 2.22
25 4.24 3.39 2.99 2.76 2.60 2.49 2.40 2.34 2.28 2.24 2.20
26 4.23 3.37 2.98 2.74 2.59 2.47 2.39 2.32 2.27 2.22 2.18
73

27 4.21 3.35 2.96 2.73 2.57 2.46 2.37 2.31 2.25 2.20 2.17
28 4.20 3.34 2.95 2.71 2.56 2.45 2.36 2.29 2.24 2.19 2.15
29 4.18 3.33 2.93 2.70 2.55 2.43 2.35 2.28 2.22 2.18 2.14
30 4.17 3.32 2.92 2.69 2.53 2.42 2.33 2.27 2.21 2.16 2.13
31 4.16 3.30 2.91 2.68 2.52 2.41 2.32 2.25 2.20 2.15 2.11
32 4.15 3.29 2.90 2.67 2.51 2.40 2.31 2.24 2.19 2.14 2.10
33 4.14 3.28 2.89 2.66 2.50 2.39 2.30 2.23 2.18 2.13 2.09
34 4.13 3.28 2.88 2.65 2.49 2.38 2.29 2.23 2.17 2.12 2.08
35 4.12 3.27 2.87 2.64 2.49 2.37 2.29 2.22 2.16 2.11 2.07
36 4.11 3.26 2.87 2.63 2.48 2.36 2.28 2.21 2.15 2.11 2.07
37 4.11 3.25 2.86 2.63 2.47 2.36 2.27 2.20 2.14 2.10 2.06
38 4.10 3.24 2.85 2.62 2.46 2.35 2.26 2.19 2.14 2.09 2.05
39 4.09 3.24 2.85 2.61 2.46 2.34 2.26 2.19 2.13 2.08 2.04
40 4.08 3.23 2.84 2.61 2.45 2.34 2.25 2.18 2.12 2.08 2.04
41 4.08 3.23 2.83 2.60 2.44 2.33 2.24 2.17 2.12 2.07 2.03
42 4.07 3.22 2.83 2.59 2.44 2.32 2.24 2.17 2.11 2.06 2.03
43 4.07 3.21 2.82 2.59 2.43 2.32 2.23 2.16 2.11 2.06 2.02
44 4.06 3.21 2.82 2.58 2.43 2.31 2.23 2.16 2.10 2.05 2.01
45 4.06 3.20 2.81 2.58 2.42 2.31 2.22 2.15 2.10 2.05 2.01
Data Garis Kemiskinan
Kemiskinan Kabupaten Muaro Jambi
Kemiskinan 2011
Garis Kemiskinan (Rupiah) 217 659,00
Jumlah Penduduk Miskin (Ribu Jiwa) 17,59
Persentase Penduduk Miskin (P0)) 4,98
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) 0,43
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) 0,07
Source Url: https://muarojambikab.bps.go.id/indicator/23/195/4/kemiskinan-kabupaten-muaro-jambi.html
Access Time: June 1, 2021, 9:50 am

Kemiskinan Kabupaten Muaro Jambi


Kemiskinan 2012 2013 2014
Garis Kemiskinan (Rupiah) 225 169,00 233 773,00 238 617,00
Jumlah Penduduk Miskin (Ribu Jiwa) 18,76 17,41 14,41
Persentase Penduduk Miskin (P0)) 5,08 4,58 4,45
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) 0,45 0,50 0,44
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) 0,10 0,10 0,07
Source Url: https://muarojambikab.bps.go.id/indicator/23/195/3/kemiskinan -kabupaten-muarojambi.html
Access Time: June 1, 2021, 9:48 am

