Anda di halaman 1dari 15

Lingkungan Sosial Makro

Disusun Oleh: Kelompok 1

Rima 185040101111093

Hafizh Diandra 185040100111015

Francesca Coglitore 185040100111043

Nanda

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Tujuan Penelitian...........................................................................................................2
BAB II METODE PENELITI...............................................................................................3
2.1 Tempat dan Waktu.........................................................................................................3
2.2 Metode Pengumpulan Data............................................................................................3
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................4
BAB IV KESIMPULAN........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Peter dan Olson (1996), lingkungan adalah the environment refers to
all the physical and social characteristic of a consumer’s external world including
physical objects (product and stores), spatial, relationship (location of stores and
product in stores), and social behaviour of other people (who is around and what they
are doing). Lingkungan (environment) mengacu pada rangsangan fisik dan sosial
yang kompleks di dunia eksternal konsumen. Termasuk didalamnya benda-benda,
tempat, dan orang lain yang mempengaruhi afeksi dan kognisi konsumen serta
perilakunya. Bagian penting dari lingkungan adalah rangsangan fisik dan sosial yang
diciptakan oleh pemasar untuk mempengaruhi konsumen.

Lingkungan disini dibagi menjadi 2 yaitu lingkungan sosial dan lingkungan fisik.
Lingkungan sosial adalah semua interaksi sosial yang terjadi antara konsumen dengan
orang sekelilingnya atau antara banyak orang dan Lingkungan fisik adalah segala
sesuatu yang berbentuk fisik di sekeliling konsumen. Yang termasuk lingkungan fisik
adalah beragam produk, toko, lokasi toko, dan lain-lain.

1.2 Tujuan Pembelajaran


1. Memahami aspek lingkungan sosial dan fisik, mikro dan makro
2. Memahami lingkungan dari aspek situasi konsumen
3. Memahami pengaruh faktor lingkungan terhadap strategi pemasaran
4. Memahami aspek budaya, subbudaya dan kelas sosial dalam mempengaruhi
perilaku konsumen
5. Memahami ketiga aspek diatas dalam kaitannya denganstrategi pemasaran

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Lingkungan Sosial Makro


Lingkungan makro adalah lingkungan jauh dari konsumen. Lingkungan makro sosial
bersifat umum dan berskala luas, misalnya sistem politik dan hukum, kondisi
ekonomi dan budaya. Berdasarkan kedekatannya dengan konsumen, lingkungan
konsumen terbagi dalam 2 bagian yaitu lingkungan makro dan lingkungan mikro.
Lingkungan mikro adalah lingkungan yang sangat dekat dengan konsumen, yang
berinteraksi langsung dengan konsumen. Lingkungan mikro akan mempengaruhi
perilaku, sikap, dan kognitif konsumen tertentu secara langsung. Keluarga yang
tinggal dengan konsumen adalah lingkungan mikro. Lingkungan makro adalah
lingkungan yang jauh dari konsumen. Lingkungan makro berskala luas, seperti sistem
politik dan hukum, ekonomi, sosial, budaya. Contoh: penurunan dolar akan
mempengaruhi daya beli konsumen. Karena itu lingkungan makro memiliki pengaruh
luas terhadap masyarakat bukan hanya kepada individu konsumen.

2.1.1 Karakteristik Situasi Konsumen


Ada 5 Karakteristik Situasi Konsumen :

2
Mowen dan Minor (1998) mengemukakan bahwa situasi konsumen adalah
faktor lingkungan sementara yang menyebabkan suatu situasi dimana perilaku
konsumen muncul pada waktu tertentu dan tempat tertentu. Situasi konsumen terdiri
atas 3 faktor:

(1) tempat dan waktu dimana perilaku terjadi

(2) penjelasan mengapa perilaku tersebut terjadi

(3) pengaruhnya terhadap perilaku konsumen. Situasi konsumen berlangsung singkat.


Sedangkan faktor lain seperti kepribadian dan budaya berlangsung lama.

