Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Kebersihan lingkungan rumah sakit atau fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya merupakan salah satu aspek dalam upaya
pencegahanpengendalian infeksi di rumah sakit atau fasilitas
kesehatan lainnya. Lingkungan rumah sakit atau fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya jarang menimbulkan transmisi penyakit infeksi
nosolomial, namun pada pasien pasien yang imunocompromise
harus lebih diwaspadai dan diperhatikan karena dapat
menimbulkan beberapa penyakit infeksi lainnya seperti infeksi
saluran pernafasan Aspergilus, Legionella, Micobaterium
Tubercolosis Varicella Zooster, Virus Hepatitis B, HIV

2. TUJUAN
Tujuan umum :
Menciptakan lingkungan yang bersih, aman dan nyaman
Tujuan Khusus :
1. Meminimalkan atau mencegah terjadinya transmisis
microorganisme dari lingkungan kepada pasien, petugas,
pengunjung dan masyarakat di sekitar rumah sakit dan fasilitas
kesehatan.
2. Meminimalkan infeksi nosokomial yang berpotensi terjadi di
lingkunagn rumah sakit.
3. Meminimakan potensi terjadinya penyakit dan kecelakaan kerja
pada tenaga kesehatan pengujung dan masyarakat yang ada di
lingkungan rumah sakit.

0
3. RUANG LINGKUP KEBERSIHAN LINGKUNGAN

Bangunan Rumah Sakit :

1. Dinding
2. Langit – langit
3. Lantai
4. Atap
5. Pintu : kaca, kayu
6. Furniture
7. Gorden
8. Peralatan Pasien : Tempat Tidur, Meja, Kursi, Lemari, Alat
Eliminasi
9. Alat Medis dan non Medis

4. DASAR HUKUM
1. UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan.

2. UU No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

3. PP No. 20 tahun 1990 tentang pencemaran Air.

4. PP No. 27 tahun 1999 tentang AMDAL.

5. Permenkes RI No. 472/Menkes/Peraturan/V/1996 tentang


Penggunaan Bahan Berbahaya bagi Kesehatan.

6. Permenkes No. 986/Menkes/Per/XI/1992 tentang Penyehatan


Lingkungan Rumah Sakit

1
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 983/Menkes/SK/XI/1992
tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit.

8. Kepmen LH No. 58/MENLH/12/1995 tentang Baku Mutu Limbah


Cair bagi Kegiatan Rumah Sakit.

9. Undang – undang Negara RI Nomor : 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan

10. Undang – undang Negara RI Nomor : 44 Tahun 2009 tentang


Rumah Sakit

11. Pedoman Manajemen Linen di Rumah Sakit, Departemen


Kesehatan RS Tahun 2004

2
BAB II

STANDART KETENAGAAN

RSJ. V.L Ratumbuysang sebagai salah satu area pelayanan public


harus selalu menjaga kebersihan dan keindahanya. Layanan kebersihan
yang baik dan professional akan memberikan berbagai benefit. Lebih
spesifik hubungannya terkait dengan upaya pencegahan penyebaran
infeksi. Dalam rangka mengupayakan kebersihan lingkungan di area
rumah sakit maka di lakukan standarisasi ketenagaan, dalam hal ini
ketenagaan dari klining servis.

A. KETENTUAN PERSONIL :
1. Pendidikan minimal smp atau atau sederajat
2. Usia maksimum 45 tahun
3. Memiliki profesionalisme
4. Berorientasi pada pelayanan
5. Berdisiplin tinggi
6. Berkarakter dan prilaku yang baik dan jujur
7. tidak pernah tersangkut masalah hukumbaik dalam pidana
ataupun perdata
Penampilan tenaga cleaning service
1. bersih
2. rapi
3. menggunakan seragam
4. tidakmenggunakan asesoris
5. rambut di cukur pendek
etika tenaga cleaning service
1. menerapkan senyum salam sapa (3s)
2. selalu menggunakan sebutan bapak/ibu

3
sikap tenaga cleaning service

1. beri salam hangat dengan wajah antusias


2. suara jelas dan tidak terlalu cepat
3. nada suara yang jelas
4. meyapa dengan menatap mata orang yang disapa
5. suara ramah dan tidak ketus
Sistem perekrutan dan pengelolaan tenaga cleaning service
yang disediakan oleh Penyedia Jasa adalah binaan sendiri maupun
dari hasil recruitmen Tenaga Cleaning Service yang telah ada dari
instansi/vendor pengelola sebelumnya. Dalam hal tenaga kerja
yang telah ada akan diadakan pembekalan melalui pelatihan dan
pendampingan disesuaikan dengan Standart Operating Procedure
(SOP) Dalam pengelolaan tenaga kerja :
1. Pengawasan mutu terus-menerus lebih menghasilkan tenaga
yang handal dan dapat dipercaya
2. Menyelenggarakan Penilaian Kinerja Karyawan secara
periodik pada 3 bulan sekali untuk memunculkan kompetisi
3. Memberikan reward untuk tenaga kerja yang berprestasi dan
berkinerja baik
4. Memberikan punishment untuk tenaga kerja yang berkinerja
tidak baik
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN

Loundry merupakan unit pelayanan yang melakukan kegiatan


secara komprehensif dari setiap unit pelayana di rumah sakit, kesling
bertanggung jawab memantau terlaksananya kinerja cleaning service.
Kesling berkewajiban memantau dan memastikan cleaning service
berjalan di ruang mereka masing-masing.

4
C. PENGATURAN JAGA
1. Staff loundry
Masuk senin sampai dengan jumat mulai pukul 08.00 WITA sampai
14.00 WITA, sabtu mulai pukul 09.00 WITA sampai dengan pukul
12.00 WITA

5
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. SARANA PRASARANA

No SARANA FASILITAS : PERALATAN


. RUANGAN/TEMPAT
1. Kebersihan Ruangan pasien a. Trolley lengkap
lingkungan b. Sapu
RS c.Dustfan
d. Lap umum kotak –
kotak 2 pcs
e. Ember sedang
f. Glass cleaner
g. Sikat
h. Desinfectan 1 : 100
i. Teppol ( sabun cair ) 1 :
10
j. Sign ( tanda hati – hati ).

