PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Kebersihan lingkungan rumah sakit atau fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya merupakan salah satu aspek dalam upaya
pencegahanpengendalian infeksi di rumah sakit atau fasilitas
kesehatan lainnya. Lingkungan rumah sakit atau fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya jarang menimbulkan transmisi penyakit infeksi
nosolomial, namun pada pasien pasien yang imunocompromise
harus lebih diwaspadai dan diperhatikan karena dapat
menimbulkan beberapa penyakit infeksi lainnya seperti infeksi
saluran pernafasan Aspergilus, Legionella, Micobaterium
Tubercolosis Varicella Zooster, Virus Hepatitis B, HIV
2. TUJUAN
Tujuan umum :
Menciptakan lingkungan yang bersih, aman dan nyaman
Tujuan Khusus :
1. Meminimalkan atau mencegah terjadinya transmisis
microorganisme dari lingkungan kepada pasien, petugas,
pengunjung dan masyarakat di sekitar rumah sakit dan fasilitas
kesehatan.
2. Meminimalkan infeksi nosokomial yang berpotensi terjadi di
lingkunagn rumah sakit.
3. Meminimakan potensi terjadinya penyakit dan kecelakaan kerja
pada tenaga kesehatan pengujung dan masyarakat yang ada di
lingkungan rumah sakit.
0
3. RUANG LINGKUP KEBERSIHAN LINGKUNGAN
1. Dinding
2. Langit – langit
3. Lantai
4. Atap
5. Pintu : kaca, kayu
6. Furniture
7. Gorden
8. Peralatan Pasien : Tempat Tidur, Meja, Kursi, Lemari, Alat
Eliminasi
9. Alat Medis dan non Medis
4. DASAR HUKUM
1. UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan.
1
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 983/Menkes/SK/XI/1992
tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit.
2
BAB II
STANDART KETENAGAAN
A. KETENTUAN PERSONIL :
1. Pendidikan minimal smp atau atau sederajat
2. Usia maksimum 45 tahun
3. Memiliki profesionalisme
4. Berorientasi pada pelayanan
5. Berdisiplin tinggi
6. Berkarakter dan prilaku yang baik dan jujur
7. tidak pernah tersangkut masalah hukumbaik dalam pidana
ataupun perdata
Penampilan tenaga cleaning service
1. bersih
2. rapi
3. menggunakan seragam
4. tidakmenggunakan asesoris
5. rambut di cukur pendek
etika tenaga cleaning service
1. menerapkan senyum salam sapa (3s)
2. selalu menggunakan sebutan bapak/ibu
3
sikap tenaga cleaning service
4
C. PENGATURAN JAGA
1. Staff loundry
Masuk senin sampai dengan jumat mulai pukul 08.00 WITA sampai
14.00 WITA, sabtu mulai pukul 09.00 WITA sampai dengan pukul
12.00 WITA
5
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. SARANA PRASARANA
6
9.Stik air ( Squezer)
Washtafel 1. Sabun
2. Air
3. Desinfectan
4. Glass cleaner
7
BAB IV
A. PEMBERSIHAN LINGKUNGAN
1. Semua permukaan horizontal ditempat dimana pelayanan yang
disediakan untuk pasien harus dibersihkan setiap hari dan bila
terlihat kotor. Permukaan tersebut juga harus dibersihkan bila
pasien sudah keluar dan sebelum pasien baru masuk.
2. Bila permukaan tersebut, meja pemeriksaan, atau peralatan lainnya
pernah bersentuhan langsung dengan pasien, permukaan tersebut
harus dibersihkan dan didisinfeksi di antara pasien – pasien yang
berbeda
3. Semua kain lap yang digunakan harus dibasahi sebelum digunakan
membersihkan debu dengan kain kering atau dengan sapu dapat
menimbulkan aerosolisasi dan harus dihindari
4. Larutan, kain lap dan kain pel harus diganti secara berkala sesuai
dengan peraturan setempat
5. Semua peralatan pemebrsih harus dibersihkan dan daikeringkan
setelah digunakan
6. Kain pel yang dapat digunakan kembali harus dicuci dan
dikeringkan setelah digunakan dan sebelum disimpan
8
7. Tempat disekitar pasien harus bersih dari peralatan serta
perlengkapan yang tidak perlu sehingga memudahkan pembersihan
menyeluruh setiap hari
8. Meja pemeriksaan dan peralatan disekitarnya yang telah digunakan
pasien yang diketahui atau suspek terinfeksi ISPA yang dapat
menimbulkan kekhawatiran harus dibersihkan dengan disinfektan
segera setelah digunakan
B. DISINFEKSI
9
Hanya permukaan yang bersentuhan dengan kulit/mukosa pasien
dan permukaan yang sering disentuh oleh petugas kesehatan yang
memerlukan disinfeksi setelah dibersihkan
Petugas kesehatan harus menggunakan APD untuk melakukan
pembersihan dan diinfeksi peralatan pernapasan dan harus
membersihkan tangan setelah APD dilepas
Ventilasi ruangan yang baik diperlukan selama dan segera setelah
proses disinfeksi, apapun jenis disinfektan yang digunakan
10
Lakukan disinfeksi pada bagian permukaan yang terkena tumpahan
dengan Sodium Hipoklorit 0,5%.
Lepas sarung tangan karet dan celemek dan tempatkan perlengkapan
tersebut ke wadah yang sesuai untuk pembersihan dan disinfeksi lebih
lanjut.
Tempatkan gaun pelindung dan masukkan ke wadah yang sesuai.
Bersihkan Tangan .
F. PERMUKAAN LINGKUNGAN
1. Bersihkan dan disinfeksi permukaan lingkungan di area perawatan
2. Lakukan pembersihan 2 kali atau bila kotor
3. Pilih disinfektan yang terdaftar dan gunakan seusai petunjuk pabrik
4. Jangan menggunakan high level disinfektan / cairan chemikal untuk
peralatan non kritikal dan permukaan lingkungan
5. Jika tidak ada petunjuk pembersihan dari pabrik ikuti prosedur
tertentu
6. Jangna melakukan disinfeksi foggging di area kepearwatan
7. Hindari metode pembersihan permukaan yang luas yang
menghasilkan mist atau aerosol
8. Pembersihan dari pabrik ikuti prosedur tertentu
9. Jaga kebersihan lingkungan, lantai, dinding, permukaan meja
10. Gunakan detergen.Jangan menggunakan high level /
disifektan/cairan chemikal untuk peralatan non kritikal dan
permukaan lingkungan
11. Ikuti petunjuk pabrik untuk pembersihan dan pemeliharaan
peralatan non kritikal
12. Jika tidak ada petunjuk/disinfektan yang terdaftar untuk
pembersihan dan disinfeksi ruangan perawatan pasien
11
13. Gunakan detergen atau air untuk pembersihan permukaan non
perawatan seperti perkantoran adminisatrasi
14. Bersihkan dan disinfeksi permukaan yang sering disentuk seperti
pegangan pintu, bed rails, light switch
15. Bersihkan dinding, blinds dan jendela, tirai di area perawatan
pasien
16. Jangan melakukan disinfeksi fogging di area keperawatan
17. Hindari metode pembersihan permukaan yang luas yang
menghasilkan mist atau aerosol
18. Ikuti prosedur tepat yang efektif menggunakan mops, doths and
solution.Siapkan cairan pembersih setiap hari atau jika diperlukan
dan gunakan cairan yang baru ganti mop setiap hari
19. Bersihkan mop dan kain pembersih setelah dipakai dan biarkan
kering sebel umdipakai lagi
20. Selesai operasi terakhir setiap hari, bersihkan ruangan dengan wet
vacum atau mop lantai dan dinding dengan menggunakan
pembersih.Jangan gunakan mats di pintu masuk ruangan operasi
gunakan metode pembersihan debu yang tepat untuk pasien yang
immonocompromised
21. Tutup pintu pasien immonocompromised saat membersihkan
lantai.Segera bersihkan dan dekontaminasi tumpahan darah atau
material lain yang potensial infeksi
22. Pakai disinfektan yang terdaftar dengan label : Gunakan produk
sodium hipoklorin yang teregistrasit tedaftar dengan label
23. Sgera bersihkan dan dekontaminasi tumpahan darah atau material
lain yang teregistrasi terdaftar dengan label
24. Segera bersihkan dan dekontaminasi tumpahan darah atau material
lain yang potensial infeksi
12
25. Vacum carpet di area umum fasilitaas pelayanan sarana kesehatan
dan area umum pasien secara regular
26. Secara periodik pembersihan sampai kedalam carpet
27. Hindari penggunaan carpet di daerah keramaian diruang perawatan
pasien atau vacum carpet di area umum sarana kesehatan dan area
umum pasien secara rutin
28. Hindari penggunaan carpet di daerah keramaian diruang perawatan
pasien
29. Bunga dan tanaman pot tidak dianjurkan di area pelayanan pasien
30. Perawatan dan pemeliharaan bunga dan tanaman pot kepada
petugas khusu (bukan yang merawat pasien). Namun jika tidak ada
petugas khusus maka perlu gas memakai sarung tangan dan cuci
tangan setelah melepas sarung tangan
31. Tidak mengizinkan bunga segar atau kering atau tanaman pot di
arae perawatan
32. Lakukan pest control secara rutin
33. Pakai APD selama prosedur pemebersihan dan disinfksi
34. Lakukan pembersihan dan disinfeksi untuk pengendalian
lingkungan yang terkontaminasi sesuai prosedur
35. Berikan perhatian ketat untuk pemberisahan dan disinfeksi
permukaan yang sering disentuh di area perawatan seperti charts,
bedside commode, pegangan pintu
36. Pastikan kepatuhan dari petugas kebersihan untuk pembersihan
dan disinfeksi
37. Kultur permukaan lingkungan dapat dilakukan bila terjadi KLB
38. Pembersihan dan disinfeksi lingkungan permukaan peralatan medis
secara regular
39. Anjurkan keluarga, pengunjung dan pasien tentang pentingnya
kebersihan tangan untuk meminimalkan pnyebaran mikroorganisme
13
40. Jangan menggunakan disinfeksi tingkat tinggi untuk kebersihan
lingkungan
41. Jangan lakukan random pemeriksaan mikrobologi udara, air dan
permukaan lingkungan
42. Bila indikasi lakukan sampling mikrobiologi sebagai investigasi
epidemiologi atau sepanjang pengkajian kondisi lingkungan
bebahaya untuk menditeksi atau verifikasi adanya bahaya
43. Batasi sampling mikrobiologi untuk maksud jaminan kualitas
14
harus dibersihkan dan didisinfeksi diantara pasien – pasien yang
berbeda
3. Semua kain lap yang digunakan harus dibasahi sebelum
digunakan.Membersihkan debu dengan kain kering atau dengan
sapu dapat menimbulkan aerosolisasi dan harus dihindari
4. Semua peralatan pembersih harus dibersihkan dan dikeringkan
setelah digunakan dan sebelum disimpan
5. Kain pel yang dapat digunakan kembali harus dicuci dan
dikeringkan setelah digunakan dan sebelum disimpan
6. Meja pemeriksaan dan peralatan disekitarnya yang telah digunakan
pasien yang diketahui atau suspek terinfeksi ISPA yang dapat
menimbulkan kekhawatiran harus dibersihkan dengan disinfektan
segera setelah digunakan
I. PEMBUANGAN SAMPAH
1. Semua sampah yang dihasilkan dalam ruangan atau area isolasi
harus dibuang dalam wadah atau kantong yang sesuai :
Sampah infeksius gunakan kantong plastik kuning atau bila
tidak tersedia dapat menggunakan kantong plastik warna
lain yang tebal atau dilapis dua (kantong ganda). Kemudian
diikat dengan tali warna kuning atau diberi tanda “infeksius”
