Anda di halaman 1dari 15

 Tinjauan Termodinamika

Tinjauan termodinamika dilakukan untuk mengetahui sifat dari reaksi netralisasi pembuatan
amonum sulfat yang dilakukan. Dimana dari reaksi apakah bersifat eksotermis ataupun
endotermis. Kemudian apakah reaksi bersifat reversible (bolak-balik) atau irreversible (tidak
bolak-balik).
Reaksi yang terjadi pada pembuatan amonium sulfat dengan reaksi netralisasi
2 N H 3 ( g ) + H 2 SO 4 (aq)→ ( N H 4 )2 SO 4 (s)

Senyawa ∆ H ° f 298 ( kJ /mol ) ∆ G ° f 298 ( kJ /mol )


Amonia (gas) -46,11 -16,4
Asam Sulfat (aq) -813,989 -744,53
Amonium Sulfat (s) -1180,9 -901,7

Entalpi reaksi pembentukan pada T = 298 K ialah


∆ H reaksi =∑ ∆ H f produk −∑ ∆ H f reaktan
∆ H reaksi =−1180,9−( 2(−46,11)+ (−813,989 ) ) kJ /mol
∆ H reaksi =−274,69 kJ /mol

Nilai entalpi reaksi pada suhu standar 298 K bernilai negatif yang berarti bahwa reaksi
berlangsung secara eksotermis (menghasilkan panas). Perubahan energi Gibbs pada 298 K
ialah
∆ Greaksi =∑ ∆G f produk −∑ ∆ G f reaktan
∆ Greaksi =−901,7−( 2(−16,4 )−744,53 ) kJ / mol
∆ Greaksi =−124,37 kJ /mol

Lalu mencari konstanta kesetimbangan dari reaksi pembentukan pada suhu 298 K. Dengan
menggunakan persamaan hubungan perubahan energi Gibbs terhadap suhu

d ( G°
RT ) −∆ H °
=
dT RT
2
Kemudian di integrasikan menjadi
∆ G °=−RT ln K

−124,37
kJ
mol (
=− 0,008314
kJ
mol . K )
( 298 K ) ln K

kJ
−124,37
mol
ln K =
(
− 0,008314
kJ
mol . K
( 298 K ) )
ln K =50,198
50,198 21
K=e =6,319 ×10

Kemudian mencari konstanta kesetimbangan reaksi pembuatan amonium sulfat yang terjadi
pada suhu 106oC atau 379 K bertujuan untuk menentukan sifat reaksi, apakah reversible atau
irreversible yang dijabarkan dengan menggunakan konstanta kesetimbangan rujukan pada
d ( ln K ) −∆ H °
298 K. =
dT RT

ln ( ) K 2 −∆ H ° 1
K1
=
R (

1
T2 T1 )
Keterangan:
K 1= konstanta kesetimbangan reaksi pada suhu 298 K
K 2= konstanta kesetimbangan reaksi pada suhu 379 K
R = konstanta gas ideal
∆ H ° = entalpi reaksi pada suhu 298 K
T 1= suhu standar 298 K
T 2= suhu reaksi netralisasi pembuatan amonium sulfat

ln
( K2
6,319 ×10
21 ) =
− (−274,69 kJ /mol ) 1
0,008314
kJ ( −
1 1
379 298 K )
mol . K
ln K 2−ln ( 6,319× 1021 )=−23,6954
ln K 2−50,198=−23,6954
ln K 2=50,198−23,6954=26,5026
11
K 2=3,23 ×10

Nilai konstanta kesetimbangan yang bernilai yang sangat besar berarti reaksi bersifat
irreversible atau reaksi tidak bolak-balik.
Gambar 1. Proses Flow Diagram Pembuatan Ammonium Sulfat dengan Reaksi Netralisasi

(Sari & Syaidah, 2020)


