Anda di halaman 1dari 24

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

KELOMPOK :
ANGGA GUMILANG K3522006
LINTANG MUKTI NUGROHO K3522040
MUHAMMAD HAFIDZ RAISAL K3522046
REFA HILYAH AULIYA K3522066
RUTH RADEKTA LARASATI K3522074
DAFTAR ISI

Introduction….............................................................................................. 3
ER Diagram….............................................................................................. 6
Normalization….......................................................................................... 10
System Development Life Cycle….............................................................14
Data Definition Language…......................................................................18
Data Manipulation Language…................................................................22
Bab 1
INTRODUCTION
Oleh:
Semua Anggota
Kelompok 05

1.1Pengertian Basis Data


Database atau basis data adalah kumpulan data yang dikelola sedemikian rupa berdasarkan ketentuan
tertentu yang saling berhubungan sehingga mudah dalam pengelolaannya. Melalui pengelolaan tersebut
pengguna dapat memperoleh kemudahan dalam mencari informasi, menyimpan informasi dan membuang
informasi.
Adapun pengertian lain dari database adalah sistem yang berfungsi sebagai mengumpulkan file, tabel,
atau arsip yang terhubung dan disimpan dalam berbagai media elektronik.

1.2 Komponen Sistem Basis Data


● Perangkat Keras. Contohnya: Komputer, memori, storage.
● Sistem Operasi
● Basis Data: Menyimpan berbagai objek database. Contohnya: Struktur table, indeks, dll.
● DBMS: Perangkat lunak yang digunakan untuk mengelola data skala besar.
● Pemakai (User)
● Aplikasi (Perangkat lunak)

1.3 Abstraksi Data


Tingkatan atau level dalam melihat bagaimana menampilkan data dalam sebuah sistem database.
Terdapat tiga level sebagai berikut.

1.3.1PHYSICAL LEVEL
Merupakan level terendah dalam abstraksi data. level ini menunjukkan bagaimana sesungguhnya suatu
data disimpan. Yang dilihat user adalah data sebagai gabungan dari struktur dan datanya sendiri.
Hal-hal yang berkaitan dengan tingkatan ini adalah:
● Alokasi ruang penyimpanan untuk data dan indeks
● Deskripsi record untuk penyimpanan
● Penempatan record data
● Teknik kompresi dan enkripsi data Gambar 3.1. SQL
1.3.2 CONCEPTUAL LEVEL
Level konseptual menggambarkan data apa yang sebenarnya disimpan dalam database, serta
hubungannya dengan data lainnya. Di dalamnya terdapat struktur logic database yang hanya dapat dilihat oleh
DBA
Hal-hal yang dinyatakan oleh level ini adalah:
● Konstrain terhadap data
● Informasi keamanan dan integritas data
● Entitas, atribut, dan relasinya
● Informasi semantik data
1.3.3 VIEW LEVEL
Level ini merupakan level tertinggi dari abstraksi data. Yang ditampilkan oleh level ini hanyalah
sebagian data dari database. Ini karena tdak semua user membutuhkan semua data dalam database.

1.4 Kesimpulan
Basis data adalah kumpulan data yang dikelola berdasarkan ketentuan tertentu yang saling
berhubungan sehingga mudah dalam pengelolaannya. Melalui pengelolaan tersebut pengguna dapat
memperoleh kemudahan dalam mencari informasi, menyimpan informasi dan membuang informasi yang
berfungsi sebagai mengumpulkan file, tabel, atau arsip yang terhubung dan disimpan dalam berbagai media
elektronik.

Daftar Pustaka
Dicoding Intern (2020). Apa itu database? Pengertian-database
Liantoni, Febri (2022). Pengantar Basis Data. PPT-Basis-Data
Bab 2
ER DIAGRAM
Oleh:
Ruth Radekta Larasati
NIM K3522074
Kelompok 05

2.1 Pengertian ERD


Entity Relationship Diagram atau diagram hubungan entitas adalah sebuah diagram yang digunakan
untuk merancang suatu database dan menunjukkan relasi atau hubungan antar objek atau entitas-atribut
secara detail dan terstruktur. Selain itu, menggunakan ERD dapat mempermudah menemukan dan
menyelesaikan debug yang terjadi.

2.2 Model Data ERD


Dalam proses pembuatan rancangan sistem, diperlukan jenis model data ERD yang sesuai. Hal ini
dikarenakan model data tersebut akan berpengaruh dalam proses pengembangan sistem. Terdapat tiga
jenis model data ERD sebagai berikut:
1. Model Data Konseptual
Di dalam model ini berisi data-data yang lebih detail sehingga memberi gambaran yang jelas
mengenai struktur database antar entitas dan relasinya.
2. Model Data Logis
Model Data ini merupakan pengembangan dari model data konseptual sehingga lebih rinci. Selain itu,
terdapat beberapa komponen dalam model data ini, yaitu entitas data master, operasional, dan
transaksional.
3. Model Data Fisik
Model data ini merupakan pengembangan dari model data konseptual dan logis, biasa digunakan
untuk merancang sebuah database.

2.3 Komponen ERD


Untuk memodelkan suatu sistem diperlukan komponen-komponen untuk mendukung jalannya sistem
itu. Berikut adalah komponen-komponennya.

2.3.1 ENTITAS
Entitas adalah sekumpulan objek berbeda satu dengan lainnya dan disimbolkan dengan lambang
persegi panjang. Masih dalam konteks entitas, ada juga entitas lemah yang digunakan untuk mendefinisikan
objek yang mempunyai kesamaan dengan yang lainnya (tidak unik) dan disimbolkan dengan lambang persegi
panjang kecil di dalam persegi panjang besar.
2.3.2 ATRIBUT
Atribut disini digunakan untuk memberi penjelasan dan deskripsi dari karakter yang ada di entitas.
Berikut adalah jenis atribut yang sering digunakan dalam ERD.
1. Atribut Kunci
Atribut ini dituliskan dalam bentuk angka atau numerik dan dilambangkan dengan lingkaran lonjong,
serta diberi garis bawah pada penulisannya. Contohnya adalah nomor telepon, NIM mahasiswa, dan
lain-lain.
2. Atribut Simpel
Atribut ini bernilai tunggal sehingga tidak dapat dipecah menjadi bagian tertentu. Contohnya adalah
alamat, nama penerbit, dan lain-lain.
3. Atribut Multinilai
Atribut ini memiliki nilai lebih dari satu. Contohnya adalah sebuah website yang memiliki beberapa
penulis.
4. Atribut Gabungan
Merupakan gabungan dari beberapa atribut. Contohnya: nam depan, nama tengah, dan nama
belakang.
5. Atribut Derivatif
Atribut yang sifatnya opsional.

2.3.3 RELASI
Relasi dalam ERD adalah hubungan yang terjadi antara satu atau lebih entitas dan digambarkan dengan
belah ketupat. Terbagi menjadi 3 jenis:
1. One to one: setiap entitas hanya memiliki relasi dengan satu entitas lain.
2. One to many: setiap entitas memiliki relasi dengan beberapa entitas.
3. Many to many: setiap entitas memiliki relasi dengan entitas lain, begitu pula sebaliknya.

2.3.4 GARIS
Digunakan untuk menunjukkan hubungan entitas atau sebagai alur dari suatu ERD.

2.4 Langkah Pembuatan


1. Mengidentifikasi dan menentukan seluruh entitas yang akan digunakan
Dapat dimulai dengan membuat persegi panjang, lalu deskripsikan singkat mengenai entitas itu.
2. Mengidentifikasi dan menjelaskan relasi dari entitas
Dapat dihubungkan dengan menggunakan garis dan dapat menggunakan simbol belah ketupat untuk
mendeskripsikan hubungan relasinya. Di tahap ini dapat dijelaskan jenis relasinya, apakah one to one,
one to many, atau many to many.
3. Menambahkan atribut yang diperlukan
Dilambangkan dengan bentuk oval.
4. Melengkapi diagram
Lebih meneliti apakah ada yang perlu ditambah atau diperbaiki.
2.5 Contoh

Tambahan:
Atribut yang digambarkan dalam bentuk oval dalam digambarkan menjadi bentuk persegi panjang seperti
tabel.

2.6 Kesimpulan
Jadi, ERD atau Entity Relationship Diagram adalah sebuah diagram yang digunakan untuk
perancangan suatu database dan fungsinya untuk menunjukkan relasi atau hubungan antar objek atau entitas
beserta atribut-atributnya.

Daftar Pustaka
Setiawan, Rony (2021). Memahami ERD, Model Data, dan Komponennya. Memahami-ERD

Setiawan, Rony (2021). Bagaimana Cara Membuat ERD dan Contohnya. Membuat-ERD
Bab 3
NORMALIZATION
Oleh:
Lintang Mukti Nugroho
NIM K3522040
Kelompok 05

3.1 Pendahuluan
Normalisasi database biasanya jarang dilakukan dalam database skala kecil, dan dianggap tidak
diperlukan pada penggunaan personal. Namun seiring dengan berkembangnya informasi yang dikandung
dalam sebuah database, proses normalisasi akan sangat membantu dalam menghemat ruang yang digunakan
oleh setiap tabel di dalamnya, sekaligus mempercepat proses permintaan data. Berikut ini dipaparkan
metodologi logis sederhana untuk menormalkan model data dalam sebuah database, diiringi contoh
pembuatan database untuk tugas-tugas matakuliah dalam sebuah fakultas (fiktif) dengan atribut yang
disederhanakan. Proses normalisasi model data dapat dirangkum sebagai berikut:
1. Temukan entitas-entitas utama dalam model data.
2. Temukan hubungan antara setiap entitas.
3. Tentukan atribut yang dimiliki masing-masing entitas.
Normalisasi model data dapat dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah sederhana, mengubahnya
agar apa yang disebut sebagai bentuk normal pertama, kedua, lalu ketiga secara berurutan.