2.2 Budaya Konsumen


Budaya merupakan suatu kepercayaan, nilai-nilai dan kebiasaan yang
dipelajari seseorang, yang dapat mengarahkan seseorang tersebut dalam
menggunakan suatu barang atau jasa. Unsur-unsur budaya dapat mempengaruhi
pengkonsumsian suatu produk dan jasa, antara lain:

a) Nilai
Nilai adalah kepercayaan yang dianut atau segala sesuatu yang dianggap
penting oleh seseorang atau suatu masyarakat.
• Nilai-nilai umum (global values) adalah nilai-nilai abstrak yang dapat
digeneralisasikan pada berbagai konteks perilaku. Global values merupakan
nilai-nilai paling dasar dan bersifat umum.
• Nilai-nilai pada bidang tertentu (Domain specific values). Nilai-nilai
padabidang tertentu mengarahkan kita pada perilaku tertentu dalam
bidang/masalah tertentu.
• Product Spesific ValueBerdasarkan ke dua nilai tersebut dengan tambahan
pengalamanhidupnya, kemudian seseorang akan mengembangkan nilai-nilai
pada produk tertentu (product spesific value).
• Nilai-nilai secara kongkrit akan membentuk criteria evaluatif pada
diriindividu dalam memilih produk yang akan dibelinya. Misalnya orang yang

3
memiliki domain spesific pada bidang ekonomi akan memperhatikan masalah
efisiensi pada setiap produk yang akan dibelinya.
b) Norma
Norma adalah kepercayaan yang dianut dengan consensus dari suatu
kelompok sehubungan dengan kaedah perilaku untuk anggota individual.
Norma terbagi menjadi 2 macam yaitu Enacted Norm dan Cresive Norm.
c) Kebiasaan
Kebiasaan adalah berbagai bentuk perilaku dan tindakan yang diterima secara
budaya. Kebiasaan juga biasanya diturunkan dari generasi ke generasi
d) Larangan
Larangan adalah berbagai bentuk kebiasaan yang mengandung aspek moral,
biasanya berbentuk tindakan yang tidak boleh dilakukan seseorang dalam
suatu masyarakat.
e) Konvensi
Konvensi menggambarkan norma dalam kehidupan sehari-hari. Konvensi
menggambarkan bagaimana seseorang harus bertindak sehari-hari, biasanya
berkaitan dengan perilaku rutin yang dilakukan konsumen.
f) Mitos
Mitos menggambarkan cerita atau kepercayaan yang mengandung nilai dan
idealisme bagi satu masyaraka. Mitos sering kali sulit dibuktikan
kebenarannya.
g) Simbol
Simbol adalah segala sesuatu (benda, nama, warna, konsep) yang memiliki
arti penting lainnya (makna budaya yang diinginkan)

2.2.1 Budaya Populer


Mowen dan Minor (1998) mengartikan budaya populer sebagai budaya
masyarakat banyak. Budaya populer mudah dipahami oleh sebagian besar anggota
masyarakat, mereka tidak memerlukan pengetahuan yang khusus untuk memahami

4
budaya populer tersebut. Terdapat beberapa jenis di dalamnya seperti; Iklan, Televisi,
Musik, Radio, Pakaian dan asesoris, Permainan, Film, dan Komputer.

2.2.2 Sub budaya dan demografi


Budaya yang ada di dalam suatu masyarakat bisa dibagi lagi ke dalam
beberapa bagian yang lebih kecil. Unsur-unsur didalamnya seperti; Usia,
Pendidikandan pekerjaan, serta Lokasi geografik.

2.3 Kelas Sosial


Kelas sosial adalah pembagian masyarakat ke dalam kelas-kelas yang berbeda
atau strata yang berbeda. Perbedaan kelas atau strata akan menggambarkan perbedaan
pendidikan, pendapatan, pemilikan harta benda, gaya hidup dan nilai-nilai yang
dianut. Perbedaan-perbedaan tersebut akan mempengaruhi perilaku konsumsi
seseorang atau keluarga. Kelas sosial merupakan pembagian anggota masyarakat ke
dalam suatu hirarki status kelas sosial yang berbeda, sehingga para anggota setiap
kelas secara relative mempunyai status yang sama dan para anggota kelas lainnya
mempunyai status yang lebih tinggi atau lebih rendah.