PERANCANGAN PROSES

I. Uraian Proses
Proses pembuatan amonium sulfat dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu:
I.1 Tahapan Persiapan Bahan Baku
Tahap penyiapan bahan baku ini dimaksudkan untuk mempersiapkan bahan baku
sehingga sesuai kondisi saat reaksi netralisasi pada Reaktor Bubble (R-210). Pada tahap ini
bahan baku amonia cair (kemurnian 99,5%) memiliki tekanan 12 atm dan suhu 30 oC dari
tangki penyimpanan amonia (F-110) dialirkan menuju Expander (G-112) untuk diturunkan
tekanannya menjadi 1 atm kemudian dialirkan menuju Vaporizer (V-113). Di dalam
Vaporizer (V-113), amonia diubah fasanya dari cair menjadi uap amonia kemudian dialirkan
menuju Reaktor Bubble (R-210). Sedangkan untuk bahan baku asam sulfat cair (kemurnian
98 %) dengan tekanan 1 atm dan suhu 30 oC, agar sesuai dengan kondisi reaktor dari tangki
penyimpanan asam sulfat (F-120) dialirkan menuju Heater (E-122) untuk dinaikkan suhunya
menjadi 106oC dan kemudian dialirkan menuju Reaktor Bubble (R-210).
I.2 Tahap Reaksi Netralisasi
Tahap reaksi netralisasi terjadi pada reaktor bubble (R-210). Gas amonia dan asam sulfat
cair direaksikan pada suhu 106oC. Reaksi netralisasi yang terjadi ialah:
2 N H 3 ( g ) + H 2 SO 4 ( aq)→ ( N H 4 )2 SO 4 ( s)
Kondisi operasi Reaktor Bubble (R-210) dipertahankan pada suhu 106oC dan tekanan 1
atm. Reaksi netralisasi yang terjadi bersifat sangat eksotermis dimana temperatur yang
dihasilkan terus meningkat sehingga untuk mempertahankan temperatur reaksi digunakan
utilitas berupa air pendingin (cooling water). Hasil keluaran atas Reaktor Bubble (R-210)
berupa uap yang masih mengandung amonia gas, uap tersebut di umpankan menuju Separator
(H-211) untuk mengurangi kandungan air pada uap amonia agar dihasilkan amonia gas yang
kemurniannya sesuai dengan kemurnian bahan baku dan di-recylce menuju Reaktor Bubble
(R-210) kembali.
I.3 Tahap Pemisahan dan Pengeringan
Bahan baku yang digunakan dalam tahapan pemisahan berasal dari produk bawah reaktor
(R-210) berupa slurry amonium sulfat. Kemudian slurry dialirkan menuju Centrifuge (H-
310). Dalam Centrifuge (H-310), slurry berputar dimana putaran basket yang cepat maka
akan melempar slurry ke dinding basket karena gaya sentrifugal. Cairan akan mengalir keluar
dinding basket yang dilapisi filter untuk menahan kristal. Di dalam Centrifuge (H-310), kristal
dipisahkan dari mother liquornya. Produk berupa kristal dari Centrifuge (H-310) dialirkan
menuju Rotary Dryer (B-320) untuk tahap pengeringan, sedangkan mother liquor (filrat yang
berupa air, asam sulfat dan amonium sulfat) dialirkan ke dalam Evaporator (V-312) untuk
mengurangi kandungan airnya berdasarkan titik didihnya. Hasil keluaran utama dari
Evaporator (V-312) ditampung ke tangki penyimpanan amonium sulfat cair.
Kemudian, kristal hasil keluaran dari Centrifuge (H-310) yang masih basah dikeringkan
dengan menggunakan Rotary Dryer (B-320). Pengeringan dilakukan menggunakan udara
panas yang dialirkan ke dalam Rotary Dryer (B-320), dilakukan pengeringan hingga
kandungan H2O maksimal dalam kristal sekitar 0,15 %. Hasil keluaran atas rotary dryer
(berupa debu yang mengandung asam sulfat, amonium sulfat dan udara) dialirkan menuju
Cyclone (H-324) untuk ditangkap kembali amonium sulfatnya dan dialirkan menuju Crusher
(C-412). Udara dan asam sulfat yang masih tersisa dari Cyclone (H-324) dialirkan menuju
Bag Filter (H-325) untuk menangkap asam sulfat, agar kandungan asam sulfat yang aman di
buang ke atmosfir adalah sebesar 0,1%.
I.4 Tahapan Akhir
Kristal keluaran dari Rotary Dryer (B-320) dialirkan melalui Cooling Conveyor (J-
326) untuk didinginkan suhunya kemudian dimasukkan ke dalam Screener (H-410) untuk
mendapatkan amonium sulfat yang lolos ayak 30 mesh. Produk off spec amonium sulfat yang
tidak sesuai ukuran akan dikembalikan ke Crusher (H-412) untuk dihaluskan agar dapat
digunakan kembali, sedangkan amonium sulfat ukuran 30 mesh diangkut dengan
menggunakan Bucket Elevator (J-413) menuju Bin (F-414) untuk ditampung. Dari Bin (F-
414) selanjutnya kristal masuk ke unit pengepakan dan ditampung di gudang sebelum
dipasarkan. Produk amonium sulfat yang dihasilkan diharapkan memenuhi spesifikasi
amonium sulfat yang memiliki kadar asam sulfat 0,1% dan air 0,15%.
II. Spesifikasi Alat Proses
II.1 Alat Utama
a. Reaktor
Fungsi : Mereaksikan gas ammonia dengan asam sulfat dengan reaksi netralisasi.
Kondisi Operasi : 106oC; 1 atm
Spesifikasi alat : - Pengaduk tipe (flat blade turbine), kecepatan 160 rpm
- Menggunakan pendingin air
b. Centrifuge (H-310)
Fungsi : Memisahkan kristal amonium sulfat (NH4)2SO4 dari mother liquor
Kondisi operasi : 40oC; 1 atm
Spesifikasi alat : menggunakan motor dengan kecepatan putar sekitar 5600 rpm
c. Rotary Dryer (B-320)
Fungsi : Mengeringkan (mengurangi kadar air) kristal amonium sulfat
Kondisi Operasi : 90oC; 1 atm