3.2 Langkah-Langkah Normalisasi


3.2.1 Bentuk Normal Pertama (1NF)
Pada tahap ini dilakukan penghilangan beberapa group elemen yang berulang agar menjadi satu harga
tunggal yang berinteraksi di antara setiap baris pada suatu tabel, dan setiap atribut harus mempunyai nilai data
yang atomic (bersifat atomic value). Atom adalah zat terkecil yang masih memiliki sifat induknya, bila
terpecah lagi maka ia tidak memiliki sifat induknya.
Syarat:
- Tidak ada kolom multivalue
- Tidak ada kolom dengan domain yang sama

3.2.2 Bentuk Normal Kedua (2NF)


Sebuah model data dikatakan memenuhi bentuk normal kedua apabila ia memenuhi bentuk normal
pertama dan setiap atribut non-identifier sebuah entitas bergantung sepenuhnya hanya pada semua identifier
entitas tersebut. Apabila kita perhatikan kembali model data yang telah kita hasilkan di atas, segera terlihat
bahwa atribut dari entitas Kelas tidak sepenuhnya bergantung pada identitas unik Kelas tersebut. Seorang
dosen akan tetap ada meskipun kelas matakuliah yang beliau ampu sudah tidak ada lagi. Dalam hal ini, dosen
adalah entitas tersendiri (yang nantinya dapat dilekatkan pada entitas Fakultas atau Universitas bilamana kedua
entitas tersebut dirasa perlu ada, tergantung pada kebutuhan pemodelan data kita).

3.2.2.1 Tentang Identifier


Dalam dunia nyata, anggapan umum seseorang (individu) dapat diidentifikasi secara unik dengan
namanya. Tentu anggapan ini tidak benar sepenuhnya, karena bisa jadi sebuah nama (bahkan satu
rangkaian nama lengkap) dimiliki oleh lebih dari satu orang; pemodelan data yang melibatkan informasi
tentang individu jarang menggunakan nama individu tersebut sebagai satu-satunya pengidentifikasi.
Implementasi RDBMS tertentu juga mempercepat proses query atas suatu tabel apabila tabel tersebut diindeks
oleh nilai integer unik daripada bila menggunakan indeks karakter (rangkaian karakter masih harus
diumpankan ke fungsi hash agar dapat digunakan sebagai indeks tabel, sementara untuk integer unik tidak
harus).

3.2.3 Bentuk Normal Ketiga (3NF)


Sebuah model data dikatakan memenuhi bentuk normal ketiga apabila ia memenuhi bentuk
normal kedua dan tidak ada satupun atribut non-identifying (bukan pengidentifikasi unik) yang
bergantung pada atribut non-identifying lain. Apabila ada, pisahkan salah satu atribut tersebut
menjadi entitas baru, dan atribut yang bergantung padanya menjadi atribut entitas baru tersebut.

3.2.4 Boyce Code Normal Form (BCNF)


Secara praktis, tujuan perancangan database adalah cukup sampai pada level 3NF. Akan tetapi untuk
kasus-kasus tertentu kita bisa mendapatkan rancangan yang lebih baik lagi apabila bisa mencapai ke
BCNF. BCNF ditemukan oleh: R.F. Boyce dan E.F. Codd.
Suatu relasi R dikatakan dalam bentuk BCNF jika dan hanya jika setiap atribut kunci (Key) pada suatu
relasi adalah kunci kandidat (candidate key). Kunci kandidat (candidate key) adalah atribut-atribut dari entitas
yang mungkin dapat digunakan sebagai kunci (key) atribut. BCNF hampir sama dengan 3NF, dengan kata lain
setiap BCNF adalah 3NF. BCNF terjadi jika masih terdapat anomali pada bentuk 3NF dikarenakan relasi
memiliki lebih dari satu candidate key. Pembuktian BCNF:

3.2.5 Bentuk Normal Keempat (4NF)


Penerapan aturan Normalisai pada tahap ketiga sesungguhnya sudah sangat memadai untuk
menghasilkan tabel-tabel yang berkualitas baik. Namun demikian, dari sejumlah literatur dapat pula dijumpai
adanya pembahasan tentang Bentuk Normal tahap Keempat (4NF) dan Bentuk Normal tahap Kelima (5NF).
Bentuk Normal tahap Keempat (4NF) berkaitan dengan sifat ketergantungan banyak nilai
(Multivalued defendency) pada suatu tabel yang merupakan pengembangan dari ketergantungan fungsional.
Sedangkan Bentuk Normal tahap Kelima (5NF) (merupakan nama lain dari project-join Normal
Form atau PJNF) berkenaan dengan ketergantungan relasi antar tabel (Join Defendency).

3.2.6 Jenis-jenis Relasi


1. Relasi 1-1.

Relasi ini jarang ditemui dalam m nodel data yang benar, sehingga saat Anda menemukannya,
kemungkinan besar hal itu berarti masih ada yang belum sempurna dari model data Anda; relasi 1-1
sering berarti kedua entitas tersebut sebenarnya adalah kesatuan, satu entitas tunggal. Kemungkinan lain
adalah relasi 1-1 ini adalah relasi turunan atau relasi non-identifying (identitas unik satu entitas tidak
bergantung pada identitas unik entitas lain) namun jenis relasi kedua ini jarang ditemui.
2. Relasi 1-N. Relasi ini yang paling umum ditemui dalam model data.