Kamar mandi 1.Ember sedang


2.Lap / mopel
3.Ember kecil
4.Sikat tangan
5.Spoon
6.Sikat gagang ( long hand
brush )
7.Sikat WC
8.Gayung

6
9.Stik air ( Squezer)

Taman/halaman 1. Sapu lidi


rumah sakit 2. Serokan
3. Troly sampah
4. Tong sampah besar
5. Cangkul / pacul
6. Sekop
7. Linggis
8. Masker
9. Kaus tangan
10. Sepatu boat.

Washtafel 1. Sabun
2. Air
3. Desinfectan
4. Glass cleaner

7
BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

Dalam pelaksanaannya untuk mencegah terjadinya infeksi akibat


dari kondisi lingkungan di rumah sakit dapat diminimalkan dengan
melakukan pembersihan, disinfeksi permukaan lingkungan yang
terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh pasien, melakukan
pemeliharaan peralatan medik dengan tepat, mempertahankan mutu air
bersih, mempertahankan ventilasi udara yang baik

A. PEMBERSIHAN LINGKUNGAN
1. Semua permukaan horizontal ditempat dimana pelayanan yang
disediakan untuk pasien harus dibersihkan setiap hari dan bila
terlihat kotor. Permukaan tersebut juga harus dibersihkan bila
pasien sudah keluar dan sebelum pasien baru masuk.
2. Bila permukaan tersebut, meja pemeriksaan, atau peralatan lainnya
pernah bersentuhan langsung dengan pasien, permukaan tersebut
harus dibersihkan dan didisinfeksi di antara pasien – pasien yang
berbeda
3. Semua kain lap yang digunakan harus dibasahi sebelum digunakan
membersihkan debu dengan kain kering atau dengan sapu dapat
menimbulkan aerosolisasi dan harus dihindari
4. Larutan, kain lap dan kain pel harus diganti secara berkala sesuai
dengan peraturan setempat
5. Semua peralatan pemebrsih harus dibersihkan dan daikeringkan
setelah digunakan
6. Kain pel yang dapat digunakan kembali harus dicuci dan
dikeringkan setelah digunakan dan sebelum disimpan

8
7. Tempat disekitar pasien harus bersih dari peralatan serta
perlengkapan yang tidak perlu sehingga memudahkan pembersihan
menyeluruh setiap hari
8. Meja pemeriksaan dan peralatan disekitarnya yang telah digunakan
pasien yang diketahui atau suspek terinfeksi ISPA yang dapat
menimbulkan kekhawatiran harus dibersihkan dengan disinfektan
segera setelah digunakan

B. DISINFEKSI

Pembersihan harus dilakukan sebelum proses disinfeksi. Hanya


perlengkapan dan permukaan yang pernah bersentuhan dengan kulit
atau mukosa pasien atau sudah sering disentuh oleh petugas
kesehatan yang memerlukan disinfeksi setelah dibersihkan. Jenis
disinfektan yang digunakan difasilitas pelayanan kesehatan tergantung
pada ketersediaannya dan peraturan yang berlaku disinfektan yang
diguanakan adalah :

 Sodium hipoklorit (Clorin) 0,5% dan 0,05% digunakan pada


permukaan atau peralatan bukan logam
 Alkohol digunakan pada permukaan yang lebih kecil
 Senyawa Fenol (Carbol)
 Senyawa Amonium Quaterner dan Enzimatik

Hal – hal penting mengenai pembersihan dan disinfeksi

 Lingkungan yang digunakan oleh pasien harus dibersihkan dengan


teratur
 Pembersihan harus menggunakan teknik yang benar untuk
menghindari aerosolisasi debu

9
 Hanya permukaan yang bersentuhan dengan kulit/mukosa pasien
dan permukaan yang sering disentuh oleh petugas kesehatan yang
memerlukan disinfeksi setelah dibersihkan
 Petugas kesehatan harus menggunakan APD untuk melakukan
pembersihan dan diinfeksi peralatan pernapasan dan harus
membersihkan tangan setelah APD dilepas
 Ventilasi ruangan yang baik diperlukan selama dan segera setelah
proses disinfeksi, apapun jenis disinfektan yang digunakan

C. APD untuk Pembersihan Lingkungan

Kegiatan pembersihan adalah tugas berat yang memerlukan banyak


pekerja dan dilingkungan tertentu risiko terpanjan benda – benda
tajam sangat tinggi. Petgas kesehatan harus mengenakan :

 Sarung tangan karet (rumah tangga)


 Gaun perlindungan dan celemek karet dan
 Sepatu yang rapat dan kuat, seperti sepatu bot
D. PEMBERSIHAN TUMPAHAN DAN PERCIKAN

Saat membersihkan tumpahan atau percikan cairan tubuh atau


sekresi, petugas kesehatan harus mengenakan APD yang memandai,
termasuk sarung tangan karet dan gaun pelindung.

E. Tahap – tahap pembersihan tumpahan adalah sebagai berikut


:
 Pasang APD gaun perlindungan, celemek dan sarung tangan karet
Masker.
 Bersihkan bagian permukaan yang terkena tumpahan tersebut dengan
air dan detergen menggunakan kain pembersih sekali pakai.
 Buang kain pembersih ke wadah limbah medis tahan bocor.

10
 Lakukan disinfeksi pada bagian permukaan yang terkena tumpahan
dengan Sodium Hipoklorit 0,5%.
 Lepas sarung tangan karet dan celemek dan tempatkan perlengkapan
tersebut ke wadah yang sesuai untuk pembersihan dan disinfeksi lebih
lanjut.
 Tempatkan gaun pelindung dan masukkan ke wadah yang sesuai.
 Bersihkan Tangan .