Kemiskinan Kabupaten Muaro Jambi


Kemiskinan 2015 2016 2017
Garis Kemiskinan (Rupiah) 245 123,00 255 918,00 295 983,00
Jumlah Penduduk Miskin (Ribu Jiwa) 18,32 17,52 18,28
Persentase Penduduk Miskin (P0)) 4,63 4,30 4,37
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) 0,61 0,49 0,45
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) 0,13 0,08 0,07
Source Url: https://muarojambikab.bps.go.id/indicator/23/195/2/kemiskinan -kabupaten-muarojambi.html
Access Time: June 1, 2021, 9:47 am
Kemiskinan Kabupaten Muaro Jambi
Kemiskinan 2018 2019 2020
Garis Kemiskinan (Rupiah) 353 583,00 375 372,00 409 104,00
Jumlah Penduduk Miskin (Ribu
Jiwa) 17,38 16,86 17,30
Persentase Penduduk Miskin (P0)) 4,05 3,83 3,83
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) 0,68 0,39 0,31
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) 0,21 0,07 0,05
Source Url: https://muarojambikab.bps.go.id/indicator/23/195/1/kemiskinan-kabupaten-muaro-jambi.html
Access Time: June 1, 2021, 9:45 am
Data PDRB ADHK
PDRB SERI 2010 ADHK MENURUT LAPANGAN USAHA (Milyar
Rupiah)
Sektor PDRB 2010 2011
A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3 764,99 4 033,10
B. Pertambangan dan Penggalian 1 318,12 1 518,13
C. Industri Pengolahan 1 589,13 1 730,72
D. Pengadaan Listrik dan Gas 3,25 3,59
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 11,21 11,52
F. Konstruksi 444,94 481,08
G. Perdagangan Besar Dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 460,88 489,22
H. Transportasi dan Pergudangan 346,44 362,49
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 53,59 57,64
J. Informasi dan Komunikasi 228,37 242,58
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 152,59 179,42
L. Real Estate 125,15 134,11
M,N. Jasa Perusahaan 128,43 131,83
O. Administrasi Pemerintahan , Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 297,28 316,61
P. Jasa Pendidikan 196,62 201,19
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 83,16 89,04
R,S,T,U. Jasa Lainnya 144,00 151,75
PDRB Muaro Jambi 9 348,17 10 134,02
Sumber: Badan Pusat Statistik Source: Statistics Indonesia
Source Url: https://muarojambikab.bps.go.id/indicator/52/146/4/pdrb -seri-2010-adhk-menurut-lapangan-usaha.html
Access Time: June 1, 2021, 9:44 am

PDRB SERI 2010 ADHK MENURUT LAPANGAN USAHA (Milyar


Rupiah)
Sektor PDRB 2012 2013 2014
A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4 329,37 4 636,61 5 152,32
B. Pertambangan dan Penggalian 1 637,49 1 716,79 1 754,33
C. Industri Pengolahan 1 854,88 2 006,54 2 151,27
D. Pengadaan Listrik dan Gas 3,87 3,93 4,35
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 11,55 11,73 12,11
F. Konstruksi 536,01 618,55 661,70
G. Perdagangan Besar Dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 520,99 550,77 588,90
H. Transportasi dan Pergudangan 389,33 410,47 444,30
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 61,97 66,81 76,83
J. Informasi dan Komunikasi 255,68 272,82 289,18
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 192,59 210,66 219,75
L. Real Estate 140,63 150,14 154,91
M,N. Jasa Perusahaan 137,95 140,49 151,45
O. Administrasi Pemerintahan , Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 330,77 357,00 399,44
P. Jasa Pendidikan 211,53 224,19 226,53
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 95,23 102,36 118,95
R,S,T,U. Jasa Lainnya 156,68 163,74 171,93
PDRB Muaro Jambi 10 866,52 11 643,60 12 578,25
Sumber: Badan Pusat Statistik Source: Statistics Indonesia
Source Url: https://muarojambikab.bps.go.id/indicator/52/146/3/pdrb -seri-2010-adhk-menurut-lapangan-usaha.html
Access Time: June 1, 2021, 9:41 am
PDRB SERI 2010 ADHK MENURUT LAPANGAN USAHA (Milyar Rupiah)
Sektor PDRB 2015 2016 2017
A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 5 468,64 5 821,21 6 121,01
B. Pertambangan dan Penggalian 1 753,06 1 796,62 1 865,32
C. Industri Pengolahan 2 279,96 2 379,60 2 461,04
D. Pengadaan Listrik dan Gas 4,60 4,92 5,02
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 12,60 13,24 13,74
F. Konstruksi 703,46 748,13 804,98
G. Perdagangan Besar Dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 633,83 683,82 738,24
H. Transportasi dan Pergudangan 470,00 491,24 511,64
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 81,53 86,74 92,36
J. Informasi dan Komunikasi 311,30 333,11 359,09
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 227,31 245,95 257,24
L. Real Estate 159,35 168,12 177,38
M,N. Jasa Perusahaan 158,48 167,52 177,10
O. Administrasi Pemerintahan , Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 424,85 439,84 455,37
P. Jasa Pendidikan 236,59 249,88 261,55
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 129,62 139,71 148,50
R,S,T,U. Jasa Lainnya 182,85 194,56 205,45
PDRB Muaro Jambi 13 238,01 13 964,19 14 655,06
Sumber: Badan Pusat Statistik Source: Statistics Indonesia
Source Url: https://muarojambikab.bps.go.id/indicator/52/146/2/pdrb -seri-2010-adhk-menurut-lapangan-usaha.html Access
Time: June 1, 2021, 9:39 am