II.2 Alat Penunjang


a. Bag Filter
Fungsi : Menangkap asam sulfat dari udara yang akan dibuang ke atmosfer.
b. Bin (F-414)
Fungsi : Tempat menampung kristal ammonium sulfat.
c. Blower (G-323)
Fungsi : Menghisap udara luar masuk ke heater untuk dipanaskan sebagai media
pengering
Tekanan isap : 1 atm.
d. Bucket Elevator (J-411 dan J-413)
Fungsi : Untuk menaikkan kristal amonium sulfat yang sudah disortir ke dalam
tangki penyimpanan.
e. Cooling Conveyor (J-326)
Fungsi : Pemindahan kristal amonium sulfat disertai pendinginan.
Spesifikasi alat : - Menggunakan air pendingin untuk proses transfer panas (pendinginan)
f. Crusher (H-412)
Fungsi : Untuk memperkecil ukuran kristal ammonium sulfat
g. Cyclone Separator (H-324)
Fungsi : Memisahkan kristal amonium sulfat (debu) yang terikut keluar bersama
udara
h. Expander (G-112)
Fungsi : Menurunkan tekanan amonia cair.
i. Heater (E-122)
Fungsi : Menaikkan suhu asam sulfat cair dari 30oC menjadi 106oC.
Kondisi : >100oC; 1 atm.
j. Separator (H-211)
Fungsi : Memisahkan campuran uap-cair ammonium sulfat
k. Tangki Penyimpanan Amonia (F-110)
Fungsi : Menyimpan persediaan bahan baku ammonia cair.
Kondisi : 30oC; 1 atm.
l. Tangki Penyimpanan Asam Sulfat (F-120)
Fungsi : Menyimpan cadangan bahan baku asam sulfat cair.
Kondisi : 30oC; 1 atm.
m. Pompa Tangki Amonia (L-111)
Fungsi : Untuk mengalirkan amonia cair ke expander dari tangki penyimpanan.
Kondisi : -33,5 oC; 1 atm.
n. Pompa Tangki Asam Sulfat (L-121)
Fungsi : Mengalirkan asam sulfat cair dari tangki penampung ke heater.
Kondisi : 30oC; 1 atm.
o. Vaporizer (V-113)
Fungsi : Mengubah fasa amonia cair menjadi fasa gas.
Amonium sulfat atau (NH4)2SO4 adalah garam anorganik yang memiliki beberapa kegunaan, seperti
sebagai pupuk pengaya hara tanah atau sebagai bahan tambahan makanan. Amonium sulfat mengandung
21% unsur nitrogen dan 24% unsur belerang. Amonium sulfat akan mengalami penguraian bila dipanaskan
hingga suhu 250°C, dan pertama-tama membentuk amonium bisulfat. Jika dipanaskan pada suhu yang lebih
tinggi, amonium sulfat akan terurai menjadi amonia. nitrogen, sulfur dioksida, dan air.
Pupuk ZA adalah pupuk kimia buatan yang mengandung amonium sulfat yang dirancang untuk
memberi tambahan hara nitrogen dan belerang bagi tanaman. Nama ZA adalah singkatan dari istilah bahasa
Belanda, zwavelzure ammoniak.
Wujud pupuk ini butiran kristal mirip garam dapur dan terasa asin di lidah. Pupuk ini higroskopis
(mudah menyerap air) walaupun tidak sekuat pupuk urea. Karena ion sulfat sangat mudah larut
dalam air sedangkan ion amonium lebih lemah, pupuk ini berpotensi menurunkan pH tanah yang terkena
aplikasinya sehingga hanya cocok digunakan pada tanah alkalin. Dibandingkan pupuk lain, seperti amonium
nitrat dan urea, pupuk ini mengandung lebih sedikit kadar nitrogen sehingga meningkatkan biaya pemupukan
per massa nitrogen yang diberikan pada usaha pertanian, tetapi memberi keuntungan masuknya hara utama
lainnya, belerang. Dalam budidaya tebu, ZA adalah pupuk yang wajib diberikan karena tidak memberi efek
penurunan kadar gula (rendemen), berbeda dari pemberian urea saja. Pupuk ini bersama dengan pupuk
berbahan dasar amonia lainnya telah dilarang penggunaannya di Pakistan dan Afghanistan karena mampu
digunakan sebagai bahan pembuat bahan peledak.

Penggunaan utama dari amonium sulfat sebagai pupuk untuk tanah basa. Di tanah ion amonium
dilepaskan dan membentuk sejumlah kecil asam, menurunkan keseimbangan pH tanah, sementara kontribusi
nitrogen penting bagi pertumbuhan tanaman. Kerugian utama untuk penggunaan amonium sulfat adalah
kandungan nitrogen yang rendah relatif terhadap amonium nitrat, yang mengangkat biaya transportasi.
Ini juga digunakan sebagai bahan pembantu pertanian semprot untuk insektisida yang larut dalam air,
herbisida, dan fungisida. Juga berfungsi untuk mengikat zat besi dan kation kalsium yang hadir di air sumur
dan sel tanaman.
Ammonium sulfat dalam skala lebih kecil digunakan dalam penyusunan garam amonium lainnya,
terutama amonium persulfat. 
Amonium sulfat telah digunakan sebagai pengawet kayu, namun karena sifat higroskopisnya,
penggunaan ini sebagian besar telah dihentikan karena masalah yang terkait dengan logam pengikat korosi,
ketidakstabilan dimensi, dan kegagalan finish.