F. PERMUKAAN LINGKUNGAN
1. Bersihkan dan disinfeksi permukaan lingkungan di area perawatan
2. Lakukan pembersihan 2 kali atau bila kotor
3. Pilih disinfektan yang terdaftar dan gunakan seusai petunjuk pabrik
4. Jangan menggunakan high level disinfektan / cairan chemikal untuk
peralatan non kritikal dan permukaan lingkungan
5. Jika tidak ada petunjuk pembersihan dari pabrik ikuti prosedur
tertentu
6. Jangna melakukan disinfeksi foggging di area kepearwatan
7. Hindari metode pembersihan permukaan yang luas yang
menghasilkan mist atau aerosol
8. Pembersihan dari pabrik ikuti prosedur tertentu
9. Jaga kebersihan lingkungan, lantai, dinding, permukaan meja
10. Gunakan detergen.Jangan menggunakan high level /
disifektan/cairan chemikal untuk peralatan non kritikal dan
permukaan lingkungan
11. Ikuti petunjuk pabrik untuk pembersihan dan pemeliharaan
peralatan non kritikal
12. Jika tidak ada petunjuk/disinfektan yang terdaftar untuk
pembersihan dan disinfeksi ruangan perawatan pasien

11
13. Gunakan detergen atau air untuk pembersihan permukaan non
perawatan seperti perkantoran adminisatrasi
14. Bersihkan dan disinfeksi permukaan yang sering disentuk seperti
pegangan pintu, bed rails, light switch
15. Bersihkan dinding, blinds dan jendela, tirai di area perawatan
pasien
16. Jangan melakukan disinfeksi fogging di area keperawatan
17. Hindari metode pembersihan permukaan yang luas yang
menghasilkan mist atau aerosol
18. Ikuti prosedur tepat yang efektif menggunakan mops, doths and
solution.Siapkan cairan pembersih setiap hari atau jika diperlukan
dan gunakan cairan yang baru ganti mop setiap hari
19. Bersihkan mop dan kain pembersih setelah dipakai dan biarkan
kering sebel umdipakai lagi
20. Selesai operasi terakhir setiap hari, bersihkan ruangan dengan wet
vacum atau mop lantai dan dinding dengan menggunakan
pembersih.Jangan gunakan mats di pintu masuk ruangan operasi
gunakan metode pembersihan debu yang tepat untuk pasien yang
immonocompromised
21. Tutup pintu pasien immonocompromised saat membersihkan
lantai.Segera bersihkan dan dekontaminasi tumpahan darah atau
material lain yang potensial infeksi
22. Pakai disinfektan yang terdaftar dengan label : Gunakan produk
sodium hipoklorin yang teregistrasit tedaftar dengan label
23. Sgera bersihkan dan dekontaminasi tumpahan darah atau material
lain yang teregistrasi terdaftar dengan label
24. Segera bersihkan dan dekontaminasi tumpahan darah atau material
lain yang potensial infeksi

12
25. Vacum carpet di area umum fasilitaas pelayanan sarana kesehatan
dan area umum pasien secara regular
26. Secara periodik pembersihan sampai kedalam carpet
27. Hindari penggunaan carpet di daerah keramaian diruang perawatan
pasien atau vacum carpet di area umum sarana kesehatan dan area
umum pasien secara rutin
28. Hindari penggunaan carpet di daerah keramaian diruang perawatan
pasien
29. Bunga dan tanaman pot tidak dianjurkan di area pelayanan pasien
30. Perawatan dan pemeliharaan bunga dan tanaman pot kepada
petugas khusu (bukan yang merawat pasien). Namun jika tidak ada
petugas khusus maka perlu gas memakai sarung tangan dan cuci
tangan setelah melepas sarung tangan
31. Tidak mengizinkan bunga segar atau kering atau tanaman pot di
arae perawatan
32. Lakukan pest control secara rutin
33. Pakai APD selama prosedur pemebersihan dan disinfksi
34. Lakukan pembersihan dan disinfeksi untuk pengendalian
lingkungan yang terkontaminasi sesuai prosedur
35. Berikan perhatian ketat untuk pemberisahan dan disinfeksi
permukaan yang sering disentuh di area perawatan seperti charts,
bedside commode, pegangan pintu
36. Pastikan kepatuhan dari petugas kebersihan untuk pembersihan
dan disinfeksi
37. Kultur permukaan lingkungan dapat dilakukan bila terjadi KLB
38. Pembersihan dan disinfeksi lingkungan permukaan peralatan medis
secara regular
39. Anjurkan keluarga, pengunjung dan pasien tentang pentingnya
kebersihan tangan untuk meminimalkan pnyebaran mikroorganisme

13
40. Jangan menggunakan disinfeksi tingkat tinggi untuk kebersihan
lingkungan
41. Jangan lakukan random pemeriksaan mikrobologi udara, air dan
permukaan lingkungan
42. Bila indikasi lakukan sampling mikrobiologi sebagai investigasi
epidemiologi atau sepanjang pengkajian kondisi lingkungan
bebahaya untuk menditeksi atau verifikasi adanya bahaya
43. Batasi sampling mikrobiologi untuk maksud jaminan kualitas

G. KEBERSIHAN LINGKUNGAN KEPERAWATAN


1. Disamping pembersihan secara seksama disinfeksi bagi peralatan
tempat tidur dan permukaan perlu dilakukan, seperti dorongan
tempat tidur, meja disamping tempat tidur, kereta dorong, lemari
baju, tombol pintu, keran, tombol lampu, bel panggilan, telepon,
TV, remote kontrol
2. Virus dapat dinonaktifkan oleh alkohol 70% dan klorin 0,5%.
Diajurkan untuk melakukan pembersihan permukaan lingkungan
dengan detergen yang netral dilanjutkan dengan larutan
disinfektan

H. PRINSIP DASAR PEMBERSIHAN LINGKUNGAN


1. Semua permukaan horizontal ditempat pelayanan yang disediakan
untuk pasien harus dibersihkan setiap hari dan bila terlihat kotor.
Permukaan tersebut juga harus dibersihkan bila pasien sudah
keluar dan sebelum pasien baru masuk
2. Bila permukaan tersebut, meja pemerikaan, atau peralatan lainnya
pernah bersentuhan langsung dengan pasien, permukaan tersebut