(airborne) harus ditangani sebagai sampah infeksius
Untuk sampah non infeksius / tidak menular gunakan
kantong plastik hitam
Untuk sampah benda tajam atau jarum ditampung dalam
wadah tahan tusukan
2. Kantong sampah apabila sudah 3/4 bagian penuh harus segera
diikat dengan tali dan tidak boleh dibuka kembali
15
3. Petugas yang bertanggung jawab atas pembuangan sampah dari
bangsal / area isolasi harus menggunakan APD lengkap ketika
membuang sampah
4. Kantong pembuangan sampah perlu diberi label biohazard yang
sesuai dan ditangani dan dibuang sesuai dengan kebijakan rumah
sakit dan peraturan nasional mengenai sampah rumah sakit
5. Limbah cair seperti urin atau feses dapat dibuang kedalam sistem
pembuangan kotoran yang tertutup dan memenuhi syarat dan
disiram dengan air yang banyak
16
BAB V
LOGISTIK
1. Perencanaan barang.
a. Barang rutin : pulpen, buku tulis, APD, Plastik Infeksius dan Non
Infeksius, cairan disinfeksi
b. Barang tidak rutin : Trolley lengkap, Sapu, Dustfan, Lap umum,
Ember sedang, Glass cleaner, Sikat
2. Permintaan barang :
a. Barang rutin disampaikan pada bagian logistik rutin Rumah Sakit
b. Barang tidak rutin disampaikan terlebih dahulu pada bagian logistik
dan direktur RS untuk dimintakan persetujuan.
3. Pendistribusian.
17
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk asesmen resiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko
pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya resiko. Sedangkan insiden keselamatan
pasien adalah setiap kejadian atau situasi yang dapat mengakibatkan
atau berpotensi mengakibatkan harm (penyakit, cidera, cacat,
kemayian, dll) yang tidak seharusnya terjadi.
B. Tujuan
Tujuan sistem ini adalah mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan tidak
mengambil tindakan yang harusnya diambil. Selain itu sistem
keselamatan pasien ini mempunyai tujuan agar tercipta budaya
keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatkannya akuntabilitas
rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat, menurunnya kejadian
tidak diharapkan di rumah sakit dan terlaksananya program-program
pencegahan sehingga tidak dapat terjadi penanggulangan kejadian
tidak diharapkan.
18
1. membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien.
Menciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan
adil.
2. Memimpin dan mendukung karyawan. Membangun komitmen
dan fokus yang kuat dan jelas tentang keselamatan pasien.
3. Mengitegrasikan akitivitas pengelolaan resiko.
Mengembangkan sistem dan proses pengelolaan resiko, serta
melakukan identifikasi dan asesmen hal potensial
bermasalah.
4. Mengembangkan sistem pelaporan. Memastikan karyawan
agar dengan mudah dapat melaporkan kejadian atau insiden,
serta rumah sakit mengatur pelaporan kepada KKP-RS
(Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit)
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien.
Mengembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka dengan
pasien.
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien.
Mendorong karyawan untuk melakukan analis akar masalah
untuk belajar bagaimana dan mengapa kejadian itu timbul.
7. Mencegah cidera melalui implementasi sistem keselamatan
pasien. Menggunakan informasi yang ada tentang kejadian
atau masalah untuk melakukan perubahan pada sistem
pelayanan.
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan Kesinambungan pelayanan
19
4. Pengunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk
melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan
pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan
pasien
6. Mendidik karyawan tentang keselamatan pasien
7. Komunikas yang merupakan kunci bagi karyawan untuk
mencapai keselamatan pasien
Langkah langkah penerapan keselamatan pasien di rumah sakit :
1. Menetapkan unit kerja yang bertanggung jawab mengelola
program keselamatan pasien di rumah sakit
2. Menyusun program keselamatan pasien di rumah sakit jangka
pendek 1-2 tahun.
3. Mensosialisasikan konsep dan program keselamatan pasien di
rumah sakit.