REAKSI KIMIA
      
Pembuatan amonium sulfat merupakan proses netralisasi yang merupakan reaksi antara amonia dan
asam sulfat yang diumpankan secara kontinu ke dalam reaktor membentuk amonium sulfat. Kondisi operasi
pada reactor adalah 60°C dan tekanan 1 atm. Pada kondisi ini umpan asam sulfat dan ammonia dalam fase
cair yang berarti dalam bentuk larutan. 
Persamaan reaksi kimia: 
2 NH3(aq)  +  H2SO4(aq)    ====>     (NH4) 2SO4(aq) 
Reaksi netralisasi ini dilakukan di dalam reaktor alir tangki berpengaduk (RATB / CSTR)
dimana reaksi terjadi antara asam sulfat dengan amonia membentuk amonium sulfat. Konversi
reaksi tinggi karena reaksi asam dan basa, seperti umumnya reaksi netralisasi akan bersifat
eksotermis. Dengan demikian diperlukan pendinginan agar suhu reaksi bisa dijaga tetap 60°C
untuk menjaga jangan sampai amonia hilang karena menguap. Waktu reaksi relative lebih cepat
untuk mendapatkan konversi yang besar.
URAIAN PROSES

Pada proses ini, asam sulfat H2SO4 98% diumpankan ke dalam tangki pencampur (TP-01) untuk
diencerkan dengan air sehingga konsentrasinya menjadi 50%. Pada saat yang sama ammonia diencerkan
dalam tangki pencampur (TP-02) sehingga konsentrasinya menjadi 20%. Kemudian kedua larutan ini
diumpankan ke dalam Reaktor.  
Reaktor yang digunakan adalah reactor alir tangki berpengaduk (RATB).  Di dalam Reaktor terjadi
reaksi antara asam sulfat dan amonia membentuk ammonium sulfat. Reaksi dijalankan pada suhu 60°C dan
tekanan 1 atm dengan konversi sekitar 99%. Reaksi bersifat eksotermis maka untuk menjaga suhu reaksi tetap
60°C diperlukan pendinganan. Pendingin yang digunakan adalah air yang dialirkan ke dalam coil pendingin di
reactor.
Hasil reaksi diumpankan ke dalam evaporator (EV-01) untuk menguapkan seluruh sisa ammonia dan
sebagian besar air. Larutan ammonium sulfat jenuh yang keluar dari evaporator kemudian diumpankan ke
dalam crystallizer (evaporative crystallizer), untuk mengkristalkan ammonium sulfat dengan cara menguapkan
air sebagai solvennya. Slurry yang terbentuk kemudian dipisahkan di dalam centrifugal filter. Filtrat yang keluar
centrifugal filter yang merupakan mother liquor dikembalikan lagi ke crystallizer sedangkan cake/padatan
dikeringkan ke dalam rotary drier sehingga diperoleh kristal ammonium sulfat dengan kemurnian (kadar) 98 %.

Kegunaan Amonia Dalam Industri

Secara umum, distribusi pemanfaatan amonia dalam industri dapat anda lihat pada grafik di
bawah ini (data dirilis oleh essentialchemicalindustry.org):

Berikut ini adalah daftar kegunaan amonia dalam industri:

1. Kegunaan amonia dalam industri yang paling utama adalah sebagai bahan baku
pembuatan pupuk, antara lain urea, amonium fosfat, amonium nitrat, dan kalsium
amonium nitrat.
2. Amonia digunakan pula pada proses pengolahan logam, seperti pada
proses nitriding, carbonitriding, bright annealing, furnace brazing, sintering, dan lain-
lain.
3. Anda tentu sudah tahu asam nitrat bukan? Nah, ternyata asam nitrat diproduksi dengan
menggunakan amonia sebagai salah satu bahan bakunya.
4. Beberapa jenis plastik seperti polyurethane dan phenolic juga dibuat dari amonia.
5. Pada industri perminyakan, amonia dimanfaat untuk menetralkan senyawa-senyawa asam
yang masih tercampur dalam minyak mentah dan sebagai bahan kimia untuk mencegah
korosi pada peralatan.
6. Industri pertambangan juga memanfaatkan amonia dalam proses produksinya, yaitu
untuk mengekstraksi logam tembaga, nikel dan molybdenum dari bijihnya.
7. Dalam bidang pengolahan air, amonia berperan sebagai pengontrol tingkat keasaman atau
pH.
8. Dalam bidang pengendalian pencemaran udara, amonia banyak pula dimanfaatkan untuk
menangkap senyawa oksida sulfur yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar yang
mengandung sulfur.
9. Anda tentu tahu bagaimana pentingnya mesin pendingin seperti chiller atau refrigerator,
bukan? Nah, pada industri makanan, petrokimia dan minuman, amonia digunakan
sebagai refrigerant pada mesin chiller atau refrigerator.
10. Pada industri karet, amonia dimanfaatkan sebagai bahan kimia untuk stabilisasi lateks
alam dan sintetis untuk mencegah terjadinya koagulasi prematur.
11. Industri kertas dan pulp menggunakan amonia pada proses pembuatan pulp dari kayu dan
sebagai dispersant pada proses coating produk kertas.
12. Pada industri kulit, amonia dimanfaatkan sebagai curing agent, mencegah munculnya
slime dan mold, serta sebagai bahan pelindung kulit.
13. Beberapa produk-produk pembersih menggunakan amonia sebagai salah satu bahan di
dalamnya, tapi dalam konsentrasi yang rendah.
14. Amonium hidroksida – yang juga merupakan produk bahan kimia pembersih – juga 
diproduksi dari amonia.
15. Pada proses pengolahan kayu, amonia dan hidrogen peroksida digunakan untuk proses
pemutihan kayu.
16. Selain kegunaan di atas, amonia – seperti dikutip dari chemicalsafetyfacts.org – juga
digunakan pada proses produksi produk farmasi, pestisida dan zat pewarna.

Dari berbagai kegunaan tersebut, Amonium Sulfat (NH4SO4) juga digunakan pada
pembuatan/aplikasi industri Pupuk ZA.

Apa itu Pupuk ZA


Pupuk ZA adalah pupuk kimia buatan (pupuk anorganik) yang dirancang untuk memberi
tambahan haranitrogen dan belerang bagi tanaman. Nama ZA adalah singkatan dari istilah
bahasa Belanda, zwavelzure ammoniak, yang berarti amonium sulfat (NH4SO4). Pada umumnya,
amonium sulfat banyak digunakan sebagai pupuk untuk memberikan unsur hara nitrogen dan
sulfur pada tanaman pertanian dan perkebunan.
Amonium sulfat merupakan pupuk yang baik bagi tanaman padi, tanaman jeruk,
tumbuhan-tumbuhan yang merambat, dan terutama dapat digunakan untuk tanah yang
mempunyai pH yang tinggi. Manfaat dari pupuk ZA adalah dapat meningkatkan produksi dan
kualitas panen, menambah daya tahan tanaman terhadap gangguan hama, penyakit, dan
kekeringan, serta memperbaiki rasa dan warna hasil panen (Horties, 2011).

Dalam pupuk ZA mengandung beberapa unsur hara, diantaranya unsur hara belerang (S)
memiliki manfaat yg besar untuk pertumbuhan tanaman. Adapun manfaat dari unsur hara
belerang (S) yaitu untuk membantu pembentukan butir hijau sehingga daun lebih hijau,
menambah kandungan protein dan vitamin tanaman, berperan dalam sintesis minyak yang
berguna pada proses pembuatan gula, dan memacu pertumbuhan anakan produktif (Ihsan, 2012).
Keberadaan unsur belerang dapat dianalisis dengan metode gravimetri. Metode ini dipilih karena
unsur belerang (S) pada pupuk ZA termasuk unsur makro yaitu sebesar 23,8 % (SNI 02-1760,
2005).

Selain mengandung unsur hara belerang (S), Ammonium Sulfat (ZA) juga mengandung
unsur hara nitrogen (N). Unsur hara nitrogen (N)  yang berasal dari Urea dan ZA merupakan
hara makro utama bagi tanaman selain P dan K dan seringkali menjadi factor pembatas dalam
produksi tanaman. Menurut Gardner dkk, (1991), definisi nitrogen (N) membatasi pembesaran
sel dan pembelahan sel. nitrogen (N) berperan sebagai bahan penyusun klorofil dan asam amino,
pembentukan protein, esensial bagi aktivasi karbohidrat, dan komponen enzim, serta
menstimulasi perkembangan dan aktivitas akar serta meningkatkan penyerapan unsur-unsur hara
yang lain (Olson dan Kurtz, 1982).