14
harus dibersihkan dan didisinfeksi diantara pasien – pasien yang
berbeda
3. Semua kain lap yang digunakan harus dibasahi sebelum
digunakan.Membersihkan debu dengan kain kering atau dengan
sapu dapat menimbulkan aerosolisasi dan harus dihindari
4. Semua peralatan pembersih harus dibersihkan dan dikeringkan
setelah digunakan dan sebelum disimpan
5. Kain pel yang dapat digunakan kembali harus dicuci dan
dikeringkan setelah digunakan dan sebelum disimpan
6. Meja pemeriksaan dan peralatan disekitarnya yang telah digunakan
pasien yang diketahui atau suspek terinfeksi ISPA yang dapat
menimbulkan kekhawatiran harus dibersihkan dengan disinfektan
segera setelah digunakan

I. PEMBUANGAN SAMPAH
1. Semua sampah yang dihasilkan dalam ruangan atau area isolasi
harus dibuang dalam wadah atau kantong yang sesuai :
 Sampah infeksius gunakan kantong plastik kuning atau bila
tidak tersedia dapat menggunakan kantong plastik warna
lain yang tebal atau dilapis dua (kantong ganda). Kemudian
diikat dengan tali warna kuning atau diberi tanda “infeksius”
(airborne) harus ditangani sebagai sampah infeksius
 Untuk sampah non infeksius / tidak menular gunakan
kantong plastik hitam
 Untuk sampah benda tajam atau jarum ditampung dalam
wadah tahan tusukan
2. Kantong sampah apabila sudah 3/4 bagian penuh harus segera
diikat dengan tali dan tidak boleh dibuka kembali

15
3. Petugas yang bertanggung jawab atas pembuangan sampah dari
bangsal / area isolasi harus menggunakan APD lengkap ketika
membuang sampah
4. Kantong pembuangan sampah perlu diberi label biohazard yang
sesuai dan ditangani dan dibuang sesuai dengan kebijakan rumah
sakit dan peraturan nasional mengenai sampah rumah sakit
5. Limbah cair seperti urin atau feses dapat dibuang kedalam sistem
pembuangan kotoran yang tertutup dan memenuhi syarat dan
disiram dengan air yang banyak

16
BAB V

LOGISTIK

Permintaan barang disesuaikan dengan kebutuhan barang dalam


satu bulan berikutnya. Permintaan basang sediaan ditujukan kepada
bagian umum. Pada hari yang telah ditentukan, petugas gudang akan
menyediakan barang yang diminta.

Tata cara logistik cleaning service Rumah Sakit :

1. Perencanaan barang.
a. Barang rutin : pulpen, buku tulis, APD, Plastik Infeksius dan Non
Infeksius, cairan disinfeksi
b. Barang tidak rutin : Trolley lengkap, Sapu, Dustfan, Lap umum,
Ember sedang, Glass cleaner, Sikat
2. Permintaan barang :
a. Barang rutin disampaikan pada bagian logistik rutin Rumah Sakit
b. Barang tidak rutin disampaikan terlebih dahulu pada bagian logistik
dan direktur RS untuk dimintakan persetujuan.
3. Pendistribusian.

17
BAB VI

KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk asesmen resiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko
pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya resiko. Sedangkan insiden keselamatan
pasien adalah setiap kejadian atau situasi yang dapat mengakibatkan
atau berpotensi mengakibatkan harm (penyakit, cidera, cacat,
kemayian, dll) yang tidak seharusnya terjadi.

B. Tujuan
Tujuan sistem ini adalah mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan tidak
mengambil tindakan yang harusnya diambil. Selain itu sistem
keselamatan pasien ini mempunyai tujuan agar tercipta budaya
keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatkannya akuntabilitas
rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat, menurunnya kejadian
tidak diharapkan di rumah sakit dan terlaksananya program-program
pencegahan sehingga tidak dapat terjadi penanggulangan kejadian
tidak diharapkan.

c. Tata Laksana Keselamatan Pasien


Dalam melaksanakan keselamatan pasien terdapat tujuh langkah
menuju keselamatan pasien. Adapun tujuh langkah tersebut adalah :

18
1. membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien.
Menciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan
adil.
2. Memimpin dan mendukung karyawan. Membangun komitmen
dan fokus yang kuat dan jelas tentang keselamatan pasien.
3. Mengitegrasikan akitivitas pengelolaan resiko.
Mengembangkan sistem dan proses pengelolaan resiko, serta
melakukan identifikasi dan asesmen hal potensial
bermasalah.
4. Mengembangkan sistem pelaporan. Memastikan karyawan
agar dengan mudah dapat melaporkan kejadian atau insiden,
serta rumah sakit mengatur pelaporan kepada KKP-RS
(Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit)
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien.
Mengembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka dengan
pasien.
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien.
Mendorong karyawan untuk melakukan analis akar masalah
untuk belajar bagaimana dan mengapa kejadian itu timbul.
7. Mencegah cidera melalui implementasi sistem keselamatan
pasien. Menggunakan informasi yang ada tentang kejadian
atau masalah untuk melakukan perubahan pada sistem
pelayanan.

Dalam melaksanakan keselamatan pasien standar keselamatan pasien


harus diterapkan. Standar tersebut adalah :

1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan Kesinambungan pelayanan

19
4. Pengunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk
melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan
pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan
pasien
6. Mendidik karyawan tentang keselamatan pasien
7. Komunikas yang merupakan kunci bagi karyawan untuk
mencapai keselamatan pasien
Langkah langkah penerapan keselamatan pasien di rumah sakit :
1. Menetapkan unit kerja yang bertanggung jawab mengelola
program keselamatan pasien di rumah sakit
2. Menyusun program keselamatan pasien di rumah sakit jangka
pendek 1-2 tahun.
3. Mensosialisasikan konsep dan program keselamatan pasien di
rumah sakit.
4. Mengadakan pelatihan keselamatan pasien rumah sakit bagi
jajaran manajemen dan karyawan
5. Menetapkan sistem pelaporan insiden
6. Menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah
sakit seperti tersebut di atas
7. Menerapkan standart keselamatan pasien rumah sakit dan
melakukan self asesment dengan instrumen akreditasi
pelayanan keselamatan pasien rumah sakit
8. Ptogram khusus keselamatan pasien rumah sakit
9. Mengevaluasi secara periodik pelaksanaan program
keselamatan pasien rumah sakit dan kejadian tidak
diharapkan.