3. Relasi M-N. Relasi ini juga sering ditemui dalam model data, dan sering pula dapat dinormalkan
lebih jauh lagi. Langkah yang dapat ditempuh untuk menormalkan relasi M-N:

a. Buat sebuah entitas baru sebagai penghubung antara kedua entitas dengan relasi MN tersebut. Entitas
penghubung ini akan memiliki hubungan 1-M dengan masing-masing entitas awal. Identifier entitas
penghubung dapat dibuat tersendiri, atau dengan cara mewarisi identifier kedua entitas awal dan
membuat keduanya identifier unik entitas penghubung ini. Sering kali akan ada atribut lain yang
dimiliki oleh entitas penghubung tersebut. Entitas Kelas dalam contoh model data kita dapat menjadi
contoh entitas penghubung. Apabila tidak ada entitas penghubung yang dapat diciptakan, relasi M-N
tetap 5harus diubah untuk menghindari kesulitan dalam konversi model data menjadi skema database
fisik.

3.2.7 Menterjemahkan Model Data


Setelah sebuah model data dinormalisasikan dan siap diubah menjadi database fisik, ada beberapa
langkah penerjemahan yang harus dilakukan:
1. Setiap entitas menjadi tabel tersendiri.
2. Setiap atribut menjadi kolom-kolom tabel tersebut, dengan tipe data yang sesuai.
3. Identifier entitas tersebut menjadi kolom ID yang tidak boleh kosong (NOT NULL) dan berisi indeks yang
unik. ID unik ini dalam database dinamakan primary key.
4. Relasi diterjemahkan menjadi foreign key.

3.3 Kesimpulan
Data dan informasi yang dimiliki oleh sebuah organisasi perseorangan maupun persero harus dikelola
secara benar. Karena teknologi komputer telah memberikan fasilitas berupa DBMS untuk membantu
mengelola data dan informasi Dalam rangka memanfaatkan DBMS, basis data perlu dirancang secara
benar yaitu dengan memperhatikan kaidah normalisasi.

Daftar Pustaka
Setiyadi Didik. (2018). Normalisasi Dalam Perancangan Basis Data Relasional Purchase Order (PO).
https://media.neliti.com/media/publications/415203-none-ee2e1327.pdf. Hargo Adi (2006). Normalisasi
Database Menggunakan Metode Logika Sederhana.
https://staff.blog.ui.ac.id/r-suti/files/2010/03/nor m_database.pdf
Bab 4
SYSTEM DEVELOPMENT LIFE CYCLE
Oleh:
Muhammad Hafidz Raisal
NIM:
K3522046
Kelompok 05

3.1 Pengertian
System Development Life Cycle (SDLC) adalah model konseptual dalam proyek
manajemen yang menjelaskan tahapan kerja dalam pengembangan sistem informasi. SDLC
meliputi studi kelayakan dari tahap awal hingga pemeliharaan aplikasi. Tujuan dari SDLC adalah
menghasilkan sistem berkualitas tinggi yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan, dalam hal
waktu, biaya, efektivitas, dan efisiensi. Untuk itu sistem ini berisikan rencana lengkap untuk
mengembangkan, memelihara, dan menggantikan perangkat lunak tertentu.

3.2 Tujuan
Tujuan dari System Development Life Cycle untuk menyediakan manajer proyek IT alat yang
dapat membantu memastikan keberhasilan implementasi sistem yang memenuhi tujuan bisnis dan
strategis. Dalam segi bisnis SDLC memiliki tujuan untuk; memastikan pengiriman sistem berkualitas
tinggi, memberikan kontrol manajemen yang kuat, dan memaksimalkan produktivitas.

3.3 Fungsi
Menurut Michigan Technological University, SDLC memiliki fungsi untuk menyediakan alat bantu
bagi manajer proyek IT dalam memastikan keberhasilan implementasi sistem yang memenuhi tujuan
strategis dan bisnis. SDLC yang dilakukan dengan benar dapat berfungsi sebagai kontrol dan
dokumentasi manajemen tingkat tinggi dalam perusahaan pengembang perangkat lunak.

3.4 Tahapan dalam SDLC


Untuk mendukung efisiensi dalam pengembangan suatu sistem, SDLC terbagi ke dalam 6
fase.
3.4.1 Identifying Problems, planning
Fase ini merupakan fase pertama dalam SDLC yang juga menentukan kesuksesan dari
sebuah proyek. Pada tahapan ini akan mengidentifikasi sistem informasi mana yang seharusnya
dikembangkan. Fase perencanaan bertujuan untuk memberikan jaminan atas kualitas, kelayakan
teknis, juga menghindarkan dari resiko yang berpotensi muncul agar pengembangan perangkat
lunak dapat berjalan lancar.
3.4.2 Define Requirements
Fase ini terkadang dianggap sebagai bagian dari tahapan planning. Tujuan fase ini adalah
menentukan untuk apa seharusnya software atau aplikasi tersebut dan persyaratan apa yang
dibutuhkan untuk menjalankannya. Contohnya agar aplikasi media sosial dapat berjalan dibutuhkan
kemampuan di mana pengguna dapat terhubung dengan seorang teman sehingga perlu adanya fitur
pencarian dalam aplikasi tersebut.
Selain itu persyaratan yang dimaksud dalam fase ini juga dimaksudkan untuk menentukan
sumber daya yang dibutuhkan untuk membangun proyek seperti tim atau mesin dalam proses
pengembangan aplikasi software tersebut.
3.4.3 Design and Prototyping
Fase desain dalam SDLC adalah tahapan di mana kamu membuat model cara kerja aplikasi
software. Ada beberapa aspek yang diperhatikan dalam tahapan desain, antara lain :

● Communications. Mendefinisikan metode atau cara aplikasi berkomunikasi dengan aset lainnya
seperti server pusat atau aplikasi lainnya
● Programming. Tidak hanya menentukan bahasa pemrograman tapi juga termasuk
metode pemecahan masalah dan tugas-tugas yang ada dalam aplikasi.
● Architecture. Menentukan bahasa pemrograman, praktik dalam industri, desain
keseluruhan dan penggunaan template tertentu
● User Interface. Mendefinisikan bagaimana cara pelanggan berinteraksi dengan software dan
bagaimana software tersebut dapat merespon input yang ada
● Platforms. Mendefinisikan platform di mana software akan dijalankan. Misalnya versi
android, ios, linux atau game konsol.
● Security. Mendefinisikan langkah-langkah untuk mengamankan aplikasi. misalnya membuat
perlindungan kata sandi, enkripsi SSL traffic atau membuat penyimpanan kredensial
pengguna yang aman.

Membuat prototipe juga dapat menjadi bagian dari tahapan desain dalam SDLC. Prototipe
sendiri menjadi versi awal dari software dalam model pengembangan software yang berulang. Prototipe
akan mendemonstrasikan ide dasar bagaimana aplikasi dapat terlihat dan bekerja. Desain ini dapat
ditunjukkan kepada pemangku kepentingan untuk mendapatkan umpan balik yang berguna untuk
meningkatkan aplikasi software tersebut.

3.4.5 Software Developing


Pada fase ini analis bekerjasama dengan programmer untuk mengembangkan perangkat
lunak asli yang dibutuhkan. Pada fase ini bisa juga digunakan aplikasi Access Control atau Source Code
Management untuk membantu developer melacak perubahan pada kode dan memastikan kompatibilitas
antar proyek tim yang berbeda sehingga sasaran terpenuhi.
Proses coding tidak hanya dilakukan sebatas menyusun kode agar aplikasi dapat berjalan, tapi
juga mencakup banyak tugas lain misalnya menemukan dan memperbaiki error atau glitches yang
ditemukan, serta penulisan dokumentasi seperti panduan pengguna atau bantuan FAQ untuk
masalah teknis. Tahapan ini termasuk salah satu fase software development life cycle yang memakan waktu
yang lebih panjang.
3.4.5 Testing
Sebelum sistem informasi dapat diluncurkan sebelumnya perusahaan harus melakukan tes
terlebih dahulu. Testing dibutuhkan untuk menguji kelayakan perangkat lunak dan memastikan
bahwa perangkat lunak tersebut memenuhi kebutuhan penggunanya, memastikan setiap fungsi dapat
bekerja dengan benar dan lancar sehingga dapat mengurangi kemungkinan adanya keterlambatan
dalam pemrosesan, bug dan gangguan yang ditemui pengguna. Beberapa pengujian yang biasanya
dilakukan seperti security testing yang diotomatiskan, atau pengujian untuk penerapan yang kompleks.
3.4.6 Implementing and Maintenance
Fase ini melibatkan pelatihan bagi pengguna untuk menangani sistem. Proses ini termasuk ke
dalam mengkonversi file dari format lama ke yang baru atau membangun database, memasang
peralatan dan membawa sistem baru ke dalam produksi. Sedangkan tahap maintenance meliputi
seluruh proses yang menjamin kelangsungan, kelancaran, dan penyempurnaan sistem yang telah
dioperasikan.

3.5 Model Pengembangan SDLC


Adapun model-model ini antara lain adalah sebagai berikut.
3.5.1 Metode Waterfall

Contoh bagan Metode Waterfall dalam SDLC (Sumber: existek.com)

Metode waterfall merupakan metodologi SDLC yang terstruktur dan paling tua. Metode ini
juga dikenal paling mudah karena dapat dilakukan dengan menyelesaikan satu fase secara total lalu
melanjutkan ke dase berikutnya tanpa kembali atau terjadi pengulangan.
Setiap tahap dalam metode waterfall ini bergantung pada informasi dari tahap sebelumnya dengan
rencana proyek sendiri. Metode waterfall secara umum mudah dipahami dan dikelola. Kekurangan
dari metode ini umumnya pada efisiensi waktu. Jika terjadi perlambatan atau penundaan di fase awal
maka akan dapat membuang seluruh garis waktu dalam proyek. Metode SDLC jenis ini juga kurang
fleksibel meski memiliki kelebihan untuk menekan segala risiko pengulangan.
3.5.2 V-Shaped Model

Contoh bagan V-shaped Model dalam SDLC (Sumber: existek.com)

V-Shaped merupakan metodologi SDLC yang bertumpu pada validasi atau verifikasi. Metode
ini berbentuk V yang dilakukan dengan fase pengujian yang sesuai untuk setiap tahap
pengembangan. Metode ini hampir sama seperti metode Waterfall karena baru bisa berganti fase
ketika fase sebelumnya telah berakhir. Metode V-shaped amat berguna ketika tidak ada lagi
persyaratan yang diperlukan atau tidak diketahui dalam tahapan pengembangan perangkat lunak. Hal
ini dikarenakan jika telah berganti tahap maka metode ini tidak memungkinkan pengembang untuk
kembali ke tahap sebelumnya.

3.5.3 Incremental Model

Bentuk model Incremental Model dalam SDLC (Sumber: javatpoint.com)


Menurut Javatpoint, Incremental model dalam SDLC merupakan model proses pengembangan
perangkat lunak di mana persyaratan dibagi menjadi beberapa modul mandiri dari SDLC itu sendiri.
Model ini memungkinkan adanya setiap model melewati fase persyaratan, desain, implementasi, dan
pengujian. Setiap rilis modul berikutnya terjadi penambahan fungsi ke rilisan sebelumnya. Proses ini
terus berlanjut secara simultan sampai semua sistem secara lengkap tercapai.

3.5.4 Agile Model

Contoh bagan Metode Agile atau Scrum (Sumber: existek.com)

Metode agile dalam SDLC merupakan salah satu yang populer. Metode ini dilakukan dengan
memecah produk menjadi beberapa siklus dan lantas dengan cepat memberikan fungsi pada produk.
Metodologi ini merupakan pendekatan pengembangan yang lebih realistis dan cepat.
Metode agile menghasilkan rilisan perangkat lunak yang berkelanjutan yang dapat diperbarui secara
bertahap. Metode SDLC jenis ini juga menekankan interaksi antara klien, pengemban, dan tim
pengembang karena adanya kans untuk melakukan penyisipan fungsi di tengah proyek. Kekurangan
dari metode ini adalah amat bergantung pada klien, sehingga proyek dapat tidak terarah karena klien
tidak memiliki tujuan jelas.

3.4.5 Iterative Model

Contoh bagan model Iteratif dalam SDLC (Sumber: existek.com)


Metode iteratif dalam SDLC dilakukan dengan pengulangan karena penerapan serangkaian
persyaratan perangkat lunak yang berbeda, baru kemudian dilakukan pengujian. Proses ini dilakukan
dengan memproduksi setiap versi dari perangkat lunak dengan setiap fase atau iterasi. Dari sana,
kemudian perangkat lunak akan terus dilakukan evaluasi dan pengulangan sampai sistem telah siap
dan lengkap.
Keuntungan metodologi SDLC jenis iteratif ini adalah memberi versi yang berfungsi di awal
proses dan membuatnya lebih murah dan mudah dalam proses implementasi atau pembaruan.
Namun, salah satu kelemahan dari metode SDLC jenis ini adalah boros sumber daya karena
terjadinya pengulangan proses yang berkali-kali.

3.5.6 Bigbang Model

Contoh bagan Bigbang Model dalam SDLC (Sumber: javatpoint.com)

Metode bigbang merupakan anomali dalam proses SDLC dikarenakan prosesnya tidak
mengikuti proses khusus dan membutuhkan waktu sedikit untuk perencanaan. Sebagian sumber daya
untuk metode ini dicurahkan untuk pengembangan dan bahkan klien tidak memiliki kesempatan
untuk memahami persyaratan perangkat lunak ini.
Bigbang merupakan salah satu metode SDLC yang umumnya digunakan untuk proyek kecil
dengan hanya satu atau dua insinyur perangkat lunak. Metode SDLC jenis ini tidak
direkomendasikan untuk proyek besar dan kompleks. Hal ini dikarenakan adanya risiko tinggi jika
persyaratan atau requirements salah dipahami sejak awal. Risiko pengulangan dari awal saat produk
telah diproduksi amat besar.
3.4.7 Spiral model

Contoh bagan Spiral Model dalam SDLC (Sumber: ssla.co.uk)


Jika ditanya metode SDLC mana yang paling fleksibel, maka jawabannya adalah metode spiral.
Metode ini dilakukan dengan mengambil syarat dari model iteratif dan pengulangannya melewati
empat fase berulang seperti dalam “spiral” sampai selesai. Metode ini memungkinkan adanya
beberapa putaran penyempurnaan atau pembaruan.
Metode spiral memungkinkan pengembang untuk membangun produk yang amat disesuaikan
dengan umpan balik pengguna, baik sejak awal maupun pertengahan proyek. Risiko dari metode ini
adalah terciptanya fase spiral yang tidak pernah berakhir untuk satu proyek atau produk atau terus
diperbarui tanpa pernah mencapai kata “selesai” atau final.