Di samping digunakan sebagai pupuk, amonium sulfat juga digunakan sebagai nutrisi
penambah kadar nitrogen dalam proses fermentasi, sebagai campuran cairan pemadam
kebakaran, penyamakan, makanan ternak, termasuk proses pembuatan makanan (Hal. 726-728,
Kirk-Othmer, 1994).

Wujud pupuk ini butiran kristal mirip garam dapur dan terasa asin di lidah. Pupuk ini
higroskopis (mudah menyerap air) walaupun tidak sekuat pupuk urea,karena reaksi kerja pupuk
ZA agak lambatsehingga digunakan sebagai pupuk dasar dan susulan,senyawa kimianya stabil
sehingga tahan disimpan dalam waktu lama, dapat dicampur dengan pupuk lain, serta aman
digunakan untuk semua jenis tanaman. Karena ion sulfat larut secara kuat, sedangkan ion
amonium lebih lemah, pupuk ini berpotensi menurunkan pH tanah yang terkena aplikasinya.
Sifat ini perlu diperhatikan dalam penyimpanan dan pemberiannya.

Kandungan Pupuk ZA
Pupuk ZA mengandung belerang 24 %(dalam bentuk sulfat)dan nitrogen 21 %(dalam
bentuk ammonium). Kandungan nitrogennya hanya separuh dari urea, sehingga biasanya
pemberiannya dimaksudkan sebagai sumber pemasok hara belerang pada tanah-tanah yang
miskin unsur ini. Namun demikian, pupuk ini menjadi pengganti wajib urea sebagai pemasok
nitrogen bagi pertanaman tebu karena tebu akan mengalami keracunan bila diberi pupuk urea.

Ada beberapa keuntungan dari pupuk anorganik, yaitu (1) Pemberiannya dapatterukur
dengan tepat, (2) Kebutuhan tanaman akan hara dapat dipenuhi denganperbandingan yang tepat,
(3) Pupuk anorganik tersedia dalam jumlah cukup, dan (4)Pupuk anorganik mudah diangkut
karena jumlahnya relatif sedikit dibandingkan denganpupuk organik.

Definisi Pupuk Za
Pupuk merupakan material yang ditambahkan ketanah atau tajuk tanaman dengan tujuan
untuk melengkapi katersediaan unsur hara. Pupuk digolongkan menjadi dua, yakni pupuk
organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari sisa-sisa makhluk
hidup yang diolah melalui proses pembusukan (dekomposisi) oleh bakteri pengurai. Contohnya
adalah pupuk kompos dan pupuk kandang. Pupuk kompos berasal dari sisa-sisa tanaman, dan
pupuk kandang berasal dari kotoran ternak. Pupuk organik mempunyai komposisi kandungan
unsur hara yang lengkap, tetapi jumlah tiap jenis unsur hara tersebut rendah.

Pupuk anorganik atau pupuk buatan adalah jenis pupuk yang dibuat oleh pabrik dengan
cara meramu berbagai bahan kimia sehingga memiliki prosentase kandungan hara yang tinggi.
Menurut jenis unsur hara yang dikandungnya, pupuk anorganik dapat dibagi menjadi dua yakni
pupuk tunggal dan pupuk majemuk.

Pada pupuk tunggal, jenis unsur hara yang dikandungnya hanya satu macam. Biasanya
berupa unsur hara makro primer, misalnya urea yang hanya mengandung unsur nitrogen. Pupuk
majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu jenis unsur hara. Penggunaan pupuk ini
lebih praktis karena hanya dengan satu kali penebaran, beberapa jenis unsur hara dapat
diberikan. Contoh pupuk majemuk antara lain diamonium phospat yang mengandung unsur
nitrogen dan fosfor.