20
BAB VII

KESELAMATAN DAN KESELAMATAN KERJA

A. Potensi bahaya pada instalasi laundry.

1. Bahaya mikrobiologi.

Bahaya mikrobiologi adalah penyakit atau gangguan kesehatan yang


diakibatkan oleh mikroorganisme hidup seperti bakteri, virus, riketsia,
parasit dan jamur. Petugas laundry yang menangani linen kotor
senantiasa kontak dengan bahan dan menghirup udara yang tercemar
kuman pathogen. Menurut penelitian menunjukkan bahwa jumlah
total bakteri meningkat 50 kali selama periode waktu sebelum cucian
mulai diproses.

Contoh mikroorganisme :

i. Mycobacterium tuberculosis.

Adalah mikroorganisme penyabab tuberculosis dan palind sering


menyerang paru-paru.  Penularannya melalui percikan atau dahak
penderita.
Pencegahannya:

- Meningkatkan pengertian dan kepedulian petugas rumah sakit


terhadap penyakit TBC dan penularannya.
- Mengupayakan ventilasi dan pencahayaan yang baik dalam
ruangan laundry.
- Menggunakan alat pelindung diri sesuai SPO.
- Melakukan tindakan dekontamoinasi, desinfeksi dan sterilisasi
terhadap bahan dan alat yang digunakan.

21
- Secara tehnis setiap petugas harus melaksanaka tugas
pekerjaannya sesuai SPO.

ii. Virus hepatitis B.

Selain manifestasi sebagai hepatitis B akut dengan segala


komplikasinya, lebih penting dan berbahaya lagi adalah manifestasi
dalam bentuk sebagai pengidap (carrier) kronik, yang dapat
merupakan sumber penularan bagi lingkungan. Penularan dapat
melalui darah dan cairan tubuh lainnya.

Pencegahan:

- Meningkatkan pengetahuan dan kepedulian petugas rumah sakit


terhadap penyakit hepatitis B dan penularannya.
- Memberikan vaksinasi kepada petugas.
- Menggunakan APD sesuai SPO.
- Melakukan tindakan dekontaminasi, desinfeksi, dan sterilisasi
terhadap bahan dan peralatan yang dipergunakan terutama bila
terkena bahan infeksi.
- Secara tehnis setiap petugas harus melaksanakan tugas sesuai
SPO.

iii. Virus HIV ( human immunodeficiency virus ).

Penyakit yang ditimbulkannya disebut AIDS ( acquired


immunodeficiency syndrome ). Virus HIV menyerang target sel dalam
jangka waktu lama. Jarak waktu masuknya virus kedalam tubuh
sampai timbulnya AIDS tergantung pada daya tahan tubuh seseorang
dan gaya hidup sehatnya. HIV dapat hidup di dalam darah, cairan
vagina, cairan sperma, air susu ibu, sekreta dan ekskreta tubuh.
Penularannya melalui darah, jaringan, sekreta, ekskreta tubuh yang
mengandung virus dan kontak langsung dengan kulit yang terluka.

22
Pencegahan:

- Menggunakan APD sesuai SPO.

2. Bahaya bahan kimia.

a Debu.

Mekanisme penimbunan debu dalam paru-paru dapat terjadi


dengan menarik napas sehingga udara yang mengandung debu
masuk kedalam paru-paru. Pada pemajanan yang lama dapat
terjadi pneumoconiosis, dimana partikel debu dijumpai di paru-
paru dengan gejala sukar bernapas. Pneumoconiosis yang
disebabkan oleh serat kain / linen /kapas disebut bissinosis.
Gejalanya hampir sama dengan asma yang disebut Monday chest
tightness atau Monday fever, karena gejala terjadi pada hari
pertama kerja setelah libur yaitu senin, sering gejala hilang pada
hari kedua dan bila pemaparan berlanjut maka gejala akan
semakin berat.

Pengendalian :

- Pencegahan terhadap sumber.


- Diusahakan agar debu tidak keluar dari dumbernya dengan
mengisolasi sumber debu.
- Memakai APD sesuai SPO.
- Ventilasi yang baik.
- Dengan alat exhauster.

b. Bahaya bahan kimia.

Sebagian besar dari bahaya diakibatkan oleh zat kimia seperti


detergen, desinfektan, cairan clorin dll.Tingkat resiko yang

23
diakibatkan tergantung dari besar, luas dan lama pemajanan. Oleh
karena itu sikap berhati-hati terhadap semua bahan kimia yang
dipakai dan potensial masuk ke dalam tubuh sangat diperlukan.
Informasi dari bahan kimia dapat dibaca pada label kemasan dari
produsennya yang lazim disebut MSDS.

Penanganan zat kimia di instalasi laundry:


1.  Alkali.

Fungsi : bubuk penambah sifat alkali.

Sifat : Bila terkena panas akan terkomposisi menjadi gas yang


mungkin beracun dan iritasi tapi tidak mudah terbakar.

Bahaya:

- Iritasi mata dan kulit.


- Bila terhirup akan mengakibatkan edema paru.
- Bila tertelan menyebabkan kerusakan hebat pada selaput
lendir.

Pertolongan pertama :

Mata : cuci secepatnya dengan air sebanyak- banyaknya.


Kulit : cuci kulit secepatnya dengan air, ganti pakaian yang
terkontaminasi.
Terhirup: jauhkan dari jangkauan.

Tertelan : cuci mulut, minum air atau susu.


Tindakan pencegahan:

- Control teknis, gunakan ventilasi yang cukup.


- Pemakaian APD.

24
- Penyimpanan dan pengankatan: simpan ditempat aslinya,
wadah tertutup, dibawah kondisi kering, ventilasi baik,
jauhkan dari asam dan suhu yang ekstrim.

2.  Detergen.

Fungsi : detergen atau sabun cuci.

Sifat: Bila terkena panas akan terkomposisi menjadi gas yang


mungkin beracun dan iritasi, tidak mudah terbakar.

Bahaya :

- Iritasi mata dan kulit.