4. Mengadakan pelatihan keselamatan pasien rumah sakit bagi
jajaran manajemen dan karyawan
5. Menetapkan sistem pelaporan insiden
6. Menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah
sakit seperti tersebut di atas
7. Menerapkan standart keselamatan pasien rumah sakit dan
melakukan self asesment dengan instrumen akreditasi
pelayanan keselamatan pasien rumah sakit
8. Ptogram khusus keselamatan pasien rumah sakit
9. Mengevaluasi secara periodik pelaksanaan program
keselamatan pasien rumah sakit dan kejadian tidak
diharapkan.
20
BAB VII
1. Bahaya mikrobiologi.
Contoh mikroorganisme :
i. Mycobacterium tuberculosis.
21
- Secara tehnis setiap petugas harus melaksanaka tugas
pekerjaannya sesuai SPO.
Pencegahan:
22
Pencegahan:
a Debu.
Pengendalian :
23
diakibatkan tergantung dari besar, luas dan lama pemajanan. Oleh
karena itu sikap berhati-hati terhadap semua bahan kimia yang
dipakai dan potensial masuk ke dalam tubuh sangat diperlukan.
Informasi dari bahan kimia dapat dibaca pada label kemasan dari
produsennya yang lazim disebut MSDS.
Bahaya:
Pertolongan pertama :
24
- Penyimpanan dan pengankatan: simpan ditempat aslinya,
wadah tertutup, dibawah kondisi kering, ventilasi baik,
jauhkan dari asam dan suhu yang ekstrim.
2. Detergen.
Bahaya :
Pertolongan pertama :
3. Emulsifier
25
Fungsi: cairan pengemulsi lemak atau minyak dan prespotter.
Sifat: rusak oleh sinar matahari, stabil dan tidak mudah
terbakar.
Bahaya:
Pertolongan pertama:
Tertelan: cuci mulut, minum air atau susu 1-2 gelas dan
jangan berusaha untuk muntah.
Tindakan pencegahan:
- Pemakaian APD.
- Penyimpanan dan pengangkutan: simpan di tempat
sejuk dan kering, jauhkan dari
sinar matahari langsung dan sumber panas.
4. Carian clorin.
Fungsi: desinfektan
Bahaya:
26
- Iritasi berat pada mata.
- Rasa terbakar pada kulit.
- Bila terhirup menyebabkan iritasi dan oedema paru.
- Bila tertelan menyebabkan rasa terbakar
Pertolongan pertama:
Tindakan pencegahan:
- Memakai APD.
- Penyimpanan dan pengangkutan: simpan ditempat
sejuk dan kering, jauhkan dari asam dan sumber
panas.
5. Formaldehyde.
Pemajanan dengan antiseptic dalam waktu lama dapat
menyebabkan dermatitis, ekseme, dan alergi.Formaldehyde
merupakan komponen dari banyak antiseptic dan desinfektan,
zat ini menyebabkan dermatitis kontak, gangguan saluran
pernapasan dan bersifat karsiogenik.
Perlindungan :
27
1. Bahaya Fisika.
1. Bising.
2. Listrik.
Efek kesehatan:
28
- Memakai sepatu atau sandal isolasi.
3. Panas.
Pengendalian :
29
- Menyediakan persediaan air minum yang cukup
dan memenuhi syarat dekat tempat kerja dan
kalau perlu disediakan extra salt.
- Hindarkan petugas yang harus bekerja
dilingkungan panas apabila berbadan gemuk dan
berpenyakit kardiovaskuler. Pengaturan waktu
kerja dan istirahat.
4. Getaran.
Efek kesehatan :
Pengendalian :
30
5. Ergonomic.
Pengendalian:
Tubuh kita mampu mengangkat beban seberat badan kita sendiri, kira-kira
50 kg untuk laki-laki dan 40 kg untuk perempuan. Bila barat beban yang
akan diangkat lebih dari setengah dari berat badan si pengangkat, maka
beban harus dibagi menjadi dua. Apabila beban tidak dapat dibagi maka
hendaknya beban diangkat secara beramai-ramai.
b. Posisi duduk
c. Posisi berdiri
d. Bahaya psikososial.
