Anda di halaman 1dari 11

1) HUKUM KEKEKALAN MASSA

Dalam suatu reaksi kimia yang berlangsung dalam wadah tertutup sedemikian
sehingga tidak ada materi yang dapat masuk atau keluar, massa zat-zat sebelum dan
sesudah reaksi adalah sama. Fakta bahwa massa zat-zat kekal, pada awalnya belum
diketahui karena keterlibatan gas dalam reaksi
belum dipahami (Simak Teori Flogiston). Baru
sekitar abad 18, para ahli mulai memahaminya.
Antoine Lavoisier (1743 – 1794) yang percaya
pentingnya pengamatan kuantitatif, berhasil
menjelaskan keterlibatan gas dalam reaksi kimia.
Lavoisier mengulang eksperimen oleh
Priestley. Ia memanaskan sebanyak 530 gram
merkuri dalam wadah tertutup yang terhubung
dengan udara dalam silinder ukur. Pada akhir
eksperimen, ternyata volumee udara dalam
silinder telah berkurang 1 bagian, sedangkan
5

Gambar 4. Antoine Laurent Lavoisier merkuri berubah menjadi calx merkuri dengan
(1743 – 1794) massa sebesar 572,4 gram ; atau terjadi
Sumber :
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/common
pertambahan massa sebesar 42,4 gram. Besarnya
s/f/fe/Antoine- Laurent_Lavoisier_ pertambahan ini ternyata sama dengan massa 1
%28by_Louis_Jean_Desire_ Delaistre 5
%29RENEW.jpg bagian udara yang berkurang dalam silinder.

Logam merkuri + 1
bagian udara  calx merkuri
5
530 gram 42,4 gram 572,4 gram

Berdasarkan reaksi ini, Lavoisier mengamati total massa zat-zat sebelum reaksi
sama dengan total massa zat sesudah reaksi. Kemudian ia memanaskan Kembali calx
merkuri yang dihasilkan dengan panas yang lebih besar. Pada akhir reaksi, ia
memperoleh
Kembali logam merkuri dan 1 bagian udara yang hilang tadi, dengan total massa sama
5
dengan calx merkuri. Ia menyadari bahwa 1
bagian udara tersebut adalah udara tanpa
5
flogiston yang dimaksud Priestley, yang dilepas calx merkuri dalam reaksinya
membentuk logam merkuri. Lavoisier menamakan 1 bagian udara yang terbentuk dalam
5
reaksi tersebut sebagai oksigen.

Hasil eksperimen Lavoisier ini berhasil mengoreksi pengamatan Priestley, sekaligus meruntuhkan Teori
Flogiston. Berdasarkan eksperimen ini dan banyak eksperimen lainnya, Lavoisier menemukan bahwa di
dalam suatu reaksi kimia tidak terjadi perubahan massa zat-zat. Berdsarkan hal ini, ia merumuskan
Hukum Kekekalan Massa yang berbunyi : “Di dalam suatu reaksi kimia, massa zat-zat sebelum dan
sesudah reaksi adalah sama”
CONTOH SOAL
1. Pada pembakaran 2,4 gram magnesium di udara, dihasilkan 4 gram oksida
magnesium. Berapa gram oksigen yang terpakai dalam reaksi itu ?
Jawaban
Persamaan reaksi pembakaran magnesium :
Mg (s) + 1 O2 (g)
2
→ MgO (s)
massa MgO = massa Mg + massa O2 4 gram = 2,4 gram + y
y = massa MgO - massa Mg
y = (4 – 2,4) gram
y = 1,6 gram

Jadi, massa oksigen yang terpakai sebanyak 1,6 gram

2. Sebanyak 254 gram tembaga dan 128 gram belerang bereaksi habis membentuk
senyawa tembaga sulfida. Menurut Hukum Kekealan Massa, berapa banyak tembaga
sulfida yang akan diperoleh dari reaksi tersebut ?
Jawaban
Persamaan reaksi tembaga dan belerang :
Cu (s) + S (s)  CuS (s)

Menurut hukum kekekalan massa, massa zat-zat sebelum dan sesudah reaksi adalah
sama, sehingga :

massa CuS = massa Cu + massa S


= (254 + 128) gram
= 382 gram

Jadi, massa tembaga sulfida (CuS) yang diperoleh sebanyak 382 gram.
2) HUKUM PERBANDINGAN TETAP
Pada akhir abad 18, Lavoisier dan para ilmuwan
lainnya mengamati bahwa banyak zat tersusun dari
dua atau lebih unsur yang berbeda jenis. Zat yang
kemudian dikenal sebagai senyawa ini memiliki
unsur-unsur dengan perbandingan yang tetap,
terlepas darimana senyawa tersebut berasal, apakah
dibuat atau terdapat di alam. Pada tahun 1799,
Joseph Louis Proust (1754 – 1826) berupaya
membuktikan keberlakuan fenomena ini secara
umum.
Salah satu eksperimen yang dilakukannya adalah
mereaksikan unsur hidrogen dan unsur oksigen.
Proust menemukan bahwa unsur hidrogen dan unsur

Gambar 6. Joseph Louis Proust oksigen selalu bereaksi membentuk senyawa air
(1754 – 1826) dengan perbandingan massa yang tetap, yakni 1 : 8.
Sumber :
https://media.sciencephoto.com/image/
c0208128/800wm/C0208128- massa hidrogen : massa oksigen = 1 : 8
Joseph_Louis_Proust.jpg

Tabel 5. Hasil Eksperimen Proust


Massa unsur Massa unsur Massa Sisa unsur
hidrogen oksigen yang senyawa air hidrogen atau
yang direaksikan direaksikan yang oksigen
terbentuk
1g 8g 9g 0
2g 8g 9g 1 g hidrogen
1g 9g 9g 1 g oksigen
2g 16 g 18 g 0

Proust menemukan bahwa senyawa selalu mengandung unsur-unsur dengan


perbandingan tetap dan tertentu. Ia merumuskan hukum yang dikenal sebagai Hukum
Perbandingan Tetap yang berbunyi : “Perbandingan massa unsur-unsur dalam suatu
senyawa adalah tertentu dan tetap”.

CONTOH SOAL
1. Pada elektrolisis, sebanyak 18 gram air terurai menjadi 2 gram hidrogen dan 16
gram oksigen.

a. Hitung massa hidrogen dan oksigen yang dapat diperoleh dari elektrolisis 50
gram air.
Pembahasan
Perbandingan massa unsur hidrogen dan oksigen dalam air = 2 g : 16 g = 1 : 8
Elektrolisis 50 gram air akan menghasilkan :
1 8
massa hidrogen = . 50 massa oksigen = . 50 gram
9 gram 9
massa hidrogen = 5,5556 gram massa oksigen = 44,4444 gram
b. Hitung massa hidrogen dan oksigen yang dapat diperoleh dari elektrolisis 50
gram air.
Pembahasan
Perbandingan massa unsur hidrogen dan oksigen dalam air = 2 g : 16 g = 1 : 8
Elektrolisis 50 gram air akan menghasilkan :
1 8
massa hidrogen = . 50 massa oksigen = . 50 gram
9 gram 9
massa hidrogen = 5,5556 gram massa oksigen = 44,4444 gram

c. Berapa massa air yang harus dielektrolisis untuk mendapatkan 100 gram oksigen?
Pembahasan
9
𝑚𝑎𝑖𝑟 = . 100 𝑔𝑟𝑎𝑚
8
𝑚𝑎𝑖𝑟 = 112,5 𝑔𝑟𝑎𝑚

2. Tabel berikut menunjukkan data hasil percobaan reaksi hidrogen dengan oksigen
membentuk air.

Tabel 6. Beberapa Data Reaksi Hidrogen dengan Oksigen Membentuk Air


Massa hidrogen Massa oksigen Massa air yang Massa peraksi
No.
yang direaksikan yang direaksikan terbentuk yang tersisa
1 1g 8g 9g 0
2 2g 16 g 18 g 0
3 1g 9g 9g 1 g oksigen
4 2g 8g 9g 1 g oksigen
5 5g 24 g 27 g 2 g hidrogen
6 10 g 10 g 11,25 g 8,75 g hidrogen

Berdasarkan data tersebut, tentukanlah perbandingan massa hidrogen dengan oksigen