- Bila terhirup menyebabkan edema paru.
- Bila tertelan menyebabkan kerusakan selaput lendir.

Pertolongan pertama :

Mata: cuci secepatnya dengan air yang banyak.

Kulit: cuci dengan air dang anti pakaian yang terkontaminasi.

Terhirup: pindahkan dan jauhkan.

Tertelan: bersihkan bahan kimia dari mulut, minum 1-2 gelas


air atau susu

Tindakan pencegahan: Memakai APD

Penyimpanan dan pengangkutan; simpan ditempat aslinya,


wadah tertutup dibawah kondisi kering, ventilasi yang baik,
jauhkan dari asam dan suhu yang ekstrim.

3. Emulsifier

25
Fungsi: cairan pengemulsi lemak atau minyak dan prespotter.
Sifat: rusak oleh sinar matahari, stabil dan tidak mudah
terbakar.

Bahaya:

- Iritasi mata dan kulit.


- Bila terhirup menyebabkan iritasi.
- Bila tertelan menyebabkan iritasi.

Pertolongan pertama:

Mata: aliri dengan air selama 15 menit.

Kulit; cuci dengan air.

Terhirup: pindahkan dan jauhkan dari sumber.

Tertelan: cuci mulut, minum air atau susu 1-2 gelas dan
jangan berusaha untuk muntah.

Tindakan pencegahan:

- Pemakaian APD.
- Penyimpanan dan pengangkutan: simpan di tempat
sejuk dan kering, jauhkan dari
sinar matahari langsung dan sumber panas.

4. Carian clorin.

Fungsi: desinfektan

Sifat: bereaksi dengan bahan pereduksi, tidak mudah


terbakar, beracun untuk ikan ( dilarutkan dulu sebelum
dibuang ke selikan atau sumber air ).

Bahaya:

26
- Iritasi berat pada mata.
- Rasa terbakar pada kulit.
- Bila terhirup menyebabkan iritasi dan oedema paru.
- Bila tertelan menyebabkan rasa terbakar

Pertolongan pertama:

Mata: cuci secepatnya dengan air.

Kulit; cuci kulit secepatnya dengan air, ganti pakaian yang


terkontaminasi.

Terhirup: pindahkan dari sumber.

Tertelan: cuci mulut, minum 1-2 gelas air atau susu.

Tindakan pencegahan:

- Memakai APD.
- Penyimpanan dan pengangkutan: simpan ditempat
sejuk dan kering, jauhkan dari asam dan sumber
panas.

5. Formaldehyde.
Pemajanan dengan antiseptic dalam waktu lama dapat
menyebabkan dermatitis, ekseme, dan alergi.Formaldehyde
merupakan komponen dari banyak antiseptic dan desinfektan,
zat ini menyebabkan dermatitis kontak, gangguan saluran
pernapasan dan bersifat karsiogenik.

Perlindungan :

- Dengan pemakaian APD sesuai SPO.


- Segera mencuci tangan sesudah kontak.
- Meningkatkan hygiene perorangan.
- Memperkuat daya tahan tubuh dengan gisi yang baik.

27
1. Bahaya Fisika.

1. Bising.

Bising dapat diartikan sebagai suara yang dapat menurunkan


pendengaran baik secara kuantitatif (peningkatan ambang
pendengaran) maupun secara kualitatif (penyempitan spectrum
pendengaran), berkaitan dengan factor intensitas, frekuensi, durasi
dan pola waktu. Di rumah sakit bising merupakan masalah yang
salah satunya berasal dari disel sumber daya listrik . Pajanan bising
yang terjadi lama membuat efek kumulatif yang bertingkat dan
menyebabkan gangguan pendengaran berupa noise induce hearing
loss (NIHL).

2. Listrik.

Kecelakaan tersengat listrik dapat terjadi pada petugas cleaning


service oleh karena dukungan pengetahuan listrik yang belum
memadai. Pada umumnya yang terjadi di rumah sakit adalah
kejutan listrik microshock dimana listrik mengalir ke badan petugas
melalui system peralatan yang tidak baik.

Efek kesehatan:

- Luka bakar di tempat tersengat listrik.


- Kaku pada otot ditempat yang tersengat listrik.
Pengendalian:
- Pengukuran jaringan atau instalasi listrik.
- Pemasangan pengaman atau alat pengamanan sesuai
ketentuan.
- Pemasangan tanda-tanda bahaya dan indicator
- Penempatan pekerja sesuai ketrampilan.
- Waktu kerja petugas digilir.

28
- Memakai sepatu atau sandal isolasi.

3. Panas.

Panas dirasakan bila suhu udara di atas suhu nyaman ( 26-28


derajat celcius) dengan kelembaban antara 60-70%. Pada
instalasi laundry panas yang terjadi adalah panas lembab.

Efek pada kesehatan:

- Heat syncope ( pingsan karena panas).


- Heat disorder ( kumpulan gejala yang berhubungan
dengan kenaikan suhu tubuh dan mengakibatkan
kekurangan cairan tubuh) seperti:

a. Heat stress atau heat exhaustion: Terasa panas dan tidak


nyaman, tekanan darah menurun menyebabkan gejala
pusing dan mual.
b. Heat cramps: Spasme otot yang disebabkan cairan
dengan elektrolit yang rendah, masuk kedalam otot,
akibat banyak cairan tubuh yang keluar melalui keringat
sedangkan penggantinya hanya air minum biasa tanpa
elektrolit.
c. Heat stroke: Disebabkan kegagalan bekerja SSP dalam
mengatur pengeluaran keringat, suhu tubuh dapat
mencapai 40 derajat celcius.

Pengendalian :

- Isolasi peralatan yang menimbulkan panas.


- Menyempurnakan ventilasi yang ditempatkan
diatas sumber panas yang bertujuan menarik
udara panas keluar ruangan dapat digunakan
kipas angin ruangan.

29
- Menyediakan persediaan air minum yang cukup
dan memenuhi syarat dekat tempat kerja dan
kalau perlu disediakan extra salt.
- Hindarkan petugas yang harus bekerja
dilingkungan panas apabila berbadan gemuk dan
berpenyakit kardiovaskuler. Pengaturan waktu
kerja dan istirahat.