31
- Stress yaitu ancaman fisik dan psikologis dari factor lingkungan
terhadap kesejahteraan individu. Stress dapat disebabkan oleh:
- Tuntutan pekerjaan : Dukungan kerja yang lebih maupun yang
kurang, tekanan waktu, tanggung jawab yang berlebih ataupun
kurang.
- Dukungan dan kendala : Hubungan yang tidak baik dengan atsan,
teman sekerja, adanya berita yang tidak dikehendaki atau gossip,
adanya kesulitan keuangan dll.
Manifestasi klinis dari stress antara lain depresi, ansietas, sakit kepala,
kelelahan, dan kejenuhan, gangguan pencernaan, dan gangguan fungsi
organ lainnya.
1. Kebakaran
32
panas.
Penanggulangan:
Penanggulangan:
- Jangan memakai sepatu dengan hak tinggi, sol yang rusak atau
memakai tali sepatu yang longgar.
- Konstruksi lantai harus rata dan sedapat mungkin dibuat dari
bahan yang tidak licin.
- Lantai harus selalu dibersihkan dari kotoran seperti pasir, debu,
minyak yang memudahkan terpeleset.
- Lantai yang cacat misalnya banyak lubanh atau permukaannya
miring harus segara diperbaiki.
33
Kesehatan kerja meliputi berbagi upaya penyerasian antara pekerja
dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya baik isik maupun psikis
dalam hal cara/metode kerja dan kondisi yang bertujuan untuk :
34
Beban kerja meliputi beban isik maupun mental. Akibat beban kerja
yang terlalu berat atau kemampuan isik yang terlalu lemah dapat
mengakibatkan seorang pekerja menderita gangguan atau penyakit
akibat kerja. Kondisi lingkungan kerja (panas, bising, debu, zat
kimia) dapat merupakan beban tambahan terhadap pekerja. Beban
tambahan tersebut secara sendiri – sendiri atau bersama – sama
dapat menimbulkan gangguan atau penyakit akibat kerja.
35
3. Petugas kesehatan yang kontak dengan pasien penyakit menular
melalui udara harus menjaga fungsi saluran pernapasan (tidak
merokok, tidak minum dingin) dengan baik dan menjaga
kebersihan tangan.
Petunjuk pencegahan infeksi untuk petugas kesehatan :
1. Untuk mencegah transmisi penyakit menular dalam tatanan
pelayanan kesehatan, petugas harus menggunakan APD (Alat
Pelindung Diri) yang sesuai untuk kewaspadaan standart dan
kewaspadaan isolasi
2. Semua petugas kesehatan harus mendapatkan pelatihan tentang
gejala penyakit menular yang sedang dihadapi.
3. Semua petugas kesehatan dengan penyakit seperti flu harus
dievaluasi untuk memastikan agen penyebab. Dan di tentukan
apakah perlu dipindahtugaskan dari kontak langsung dengan
pasien, terutama mereka yang bertugas diinstalasi perawatan
intensif, ruang gawat darurat.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
36
loundry harus dilakukan demi kepentingan dan kepuasan dari pasien
sehingga nantinya dapat kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan di
RSJ Prov. DR. V. L. Ratumbuysang Provinsi Sulawesi Utara pada
khususnya dan pelayanan loundry rumah sakit jiwa yang mengacu pada
pedoman Indikator Mutu Rumah Sakit.
BAB IX
A. MONITORING
37
Yang dimaksud dengan monitoring adalah upaya untuk mengamati
pelayanan dan cakupan program pelayanan seawal mungkin, untuk dapat
menemukan dan selanjutnya memperbaiki masalah dalam pelaksanaan
program.
38
digunakan pasien yang diketahui atau suspek terinfeksi ISPA yang
dapat menimbulkan kekhawatiran harus dibersihkan dengan
disinfektan segera setelah digunakan.
39