Pendekatan Sistemtis untuk mengukur kelas sosial terbagi menjadi katerogi sebagai
berikut :

1. Ukuran subyektif (kelas bawah, menengah – kebawah, menengah – atas, atas)


2. Ukuran reputasi
3. Ukuran obyektif terdiri dari variabel demografis atau sosioekonomis,
(pekerjaan, pendidikan, penghasilan, konsumsi, tabungan, hutang dan lain-
lain)

Kelas sosial dapat ditentukan dari

1. Keluarga
2. Pekerjaan , pekerjaan sangat mempengaruhi gaya hidup dan merupakan basis
penting untuk menyampaikan prestise, kehormatan dan respek.

5
3. Pemilikan, adalah simbol keanggotaan kelas, tidak hanya jumlah pemilikan,
tetapi sifat pilihan yang dibuat. Keputusan pemilikan yang mencerminkan
kelas social suatu keluarga adalah pilihan dimana untuk tinggal. Pemilikan
lainnya yang berfungsi sebagai indicator status social mencakup keanggotaan
dalam club, gaya perabot, jenis liburan, busana.

4. Orientasi Nilai, Nilai-kepercayaan bersama mengenai bagaimana orang harus


berperilaku menunjukkan kelas sosial dimana seseorang termasuk di dalamnya.

Setiap Kelas Sosial akan berbeda dalam hal :

1. Perilaku Pengeluaran (Spending behaviour)


2. Penggunaan produk (Produk usage) : jenis makanan, jenis pakaian
3. Pemilihan MErk (brand choice) : memiliki Preferensi pada merek tertentu
atau tidak
4. Perilaku berbelanja (Shopping behaviour) Tempat berbelanja, cara berbelanja
5. Ekspos media (media expose): media yang dikonsumsi (jenis dan banyaknya)

6
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kerangka Teori

- Leverage Operasi

Leverage operasi menurut Irawati (2006) yaitu “penggunaan aktiva dengan


biaya tetap yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan yang cukup untuk
menutup biaya tetap dan variabel serta dapat meningkatkan profitabilitas”.

- Leverage Keuangan

Menurut Moeliadji (2010) menyatakan “leverage keuangan digunakan untuk


mencerminkan hubungan antara laba dan beban bunga tetap.

- Laba Per Lembar Saham

Menurut Widoatmodjo (2005:102), menerangkan bahwa: “Earning Per Share


merupakan rasio antara pendapatan setelah pajak dengan jumlah saham yang beredar”

- Pengaruh Leverage Operasi Terhadap Laba Per Lembar Saham

DOL yang merupakan hasil dari perhitungan operating leverage meningkat,


hal tersebut berarti bahwa tingkat DOL perusahaan semakin besar, maka semakin
besar fluktuasi naik turunnya laba operasi terhadap perubahan volume penjualan.

- Pengaruh Leverage Keuangan Terhadap Laba Per Lembar Saham

7
Karena DFL adalah hasil dari perhitungan financial leverage meningkat, hal
tersebut berarti bahwa DFL tersebut mempunyai daya ungkit yang tinggi untuk
menghasilkan EPS yang tinggi pula.

- Pengaruh Leverage Operasi Dan Leverage Keuangan Terhadap Laba Per


Lembar Saham

Perusahaan menggunakan leverage operasi dan leverage keuangan dengan tujuan agar
keuntungan yang diperoleh lebih besar daripada biaya assets dan sumber dananya,
dengan demikian akan meningkatkan keuangan pemegang saham. Sebaliknya
leverage juga meningkatkan variabilitas (resiko) keuntungan, karena jika perusahaan
ternyata mendapatkan keuntungan yang lebih rendah dari biaya tetapnya maka
penggunaan leverage akan menurunkan keuntungan pemegang saham.
Teknik Analisa Data

 Uji Normalitas

Gambar diatas menunjukkan bahwa nilai plot PP berada pada titik diagonal,
berarti data tersebut memiliki penyebaran/distribusi yang normal.

8
Hasil pengujian menggunakan kolmogorof-Smirnov menunjukkan nilai
asymp.Sig sebesar 0,628 yang lebih besar dari 0,005. Hal ini menandakan bahwa data
layak digunakan sebagai suatu variabel terikat yakni laba per lembar saham(EPS)
didasarkan pada variabel bebas yaitu kedua jenis levarage, karena data terdistribusi
normal.