4. Getaran.

Getaran atau vibrasi adalah factor fisik yang ditimbulkan oleh


subyek dengan getaran isolasi. Vibrasi yang terjadi dapat local atau
seluruh tubuh.

Efek kesehatan :

- Pada system peredaran darah dapat terjadi kesemutan,dan


parese.
- Terhadap system tulang, sendi dan oto dapat terjadi
gangguan osteoarticular yaitu gangguan pada sendi jari
tangan.
- Terhadap system syaraf dapat terjadi parastesi, menurunnya
sensitifitas, gangguan kemampuan membedakan dan atrofi.

Pengendalian :

- Terhadap sumber diusahakan menurunkan getaran dengan


bantalan anti vibrasi atau isolator den pemeliharaan mesin
yang baik.
- Terhadap pekerja tidak ada pelindung khusus hanya
dianjurkan menggunakan sarung tangan untuk
menghangatkan tangan dan perlindungan gangguan
vaskuler.

30
5. Ergonomic.

Adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya


dengan pekerjaan mereka. Posisi tubuh yang salah atau tidak
alamiah apalagi dalam sikap paksa dapat menimbulkan kesulitan
dalam melaksanakan kerja, mengurangi ketelitian, mudah lelah
sehingga kerja menjadi kurang efisien. Hal ini jika terjadi dalam
jangka waktu lama dapat menyebabkan gangguan fisik dan
psikologi.
Gejala penyakit sehubungan dengan alat gerak yaitu persendian,
jaringan otot,saraf atau pembuluh darah ( low back pain ).

Pengendalian:

a. Mengangkat beban berat

Tubuh kita mampu mengangkat beban seberat badan kita sendiri, kira-kira
50 kg untuk laki-laki dan 40 kg untuk perempuan. Bila barat beban yang
akan diangkat lebih dari setengah dari berat badan si pengangkat, maka
beban harus dibagi menjadi dua. Apabila beban tidak dapat dibagi maka
hendaknya beban diangkat secara beramai-ramai.

b. Posisi duduk

Tinggi alas duduk sebaiknya antara 38 sampai 48 cm.


Kursi harus stabil dan tidak goyang atau bergerak.
Kursi harus memungkinkan cukup kebebasan bagi gerakan petugas.

c. Posisi berdiri

Berdiri lebih baik tidak lebih dari 6 jam.

d. Bahaya psikososial.

Diantara berbagai ancaman bahaya yang timbul akaibat kerja dirumah


sakit, factor psikologis juga memerlukan perhatian antara lain:

31
- Stress yaitu ancaman fisik dan psikologis dari factor lingkungan
terhadap kesejahteraan individu. Stress dapat disebabkan oleh:
- Tuntutan pekerjaan : Dukungan kerja yang lebih maupun yang
kurang, tekanan waktu, tanggung jawab yang berlebih ataupun
kurang.
- Dukungan dan kendala : Hubungan yang tidak baik dengan atsan,
teman sekerja, adanya berita yang tidak dikehendaki atau gossip,
adanya kesulitan keuangan dll.

Manifestasi klinis dari stress antara lain depresi, ansietas, sakit kepala,
kelelahan, dan kejenuhan, gangguan pencernaan, dan gangguan fungsi
organ lainnya.

Pengendalian: menjaga kebugaran jasmani dan adanya kegiatan yang


menimbulkan rasa senang dalam bekerja seperti cara kebersamaan, retret
dll.

e. Keselamatan dan kecelakaan kerja

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan alat kerja


dan proses pengolahannya, tempat kerja dan lingkungannya serta cara-
cara melakukan kerja. Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tak terduga
oleh karena dibelakang peristiwa tersebut tidak terdapat unsure
kesengajaan.

Beberapa bahaya potensial terjadinya kecelakaan kerja pada ruang


lingkup pembersihan rumah sakit antara lain:

1. Kebakaran

Kebakaran terjadi apabila terdapat tiga unsur secara bersama-sama.


Unsur tersebut adalah zat asam, bahan yang mudah terbakar dan

32
panas.
Penanggulangan:

- Adanya system penyimpanan yang baik terhadap bahan yang


mudah tebakar.
- Pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya kebakaran dilakukan
secara terus menerus.
- Jalur evakuasi.
- Perlengkapan pemadam dan penanggulangan kebakaran.

2. Terpeleset atau terjatuh.

Walaupun jarang terjadi tetapi terpeleset atau jatuh dapat


mengakibatkan cidera ringan sampai berat misalnya fraktur, dislokasi,
salah urat dan memar.

Penanggulangan:

- Jangan memakai sepatu dengan hak tinggi, sol yang rusak atau
memakai tali sepatu yang longgar.
- Konstruksi lantai harus rata dan sedapat mungkin dibuat dari
bahan yang tidak licin.
- Lantai harus selalu dibersihkan dari kotoran seperti pasir, debu,
minyak yang memudahkan terpeleset.
- Lantai yang cacat misalnya banyak lubanh atau permukaannya
miring harus segara diperbaiki.

Prinsip Dasar Usaha Kesehatan Kerja

Prinsip dasar usaha kesehatan kerja terdiri atas :

1. Ruang lingkup usaha kesehatan kerja

33
Kesehatan kerja meliputi berbagi upaya penyerasian antara pekerja
dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya baik isik maupun psikis
dalam hal cara/metode kerja dan kondisi yang bertujuan untuk :

• Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat


pekerja di semua lapangan kerja setinggi – tingginya baik isik,
mental maupun kesejahteraan sosial

• Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat


pekerja yang diakibatkan oleh keadaan/kondisi lingkungan
kerjanya.

• Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja didalam


pekerjaannya dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh
faktor – faktor yang membahayakan kesehatan.

• Menempatkan dan memelihara pekerja disuatu lingkungan


pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan isik dan psikis
pekerjaannya.