dalam air.
Pembahasan
Marilah kita periksa perbandingan massa hidrogen dengan oksigen dalam senyawa
yang terbentuk, yaitu air.
Percobaan 1 Percobaan 5
massa hidrogen 1 massa hidrogen 5 − 2
= =
massa oksigen 8 massa oksigen 24
Percobaan 2 massa hidrogen 3
massa hidrogen 2 =
massa oksigen 24
= massa hidrogen 1
massa oksigen 16 =
massa hidrogen 1 massa oksigen 8
=
massa oksigen 8
3) HUKUM KELIPATAN BERGANDA
Dalam upaya merumuskan teori atomnya
menggunakan Hukum Kekekalan Massa dan Hukum
Perbandingan Tetap, John Dalton (1766 – 1844)
menemukan suatu hukum yang merupakan
pengembangan dari Hukum Perbandingan Tetap
Proust. Menurut Hukum Proust, suatu senyawa
tersusun dari unsur-unsur dengan perbandingan
tertentu dan tetap. Namun, para ilmuwan
menemukan unsur-unsur yang dapat bergabung
membentuk lebih dari satu jenis senyawa. Dalton
mengamati adanya keteraturan terkait dengan
perbandingan unsur dalam senyawa-senyawa
tersebut. Untuk memahami hal ini, simak percobaan
reaksi antara unsur nitrogen dan
unsur oksigen yang menghasilkan dua jenis senyawa,
Gambar 7. John Dalton yaitu senyawa oksida nitrogen I dan senyawa oksida
(1766 – 1844)
Sumber :
nitrogen II.
https://media.sciencephoto.com/imag Pada percobaan pertama, sebanyak 0,875 gram
e/c0334234/800wm/C0334234- nitrogen direaksikan dengan 1,00 gram oksigen.
John_Dalton,_English_Chemist.jpg
Reaksi ini menghasilkan senyawa nitrogen oksida I.
selanjutnya pada percobaan kedua, massa nitrogen diubah menjadi 1,75 gram sementara
massa oksigen tetap. Reaksi ini menghasilkan senyawa berbeda, yaitu nitrogen oksida II.

Tabel 7. Hasil Percobaan untuk Merumuskan Hukum Dalton


Massa nitrogen Massa oksigen Massa senyawa
Jenis Senyawa
yang direaksikan yang direaksikan yang terbentuk
Nitrogen oksida I 0,875 g 1,00 g 1,875 g
Nitrogen oksida I 1,75 g 1,00 g 2,75 g

Dengan massa oksigen yang sama, ternyata perbandingan massa nitrogen dalam kedua
senyawa merupakan bilangan bulat sederhana.

massa nitrogen dalam senyawa 0,875 g 1


nitrogen oksida I =
= 1,75 g 2
massa nitrogen dalam senyawa
nitrogen oksida II

Berdasarkan pengamatannya terhadap data, Dalton merumuskan Hukum Kelipatan


Perbandingan (Hukum Dalton) yang berbunyi : “Jika massa dari salah satu unsur
dalam kedua senyawa itu sama, maka perbandingan massa unsur yang satu lagi
dalam kedua senyawa itu merupakan bilangan bulat dan sederhana”.

CONTOH SOAL
1. Belerang (S) dan Oksigen (O) membentuk dua jenis senyawa. Kadar belerang dalam
senyawa I dan II berturut-turut adalah 50% dan 40%. Apakah hukum Dalton berlaku
untuk senyawa tersebut ?
Pembahasan
Senyawa I terdiri atas 50% belerang, berarti massa oksigen adalah 50%
Senyawa II terdiri dari 40% belerang, berarti massa oksigen adalah 60%
massa S : massa O dalam senyawa I = 50 : 50 = 1 : 1
massa S : massa O dalam senyawa II = 40 : 60 = 2 : 3 = 1 : 1,5

Jika massa S dalam senyawa I = senyawa II, misalnya sama-sama 1 gram, maka
massa O dalam senyawa I : senyawa II = 1 : 1,5. Perbandingan tersebut merupakan
bilangan bulat dan sederhana, sehingga kedua senyawa itu memenuhi hukum Dalton.
2. Seorang ahli kimia mereaksikan unsur karbon dan unsur oksigen. Massa karbon
yang direaksikan tetap, sedangkan massa oksigen bervariasi. Pada akhir reaksi, ia
memperoleh dua jenis senyawa yang berbeda. Komposisi karbon dan oksigen dalam
senyawa pertama adalah 42,9% karbon dan 57,1% oksigen. Sedangkan komposisi
pada senyawa kedua adalah 27,3% karbon dan 72,7% oksigen.
Tunjukkanlah bahwa perbandingan massa unsur oksigen dalam kedua senyawa ini
sesuai dengan Hukum Kelipatan Perbandingan.
Pembahasan
Misalkan terdapat 100 gram senyawa I dan 100 gram senyawa II.

Massa Massa Massa


Massa karbon : Massa oksigen
senyawa karbon oksigen
42,9 1
Senyawa I 100 g 42,9 g 57,1 g =
57,1 1,33
27,3 1
Senyawa II 100 g 27,3 g 72,7 g =
72,7 2,66

Perbandingan massa oksigen dalam kedua senyawa untuk setiap 1 gram karbon
Perbandingan oksigen dalam senyawa I
=
Perbandingan oksigen dalam senyawa II
1,33 g
=
2,66 g
1
=
2
Perbandingan massa oksigen dalam kedua senyawa merupakan bilangan bulat dan
sederhana, sesuai dengan Hukum Kelipatan Perbandingan.