Ammonium Sulfat (ZA) merupakan salah satu jenis pupuk sintetis yang mengandung unsur
hara N. Unsur hara N yang berasal ZA merupakan hara makro utama bagi tanaman selain P dan
K dan seringkali menjadi faktor pembatas dalam produksi tanaman. Menurut
Gardner dkk. (1991), defisiensi N membatasi pembesaran sel dan pembelahan sel. N berperan
sebagai bahan penyusun klorofil dan asam amino, pembentuk protein, esensial bagi aktivasi
karbohidrat, dan komponen enzim, serta menstimulasi perkembangan dan aktivitas akar serta
meningkatkan penyerapan unsur-unsur hara yang lain (Olson dan Kurtz, 1982).
Amonium Sulfat [(NH4)2SO4] adalah senyawa kimia yang berwujud padat, berwarna putih,
berbentuk kristal (pada T > 513oC), larut dalam air, tidak larut dalam alkohol, dan memiliki titik
leleh 235-280oC pada tekanan 1 atm. Menurut Hilman dkk. (1993, dalam  Widyastuti, 1996),
pupuk N dalam bentuk ammonium sulfat (ZA) yang diberikan ke dalam tanah pertama-tama
akan diserap (adsorpsi) oleh kompleks koloid tanah dan bentuk N (NH 4+) cenderung tidak hilang
dan tercuci air.Wujud pupuk ini butiran kristal mirip garam dapur dan terasa asin di lidah. Pupuk
ini higroskopis (mudah menyerap air) walaupun tidak sekuat pupuk urea. Karena ion sulfat larut
secara kuat, sedangkan ion amonium lebih lemah, pupuk ini berpotensi menurunkan pH tanah.

Ammonium Sulfat banyak dimanfaatkan sebagai pupuk nitrogen dan biasa disebut pupuk
ZA (Zwuafel Ammonium), terutama pada tanaman industri dan perkebunan diantaranya tebu,
tembakau, cengkeh, kopi, lada, kelapa sawit, dan teh. Selain sebagai pupuk, senyawa Amonium
Sulfat juga digunakan dalam bidang industri seperti untuk pengolahan air, fermentasi, bahan
tahan api dan penyamakan. Amonium Sulfat merupakan jenis pupuk anorganik yang terdiri dari
unsur Sulfur (24% berat) dalam bentuk ion Sulfat dan unsur Nitrogen (21% berat) dalam bentuk
ion Amonium (James G. Speight, 2002).

Pupuk ZA diperlukan tanaman untuk memenuhi kebutuhan unsur hara Nitrogen (N) dan
Belerang (S). Adapun manfaat dari unsur hara Belerang adalah :

1. Membantu pembentukan butir hijau sehingga daun lebih hijau.


2. Menambah kandungan protein dan vitamin
3. Berperan dalam sintesa minyak yang berguna pada proses pembuatan gula.
4. Memacu pertumbuhan anakan produktif.
5. Memperbaiki warna, aroma, dan kelenturan daun tembakau ( khusus pada tembakau
omprongan).
6. Memperbaiki aroma, mengurangi penyusutan selama penyimpangan, memperbesar umbi
bawang merah dan bawang putih.

Pemberian belerang mempunyai pengaruh yang positif terhadap hasil produksi padi sawah.
Negara Indonesia merupakan negara agraris yang selalu membutuhkan amonium sulfat sebagai
pupuk nitrogen. Keuntungan penggunaan Amonium Sulfat (pupuk ZA) dibandingkan pupuk
nitrogen lainnya yaitu :

1. Mengandung unsur nitrogen dan sulfur sedangkan unsur sulfur ini tidak dimiliki pupuk
nitrogen lainnya, misal urea (CO(NH2)2), amonium nitrat (NH4NO3) dan sendawa chili
(NaNO3). Kedua unsur ini merupakan jenis unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam
jumlah besar atau disebut makronutrient (Setyamidjaja, 1986).
2. NH4+ dapat diserap secara langsung oleh tanaman sehingga tidak membutuhkan
mikroorganisme tanah untuk mengurai senyawa NH4+ menjadi unsur nitrogen, seperti
pada pupuk urea (CO(NH2)2)

Anda mungkin juga menyukai