3.3 Kesimpulan
Dengan demikian, SDLC adalah standar praktik bisnis saat membangun aplikasi software untuk
mengukur dan meningkatkan proses pengembangannya. SDLC ini sering digunakan dalam
pembuatan atau pembaruan sistem basis data dan dapat berfungsi sebagai alat yang berguna bagi
para pengguna yang mencoba melakukan proyek dengan basis data besar.

Daftar Pustaka
Najmaa Shiba (2022). Software Development Life Cycle. STMIK Indo Daya Suvana.
https://ids.ac.id/apa-itu-system-development-life-cycle-sdlc-pahami-secara-lengkap/
Maria Tri Handayani (2021). Apa itu SDLC? Berikut cara kerja, fungsi, dan 7 tahapannya. Ekrut Media
https://www.ekrut.com/media/sdlc-adalah
Anonim.
https://databasemanagement.fandom.com/wiki/SDLC#:~:text=The%20Systems%20Developmen t
%20Life%20Cycle,undertake%20a%20large%20database%20project.
Bab 5
DATA DEFINITION LANGUAGE
Oleh:
Refa Hilyah Auliya
NIM K3522066
Kelompok 05

5.1 Pendahuluan
Sesuai namanya, Data Definition Language merupakan bahasa pemrograman dalam komputer
yang berguna untuk mendefinisikan suatu objek dalam database, dapat juga dimanfaatkan untuk
membuat hingga memodifikasi struktur dari suatu objek dalam database yang bentuk utamanya
adalah skema. Bahasa pemrogramman ini adalah salah satu bentuk SQL atau Structure Query Language.
Untuk lebih rincinya, Data Definition Language merupakan perintah yang ada dalam SQL (Structure
Query Language) yang memberikan gambaran seputar desain database secara menyeluruh. DDL
berisi kumpulan perintah SQL yang digunakan untuk membuat, mengubah, juga menghapus struktur
dan definisi dari metadata dari objek-objek database.

5.2 Perintah Dasar DDL


Perintah dasar untuk mengubah objek-objek database pada SQL dalam DDL adalah sebagai
berikut:

5.2.1 CREATE
Gambar 5.1. Create Table
http://mysql.phi-integration.com/_/rsrc/1432298421000/sql/apa-itu-dml-ddl/dml_ddl_front.png

Create adalah salah satu perintah yang paling banyak digunakan dalam DDL. Perintah create
digunakan untuk membuat berbagai macam objek yang diinginkan. Terdapat tujuh poin dalam
perintah ini. Poin-poin tersebut adalah:

● Create database
Fungsinya adalah untuk membuat database yang baru

● Create function
Berfungsi untuk membuat fungsi baru

● Create index
Memiliki fungsi untuk membuat index, yaitu objek yang berisi data yang terurut dari
nilai-nilai pada satu atau lebih field dalam suatu table.

● Create procedure
Fungsinya adalah untuk membuat prosedur baru. Objek prosedur digunakan
untuk menggantikan berbagai kumpulan perintah yang sering kita gunakan,
seperti
misalkan sejumlah row ke table lain dengan filter tertentu.

● Create table
Berfungsi untuk membuat tabel baru

● Create trigger
Fungsinya adalah untuk membuat reaksi tertentu atau trigger pada database saat
memasukkan perintah lain

● Create view
Fungsi create view untuk membuat view baru. View sendiri adalah perintah query
yang disimpan pada database dengan suatu nama tertentu, sehingga bisa digunakan
setiap saat untuk melihat data tanpa menuliskan ulang query tersebut.

Contoh sintaks umum dari perintah create:

● CREATE TABLE table_name


● CREATE INDEX index_name ON table_name
● CREATE VIEW [(table_name)] AS SELECT statement [WITH CHECK OPTION]

5.2.2 ALTER

Alter merupakan perintah yang digunakan untuk merubah struktur dari sebuah objek yang
sudah ada. Objek yang telah ada dalam database bisa dimodifikasi dengan perintah alter. Contoh dari
fungsi perintah alter adalah seperti merubah struktur suatu tabel atau memodifikasi bentuk kolom,
mengganti ataupun sekadar menambah tabel yang sebelumnya sudah ada.

Contoh sintaks umum dari perintah alter:

● ALTER TABLE table_name ADD column_name


● ALTER TABLE table_name RENAME To new_table_name
● ALTER TABLE table_name MODIFY column_name data type
● ALTER TABLE table_name DROP COLUMN column_name
5.2.3 DROP
Perintah ini adalah perintah yang dapat digunakan untuk menghapus objek yang terdapat
dalam database. Perintah drop sendiri terdiri atas dua macam perintah yakni drop database serta drop
table. Drop database digunakan untuk menghapus database sementara drop table digunakan untuk
menghapus tabel.