4) HUKUM PERBANDINGAN VOLUME

Joseph Louis Gay-Lussac (1778 – 1850)


adalah seorang ilmuwan Prancis yang
melakukan studi tentang gas dengan
pengukuran kuantitatif secara akurat.
Sewaktu ia mempelajari komposisi oksigen
di udara, ia tertarik dengan reaksi kimia
antara gas hidrogen dan gas oksigen
membentuk uap air. Ia menemukan bahwa
jika diukur pada P dan T yang tetap, untuk
setiap 2 volume gas hidrogen dan 1 volume
gas oksigen, akan diperoleh 2 volume uap
Gambar 8. Joseph Louis Gay-Lussac air.
(1778 – 1850)
Sumber : https://www.researchgate.net/profile/Frank-
Stahnisch/publication/236197941/figure/fig5/AS:5644
77164175360@1511593251064/Joseph-Louis-Gay-
Lussac-1778-1850.png

Gas hidrogen + Gas oksigen  Uap air


2 volume : 1 volume : 2 volume
Perbandingan volume gas-gas yang terlibat dalam reaksi ternyata merupakan bulangan
bulat dan sederhana. Gay-Lussac kemudian menguji keberlakuan dari hasil pengamatan
tersebut dengan melakukan berbagai eksperimen lainnya, seperti mereaksikan gas
belerang dan gas oksigen membentuk oksida belerang. Ia juga menggunakan data hasil
eksperimen reaksi-reaksi gas dari ilmuwan lainnya, seperti eksperimen Sir Humphry
Davy dan C. L. Bertholett, dan mendapati bahwa perbandingan volume gas-gas dalam
reaksi tersebut juga merupakan bilangan bulat sederhana.

Eksperimen Davy
Eksperimen melibatkan reaksi antara gas nitrogen dan gas oksigen membentuk 3
senyawa oksida nitrogen berbeda (sekarang dikenal sebagai N2O, NO, dan NO2).
Gay- Lussac mengubah data perbandingan massa gas nitrogen dan gas oksigen yang
bereaksi, menjadi perbandingan volume menggunakan data kerapatan gas terkait.

Gas nitrogen + Gas oksigen  Gas oksida nitrogen I (N2O)


2 volume : 1 volume

Gas nitrogen + Gas oksigen  Gas oksida nitrogen II (NO)


1 volume : 1 volume
Gas nitrogen + Gas oksigen  Gas oksida nitrogen III (NO2)
1 volume : 2 volume

Eksperimen Bertholett
Eksperimen melibatkan reaksi dekomposisi gas ammonia menjadi gas nitrogen dan
gas hidrogen.

Gas amonia  Gas nitrogen + Gas hidrogen


1 volume : 3 volume

Berdasarkan hasil pengamatannya yang telah teruji keberlakuannya secara umum, di


tahun 1808 Gay-Lussac merumuskan Hukum Perbandingan Volume (Hukum Gay-
Lussac) untuk reaksi-reaksi yang melibatkan gas-gas, berbunyi : “Pada suhu dan
tekanan yang sama, volume gas-gas yang bereaksi dan volume gas-gas hasil reaksi
berbanding sebagai bilangan bulat dan sederhana”.

CONTOH SOAL
Sebanyak 100 bagian volume gas X terurai menjadi 50 bagian volume gas Y dan 75
volume gas Z.
a. Hitung perbandingan volume dari gas-gas yang terlibat dalam reaksi tersebut.

Pembahasan
Perbandingan volume
Gas X  Gas Y + Gas Z
100 volume : 50 volume : 75 volume
4 volume : 2 volume : 3 volume
b. Untuk setiap 2 L gas X, berapa banyak gas Y dan Z yang dapat dihasilkan ?

Pembahasan
Diketahui perbandingan volume :
Gas X : Gas Y : Gas Z
4 : 2 : 3

Untuk setiap 2 L gas X dihasilkan :