Sektor PDRB PDRB SERI 2010 ADHK MENURUT LAPANGAN USAHA (Milyar Rupiah)
2018 2019 2020
A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 6 402,61 6 720,67 6 814,75
B. Pertambangan dan Penggalian 1 979,83 2 059,44 2 094,47
C. Industri Pengolahan 2 554,23 2 645,82 2 644,25
D. Pengadaan Listrik dan Gas 5,31 5,70 6,06
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 14,37 14,97 15,71
F. Konstruksi 852,24 917,74 898,41
G. Perdagangan Besar Dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 784,94 834,74 799,09
H. Transportasi dan Pergudangan 537,73 566,75 517,96
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 99,74 105,93 98,43
J. Informasi dan Komunikasi 387,75 409,38 447,80
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 260,08 267,80 282,36
L. Real Estate 188,38 204,84 202,11
M,N. Jasa Perusahaan 187,33 194,90 175,66
O. Administrasi Pemerintahan , Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 477,96 503,07 486,22
P. Jasa Pendidikan 282,15 304,81 311,01
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 157,86 168,89 180,55
R,S,T,U. Jasa Lainnya 217,06 226,25 220,01
PDRB Muaro Jambi 15 389,57 16 151,72 16 194,86
Sumber: Badan Pusat Statistik Source: Statistics Indonesia
Source Url: https://muarojambikab.bps.go.id/indicator/52/146/1/pdrb -seri-2010-adhk-menurut-lapangan-usaha.html Access
Time: June 1, 2021, 9:36 am

Data Jumlah Pengangguran


Jumlah Pengangguran (Jiwa)
Kabupaten/Kota 2011 2012 2013
Kerinci 4 513 5 163 8 465
Merangin 7 384 4 404 8 977
Sarolangun 5 060 2 362 4 361
Batang Hari 5 377 3 498 6 857
Muaro Jambi 10 452 3 614 4 305
Tanjab Timur 2 270 2 270 3 455
Tanjab Barat 5 593 3 737 6 021
Tebo 4 686 3 089 1 024
Bungo 4 379 4 959 6 443
Kota Jambi 8 907 11 657 18 518
Sungai Penuh 1 548 2 543 1 935
JAMBI 60 169 47 296 70 361
Sumber Data: Survei Angkatan Kerja Nasional (Pada tahun 2016, estimasi tidak dilakukan hingga level kabupaten/kota karena jumlah sampel yang terbatas)
Source Url: https://muarojambikab.bps.go.id/indicator/6/49/3/jumlah -pengangguran.html
Access Time: June 24, 2021, 8:21 am

Jumlah Pengangguran (Jiwa)


Kabupaten/Kota 2014 2015 2016
Kerinci 5 228 4 615 -
Merangin 4 115 9 020 -
Sarolangun 5 209 6 202 -
Batang Hari 6 659 4 003 -
Muaro Jambi 7 429 9 510 -
Tanjab Timur 1 879 1 536 -
Tanjab Barat 1 918 3 960 -
Tebo 6 439 3 280 -
Bungo 9 897 4 617 -
Kota Jambi 26 569 20 098 -
Sungai Penuh 4 442 3 508 -
JAMBI 79 784 70 349 67 671
Sumber Data: Survei Angkatan Kerja Nasional (Pada tahun 2016, estimasi tidak dilakukan hingga level kabupaten/kota karena jumlah sampel yang terbatas)
Source Url: https://muarojambikab.bps.go.id/indicator/6/49/2/jumlah -pengangguran.html
Access Time: June 24, 2021, 8:21 am

Jumlah Pengangguran (Jiwa)


Kabupaten/Kota 2017 2018 2019
Kerinci 4 065 3 721 3 341
Merangin 7 738 7 031 7 413
Sarolangun 3 227 5 905 5 985
Batang Hari 4 414 5 116 5 667
Muaro Jambi 10 276 9 464 10 302
Tanjab Timur 2 877 2 161 1 984
Tanjab Barat 4 971 4 395 4 555
Tebo 3 444 3 691 5 431
Bungo 8 248 5 498 6 832
Kota Jambi 15 754 19 488 20 635
Sungai Penuh 1 802 2 605 1 820
JAMBI 66 816 69 075 73 965
Sumber Data: Survei Angkatan Kerja Nasional (Pada tahun 2016, estimasi tidak dilakukan hingga level kabupaten/kota karena jumlah sampel yang terbatas)
Source Url: https://muarojambikab.bps.go.id/indicator/6/49/1/jumlah -pengangguran.html
Access Time: June 24, 2021, 8:15 am

Anda mungkin juga menyukai