Contoh sintaks umum dari perintah drop:

● DROP DATABASE database_name


● DROP TABLE table_name
● DROP INDEX index_name
● DROP VIEW view_name

5.3 Kesimpulan
DDL atau Data Definition Language adalah salah satu bahasa perograman dalam SQL
yang berfungsi untuk mendefinisikan objek database. Bahasa pemrograman ini berisi kumpulan
perintah yang digunakan untuk membuat, mengubah, juga menghapus struktur dan definisi dari
metadata dari objek-objek database. Terdapat tiga perintah utama dalam DDL, yaitu create, alter, dan drop.
Selain itu ada dua perintah lagi yaitu truncate dan comment. Truncate adalah perintah untuk menghapus semua
tabel dalam database lebih cepat dari perintah delete.

Daftar Pustaka
Anonim. Apa Itu DDL & DML. http://mysql.phi-integration.com/sql/apa-itu-dml-ddl

Nugroho, Andy. (2020). Apa yang Dimaksud dengan DDL (Data Definition Language).
https://qwords.com/blog/ddl-adalah/
Bab 6
DATA MANIPULATION LANGUAGE
Oleh:
Angga Gumilang
NIM K3522006
Kelompok 05

6.1 Pendahuluan
DML (Data Manipulation Language) berfungsi untuk memanipulasi database seperti: menambah data,
merubah/mengganti data dan menghapus data. Perintah pda DML tidak terkait dengan struktur dan metadata
dari obyek yang berada pada tabel database

6.2 Perintah - perintah pada DML (Data Manipulation


Language)
● Insert berfungsi untuk menambah data atau record pada database
● Update yaitu perintah yang berfungsi untuk merubah maupun memperbarui data pada database
● Select yaitu perintah yang digunakan untuk menampilkan data dari suatu tabel pada database.

6.3 Penjelasan singkat perintah pada DML


6.3.1 Insert

INSERT• INSERT digunakan untuk menambahkan data ke suatu tabel.• Bentuk umum
pemanggilan insert adalah :INSERT [INTO] nama_tabel[(nama_kolom1[, nama_kolom2, ...])]{VALUE |
VALUES} (isi_kolom1[, isi_kolom2, ...]) • Keterangan :– INTO sifatnya opsional. Boleh ditulis, boleh
tidak.– Daftar nama kolom boleh ditulis, boleh tidak. Jika tidak ditulis, makadianggap sesuai urutan
nama kolom dalam
pendefinisian tabel (lihatdengan perintah DESC namatabel. Gunakan koma sebagai pemisah.– {VALUE |
VALUES}, wajib ditulis. Boleh VALUE atau VALUES.– Isi kolom harus sesuai dengan urutan daftar nama
kolom. Boleh diisiekspresi atau DEFAULT. Gunakan koma sebagai pemisah.

6.3.2 select
• SELECT digunakan untuk mengambil data dari database.• Bentuk umum pemanggilan SELECT adalah
:SELECT {*|daftar_kolom} FROM nama_tabel[WHERE kondisi_where]• Keterangan :– * digunakan untuk
menampilkan semua kolom yang ada dalam tabel– Daftar_kolom digunakan untuk mengampikan kolom
tertentu saja– WHERE digunakan jika ingin membatasi data yang ditampilkan• Perintah SELECT lebih lanjut
akan diterangkan pada bab-babberikutnya.

6.3.3 update
UPDATE• UPDATE digunakan untuk mengganti isi data.• Bentuk umum penggunaan update adalah
:UPDATE nama_tabelSET kolom1={isi|DEFAULT} [, kolom2={expr2|DEFAULT}] ...]
[WHERE kondisi_where] [ORDER BY nama_kolom_pengurutan] [LIMIT banyak_baris]• Keterangan :–
WHERE digunakan untuk membatasi banyaknya baris yang diupdate– ORDER BY digunakan untuk
melakukan pengurutan data yang akandiupdate.– LIMIT digunakan untuk membatasi baris yang akan
diupdate (setelahdata dibatasi dengan WHERE).

6.4 Kesimpulan
DML berfungsi untuk memanipulasi data.

Daftar Pustaka
M. Heryandi T. Praktikum Sistem Basis Data.
://www.teorikomputer.com/2015/10/pengertian-dan-fungsi-dml-data.html?m=1
Tabel Pembagian Tugas :

NO NAMA LENGKAP TUGAS


1 Angga Gumilang Bab 1 : Introduction
Bab 6 : Data Manipulation Language
2 Lintang Mukti Nugroho Bab 1 : Introduction
Bab 2 : Normalization
3 Muhammad Hafidz Raisal Bab 1 : Introduction
Bab 4 : System Development Life Cycle
4 Refa Hilyah Auliya Bab 1 : Introduction
Bab 5 : Data Definition Language
5 Ruth Radekta Larasati Bab 1 : Introduction
Bab 3 : Entity Relationship Diagram

Anda mungkin juga menyukai