2. Kapasitas kerja dan beban kerja

Kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja merupakan tiga


komponen utama dalam kesehatan kerja, dimana hubungan
interaktif dan serasi antara ketiga komponen tersebut akan
menghasilkan kesehatan kerja yang optimal. Kapasitas kerja seperti
status kesehatan kerja dan gizi kerja, serta kemampuan isik yang
prima diperlukan agar seorang pekerja dapat melakukan
pekerjaannya secara optimal. Kondisi atau atau tingkat kesehatan
pekerja yang prima merupakan modal awal seseorang untuk
mencapai produktivitas yang diharapkan. Kondisi awal seseorang
untuk bekerja dapat dipengaruhi oleh kondisi tempat kerja, gizi
kerja, kebugaran jasmani dan kesehatan mental.

34
Beban kerja meliputi beban isik maupun mental. Akibat beban kerja
yang terlalu berat atau kemampuan isik yang terlalu lemah dapat
mengakibatkan seorang pekerja menderita gangguan atau penyakit
akibat kerja. Kondisi lingkungan kerja (panas, bising, debu, zat
kimia) dapat merupakan beban tambahan terhadap pekerja. Beban
tambahan tersebut secara sendiri – sendiri atau bersama – sama
dapat menimbulkan gangguan atau penyakit akibat kerja.

3. Lingkungan kerja dan penyakit kerja yang ditimbulkannya

Penyakit akibat kerja dan/atau berhubungan dengan pekerjaan


dapat disebabkan oleh pemajanan di lingkungan kerja. Fakta di
lapangan menunjukkan terdapat kesenjangan antara pengetahuan
tentang bagaimana bahaya – bahaya kesehatan berperan dan
usaha – usaha untuk mencegahnya, antara kognisi dan emosi.
Misalnya alat pelindung kerja yang tidak digunakan secara tepat
oleh pekerja rumah sakit dengan kemungkinan terpajan melalui
kontak langsung atau tidak tersedianya pelindung. Untuk
mengantisipasi permasalahan ini maka langkah awal yang penting
adalah pengenalan/identiikasi bahaya yang dapat ditimbulkan,
upaya perlindungan dan penanggulangan dan dievaluasi, kemudian
dilakukan pengendalian.

Perlindungan keselamatan kerja dan kesehatan petugas kesehatan :

1. Petugas kesehatan yang merawat pasien menular harus


mendapatkan pelatihan mengenai cara penularan dan penyebaran
penyakit, tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi yang
sesuai dengan protokol jika terpajan
2. Petugas yang tidak terlibat langsung dengan pasien harus diberikan
penjelasan umum mengenai penyakit tersebut

35
3. Petugas kesehatan yang kontak dengan pasien penyakit menular
melalui udara harus menjaga fungsi saluran pernapasan (tidak
merokok, tidak minum dingin) dengan baik dan menjaga
kebersihan tangan.
Petunjuk pencegahan infeksi untuk petugas kesehatan :
1. Untuk mencegah transmisi penyakit menular dalam tatanan
pelayanan kesehatan, petugas harus menggunakan APD (Alat
Pelindung Diri) yang sesuai untuk kewaspadaan standart dan
kewaspadaan isolasi
2. Semua petugas kesehatan harus mendapatkan pelatihan tentang
gejala penyakit menular yang sedang dihadapi.
3. Semua petugas kesehatan dengan penyakit seperti flu harus
dievaluasi untuk memastikan agen penyebab. Dan di tentukan
apakah perlu dipindahtugaskan dari kontak langsung dengan
pasien, terutama mereka yang bertugas diinstalasi perawatan
intensif, ruang gawat darurat.

BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

Dengan semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang


kesehatan, maka saat ini masyarakat semakin memperhatikan mutu
pelayana kesehatan yang diterimanya. Pengendalian mutu diinstalasi

36
loundry harus dilakukan demi kepentingan dan kepuasan dari pasien
sehingga nantinya dapat kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan di
RSJ Prov. DR. V. L. Ratumbuysang Provinsi Sulawesi Utara pada
khususnya dan pelayanan loundry rumah sakit jiwa yang mengacu pada
pedoman Indikator Mutu Rumah Sakit.

BAB IX

MONITORING DAN EVALUASI

A. MONITORING

37
Yang dimaksud dengan monitoring adalah upaya untuk mengamati
pelayanan dan cakupan program pelayanan seawal mungkin, untuk dapat
menemukan dan selanjutnya memperbaiki masalah dalam pelaksanaan
program.

Tujuan monitoring adalah :

1. Untuk mengadakan perbaikan, perubahan orientasi atau desain dari


sistem pelayanan
2. Untuk menyesuaikan strategi atau pedoman pelayanan yang
dilaksanakan di lapangan, sesuai dengan temuan – temuan
dilapangan.
3. Hasil analisa dari monitoring digunakan untuk perbaikan dalam
pemberian pelayanan di rumah sakit. Monitoring sebaiknya
dilakukan sesuai keperluan dan dipergunakan segera untuk
perbaikan program.
B. Evaluasi
Prinsip dasar pembersihan lingkungan rumah sakit yaitu Semua
permukaan horizontal ditempat pelayanan yang disediakan untuk
pasien harus dibersihkan setiap hari dan bila terlihat kotor. Permukaan
tersebut juga harus dibersihkan bila pasien sudah keluar dan sebelum
pasien baru masuk, Bila permukaan tersebut, meja pemerikaan, atau
peralatan lainnya pernah bersentuhan langsung dengan pasien,
permukaan tersebut harus dibersihkan dan didisinfeksi diantara pasien
– pasien yang berbeda. Semua kain lap yang digunakan harus dibasahi
sebelum digunakan.Membersihkan debu dengan kain kering atau
dengan sapu dapat menimbulkan aerosolisasi dan harus dihindari.
Semua peralatan pembersih harus dibersihkan dan dikeringkan setelah
digunakan dan sebelum disimpan. Kain pel yang dapat digunakan
kembali harus dicuci dan dikeringkan setelah digunakan dan sebelum
disimpan. Meja pemeriksaan dan peralatan disekitarnya yang telah

38
digunakan pasien yang diketahui atau suspek terinfeksi ISPA yang
dapat menimbulkan kekhawatiran harus dibersihkan dengan
disinfektan segera setelah digunakan.

39

Anda mungkin juga menyukai