 Uji Multikolinearitas

Analisis multikolinearitas untuk laverage operasi dan laverage finansial


memiliki nilai toleransi 0.10 yaitu sebesar 0.976 dan nilai VIF(Variance Inflation
Faktor) hanya 1,024 yang berada dibawah nilai 10. Hal ini menunjukkan tidak ada
gejala multikolinearitas terhadap variabel riset.

 Uji Heteroskedastisitas

Kedua variabel baik Kepemimpinan dan Lingkungan kerja memiliki nilai


signifikasi melebihi dari 0,05, berarti tidak terjadi heterokedastisitas.

 Uji Autokorelasi

Berdasarkan hasil pengujian diatas, dapat diketahui bahwa tidak terjadi


autokorelasi karena nilai Durbin Watson sebesar 2,779.

 Regresi Linear Berganda

9
- Nilai konstanta(-0,001) menunjukkan jika laverage operasi dan finansial adalah nol,
laba per saham mencapai -0,001

- X1 adalah laverage operasi dimana memiliki nilai 0,001. Artinya apabila setiap
perubahan(peningkatan/penurunan) variabel laverage operasi satu satuan membuat
perubahan laba per saham(EPS) sebesar 0,001 satuan.

- X2 adalah laverage finansial dimana memiliki nilai 0,001. Artinya apabila setiap
perubahan(peningkatan/penurunan) variabel laverage operasi satu satuan membuat
perubahan laba per saham(EPS) sebesar 0,001 satuan. Penambahan satu satuan
laverage keuangan akan meningkatkan laba per saham sebesar 0,610 satuan.

 Uji Koefisien Korelasi

Nilai koefisien korelasi sebesar 0,121 tersebut mengindikasikan bahwa


terdapat pengaruh laverage operasi dan lilaverage keuangan terhadap laba per lembar.
Namun dalam skala interval 0,00- 0,199 tingkat pengaruhnya tergolong sangat rendah
pengaruh terhadap laba per lembar sahamnya.

 Uji Determinasi

Hasil uji determinasi atau uji R2 ini memperoleh nilai pada angka 0,121. Hal
ini mmberikan penjabaran bahwa laba per lembar saham (Y) dipengaruhi oleh
laverage operasi (X1) dan laverage keuangan (X2) sebesar 12,1%.

 Hasil Uji t (secara parsial)

10
- Laverage operasi tidak berpengaruh signifikan terhadap leverage operasi terhadap
laba per lembar saham pada PT.Garuda Indonesia Tbk, karena nilai yang diperoleh
sebesar 0,451 dengan nilai tabel sebesar 2,447 (0,445<2,447) dengan nilai
signifikansi sebesar 0,671 lebih besar dari 0,05 (0,671>0,05).

- Laverage keuangan tidak berpengaruh signifikan terhadap leverage operasi terhadap


laba per lembar saham pada PT.Garuda Indonesia Tbk, karena nilai yang diperoleh
sebesar 0,621 dengan nilai ttabel sebesar 2,447 (0,621 <2,447) dengan nilai
signifikansi sebesar 0,562 lebih besar dari 0,05 (0,562 <0,05).

 Hasil Uji F ( secara simultan)

Laverage operasi dan laverage keuangan secara bersama-sama tidak


berpengaruh signifikan terhadap leverage operasi terhadap laba per lembar saham
pada PT. Garuda Indonesia Tbk, karena diperoleh nilai Fhitung sebesar 0,346 dengan
nilai Ftabel sebesar 4,76 (0,346 < 4,76) dengan signifikansi sebesar 0,723 (0,723 >
0,05). Oleh karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (0,723 > 0,05).

11
BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil review yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
secara parsial variabel Laverage operasi dan laverage keuangan tidak mempunyai
pengaruh signifikan terhadap leverage operasi terhadap laba per lembar saham pada
PT. Garuda Indonesia Tbk. begitupun secara simultan Laverage operasi dan laverage
keuangan secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap
leverage operasi terhadap laba per lembar saham pada PT. Garuda Indonesia Tbk.

12
DAFTAR PUSTAKA
Yunus, M. (2020). Pengaruh Leverage Operasi Dan Leverage Keuangan Terhadap
Laba Per Lembar Saham Pada Perusahaan Go Public. Tangible Journal, 5(1),
71–86. https://doi.org/10.47221/tangible.v5i1.112

13

Anda mungkin juga menyukai