2
Volume gas Y = . 2 L = 1 L
4
3
Volume gas Z = . 2 L = 1,5 L
4

5) HIPOTESIS AVOGADRO
Mengapa perbandingan volume gas-gas dalam suatu reaksi merupakan bilangan
sederhana ? Banyak ahli, termasuk Dalton dan Gay-Lussac, gagal menjelaskan hukum
perbandingan volume yang ditemukan oleh Gay-Lussac. Penyebab kegagalan mereka
adalah anggapan bahwa partikel unsur
selalu berupa atom. Barulah pada tahun
1811, Amedeo Avogadro (1776 – 1857)
dari Italia, mengemukakan bahwa partikel
unsur tidak harus berupa atom yang berdiri
sendiri, tetapi dapat juga berupa gabungan
dari beberapa atom yang disebut molekul
unsur.
Avogadro dapat menjelaskan hukum
perbandingan volume dengan mengajukan
hipotesis sebagai berikut : Pada suhu dan
tekanan yang sama, semua gas bervolume
sama mengandung jumlah molekul yang
Gambar 9. Amedeo Avogadro sama pula. Jadi, perbandingan volume
(1776 – 1857) gas- gas itu juga merupakan perbandingan
Sumber : https://cdn.britannica.com/10/194610-
050-785C0275/Amedeo-Avogadro.jpg
jumlah molekul yang terlibat dalam reaksi.
Dengan kata lain, perbandingan volume
gas-gas yang bereaksi sama dengan
koefisien reaksinya. Kesimpulan tersebut
digunakan untuk menyelesaikan soal-soal
reaksi kimia yang diketahui volume gas
atau jumlah partikelnya.

𝐊𝐨𝐞𝐟𝐢𝐬𝐢𝐞𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐜𝐚𝐫𝐢


𝐕𝐨𝐥𝐮𝐦𝐞 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐜𝐚𝐫𝐢 = . 𝐕𝐨𝐥𝐮𝐦𝐞 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐤𝐞𝐭𝐚𝐡𝐮𝐢
𝐊𝐨𝐞𝐟𝐢𝐬𝐢𝐞𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐤𝐞𝐭𝐚𝐡𝐮𝐢

𝐊𝐨𝐞𝐟𝐢𝐬𝐢𝐞𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐜𝐚𝐫𝐢


𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐦𝐨𝐥𝐞𝐤𝐮𝐥 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐜𝐚𝐫𝐢 = . 𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐦𝐨𝐥𝐞𝐤𝐮𝐥 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐤𝐞𝐭𝐚𝐡𝐮𝐢
𝐊𝐨𝐞𝐟𝐢𝐬𝐢𝐞𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐤𝐞𝐭𝐚𝐡𝐮𝐢
Pembahasan
Diketahui perbandingan volume :
Gas X : Gas Y : Gas Z
4 : 2 : 3

Untuk setiap 2 L gas X dihasilkan :


2
Volume gas Y = . 2 L = 1 L
4
3
Volume gas Z = . 2 L = 1,5 L
4
1. Pada suhu dan tekanan tertentu, 5 L gas H2 dibakar dengan gas O2 sehingga
menghasilkan uap air. Jawablah pertanyaan berikut ini dengan singkat dan jelas
berdasarkan data yang diberikan !
a. Tuliskan persamaan reaksinya.
b. Berapa volume gas O2 yang diperlukan ?
c. Berapa volume uap air yang dihasilkan ?
Jawaban
a. Persamaan reaksi :
2 H2 (g) + O2 (g) ⟶ 2 H2O (g)

b. Volume gas O2 yang diperlukan.

VO2 Koefisien O2
= Koefisien H2 . Volume H2
1
VO2 = . 5 L
2
𝐕𝐎𝟐 = 𝟐, 𝟓 𝐋

c. Volume gas O2 yang diperlukan.


VH2O Koefisien H2O
= Koefisien H2 . Volume H2
2
VH2O = . 5 L
2
𝐕𝐇𝟐𝐎 = 𝟓 𝐋

2. Untuk menghasilkan 16 molekul NH3, berapa molekul N2 dan H2 yang diperlukan ?


Pembahasan
Persamaan reaksi : N2 + 3 H2 ⟶ 2 NH3

Menentukan jumlah molekul 𝐍𝟐

Jumlah molekul N2 Koefisien N2


= . Jumlah molekul NH3
Koefisien NH3
1 9
Jumlah molekul N2 = . 16 molekul
2
Jumlah molekul N2 = 8 molekul

Menentukan jumlah molekul 𝐇𝟐

Jumlah molekul H2 Koefisien H2


= . Jumlah molekul NH3
Koefisien NH3
3
Jumlah molekul H2 = . 16 molekul
2
Jumlah molekul H2 = 24 molekul
Percobaan 3 Percobaan 6
massa hidrogen 1 massa hidrogen 10 − 8,75
= =
massa oksigen 9−1 massa oksigen 10
massa hidrogen 1 massa hidrogen 1,25
=
= massa oksigen 10
massa oksigen 8 massa hidrogen 1
=
Percobaan 4 massa oksigen 8
massa hidrogen 2− =
= massa oksigen 8
massa oksigen 1
massa hidrogen 8
1

10
11

Anda mungkin juga menyukai