Kedua, manusia itu gampang terperdaya “Hai manusia, apakah yang telah
memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha
Pemurah” (Q.S Al-Infithar : 6)
Ketiga, manusia itu lalai. “Bermegah-megahan telah melalaikan kamu” (Q.S At-
takaatsur 1)
Keempat, manusia itu penakut. “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan
kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan
buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”
(Q.S Al-Baqarah 155)
Ketujuh, manusia itu suka membantah. “Dia telah menciptakan manusia dari
mani, tiba-tiba ia menjadi pembantah yang nyata.” (Q.S. an-Nahl 4)
“Manusia tidak jemu memohon kebaikan, dan jika mereka ditimpa malapetaka
dia menjadi putus asa lagi putus harapan.” (Q.S Al-Fushshilat : 20)
Keduabelas, manusia itu suka kufur nikmat. Dan mereka menjadikan sebahagian
dari hamba-hamba-Nya sebagai bahagian daripada-Nya. Sesungguhnya
manusia itu benar-benar pengingkar yang nyata (terhadap rahmat Allah). (Q.S.
Az-Zukhruf : 15)
sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada
Tuhannya, (Q.S. al-’Aadiyaat : 6)
Solusinya
Solusi pertama, tetap berpegang teguh kepada tali agama dan petunjuk-
petunjuk dari Allah
Allah SWT berfirman: “Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika
datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku,
niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih
hati.” (Q.S al-Baqarah : 38)
Solusi kedua, tetap berada dalam ketaatan sesulit apapun situasi yang
melanda
Allah berfirman “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan
kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-
orang yang bertakwa,” (Q.S. Ali Imran : 133)
adalah hal yang wajar, iman seseorang naik turun dan berfluktuatif. Sama
mungkin seperti yang dikhawatirkan sahabat Hanzalah, ketika ia curhat kepada
abu Bakar bahwa ia termasuk orang yang celaka. Mengapa demikian? karena ia
merasa Imannya turun ketika jauh dari Rasulullah. Ternyata itu pula yang
dirasakan lelaki dengan iman tanpa retak itu. Hinga mereka berdua akhirnya
menghadap Rasulullah. Mendengar permasalahn mereka, Rasulullah hanya
tersenyum dan menjawab, “selangkah demi selangkah Hanzalah!”
Tetapi sungguh, iman seorang mukmin yang baik, akan tetap memiliki trend yang
menanjak.
Disinilah mungkin loyalitas kita kepada Allah diuji. Apakah kita bisa, belajar
mencintai Allah diatas segala sesuatu, belajar mencintai sesuatu karena Allah,
serta belajar membenci kekufuran!!!
Manusia itu lemah ketika sendiri dan kuat ketika berjama’ah. Adakah yang
meragukannya?
Sumber bacaan :
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA